Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan kemurahan hati-
Nya, kami menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini berisi tentang
Pengolahan Air Limbah secara Anaerobic Baffled Reactor dan dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Pengolahan Air dan Air Limbah.
Terimakasih kami ucapakan kepada semua elemen yang telah membantu
kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Makalah Pengolahan Air Limbah secara Anaerobic Baffled Reactor ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami juga meminta maaf apabila ada
kesalahan pada laporan audit lingkungan ini, maka dari itu kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan. Sekian dan terimakasih.

Bogor, 17 April 2019

Kelompok 2

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED


i
REACTOR – KEL.2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 2
2.1 Anaerobic Baffled Reactor (ABR) .................................................................... 2
2.2 Air Limbah Tahu .............................................................................................. 5
2.3 Karakteristik Air Limbah Tahu ...................................................................... 7
BAB III METODOLOGI ................................................................................................. 9
3.1 Pelaksanaan ....................................................................................................... 9
3.2 Data Sampling ................................................................................................... 9
3.3 Alat ..................................................................................................................... 9
3.4 Bahan ................................................................................................................. 9
3.5 Cara Kerja ....................................................................................................... 10
3.5.1 Pengolahan Air Limbah secara Anaerobic Baffled Reactor ................ 10
3.5.2 Pengecekan Parameter Inlet dan Outlet ............................................... 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 16
4.1 Data Pengamatan ............................................................................................ 16
4.2 Pembahasan ..................................................................................................... 18
BAB V PENUTUP...............................................................Error! Bookmark not defined.
5.1 Kesimpulan ..............................................................Error! Bookmark not defined.
5.2 Saran ....................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED


ii
REACTOR – KEL.2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses produksi tahu menghasilkan limbah cair dalam kuantitas yang besar
dengan rata-rata jumlah limbah cair industri tahu per kilogram kedelai yang diolah
adalah 17±3 L (Romli, 2009). Karakteristik limbah cair tahu sebagian besar terdiri
dari polutan organik dengan nilai yang cukup tinggi sehingga dibutuhkan
pengolahan limbah yang efisien dan relatif murah, serta tidak memerlukan lahan
yang luas. Pada penelitian ini, akan digunakan reaktor Anaerobic Baffled Reactor
skala laboratorium dan diamati degradasi senyawa organik. Penelitian ini
diharapkan dapat mendorong pengolahan limbah cair tahu di kawasan industri,
sehingga masalah limbah cair tahu akan teratasi.
Adapun manfaat dari proses Anaerobic Baffled Reactor output dari
pengolahan air limbah ini, yakni berupa air yang kembali bersih dapat
dimanfaatkan untuk pertanian.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana proses pengolahan air limbah secara Anaerobic Baffled
Reactor?
b. Apakah proses Anaerobic Baffled Reactor mempunyai potensi untuk
meremediasi kandungan COD, BOD, dan padatan tersuspensi didalam
limbah tahu?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui proses pengolahan air limbah secara Anaerobic Baffled
Reactor.
b. Mengetahui potensi dari proses Anaerobic Baffled Reactor untuk
meremediasi kandungan COD, BOD, dan padatan tersuspensi dalam
limbah tahu.

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED


1
REACTOR – KEL.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anaerobic Baffled Reactor (ABR)


Anaerobic Baffled Reactor (ABR) adalah perkembangan dari tangki septik
yang memiliki tahapan baffle dimana air limbah dipaksa untuk mengalir. Waktu
kontak yang bertambah dengan biomassa aktif (lumpur) menghasilkan
peningkatan pengolahan.

Gambar 1. Sistem Anaerobic Baffled Reactor (ABR)

Anaerobic Baffled Reactor (ABR) digambarkan sebagai rangkaian dari up


flow anaerobic sludge blanket reactors (UASBS) karena terbagi menjadi
beberapa kompartemen. Tipikal ABR terdiri dari rangkaian baffles vertical yang
mengarahkan air limbah kebawah dan keatas baffles saat melewati inlet sampai
outlet.

Gambar 2. Skematik proses pengolahan di Anaerobic Baffled Reactor (ABR)

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED


2
REACTOR – KEL.2
Pada proses anaeerobic baffled reactor, baffled digunakan untuk
mengarahkan aliran air limbah dalam mode upflow melalui serangkaian sludge
blanket reactors. Lumpur di dalam reaktor naik dan turun dengan produksi gas
dan aliran, tetapi bergerak melalui reaktor pada tingkat yang lambat. Aliran yang
mengalir ke atas dan bawah mengurangi bakteri yang hanyut, yang
memungkinkan ABR untuk mempertahankan massa biologis aktif (active
biological mass) tanpa menggunakan media tetap. Konfigurasi ini memberikan
kontak yang lebih intim antara biomassa anaerobik dan air limbah, yang
meningkatkan kinerja pengolahan.
Bakteri yang berada di antara reaktor cenderung meningkat dan menetap
dengan produksi gas dalam setiap kompartemen, tapi mereka bergerak ke bawah
reaktor secara horizontal pada tingkat lambat, memberi peningkatan pada waktu
tinggal padatan (Solid Retention Time) 100 hari pada waktu tinggal hidrolik 20
jam. Pergerakan lambat secara horizontal memungkinkan air limbah untuk datang
ke dalam hubungan yang erat (intim) dengan biomassa aktif saat melalui ABR
dengan waktu tinggal hidrolik (Hidraulic Retention Time) yang singkat (6‐20
jam).
Proses yang terjadi di dalam anaerobic baffled reactor (ABR) adalah berbagai
ragam kombinasi proses anaerobic hingga hasil akhirnya lebih baik, proses‐proses
tersebut adalah: 1. Sedimentasi padatan 2. Proses dekomposisi anaerobic larutan
dan padatan melalui kontak dengan lumpur/sludge 3. Proses dekomposisi
anaerobic (fermentasi) lumpur/sludge bagian bawah 4. Sedimentasi bahan mineral
(stabilisasi).
Pada baffle reactor, proses yag terjadi adalah proses penguraian karena kontak
antara limbah dengan akumulasi mikroorganisme. Baffle reactor yang baik
memiliki minimum 4 ruang/bak. Kecepatan aliran uplift tidak boleh lebih dari
2m/jam, bila terlampau cepat maka proses penguraian tidak terjadi dengan
semestinya dan bangunan yang kita buat tidak berguna. Hal yang perlu
diperhatikan pada tahap permulaan penerapan baffle reactor adalah efisiensi
pengolahan tergantung pada perkembangbiakan bakteri aktif. Pencampuran
limbah baru dengan lumpur lama dari air limbah mempercepat pencapaian kinerja

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED


3
REACTOR – KEL.2
pengolahan yang optimal. Hal tersebut akan memberi kesempatan yang cukup
bagi bakteri untuk berkembang biak sebelum padatan tersuspensi keluar.
Teknologi ABR ini mudah beradaptasi dan dapat digunakan di tingkat rumah
tangga atau lingkungan kecil yang menggunakan jumlah air yang cukup banyak
untuk mencuci pakaian, mandi, dan penggelontoran toilet atau biasa disebut grey
water. Teknologi ini cocok jika penggunaan air dan penyuplaian air limbah relatif
konstan. Teknologi ini juga cocok untuk daerah yang lahannya sempit karena
tangki dipasang di bawah tanah dan membutuhkan area yang kecil. Teknologi ini
tidak boleh dipasang di daerah dengan muka air tanah yang tinggi karena infiltrasi
akan memengaruhi efisiensi pengolahan dan mengkontaminasi air tanah. Inflow
tipikal untuk pembuatan ABR antara 2000 – 20.000 L/hari.
ABR tidak akan beroperasi pada kapasitas penuh untuk beberapa bulan setelah
pemasangan karena waktu start up yang lama dibutuhkan untuk proses anaerobik
digestion dari lumpur. Oleh karena itu, teknologi ABR tidak dapat digunakan saat
sistem pengolahan harus segera dilakukan. Agar ABR dapat mulai bekerja dengan
cepat, dapat ditambah media, misalnya lumpur aktif dapat dipakai sehingga
bakteri aktif dapat mulai bekerja dan berkembang biak dengan segera. Karena
tangki ABR harus dikuras secara reguler, maka lokasi ABR harus dapat dimasuki
oleh truk penyedot lumpur. ABR dapat dipasang di berbagai iklim walaupun
efisiensinya dapat berubah di iklim yang lebih dingin.
Keuntungan dari penggunaan proses ABR pada pengolahan limbah adalah
sebagai berikut :
a. Sederhana, karena tidak ada pengemasan material, tidak memerlukan
metode pemisahan gas khusus, tidak ada bagian (alat pengolah) yang
bergerak, tidak ada pencampuran mekanik
b. Waktu tinggal padatan (SRT) yang lama dimungkinkan dengan waktu
tinggal hidrolik (HRT) yang rendah
c. Tidak diperlukan karakteristik biomassa yang khusus
d. Air limbah dengan berbagai karakteristik konstituen dapat diolah
e. Operasi yang bertahap untuk meningkatkan kineti
f. Stabil untuk beban kejutan (shock loads)

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED


4
REACTOR – KEL.2
Kekurangan dari penggunaan teknologi ABR pada pengolahan limbah adalah
sebagai berikut :
Membutuhkan debit air limbah yang konstan
a. Effluent membutuhkan pengolahan sekunder
b. Pengurangan patogen yang rendah
c. Membutuhkan ahli desain dan konstruksi
d. Membutuhkan pre‐treatment untuk mencegah clogging

2.2 Air Limbah Tahu


Tahu merupakan salah satu sumber makanan yang berasal dari kedelai yang
mengandung protein tinggi, dimana dalam 100 gr tahu mengandung 68 gr kalori,
protein 7,8 gr, lemak 4,6 gr, hidrat arang 1,6 gr, kalsium 124 gr, fosfor 63 mg,
besi 0,8 mg, vitamin B 0.06 mg, air 84,8 gr (Partoatmojo,S. 1991).
Tahu diperoleh melalui proses pengumpalan (pengendapan) protein susu
kedelai, bahan yang digunakan adalah batu tahu (CaSO4), Asam cuka
(CH3COOH) dan MgSO4. Secara umum proses pembuatan tahu meliputi,
perendaman, penggilingan, pemasakan, penyaringan, pengumpalan,
pencetakan/pengerasan dan pemotongan. Skema proses pembuatan tahu disajikan
pada gambar 1 dan lampiran 1. Produksi tahu masih dilakukan dengan teknologi
yang sederhana, dibuat oleh pengrajin sendiri dalam skala industri rumah tangga
atau industri kecil sehingga tingkat efisiensi penggunaan air dan bahan baku
kedelai dirasakan masih rendah dan tingkat produksi limbahnya sangat tinggi.
Industri tahu merupakan sektor yang potensial dalam upaya penyerapan tenaga
kerja, terutama didaerah yang padat penduduknya. Industri kecil ini umumnya
mempunyai modal kecil atau lemah, sehingga masih banyak keterbatasan yang
harus mereka tanggulangi, diantaranya penanganan limbah. Air limbah tahu
sebagian besar terdiri dari limbah organik dengan nilai COD ( Chemical Oxygen
Demand ) cukup tinggi, yaitu 5771 mg/l (Anonim 2004). COD adalah jumlah
oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada
dalam satu liter sampel air. Nilai COD merupakan ukuran pencemaran air oleh
zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED


5
REACTOR – KEL.2
Kedelai

Air Pencucian kedelai Kotoran


Limbah

Perendaman Kotoran
(Air hangat 550C:  3 jam) Limbah

Penggilingan

Pemasakan
(1000C selama 30-45 menit)

Ampas Tahu
Penyaringan

Penggumpalan Whey

Pencetakan/Pengerasan
Whey

Pemotongan

Tahu

Perendaman
(Air hangat 800C)

Tahu
Gambar 1. Skema Proses Pembuatan Tahu
(Sumber : Potter, C.Soepardi, M & Gani A.
1994)

mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut didalam air.


Sehingga jika air limbah tahu langsung dibuang ke badan air akan menurunkan
oksigen terlarut dalam air. Bila hal ini dibiarkan akan menimbulkan bau busuk
yang dapat mengganggu masyarakat dari segi estetika dan kesehatan. Untuk
mengurangi beban polusi akibat buangan air limbah industri tahu, maka perlu

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED


6
REACTOR – KEL.2
adanya instalasi pengolahan limbah yang memadai sehingga memenuhi baku
mutu air limbah sebelum dibuang ke badan air penerima. Air limbah tahu
merupakan limbah organik dan tidak mengandung logam berat, sehingga proses
pengolahannya dapat dilakukan secara biologi. Proses pengolahan biologi
merupakan suatu proses pengolahan limbah dengan memanfaatkan
mikroorganisme seperti bakteri untuk mendegradasi kandungan polutan. Sistem
pengolahan secara biologi dapat menghasilkan produk olahan, maupun produk
samping yang lebih aman terhadap lingkungan, dan lumpur yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik atau media tanam yang sangat baik.

2.3 Karakteristik Air Limbah Tahu


Sebagian besar sumber limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan
tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan
air dadih (whey). Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat
segera terurai. Limbah cair ini sering dibuang secara langsung tanpa pengolahan
terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari sungai. Sumber
limbah cair lainnya berasal dari pencucian kedelai, pencucian peralatan proses,
pemasakan dan larutan bekas rendaman kedele.
Jumlah air limbah tahu yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu kira-
kira 15-20 l / kg bahan baku kedelai, sedangkan beban pencemarannya kira-kira
sebesar 30 kg Total Suspended Solids (TSS) / kg bahan baku kedelai , Biologycal
Oxygen Demand (BOD) 65 gr / kg bahan baku kedelai dan Chemical Oxygen
Demand (COD) 130 gr/ kg bahan baku kedelai. (Potter, C.Soeparwadi, M & Gani
A. 1994).
Total Suspended Solids (Padatan Total tersuspensi) adalah zat-zat padat
tersuspensi yang tersisa sebagai residu dalam suatu bejana, bila sampel air dalam
bejana tersebut dikeringkan pada suhu tertentu. Biologycal Oxygen Demand
(kebutuhan oksigen biologis) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri
untuk menguraikan atau mengoksidasikan hampir semua zat organis yang terlarut
dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air. Chemical Oxygen
Demand atau kebutuhan oksigen kimia, merupakan ukuran bagi pencemaran air

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED


7
REACTOR – KEL.2
oleh zat-zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses
mikrobiologis.

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED


8
REACTOR – KEL.2
BAB III
METODOLOGI
3.1 Pelaksanaan
- Hari / Tanggal : Selasa dan Kamis / 16 dan 18 April 2019
- Lokasi : Laboratorium Lingkungan Politeknik AKA Bogor
- Bakteri : EM4
- Jenis Limbah : Limbah Cair Tahu

3.2 Data Sampling


a. Sampling Pertama
- Hari / Tanggal : Selasa / 16 April 2019
- Waktu : 10.00 WIB
- Tempat : Pabrik Tahu Sebrang Puskesmas
- Petugas : Ade Yusuf dan Reflizal
- Wujud : Cair
- Warna : Kuning keruh
- Bau : Bau khas limbah tahu
b. Sampling Kedua
- Hari / Tanggal : Rabu / 18 April 2019
- Waktu : 05.21 WIB
- Lokasi : Pabrik Tahu Sebrang Puskesmas
- Petugas : Veiny dan Agung

3.3 Alat
PH universal, alat ABR, Botol Winkler, Pipet Volum, Buret, Wadah Limbah,
Beaker Glass, Tabung Reaktor, COD Reaktor, Erlenmeyer, Kaki Tigas, Bunsen,
Oven, Aerator, Pinggan Penguap, dan Alkohol.

3.4 Bahan
Air Limbah Tahu, AgNO3 0,025 N, K2Cr2O7, Kanji, H2SO4, Larutan
Pengencer, FAS 0,02 N, MnSO4 AIA, Indikator Feroin, dan Aquabidest.

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED


9
REACTOR – KEL.2
3.5 Cara Kerja
3.5.1 Pengolahan Air Limbah secara Anaerobic Baffled Reactor

Masukkan Air
Siapkan EM4 yang Sampling Cek parameter
Limbah Tahu ke
sudah diaktivasi Air Limbah Inlet Limbah
dalam alat ABR, cek
selama 24 jam Tahu Cair Tahu
outlet yang keluar

3.5.2 Pengecekan Parameter Inlet dan Outlet


a. pH

Cek menggunakan pH Universal

b. Cara Kerja TS

Keluarkan pinggang Timbang Pipet 10 mL sampel


Oven pinggang
penguap dan bobot cawan dan masukkan ke
penguap 105OC
masukkan ke kosong pinggang cawan
selama 2 jam
desikator

Keluarkan pinggang Masukkan Panaskan


Bersihkan bagian
penguap dan cawan keoven dalam
belakang cawang
masukkan ke suhu 1050C penangas
dengan alkohol
desikator selama 1 jam hingga kering

Timbang
hingga bobot
tetap dan
catat

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED 1


REACTOR – KEL.2 0
c. Cara Kerja TDS

Oven pinggang Keluarkan pinggang Timbang Pipet 10 mL sampel


penguap penguap dan bobot cawan dan masukkan ke
105OC selama masukkan ke kosong pinggang cawan
2 jam desikator dengan penyaringan

Keluarkan pinggang Masukkan Panaskan


Bersihkan bagian
penguap dan cawan keoven dalam
belakang cawang
masukkan ke suhu 1050C penangas
dengan alkohol
desikator Selama 1 jam hingga kering

Timbang
hingga bobot
tetap dan
catat

d. Cara Kerja COD


- Standardisasi FAS (Ferri Amonium Sulfat) 0,02 N

Ditimbang Ditambahkan : Ditambahkan


langsung
- 10 mL aquabidest Dinginkan indikator
0,0245 gram
- 15 mL H2SO4 pekat feroin 3 tetes
K2Cr2O7 didalam
- 15 mL aquabidest
erlemeyer

Dicatat hasil Dititrasi dengan


titrasi, dan FAS 0,02 N (TA =
dilakukan merah kecoklatan)
secara duplo

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED 1


REACTOR – KEL.2 1
- Preparasi sampel air limbah untuk pengenceran 2000x dan 5000x

diambil air Ditera dengan


Dipipet 1 mL air
limbah sebelum aquabidest Dihomogenkan
limbah ke dalam
dan setelah sampai tanda
labu takar 100 mL
proses ABR tera

Fp =5000X Fp =2000 X

Ditera dengan Dipipet 5 mL Dipipet 2 mL ke


aquabidest sampai ke dalam labu dalam labu takar
tanda tera dan takar 100 mL 100 mL
dihomogenkan

Ditera dengan
aquabidest sampai
tanda tera dan
dihomogenkan

- penetapan kadar COD

Dipipet 2 mL sampel Ditambahkan : Tabung di Dinginkan di


Fp = 2000X dan Fp = reactor
- 2 mL K2Cr2O7 dalam gelas
5000X masing masing selama 1 jam,
- 2 mL Ag2SO4 + piala berisi air
berturut-turut ke T = 1500C
H2SO4
dalam tabung reaktor

Titrasi dengan Ditambakan Dipindahkan


Dicatat hasil larutan ditabung
FAS 0,02 N indikator
titrasi reactor ke dalam
(TA = merah feroin 3 tetes
kecoklatan) erlemeyer

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED 1


REACTOR – KEL.2 2
e. Penetapan BOD
- Standardisasi Tio 0,0250 N

Ditimbang Ditambahkan : Dititrasi dengan Ditambahkan


langsung 0,0306 - 25 mL aquabidest TiO 0,0250 N indikator kanji
gram K2Cr2O7 - 7,5 mL H2SO4 4N sampai warna 3 drop
didalam erlemeyer - 10 mL KI 10 % kuning muda

Dicatat hasil Dititrasi dengan


titrasi dan TiO 0,0250 N (TA =
dilakukan hijau)
secara duplo

- Preparasi sampel air limbah untuk pengenceran 5000x dan 10000x


diambil air Ditera dengan
Dipipet 2 mL air limbah
limbah sebelum larutan pengencer
proses fitoremediasi ke
dan sesudah sampai tanda tera
dalam labu takar 100 mL
proses ABR dan dihomogenkan

Caker Fp = 5000X Caker Fp = 10000X


Ditera dengan
Ditambahkan Dipipet 5 mL Dipipet 50 mL ke larutan
larutan pengencer ke dalam dalam labu takar pengencer
sampai volume gelas piala 100 mL sampai tanda tera
sampel di gelas 500 mL dan
piala 500 mL dihomogenkan

Ditambahkan larutan
Dipipet 5 mL ke
Diarasi 30 pengencer sampai
dalam gelas piala
volume sampel di
menit 500 mL
gelas piala 500 mL

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED 1


REACTOR – KEL.2 3
- Penetapan DO-0
a. Ditambahkan 1 mL
Pipet 100 mL sampel Ditambahkan 1 mL MnSO4
b. MnSO4 ( syarat : Ujung
yang telah di encerkan ( syarat : Ujung pipet
c. pipet tercelup)
5000 X dan 1000 X menyentuh dasar botol)
masing-masing
kedalam botol winkler

Ditambahkan Botol dikocok dan Botol ditutup


Botol yang berisi 1 mL H2SO4 dibiarkan sampel dan jangan
sampel didinginkan pekat melalui didalam botol sampai ada
dan dikocok sampai dinding botol mengendap gelumbung
endapannya larut

Dititrasi lagi
Dititrasi sample Ditambahkan
dengan TiO
Larutan sampel dengan TiO 0,0250 1 drop
0,0250 N (TA =
didalam botol di N sampai berwarna inditator
tidak berwarna)
pindahkan ke kuning muda kanji
erlemeyer

Dicatat hasil
tirasi
- Preparasi sampel DO-3 atau DO-5
a.
Pipet 100 mL sampel Sampel Diinkubasi Sesuai
d. Ditambahkan 1 mL MnSO4
yang telah di encerkan yang ditetapkan,kalo DO-3
e. ( syarat : Ujung pipet
5000 X dan 1000 X inkubasi 3 hari ( T =
f. 250C)dan sedamgkan DO-5 menyentuh dasar botol)
masing-masing
g. botol winkler
kedalam 5 hari (T = 200C)

Botol dikocok dan Botol ditutup Ditambahkan 1 mL


Ditambahkan
dibiarkan sampel dan jangan MnSO4 ( syarat : Ujung
1 mL H2SO4
didalam botol sampai ada pipet tercelup)
pekat melalui
mengendap gelumbung
dinding botol
Ditambahkan
Larutan sampel Dititrasi sample 1 drop
didalam botol di dengan TiO 0,0250 inditator
Botol yang berisi
pindahkan ke N sampai berwarna kanji
sampel didinginkan
erlemeyer kuning muda
dan dikocok sampai
endapannya larut
Dititrasi lagi dengan TiO 0,0250 N (TA =
Dicatat hasil
tidak berwarna)
tirasi

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED 1


REACTOR – KEL.2 4
- Pembuatan Larutan Pengencer untuk Pengencer limbah Penetapan DO

Dipipet :
Dimasukkan kedalam Ditambahkan air
10 mL MgSO 4 Ember 10 L suling sebanyak
10 L
10 mL CaCl2

10 mL FeCl

10 mL Fosfat Diaerasi selama 24


jam

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED 1


REACTOR – KEL.2 5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


pH Sampel
pH Inlet pH Outlet
5 4

Standardisasi FAS 0,02N Hari ke 0

Bobot V FAS Normalitas


rerata N % RPD
K2Cr2O7 (mg) (mL) (N)
24,60 26,47 0,0190
0,0193 2,75%
24,50 25,60 0,0195

Standardisasi FAS 0,02N Hari ke 3

Bobot V FAS Normalitas


rerata N % RPD
K2Cr2O7 (mg) (mL) (N)
24,40 20,80 0,0293
0,0242 2,48%
24,70 20,55 0,0245

COD Inlet COD Outlet

V FAS Kadar COD V FAS Kadar COD


Sampel Sampel
(mL) (mg/L) (mL) (mg/L)
Blanko
Blanko 1 9,80 9,57
1
Blanko
Blanko 2 9,77 9,60
2
Sampel
Sampel
9,75 7720 2500x 9,45 16940
2500x 1
1
Sampel
Sampel
9,70 17370 2500x 9,45 16940
2500x 2
2
Sampel
Sampel
9,63 61760 5000x 9,33 125840
5000x 1
1
Sampel
Sampel
9,60 73340 5000x 9,35 116160
5000x 2
2

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED 1


REACTOR – KEL.2 6
Standardisasi Na2S2O3 0,025 N Hari ke 0

Bobot V Tio Normalitas rerata


% RPD
K2Cr2O7 (mg) (mL) (N) N
31,00 27,33 0,0231
0,0230 0,87%
30,40 27,10 0,0229

Standardisasi Na2S2O3 0,025N Hari ke 3

Bobot V Tio Normalitas rerata


% RPD
K2Cr2O7 (mg) (mL) (N) N
30,70 29,23 0,0214
0,0218 3,67%
30,90 28,37 0,0222

Standardisasi Na2S2O3 0,025N Hari ke 7

Bobot V Tio Normalitas rerata


% RPD
K2Cr2O7 (mg) (mL) (N) N

30,50 28,33 0,0220


0,0211 3,79%
30,90 31,23 0,0202

TS, TDS, dan TSS Inlet


V sampel Bobot Bobot Isi Kadar rerata kadar TSS
Sampel
(mL) Kosong (g) (g) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
TS 1 53,413 53,484 7150
7440
TS 2 55,117 55,194 7730
10 1435
TDS 1 58,946 59,001 5520
6005
TDS 2 54,024 54,089 6490

TS, TDS, dan TSS Outlet

V sampel Bobot Bobot Isi Kadar rerata kadar TSS


Sampel
(mL) Kosong (g) (g) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
TS 1 43,648 43,689 4150
4420
TS 2 53,408 53,455 4690
10 525
TDS 1 58,978 58,978 3930
3895
TDS 2 53,282 53,3200 3840

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED 1


REACTOR – KEL.2 7
4.2 Pembahasan
Dalam Permen LH No.5 tahun 2014 tentang baku mutu air limbah menyebutkan
bahwa air limbah merupakan sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang berwujud
cair. Yang dimaksud sisa suatu kegiatan disini merupakan sisa suatu kegiatan dan/atau
proses produksi yang dihasilkan dari rumah tangga , pelayanan jasa , industry ,
pertambangan dan kegiatan lain.

Limbah tahu merupakan limbah yang dihasilkan dari sisa proses pengolahan
kedelai menjadi tahu yang terbuang karena tidak terbentuk dengan baik menjadi tahu
sehingga tidak dapat dikonsumsi. Limbah tahu terdiri atas dua jenis yaitu limbah cari dan
limbah padat. Limbah cair merupakan bagian terbesar dan berpotensi mencemari
lingkungan.

Oleh sebab itu dalam praktikum ini dalam menanggulangi pencemaran limbah
cair tahu dilakukan proses pengolahan limbah menggunakan anaerobic baffled reactor,
selama 2 hari dimana parameter yang diuji sebagai kenaikan kualitas limbah cair tahu
diantaranya pH , BOD , COD dan kadar TSS.

 pH
Pada parameter nilai pH dilakukan pengujian pada limbah cair tahu
sebelum dan setelah
Masuk proses pengolahan. Limbah cair tahu pada inlet atau sebelum
pengolahan didapatkan nilai pH yang rendah yaitu pH 5, dan setelah proses
pengolahan limbh pH limbah kian menurun menjadi pH 4. pH air limbah setelah
proses pengolahan tidak memenuhi baku mutu air limbah yaitu pH normal air
yaitu sekitar 6-9.
Hal ini dikarenakan pada saat dekomposisi bahan organik menghasilkan
senyawaan-senyawaan asam organic seperti asam asetat yang dapat
menurunkan pH air limbah. Oleh karena itu pelru dilakukan pengolahan lebih
lanjut untuk menaikan pH air limbah sehingga dapat memenuhi baku mutu air
limbah sesuai permen LH no. 5 tahun 2014 tentang baku mutu air limbah pada
lampiran XVIII.

 Kadar TSS

Pada praktikum ini diuji kandungan partikel atau padatan dalam air
limbah baik dalam bentuk total solid (TS), Total dissolved solid (TDS) dan total
suspended solid (TSS). Pada praktikum ini yang menjadi fokus kami yaitu pada
kandungan padatan tersuspensi atau TSS , karena padatan tersuspensi ini
merupakan padatan sangat kecil yang tidak larut dalam air namun akan terus
melayang dalam air sehingga apabila padatan ini masuk kedalam tubuh makhluk
hidup baik itu manusia maupun biota laut maka akan mempengaruhi kesehatan.

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED 1


REACTOR – KEL.2 8
Dilakukan pengujian kadar TS dan kadar TDS sebelum dan sesudah
pengolahan terlebih dahulu untuk menentukan nilai TSS. Pada limbah cair tahu
sebelum pengolahan didapatkan nilai kadar TS dan TDS berturut-turut sebesar
7440 mg/L dan 6005 mg/L. Dan pada outlet atau setelah pengolahan didapatkan
nilai TS dan TDS sebesar 4420 mg/L dan 3895 mg/L. Untuk menentukan Nilai TSS
dihitung selisi TS dan TDS sehingga didapatkan nilai kadar TSS inlet dan outlet
berturut-turut sebesar 1435 mg/L dan 525 mg/L.

Pada praktikum ini terdapat penurunan nilai TSS sebelum dan setelah
pengolahan yang berarti bahwa pengolahan limbah menggunakan Anaerobic
baffled reactor efektif dalam menurunkan kadar TSS sebesar 63,41%. Hal ini
menunjukkan bahwa kandungan padatan tersuspensi seperti logam-logam
dapat dihilangkan dengan ABR, namun nilai TSS pada outlet ini masih belum
memenuhi baku mutu air limbah pengolahan kedelai (tahu) menurut permen LH
No.5 tahun 2014 yang menyebutkan bahwa baku mutu limbah cair tahu pada
parameter TSS sebesari 200 mg/L. Hal ini berarti ada beberapa factor yang
menyebabkan nilai TSS masih belum memenuhi baku mutu seperti lamanya
waktu tinggal, oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan kembali agar nilai TSS
dapat memenuhi baku mutu sehingga aman apabila dibuang ke badan air atau
lingkungan.

 Kandungan bahan Organik (COD dan BOD)

Pada praktikum ini dilakukan pengujian penurunan kandungan bahan


organik terdapat dalam limbah cair tahu secara COD maupun BOD. Uji COD
merupakan suatu uji menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan
oksidan, misalnya kalium dikromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik
yang terdapat dalam air limbah. Sedangkan Uji BOD merupakan suatu uji
menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat dalam air limbah.

Pada uji BOD dilakukan pengujian kadar BOD sebelum dan setelah
pengolahan limbah menggunakan Anaerobic baffled reactor. Dilakukan
pengujian kadar BOD dalam 2 jenis perlakuan sampel yaitu sampel dengan
pengenceran 5000x dan 10000x. Pada inlet atau sebelum pengolahan
didapatkan nilai BOD untuk sampel 5000x dan 10000x berturut-turut sebesar -
0,2414 mg/L dan 5,2085 mg/L. sedangkan pada sampel outlet didapatkan nilai
BOD sebesar 2,5866 mg/L untuk sampel 5000x dan 3,9365 mg/L untuk sampel
10000x.

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED 1


REACTOR – KEL.2 9
Pada inlet nilai BOD untuk sampel 5000x nilainya minus (-). Hal ini
dikarenakan nilai DO3 lebih besar disbanding DO0 yang seharusnya secara teori
bahwa nilai DO0 harus lebih besar dari nilai DO3. Ada beberapa faktor yang
membuat nilai DO3 menjadi lebih besar disbanding DO0 diantaranya kemurnian
FAS yang digunakan sehingga nilai normalitas FAS berbeda dengan FAS yang
digunakan dalam pengujian DO0 ataupun pada kesalahan analis seperti
pembacaan hasil titrasi atau penentuan titik akhir, karena untuk nilai kadar BOD
sampel 10000x tidak terdapat kesalahan nilai bod yang menyebabkan nilai
menjadi minus (-).

Sedangkan pada Uji COD Terjadi kenaikan hasil antara sebelum dan
sesuda pengolahan. Hal ini berlawanan dengan hasil teoritis yang seharusnya
nilai COD antara sebelum dan sesuda mengalami penurunan hasil. Karena
penurunan nilai COD menandakan kenaikan kualitas air. Ada beberapa faktor
yang menyebabkan nilai cod menjadi bermasalah yaitu perbedaan nilai
normalitas FAS yang digunakan sangat berbeda jauh secara signifikan hal ini
berarti kemurnian FAS yang digunakan sangat jauh berbeda sehingga
mempengaruhi nilai titik akhir dan hasil menjadi sangat jauh berbeda.

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED 2


REACTOR – KEL.2 0
BAB V

Penutup

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa pengolahan


limbah cair tahu dengan menggunakan Anaerobic Baffled Reactor belum efektif
dan maksimal. Karena hanya bisa menurunkan kadar parameter BOD,TS,TDS,dan
TSS sedangkan kadar COD naik. Jika dibandingkan dengan baku mutu yaitu
Permen LH no 5 Tahun 2014, dari parameter BOD,TS,TDS,TSS hanya nilai BOD
yang memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan.

Saran
- Meningkatkan kinerja anaerobic baffled reactor dengan melakukan
pengurasan lumpur dan pencucian media filter
- Lamanya waktu tinggal lebih di perbesar lagi agar hasil pengolahan dapat
memenuhi semua parameter sesuai baku mutu permen LH No. 5 Tahun
2014.

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED 2


REACTOR – KEL.2 1
- LAMPIRAN

Aklimatisasi EM4

Proses Memasukkan Limbah Cair Tahu ke ABR

Analisis COD

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED 2


REACTOR – KEL.2 2
Pengujian pH

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED 2


REACTOR – KEL.2 3
Analisis BOD

Analisis TSS

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED 2


REACTOR – KEL.2 4
DAFTAR PUSTAKA

- Alaerts, G dan Santika, SS. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha


Nasional. Surabaya.
- Anonim. 1992. Manajemen Limbah Industri Pangan. PAU Pangan &
Gizi UGM. Yogyakarta.
- Betty Sri, LJ dan Winiati Pudji, R. 1993. Penangan Limbah Industri
Pangan, PAU Pangan & Gizi IPB. Bogor.
- Hartati, ME. 1998. Proses Pengolahan Air Limbah Industri Kecil Tahu
Secara Aerobik-Anaerobik. Buletin Berita Lit Bang Industri 24: 45-55.

MAKALAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIC BAFFLED 2


REACTOR – KEL.2 5

Anda mungkin juga menyukai