Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan kemurahan hati-
Nya, kami menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini berisi tentang
Pengolahan Air Limbah secara Anaerobic Baffled Reactor dan dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Pengolahan Air dan Air Limbah.
Terimakasih kami ucapakan kepada semua elemen yang telah membantu
kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Makalah Pengolahan Air Limbah secara Anaerobic Baffled Reactor ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami juga meminta maaf apabila ada
kesalahan pada laporan audit lingkungan ini, maka dari itu kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan. Sekian dan terimakasih.
Kelompok 2
1.3 Tujuan
a. Mengetahui proses pengolahan air limbah secara Anaerobic Baffled
Reactor.
b. Mengetahui potensi dari proses Anaerobic Baffled Reactor untuk
meremediasi kandungan COD, BOD, dan padatan tersuspensi dalam
limbah tahu.
Perendaman Kotoran
(Air hangat 550C: 3 jam) Limbah
Penggilingan
Pemasakan
(1000C selama 30-45 menit)
Ampas Tahu
Penyaringan
Penggumpalan Whey
Pencetakan/Pengerasan
Whey
Pemotongan
Tahu
Perendaman
(Air hangat 800C)
Tahu
Gambar 1. Skema Proses Pembuatan Tahu
(Sumber : Potter, C.Soepardi, M & Gani A.
1994)
3.3 Alat
PH universal, alat ABR, Botol Winkler, Pipet Volum, Buret, Wadah Limbah,
Beaker Glass, Tabung Reaktor, COD Reaktor, Erlenmeyer, Kaki Tigas, Bunsen,
Oven, Aerator, Pinggan Penguap, dan Alkohol.
3.4 Bahan
Air Limbah Tahu, AgNO3 0,025 N, K2Cr2O7, Kanji, H2SO4, Larutan
Pengencer, FAS 0,02 N, MnSO4 AIA, Indikator Feroin, dan Aquabidest.
Masukkan Air
Siapkan EM4 yang Sampling Cek parameter
Limbah Tahu ke
sudah diaktivasi Air Limbah Inlet Limbah
dalam alat ABR, cek
selama 24 jam Tahu Cair Tahu
outlet yang keluar
b. Cara Kerja TS
Timbang
hingga bobot
tetap dan
catat
Timbang
hingga bobot
tetap dan
catat
Fp =5000X Fp =2000 X
Ditera dengan
aquabidest sampai
tanda tera dan
dihomogenkan
Ditambahkan larutan
Dipipet 5 mL ke
Diarasi 30 pengencer sampai
dalam gelas piala
volume sampel di
menit 500 mL
gelas piala 500 mL
Dititrasi lagi
Dititrasi sample Ditambahkan
dengan TiO
Larutan sampel dengan TiO 0,0250 1 drop
0,0250 N (TA =
didalam botol di N sampai berwarna inditator
tidak berwarna)
pindahkan ke kuning muda kanji
erlemeyer
Dicatat hasil
tirasi
- Preparasi sampel DO-3 atau DO-5
a.
Pipet 100 mL sampel Sampel Diinkubasi Sesuai
d. Ditambahkan 1 mL MnSO4
yang telah di encerkan yang ditetapkan,kalo DO-3
e. ( syarat : Ujung pipet
5000 X dan 1000 X inkubasi 3 hari ( T =
f. 250C)dan sedamgkan DO-5 menyentuh dasar botol)
masing-masing
g. botol winkler
kedalam 5 hari (T = 200C)
Dipipet :
Dimasukkan kedalam Ditambahkan air
10 mL MgSO 4 Ember 10 L suling sebanyak
10 L
10 mL CaCl2
10 mL FeCl
Limbah tahu merupakan limbah yang dihasilkan dari sisa proses pengolahan
kedelai menjadi tahu yang terbuang karena tidak terbentuk dengan baik menjadi tahu
sehingga tidak dapat dikonsumsi. Limbah tahu terdiri atas dua jenis yaitu limbah cari dan
limbah padat. Limbah cair merupakan bagian terbesar dan berpotensi mencemari
lingkungan.
Oleh sebab itu dalam praktikum ini dalam menanggulangi pencemaran limbah
cair tahu dilakukan proses pengolahan limbah menggunakan anaerobic baffled reactor,
selama 2 hari dimana parameter yang diuji sebagai kenaikan kualitas limbah cair tahu
diantaranya pH , BOD , COD dan kadar TSS.
pH
Pada parameter nilai pH dilakukan pengujian pada limbah cair tahu
sebelum dan setelah
Masuk proses pengolahan. Limbah cair tahu pada inlet atau sebelum
pengolahan didapatkan nilai pH yang rendah yaitu pH 5, dan setelah proses
pengolahan limbh pH limbah kian menurun menjadi pH 4. pH air limbah setelah
proses pengolahan tidak memenuhi baku mutu air limbah yaitu pH normal air
yaitu sekitar 6-9.
Hal ini dikarenakan pada saat dekomposisi bahan organik menghasilkan
senyawaan-senyawaan asam organic seperti asam asetat yang dapat
menurunkan pH air limbah. Oleh karena itu pelru dilakukan pengolahan lebih
lanjut untuk menaikan pH air limbah sehingga dapat memenuhi baku mutu air
limbah sesuai permen LH no. 5 tahun 2014 tentang baku mutu air limbah pada
lampiran XVIII.
Kadar TSS
Pada praktikum ini diuji kandungan partikel atau padatan dalam air
limbah baik dalam bentuk total solid (TS), Total dissolved solid (TDS) dan total
suspended solid (TSS). Pada praktikum ini yang menjadi fokus kami yaitu pada
kandungan padatan tersuspensi atau TSS , karena padatan tersuspensi ini
merupakan padatan sangat kecil yang tidak larut dalam air namun akan terus
melayang dalam air sehingga apabila padatan ini masuk kedalam tubuh makhluk
hidup baik itu manusia maupun biota laut maka akan mempengaruhi kesehatan.
Pada praktikum ini terdapat penurunan nilai TSS sebelum dan setelah
pengolahan yang berarti bahwa pengolahan limbah menggunakan Anaerobic
baffled reactor efektif dalam menurunkan kadar TSS sebesar 63,41%. Hal ini
menunjukkan bahwa kandungan padatan tersuspensi seperti logam-logam
dapat dihilangkan dengan ABR, namun nilai TSS pada outlet ini masih belum
memenuhi baku mutu air limbah pengolahan kedelai (tahu) menurut permen LH
No.5 tahun 2014 yang menyebutkan bahwa baku mutu limbah cair tahu pada
parameter TSS sebesari 200 mg/L. Hal ini berarti ada beberapa factor yang
menyebabkan nilai TSS masih belum memenuhi baku mutu seperti lamanya
waktu tinggal, oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan kembali agar nilai TSS
dapat memenuhi baku mutu sehingga aman apabila dibuang ke badan air atau
lingkungan.
Pada uji BOD dilakukan pengujian kadar BOD sebelum dan setelah
pengolahan limbah menggunakan Anaerobic baffled reactor. Dilakukan
pengujian kadar BOD dalam 2 jenis perlakuan sampel yaitu sampel dengan
pengenceran 5000x dan 10000x. Pada inlet atau sebelum pengolahan
didapatkan nilai BOD untuk sampel 5000x dan 10000x berturut-turut sebesar -
0,2414 mg/L dan 5,2085 mg/L. sedangkan pada sampel outlet didapatkan nilai
BOD sebesar 2,5866 mg/L untuk sampel 5000x dan 3,9365 mg/L untuk sampel
10000x.
Sedangkan pada Uji COD Terjadi kenaikan hasil antara sebelum dan
sesuda pengolahan. Hal ini berlawanan dengan hasil teoritis yang seharusnya
nilai COD antara sebelum dan sesuda mengalami penurunan hasil. Karena
penurunan nilai COD menandakan kenaikan kualitas air. Ada beberapa faktor
yang menyebabkan nilai cod menjadi bermasalah yaitu perbedaan nilai
normalitas FAS yang digunakan sangat berbeda jauh secara signifikan hal ini
berarti kemurnian FAS yang digunakan sangat jauh berbeda sehingga
mempengaruhi nilai titik akhir dan hasil menjadi sangat jauh berbeda.
Penutup
Kesimpulan
Saran
- Meningkatkan kinerja anaerobic baffled reactor dengan melakukan
pengurasan lumpur dan pencucian media filter
- Lamanya waktu tinggal lebih di perbesar lagi agar hasil pengolahan dapat
memenuhi semua parameter sesuai baku mutu permen LH No. 5 Tahun
2014.
Aklimatisasi EM4
Analisis COD
Analisis TSS