Anda di halaman 1dari 16

Makalah Pengolahan Air Limbah Cair Tahu Secara Anaerobic Baffed

Reactor (ABR)

Disusun Oleh :
Yusuf Abdullah Habibi (1930302)

PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI


KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK AKA BOGOR
2020
Lembar Pengesahan

Makalah ini yang disusun oleh Yusuf Abdullah Habibi berjudul “Pengolahan Air
Limbah Cair Tahu Secara Anaerobic Baffed Reactor (ABR)”. Telah diketahui dan disetujui
pada:

Hari : : Rabu
Tanggal : 22 Juli 2020

Dinyatakan sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas praktik Pengolahan Air dan Air
Limbah.

Mengesahkan,

Dosen PAAL

Silvia…..

ii
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa,yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesakan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu.Makalah ini berjudul pengolahan limbah cair tahu secara Anaerobic baffled Reactor
(ABR).
Saya mengucapkan terimakasih kepada ibu silvia selaku dosen penanggung jawab materi
Anaerobic Baffled Reactor (ABR) pada praktik pengolahan air dan air limbah yang telah
membimbing dan mengarahkan saya selama proses pembuatan makalah ini.Ucapan terimakasih
juga saya ucapkan pada sumber-sumber yang memberikan informasi dan data-data terkait
dengan penyusunan makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini bermanfaat dan mohon maaf bila terjadi
kesalahan maupun kekurangan dalam makalah ini.

Bogor,16 july 2020

penulis

iii
DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN..........................................................................................5
1.1 Latar Belakang........................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................................5
1.4 Manfaat ..................................................................................................................6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................7


2.1 Anaerobic Baffeld Reactor.....................................................................................7
2.1.1 Pengertian Anaerobic Baffeld Reactor....................................................7
2.1.2 Skematik Anaerobic Baffeld Reactor......................................................7
2.2 Proses...................................................................................................................7-8

BAB III. PERCOBAAN.............................................................................................9


3.1 Prinsip.....................................................................................................................9
3.2 Alat dan bahan........................................................................................................9
3.2.1 Limbah cair tahu..................................................................................................9
3.2.2 Aklimatisasi Bakteri.............................................................................................9
3.2.3 Analisis Sifat Fisik...............................................................................................9
3.2.4 Analisis BOD.......................................................................................................9
3.2.5 Analisis COD.....................................................................................................10
3.3 Cara Kerja.............................................................................................................10
3.3.1 Persiapan Aklimatisasi Bakteri..........................................................................10
3.3.2 Proses ABR........................................................................................................10

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................11


4.1 Hasil......................................................................................................................11
4.1.1 Data Pengamatan...............................................................................................11
4.2 Perhitungan......................................................................................................11-13
4.3 Pembahasan.....................................................................................................14-16

BAB V. PENUTUP....................................................................................................17
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................17
5.2 Saran.....................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................18

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini,kualitas air permukaan di Indonesia mulai mendapat banyak perhatian dari
berbagai pihak,terutama pemerintah kabupaten kota,Sudah banyak sumber air yang
tercemar oleh limbah rumah tangga (Black water and Grey water) berbagai upaya telah
dilakukan untuk mengatasi pencemaran tersebut diantaranya ialah dengan menerapkan
program sanitasi berbasis masyarakat di daerah-daerah yang berpotensi sebagai sumber
pencemar,misalnya Kawasan rumah tangga.Ini dilakukan salah satunya adalah dengan
mengolah limbah cair mck secara on site.Teknologi yang murah,tepat dan handal pun
menjadi sangat dibutuhkan sebagai bentuk partisipasi dalam mengatasi mesalah
pemcemaran sumber air,dilakukan reset dan uji coba untuk mengembangkan system
pengolahan limbah rumah tangga yang dapat diandalkan,tepat guna dan biaya terjangkau
salah satu tekhnologi yang digagas adalah Anaerobic baffled reactor (ABR) yang mana
merupakan perkembangan dari sistem tangka anti septik.Dalam bahasan ini penulis akan
menjelaskan tentang bagaimana tekhnologi Anaerobic baffled reactor beropreasi.
1.2 Rumusan Masalah

a) Bagaimana Efisiensi penggunaan ABR dalam penurunan kadar BOD,COD dan TSS
dalam limbah cair tahu ?

b) Bagaiman menganalisis pengolahan limbah cair tahu menggunakan proses Anaerpbic


baffled reactor?

c) Bagaimana mengolah data hasil pengolahan limbah cair tahu menggunakan Anaerobic
baffled reactor

1.3 Tujuan Penelitian

a) Menganalisis Efisiensi penggunaan ABR dalam penurunan kadar BOD,COD dan TSS
dalam limbah cair tahu

b) Menganalisis pengolahan limbah cair tahu menggunakan proses Anaerobic baffled


reactor

c) Menganalisis data hasil pengolahan limbah cair tahu menggunakan anaerobic baffled
Reactor

1.4 Manfaat

5
Manfaat dari makalah ini adalah dapat mengetahui efisisensi ABR dalam penurunan
BOD,COD,TSS dan mengetahui data pengolahan limbah cair tahu dengan ABR.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anaerobic Baffeld Reactor

2.1.1 Pengertian Anaerobic Baffled Reactor


Anaerobic Baffled Reactor adalah perkembangan dari tangka septik yang memiliki
tahapan baffle dimana air limbah dipaksa untuk mengalir.Waktu kontak yang bertambah
dengan biomassa aktif (lumpur) menghasilkan peningkatan pengolahan.ABR
digambarkan sebagai rangkaian dari up flow anaerobic sludge blanked reactors (ASBS)
karena terbagi menjadi beberapa kompartemen.Tipikal ABR terdiri dari rangkaian baffels
vertical yang mengarahkan air limbah ke bawah dan keatas baffles saat melewati inlet
sampai outlet.
2.1.2 Skematik Anaerobic baffled Reactor

6
Pada proses ABR,baffels digunakan untuk mengarahkan aliran air limbah dalam
mode up flow melalui serangkaian slulge blanked reactor lumpur didalam reactor naik
dan turun dengan produksi gas dan aliran,tetapi bergerak melalui reactor pada tingkat
yang lambat.Aliran yang mengalir ke atas dan ke bawah mengurangi bakteri yang
hanyut,yang memungkinkan ABR untuk mempertahankan masa biologis aktif tanpa
menggunakan media tetap.Konfigurasi ini memberikan kontak yang lebih intim antara
biomassa anaerobik dan air limbah yang meningkatkan kinerja pengolahan.ABR dapat
menurunkan BOD,COD,TSS sedangkan amoniak,detergen dan H2S tidak bisa
turun,bakteri yang berada diantara reactor cenderung meningkat dan menetap dengan
produksi gas dalam setiap kompartemen,tapi mereka bergerak ke bawah reactor secara
horizontal pada tingkat lambat,memberi peningkatan pada waktu tinggal padatan 100 hari
dan pada waktu tinggal hidrolik 20 jam.Pergerakan lambat secara horizontal
memungkinkan air limbah untuk datang ke dalam hubungan yang erat dengan biomassa
aktif saat melalui ABR dengan waktu tinggal hidrolik yang singkat (6-20 jam).
2.2 Proses

2.1.1.2.1 Proses dalam Anaerobic Baffled Reactor

a) Penyisihan Zat Padat


Penyisihan zat padat terjadi secara alami dan membentuk 3 lapisan dalam tangki
yaitu lapisan lumpur pada dasar tangka,lapisan busa (scum) pada permukaan air dan
lapisan cairan yang relatif agak jernih ditengah.Partikel-Partikel padat membentuk
partikel yang lebih besar dan mengendap di dasar tangka.Pembentukan partikel ini
dibantu dengan adanya zat dan partikel lumpur pada cairan limbah.

b) Pembentukan Lumpur dan Busa (scum)


Zat organic pada lumpur dan scum di degradasi oleh bakteri anaerob menghasilkan
karbondioksida dan methan.Pembentukan gas pada lapisan lumpur menyebabkan partikel
flok mengapung dan akan mengendap setelah gas dilepaskan ke permukaan.Lumpur pada
tangki menjadi padat berdasarkan berat cairandan dari lumpur

c) Stabilisasi Larutan
Selama waktu tinggal dalam tangli,zat-zat organic dalam limbah di stabilisasi oleh bakteri
anaerob sehingga organik kompleks akan dipecah menjadi materi yang lebih sederhana.

d) Pertmbuhan Mikroorganisme
Berbagai mikroorganiseme tumbuh,mati dan bereproduksi dalam tangki,mereka melekat
pada zat organik dan terpisah dari padatan.Secara keseluruhan terjadi reaksi jumlah
mikroorganisme.

7
BAB III
PERCOBAAN

1. Prinsip
Anaerobic Baffled Reaktor atau tangka septik bersusun adalah tekhnologi tangka septik
yang dimodifikasi dengan menambah beberapa kompartemen untuk menghasilkan aliran ke
atas (up flow) melalui lumpur aktif anaerob dan meningkatkan waktu kontak antara biomassa
aktif dengan air limbah

2. Alat dan bahan

1. Limbah Cair tahu

2. Aklimatisasi Bakteri
1 Piala gelas 1000 mL
Bakteri EM4
3. Analisis Sifat Fisik

a) Beaker glass 500 mL


b) pH Universal
c) Cawan Porselen
d) Desikator
e) Bunsen
f) Kaki Tiga
g) Kaca Asbes
h) Gegep Besi

8
i) Pipet Volumetri
j) Saringan
k) Corong

4. Analisis BOD

a) Botol Winkler 100 mL


b) Buret
c) Pereaksi (MnSO4,AIA,H2SO4,Kanji,KI)
d) Erlenmeyer
e) Air Suling
f) Larutan Pengencer

5. Analisis COD

a) COD Reaktor
b) Pereaksi (K2Cr2O7 dan Campuran Ag2SO4 + H2SO4)
c) Tabung Reaksi Tutup Ulir
d) Erlenmeyer 250 mL
e) Buret 50 mL
f) Air suling

3. Cara Kerja

1. Persiapan Aklimatisasi Bakteri

a) Tuangkan 5 sdm Bakteri EM4 Kedalam Piala Gelas 1000 mL


b) Tambahkan Limbah Cair Tahu Sampai Piala Gelas Terisi Penuh
c) Diamkan 24-30 Jam

2. Proses ABR

a) Siapkan Limbah Cair Tahu Sebanyak 120 L


b) Lakukan Pengamatan Hari ke 0 (pH,BOD,COD,TSS)
c) Masukan ke dalam ABR Bersama bakteri yang telah di aktivasi
d) Setiap harinya masukan 10 L limbah cair tahu kedalam ABR
e) Pada hari ke 5 lakukan pengamatan akhir (pH,BOD,COD,TSS)

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

1. Data Pengamatan

Parameter Inlet Outlet


Fp 2500 12513.5 33880
COD (mg/L)
Fp 5000 67550 121000
Fp 5000 40836.73 40708
Do 0 (mg/L)
Fp 10000 85898 80705
Fp 5000 42042.86 27774.49
DO2/DO5 (mg/L)
Fp 10000 338.12 41338.78
Fp 5000 -0.2414 2.4186
BOD (mg/L)
Fp 10000 5.2085 3.9365
Ts (mg/L) 7440 4420
TDS (mg/L) 6005 3895
TSS (mg/L) 5515 525
pH 5 4

4.1.2 Perhitungan

Efisiensi COD
(inlet −outlet )
% Efisiensi COD Fp 2500 = ×100 %
inlet
(12513.5−33880)
= × 100 %
12513.5

10
= - 1.7 %
(inlet −outlet )
% Efisiensi COD Fp 5000 = ×100 %
inlet
(67550−121000)
= ×100 %
67550
= 67.5 %

Efisiensi DO 0
(inlet −outlet )
% Efisiensi DO 0 Fp 5000 = ×100 %
inlet
(40836.73−40708)
= × 100 %
40836.73
= 0.0032 %
(inlet −outlet )
% Efisiensi DO 0 Fp 10000 = ×100 %
inlet
(85898−80705)
= ×100 %
85898
= 0.060 %
Efisiensi DO2/DO5
(inlet −outlet )
% Efisiensi DO2/DO5 Fp 5000 = ×100 %
inlet
(42042.86−27774.49)
= ×100 %
42042.86
= 0.34 %
(inlet −outlet )
% Efisiensi DO2/DO5 Fp 10000 = ×100 %
inlet
(338.12−41338.78)
= ×100 %
338.12
= -121 %
( inlet−outlet )
% Efisiensi BOD Fp 5000 = × 100 %
inlet
(−0.2414−2.4186)
= × 100 %
−0.2414
= 11%
( inlet−outlet )
% Efisiensi BOD Fp 10000 = × 100 %
inlet
(5.2085−3.9365)
= × 100 %
5.2085
= 0.24 %

11
Efisiensi TS
( inlet−outlet )
% Efisiensi TS = × 100 %
inlet
( 7440−4420 )
= ×100 %
7440
= 0.41 %
Efisiensi TDS
( inlet−outlet )
% Efisiensi TDS = × 100 %
inlet
( 6005−3895 )
= × 100 %
6005
= 0.35%
Efisiensi TSS
( inlet−outlet )
% Efisiensi TSS = × 100 %
inlet
( 5515−525 )
= × 100 %
5515
= 0.90%

Efisiensi pH
( inlet−outlet )
% Efisiensi pH = × 100 %
inlet
( 5−4 )
= × 100 %
5
= 0.2 %

4.2Pembahasan
Sistem anaerobic baffled reactor (ABR) merupakan sistem pengolahan air limbah
tersuspensi anaerobic dan memiliki kompartemen-kompartemen yang dibatasi oleh sekat
vertical.pada umumnya penerapan sistem ABR digunakan untuk air limbah dengan beban
organik rendah atau pengolahan awal air limbah.Serangkaian sekat vertical didalam ABR
dapat mengkondisikan air limbah naik turun menuju outlet,sehingga terjadi kontak antara
limbah cair dengan biomassa aktif,ruang atau kompartemen dengan aliran turun lebih sempit
dari ruang aliran naik sehingga kecepatan up flow dalam ruang lebih rendah dari kecepatan
rata-rata mealui reactor.

12
Untuk kadar TSS , tingginya konsentrasi TSS yang dibuang ke perairan akan
mempengaruhi penetrasi cahaya sehingga mengganggu proses fotosintesis. TSS merupakan
padatan yang mengakibatkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap
langsung, seperti bahan organik yang terkandung dalam air limbah. Bahan organik yang
dimaksud terdiri dari berbagai jenis senyawa seperti selulosa, lemak, protein atau dapat juga
berupa mikroorganisme. Hasil analisis terhadap TSS menunjukkan bahwa sampel yang
diolah secara ABR sebesar 525 ppm dan tidak sesuai dengan baku mutu yang telah
ditetapkan yaitu menurut PERMENKES/32/2017 sebesar 50 ppm dengan. Penurunan
kandungan TSS dipengaruhi oleh lama waktu kontak air limbah dengan mikoorganisme yang
terdapat di dalam kompartemen IPAL. Semakin lama waktu kontak maka efisiensi penurunan
TSS akan meningkat. Hal ini dikarenakan terjadi biokonversi secara enzimatis dan aktivitas
asidogenesis oleh mikroorganisme.
Nilai pH diperoleh dari hasil pengukuran yang dilakukan Hasil pengukuran pada
kedua sampel dimana pada inlet sebesar 5 dan outlet sebesar 4 menunjukkan bahwa nilai pH
sampel tidak sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan. pH dari air limbah domestik
yang dibuang menurut PERMENKES/32/2017 pH air yang dibuang ke lingkungan harus
memenuhi baku mutu dengan kisaran antara 6 sampai 9. Proses pengolahan biologis secara
anaerob di dalam sistem ABR membutuhkan bantuan mikroorganisme anaerob yang
prosesnya dipengaruhi oleh pH dan temperatur lingkungan (3,28). Polutan organik dalam air
limbah akan diuraikan oleh bakteri anaerob melalui reaksi biokimia menjadi gas metana
(CH4) dan gas karbon dioksida (CO2)
(29,30,31). Bakteri yang berperan dalam proses anaerob ini terdiri dari dua jenis yaitu bakteri
asidogenesis (pembentuk asam) dan metanogenesis. Sampel dengan nilai pH yang rendah
kemungkinan disebabkan adanya aktifitas bakteri asetogenesis yang merubah senyawa
organik dihidrolisa menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Nilai pH dibawah 6 akan mempengaruhi aktivitas bakteri metanogenik dan apabila nilai pH
5,5 akan mengakibatkan terhentinya aktifitas bakteri. Terhentinya aktifitas bakteri
metanogenik juga akan mempengaruhi biogas yang dihasilkan.

Chemical oxygen demand (COD) adalah jumlah oksigen total yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, dan lebih banyak digunakan sebagai parameter
untuk mengetahui banyaknya bahan organik dalam suatu sistem. Pengukuran COD pada
sampel menunjukkan bahwa nilai COD pada outlet sebesar 33880 ppm dengan Fp 2500 dan
121000 dengan Fp 5000 tidak sesuai dengan PP/82/2001 yaitu sebesar 25 ppm. Nilai COD
yang tinggi tersebut dapat mengindikasikan kinerja mikroorganisme pengurai di dalam
sistem yang belum efektif. Pada saat kandungan bahan organik yang tinggi masuk ke dalam
IPAL, mikroorganisme mengalami kejenuhan dan kematian sehingga materi organik tidak
terurai yang ditunjukkan dengan meningkatkan nilai COD. Kemungkinan yang lainnya
adalah waktu tinggal, karena semakin panjang waktu tinggal hidraulik maka akan semakin
besar penyisihan COD dan sebaliknya jika waktu tinggal pendek maka penyisihan tidak
optimal.
Pada praktik ini outlet BOD yang dihasilkan juga tidak sesuai dengan baku mutu yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 2.4186 ppm pada Fp 5000 dan 3.9365 ppm pada Fp 10000
sedangkan menurut PP/82/2001 kadar BOD maks 2 ppm. BOD merupakan jumlah oksigen
terlarut yang dibutuhkan mikoorganisme untuk menguraikan bahan organik dalam air.

13
Tingginya kadar BOD pada efluen IPAL komunal disebabkan oleh tingginya kandungan
bahan-bahan organik yang masuk ke dalam sistem IPAL, akan tetapi tidak diimbangi dengan
proses pengolahan air limbah yang memadai. Selain itu debit air limbah juga mempengaruhi
kemampuan IPAL dalam menurunkan BOD, semakin besar debit air limbah maka penurunan
BOD semakin menurun.

Begitu juga dengan outlet dari DO, TS, dan TDS. Outlet yang didapat semuanya tidak
sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan
Dari hasil praktik, dapat diketahui bahwa Penambahan EM4 cukup efisien
untuk menurunkan kadar pencemar, EM4 sendiri merupakan campuran dari beberapa
jenis mikroorganisme yang hidup bersimbiosis satu sama lain secara artifisial. EM4
mengandung berbagai mikroorganisme yang masing-masing mempunyai fungsi spesifik
dan bekerjasama secara sinergis dalam menguraikan polutan organik serta menangkap
gas yang menyebabkan bau (H2S, NH3, dll) sebagai sumber energi untuk melakukan
aktivitasnya, disamping itu bakteri asam laktat dan Actinobacteria dalam EM4 secara
signifikan mampu menekan bakteri pathogen. Pada praktik ini, penambahan EM4
diharapkan mampu mempercepat proses pembentukan dan pematangan biofilm, sehingga
dengan sendirinya meningkatkan efisiensi biofilter ABR.

Efisiensi penyisihan di empat lokasi tersebut belum sesuai target penyisihan BOD
dan COD. Hal ini dapat disebabkan rendahnya waktu retensi akibat kurangnya pengaruh
dari hidrodinamik dan derajat pengadukan atau keberadaan kontak antara substrat dan
bakteri untuk mengkontrol transfer massa dan kinerja reaktor. Selain itu belum
terbentuknya lapisan selimut lumpur yang terbentuk secara akumulasi di dasar pada
setiap kompartemen. Hal tersebut dapat memperlambat aliran dan retensi air limbah
dikarenakan aliran air limbah mengalir melalui lapisan lumpur yang berada di bawah
sekat yang menggantung. Proses awal pembibitan dan aklimatisasi air limbah juga
menentukan pertumbuhan bakteri pada IPAL. Kualitas efluen pada sistem ABR
tergantung pada dua faktor, yaitu waktu kontak air limbah kontak dengan biomassa atau
jumlah padatan biodegradable dan retensi biomassa sebagai akibat pengendapan pada
setiap kompartemen. Faktor pertama tergantung pada rata-rata waktu retensi, kecepatan
aliran dan volume reaktor. Sedangkan faktor kedua dipengaruhi oleh rata-rata kecepatan.

14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Penerapan pengolahan air limbah dengan sistem ABR pada sampel, pada umumnya dapat
mengolah air limbah sesuai rentang beban organik namun belum menghasilkan kualitas air yang
konsisten dan stabil sesuai target baku mutu nasional. Penyisihan organik pada sistem ABR
dipengaruhi oleh air limbah, karakteristik air limbah, proses aklimatisasi desain unit proses,
pengelolaan, pemakaian air oleh pengguna serta pengaruh dari lingkungan sekitar (limpasan air
permukaan, sampah dan lain lain).Untuk meningkatkan kinerja pengolahan air limbah sistem
ABR, perlu dilakukan upgrading unit proses atau dilengkapi pengolahan lanjutan.

5.2 Saran

Unit pengolahan air limbah sebagian besar menerapkan sistem ABR dengan dilengkapi unit
pra pengolahan. Pada sistem komunal, desain unit pra pengolahan perlu memperhatikan kriteria
waktu detensi di unit pengendap atau unit pemisah pasir serta perlu dilengkapi screen untuk
sampah kasar/halus. Pada unit ABR, untuk mencapai target efluen pengolahan yang stabil dan
memenuhi baku mutu air limbah diperlukan penambahan sekat atau penambahan pemasangan
media kontak atau apabila lahan memungkinkan dapat ditambah pengolahan lanjutan dengan
sistem resapan atau lahan basah buatan.

DAFTAR PUSTAKA

15
Aqaneghad, Mohammad, dan Gholamreza Moussavi. 2016. “Electrochemically Enhancement of the
Anaerobic Baffled Reactor Performance as an Appropriate Technology for Treatment of Municipal
Wastewater in Developing Countries.” Sustainable Environment Research 26 (5): 203–8.

Banu, J Rajesh, Sudalyandi Kaliappan, dan Dieter Beck. 2006. “Treatment of Sago Wastewater using
Hybrid Anaerobic Reactor.” Water Quality Research Journal of Canada 41 (1): 56–62.
Barber, William P., dan David C. Stuckey. 1999. “The Use of the Anaerobic Baffled Reactor (ABR) for
Wastewater Treatment: A Review.” Water Research. Elsevier. doi:10.1016/S0043-1354(98)00371-6.
Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan. 2015. “Program dan Kebijakan Pengelolaan Air
Limbah Domestik di Indonesia.” Jakarta.
Hahn, Martha J., dan Linda A. Figueroa. 2015. “Pilot Scale Application of Anaerobic Baffled Reactor for
Biologically Enhanced Primary Treatment of Raw Municipal Wastewater.” Water Research 87: 494–502.
Herlambang, Arie dan Nusa Idaman. 2010. “Penurunan Kadar Zat Organik Dalam Air Sungai Dengan
Biofilter Tercelup Struktur Sarang Tawon.”
Tanaka, Nao. 2015. Proses IPAL Komunal yang ditingkatkan dengan Kombinasi Anaerobik dan Aerobik
(RBC). Yogyakarta: APEX/Pusteklim.

16

Anda mungkin juga menyukai