Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGOLAHAN AIR BUANGAN SECARA BIOLOGIS

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengolahan Air Buanagan + Sp

Dosen Pengampu : Agus Riyadi, S.T., M.Sc.,

Disusun Oleh :
Nama : Risma
NIM : 332110092
Kelas : TL.21.C1

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PELTA BANGSA

BEKASI 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan laporan Tugas Mata Kuliah "Pengolahan Air Buangan + Sp" dengan
tepat waktu.

Dalam Menyusun laporan ini, saya berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan
sumber-sumber dan informasi, baik dari buku-buku ataupun website yang terpercaya
namun saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna,
masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materinya. Dalam
penulisan laporan ini penulis sangat mengharap perbaikan, kritik dan saran yang sifatnya
membangun apabila terdapat kesalahan. agar penulis menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.

Demikian, semoga laporan ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan


informasiyang bermanfaat bagi semua pihak.

Bekasi , 6 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
BAB I ........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................... 2
BAB II .......................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Air Buangan (Limbah cair) ............................................................ 3
2.1.1 Dampak Air Buangan (Air limbah) .......................................................... 5
2.2 Karakteristik Pengolahan Air Buangan secara Biologis ................................... 5
2.3 Faktor yang mempengaruhi kinerja Pengolahan air buangan Secara Biologis . 7
2.3.1 Constructed Wetland................................................................................ 7
2.3.2 Lumpur Aktif ........................................................................................... 7
2.3.3 Biofilter ................................................................................................... 8
2.4 Pengolahan Air Buangan Secara Biologis ....................................................... 9
2.4.1 Proses Aerob............................................................................................ 9
2.4.2 proses anaerob ......................................................................................... 9
2.4.3 Proses anoxic ......................................................................................... 11
2.5 Keunggulan Proses Pengolahan Air Buangan secara Biologis ....................... 11
2.6 Prinsip pengolahan Air Buangan dengan system Biologis ........................... 11
2.7 Analisis Chemical Oxygen Demand (COD), Biological Oxygen Demand
(BOD) yang terkandung dalam Air Buangan pada suatu daerah Sistem Biologis. .... 12
2.7.1 Chemical Oxygen Demand (COD) ......................................................... 12
2.7.2 Biological Oxygen Demand (BOD) ....................................................... 14
BAB III....................................................................................................................... 16
PENUTUP .................................................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 16
3.2 Saran ............................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, jumlah penduduk di sebagian
negara, termasuk Indonesia, semakin meningkat. Hal ini memicu banyak industri,
baik industri rumah tangga maupun pabrik-pabrik yang dibangun guna memenuhi
kebutuhan masyarakat. Adanya industri yang beroperasi ini dapat menimbulkan
dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatif yang bisa
ditimbulkan adalah semakin banyak pula Air Buangan yang diproduksi oleh
industri-industri itu sehingga akan berpengaruh buruk bagi lingkungan dan
masyarakat sekitar jika tidak diolah dengan benar.
Di negara-negara berkembang, pembuangan air buangan langsung ke
badan air (danau, sungai, dll.), Dan kesulitan mendapatkan air bersih merupakan
tantangan besar pemerintah. Pembuangan air buangan tanpa melalui pengolahan
memiliki dampak besar pada keanekaragaman perairan, kesehatan masyarakat,
dan eutrofikasi. Oleh karena itu, pengolahan air buangan perlu dilakukan sebelum
air limbah (buangan) dibuang ke badan air penerima. Penggunaan tumbuhan air
dalam sistem lahan basah buatan sebagai alternatif sarana pengolahan air
buangan, pada beberapa negara telah banyak digunakan. Namun di Indonesia,
belum terlalu dikenal metode ini, karena materi dan publikasi mengenai
kemampuan tumbuhan air tersebut masih kurang. Lahan basah buatan mempunyai
keefektifan dalam mendegradasi polutan air buangan dipengaruhi oleh jenis
tanaman dan media filter yang digunakan. Lahan basah buatan terbagi atas dua
jenis pola aliran, yang pertama sistem aliran atas permukaan dan sistem aliran
bawah permukaan. Lahan basah buatan juga dapat diklasifikasikan sebagai aliran
vertikal maupun aliran horizontal.
Air buangan yang berasal dari buangan domestik maupun buangan limbah
cair klinis umumnya mengandung senyawa pencemar organik yang cukup tinggi,
dan dapat diolah dengan proses pengolahan secara biologis, sedangkan untuk air
buangan yang berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung logam
berat dan bila air buangan tersebut dialirkan kedalam proses pengolahan secara
biologis, logam berat tersebut dapat mengganggu proses pengolahannya. Oleh
karena itu untuk pengolahan air buangant, maka air limbah yang berasal dari

1
industry pabrik dipisahkan dan ditampung, kemudian diolah secara kimia-fisika,
selanjutnya air olahannya dialirkan bersama-sama dengan air buangan yang lain,
dan selanjutnya diolah dengan proses pengolahan secara biologis.
Analisis air buangan penting dilakukan untuk mengetahui kualitas air dan
membantu untuk memilih proses perlakuan yang tepat. Paremeter yang dilakukan
uji seperti analisa DO (Dissolved Oxygen), BOD (Biochemical Oxygen Demand),
COD (Chemical Oxygen Demand), kekeruhan, pH dll.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dalam makalah
ini adalah :
1. Apa Pengertian Air Buangan (Limbah cair) ?
2. Apa Karakteristik Pengolahan Air Buangan secara Biologis ?
3. Apa Faktor kinerja yang mempengaruhi Pengolahan air buangan Secara
Biologis ?
4. Bagaimana Proses Pengolahan Air Buangan Secara Biologis ?
5. Bagaimana efisiensi penurunan kadar Chemical Oxygen Demand (COD),
Biological Oxygen Demand (BOD) yang terkandung dalam Air Buangan pada
suatu daerah. ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Pengertian Air Buangan (Limbah cair)
2. Untuk Mengetahui karakteristik Pengolahan Air Buangan Biologis .
3. Untuk Mengetahui Faktor kinerja yang mempengaruhi Pengolahan air buangan
Secara Biologis
4. Untuk Mengetahui Proses Pengolahan Air Buangan Secara Biologis
5. Untuk Mengetahui efisiensi penurunan kadar Chemical Oxygen Demand
(COD), Biological Oxygen Demand (BOD) dan yang terkandung dalam Air
Buangan pada suatu daerah.
6. Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah pengolahan Air buangan + So.

1.4 Manfaat Penulisan


Mengetahui sumber air buangan atau limbah cair yang dihasilkan,
mengetahui alat-alat dan proses pengolahan air buangan secara biologis, faktor
yang ditimbulkan dari air limbah, dan prinsip pengolahan air limbah secara
biologis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Air Buangan (Limbah cair)


Air buangan merupakan air dari pengolahan air limbah yang telah
memenuhi baku mutu sebagai air buangan ke lingkungan, namun beberapa pabrik
mengolah air buangan menjadi air baku untuk memenuhi kebutuhan air pada
proses produksi. Pada saat Proses produksi pabrik berjalan secara kontiyu dan
setiap proses membutuhkan air sehingga kebutuhan air sangat besar. Hal ini
menjadi permasalahan karena untuk memenuhi kebutuhan air pabrik
menggunakan air permukaan (sungai) yang akan mengalami penurunan jumlah
ketika musim kemarau, selain itu kualitas air harus memenuhi standar pabrik agar
didapatkan kualitas kertas yang baik.
Masalah air buangan ( limbah ) di Indonesia baik limbah domestik maupun
air limbah industri sampai saat ini masih menjadi masalah yang serius. Di dalam
proses pengolahan air buangan khususnya yang mengandung polutan senyawa
organik, teknologi yang digunakan sebagian besar menggunakan aktifitas mikro-
organisme untuk menguraikan senyawa polutan organik tersebut. Proses
pemgolahan air buangan dengan aktifitas mikro-organisme biasa disebut dengan
“Proses Biologis”. Proses pengolahan air buangan secara biologis tersebut dapat
dilakukan pada kondisi aerobik (dengan udara), kondisi anaerobik (tanpa udara)
atau kombinasi anaerobik dan aerobik. Proses biologis aerobik biasanya
digunakan untuk pengolahan air buangan dengan beban BOD yang tidak terlalu
besar, sedangkan proses biologis anaerobik digunakan untuk pengolahan air
buangan dengan beban BOD yang sangat tinggi.
Pengolahan air buangan bilogis secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga
yakni proses biologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture), proses
biologis dengan biakan melekat (attached culture) dan proses pengolahan dengan
sistem lagoon atau kolam. Proses biologis dengan biakan tersuspensi adalah
sistem pengolahan dengan menggunakan aktifitas mikro-organisme untuk
menguraikan senyawa polutan yang ada dalam air dan mikro-organime yang
digunakan dibiakkan secara tersuspesi di dalam suatu reaktor. Beberapa contoh
proses pengolahan dengan sistem ini antara lain : proses lumpur aktif
standar/konvesional (standard activated sludge), step aeration, contact

3
stabilization, extended aeration, oxidation ditch (kolam oksidasi sistem parit) dan
lainya. Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga
termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti
Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi
maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen
yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi
cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja. Di dalam reaktor pertumbuhan lekat,
mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung dengan membentuk lapisan
film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan
selama ini, antara lain:
1. trickling filter
2. cakram biologi
3. filter terendam

Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD


sekitar 80%-90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses
penguraian secara biologi reaktor fludisasi, proses ini dapat dibedakan menjadi
dua jenis yaitu Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen dan
Proses anaerob, yang Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses
aerob masih dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi
dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis. berlangsung tanpa
adanya oksigen.

4
2.1.1 Dampak Air Buangan (Air limbah)
Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008, limbah ( air buangana )
merupakan limbah yang berasal dari kegiatan sehari-hari tetapi tidak
termasuk aktivitas kakus. Kegiatan sehari-hari yang menghasilkan limbah
seperti mencuci, memasak, mandi, dan kegiatan pertanian serta peternakan.
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 68 tahun
2016 yang dimaksud dengan air limbah rumah tangga atau air limbah
domestik adalah air limbah yang merupakan hasildari usaha dan atau
kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen,
dan asrama. Air buangan dapat terbagi menjadi blackwater dan greywater.
Definisi greywater adalah air buangan yang berasal dari dapur, air bekas
cuci pakaian, dan air mandi. Sedangkan blackwater adalah air limbah yang
mengandung kotoran manusia (Purwatiningrum, 2018).
Sungai yang memiliki kandungan bahan organik dan anorganik
yang tinggi bersumber dari aktivitas masyarakat berupa pembuangan limbah
cair ke sungai seperti mandi,cuci, dan kakus (MCK), hal ini menyebabkan
menurunnya kualitas air. Kegiatan industri, domestik, dapat berdampak
negatif terhadap sumber daya air seperti penurunan kualitas air, hal ini dapat
mengganggu dan menimbulkan kerusakan bagi makhluk hidup di air.
Perubahan pola dan pemanfaatan lahan menjadi lahan pertanian dan
permukiman serta diiringi dengan meningkatnya industry memberikan
dampak terhadap kondisi hidrologis. Aktivitas manusia yang berasal dari
kegiatan industri, pertanian, dan rumah tangga akan memberikan dampak
terhadap penurunan kualitas air Sungai . Pembuangan air buanagn di sungai
dapat meningkatkan kadar BOD dalam air. Kandungan nilai BOD yang
tinggi di sungai dapat menyebabkan pendangkalan akibat sedimentasi di
sungai. Hal ini dikarenakan berkurangnya kadar oksigen dalam air yang
masuk sehingga biota akan mengalami kematian.

2.2 Karakteristik Pengolahan Air Buangan secara Biologis


Pengolahan air buangan secara biologi merupakan pengolahan air dengan
memanfaatkan mikroorganisme atau lumpur aktif, dimana mikroorganisme atau
lumpur aktif ini dimanfaatkan untuk menguraikan bahan-bahan organik yang
terkandung dalam air limbah menjadi bahan yang lebih sederhana dan tidak

5
berbahaya Secara biologis pengolahan air buangan yang mengandung bahan
organik dapat direduksi dengan beberapa jenis pengolahan, yaitu anaerobik,
aerobik atau gabungan dari beberapa proses tersebut. Pengolahan air buangan
secara biologis mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Dengan demikian
diperlukan cara menggunakan teknologi yang murah, ekonomis, mudah,
sederhana, tepat guna pada operasional ataupun pemeliharannya.
Secara umum menurut Puji dan Rahmi (2019) sifat air limbah cair biologis
biasanya mengandung mikro-organisme yang memiliki peranan penting dalam
pengolahan limbah cair secara biologi, tetapi ada juga mikro-organisme yang
membahayakan bagi kehidupan manusia. Mikro-organisme tersebut antara lain
bakteri, jamur, protozoa dan algae. banyaknya mikroorganisme yang terkandung
dalam air limbah. Pengolahan air limbah secara biologis dapat didefinisikan
sebagai suatu proses yang melibatkan kegiatan mikroorganisme dalam air untuk
melakukan transformasi senyawa senyawa kimia yang terkandung dalam air
menjadi bentuk atau senyawa lain.
Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli terdapat juga
dalam air limbah tergantung darimana sumbernya namun keduanya tidak berperan
dalam proses pengolahan air buangan. Sesuai dengan zat-zat yang terkandung
didalam air limbah, maka air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan
menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup
antara lain :
1. Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama kolera,
typhus abdominalis, disentribasiler.
2. Menjadi media berkembang-biak mikroorganismepatogen.
3. Menjadi tempat-tempat berkembangbiak nyamuk atau tempat hidup
larvanyamuk.
4. Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidaksedap.
5. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah dan lingkungan
hiduplainnya.
6. Mengurangi produktivitas manusia karena orang bekerja dengan tindak
nyaman dan sebagainya

6
2.3 Faktor yang mempengaruhi kinerja Pengolahan air buangan Secara
Biologis
Masalah air limbah di Indonesia baik limbah domestik maupun air limbah
industry sampai saat ini masih menjadi masalah yang serius. Di dalam proses
pengolahan air limbah khususnya yang mengandung polutan senyawa organik,
teknologi yang digunakan Sebagian besar menggunakan aktifitas mikro-
organisme yang menguraikan senyawa polutan organic tersebut. Hal-hal yang
menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan sistem pengolahan air limbah
domestik menurut pedoman pengolaha air limbah perkotaan departemen
kimpraswil tahun 2003 didasarkan pada faktor–faktor kepadatan penduduk,
sumber air yang ada, kedalaman muka air tanah, dan kemampuan membiaya
Efektivitas pengolahan secara biologis tentunya dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
Karakteristik pencemar dalam limbah B3. Proses biologis akan lebih
efektif jika pada limbah B3 tersebut tinggi akan senyawa organik sehingga
mudah di degradasi oleh mikroba.
Konsentrasi pencemar. Konsentrasi pencemar tentunya harus disesuaikan
dengan kemampuan bakteri untuk mendegradasi limbah B3 tersebut. Jika
kehadiran pencemar sangat tinggi dikhawatirkan bakteri akan mati dan
proses degradasi senyawa penyusun limbah B3 tersebut terhenti
Kehadiran inhibitor
aktu kontak. Jika waktu kontak tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku
maka efektivitas pengolahan limbah B3 tidak akan sesuai dengan hasil
ideal.
2.3.1 Constructed Wetland
Faktor yang mempengaruhi pengolahan air buangan dengan
menggunakan system pengolahan constructed wetland berdasarkan Faktor
yang mempengaruhi adalah suhu, pH, proses aklimatisasi, mikroorganisme
,HRT, jenis tanaman air, dan media tumbuh. Constructed Wetland adalah
salah satu rekayasa sistem pengolahan air buangan yang dirancang dan
dibangun dengan melibatkan tanaman air, tanah atau media lain, dan
kumpulan mikroba terkait (Greget al., 2019 dalam Suswati & Wibisono,
2020). Jenis tanaman air yang dipergunakan merupakan tanaman air yang
memiliki kemampuan untuk menyerap zat pencemar yang terdapat dalam
air limbah. Selainn berfungsi sebagai penyerapan zat pencemar, tanaman
juga berfungsi sebagain tempat untuk menempelnyanmikroorganisme dan
sebagai pemasoknoksigen untuk kelangsungan hidup bakteri.
2.3.2 Lumpur Aktif
Faktor yang mempengaruhi pengolahan air buangan dengan
menggunakan system pengolahan lumpur aktif Faktor yang
mempengaruhi adalah suhu, pH, mikroorganisme, HRT, aerasi, SRT,
danratio C/N. memanfaatkan limbah padat lumpur aktif proses industri
karet remah sebagai adsorben menunjukkan bahwa limbah lumpur remah
7
memiliki daya serap yang tinggi, bahkan sampai 100% dalam menyerap
logam Cr yang terdapat dalam air limbah. Penelitian Kusmaya dan Halim
(2004) menggunakan adorben lumpur aktif memberikan hasil yang tinggi
dengan persentase efisiensi removal logam berat Cr(III) yaitu 98,26-
99,73%. Sistem pengolahan lumpur aktif adalah pengolahan dengan cara
membiakkan bakteri aerobik dalam tangki aerase yang bertujuan untuk
menurunkan organik karbon atau organik nitrogen. Air limbah bersama
lumpur aktif masuk ke dalam tangki aerasi, dimana dilakukan aerasi terus-
menerus untuk memberikan oksigen. Di dalam tangki aerasi ini, terjadi
reaksi penguraian zat organik yang terkandung di dalam air limbah secara
biokimia oleh mikroba yang terkandung di dalam lumpur aktif menjadi
gas CO2 dan sel baru. Jumlah mikroba dalam tangki aerasi akan
bertambah banyak dengan dihasilkannya sel-sel baru.
2.3.3 Biofilter
Faktor yang mempengaruhi pengolahan air buangan dengan
menggunakan system pengolahan Faktor yang mempengaruhi adalah
suhu,pH, mikroorganisme, aklimatisasi, HRT ,laju aliran, dan media.
Pengolahan air buanagan organik secara anaerobik dapat diaplikasikan
menggunakan reaktor biofilter bermedia. Media biofilter ditujukan untuk
tempat melekatnya mikroorganisme agar dapat melakukan proses
perkembangbiakan. Dalam proses anaerobik ini terjadinya aktivitas
mikroorganisme dalam multi tahapan, yakni tahap hidrolitik, asidifikasi,
dan methanasi. Biofilter atau biofilm merupakan sistem pengolahan air
limbah dengan memanfaatkan mikroorganisme yangntumbuh dan
berkembang terlekat secaranbiologi (Sormin, 2019).
Ditemukan kelebihan dari pengolahan dari biofilter. Kelebihan
dari menggunakan system biofilter adalah biaya yang murah dikarenakan
media yang dipergunakan sebagai media memiliki harga yangnterjangkau
dipasaran, dan mudahnditemukan. Kekurangan dari proses biofilter adalah
perlunya memperhatikan waktu kontak air limbah dengan
mikroorganisme yang melekat pada media, pengontrolan terhadap
konsentrasi pada inlet dan juga loading rate untuk tetap menjaga kestabilan
proses pengolahan.

Gambar 1. Keunggulan dan kelemahan Biofilter


8
2.4 Pengolahan Air Buangan Secara Biologis
Pengolahan air buangan secara biologis adalah suatu cara pengolahan yang
diarahkan untuk menurunkan atau menyisihkan substrat tertentu yang terkandung
dalam air buangan dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme untuk
melakukan perombakan substrat tersebut. Proses pengolahan air buangan secara
biologis dapat berlangsung dalam tiga lingkungan utama, yaitu :
Lingkungan aerob , yaitu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO) di
dalam air cukup banyak, sehingga oksigen bukan merupakan faktor
pembatas.
Lingkungan anoksik, yaitu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO) di
dalam air ada dalam konsentrasi rendah.
Lingkungan anaerob, merupakan kebalikan dari lingkungan aerob, yaitu
tidak terdapat oksigen terlarut, sehingga oksigen menjadi faktor pembatas
berlangsungnya proses metabolisme aerob.

2.4.1 Proses Aerob


Pengolahan limbah cair secara aerob adalah memanfaatkan aktivitas
mikroorganisme atau metabolisme sel untuk menurunkan atau
menghilangkan substrat tertentu, terutama senyawa – senyawa organik
biodegradable yang terdapat dalam limbah cair. , Beban pengolahan pada
proses aerob lebih rendah, sehingga prosesnya ditempatkan sesudah proses
anaerob. Pada proses aerob hasil pengolahan dari proses anaerob yang
masih mengandung zat organik dan nutrisi diubah menjadi sel bakteri baru,
hidrogen maupun karbondioksida oleh sel bakteri dalam kondisi cukup
oksigen. Sistem penguraian aerob umumnya dioperasikan secara kontinyu.
Persamaan umum reaksi penguraian secara aerob adalah sebagai berikut :
Bahan organik + O2 ======> CO2 + H2O + sel baru + energi untuk sel +
produk akhir lainnya. Factor- factor yang mempengaruhi proses aerob
sebagai berikut :
1. Temperatur
2. Keasaman (pH)
3. Waktu Tinggal Hidrolis (WTH)
4. Nutrien

2.4.2 proses anaerob


pada proses anaerob penguraian senyawa organik berlangsung secara
bertahap dan pada setiap tahapan terdapat aktivitas suatu jenis bakteri
9
tertentu yang dominan dan setiap jenis bakteri mempunyai kondisi
lingkungan optimum yang menjadi salah satu parameter penting. Sesuai
dengan tahapan-tahapan tersebut, masing-masing proses yang terjadi
dalam proses degradasi anaerobik adalah sebagai berikut :

Gambar 2 . Bagan proses degradasi


Degradasi Anaerobik Senyawa Organik Tahapan – tahapan dalam proses
degradasi anaerob sebagai berikut :
1. Proses Hidrolisis
Pada proses hidrolisis ini, aktivitas kelompok bakteri Saprofilik
menguraikan bahan organik kompleks. Aktivitas terjadi karena bahan
organik tidak larut sepeti polisakarida, lemak, protein dan karbohidrat
akan dikonsumsi bakteri Saprofilik, dimana enzim ekstraseluler akan
mengubahnya menjadi bahan organik yang larut dalam air.
2. Proses Asidogenesis
Pada proses ini, bahan organik terlarut akan diubah menjadi asam
organik rantai pendek seperti asam butirat, asam propionat, asam
amino, asam asetat dan asam- asam lainnya oleh bakteri Asidogenik
3. Proses Metanogenesis
Proses Metanogenesis adalah proses dimana bakteri Metanogenik
akan mengkonversi asam organik volatil menjadi gas metan (CH4) dan
karbondioksida (CO2 ).
Factor- factor yang mempengaruhi proses aerob sebagai berikut :
1. Temperatur
2. Kebutuhan Nutrien

10
2.4.3 Proses anoxic
Proses anoxic adalah suat proses yang kondisinya sudah tidak terdapat
oksigen terlarut lagi ( oksigen bebas lagi ), sehingga mikroorganisme yang
akan mengolah air buangn perlu melepaskan oksigen terikat dalam bentuk
senyawa nitrat atau nitrit. Prosesnya lebih dikenal dengan istilah
denitrifikasi. Oleh karena itu, proses ini digolongkan ke dalam pengolahan
kombinasi. Proses dengan cara anoxic digunakan apabila senyawa nitrat
dalam air limbah berlebih, sehingga perlu diubah menjadi gas.

2.5 Keunggulan Proses Pengolahan Air Buangan secara Biologis


Pengolahan air buangan dengan proses biologis mempunyai beberapa
keunggulan antara lain :
a. Pengoperasiannya mudah.
b. Lumpur yang dihasilkan sedikit
c. Dapat digunakan untuk pengolahan air buangan dengan konsentrasi rendah
maupun konsentrasi tinggi.
d. Tahan terhadap fluktuasi jumlah air buangan maupun fluktuasi konsentrasi.
e. Pengaruh penurunan suhu terhadap efisiensi pengolahan kecil.

2.6 Prinsip pengolahan Air Buangan dengan system Biologis


Mekanisme proses metabolisme di dalam sitem biofilm aerobik secara
sederhana. Senyawa polutan yang ada di dalam air buangan misalnya senyawa
organic (BOD, COD), ammonia, phospor dan lainnya akan terdifusi ke dalam
lapisan atau biologis yang melekat pada permukaan medium. Pada saat yang
bersamaan dengan menggunakan oksigen yang terlarut di dalam air limbah
senyawa polutan tersebut akan diuraikan oleh mikroorganisme yang ada di dalam
lapisan biofilm dan energi yang dihasilhan akan diubah menjadi biomasa. Sulpa
oksigen pada lapisan biofilm dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya pada
sistem RBC yakni dengan cara kontak dengan udara luar, pada sistem “Trickling
Filter” dengan aliran balik udara, sedangkan pada sistem biofilter tercelup dengan
menggunakan blower udara atau pompa sirkulasi.
Jika lapiasan mikrobiologis cukup tebal, maka pada bagian luar lapisan
mikrobiologis akan berada dalam kondisi aerobik sedangkan pada bagian dalam
biologis yang melekat pada medium akan berada dalam kondisi anaerobik. Pada
kondisi anaerobik akan terbentuk gas H2S, dan jika konsentrasi oksigen terlarut

11
cukup besar maka gas H2S yang terbentuk tersebut akan diubah menjadi sulfat
(SO4 ) oleh bakteri sulfat yang ada di dalam biologis.
Selain itu pada zona aerobik nitrogen–ammonium akan diubah menjadi
nitrit dan nitrat dan selanjutnya pada zona anaerobik nitrat yang terbentuk
mengalami proses denitrifikasi menjadi gas nitrogen. Oleh karena di dalam sistem
biologis terjadi kondisi anaerobik dan aerobik pada saat yang bersamaan maka
dengan sistem tersebut maka proses penghilangan senyawa nitrogen menjadi lebih
mudah.

2.7 Analisis Chemical Oxygen Demand (COD), Biological Oxygen Demand


(BOD) yang terkandung dalam Air Buangan pada suatu daerah Sistem
Biologis.
Analisis air buangan penting dilakukan untuk mengetahui kualitas air
buangan dan membantu untuk memilih proses perlakuan yang tepat. Paremeter
yang dilakukan uji seperti BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical
Oxygen Demand).

2.7.1 Chemical Oxygen Demand (COD)


Analisis COD adalah menentukan banyaknya oksigen yang
diperlukan. mengoksidasi senyawa organik secara Biologi. Chemical
Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah
jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat
organis dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan
sebagai sumber oksigen (oxidizing agent).
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat
organis yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses
mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam
air pengaruh penurunan Chemical Oxygen Demand (COD) pada air.
buangan menggunakan reaktor biofilter anaerob bermedia plastik (bioball),
dapat dilihat bahwa semakin lama waktu tinggal maka penurunan Chemical
Oxygen Demand (COD) mengalami persentase penurunan yang semakin
meningkat dan stabil.

12
Gambar 3. Pengaruh Waktu Tinggal (hari) dan Rasio Resirkulasi (%)
terhadap Penurunan (COD)

Pada waktu kontak hidrolik ke-1, persentase penurunan COD


relatif kecil dikarenakan waktu kontak dengan mikroorganisme terlalu
singkat. Untuk nilai persentase penurunan COD sebesar 72,73% dengan
COD awal sebesar 352 mg/l dan hasil COD akhir sebesar 96 mg/l. Untuk
efektifitas yang lebih baik pada waktu kontak ke-1 yaitu sebesar
82,83dengan COD awal 361 mg/l dan hasil COD akhir sebesar 62 mg/l.
Pada waktu kontak hidrolik ke 2, persentase penurunan COD
mengalami peningkatan penurunan COD. Untuk nilai persentase
penurunan COD paling rendah sebesar 75,54% dengan COD awal sebesar
368 mg/l dan hasil COD akhirnya sebesar 90 mg/l. Sedangkan untuk
efektifitas paling tinggi persentase penurunan COD sebesar 85,59% dengan
COD awal sebesar 347 mg/l dan COD akhir sebesar 50 mg/l.
Pada waktu kontak hidrolik ke 3, persentase penurunan COD
mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan saat waktu
kontak hidrolik ke-2, hal ini disebabkan karena pada saat awal operasi
terlihat, bahwa persentase penurunan COD realtif masih kecil, namun
seiring dengan bertambahnya waktu operasi, efisiensi penurunan semakin
meningkat. Hal ini mengindkasikan bahwa mikroorganisme berada pada
fase eksponensial dimana pertumbuhan bakteri semakin meningkat.
Untuk waktu kontak hirolik ke-4 dan ke-5, persentase penurunan
COD mengalami kenaikan namun tidak signifikan. Hal ini disebabkan
kestabilan operasi terjadi setelah waktu kontak hidrolik ke-3 mikroba mulai
saling bertumpuk sedemikian rupa sehingga menghambat kontak mikroba

13
dengan limbah cair sehingga persentase penurunan COD realif stabil atau
konstan,
Pada Saat waktu kontak hirolik ke-4, nilai persentase penurunan
COD terendah sebesar 83,15% dengan COD awal sebesar 356 mg/l dan
didapat hasil COD akhirnya sebesar 60 mg/l selisih tidak besar dari waktu
kontak hidrolik ke-5 sebesar 85% dengan COD awalnya sebesar 360 mg/l
dan didapat COD akhir sebesar 54 mg/l. Sedangkan untuk nilai persentase
paling baik saat waktu hidrolik ke-4 yakni sebesar 88,54% dengan COD
awal sebesar 349 mg/l dan hasil COD akhir sebesar 40 mg/l selisih dengan
waktu kontak hidrolik ke-5 sebesar 90,29%, mempunyai COD awal sebesar
350 mg/l dan COD akhir sebesar 34 mg/l.
Pengukuran COD secara luas digunakan sebagai alat untuk
mengukur kekuatan pencemar buangan maupun buangan industri. Metode
yang digunakan pada pengukuran COD.

2.7.2 Biological Oxygen Demand (BOD)


Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen
Biologis (KOB) adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati
secara global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam
air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri
(aerobik) untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organik
yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air.
Parameter BOD adalah parameter yang paling banyak digunakan
dalam pengujian air buangan dan air permukaan. Penentuan ini melibatkan
pengukuran oksigen terlarut yang digunakan oleh mikro-organisme untuk
menguraikan bahan-bahan organic.
Hubungan saling keterkaitan dalam penelilitian sangat
berpengaruh, saat paling besar rasio resirkulasi dan lama waktu kontak
maka hasil yang didapat juga semakin besar, sedangakan untuk tanpa
resirkulasi dengan waktu kontak yang singkat maka hasil yang didapat
semakin kecil. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pernyataan bahwa
pada waktu tinggal 4 hari dan dengan rasio resirkulasi 60% dari debit
didapatkan hasil nilai COD akhir setelah mengalami proses pengolahan
telah megalami penurunan sesuai dengan standart baku mutu yakni 50 mg/l
dan untuk nilai BOD akhir 30 mg/l.

14
Pengukuran BOD dilakukan untuk mengetahui jumlah oksigen
yang diperlukan oleh bakteri untuk menguraikan atau mengoksidasi hampir
semua senyawa organik yang terlarut dan sebagian senyawa organik yang
tersuspensi dalam air.

15
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses pengolahan air buangan menjadi hal yang sangat krusial yang harus
dilakukan oleh industri-industri, baik rumah tangga maupun pabrik-pabrik.
Limbah ini harus diolah terlebih dahulu dengan metode yang tepat sebelum
dibuang ke lingkungan agar tidak berdampak buruk bagi lingkungan maupun
Masyarakat sekitar. Apabila diolah dengan metode yang tepat, nantinya limbah
yang dibuang ke lingkungan ini akan mampu diolah secara alami.
Meningkatnya debit air buangan yang dihasilkan dapat menyebabkan
meningkatnya beban pencemaran air limbah sehingga dapat menurunkan kualitas
air . Pencemaran air dapat menyebabkan meningkatnya komposisi bahan organik
di dalam air dan meningkatkan nilai COD dan BOD yang menyebabkan
berkurangnya oksigen di dalam air.

3.2 Saran
Perlu adanya pemantauan secara rutin terhadap parameter Chemichal
Oxsygen Demind (COD) dan BOD pada air Buangan.
Perlu adanya tempat penampung untuk air buangan kegiatan industry pabrik
serta kesadaran masyarakat untuk mengolah air dengan bijak sehingga
mengurangi pencemaran air .
Kepada seluruh pembaca kiranya memberikan kritikan yang bersifat
membangun sehingga apa yang kita harapkan dari isi tulisan ini dapat berguna
bagi masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA
Ajeng Purnaningtias, A. E. (2018). Pemanfaatan Botol Plastik Bekas sebagai Biofilter Aerobik
dalam Penurunan Konsentrasi COD, BOD pada Air Limbah Laboratorium Kesehatan.
jurnal Teknik Pengolahan Limbah.
Anwariani, D. (2019). Pengaruh Air Limbah Domestik Terhadap Kualitas Sungai . Jurnal Tknik
Lingkungan.
Apelabi, M. (2021). 104PENGARUH PROSESBIOFILTER AEROB ANAEROB TERHADAP
PENURUNAN KADAR 104PENGARUH PROSESBIOFILTER AEROB ANAEROB
TERHADAP PENURUNAN KADAR BOD PADA LIMBAH CAIR RUMAH
TANGGA (STUDI LITERATUR). JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN.
Ariati Tri Pasetia, S. D. (2020). Jurusan Teknik Kimia,. PROSES PENGOLAHAN DAN ANALISA
AIR LIMBAH INDUSTRI .
Fathul Mubin, A. B. (2019). PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH
DOMESTIK DI Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.3 Maret 2016 (211-223) ISSN: 2337-6732.
Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.3 .
Haerun, R. (2018). EFISIENSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU
MENGGUNAKAN BIOFILTER SISTEM UPFLOW DENGAN PENAMBAHAN
EFEKTIF MIKROORGANISME 4. JURNAL NASIONAL ILMU KESEHATAN (JNIK).
Lucky Indrati Utami, K. N. (2019). Jurnal Teknik Kimia. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
RUMPUT LAUT SECARA BIOLOGI .
Noor Khamidah, M. I. (2023). Utilization of water lily activated charcoal as a biofilter in tofu
wastewater treatment. JURNAL TEKNIK.
Novianti Adi Rohmanna, N. A. (2021). Journal of Tropical Biology. TEKNOLOGI
PENANGANAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU .
Riyanto Haribowo, S. M. (n.d.). jurnal Teknik Pengairan. EFISIENSI SISTEM MULTI SOIL
LAYERING PADA .
Said, N. I. (n.d.). PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES
BIOLOGIS BIAKAN MELEKAT MENGGUNAKAN MEDIA PALSTIK SARANG
TAWON. jurnal teknik.
Sarto, N. t. (2018). Evaluasi penggunaan biofi lter anaerob-aerob untuk meningkatkan kualitas air
limbah rumah sakit. (BKM Journal of Community Medicine and Public Health.
SATRIA, A. W. (2019). Pengolahan Nitrifikasi Limbah Amonia dan Denitrifikasi Limbah Fosfat
dengan Biofilter Tercelup. JURNAL TEKNIK.
Sulistia, S. (2019). ANALISIS KUALITAS AIR LIMBAH DOMESTIK. Jurnal Analisi Kimia.
Wasita, D. H. (2018). PENGOLAHAN AIR LIMBBAH DOMESTIK DENGAN TANAMAN
AIR PADA . jurnal teknik.
Wesen, K. A. (2020). PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN
BIOFILTER ANAEROB BERMEDIA PLASTIK (BIOBALL) . Jurnal Ilmiah Teknik
Lingkungan Vol.7 No.2.

17

Anda mungkin juga menyukai