Anda di halaman 1dari 27

Analisa Alkanity, TDS,TTS

Disusun Oleh :

Nama : Liza aprilla batubara


NIM : 18 01 107
Group :E
Jurusan : III Teknik Kimia C
Tanggal Praktikum : 30 November 2020
Asisten : Juna Sihombing, ST, MT

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

MEDAN

2020

i
LEMBAR PENGESAHAN
Analisa Alkanity, TDS,TTS

Nama : Liza aprilla batubara


NIM : 18 01 107
Kelompok :1
Grup :E
Jurusan : Teknik Kimia

Medan, November 2020


Praktikan Asisten Laboratorium Pengembangan

ii
( Liza aprilla batubara ) ( Juna Sihombing, ST, MT )

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan “Analisa Alkalinity, TDS,TSS ” tepat pada waktunya.
Dalam pembuatan laporan ini penulis banyak mengucapkan terimakasih ke
pada pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan laporan ini.Tidak ada
harapan lain dari penyusunan laporan ini,selain dari kenyataan bahwa ke
manfaatan laporan ini dapat dirasakan oleh pembaca,dan mahasiswa/i PTKI pada
khususnya.

Dalam penulisan laporan ini,mungkin banyak kekurangan yang perlu


diperbaiki. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan laporan ini.Terima Kasih.

Medan, November 2020

( Penulis )

iii
DAFTAR ISI

Halaman

COVER ...........................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN.......................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Tujuan Percobaan Praktikum.........................................................
1.2 Landasan Teori................................................................................
1.2.1 Air................…...................................................................
1.2.2 Karakteristik Air................................................................
1.2.3 Pengolahan Air menjadi Air minum..................................
1.2.4 Analisa Kadar Alkalinity, TDS dan TSS............................

BAB II METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan ............................................................................
2.1.1 Alat yang digunakan.........................................................
2.1.2 Bahan yang digunakan .....................................................
2.1.3 Fungsi Alat dan Bahan......................................................
2.2 Tahap Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS dan TSS....
2.2.1 Perancangan Alat .........................................................

iv
2.2.2 Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity,TDS
Dan TSS........................................................................
2.2.3 Prosedur Kerja Pembuatan Reagen................................
2.2.4 Prosedur Kerja Pengolahan Air...................................
2.2.5 Prosedur Kerja Alkalinity............................................
2.2.6 Prosedur Kerja TDS.....................................................
2.2.7 Prosedur Kerja TSS.................................................
BAB III PENGOLAHAN DATA................................................................9
3.1 Data Pengamatan
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB III PENGOLAHAN DATA..................................................................10
3.1 Data Pengamatan......................................................................10

3.2 Pengolahan Data ......................................................................11

3.2.1 Perhitungan Nilai Alkalinity................................................12

3.2.2 Perhitungan Nilai TDS........................................................13

3.2.3 Perhitungan Nilai TSS.........................................................13

BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................13

4.1 Pengaruh Filtrasi Terhadap Nilai Alkalinity..........................13

4.2 Pengaruh Filtrasi Terhadap Nilai TDS dan TSS...................13

BAB V KESIMPULAN................................................................................14

5.1 Pengaruh Filtrasi Terhadap Nilai Alkalinity..........................15

5.2 Pengaruh Filtrasi Terhadap Nilai TDS dan TSS...................15

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

L.1 SNI Air Bersih/Air Minum Dalam Kemasan

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan


1. Menentukan siifat keasaman dan kebasaan senyawa-senyawa karbonat,
bikarbonat, dan hidroksida.
2. Mengetahui jenis-jenis indikator dan penggunaan indikator.
3. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi alkalinity.
4. Mampu menganalisa alkalinity dengan metode asidimetri.
5. Untuk mengetahui atau mengukur Total Dissolved Solid dan Total
Suspended Solid sampel air yang diteliti.

1.2. Landasan Teori


1.2.1 Air

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi


kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya
bagi kehidupan tersebut tidak akan dapat digantikan oleh senyawa
lainnya. Hampir semu kegiatan yang dilakukan manusia
membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri (mandi),
membersihkan ruangan tempat tinggalnya, menyiapkan makanan dan
minuman sampai dengan aktivitas-aktivitas lainnya.
Dalam jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagi
reaksi dan proses ekskresi. Air merupakan komponen utama baik
dalam tanaman maupun hewan termasuk manusia. Tubuh manusia
terdiri dari 60-70% air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh
semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Juga hara-hara
dalam tanah hanya dapat diserap oleh akar dalam bentuk larutannya.

1
Oleh karena itu kehidupan ini tidak mungkin dapat dipertahankan
tanpa air.
Sebagian besar keperluan air sehari-hari berasal dari sumber air
tanah dan sungai, air yang berasal dari PAM (air ledeng) juga bahan
bakunya berasal dari sungai, oleh karena itu kuantitas dan kualitas
sungai sebagai sumber air harus dipelihara (Rukaesih Achmad, 2014).

1.2.2 Karakteristik
Karakteristik Kimia Air

pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa,
korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan
basa lebih toksid dalam bentuk molekuler. Dimana disosiasi senyawa
asam dan basa lebih toksid dala (m bentuk molekul, dimana disosiasi
senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.

DO (Dissolved Oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah
DO maka kualitas air semakin baik. Satuan DO bisanya dinyatakan
dalam persentase saturasi.

BOD (Biological Oxygent Demand)


BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat
pencemar) yang terdapat di dalam air buangan secara biologi. BOD
dan COD digunakan untuk memonitoring kpasitas self purification
bahan air penerima.

2
COD (Chemical Oxygent Demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia.

Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas
pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang
segar. Didalam pemakaian untuk industri (air ketel, air pendingin atau
pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki.
Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oelh adanya kadar residu
terlarut yang tinggi dalam air.

Senyawa-Senyawa Kimia yang Beeracun


Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah
merupakan racun terhadap manusia sehingga perlu pembatasan yang
agak ketat (kurang lebih 0,05 mg/l). Kehadiran besi (Fe) dalam air
bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligam,
menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen
terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia (Juna Sihombing,
2019).

1.2.3 Pengolahan Air menjadi Air Minum


Metode pemurian air dapat digunakan untuk menghilangkan
padatan, mikroorganisme serta material organik dan inorganik.
Pemilihan metode bergantung pada kualitas sumber air, biaya proses,
dan standar kualitas air yang dihasilkan.
1. Pengaturan Derajat Keasaman / Kebasaan (pH)

3
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh
suatu larutan. Koefisien aktifitas ion hidrogen tidak dapat diukur
secara eksperimental sehingga nilainya didasarkan pada perhitugan
teoritis.
2. Koagulasi dan Flokulasi
Salah satu metode konvensional dalam proses pemurnian
air adalah penambahan bahan kimia untuk membuang partikel yang
tidak diinginkan didalam air. Penambahan koagulan seperti
aluminium sulfat atau iron salts dapat menyebabkan interaksi fisika
dan kimia di antara partikel.
3. Sand Filter
a. Rapid Sand Filter
Air mengalir secara vertikal melalui pasir yang dimiliki
lapisan dari karbon aktif di atas pasir. Lapisan bagian atas akan
menghilangkan kandungan organik yang berpengaruh terhadap
rasa dan bau.
b. Slow Sand Filter
Bergantung pada kecepatan air yang lamban melalui filter.
Ini sangat bergantung pada proses biologi dan fisika dan terdiri
atas beberapa lapisan pasir dengan susunan paling bawah
adalah pasir kasar dan pasir halus dibagian atas.
4. Membran Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi merupakan proses berbasis membran yang
terletak antara proses nanofiltrasi dan mikrofiltrasi. Membran
ultrafiltrasi yang sering digunakan memiliki ukuran pori 0,01 mm
samapai dengn 1 mm (Pardamean Sebayang, 2015).
Peralatan yang digunakan dalam pengolahan air
minum satu set alat yang dirangkai untuk pengolahan air yang

4
terdiri dari bak penampung dan sedimentasi, bak koagulasi, bak
sedimentasi, bak aerasi, dan dua buah bak filtrasi, serta bak
penampung air.
Media filter yang digunakan seperti kerikil, arang
zeolit pasir, saringan akuarium, dan wadah disenfeksi, serta
penampung air bersih. Peraltan pendukung untuk analisa kualitas
air dapat dilihat pada analisa parameter mutu air.
Prosedur kerja:
1. Lakukan analisa terhadap kualitas air baku yang akan diolah.
2. Alirkan air baku melalui bap penampung dan sedmentasi I. Air
akan terus mengalir ke bak koagulasi, sedimentasi II, menuju
bak aerasi, dan selanjutnya akan difiltrasi pada filtrasi I dan
filrasi II.
3. Air yang telah difiltrasi akan dipanaskan guna melakukan
desinfeksi. Setelah melalui tahapan desinfeksi air telah dapat
ditampung pada bak penampung air. Ukurlah debit air hasil
olahan (Juna Sihombing, ST. MT, 2019).

1.2.4 Perancangan Alat Pengolahan Air Bersih

Pengolahan air merupakan suatu proses yang digunakan


untuk membuat sumber air baku atau air limbah menjadi air yang
dapat diterima bagi pengguna terakhir sesuai dengan standar yang
dibutuhkan (diinginkan) termasuk air bersih, air minum, air untuk
proses industri, air pengobatan, dan air untuk keperluan lainnya.
Tujuan dari semua proses pengolahan air yang ada adalah
menghilangkan kontaminan dalam air, atau mengurangi konsentrasi
kontaminan tersebut sehingga menjadi air yang diinginkan sesuai
kebutuhan (pengguna akhir) tanpa merugikan dampak ekologis.
Proses-proses yang terlibat dalam pemisahan kontaminan dapat

5
menggunakan proses fisik seperti menetap dan penyaringan kimia
seperti desinfeksi dan koagulas. Selain itu proses biologi juga
digunakan dalam pengolahan air limbah, proses-proses ini meliputi
mencampur dengan udara, diaktifkan lumpur atau saringan pasir
padat. (Juna Sihombing, 2019. Hal 4)
Pengolahan ini adalah kelanjutan dari pengolahan-
pengolahan terdahulu. Oleh karena itu, pengolahan jenis ini baru
akan dipergunakan apabila pada pengolahan pertama dan kedua
masih banyak terdapat zat tertentu yang masih berbahaya bagi
masyarakat umum.
a. Saringan pasir
Terdapat 2 macam penyaringan yang ada yaitu saringan pasir
lambat dan saringan pasir cepat
- Saringan pasir lambat
Terdiri dari lapisan gravel dengan tebal 0,3 meter dan pasir
setebal 0,6 – 1,2 meter dengan diameter pasir sekitar 0,2 – 0,35
milimeter. Dari penyaringan ini akan dihasilkan kecepatan
pengaliran sebanyak 0,034 – 0,10 liter/m3/detik. Apabila air
limbah sudah mulai menggenang sedalam 1,5 – 3 meter maka
air limbah tersebut perlu dikeringkan dan permukaan pasir
perlu dilakukan pengerukan, sedangkan waktu pengerukan ini
dilakukan setiap 30 – 150 hari.
- Saringan pasir cepat
Saringan ini berisikan 0,4 – 0,7 meter pasir dengan diameter
0,4 – 0,8 milimeter dan gravel setebal 0,3 – 0,6 meter. Adapun
kecepatan aliran penyaringan yang dihasilkan sebesar 1,3 – 2,7
liter/m3/detik. Pada saringan pasir cepat ini pencuciannya
dilakukan dengan cara pengaliran kembali (backwash) setelah
penyaringan berlangsung selama 6 – 24 jam dengan lama

6
pencucian selama 5 – 10 menit.
b. Saringan multi media
Penyaringan dengan multi media ini menggunakan saringan
yang berbeda granularnya misalnya: 0,5 meter antrasit dengan
diameter 1 milimeter pada bagian atas, 0,3 meter pasir silika
dengan diameter 0,5 meter. Satu set penyaringan menghasilkan
2,7 – 5,4 liter/m3/detik.
c. Personal filter
Saringan dengan tanah diatomeus atau perlite (Siliceous rock)
dengan kepadatan 0,16 g/cc. Saringan ini dapat menghasilkan
0,34 – 3,4 liter/m3detik, dan banyak dipergunakan pada
industri dan kolam renang. Yang menjadikan kelemahan cara
ini adalah bahwa saringan dengan cara ini memerlukan biaya
yang sangat tinggi. (Sugiharto, 2017. Hal 121-122)

1.2.4 Analisa Kadar Alkalinity, TDS dan TSS

Alkalinitas
Alkalinitas atau yang lebih dikenal dengan total alkalinitas adalah
konsentrasi total dari unsur basa basa yang terkandung dalam air dan
biasa dinyatakan dalam mg/l atau setara dengan kalsium karbonat
(CaCO3).

TDS (Total Dissolved Solid)


TDS (Total Dissolved Solid)adalah jumlah padatan terlarut (mg)
dalam satu liter air. Padatan terlarut terdiri dari senyawa senyawa
anorganik dan organic yang larut dalam air dan mempunyai ukuran
lebih lebih kecil dari padatan tersuspensi.

TSS (Total Suspended Solid)

7
TSS (Total Suspended Solid) adalah jumlah padatan tersuspensi
(mg) dalam satu liter air. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel
partikel yang bobot dan ukurannya lebih kecil dari sedimen tidak
larut dalam air, dan dapat langsung mengendap (Asmadi, 2012)

BAB II
METODOGI
1.1. Alat dan Bahan
2.1.1. Alat
1. Erlenmeyer 100 ml : 6 buah
2. Beaker Gelas800 ml : 1 buah
3. Beaker Gelas 500 ml : 1 buah
4. Pipet Volume 10ml : 2 buah
5. Bola Hisap :1 buah
6. Buret 50 ml : 1 buah
7. Pipet Tetes : 2 buah

8
8. TDS Meter : 1 buah
9. Pompa Vakum : 1 unit
10. Corong Buchner : 1 buah
11. Labu Buchner : 1 buah
12. Oven : 1 unit
13. Neraca Analitik : 1 unit
14. Desikator : 1 buah
15. Gegep Besi : 1 buah
16. Cawan Petridish : 2 buah
17. Corong Kaca : 1 buah
18. TDS Meter : 1 unit
19. Alat Filtrasi : 1 unit

2.1.2. Bahan
1. Air sungai sebelum filtrasi : 300 ml
2. Air Sungai sesudah Filtrasi : 300 ml
3. Indikator PP : 6 ml
4. Indikaor MO : 6 tetes
5. H2SO4 0,1 N : 100 ml
6. Aquades : Secukupnya
2.2 Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS dan TSS
2.2.1 Perancangan Alat
1. Alat dan bahan yang akan digunakan, disiapkan.
2. Kaca aquarium dibentuk untuk wadah penyaringan, bagian bawan
di bolongi dan dipasang kran untuk jalur keluarnya air.
3. Bahan-bahan yang akan digunakan dicuci dengan menggunakan air
bersih
4. Alat kemudian disusun dengan memasukkaan bahan,dari lapisan
bawah hingga keatas yaitu kapas, pasir halus, kapas, pasir kasar,

9
kapas, kerikil besar, kapas, arang, kapas, ijuk, kapas, pasir halus,
kapas, pasir kasar dan kapas.
5. Air bersih dimasukkan kedalam alat yang telah dirancang untuk
mencuci bahan-bahan yang digunakan sampai bersih.

2.2.3.  Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS dan
TSS

Gambar 2.1. Bagan Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa


Alkalinity, TDS dan TSS

2.2.3. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen


1. Alat dan bahan praktikum disediakan.
2. Labu ukur 100 ml diisi 1/3 aquades.
3. Larutan H2SO4 98% dipipet sebanyak 0,5 ml kedalam labu ukur
berisi aquades.
4. Aquades ditambahkan sampai tanda batas, dan dihomogenkan.

10
2.2.4. Prosedur Kerja Pengolahan Air
1. Air sungai sebagai sampel diukur dengan gelas ukur sebanyak 1000
ml menggunakan beaker glass 1000 ml.
2. Air sungai dituangkan kedalam alat filtrasi yang telah dirancang.
3. Kran air dibuka dan air sesudah di filtrasi ditampung pada beaker
glass 1000 ml.

2.2.5. Prosedur Kerja Alkalinity


Prosedur Kerja P-Alkalinity
1. Alat dan bahan praktikum disediakan.
2. Indikator PP ditambahkan sebanyak 3 tetes kedalam sampel pada
masing – masing erlenmeyer, lalu diamati perubahan yang terjadi.
Apabila tidak terjadi perubahan berarti kadar P-Alkalinity sama
dengan nol.

Prosedur Kerja M-Alkalinity


1. Alat dan bahan disediakan.
2. Sampel air sungai sebelum filtrasi, diukur sebanyak 10 ml dengan
menggunakanpipet ukur, dan dimasukkan kedalam erlenmeyer.
3. Sampel air sungai sesudah filtrasi, diukur sebanyak 10 ml dengan
menggunakan pipet ukur, dan dimasukkan kedalam erlenmeyer.
4. Indikator mo ditambahkan sebanyak1 tetes kedalam setiap sampel,
lalu diamati perubahan yang terjadi. Kemudian dititrasi dengan
H2SO4 0,1 N sampai terbentuk larutan warna orange,
5. Volume titrasi yang didapat dicatat dalam data pengamatan.

2.2.6. Prosedur Kerja TDS

11
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel air sungai sebelum dan sesudah titrasi masing masing
dituang di beaker glass sebanyak 200 ml.
3. Alat TDS Meter dibilas menggunakan aquades.
4. Alat TDS Meter di on kan, dan dicelupkan ke masing masing
beaker glass berisi sampel.
5. Tunggu hingga TDS Meter stabil.
6. Catat lah kadar TDS (ppm) dan temperature(oC) pada alat.
7. Bilas Alat dan keringkan menggunakan tisu.
8. Ulangi prosedur untuk setiap sampel.

2.2.7. Prosedur Kerja TSS

1. Kertas saring yang telah dibilas aquadest dan dikeringkan didalam


oven diambil menggunakan gegep besi kedalam cawan petri dan
didinginkan di desikator.
2. Kertas saring ditimbang dan dicatat sebagai berat kertas saring
kosong.
3. Rangkai corong bouncher ke tabung bouncher dan pompa vakum.
4. Kertas saring diletakkan diatas corong bouncher menggunakan
gegep besi.
5. Kertas saring ditimbang dan dicatat sebagai berat kertas saring +
endapan.

12
BAB III
DATA PENGOLAHAN DATA
3.1 Data Pengamatan

Tabel 3.1 Data M-Alkalinity

Volume Volume Titrasi


Volume Sampel
No Nama Sampel indikator PP H2SO4 0,02 N
(ml)
(ml)
(tetes)
Air sungai sebelum
1 25 3 1,0
filtrasi
Air sungai setelah
2 25 3 0,8
filtrasi
3 Air Cleo 25 3 0,1
4 Air Ades 25 3 0,1

Pengamatan:
1. Air sungai sebelum filtrasi + Indikator MO →Larutan kuning
titrasi
Larutan kuning + →Larutan orange.
H 2 SO4
2. Air sungai sesudah filtrasi + Indikator MO →Larutan kuning
titrasi
Larutan kuning + →Larutan orange
H 2 SO4

Tabel 3.2 Data P-Alkalinity

Volume Volume Titrasi


Volume Sampel
No Nama Sampel Indikator PP
(ml) H2SO4 0,02 N (ml)
(tetes)
Air sungai sebelum
1 25 3 0
filtrasi
Air sungai setelah
2 25 3 0
filtrasi

13
Pengamatan :
1. Air sungai sebelum filtrasi + Indikator PP →Larutan tidak berwarna
2. Air sungai sesudah filtrasi + Indikator PP →Larutan tidak berwarna
Tabel 3.3 Data Pengamatan TDS
Volume Sampel
No Nama Sampel Suhu TDS
(ml)
Air sungai
1 300 30,2 142
sebelum filtrasi
Air sungai
2 300 29,2 25
sesudah filtrasi

Tabel 3.4 Data Pengamatan TSS

Volume Sampel Berat Kertas Saring


No Nama Sampel TDS
(ml) (gr)
Air sungai
1 10 0,4780 0,4893
sebelum filtrasi
Air sungai
2 10 0,4791 0,4889
sesudah filtrasi

3.2. Pengolahan Data


3.2.1. Perhitungan Alkalinity
A. Perhitungan P Alkalinity
1. Sampel Air Sungai Sebelum Filtrasi
P Alkalinity = 0
( Tidak terjadi perubahan warna ketika ditambah indikator PP )
2. Sampel Air Sungai Sesudah Filtrasi
P Alkalinity = 0
( Tidak terjadi perubahan warna ketika ditambah indikator PP )

B. Perhitungan M-Alkalinity
a. Air Sungai Sebelum Filtrasi
volume H 2 SO 4 0,02 N
M. Alkalinity =1000 × ×BECaCO3
vol . sampel

14
ml mek
1000 x 1 ml x 0,02
= l ml 50 mgr/mek
×
25 ml
= 40 ppm
b. Air Sungai Sesudah Filtrasi
volume H 2 SO 4 0,02 N
M. Alkalinity =1000 × ×BECaCO3
vol . sampel
ml mek
1000 x 0,8 ml x 0,02
= l ml 50 mgr/mek
×
25 ml
= 32 ppm

3.2.2Perhitungan TSS

a. Air Sungai Sebelum Filtrasi


( Berat Kertas + Endapan )−(Berat Kertas Kosong)
TSS=
Volume Sampel
( 967,3 mg ) −( 478 mg)
TSS=
0,01 L
TSS=¿ 48,930 ppm
b. Air Sungai Sesudah Filtrasi
( Berat Kertas+ Endapan )−(Berat Kertas Kosong)
TSS=
Volume Sampel
( 968 mg )−( 479,1mg)
TSS=
0,01 L
TSS=¿ 48, 890 ppm

3.2.2. Perhitungan TDS


a. Air Sungai Sebelum Filtrasi
Dengan menggunakan alat TDS meter diketahui kadar TDS sampel:
TDS : 142
Suhu : 30,2 °C
b. Air Sungai Sesudah Filtrasi

15
Dengan menggunakan alat TDS meter diketahui kadar TDS sampel:
TDS : 25
Suhu : 29,2 °C

BAB IV
PEMBAHASAN

Alkalinity adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahanasam tanpa


penurunan nilai pH larutan. Sama halnya dengan larutan buffer, alkalinity
merupakan pertahanan air terhadap pengasaman.Ada sampel yang di filtrasi
terlebih dahulu dengan alat filtrasi yang tersedia dan sampel yang tidak di
filtrasi.Sampel digunakan sebanyak 10 ml.
AnalisaTSS dengan menggunakan metode gravimetri yaitu sampel disaring
menggunakan pompa vacum. Kertas saring dan filtrat di masukkan kedalam
petridish kemudian di panaskan didalam oven selama 1 jam dengan suhu 105°C
dan didinginkan selama 15 menit pada desikator. Kertas saring dan filtrat di
timbang menggunakan neraca analitik dan dicatat beratnya.
Dalam analisa P- Alkalinity digunakan indikator PP sebanyak 3 tetes. Jika
warna larutan tidak berubah menjadi sedikit merah maka P-alkalinity sama
dengan nol. Hal ini menunjukkan larutan sampel bersifat asam. Untuk semua
sampel yang digunakan baik yang difiltrasi maupun tidak difiltrasi tidak
mengalami perubahan warna. Sehingga tidak dilakukan titrasi dengan larutan
H2SO4 0,02 N.

16
Analisa M-Alkalinity digunakan indicator MO sebanyak 3 tetes. Ketika
larutan sampel yang tidak berwarna ditambahkan indikator MO, maka larutan
akan berubah menjadi larutan kuning yang akan dititrasi dengan menggunakan
larutan H2SO4 0,02 N sampai larutan berubah warna menjadi larutan orange.
Dari praktikum yang dikerjakan P-alkalinity dari setiap sampel
adalah nol. Untukair sungai sebelum difiltrasi dan air sungai sesudah di filtrasiM-
alkalinity adalah 40 ppm dan 32 ppm . Untuk TDS 142 ppm, 25 ppm, Dan untuk
TSS 48,930 ppm, 48,890 ppm

BAB V

KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada percobaan M-alkalinity pada sampel air sungai sebelum filtrasi 40
ppm, dan air sungai setelah filtrasi adalah 10 ppm.
2. Faktor yang dapat mempengaruhi kesalahan dalam analisa kadar
alkalinitas suatu sampel adalah proses titrasi, indikator yang digunakan,
karbondioksida dan akan mempengaruhi alkalinitas suatu sampel yang
terbuka terhadap udara.
3. Pada percobaan P-alkalinity untuk sampel air sungai sebelum filtrasi
adalah 0 ppm dan air sungai setelah filtrasi adalah 0 ppm.
5.2 Saran
Sebaiknya pada saat melakukan penimbangan di neraca analitik
dibaca dengan benar dan pembacaan TAT (titik akhir titrasi) praktikan harus

17
teliti agar hasil yang diperoleh akurat. Dan dimendapatkan tujuan yang
diinginkan .

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2014. Kimia Lingkungan. Jakarta : Penerbit Andi
Ghufran, M.. dan Andi Baso. 2010. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budi Daya
Perairan. Jakarta : Rineka Cipta

Rahman, Auliaur Rizqi, dkk. 2017. Peningkatan Kualitas Air Baku Sungai
Mahakam dengan Teknologi MOCI (Moringa Oleifera and Cellulose.
Samarinda : Universitas Mulawarman

Sebayang, Perdamean, dkk. 2015. Teknologi Pengolahan Air Kotor dan Payau
Menjadi Air Bersih dan Layak Minum. Jakarta : LIPI Indonesia

Sihombing, Juna. 2018. Penuntun Praktikum Teknologi Pengolahan Air dan


Limbah Industri. PTKI : Medan.

18
19
20
21

Anda mungkin juga menyukai