PT PUPUK SRIWIDJAJA
PALEMBANG
Analisis Kadar Biuret Pada Produk Pupuk Urea IB dan IIB DI PT PUPUK
SRIWIDJAJA PALEMBANG dengan Spektrofotometer Uv-Vis
OLEH
NABILA DEVANI
BP: 1720073
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
INDUSTRI
POLITEKNIK ATI PADANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK DI PT PUPUK SRIWIDJAJA
PALEMBANG
Dengan ini pembimbing lapangan kerja praktik, menyatakan bahwa
laporan kerja praktik yang disusun oleh :
NIM : 1720073
Badge : 1282
Judul Laporan : “Analisis Kadar Biuret Pada Produk Pupuk Urea IB dan IIB
DI PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG dengan
Spektrofotometer Uv-Vis”
iii
11. SMK AISYIYAH PALEMBANG dan SMTI LAMPUNG yang sudah
banyak membantu selama di laboratorium.
12. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan informasi baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan KKP ini masih terdapat kekurangan.
Penulis mengharapkan saran dan kritikan untuk perbaikan laporan yang akan
datang. Semoga karya ini bermanfaat.
Nabila Devani
iv
DAFTAR ISI
v
2.1.10 Mesin & Peralatan ................................................................................33
2.1.11 Kesehatan & Keselamatan Kerja ...........................................................34
2.1.12 Sistem Manajemen Mutu (optional) .....................................................34
2.2 Tinjauan Khusus ......................................................................................37
2.2.1 Pupuk .......................................................................................................37
2.2.2 Pupuk Urea .............................................................................................39
BAB III PELAKSANAAN KKP ...................................................................43
3.1 Waktu dan Tempat......................................................................................43
3.3 Ruang Lingkup Analisa ..............................................................................43
3.4 Prinsip Analisa............................................................................................43
3.5 Peralatan yang diperlukan...........................................................................43
3.6 Pereaksi yang diperlukan ............................................................................43
3.7Acuan Metode..............................................................................................44
3.8 Prosedur Kerja ...........................................................................................44
3.8.1 Pembuatan Larutan Standar ..............................................................44
3.8.2 Pembuatan Kurva Standar ................................................................44
3.8.3 Penentuan Kadar Biuret dalam Urea ................................................44
3.9 Rumus .........................................................................................................45
vi
DAFTAR TABEL
Table 1. Spesifikasi Ammoniak Cair sebagai Bahan Baku Pabrik Urea ..........17
Table 2. Spesifikasi Gas CO2 sebagai Bahan Baku Pabrik Urea......................17
Tabel 3. Spesifikasi Steam Pabrik Urea ...........................................................18
Table 4. Spesifikasi Air Demin Pabrik Urea ....................................................18
Table 5. Spesifikasi Cooling Water Pabrik Urea..............................................19
Tabel 6. Spesifikasi Udara Instrumen Pabrik Urea ..........................................20
Table 7. Spesifikasi Air Umpan Boiler Pabrik Urea ........................................20
Table 8. Spesifikasi Nitrogen yang digunakan pada Pabrik Urea ....................20
Tabel 9. Spesifikasi Urea PT Pupuk Sriwidjaja Palembang.............................22
Tabel 10. Spesifikasi Ammoniak PT Pupuk Sriwidjaja Palembang .................22
Tabel 11. Sifat Fisik dan Kimia Urea ...............................................................39
Table 12. Data Hasil Analisa Kadar Biuret Produk Urea PIB dan PIIB ..........46
Table 13. Data Hasil Analisa Kadar Biuret Produk Urea PIB dan PIIB ..........46
Table 14. Data Hasil Analisa Kadar Biuret Produk Urea PIB dan PIIB ..........46
Table15. Absorban dan Konsentrasi larutan standard biuret............................47
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
4
dengan kapasitas terpasang sebesar 552.000 ton per tahun. Pabrik Pusri III
dibangun pada 1976 dengan kapasitas terpasang sebesar 570.000 ton per
c. PUSRI III (1975) PUSRI III mulai dibangun pada tanggal 21 Mei 1975
dengan kapasitas produksi 1.100 metrik ton ammonia per hari atau
330.000 setahun dan 1.725 metrik ton urea sehari atau 570.000 metrik ton
setahun. Pembangunan ini sebagai bentuk antisipasi peningkatan
kebutuhan pupuk nasional.
d. PUSRI IV (1977)
PUSRI IV dibangun pada 1977 melalui Surat Keputusan No. 17
Republik Indonesia melalui Menteri Perindustrian. Pabrik ini memiliki
kapasitas produksi 1.100 metrik ton ammonia per hari atau 330.000
setahun dan 1.725 metrik ton urea sehari atau 570.000 metrik ton
setahun. Pembangunan ini juga sebagai bentuk antisipasi peningkatan
kebutuhan pupuk nasional.
e. PUSRI IB (1993)
Pabrik PUSRI IB dibangun untuk menggantikan PUSRI I yang tidak
efisien lagi. Tanggal 15 Januari 1990 merupakan early start date untuk
memulai kegiatan process engineering designm package. Pabrik ini
memiliki kapasitas produksi 446.000 ton ammonia per tahum. Pabrik ini
menerapkan proses produksi urea dan ammonia hemat energi dengan
efisiensi 30% lebih hemat dari pabrik PUSRI sebelumnya.
f. PUSRI IIB (2017)
Pabrik dengan teknologi terbaru yang berkapasitas produksi sebesar
907.500 ton urea per tahun dan 660.000 ton amoniak per tahun tersebut
merupakan salah satu bagian dari program revitalisasi industry pupuk
yang dibangun oleh konsorsium Rekayasa Industri dan Toyo (Jepang),
dengan total biaya investasi sekitar Rp 8,5 triliun. Pabrik Pusri-II mulai
beroperasi pada tahun 2017 dengan menggunakan teknologi KBR
Purifier Technology untuk Pabrik Amonia dan teknologi ACES 21 milik
TOYO dan Pusri sebagai Co Licensor untuk Pabrik Urea. Pabrik Pusri
IIB menjadi pabrik yang efisien dengan konsumsi gas yang jauh lebih
hemat dari pabrik sebelumnya yaitu 24 MMBTU/ton urea, jauh lebih
rendah dibandingkan Pusri II, yang konsumsi gasnya mencapai 37
MMBTU/ton urea. Selain itu untuk operasional Pabrik Pusri IIB
9
menggunakan bahan bakar batu bara untuk pembangkit steam dan listrik
sehingga mengurangi ketergantungan terhadap gas bumi. Pabrik Pusri IIB
menjad i salah satu upaya nyata Pupuk Indonesia group sebagai salah
satu upaya mencapa kedaulatan pangan melalui pemenuhan kebutuhan
pupuk sektor pertanian dalam negeri.
g. Proyek Proyek STG dan Boiler Batubara
Proyek STG & Boiler Batubara terdiri dari pembangunan Boiler
berkapasitas 2×240 ton/jam dan STG berkapasitas 1×23 MW Nett. Tujuan
pembangunan STG dan Boiler batubara adalah untuk substitusi bahan
bakar pembangkit steam dan listrik yang sebelumnya menggunakan gas
bumi ke batubara agar gas bumi tersebut dapat digunakan untuk proses
produksi ammonia dan urea. Proyek STG dan Boiler Batubara terbagi
menjadi dua tahap dengan durasi proyek tahap pertama dari tahun 2013 –
2016 untuk memasok kebutuhan steam dan listrik Pabrik Pusri IIB. Boiler
yang digunakan menggunakan teknologi pulverized coal boiler, teknologi
yang paling umum digunakan di pembangkit listrik, sekitar 90% dari
kapasitas keseluruhan boiler yang dingunakan di pembangkitan steam dan
listrik di dunia menggunakan teknologi ini.Keunggulan teknologi
pulverized coal boiler antara lain adalah keandalan (reabilitas) dan
interval masa pemeliharaan rutin yang cukup panjang. Sekarang proyek
ini telah berjalan dan terus dikembangkan.
h. Proyek NPK Fusion
Proyek NPK Fusion merupakan langkah Pusri untuk diversifikasi produk
pupuk. Ada kecenderungan peningkatan konsumsi pupuk NPK di
Indonesia dan Proyek NPK Fusion dilaksanakan untuk memanfaatkan
trend tersebut. Pabrik NPK yang akan dibangun menggunakan teknologi
Steam Fused Granulation dengan kapasitas 100.000 ton per tahun. Bahan
baku utama yang digunakan adalah urea produksi Pusri, Rock Phosphate,
dan KCl. Keunggulan teknologi ini adalah fleksibilitas untuk dapat
memproduksi berbagai macam formula dengan biaya investasi yang tidak
terlalu mahal. Lokasi proyek NPK Fusion terletak di lahan milik PT Pusri
10
Temperatur 25 – 30 oC
b. Gas CO2
Spesifikasi gas karbon dioksida (CO2) yang digunakan pada pabrik
urea dapat dilihat sebagai berikut:
Table 2. Spesifikasi Gas CO2 sebagai Bahan Baku Pabrik Urea
Spesifikasi Kuantitas Satuan
Temperatur 38 oC
Komposisi
H2O Jenuh
tekanan sedang )
b. Air Demin
Spesifikasi air demin yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut:
Table 4. Spesifikasi Air Demin Pabrik Urea
Spesifikasi Kuantitas Satuan
Temperatur 28 oC
Jumlah 10 MT//jam
19
c. Air Pendingin
Spesifikasi cooling water yang digunakan dapat dilihat sebagai
berikut:
Table 5. Spesifikasi Cooling Water Pabrik Urea
Spesifikasi Kuantitas Satuan
Tekanan 4 kg/cm2
Temperatur 32 oC
pH 6.5 – 7.5
Minyak Trace
d. Udara Instrumen
20
Temperatur 28 oC
Temperatur 113 oC
f. Nitrogen
Spesifikasi Nitrogen sebagai bahan baku dapat dilihat sebagai berikut:
Table 8. Spesifikasi Nitrogen yang digunakan pada Pabrik Urea
21
Tekanan 4 kg/cm2
Temperatur 28 oC
Komposisi
g. Listrik
1) Motor
(1) Di atas 1500 kW: 3.8 kV, 3 fasa dan frekuensi 50 Hz
(2) Di atas 110 kW – 1500 kW: 2.3 kV, 3 fasa dan frekuensi 50 Hz
(3) Antara 0.5 kW – 110 kW: 440 kV, 3 fasa dan frekuensi 50 Hz
(4) Di bawah 0.5 kW: 115 atau 250, 1 fasa dan frekuensi 50 Hz.
Atau 440 kV, 3 fasa dan frekuensi 50 Hz.
2) Penerangan
Spesifikasinya 220 V, 1 fasa dan frekuensi 50 Hz
3) Sistem pengontrol
Spesifikasinya 110 V, tegangan AC
4) Instrumentasi spesifikasinya 110 V, 1 fasa dan frekuensi 50 Hz.
2.1.8.3 Produk
Pupuk urea dan Ammoniak merupakan produk utama yang di hasilkan
PT Pupuk Sriwidjaja Palembang. Selain itu, dihasilkan pula produk
samping berupa Karbon Dioksida cair, Dry Ice, Nitrogen cair, gas
Nitrogen, Oksigen cair dan gas Oksigen.
Produk utama yang dihasilkan oleh PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
adalah pupuk urea dalam bentuk butiran (prilled) dan Ammoniak
22
5) Pemisahan CO2
Pemisahan CO2 dari gas proses menggunakan larutan
penyerap Benfield pada sebuah menara Absorber dan CO2 yang
terserap akan dilepaskan kembali dari larutan Benfield di
menara Stripper sekaligus meregenerasi larutan Benfield.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CO2 + H2O H2CO3
H2CO3 + K2CO3 2KHCO3
Larutan Benfield yang telah diregenerasikan dipakai kembali
untuk menyerap CO2 dari gas proses. Larutan Benfield terdiri
atas komponen utama K2CO3 (Kalium karbonat) sebagai
penyerap, DEA (diethanol amin) sebagai aktivator, V2O5
(vanadium pentokside) sebagai corrosion inhibitor, dan Ucon
500 HB sebagai anti foaming agent. Kondisi operasi di Absorber
dijaga pada tekanan 27,2 kg/cm2 dan temperatur 95 oC, serta
kondisi operasi di Stripper dijaga pada tekanan 1,3 kg/cm2 dan
temperatur 129 oC.
6) Pemisahan Sulfur Organik
Sulfur organik dalam bentuk senyawa Mercaptan (RSH,
RSR) tidak dapat langsung dipisahkan, tetapi harus diubah
terlebih dahulu menjadi senyawa hydrogen sulfide (H2S),
kemudian H2S tersebut dipisahkan dengan cara mereaksikan
dengan ZnO. Kedua reaksi tersebut adalah sebagai berikut:
RSR + 2H2 2RH + H2S (katalis CoMo)
H2S + ZnO ZnS + H2O (katalis ZnO)
Reaksi di atas berlangsung pada temperatur 350 – 400 oC.
b. Seksi Reforming
Gas proses yang telah diolah di area Feed Treating dengan
komponen utamanya CH4 selanjutnya akan diproses di area
Reforming yang terdiri dari unit sebagai berikut:
1) Saturator
29
d. Seksi Sintesis
Syngas yang keluar dari Methanator dicampur dengan recycle gas,
diharapkan mempunyai ratio komposisi H2 dengan N2 inlet
Ammonia Converter sebesar 3:1 dan konsentrasi NH3 sekitar 1,6 – 2
%. Selanjutnya dinaikkan tekanannya dengan syn gas compressor
sampai sekitar 140 kg/cm2, temperatur reaksi pada tekanan ini
sebesar 400 – 500 oC.Konsentrasi NH3outlet Ammonia Converter
sebesar 15 – 17 %. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
3H2 + N2 2NH3 + Q
e. Seksi Pemurnian Produk
Ammonia yang terbentuk dalam Ammonia Converter
dipisahkan dari komponen yang lain dengan cara pendinginan
bertahap, karena temperatur titik embun ammonia lebih besar dari
komponen yang lain maka ammonia akan mengembun terlebih
dahulu sehingga dapat dipisahkan dari komponen yang lain.
Terdapat beberapa peralatan di seksi pemurnian produk,
diantaranya yaitu Refrigerant Flash Drum tingkat I, II, dan III yang
merupakan unit pemisah ammonia secara bertahap dengan proses
pengembunan. Refrigerant Receiver yang berfungsi menampung
ammonia yang telah mengembun serta Refrigerant Compressor
yang mempunyai 2 fungsi, yaitu untuk menjaga tekanan yang
dikehendaki pada Refrigerant Flash Drum serta untuk menaikkan
tekanan uap ammonia menjadi 16,7 kg/cm2 sehingga dapat
diembunkan dan didinginkan dengan cooling water.
Akumulasi gas – gas inert yang terpisah dari ammonia dibuang
(purge) dalam dua tahap, yaitu High Pressure Purge Gas yang
dikirim ke pengolahan gas buang (Purge Gas Recovery Unit –
PGRU) dan Low Pressure Purge Gas dikirim ke Primary Reformer
sebagai bahan bakar. Produk ammonia (hot product) dikirim ke
Pabrik Urea sebagai bahan baku pembuatan urea dan sisanya
(cold product) dikirim ke Tangki Penyimpanan Ammonia (NH3
Storage).
33
5. Methanator
6. Kompresor CO2
7. Ammonia Converter
c. Pabrik Urea
1. Kompresor
2. Reactor Urea
3. Dust Chumbert
4. Belt Conveyer
2.2.1 Pupuk
Pupuk organik memiliki empat fungsi penting, yaitu pupuk organik dapat
memperbaiki kesuburan tanah. Kedua, pupuk organik dapat memperbaiki sifat
fisik dan kimia tanah. Ketiga, pupuk dapat menunjang sifat biologis tanah yang
38
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan seperti
unggas, sapi, kerbau, dan kambing. Pupuk kandang banyak dipakai karena
ketersediaannya yang melimpah dan mudah dibuat.
bahan kimia anorganik seperti urea, NPK dan TSP dan pupuk anorganik pro
analis.
Pemberian pupuk urea dalam tanah mempengaruhi sifat kimia dan hayati
(biologi) tanah. Fungsi kimia dan hayati yang penting diantaranya adalah selaku
penukar ion dan penyangga kimia, sebagai gudang hara N, P, dan S, pelarutan
fosfat dengan jalan kompleksasi ion Fe dan Al dalam tanah dan sebagai sumber
energi mikroorganisme tanah (Notohadiprawiro, 1998).
B. Kadar Biuret
Biuret adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2NC(O)NHC(O)NH2.
Ini adalah hasil dari kondensasi dua molekul urea dan merupakan pengotor
dalam pupuk urea. Senyawa ini berbentuk padatan putih, larut dalam air panas.
Biuret pertama kali disusun dan dipelajari oleh Gustav Heinrich Wiedermann
(1826-1899) untuk disertai doktornya, yang disampaikan pada tahun 1847.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
2CO(NH2)2 NH(CONH2)2 + NH3
reaksi diatas terjadi pada tekanan yang rendah, suhu tinggi dan waktu pemanasan
yang cukup lama dan terus-menerus.
Uji biuret digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida dalam
suatu zat yang diuji. Adanya ikatan peptida mengindikasikan adanya protein,
karena asam amino berikatan dengan asam amino yang lain melalui ikatan
peptida membentuk protein. Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk
ketika atom karbon dari gugus karboksi l suatu molekul berikatan dengan atom
nitrogen dari gugus amina molekul lain. Reaksi tersebut melepaskan molekul air
sehingga disebut reaksi kondensasi
41
C. Spektrofotometer UV-Vis
Metode spektroskopi merupakan metode yang sering digunakan untuk
analisis sampel secara kuantitatif dan kualitatif. Metode ini berhubungan
dengan interaksi radiasi elektromagnetik dengan molekul sampel. Menurut
Harvey (2000), daerah panjang gelombang UV adalah pada kisaran 200-400 nm
dan daerah sinar tampak pada kisaran 380-780 nm.
Pada analisis spektrofotometri, intensitas radiasi, ditransmisikan oleh suatu
media pengabsorpsi yang terdapat diantara sumber sinar dan detektor, hal ini
diukur sebagai satuan panjang gelombang. Intensitas radiasi yang diserap
42
43
44
3.9 Rumus
{(Abs S ‒ Abs B)x fk} ± B x f
Kadar Biuret (%) = W x 1000 x 100%
Keterangan:
0,0258
PIIB 10,1592 10,0746 0,0677 0,0666 0.93 0,91 0,93
Table 22. Data Hasil Analisa Kadar Biuret Produk Urea PIB dan PIIB
0,0256
PIIB 10,0278 10,0163 0,0705 0,0695 1,01 0,99 1,01
Table 13. Data Hasil Analisa Kadar Biuret Produk Urea PIB dan PIIB
46
47
Table 14. Data Hasil Analisa Kadar Biuret Produk Urea PIB dan PIIB
0.1
Absorbansi
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 5 10 15 20 25
Konsentrasi standar (mg)
4.2 Perhitungan
Rumus
8 Agustus 2019
PIB
{(0.0486 ‒ 0.0258)x 236,923} ‒ 0,414719 x 10
Kadar Biuret (%) Simplo = 10,0531 x 1000 x 100%
= 0,49 %
{(0.0479 ‒ 0.0258)x 236,923} ‒ 0,414719 x 10
Kadar Biuret (%) Duplo = 10,0181 x 1000 x 100%
= 0,48 %
Kadar biuret (%) Simplo + Kadar Biuret (%) Duplo
Rata-rata = 2
0,49% + 0,48%
= 2
= 0,49 %
PIIB
{(0.0677 ‒ 0.0258)x 236,923} ‒ 0,414719 x 10
Kadar Biuret (%) Simplo = 10,1592 x 1000 x 100%
= 0,93 %
{(0.0666 ‒ 0.0258)x 236,923} ‒ 0,414719 x 10
Kadar Biuret (%) Duplo = 10,0746 x 1000 x 100%
= 0,91 %
Kadar biuret (%) Simplo + Kadar Biuret (%) Duplo
Rata-rata = 2
0,94 % + 0,92 %
= 2
= 0,92%
49
12 Agustus 2019
PIB
{(0.0463 ‒ 0.0256)x 236,923} ‒ 0,414719 x 10
Kadar Biuret (%) Simplo = 10,0031 x 1000 x 100%
= 0,44 %
{(0.0465 ‒ 0.0258)x 236,923} ‒ 0,414719 x 10
Kadar Biuret (%) Duplo = 10,0083 x 1000 x 100%
= 0,45 %
Kadar biuret (%) Simplo + Kadar Biuret (%) Duplo
Rata-rata = 2
0,44% + 0,45%
= 2
= 0,45 %
PIIB
{(0.0705 ‒ 0.0258)x 236,923} ‒ 0,414719 x 10
Kadar Biuret (%) Simplo = 10,0278 x 1000 x 100%
= 1,01 %
{(0.0695 ‒ 0.0258)x 236,923} ‒ 0,414719 x 10
Kadar Biuret (%) Duplo = 10,0163 x 1000 x 100%
= 0,99 %
Kadar biuret (%) Simplo + Kadar Biuret (%) Duplo
Rata-rata = 2
0,94 % + 0,92 %
= 2
= 1,00 %
15 Agustus 2019
Diketahui: Abs B = 0,0266 fk = 236,923 B = -0,414719
PIB
{(0.0462 ‒ 0.0266)x 236,923} ‒ 0,414719 x 10
Kadar Biuret (%) Simplo = 10,0143 x 1000 x 100%
= 0,42 %
50
0,42% + 0,44%
= 2
= 0,43 %
PIIB
{(0.0707 ‒ 0.0266)x 236,923} ‒ 0,414719 x 10
Kadar Biuret (%) Simplo = 10,0148 x 1000 x 100%
= 1,00 %
{(0.0705 ‒ 0.0266)x 236,923} ‒ 0,414719 x 10
Kadar Biuret (%) Duplo = 10,0140 x 1000 x 100%
= 0,99 %
Kadar biuret (%) Simplo + Kadar Biuret (%) Duplo
Rata-rata = 2
1,00% + 0,99 %
= 2
= 1,00 %
4.3 Pembahasan
Adapun penyebab kadar biuret PIIB lebih besar dibanding PIB yaitu
pada proses produksi, dimana pada saat pembuatan pupuk urea diperlukan
51
.
52
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pupuk urea IB dan IIB Ditimbangan labu ukur Ditimbangan labu ukur
200 ml 200 ml dan 10 gram
urea