Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhammad Rezha Ariya Putra

NIM : 1818188

Kelas : 3D

LAPORAN PRAKTIK PETROKIMIA

I. JUDUL
Analisis BTX dalam Bensin secara Kromatografi Gas

II. TUJUAN
Mengidentifikasi dan menetapkan kadar Benzena,Toluena dan Xylen (BTX)
dalam sampel bensin secara kromatografi gas

III. PRINSIP
A. Prinsip Alat
Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu
senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara solute
dengan fasa diam. Cara kerja dari GC adalah suatu fase gerak yang berbentuk
gas mengalir di bawah tekanan melewati pipa yang dipanaskan dan disalut
dengan fase diam cair atau dikemas dengan fase diam cair yang disalut pada
suatu penyangga padat. Analit tersebut dimuatkan ke bagian atas kolom
melalui suatu portal injeksi yang dipanaskan. Suhu oven dijaga atau
diprogram agar meningkat secara bertahap. Ketika sudah berada dalam kolom,
terjadi proses pemisahan antar komponen. Pemisahan ini akan bergantung
pada lamanya waktu relatif yang dibutuhkan oleh komponen- komponen
tersebut di fase diam.
B. Prinsip Percobaan
Senyawa Benzena,Toluena dan Xylen (BTX) diidentifikasi secara
kromatografi gas yang merupakan teknik pemisahan komponen berdasarkan
perbedaan distribusi komponen dalam dua fasa yaitu gas dan padatan.
Perbedaan distribusi setiap komponen dipengaruhi oleh titik didihnya.
Pemisahan akan terjadi di dalam kolom dan akan diteruskan ke detector
kemudian direkam sebagai kromatogram. Senyawa BTX diidentifikasi
keberadaanya dengan membandingkan waktu retensi dengan standarnya.

IV. DASAR TEORI


Senyawa BTX banyak digunakan sebagai pelarut dalam suatu proses
industri dan memiliki sifat yang mudah menguap. Senyawa benzena
merupakan bahan kimia yang bersifat toksik dan karsinogenik terhadap
kesehatan (WHITE dkk., 2014) serta dapat menyebabkan leukemia sampai
kanker pada sistem hematologi manusia (SMITH, 2010). Toluena dan xilena
bukan merupakan senyawa karsinogenik namun harus ada pada level rendah
pada lingkungan karena sifat toksiknya. Gejala-gejala yang umum terjadi
apabila seseorang terkontaminasi senyawa BTX adalah terganggunya sistem
syaraf pusat, antara lain mual, muntah, pusing dan sakit kepala. Apabila
terkontaminasi dengan konsentrasi yang cukup tinggi akan mengakibatkan
gejala seperti gemetar, lemas, gangguan pada tekanan darah, sakit kepala,
pusing tiba-tiba, vertigo, muntah, dehidrasi hingga kematian (WISPRIYONO
dan HANDOYO, 2016).
Senyawa BTX merupakan senyawa yang biasa terdapat pada tanah dan
air tanah yang tercemar oleh bensin atau produk minyak bumi lainnya
(MOSKOVKINA dan MILINA, 2008). Secara alamiah, BTX berasal dari
minyak mentah. Misalnya benzene, ditemukan pada konsentrasi hingga 4 g/L
dalam kandungan minyak bumi, selain itu juga ditemukan dala air laut dengan
konsentrasi hingga 0,8 ppb di sekitar gas alam dan penyimpanan minyak bumi
(IPCS, 1993).
Lingkungan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) merupakan
lingkungan yang berpotensi tercemar oleh bensin ataupun produk minyak
bumi yang lain. Secara tidak langsung adanya tumpahan-tumpahan bensin
atau produk minyak bumi lainnya akan ada yang mengalami biodegradasi
oleh mikroba-mikroba dan ada pula yang menguap. Sebagian dari polutan
hidrokarbon yang masuk ke dalam tanah akan mencemari tanah tersebut.
Produk-produk minyak bumi ini mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon
diantaranya ialah BTX (SAFITRI DKK., 2013), sehingga harus dilakukan
analisis khusus untuk mengetahui keberadaan senyawa hidrokarbon tersebut.
Teknik analisis yang umum dilakukan untuk menentukan senyawa
BTX adalah kromatografi terutama kromatografi gas dengan flame ionization
detector (FID) (YAMADA dkk., 2004) dan detektor mass spectroscopy (MS)
(BAHRAMI dkk., 2011). Kromatografi gas memiliki kelebihan penting
dibandingkan metode yang lainnya. Kromatografi gas mampu dengan cepat
menganalisis senyawa BTX dalam matriks sampel yang kompleks dan dapat
melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif yang tepat dari berbagai
komponen secara cepat (GONZÁLEZ dan HERRADOR, 2007).
Dasar pemisahan menggunakan kromatografi gas adalah penyebaran
cuplikan pada fase diam sedangkan gas sebagai fase gerak mengelusi fase
diam. Cara kerja dari GC adalah suatu fase gerak yang berbentuk gas mengalir
di bawah tekanan melewati pipa yang dipanaskan dan disalut dengan fase
diam cair atau dikemas dengan fase diam cair yang disalut pada suatu
penyangga padat. Analit tersebut dimuatkan ke bagian atas kolom melalui
suatu portal injeksi yang dipanaskan. Suhu oven dijaga atau diprogram agar
meningkat secara bertahap. Ketika sudah berada dalam kolom, terjadi proses
pemisahan antar komponen. Pemisahan ini akan bergantung pada lamanya
waktu relatif yang dibutuhkan oleh komponen- komponen tersebut di fase
diam (SPARKMAN dkk., 2011).
V. CARA KERJA
A. Preparasi Sampel

Wadah botol kaca Dibilas menggunakan


dibersihkan dan dicuci methanol dan
menggunakan aquadest. dikeringkan

Wadah diisikan
sampel dan ditutup
rapat

B. Persiapan Standar

Wadah botol kaca Dibilas menggunakan


dibersihkan dan dicuci methanol dan
menggunakan aquadest. dikeringkan

Wadah diisikan
sampel dan ditutup
rapat
C. Pengukuran

. GC diwarming up dan Sampel diinjeksikan ke GC


disesaikan kondisinya menggunakan syringe yang
telah dibersihkan

Diamati kromatogram
yang dihasilkan pada
monitor
VI. DATA PENGAMATAN
A. Pengkondisian dan identitas Alat GC :
 Nama alat :
 Merk alat :
 Tipe alat :
 Fasa gerak :
 Fasa diam :
 Tipe kolom :
 Panjang kolom :
 Diameter kolom :
 Detector
 Suhu awal :
 Suhu akhir :
 Kenaikan suhu :
 Kolom flow :
 Volume injeksi :
 Suhu detector :

B. Tabel Pengamatan Fisik

Bahan/Komponen Wujud Warna Bau


C. Data Pengukuran Sampel dan Standar

Luas
Bahan/Komponen Waktu retensi area

VII. PERRHITUNGAN
VIII. PEMBAHASAN
IX. KESIMPULAN
X. DAFTAR PUSTAKA

IPCS. (1993): Environmental Health Criteria 150: Benzene. International Programme


on Chemical Safety, World Health Organization, Geneva, Switzerland

MOSKOVKINA, M.N., dan MILINA, R.S., 2008. Environmental Organic


Pollutants Analysis. Eurasian Journal of Analytical Chemistry 3(1), 123-133.

WHITE, A.J., TEITELBAUM, S.L., dkk, 2014. Indoor Air Pollution Exposure
from Use of Indoor Stoves and Fireplaces in Association with Breast Cancer: a Case-
Control Study. Environmental Health 13(108), 1-12.

WISPRIYONO, B., dan HANDOYO, E., 2016. Risiko Kesehatan Pajanan Benzena,
Toluena, dan Xilena Petugas Pintu Tol. Jurnal Kesehatan Masyarakat 11(2), 188-
194.

SAFITRI, H.I., RYANITHA, F.A., dan ARYANTI, F., 2013. Teknologi Ultrafiltrasi
Untuk Pengolahan Air Terproduksi (Produced Water). Jurnal Teknologi Kimia dan
Industri 2(4), 205-211.
SMITH, M.T., 2010. Advances in Understanding Benzene Health Effects and
Susceptibility. Annual Review of Public Health 31, 133-148.

SPARKMAN, O.D., PENTON, Z., FULTON, G., 2011, Gas chromatography and
mass spectrometry : a practical guide, Elsevier

XI. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai