Oleh
Yoga Riyanto
135055
SEKRETARIAT JENDERAL
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SMTI
BANDAR LAMPUNG
2015
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN)
PT. KARSA BUANA LESTARI
03 Agustus sampai dengan 13 september 2015
UJI KADAR SURFAKTAN ANIONIK DALAM AIR DAN AIR LIMBAH
DENGAN SPEKTROFOTOMETER SECARA BIRU METILEN
Oleh
Yoga Riyanto
135055
SEKRETARIAT JENDERAL
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SMTI
BANDAR LAMPUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya
alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah
adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya,
karena ulah manusia yang menjadikan ekosistem serta kehidupan yang di eksploitasi secara
berlebihan. Kerusakan lingkungan karena faktor manusia bisa berupa adanya pembuangan
limbah dari industri ke aliran sungai, yaitu contohnya adanya Detergen/Linier Alkilbenzen
Sulfonat (LAS).
Deterjen adalah senyawa dengan ujung hidrokarbon hidrofobik dan ujung ion sulfat atau
sulfonat.Sifat dari deterjen adalah memperkecil tegangan permukaan dan menjaga agar kotoran
teremulsi dalam pelarut air.Peningkatan kualitas deterjen apabila tidak diimbangi dengan
penanganan limbah deterjen dalam lingkungan, dapat menimbulkan kerugian konsumen berupa
kerusakan kulit dan iritasi kulit lainnya. Kelebihan alkali dapat disebabkan karena penambahan
alkali yang berlebih pada proses pembuatan detergen. Detergen sulit diuraikan oleh organisme
sehingga kandungan senyawa yang terlalu banyak dalam detergen dapat mengganggu ekosistem
makhluk hidup disekitarnya dengan pencemaran lingkungan oleh limbah sisa detergen.
Penentuan kadar surfaktan anionik dalam air limbah dapat menggunakan metode
spektrofotometri. Spektrofotometri adalah salah satu metode yang sering digunakan dalam
analisis surfaktan yang ada di dalam deterjen. Metode ini menggunakan Acuan Normatif SNI 06-
PT. Karsa Buana Lestari merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa Konsultan
27 September 2002.PT. Karsa Buana Lestari telah mendapat kepercayaan dari berbagai
layanan jasa yang dipercayakan, senantiasa dilaksanakan dengan baik dan penuh tanggung jawab
sesuai prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good coorporate governance), sehingga produk
Peraturan Menteri LH No.11 tahun 2008 tentang Persyaratan Kompetensi dalam Penyusunan
Dokumen AMDAL.
lingkungan yang telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 17025.Penerapan Sistem
Manajemen Mutu ISO 17025, dibuktikan dengan telah mendapatkan akreditasi dari Komite
Lingkungan, PT. Karsa Buana Lestari juga telah mendapat rekomendasi dari Pusarpedal KLH
Visi PT. Karsa Buana Lestari yaitu menjadi perusahaan konsultanterdepan sebagai ujung
sebagai tujuan dan dasar falsafahkerja. Kemudian, Misi PT. Karsa Buana Lestari adalah
profesional, sehingga dapat memberikan layanan terbaik dan kepuasan kepada mitra usaha/mitra
kerja dengan berpegang teguh pada prinsip pelestarian fungsi lingkungan hidup demi
PT. Karsa Buana Lestari memiliki dua lokasi yang pertama terletak di Perkantoran
bintaro 8, Jl. Bintaro Permai Raya Kav. 8/III , Bintaro Jakarta Selatan 12330. Selanjutnya kantor
PT. Karsa Buana Lestari adalah sebuah perusahaan swasta hasilpenanaman modal tunggal
yaitu Bapak Ir. Zaherunaja, M.Si.Untuk mempermudah seluruh kegiatan yang berlangsung,
perusahaan dipimpin oleh dewan komisaris yang membawahi langsung seluruh bagian.Struktur
1 Dewan Komisaris
2 Direktur Utama
3 Sekretaris Direksi
4 Direktur Operasional
5 Direktur Pengembangan Bisnis
8 Manajer Teknis
9 Manajer Mutu
11 Penyelia Laboratorium
4 Laboratorium Lingkungan
Dalam melakukan kegiatan analisis, PT. Karsa Buana Lestari menggunakan sarana
laboratorium, yaitu:
1 Ruang Preparasi
Sampel udara yangdianalisis meliputi analisis udara ambien (debu, H2S, NO2, SO2, NH3,
dan CO), dan udara emisi (NOx, SO2, H2S, NH3, HCl, HF, Cl2, debu, dan CO).
Sampel air yang dianalisismeliputi analisis terhadap air limbah, air permukaan, air bersih,
dan air tanah.Parameter yang dianalisis meliputi: Total Padatan Tersuspensi, Total Padatan
Terlarut, pH, Suhu, DHL, Fluorida, Klorida, Nitrat, Nitrit, Sulfat, Fosfat Terlarut dan Total,
Klorin, Sulfida, Amoniak, Besi, Krom, Krom Heksavalen, Mangan, MBAS/Detergen, Minyak
dan Lemak, Fenol, Oksigen Terlarut, Kebutuhan Oksigen Kimiawi, Kebutuhan Oksigen
Analisis yang dilakukan di laboratorium ini adalah seluruh analisis yang berkenaan
airlimbahuntuk Analisis kadar surfaktan anionikdidalam air limbah, mencakup ruang lingkup
yaitu :
Cara uji ini digunakan untuk penentuan kadar surfaktan anionik dalam air limbah secara biru
metilen dan diukur menggunakan spektrofotometer dengan kisaran kadar 0,025 mg/L sampai 2,0
Praktik kerja industri ini bertujuan untuk menentukan kandungan surfaktan anionik pada
sampel air limbah industri berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, Kelas II.
BAB II
LANDASAN TEORI
Air adalah suatu senyawa kimia yang termasuk zat anorganik, air dapat dijumpai dalam
tiga fase, yaitu gas, padat, dan cair. Pada ketiga fase tersebut secara kimiawi air tidak berubah
dan mempunyai rumus H2O (Alaerts,1984).Air sangat berpengaruh terhadap kehidupan, baik itu
kehidupan manusia, binatang, maupun tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu, air merupakan bahan
yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup dan juga sumber dasar bagi kelangsungan
kehidupan makhluk hidup di atas bumi yang perlu mendapat perhatian khusus.Sumber air yang
aAir hujan, yaitu air yang berasal dari proses awal daur hidrologi.
b Air tanah, yaitu air yang keluar dari tanah akibat adanya tekanan dari bumi.
c Air permukaan, yaitu air yang terdapat di atas permukaan tanah, contohnya air
Ketiga sumber tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu mata rantai yang
tidak putus-putusnya, sehingga merupakan suatu siklus yang dikenal sebagai daur hidrologi.
GAMBAR 1. Daur Hidrologi Air
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air
seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia.Danau, sungai, lautan dan air
tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian
dari siklus hidrologi.Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan.Berbagai
macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar danau, sungai,
lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum.
Menurut Alaerts, yang dimaksud pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat energi, dan komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga
kualitas air menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai
peruntukkannya.Air yang dipergunakan setiap hari tidak lepas dari pengaruh pencemaran yang
diakibatkan oleh ulah manusia juga.Beberapa bahan pencemar seperti mikrobiologi, bahan
organik dan beberapa bahan anorganik sudah banyak ditemukan dalam air yang digunakan
(Darmono, 2001).
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda salah satu pencemaran air yaitu oleh deterjen. Limbah rumah tangga seperti sabun
dan detergen sepertinya menjadi salah satu sumber utama dan penyebab pencemaran air yang
memberikan dampak paling kentara terutama pada masyarakat perkotaan di Indonesia. Limbah
pemukiman (rumah tangga) yang menjadi salah satu penyebab pencemaran air. Masyarakat yang
menggunakan detergen secara besar-besaran, sehingga pencemaran air bersih oleh zat ini
zat toksik, bersifat karsinogenik dapat menimbulkan kanker jika terakumulasi dalam jangka
waktu lama di dalam tubuh.Selain digunakan sebagai sabun, surfaktan juga digunakan dalam
2003).
Limbah atau bahan buangan yang dihasilkan dari semua aktivitas kehidupan manusia, baik
dari rumah tangga, kegiatan pertanian, serta industri tidak dapat dihindari. Namun pembuangan
limbah dapat dicegah atau paling tidak mengurangi dampak dari limbah tersebut, dengan cara
diantaranya:
a.Setiap rumah tangga sebaiknya menggunakan deterjen secukupnya dan memilah sampah
menstabilkan ekosistem air. Sedangkan memilah sampah anorganik yang dapat didaur ulang
b.Memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada pabrik atau kegiatan industri
Instalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL) bertujuan untuk mengolah limbah yang
meminimalisasi limbah yang dihasilkan atau mengubahnya menjadi limbah yang lebih ramah
lingkungan.
2.2 TEORI KHUSUS
2.2.1 DETERJEN
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun,
deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak
terpengaruh oleh kesadahan air. Detergen merupakan garam Natrium dari asam sulfonat (Ratna
dkk, 2010).
Detergen sintentik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk
garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dari magnesium yang biasa terdapat dalam air
sadah.Detergen sintetik mempunyai keuntungan tambahan karena secara relatif bersifat asam
kuat, oleh karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang mengendap suatu
karakteristik yang tidak nampak pada sabun (Lutfi, 2010).Produksi detergen sintetik (kadang-
kadang disebut syndet) di dunia sekarang melebihi produksi sabun biasa. Pertama karena
merupakan garam dari asam lemah, sabun menghasilkan larutan yang agak basa dalam air ini
sumber potensial bagi bahan pencemar organik. Sabun adalah senyawa garan dari asam-asam
lemak tinggi, seperti natrium stearat, C 17H35COO-Na+. Aksi pencucian dari detergen banyak
dihasilkan dari kekuatan pengemulsian dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan dari
air.Konsep ini dapat dipahami dengan mengingat kedua sifat dari ion sabun.Suatu gambaran dari
stearat terdiri dari ion karboksil sebagai kepala dengan hidrokarbon yang panjang
sebagai ekor. Dengan adanya minyak, lemak dan bahan organik tidak larut dalam air lainnya,
kecenderungan untuk ekor dari anion melarut dalam bahan organik, sedangkan
Pada proses pembentukan emulsi, bagian hidrofob molekul sabun masuk ke dalam lemak,
sedangkan ujung yang bermuatan negatif ada pada bagian luar. Oleh karena adanya gayatolak
muatan listrik negatif ini maka kotoran akan terpecah menjadi partikel-partikel kecil dan
membentuk emulsi. Dengan demikian kotoran mudah terlepas dari kain maupaun benda lain
(Poedjiadi, 2007).
1.Surfaktan
Senyawa aktif permukaan (surface active agent atau surfaktan) adalah suatu senyawa
yang telah diketahui dapat menjadi penstabil emulsi.Surfaktan memiliki dua gugus molekul yang
berbeda kepolarannya.Satu jenis hidrofilik (suka air) sedangkan gugus yang lainnya lipofilik
Komponen utama detergen adalah surfaktan, baik yang bersifat kationik, anionik,
maupun non ionik.surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang termasuk bahan kimia organik.
Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan antara air dengan gas (udara), padatan-padatan
(debu) dan cairan-cairan yang tidak dapat bercampur (minyak). Hal ini terjadi karena struktur
Amphiphilic yang berarti bagian yang satu dari molekul adalah suatu yang bersifat polar atau
gugus ionik (sebagai kepala) dengan afinitas yang kuat untuk air dan bagian lainnya suatu
Asam sulfonik yang digunakan dalam pembuatan detergen merupakan molekul berantai
panjang yang mengandungi 12 hingga 18 atom karbon per molekul. Secara garis besar, terdapat
empat katagori surfaktan yaitu:Anionik, Katonik, Non ionic dan Amfoter. LAS termasuk
kedalam kategori surfaktan anionik.Menurut struktur kimia, molekul surfaktan dibedakan
menjadi dua yaitu rantai bercabang (alkil benzen sulfanat atau ABS) dan rantai lurus (Linear alkil
Sifat deterjen ABS merupakan jenis surfaktan yang ditemukan dan digunakan secara luas
sebagai bahan pembersih yag berasal dari minyak bumi. Jenis ini mempunyai sifat yang tidak
LAS adalah surfaktan dalam deterjen yang bersifat toksik terhadap organisme aquatik
(Budiawan dkk, 2009). Banyaknya percabangan ABS ini menyebabkan kadar residu ABS
sebagai penyebabnya terjadi pencemaran air. Sedangkan untuk deterjen LAS merupakan jenis
surfaktan yang lebih murah diuraikan oleh bakteri.Deterjen LAS mempunyai kemampuan
berbusa 10-30% bahan organic aktif.LAS juga dapat menghilangkan busa yang dapat hilang
2.Buildier (Pembetuk)
Builder (Pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci surfaktan degan cara
b.Senyawa-senyawa asetat seperti: Nitril triasetat (NTA), etilena Diamina Tetraasetat (EDTA)
Filler (Bahan Pengisi) adalah bahan tambahan detergen yang tidak meningkatkan daya
Additives adalah bahan tambahan untuk pembuatan produk lebih menarik, misalnya pewangi,
2.2.3Bahaya Detergen
Sampah dan buangan-buangan kotoran dari rumah tangga, pertanian dan pabrik/industri
dapat mengurangi kadar oksigen dalam air yang dibutuhkan oleh kehidupan dalam air. Di bawah
pengaruh bakteri anaerob senyawa organik akan terurai dan menghasilkan gas-gas NH 3 dan H2S
dengan bau busuknya. Penguraian senyawa-senyawa organik juga akan menghasilkan gas-gas
Detergen tidak dapat diuraikan oleh organisme lain kecuali oleh ganggang hijau dansisa
detergen yang tidak terurai oleh gangganf hijau tersebut akan menimbulkan pencemaran air.
Senyawa-senyawa organik seperti pestisida (DDT, dikhloro difenol trikhlor metana), juga
merupakan bahan pencemar air. Sisa-sisa penggunaan pestisida yang berlebihan akan terbawa
aliran air pertanian dan akan masuk ke dalam rantai makanan dan masuk dalam jaringan tubuh
Sulfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembapan alami yang ada
memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan
kimia dengan kandungan 1% LAS dan AOS dengan akibat iritasi sedang pada kulit.Sulfaktan
bersifat toksik jika tertelan. Sisa bahan sulfaktan yang terdapat dalam detergen dapat membentuk
kloro benzena pada proses klorinasi pengolahan air minum PDAM. Klorobenzena merupakan
senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan. Kandungan detergen yang
cukup tinggi dalam air dapat menyebabkan pengurangan kadar oksigen (Dewi, 2010)
Sebenarnya kita tidak mengetahui bahwa Deterjen dapat merusak lingkungan. Salah satunya
adalah terjadinya proses eutrofikasi diperairan ini terjadi karena Deterjen dengan menggunakan
kandungan fosfor makin marak digunakan dalam kalangan masyrakat. Akibatnya banyak sungai-
sungai di kota besar terjadinya peledakan enceng gondok. Terjadilah pendangkalan sungai,
pertanda kematian bagi kehidupan penghuni sungai.Untuk memecahkan masalah ini, saat ini
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk
menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada
interaksi antara materi dengan cahaya. Spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum atau
sumber cahaya, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat
untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding. Dasar dari
a. Prinsip Kerja
Surfaktan anionik bereaksi dengan biru metilen membentuk pasangan ion berwarna biru
yang larut dalam pelarut organik intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 652 nm. Serapan yang terukur setara dengan kadar
surfaktan anionik.
b. Peralatan:
o Spektrofotometer
o Corong pisah 250 ml
o Labu ukur 100 ml; 500ml; dan 1000ml
o Beaker glass 200ml
o Pipet volumetrik 1,0 ml; 2,0 ml; 3,0 ml; dan 5,0ml
o Pipet ukur 5ml dan 10ml
c. Bahan:
a) serbuk Alkil Sulfonat Linier (LAS) atau natrium lauril sulfat (C12H25OS3Na);
Sebanyak 0,5 g fenolftalin dilarutkan dengan 50 mL alkohol 95% di dalam gelas piala 250 mL.
Kemudian ditambahkan 50mL aquadest danbeberapa tetes larutan NaOH 0,02 N sampai warna
merah muda.
2,8 mL H2SO4 pekatdimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL yang berisi 50 mL aquadest, dan
H2SO4 pekat 20mL dimasukkan ke dalam gelas piala 200 mL yang berisi 120 mL aquadest dan
dihomogenkan.
Sebanyak 100 mg biru metilen dilarutkan dengan 100 mL air suling dan dihomogenkan. Larutan
induk biru metilen diambil 30 mL lalu masukkan ke dalam labu ukur 1000 mL, tambahkan 500
mL air
suling, 41 mL H2SO4 6N dan 50 g natrium fosfat monohidrat (NaH2PO4.H2O), kocok hingga larut
sempurna kemudian ditepatkan hingga tanda tera menggunakan aquadest dan dihomogenkan.
h) larutan pencuci;
H2SO4 6N 41mL dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL yang berisi 500 mL air suling.
sempurna kemudian ditepatkan sampai tanda tera menggunakan aquadest dan dihomogenkan.
d. Persiapan pengujian
Pembuatan larutan induk surfaktan anionik 1000 mg/L
Larutkan 1,000 g LAS 100% aktif atau natrium lauril sulfat (C12H25OSO3Na) dengan 100 mL
air suling dalam labu ukur 1000 mL kemudian tambahkan air suling hingga tepat tanda tera dan
dihomogenkan.
CATATAN Simpan larutan induk surfaktan anionik di dalam lemari pendingin untuk mengurangi
Pipet 10 mL larutan induk surfaktan anionik 1000 mg/L dan masukkan ke dalam labu ukur 100
mL, kemudian tambahkan air suling hingga tepat tanda tera dan dihomogenkan.
a) pipet 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL dan 5,0 mL larutan baku surfaktan anionik 100 mg/L dan
b) tambahkan air suling sampai tepat pada tanda tera sehingga diperoleh kadar surfaktan anionik
CATATAN Larutan kerja dapat di buat dari larutan baku surfaktan siap pakai yang
diperdagangkan.
a) optimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk pengujian kadar surfaktan
anionik;
b) ambil masing-masing 100 mL larutan blanko dan larutan kerja dengan kadar surfaktan anionik
0,4 mg/L; 0,8 mg/L; 1,2 mg/L dan 2,0 mg/L kemudian masing-masing masukkan ke dalam
e) biarkan hingga terjadi pemisahan fasa, goyangkan corong pemisah perlahan-lahan, jika
f) pisahkan lapisan bawah (fasa kloroform) dan tampung dalam corong pemisah yang lain;
g) ekstraksi kembali fasa air dalam corong pisah dengan mengulangi langkah 3.4.4 d) sampai f)
h) tambahkan 50 mL larutan pencuci ke dalam fasa kloroform gabungan dan kocok kuatkuat
selama 30 detik;
j) Keluarkan lapisan bawah (kloroform) melalui glass wool, dan ditampung ke dalam labu ukur
k) tambahkan 10 mL kloroform ke dalam fasa air hasil pengerjaan pada langkah j); kocok kuat-
m) keluarkan lapisan bawah (kloroform) melalui glass wool, dan ditampung ke dalam labu pada
langkah j);
n) ekstraksi kembali fasa air dalam corong pisah dengan mengulangi langkah 3.4.4 k) sampai m)
dan satukan semua fasa kloroform dalam labu ukur pada langkah j);
o) cuci glass wool dengan kloroform sebanyak 10 mL dan gabungkan dengan fasa kloroform
p) tepatkan isi labu ukur pada langkah j) hingga tanda tera dengan kloroform;
q) ukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 652 nm dan catat serapannya.
r) buat kurva kalibrasi dari butir q) di atas atau tentukan persamaan garis lurusnya.
e. Prosedur uji
a) ukur contoh uji sebanyak 100 mL secara duplo dan masukkan ke dalam corong pemisah 250
mL;
b) tambahkan 3 tetes sampai dengan 5 tetes indikator fenoltalin dan larutan NaOH 1N tetes demi
tetes ke dalam contoh uji sampai timbul warna merah muda, kemudian hilangkan dengan
CATATAN Bila kadar surfaktan anionik dalam contoh 0,08 mg/L - 0,4 mg/L, maka volume
contoh uji yang diambil 250 mL dan bila kadar surfaktan anionik dalam contoh 0,025 mg/L -
0,08 mg/L, maka volume contoh uji yang diambil 400 mL.
BAB IV
1 Hasil
Penentuan kadar surfaktan anionik dalam sampel air limbah dengan menggunakan metode
dilakukan pengukuran nilai kurva standar. Ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi sampel.
Kurva kalibrasi merupakan grafik yang menyatakan hubungan kadar larutan baku dengan hasil
pembacaan absorbansi larutan, yang biasanya merupakan garis lurus. Dalam pembuatan kurva
kalibrasi standar MBAS yang harus dilakukan adalah membuat beberapa larutan standar yang
telah diketahui konsentrasinya dari analit yang akan ditentukan konsentrasinya dalam sampel.
Fungsi dari larutan standar ini adalah sebagai standar dalam pengukur analit yang nantinya
hasilnya akan diplotkan pada kurva standar untuk menentukan nilai regresi dari kurva.
0,00 0,000
0,40 0,094
0,80 0,185
1,20 0,269
2,00 0,433
Berdasarkan pengukuran larutan standar MBAS, maka didapatkan kurva kalibrasi pada gambar
4.1. Larutan standar MBAS yang telah diukur mempunyai persamaan y = 0,2158x + 0,0063
0.100
0.000
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50
Absorbance
Dari hasil pengujian kadar surfaktan anionik dalam air limbah, didapatkan data hasil yaitu berupa
ya konsentrasi (x) =
B
PEMBAHASAN
Air limbah adalah air yang telah mengalami penurunan kualitas karena pengaruh manusia.
Air limbah perkotaan biasanya dialirkan disaluran air kombinasi atau saluran sanitasi, dan diolah
di fasilitas pengolahan air limbah atau septic tank. Air limbah yang telah diolah dilepaskan ke
badan air penerima melalui saluran pengeluaran.Air limbah, terutama limbah perkotaan, dapat
tercampur dengan berbagai bahan pencemar salah satunya ialah deterjen.Deterjen merupakan
senyawa yang digunakan untuk tujuan membersihkan pakaian, alat makan, dan lain-lain.
Komponen utama dari deterjen ialah surfaktan (surface active agent) yang dalam jumlah besar
Sebelum dilakukannya uji kadar surfaktan dilakukan pencucian alat menggunakan aseton
(CH3COCH3), aseton sendiri berfungsi sebagai pelarut yang dapat mengangkat sisa-sisa bahan
yang tertinggal pada alat seperti biru metilen ataupun kloroform. Selanjutnya sampel
ditambahkan fenolftalin untuk mengetahui kondisi sampel dalam kondisi asam atau basa.
Apabila sampel tersebut berkondisi asam maka ditambahkan NaOH 1N sampai pH 7,kemudian
Methylen Blue( Metilen Biru) merupakan pewarna thiazine yang kerap digunakan sebagai
bakterisida dan fungsida pada akuarium.yakni mereaksikan/ menambahkan zat metilen biru yang
akan berikatan dengan surfaktan sehingga dihasilkan garam yang berwarna biru.Berikut struktur
metylen blue
1 Ekstraksi metilen biru dengan surfaktan anion dari media larutan air ke dalam kloroform
(CHCl3) dimana metilen biru dengan surfaktan anion tidak larut dalam kloroform, tetapi
larut dalam air, sedangkan garamnya yang berwarna bru data diekstraksi dengan
kloroform.
2 Diikuti terpisahnya antara fase air dan organik) dan terakhir (pengukuran absorbansi pada
warna biru dalam CHCl3. Berikut reaksi Antara metilen blue dengan surfaktan anionik
gelombang 652 nm (Franson, 1992). Konsentrasi yang terbaca adalah kadar surfaktan anion pada
sampel limbah yang berikatan dengan metilen biru. Batas deteksi surfaktan anion menggunakan
pereaksi pengomplek metilen biru sebesar 0,026 mg/L, dengan rata-rata persen perolehan
kembali 92,3% (Rudi dkk., 2004). Beberapa persenyawaan seperti sulfat, sulfonat,, phosfat,
fenol, dan zat organic seperti tiosianat, klorida, nitrat membentuk ikatan kompleks dengan
metilen blue serta memberkan kesalahan analisa positif (menaikan kadar LAS).Sedangkan zat
5.1.1 KESIMPULAN
Praktik Kerja Industri merupakan salah satu program pembelajaran di SMK-SMTI BANDAR
LAMPUNG , yang dilaksanakan oleh siswa kelas XII pada suatu perusahaan maupun
lembaga-lembaga penelitian guna mengetahui dunia kerja yang sesungguhnya. Kegiatan
yang dilaksanakan oleh penulis selama Praktik Kerja Industri di PT. Karsa Buana Lestari
diantaranya penentuankadar surfaktan anionik pada air limbah, serta mengerjakan analisis
rutin yang berhubungan dengan analisis terhadap air, tanah dan udara.
Berdasarkan hasil yang telah dilakukan terhadap metode pengujian kadar surfaktan anionik
sesuai SNI No.06-6989.51-2005, dapat disimpulkan bahwa semua hasilmemenuhi syarat
dan dapat diterima.Hal ini menunjukkan bahwa metode pengujian tersebut memenuhi kriteria
uji dan dapat dipergunakan untuk analisis pada Laboratorium Lingkungan,PT. Karsa Buana
Lestari.
5.1.2 Saran
2 Sistem rolling yang diterapkan untuk praktikan Prakerin tetap dipertahankan karena
sangat membantu praktikan dalam mengetahui analisis setiap parameter yang ada di
laboratorium lingkungan, PT. Karsa Buana Lestari.
3 Koordinasi antara analis satu dengan yang lain lebih ditingkatkan sehingga dapat
meningkatkan kepuasan dan kualitas kerja.
4 Hubungan yang telah terjalin dengan baik antara SMK-SMAK Bogor dengan PT. Karsa
Buana Lestari agar dapat dipertahankan di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
A.J.Kirby dan S.G.Warren. 1967. The Organic Chemistry of Phosporous. New York: Elsevier.
Alaerts.G, dan Sri Sumestri Santika. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Penerbit
Usaha Nasional.
Anonim.2010. Instruksi Kerja Metode Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air Permukaan
dan Tanah. Jakarta: PT. Karsa Buana Lestari.
Anonim. 2010. Instruksi Kerja Cara Uji Kadar Fosfat Terlarut dan Fosfat Total dengan
Spektrofotometer secara Asam Askorbat. Jakarta: PT. Karsa Buana Lestari.
Aprilia, Lia. 2006. Penentuan Limit Deteksi Alat Pada Senyawa Amonia, Nitrat, Nitrit, dan
Sulfida. Tangerang: PUSARPEDAL
Buchari, I.Wayan Arka, dan K.G.Dharma Putra. Kimia Lingkungan. Tanpa Tahun.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Jakarta: Kanisius.
Fajar, Syafarianto. 2010. Verifikasi Metode Fosfat Total dan Fluorida di Air. Bogor:
Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor.
Hutagalung dan Abdul Rozak. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen, dan Biota. Jakarta:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Petrucci, H. Ralph dan Suminar. Tanpa Tahun. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat-Jilid 2.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 06.6989.31-2005.Cara Uji Kadar Fosfat dengan
Spektrofotometer Secara Asam Askorbat.Badan Standarisasi Nasional.
Sulistiowati. 2011. Kimia Lingkungan. Bogor: Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor.
Syakir, Muhammad. 2007. Studi Awal Degradasi Senyawa Fosfat secara Fotokatalisis TiO2/UV
untuk Analisis Organik Fosfat Terlarut. Depok: Departemen Kimia FMIPA UI.
Widarsih, R. Wiwi, Rahman Arief, dkk. 2010. Spektrofotometer. Bogor: Sekolah Menengah
Analis Kimia Bogor.
Zulkifli, Hilda. 1997. Bologi Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.