Anda di halaman 1dari 54

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Kimia Kertas Karya Diploma

2019

Analisa Kadar Bod (Biochemical


Oxygen Demand) pada Air Limbah Cair
Domestik Inlet dan Outlet Menggunakan
Metode Titrimetri di Pramita Lab

Ginting, Emalia
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/16485
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISA KADAR BOD (BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND) PADA AIR
LIMBAH CAIR DOMESTIK INLET DAN OUTLET MENGGUNAKAN
METODE TITRIMETRI DI PRAMITA LAB

LAPORAN TUGAS AKHIR

EMALIA GINTING

162401084

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISA KADAR BOD (BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND) PADA AIR
LIMBAH CAIR DOMESTIK INLET DAN OUTLET MENGGUNAKAN
METODE TITRIMETRI DI PRAMITA LAB

LAPORAN TUGAS AKHIR

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT


MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA

EMALIA GINTING

162401084

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN ORISINALITAS

ANALISA KADAR BOD (BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND) PADA AIR


LIMBAH CAIR DOMESTIK INLET DAN OUTLET MENGGUNAKAN
METODE TITRIMETRI DI PRAMITA LAB

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dari ringkasan masing-masing yang disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2019

Emalia Ginting
162401084

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


i

ANALISA KADAR BOD (BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND) PADA AIR


LIMBAH CAIR DOMESTIK INLET DAN OUTLET MENGGUNAKAN
METODE TITRIMETRI DI PRAMITA LAB

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa untuk menentukan kadar BOD (Biochemical Oxygen Demand)
pada air limbah cair inlet dan outlet laboratorium Pramita dan dianalisa di PT.
SHAFERA ENVIRO LABORATORIUM. Untuk menentukan BOD (Biochemical
Oxygen Demand) mula-mula dipersiapkan dua botol winkler, kemudian satu botol untuk
menentukan nilai DO0 dan satu botol untuk menentukan nilai DO5 yang diinkubasi
selama 5 hari. Penentuan BOD ini menggunakan metode titrimetri sehingga di dapatkan
bahwa kadar BOD dalam air limbah inlet dengan kadar sebanyak 7,41 mg/l dan kadar
BOD dalam air limbah outlet dengankadarsebanyak 3,8 mg/l. Menurut peraturan
PERMEN LH No.P68/MENLHK/KUM/B.016 kadar BOD yang didapat pengolahannya
sudah baik dan memenuhi standart mutu sehingga layak dibuang kesungai, meskipun
begitu pemerintah tetap melakukan atau membuat peraturan setiap limbah cair diolah
terlebih dahulu.

Kata kunci :kadar BOD, Titrimetri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ii

ANALYSIS OF BOD (BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND)LEVELS LIQUID


DOMESTIC INLET WASTEWATERAND OUTLET USING THE TITRIMETRY
METHOD IN PRAMITA LAB

ABSTRACT

An analysis has been carried out to determine the levels of BOD (Biochemical Oxygen
Demand) in inlet wastewater and Pramita laboratory outlets and analyzed at PT.
SHAFERA ENVIRO LABORATORY. To determine BOD (Biochemical Oxygen
Demand), two bottles of winkler were first prepared, then one bottle to determine the
value of DO0 and one bottle to determine the value of DO5 incubated for 5 days.
Determination of BOD uses the titrimetric method so that it can be found that the BOD
levels in inlet wastewater with a level of 7.41 mg / l and BOD levels in outlet wastewater
with levels of 3.8 mg / l. According to the regulations of the PERMEN LH No.P68 /
MENLHK / KUM / B. 016 the BOD levels obtained are processed well and meet the
quality standards so that it is feasible to dispose of it into the river, even though the
government continues to bend or make regulations for each liquid waste to be processed
first.

Keywords : levels of BOD, Titrimetry

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iii

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang MahaEsa, Maha
pengasih dan penyayang yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul Analisa Kadar BOD(Biochemical
Oxygen Demand) pada air limbah cair domestik inlet dan outlet dengan
menggunakan metode Titrimetri di Pramita Lab.

Adapun tugas akhir disusun sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar
ahli madya pada program diploma Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam di Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan tugas akhir ini banyak


mengalami kendala. Namun berkat bantuan, penulis banyak mendapatkan dorongan,
motivasi , bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Akhirnya penulis dapat
menyelesaikan kendala tersebut dengan baik. Atas bantuan, bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak maka pada kesempatan in idengan segala ketulusan dan kerendahan
hati, penulis mengucapkan terima kasih sebesar- besarnya kepada :

1. Kepada orang tua saya, Ayah Taridah Ginting dan ibu Sinar Barus dan
seluruh keluarga yang sangat saya sayangi, yang telah banyak memberikan
dukungan moril dan material, serta doa kesuksesan yang telah menguatkan
saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya dan


banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas akhir
ini.

3. Bapak Dr. Kerista Sebayang , MS selaku dekan Fakultas Matematika dan


Ilmu Pengetahuan Alam ( FMIPA) Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku Ketua Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam( FMIPA) Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku Ketua jurusan D-III Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam( FMIPA) Universitas Sumatera
Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iv

6. Seluruh Staff Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan


bimbingan kepada saya selama duduk di bangku kuliah.

7. Ibu Tini Sembiring, MS selaku kepala teknisi di PT SHAFERA ENVIRO


LABORATORIUM

8. Teman-teman seperjuangan D3 Kimia Stambuk 2016, Abang Kakak Alumni


D3 Kimia, yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang sudah memberikan
dukungan dan membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Dalam penulisan tugas akhir ini masih memiliki kekurangan dalam materi dan
cara penyajiannya, dengan kata lain masih jauh dari kata sempurna. Oleh Karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
untuk kesempurnaan tugas akhir ini.Akhir kata saya mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak semoga
tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Medan, Juni 2019

Emalia Ginting

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


v

Daftar Isi

Halaman
PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR i

ABSTRAK ii

ABSTRACK
iii

PENGHARGAAN iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

DAFTAR SINGKATAN x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 2

1.3 Tujuanpenelitin 2

1.4 ManfaatPenelitian 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air 3

2.1.1 Sumber Air 3

2.1.2 Peranan Air 4

2.1.3Pencemaran Air 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vi

2.2 Air Limbah 6

2.2.1 Klasifikasi Air Limbah 7

2.2.2 Tujuan Pengolahan Limbah 8

2.2.3 Sumber Air Limbah 8

2.3 Parameter Air Limbah 9

2.3.1 PengertianLimbahCairDomestik 9

2.3.2 Pengolahan Air Limbah 10

2.3.3 DampakBurukLimbahCair 11

2.3.4 Pengolahan Air Limbah 12

2.3.5 Pengelolaan air limbah 13

2.4Parameter Air LimbahDomestik 14

2.4.1 Analisa BOD 14

2.4.2 Kelemahan Uji BOD 18

2.5Analisatitrimetri 19

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Analisa BOD (Biochemical Oxygen Demand) 20

3.1.1 MetodeAnalisa 20

3.1.2 RuangLingkup 20

3.1.3Prinsip 20

3.1.4 Bahan 20

3.1.5 Peralatan 24

3.1.6 Prosedur 25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vii

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Data Percobaan 27

4.1.1 Reaksi BOD 29

4.1.2 Perhitungan BOD 30

4.2 Pembahasan 32

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 33

5.1 Saran 33

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


viii

DAFTAR TABEL

NomorTabel Judul Halaman


4.1 Data BOD (Biochemical Oxygen Demand) 27

4.2 Data DO0 28

4.3 Data DO5 28

4.4 Data BOD5 28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lampiran

1 PERMEN LH No.P68/MENLHK/ -

LETJEN/KUM/B.016

2 ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN -

PADA BOD

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


x

DAFTAR SINGKATAN

BOD = Biochemical Oxygen Demand

DO = Dissolved Oxygen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak,bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta mahluk hidup
yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi
mendatang.Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada
segenap pengguna air.

Masalah utama yang dapat dihadapi oleh sumber daya air saat ini meliputi
kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan
kualitas air untuk kepentingan domestik semakin menurun, kegiatan industry,domestik,
dan kegiatan lain yang berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain
menyebabkan penurunan kualitas air .

Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan,kerusakan,dan bahaya bagi semua


mahluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan
pengolahan dan perlindungan sumber daya air secara seksama. Salah satu langkah
pengolahan yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air,
mencakup kualitas fisika,kimia,dan biologi. Namun, sebelum melangkah pada tahap
pengolahan,diperlukan pemahaman yang baik tentang terminology, karakteristik,dan
interkoneksi parameter-parameter kualitas air (Effendi,2003)

Limbah domestik terdiri dari pembuangan air kotor dari kamar-kamar


mandi,kakus dan dapur. Kotoran-kotoran itu merupakan campuran yang rumit dari zat-
zat bahan mineral dan organic dalam banyak bentuk termasuk partikel-partikel besar dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

kecil benda padat, sisa-sisa bahan-bahan larutan dalam keadaan terapung dan
dalam bentuk koloid dan setengah koloid (Mahida,1993)

1.2 Permasalahan

Analisa kadar BOD pada air limbah domestik di laboratorium Pramita medan dan
Apakah kadar BOD yang didapat memenuhi standard baku mutu yang ditetapkan oleh
PERMEN LH No. P68/MENLHK/LETJEN/KUM/B.016

1.3 Tujuan

− Untuk mengetahui kadar BOD pada air limbah inlet dan outlet di laboratorium
pramita ?

− Untuk mengetahuiapakah kadar BOD yang didapat memenuhi standard baku mutu
yang ditetapkan oleh PERMEN LH No. P68/MENLHK/LETJEN/KUM/B.016.?

1.4 Manfaat

− Dapat mengetahui kadar BOD pada air limbah inlet dan outlet di laboratorium pramita

− Dapat mengetahui apakah kadar BOD yang didapat memenuhi standard baku mutu
yang ditetapkan oleh PERMEN LH No. P68/MENLHK/LETJEN/KUM/B.016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak,bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta mahluk hidup
yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana,dengan memperhitungkan kepentingan generasi mendatang,aspek
penghematan dan pelestarian sumber daya air harus pada segenap pengguna air (Effendi,
2003).

2.1.1. Sumber Air

Menurut Entjang (2000) Sumber air di alam dibagi menjadi 2 yaitu:

 Air dalam tanah ( Ground water)

Adalah air yang diperoleh dari pengumpulan air pada lapisan tanah dalam. Air ini sangat
bersih karena bebas dari pengotor an, misalnya: air sumur dan air mata air

 Air permukaan (Surface water)

Adalah air yang terdapat pada permukaan tanah.Air permukaan harus diolah
terlebih dahulu sebelum dipergunakan karena umumnya telah mengalami
pengotoran.Misalnya : air sungai, air rawa, air danau, air kolam, dan air huja. Klasifikasi
air menurut peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air
menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut
peruntukannya adalah sebagai berikut:

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung,
tanpa pengolahan terlebih dahulu. Contohnya mata air pegunungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

2. Golongan B, air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. Contohnya
air sungai

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan .Contohnya air laut.

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air. Contohnya air tanah
dangkal dan air tanah dalam (Effendi,2003)

2.1.2. Peranan air

Sebagaimana diketahui bahwa ketergantungan manusian terhadap air banyak


sekali jumlahnya , terutama yang berhubungan dengan kesehatan. Air memiliki sifat
sebagai pelarut universal yang di dalamnya selalu terlarut unsure dan senyawa kimia
lainnnya selain hydrogen dan oksigen sebagai unsure utamanya.Oleh karena itu, tidak
ada air dan perairan alami yang murni di bumi ini.Dengan terlarutnya unsure dan
senyawaan kimia di dalamnya, maka air merupakan komponen ekologis yang berperan
penting bagi hidup dan kehidupan organism. Kualitas air yang diperlukan dalam
berbagai aspek kehidupan manusia tergantung pada kriteria penggunaan air tersebut.
Pengggunaan air pada umumnya adalah diperuntukkansebagai:

1.Air minum

2. Keperluan rumah tangga

3. Industri

4. Pengairan

5. Pertanian, Perikanan,dll. ( Ross, 1970)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

2.1.3. Pencemaran Air

Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional maupun lingkungan global,


dan sangat berhubungan erat dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah
atau daratan. Air yang kita pergunakan setiap hari tidak lepas dari pengaruh pencemaran
yang diakibatkan oleh ulah manusia juga. Beberapa bahan pencemar seperti bahan
mikrobiologik (bakteri, virus, Parasit), bahan organik (pestisida, deterjen), dan beberapa
bahan anorganik ( garam, asam, logam), serta beberapa bahan kimia lainnya sudah
banyak ditemukan dalam air yang kita pergunakan. Air yang sudah tercemar tersebut, di
samping terasa tidak enak jika di minum juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan
terhadap orang yang meminumnya. Karena itu, memonitor kualitas air yang
dipergunakan setiap hari sangat diperlukan untuk mencegah akibat negatif yang
ditimbulkan. ( Darmono,2001)

Air yang dapat tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat dalam bentuk
murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Misalnya, walaupun di
daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari
pencemaran, air hujan yang turun diatasnya selalu mengandung bahan-bahan terlarut,
seperti CO2, O2, dan N2, serta bahan-bahan tersuspensi misalnya debu dan partikel-
partikel lainnya yang terbawa air hujan dari atmosfir.

Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat


digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal disebut dengan pencemaran air.
Karena kebutuhan makhluk hidup akan air sangat bervariasi, maka batas pencemaran
untuk berbagai jenis air juga berbeda. Sebagai contoh, air kali di pegunungan yang
belum tercemar tidak dapat digunakan langsung sebagai air minum karena belum
memenuhi persyaratan untuk dikatagorikan sebagai air minum.`

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

2.1.4. Usaha Mencegah Pencemaran Air

Usaha pencegahan ini bukan merupakan proses yang sederhana, tetapi melibatkan
berbagai faktor sebagai berikut:

1. Air limbah yang akan dibuang ke perairan harus diolah lebih dahulu sehingga
memenuhi standar air limbah yang telah ditetapkan pemerintah

2. Menentukan dan mencegah terjadinya interaksi antarpolutan satu dengan lainnya.

3. Menggunakan bahan yang dapat mencegah dan menyerap minyak yang tumpah
di perairan

4. Tidak membuang air limbah rumah tangga langsung kedalam perairan.

Hal ini untuk mencegah pencemaran air oleh bakteri.

5. Limbah radioaktif harus diproses dahulu agar tidak mengandung bahaya radiasi
dan barulah dibuang di perairan.

6. Mengeluarkan atau menguraikan deterjen atau bahan kimia lain dengan


menggunakan aktivitas mikroba tertentu sebelum dibuang ke dalam perairan
umum (Supardi,1994)

2.2. Air limbah

Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri dan
tempat-tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat yang
dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan (
Chandra,2006).

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik ( rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, maka disanalah
berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus(black water) dan ada
air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya ( grey water). Limbah merupakan
bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negative terhadap masyarakat jika tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

dikelola dengan baik. Air limbah industri maupun rumah tangga (domestik) apabila
tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Limbah
terbagi 3 berdasarkan bentuk fisiknya yaitu limbah cair,padat,dan gas.Limbah cair
adalah gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan pencemar yang terbawa oleh
air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari sumber
domestik (perkantoran, perumahan dan perdagangan), sumber industry dan pada saat
tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan atau air hujan. Limbah padat yaitu
limbah yang berasal dari kegiatan industri dan domestic. Limbah domestik pada
umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan,
perkantoran, peternakan, pertanian,. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain,
karet/kulit tiruan, plastic,metal, gelas/kaca, organic, bakteri, kulit telur. Sedangkan
limbah gas yaitu limbah yang berbentuk gas buangan kendaraan, buangan bakaran
indutri.( Sugiharto,1987)

2.2.1. Klasifikasi Limbah

Limbah berdasarkan wujudnya terbagi menjadi :

 Limbah Padat

Limbah padat berasal dari kegiatan industri ataupun dari kegiatan domestik. Pada
umumnya limbah yang dihasilkan masyarakat berupa limbah padat, baik limbah
dihasilkan rumah tangga, kegiatan perdagangan, perkantoran, perternakan, pertanian,
serta tempat-tempat umum. Beberapa contoh limbah padat, yaitu kertas, kayu, karet,
kulit, steroform, plastik, logam, dan kaca.

 Limbah cair

Menurut PP No. 82 Tahun 2001, limbah cair adalah sisa dari hasil suatu kegiatan yang
berwujud cair. Limbah cair berdasarkan sifatnya, yaitu sifat fisika dan sifat agregat,
logam, anorganik nonmetalik, organik agregat, dan mikroorganisme.
(Sunarsih,L.E.,2018)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

2.2.2.Tujuan Pengolahan Limbah

Tujuan utama pengolahan limbah adalah menghindari pencemaran terhadap


lingkungan sekitar yang dapat mengakibatkan terganggunya atau rusaknya biota air atau
tanah disekitarnya yang dapat menimbulkan dampak negatif berupa hal-hal sebagai
berikut :

 Bau busuk
 Sumber air yang berada didekat pembuangan limbah menjadi berbau busuk dan
tidak dapat difungsikan lagi karena dapat menyebabkan gatal-gatal.
 Limbah padat, menjadi sampah yang menggunung, berbau busuk, menyebabkan
mual-mual dan mengganggu kesehatan melalui lalat atau serangga lainnya.
(Suprapti,M.L.,2005)

2.2.3. Sumber Air Limbah

Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain :

a. Rumah tangga

Limbah cair rumah tangga adalah buangan hasil sisa dari suatu kegiatan dirumah tangga
yang sebagian besar mengandung bahan-bahan organic sehingga memudahkan dalam
pengolahannya. Contoh air limbah rumah tangga : air bekas cucian, air bekas memasak,
air bekas mandi,dan sebagainya.

b. Perkotaan

Limbah cair perkotaan adalah buangan hasil sisa dari kegiatan diperkotaan yang
biasanya mudah dalam pengelolaan karena tidak mengandung pelarut mineral, logam
berat dan zat organik yang bersifat toksik. Contoh air limbah perkotaan : air limbah dari
perkotaan, perdagangan, selokan dan tempat ibadah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

c. Industri

Limbah cair industri adalah buangan hasil dari proses/sisa dari suatu
kegiatan/usaha yang berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tidak dikehendaki lingkungan karena tidak mempunyai nilai ekonomis sehingga
cenderung untuk dibuang. Contoh air limbah industri : air limbah dari pabrik baja,
pabrik tinta, pabrik cat, dan dari pabrik karet.

Air limbah rumah tangga sebagian besar mengandung bahan organik sehingga
memudahkan didalam pengolahannya. Sebaliknya limbah industri lebih sulit
pengolahannya karena mengandung pelarut mineral, logam berat, dan zat-zat organic
lainnya yang bersifat toksik (Chandra,2006)

2.3.1. Parameter Limbah

Ada beberapa parameter yang merupakan indikator terjadinya pencemaran yang


terdapat pada suatau daerah atau kawasan untuk mengetahui tingkat pencemarannya,
yaitu antara lain sebagai berikut :

1. Parameter kimia , meliputi CO2, pH, alkalinitas fosfor, dan logam-logam berat,
COD, serta minyak dan lemak.
2. Parameter biokimia, meliputi BOD ( Biochemical Oxygen Demand)
3. Parameter fisik, meliputi temperatur, warna, rasa, bau, kekeruhan, TSS,TDS,
serta radiaktivitas
4. Parameter biologi, meliputi ada atau tidaknya mikroorganisme, misalnya bakteri,
virus, benthos dan plankton. ( Sunarsih, L.E.,2018)

2.3.2. Pengertian Limbah Cair Domestik

Limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan,


perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenisnya. Volume air limbah cair dari daerah
perumahan bervariasi, dari 200 sampai 400 liter per orang per hari, tergantung pada tipe
rumah. Aliran terbesar berasal dari rumah keluarga tunggal yang mempunyai beberapa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

kamar mandi, mesin cuci otomatis, dan peralatan lain yang menggunakan
air.(Soeparman,H.M.,2001 ).

Secara umum limbah domestik yang berasal dari rumah tangga dan yang tidak
memiliki akses terhadap bangunan pengolahan merupakan sumber pencemaran utama
bagi lingkungan yang dapat menimbulkan dampak yang serius karena dapat dengan
mudah masuk ke badan air ataupun meresap ke badan tanah. (Aji, A.S.,2017)

2.3.3. Jenis Pengolahan limbah cair domestik

Tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi BOD, partikel
tercampur, serta membunuh oerganisme patogen. Selain itu, diperlukan juga tambahan
pengolahan untuk menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun serta bahan yang
tidak dapat didegradasikan agar konsentrasi yang ada menjadi rendah.

1. Pengolahan Fisika

Proses pengolahan yang termasuk pengolahan fisika antara lain pengolahan


dengan menggunakan screen, sieves, dan filter; pemisahan dengan memanfaatkan gaya
gravitasi (sedimentasi atau oil/water separator); serta flotasi adsorpsi, dan sytripping.
Prinsip pertama adalah screening, sieving, filtrasi, dan prinsip kedua penggunaan gaya
gravitasi (sedimentas, flotasi, dan setrifugasi)

2. Pengolahan Kimia

Proses pengolahan kimia digunakan dalam instalasi air bersih dan IPAL.
Pengolahan secara kimia pada IPAL biasanyan digunakan untuk netralisasi limbah asam
maupun basa, memperbaiki proses pemisahan lumpur asam maupun basa, memisahkan
padatan yang tak terlarut, mengurangi konsentrasi minyak dan lemak, meningkatkan
efisiensi instalasi flotasi dan filtrasi, serta mengoksidasi warna dan racun.

Beberapa kelebihan proses pengolahan kimia antara lain dapat menangani hampir
seluruh polutan anorganik, tidak terpengaruh oleh polutan yan beracun atau toksik, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

tidak tergantung pada perubahan-perubahan konsentrasi. Namun, pengolahan kimia


dapat meningktakan jumlah garam pada effluent dan meningkatkan jumlah lumpur.

3.Pengolahan biologis

Proses biologis adalah proses-proses prngolahan air limbah yang memanfaatkan


aktifitas kehidupan mikroorganisme untuk memindahkan polutan. Proses-proses
biokimia juga meliputi aktifitas alami dalam berbagai keadaan. Misalnya proses self
purification yang terjadi di sungai-sungai. Sebagian besar air limbah, misalnya air
limbah domestik, mengandung zat-zat organik sehingga proses biologi merupakan
tahapan yang penting.

Dalam proses pengolahan air limbah secara biologi, diharapkan terjadi proses
penguraian secara alami untuk membersihkan air sebelum dibuang. Perbedaan mendasar
antara proses alami dan artifisial adalah dalam hal intesitas proses. Dibandingkan
dengan proses alami, proses biologi biasanyan berlangsung lebih cepat dan
membutuhkan tempat yang lebih sedikit. Hal ini merupakan keuntungan utama dalam
proses biologi. Namun peningkatan intensitas menyebabkan proses lebih sensitif
sehingga memerlukan proses kontrol yang intensif dan teliti. (Aji,S,A.,2018)

2.3.4. Dampak Buruk Air limbah

Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk
bagi mahluk hidup dan lingkungannya. Beberapa dampak buruk tersebut adalah sebagai
berikut (Mulia,2005).

1. Gangguan Kesehatan

Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit.Selain
itu didalam air limbah mungkin juga terdapat zat-zat yang berbahaya dan beracun yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi mahluk hidup yang mengkonsumsinya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

2. Penurunan kualitas lingkungan

Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan ( misalnya : sungai dan danau)
dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut. Air limbah juga dapat
merembes kedalam air tanah, sehingga menyebabkan pencemaran air tanah.

3.Gangguan terhadap kerusakan benda

Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh bakteri
anaerobik menjadi gas yang agresif seperti H2S. Gas ini dapat mempercepat proses
perkaratan pada benda yang terbuat dari besi ( misalnya pipa pada saluran air limbah)
dan bangunan air kotor lainnya.

2.3.5. Pengolahan air limbah

Pembuangan limbah secara sembarangan dapat menimbulkan dampak negative terhadap


lingkungan dan makhluk hidup. Oleh sebab itu dibutuhkan cara untuk pengolahan
limbah tersebut berdasarkan bentuk fisiknya.

a. pengolahan limbah cair ini dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

1. Pengolahan limbah cair secara fisika

Pengolahan limbah ini dilakukan pada limbah cair dengan kandungan bahan limbah
yang dapat dipisahkan secara mekanis langsung tanpa penambahan bahan kimia atau
melalui penghancuran secara biologis. Pengolahan limbah cair secara fisika yang umum
dilakukan seperti: screening (penyaringan), sedimentasi, flotasi, mixing, pengendapan,
pengapungan dan filtrasi.

2. Pengolahan limbah cair secara kimia

Pengolahan ini merupakan proses pengolahan limbah dimana penguraian atau


pemisahan bahan yang tidak diinginkan berlandung dengan adanya mekanisme reaksi
kimia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

(penambahan bahan kimia ke dalam proses). Pengolahan limbah cair secara kimia pada
umumnya dilakukan seperti: pengendapan secara kimia, perpindahan gas,
adsorbs,desinfeksi dan deklorinasi.

3. Pengolahan limbah cair secara Biologis

Pengolahan ini merupakan sistem pengolahan yang didasarkan pada aktivitas


mikroorganisme dalam kondisi aerobic atau anaerobic ataupun penggunaan organisme
air untuk mengadsorbsi senyawa kimia dalam limbah cair.

b. Pengolahan limbah padat

limbah padat seperti plastik dapat dikumpulkan di satu tempat, dimana harus dipisahkan
terlebih dahulu sampah organic dan sampah anorganik. Sampah organic tersebut dapat
dijadikan pupuk setelah mengalami pembusukan sedangkan sampah anorganik dapat di
daur ulang kembali sehingga dapat menghasilkan produk yang baru.

c. Pengolahan limbah Gas

limbah gas ini merupakan hasil pembakaran dari kegiatan industry, maupun dari
kendaraan bermotor, dimana akan mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca, ini
menyebabkan suhu atmosfer meningkat dan menyebabkan pemanasan global. Oleh
karena itu untuk mengurangi pemanasan global harus melakukan beberapa tindakan
yaitu konservasi energi (hemat penggunaan listrik, hemat menggunakan sepeda motor),
PenghapusanChlorofluorocarbon ( AC, Kulkas, freezer), Penanaman pohon dan
penggunaan bahan bakar biomassa. ( Sugiharto,1987).

2.4Parameter Air Limbah Domestik

Berdasarkan PERMEN LH No. P68/MENLHK/LETJEN/KUM/B.016 parameter-


parameter untuk analisa air limbah salah satunya adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

2.4.1. Analisa BOD

Kebutuhan oksigen biologis (Biological Oxigen Demand atau BOD) adalah


jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh organisme dalam proses stabilisasi limbah.
Dengan demikian, BOD dapat digunakan untuk menghitung jumlah atau konsentrasi zat-
zat yang mengkonsumsi.

Oksigen yang terkandung di dalam air limbah.Secara analisis BOD diukur


dengan menginkubasi suatu sampel di dalam lemari pendingin selama 5 hari pada
temperatur 200C dan mengukur jumah oksigen yang terkonsumsi selama waktu itu.

Analisis BOD digunakan untuk menunjukkan kekuatan organik air limbah, untuk
menghitung persentase zat-zat yang dibuang, untuk menentukan jumlah udara yang
diperlukan dalam airase dan kandungan organik dalam unit-unit pengolahan sekunder,
menghitung F/M ratio, menentukan biaya tambahan imdustri dan keperluan-keperluan
prapengolahan (Hauser,1996)

Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air


buangan penduduk atau industri,dan untuk mendisain sistem-sistem pengolahan biologis
bagi air tersebut. ( Alaerts,G.1984)

Uji BOD adalah salah satu metode analisis yang paling banyak digunakan dalam
penanganan limbah dan pengendalian polusi . Uji ini mencoba menentukan kekuatan
polusi dari suatu limbah dalam pengertian kebutuhan mikroba akan oksigen dan
merupakan ukuran tak langsung dari bahan organik dalam limbah.

Percobaan dengan sejumlah limbah menunjukkan bahwa perubahan kebutuhan oksigen


dari limbah (BOD)dapat dicirikan dengan persamaan tingkat pertama:

𝑑𝐶
= -kC
𝑑𝑡

Dimana C adalah konsentrasi limbah dan k adalah konstanta perbandingan dari kostanta
laju BOD.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Mikroorganisme dapat mengoksidasi baik senyawa-senyawa yang mengandung


karbon dan senyawa –senyawa nitrogen. Bakteri yang mengoksidasi nitrogen adalah
autotrof ,secara normal tidak banyak terdapat dalam air limbah segar. Organisme ini
terdapat dalam air limbah yang teroksidasi seperti efluen air limbah yang diberi
penanganan aerobik seperti lumpur aktif dan filter menetes . Bila konsentrasi organisme
nitrifikasi yang terdapat dalam botol BOD rendah, akan terdapat periode persiapan (lag)
sebelum organisme ini terdapat dalam jumlah yang cukup banyak untuk memperlihatkan
kebutuhan nitrogen yang nyata .

Uji BOD distandarisasi pada periode 5 hari,suhu 200 C. Sampel disimpan dalam
botol yang kedap udara.Stabilisasi yang sempurna dapat membutuhkan waktu lebih dari
100 hari pada suhu 200 C. Periode inkubasi yang lama ini tidak praktis untuk penentuan
rutin.oleh karena itu prosedur yang disarankan oleh AOAC (Association of Official
Analytical Chemists) adalah periode inkubasi 5 hari dan disebut BOD5. Nilai ini hanya
merupakan indeks jumlah bahan organik yang dapat dipecah secara biologik bukan
ukuran sebenarnya dari limbah organik.

Jumlah oksigen yang rendah dalam botol uji BOD ,2-3 mg , menunjukkan bahwa
limbah yang berkekuatan tinggi ,seperti kebanyakan limbah pengolahan pangan dan
limbah hewan ,harus diencerkan terlebih dahulu sebelum dianalisis . sebelum analisis
BOD ,limbah hewan dapat membutuhkan pengenceran 1:100 sampai 1:1000 atau lebih.
Kesulitan dalam pengenceran limbah baik secara fisik maupun kimia tidak seragam
sehingga menurunkan ketepatan uji BOD standar yang diperkirakan mempunyai
ketepatan ± 20 persen.

Air buangan domestik yang tidak mengandung limbah industri mempunyai BOD
kira-kira 200 ppm .Limbah pengolahan pangan umumnya lebih tinggi dan seringkali
lebih dari 1000 ppm.Walaupun BOD5 merupakan pengukuran umum untuk polusi air,uji
BOD memakan waktu dan reprodusibilitasnya rendah. Uji –uji seperti kebutuhan
oksigen secara kimia (COD) dan karbon organik total(TOC) lebih cepat,lebih andal,dan
lebih reprodusibel.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

Kelemahan uji BOD5 seperti telah dijelaskan sebelumnya,fase lag yang tidak
dapat diduga panjang nya terjadi sebelum pertumbuhan aktif dimulai. Panjang lag akan
mempengaruhi nilai BOD 5 hari dengan menggeser kurva sepanjang sumbu waktu . fase
stasioner disebabkan oleh habisnya nutrien yang terbatas. Hal ini sesuai dengan titik
akhir stoichiometri dari sistem reaksi nonbiologik dan harus merupakan nilai yang
reprodusibel dari pengambilan oksigen .

Dalam sistem reaksi BOD,sekali bahan organik dikonversi menjadi massa seluler
baru dan karbon dioksida,maka hubungan laju reaksi harus berubahkebutuhan
oksigendiluar titik ini disebabkan karena terputusnya proses,biasanya dikenal sebagai
respirasi endogenes dan karena predator (protozoa dan bentuk-bentuk yang lebih tinggi)
memakan bakteri. Respirasi endogenes umumnya menggunakan bahan-bahan cadangan
dan konsumsi bahan yang dilepaskan dari sel-sel mati.

Nitrifikasi dalam uji BOD .pada beberapa titik waktu ,oksidasi nitrogen-amonia
akan mulai berlangsung, Oleh karena oksigen digunakan dalam proses reaksi biokimia .
Dugaan jumlah BOD nitrogenes disajikan pada persamaan di bawah ini.

BOD nitrogenes = 4.6 (Namonia + Norganik )

Bakteri nitrifikasi tumbuh lambat ,dan nitrifikasi umumnya tidak berlangsung


dalam botol BOD pada waktu inkubasi kurang dari 9 atau 10 hari . kebutuhan oksigen
yang dihilangkan adalah penting bagi air penerima dan harus dipertimbangkan dalam
proses rancangan secara keseluruhan . umumnya ,BOD nitrogenes dilaporkan terpisah
dari BOD dan karbon .dengan demikian, bila nilai BOD dalam pustaka diberikan
sebagai BOD5 atau BOD1 (Ultimate BOD atau BOD akhir),maka harus diasumsi bahwa
nilai ini tidak termasuk BOD nitrogen.(Arief,L.M.2016)

Busch mempelajari sistem evaluasi stoichiometrik kebutuhan oksigen dari air


limbah . Pertama–tama dipertimbangkan untuk menetapkan titik akhir reaksi konversi
organik.Dengan mengikuti kurva penggunaan BOD untuk substrat murni dan terlarut,
Busch menemukan bahwa terjadi laju penurunan penganbilan oksigen yang tajam pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

suatu nilai yang reprodusibel. Indeks reprodusibilitasnya adalah gram pengambilan


oksigen tiap gram substrat yang mula-mula terdapat .Bila digunakan air buangan yang
telah difilter atau disonifikasi yang diduga hampir bebas dan organisme predator,nilai
BOD pada titik dimana terjadi penurunan laju reaksi yang tajam , atau “plato” ternyata
reprodusibel sekitar 5 persen. ( Darmono,2001)

Pada BOD terjadi 3 kegiatan yang kurang lebih berlainan yaitu:

1. Oksidasi sebagian limbah menjadi produk akhir untuk mendapatkan energi guna
pemeliharaan sel serta pembentukan sel-sel baru.

2. Berupa bagian limbah diubah menjadi serat sel baru dengan menggunakan
sebagian energi yang dilapaskan selama oksidasi.

3. Pada saat bahan organik dipakai sel-sel yang baru mulai memakan serat selnya
sendiri untuk mendapatkan energi guna pemeliharaan sel proses yang ketiga ini
disebut sebagai pelepasan atau respirasi endogen.

Bila CHONS (unsure-unsur yang terdapat dalam senyawa organik) dipakai untuk
mewakili limbah organik, dan istilah C5H7NO2 dipakai untuk mewakili serat sel, maka
ketiga proses diatas dapat dinyatakan dengan reaksi kimia umum berikut ini:

Oksidasi

CHONS + O2 + bakteri CO2 + H2O +NH3 + produk akhir

Persenyawaan

CHONS + O2 + bakteri + energi C5H7NO2 (serat sel baru)

Respirasi endogen

C5H7NO2 + 5O2 5CO2 + NH3 + 2H2O(Santika,S.1987)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

2.4.2. Kelemahan Uji BOD

Uji BOD mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya adalah:

1. Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan
anorganik atau bahan-bahan tereduksi lainnya yang disebut juga ‘ intermediate
Oxygen demand’

2. Uji BOD memerlukan waktu yang cukup lama yaitu minimal 5 hari

3. Uji BOD dilakukan selama 5 hari masih belum dapat menunjukkan nilai total
BOD melainkan hanya kira-kira 68% dari total BOD

4. Uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat dalam air tersebut,
misalnya adanya germisida seperti kholorin dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang dibutuhkan untuk merombak bahan organiksehingga hasil
Uji BOD menjadi kurang teliti.

2.5. Analisa titrimetri

Istilah analisa titrimetri mengacu pada analisa kimia kuantitatif yang dilakukan
dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat,
yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari zat yang akan
ditetapkan. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut larutan standar. Proses
penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap disebut titrasi dan zat yang
ditetapkan disebut di titrasi. Titik pada saat reaksi itu lengkap disebut titik
ekuivalen.Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan yang tidak
dapat salah dilihat oleh mata yang dihasilkan oleh larutan standar itu sendiri atau lebih
lazim lagi oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator
dan titilk pada saat dimana ini terjadi disebut titik akhir titrasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

Pada analisa titrimetri,suatu reaksi harus memenuhi kondisi-kondisi berikut:

1. Harus ada suatu reaksi yang sederhana yang dapat dinyatakan dengan persamaan
kimia, zat yang akan ditetapkan harus bereaksi dengan lengkapdan reagensia
dalam proporsi yang stokiometrik atau ekiuvalen

2. Reaksi harus praktis berlangsung dalam sekejap atau berjalan dengan cepat
menaikkan kecepatan reaksi tersebut.

3. Harus ada perubahan yang mencolok dalam energy-bebas yang menimbulkan


perubahan dalam beberapa sifat fisika atau kimia larutan pada titik ekiuvalen.
Harus tersedia suatu indikator,yang oleh perubah sifat-sifat fisika ( warna atau
pembentukan endapan). Harus dengan tajam menetapkan titik akhir reaksi.(
Vogel,1994).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Analisa BOD (Biological Oxygen Demand )

 Metode Analisa
Dengan metode titrasi Iodometri : SNI 6989.72:2009

 Ruang lingkup
Cara uji ini digunakan untuk menentukan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan
oleh mikroba aerobik untuk mengoksidasi bahan organik karbon dalam contoh uji air
limbah, affisuen atau air yang tercemar yang tidak mengandung atau yang telah
dihilangkan zat-zat toksik dan zat-zat pengganggu lainnya. Pengujian dilakukan pada
suhu 200C ± 10C selama 5 hari ± 6 jam.

 Prinsip
Sejumlah contoh uji ditambahkan ke dalam larutan pengencer jenuh oksigen yang
telah ditambahkan larutan nutrisi dan bibit mikroba kemudian diinkubasi dalam
ruang gelap pada suhu 20oC ± 1oC selama 5 hari. Nilai BOD dihitung berdasarkan
selisih konsentrasi oksigen terlarut 0 (nol) hari dan 5 (lima) hari. Bahan kontrol
standar dalam uji BOD ini digunakan larutan glukosa-asam glutamat.

 Bahan
1. air bebas mineral
2. larutan nutrisi
3. Larutan buffer fosfat;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

a. Cara 1
Larutkan 8,5 g kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4), 21,75 g dikalium hidrogen
fosfat (K2HPO4); 33,4 g dinatrium hidrogen fosfat heptahidrat
(Na2HPO4.7H2O)dan 1,7 g amonium klorida (NH4Cl) dalam air bebas mineral,
kemudian encerkan hingga 1 L. Larutan ini menghasilkan pH 7,2.
b. Cara 2
Larutkan 42,5 g kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4); 1,7 g amonium klorida
(NH4Cl) dalam 700 ml air bebas mineral, atur pH larutan sampai 7,2 dengan
penambahan larutan NaOH 30%, kemudian encerkan hingga 1 L.
4. Larutan magnesium sulfat;
Larutkan 22,5 g MgSO4, 7H2O dengan air bebas mineral, kemudian encerkan
hingga 1 L.

5. LarutanKalsium Klorida
Larutkan 27,5 g CaCl2 anhidrat dengan air bebas mineral, kemudian encerkan
hingga 1 L.

6. Larutan Feri klorida


Larutan 0,25 g FeCl3.6H2O dengan air bebas mineral, kemudian encerkan hingga
1 L.

7. Larutan suspensi bibit mikroba;


Sumber bibit mikroba dapat diperoleh dari limbah domestik, efluen dari
pengolahan limbah secara biologis yang belum mengalami klonnasi dan
penambahan desinfektan atau air sungai yang menerima buangan limbah
organik.Sebaiknya bibit mikroba diperoleh dari pengolahan limbah secara
biologis. Pembuatan suspensi bibit mikroba dapat dilakukan dengan 3 cara
sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

1) Cara 1
a) ambil supernatan dari sumber bibit mikroba (limbah domestik atau efluen
pengolahan limbah).
b) lakukan aerasi dengan segera terhadap supernatan tersebut, sampai akan digunakan.

2) Cara 2
Cara ini dilakukan berdasarkan standar OECDguidelline for testing of chemicals, 301-
1992 ready biodegradabilly, dengan uraian sebagai berikut (Lampiran A).

a) ambil air dari bak aerasi pada sistem pengolahan lumpur aktif;
b) pisahkan partikel-partikel kasar dari air lumpur aktif dengan cara penyaringan;
c) suspensi lumpur aktif yang telah dipisahkan dari partikel kasar, diendapkan selama
30 meit atau disentrifugasi pada putaran 100 x g selama 10 menit;
d) endapan dipisahkan, kemudian endapan ditambahkan ke dalam medium mineral
(lampiran B) sampai kandungan padatan tersuspensi 3 g sampai dengan 5 g MLSS/L
atau jumlah mikroba 107 sel/L sampai dengan 109 sel/L;
e) homogenkan padatan tersuspensi dengan alat blender pada kecepatan sedang selama
2 menit, kemudian diendapkan selama ± 30 menit
f) supernatan dipisahkan dan digunakan sebagai bibit mikroba;
g) sebelum digunakan, supernatan tersebut dikocok dengan menggunakan shaker
selama 5 sampai 7 hari pada suhu yang sama dengan suhu pengujian (200C ± 3oC).

3) Cara 3
Suspensi bibit mikroba dapat dibuat dan BOD seed yang tersedia secara komersial.

8. Larutan air pengencer


a) siapkan air bebas mineral yang jenuh oksigen atau minimal 7,5 mg/L, dalam botol gelas
yang bersih, kemudian atur suhunya pada kisaran (200C ± 3oC).
b) tambahkan ke dalam setiap 1 L air bebas mineral jenuh oksigen tersebut masing-
masing 1 ml larutan nutrisi (4.2.2) yang terdiri dari larutan bufer fosfat, MgSO4,
CaCl2 dan FeCl3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

c) tambahkan juga bibit mikroba ke dalam setiap 1 L air bebas mineral untuk:
Cara 1: 1 ml sampai dengan 3 ml (bibit mikroba pada langkah 4,2,3,1) dan aduk
sampai homogen, atau
Cara 2: 1 ml sampai dengan 10 ml (bibit mikroba pada langkah 4,2,3,2) dan aduk
sampai homogen atau
Cara 3: bibit mikroba pada langkah 4,2,3,3 sesuai petunjuk penggunaan.

CATATAN 1 Penjenuhan oksigen dapat dilakukan dengan cara mengalirkan udara


ke dalam air dengan menggunakan aerator yang dilengkapi filter bebas organik.
Apabila digunakan udara tekan, udara tersebut tidak boleh mengandung zat-zat lain
seperti air dan gas.

CATATAN 2 Larutan air pengencer harus dibuat langsung saat akan digunakan.

CATATAN 3 Volume bibit mikroba yang ditambahkan dapat berdasarkan hasil uji
glukosa-asam glutamat yang menghasilkan nilai BOD 198 mg/L ± 30,5 mg/L

9. Larutan glukosa-asam glutamat


Keringkan glukosa (p.a) dan asam glutamat (p.a) pada 1030C selama 1
jam.Timbang 150 mg glukosa dan 150 mg asam glutamat, kemudian larutkan
dengan air bebas mineral hingga 1 L.

10. Larutan asam dan basa 1 N

11. Larutan asam sulfat


Tambahkan 28 ml H2SO4 pekat sedikit demi sedikit ke dalam 800 ml air bebas
mineral sambil diaduk.Encerkan dengan air bebas mineral hingga 1 L.

12. Larutan natrium hidroksida


Larutkan 40 g NaOH dalam air bebas mineral 1 L.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

13. Larutan natrium sulfit;


Larutkan 1,575 g Na2SO3 dalam 1 L air bebas. Larutan ini disiapkan segera saat
akan digunakan.

14. Inhibitor nitrifikasi Allylthiourea (ATU);


Larutkan 2,0 g ATU (C4H8N2S) dalam 500 ml air bebas mineral, kemudian
tambahkan air bebas mineral hingga 1 L. Simpan pada suhu 40C. Larutan ini
stabil maksimum 2 minggu.

15. Asam asetat;


Encerkan 250 ml asam asetat (CH3COOH) glasial (massa jenis 1,049) dengan
250 ml air bebas mineral.
16. Larutan kalium iodida 10%;
Larutkan 10 g kalium iodida (Kl) dengan air bebas mineral hingga 100 ml.

17. Larutan indikator amilum (kanji)


Masukkan 2 g kanji dan 0,2 g asam salisilat ke dalam 100 ml air bebas mineral
panas kemudian aduk sambil dipanaskan hingga larut.

 Peralatan
1. botol DO(Botol Winkler)
2. lemari inkubasi atau water cooler, suhu 200C ± 1oC, gelap
3. botol dan gelas 5 L – 10 L
4. pipet volumetrik 1,0 ml dan 10,0 ml
5. labu ukur 100,0 ml; 200,0 ml dan 1000,0 ml
6. pH meter
7. DO meter yang terkalibrasi
8. Shaker
9. Blender
10. oven; dan
11. timbangan analitik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

CATATAN: Apabila tidak tersedia lemari inkubasi atau water cooler, dapat digunakan
ruang dengan kondisi suhu 200C ± 1oC, gelap.

 Prosedur Analisa
1. endapkan 2 buah botol DO, tandai masing-masing botol dengan rotasi A1; A2;
2. masukkan larutan contoh uji (4.4.2.4) ke dalam masing-masing botol DO A1 dan A2
sampai meluap, kemudian tutup masing-masing botol secara hati-hati untuk
menghindari terbentuknya gelembung udara;
3. lakukan pengocokan beberapa kali, kemudian tambahkan air bebas mineral pada
sekitar mulut botol DO yang telah ditutup;
4. simpan botol A2 dalam lemari inkubator 20oC + 1oC selama 5 hari;
5. lakukan pengukuran oksigen terlarut terhadap larutan dalam botol A1 dengan alat
DO meter yang terkalibrasi sesuai dengan Standart Methods for the Examination of
Water and Wastewater 21st Edition, 2005. Membrane electrode method (4500-O G)
atau dengan metoda titrasi secara iodometri (modifikasi Azida) sesuai dengan SNI
06-6989, 14-2004. Hasil pengukuran merupakan nilai oksigen terlarut nol hari (A)
Pengukuran oksigen terlarut pada nol harus dilakukan paling lama 30 menit setelah
pengenceran;
6. ulangi pengerjaan 4.4.3 butir e untuk botol A2 yang telah diinkubasi 5 hari selama
6 jam. Hasil pengukuran yang diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut 5 hari (A2);
7. lakukan pengerjaan 4.4.3 butir a sampai f untuk penetapan blanko dengan
menggunakan larutan pengencer tanpa contoh uji (4.2.3). Hasil pengukuran yang
diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut nol hari (B1) dan bilai oksigen terlarut 5
hari (B2);
8. lakukan pengerjaan 4.4.3 butir a sampai f untuk penetapan kontrol standar dengan
menggunakan larutan glukosa-asam glutamat (4.4.2.3). Hasil pengukuran yang
diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut nol hari (C1) dan nilai oksigen terlarut 5
hari (C2);
9. lakukan kembali pengerjaan 4.4.3 butir f terhadap beberapa macam pengenceran contoh
uji.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

 Perhitungan nilai BOD5


Nilai BOD5, contoh uji dihitung sebagai berikut:

 (B  B 2 ) 
(A1  A 2 )   1  Vc
BOD5 =  VB 
P

dengan pengertian:

BOD5 : adalah nilai BOD5, contoh uji (mg/L);

A1 : adalah kadar oksigen terlarut contoh uji sebelum inkubasi (0 hari) (mg/L)

A2 : adalah kadar oksigen terlarut contoh uji setelah inkubasi (5 hari) (mg/L)

B1 : adalah kadar oksigen terlarut blanko sebelum inkubasi (0 hari) (mg/L)

B2 : adalah kadar oksigen terlarut blanko setelah inkubasi (5 hari) (mg/L)

VB : adalah volume suspensi mikroba (mL) dalam botol DO blanko

Vc : adalah volume suspensi mikroba (mL) dalam botol uji (mL)

P : adalah perbandingan volume contoh uji (Vl) per volume total (V2)

CATATAN: Bila contoh uji tidak ditambah bibit mikroba VB = 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan

Sampel limbah cair yang digunakan dalam analisa yaitu limbah cair domestik
Inlet dan Outlet dari pramita lab, yang dianalisa dengan menggunakan parameter BOD.

Tabel 4.1 Data Analisa BOD ( Biochemical Oxygen Demand )

\ Jenis sampel : Air limbah domestik

Jumlah sampel : 2(inlet dan outlet)


Metode : Titimetri
Kode sampel : 04(inlet)
05(outlet)

No Nama Sampel Hasil (mg/l) Baku Mutu

1 PERMEN LH No.
Pramita Lab(inlet) 7,41 P68/MENLHK/LETJEN/K
UM/B.016

30mg/l

2
Pramita Lab(outlet)
3,8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Tabel 4.2 Data DO0

Volume Volume
No Kode sampel Na2S2O3 Konsentrasi Botol DO0
( ml ) Na2S2O3 ( N ) Winkler ( mg/l )
( ml )
1 04 5,30 0,0287 100 12,41

2 05 5,15 0,0287 100 12,06

Tabel 4.3 Data DO5

Volume Volume
No Kode sampel Na2S2O3 Konsentrasi Botol DO5
( ml ) Na2S2O3 ( N ) Winkler ( mg/l )
( ml )
1 04 4,05 0,025 100 8,26

2 05 2,45 0,025 100 5,00

Tabel 4.4 Data BOD

No Kode sampel DO0 ( mg/l ) DO5 ( mg/l ) BOD (mg/l )

1 04 12,41 5,00 7,41

2 05 12,06 8,26 3,8

Rata-rata BOD 5,605

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

4.2. Reaksi dan Perhitungan

4.2.1. Reaksi

BOD (Biochemical Oxygen Demand)

MnSO4 + 2 KOH Mn(OH )2 + K2SO4

Mn(OH)2 + ½ O2 MnO2 + H2 O

(Endapan merah daging)

MnO2 + KI +H2SO4Mn(OH)2 + I2 + K2SO4

(Endapan merah daging) (warna merah coklat)

Indikator berlebih

I2 + 2 S2O32- S4O6- + 2 I-

(Biru) (Amilum) ( Tidak berwarna)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

4.2..2. Perhitungan BOD

Nama Sampel : Pramita Lab

Kode sampel : 04(inlet)

Diketahui : Volume Na-tiosulfat standarisasi = 10 ml

Volume Na-tiosulfat Do0 sampel = 5,30 ml

Volume Na-tiosulfat Do5 sampel = 2,45 ml

Volume K bi-iodat = 10 ml

Normalitas K bi-iodat = 0,025 N

Volume Sampel = 100ml

Ditanya : BOD ...?

Jawab :

VNa-tiosulfat ×N Na-tiosulfat×8000×1,0204
Do0=
Volume sampel

5,30 ×0,0287N×8000×1,0204
Do0=
100ml
1241mg
Do0=
100ml
Do0=12,41 mg/l

VNa-tiosulfat ×N Na-tiosulfat×8000×1,0204
Do5=
Volume sampel

2,45ml×0,025×8000×1,0204
Do5=
100ml
499,9mg
Do5=
100ml
Do5=5,00 mg/l

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Do0-Do5
BOD=
fp

12,41ml/l-5,00mg/l
BOD=
1
BOD=7,41mg/l

Nama Sampel : Pramita Lab

Kode sampel : 05(outlet)

Diketahui : Volume Na-tiosulfat standarisasi = 8,70 ml

Volume Na-tiosulfat Do0 sampel = 5,15 ml

Volume Na-tiosulfat Do5 sampel = 4,05 ml

Volume K bi-iodat = 10 ml

Normalitas K bi-iodat = 0,025 N

Volume Sampel = 100ml

Ditanya : BOD ...?

Jawab :

Standarisasi Na-Tiosulfat

DO0

Volume Na-tiosulfat × Normalitas Na-Tiosulfat = Volume K bi-odat × Normalitas KBi-


iodat

8,70 ml × Normalitas Na- Tiosulfat = 10 ml × 0.025 N

Normalitas Na- tiosulfat = 0,0287 N

VNa-tiosulfat ×N Na-tiosulfat×8000×1,0204
Do0=
Volume sampel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

5,15 ×0,0287N×8000×1,0204
Do0=
100ml
1206mg
Do0=
100ml
Do0=12,06 mg/l

Standarisasi Na-Tiosulfat

DO5

Volume Na-tiosulfat × Normalitas Na-Tiosulfat = Volume K bi-odat × Normalitas KBi-


iodat

10 ml × Normalitas Na- Tiosulfat = 10 ml × 0.025 N

Normalitas Na- tiosulfat = 0,025 N

VNa-tiosulfat ×N Na-tiosulfat×8000×1,0204
Do5=
Volume sampel

4.05ml×0,025×8000×1,0204
Do5=
100ml
826,52mg
Do5=
100ml
Do5=8,26 mg/l

Do0-Do5
BOD=
fp

12,06ml/l-8,26mg/l
BOD=
1
BOD=3,8 mg/l

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

4.3 Pembahasan

Berdasarkan uraian diatas telah dilakukan analisa BOD ( Biochemical Oxygen


Demand ) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air
lingkungan untuk memecah ( mendegradasi ) bahan buangan organik yang ada di dalam
air. Pada pemeriksaan analisa parameter BOD ( Biochemical Oxygen Demand ) pada
sampel air limbah domestik dengan metode titrimetri dari Pramita lab Inlet dan Outlet.
Hasil BOD yang diperoleh pada Inlet sebesar 7,41 mg/I dan Outlet sebesar 3,8 dari hasil
tersebut telah memenuhi persyaratan baku mutu PERMEN LH No.
P68/MENLHK/KUM/B.016 sehingga layak dibuang ke sungai tanpa mengganggu
ekosistem makhluk hidup.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

− Dari hasil analisa kadar BOD(Biochemical Oxygen Demand) pada air limbah
cair domestik Inlet dan Outlet Laboratorium Pramita Medan, diperoleh kadar
Inlet sebesar 7,41 mg/I dan kadar Outlet sebesar 3,8 mg/I dan terjadi penurunan
Inlet ke Outlet sebesar 3,61.

− Menurut PERMEN LH No. P68/MENLHK/KUM/B.016 hasil analisa yang


diperoleh dari inlet dan outlet pengolahannya sudah baik dan memenuhi standart
baku mutu yang telah ditetapkan

5.2 Saran

sebaiknya setiap limbah yang dihasilkan dari laboratorium ini harus diperhatikan
keadaannya dengan mengelola atau menangani dan memenfaatkan limbah yang
dihasilkan oleh laboratorium, limbah cair dapat ditangani dengan cara mengurangi
kadar-kadar agar tidak merusak lingkungan perairan dan mahluk hidup lainnya yang
dapat menimbulkan penyakit bagi setiap orang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

DAFTAR PUSTAKA

Arief,L.M. 2016. Pengolahan Limbah Industri : Dasar-Dasar Pengetahuan dan Aplikasi


DitempatKerja. Yogyakarta : CV Andi Offset

Chandra, B.2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan . Jakarta: penerbit buku kedokteran

Darmono,2001.Lingkungan Hidup dan Pencemaran : hubungan dengan


toksikologisenyawa Logam. Jakarta : Universitas Indonesia ( UI-Press)

Effendi,H.2003. Telaah Kualitas Air.Yogyakarta : Kanisius.

Entjang l,2000. Ilmu Kesehatan Lingkungan. PT Citra Aditya Bakti. Bandung

Mulia, R.M.2005. Kesehatan Lingkungan .Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu

Ross DA, 1970.Introduction To Oceanography.meredith Corporation New York

Santika,S. 1987. Metoda Penelitian Air. Usaha Nasional : Surabaya

Sugiharto, 1987.Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Cetakan 1, Penerbit Universitas


Indonesia ( UI-Press) : Jakarta

Sunarsih, L.E.2018.Penanggulangan Limbah. Yogyakarta : Deepublish Publisher

Soeparman, H.M., 2011. Pembuangan Tinja DAN limbah Cair : Suatu Pengantar.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Vogel, 1994.Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.Jakarta : Buku Kedokteran EGC

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

LAMPIRAN 2

ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN PADA BOD(Biochemical Oxygen Demand)

Botol winkler

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Statif dan klem

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

inkubator

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai