2019
Ginting, Emalia
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/16485
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISA KADAR BOD (BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND) PADA AIR
LIMBAH CAIR DOMESTIK INLET DAN OUTLET MENGGUNAKAN
METODE TITRIMETRI DI PRAMITA LAB
EMALIA GINTING
162401084
MEDAN
2019
EMALIA GINTING
162401084
MEDAN
2019
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dari ringkasan masing-masing yang disebutkan sumbernya.
Emalia Ginting
162401084
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa untuk menentukan kadar BOD (Biochemical Oxygen Demand)
pada air limbah cair inlet dan outlet laboratorium Pramita dan dianalisa di PT.
SHAFERA ENVIRO LABORATORIUM. Untuk menentukan BOD (Biochemical
Oxygen Demand) mula-mula dipersiapkan dua botol winkler, kemudian satu botol untuk
menentukan nilai DO0 dan satu botol untuk menentukan nilai DO5 yang diinkubasi
selama 5 hari. Penentuan BOD ini menggunakan metode titrimetri sehingga di dapatkan
bahwa kadar BOD dalam air limbah inlet dengan kadar sebanyak 7,41 mg/l dan kadar
BOD dalam air limbah outlet dengankadarsebanyak 3,8 mg/l. Menurut peraturan
PERMEN LH No.P68/MENLHK/KUM/B.016 kadar BOD yang didapat pengolahannya
sudah baik dan memenuhi standart mutu sehingga layak dibuang kesungai, meskipun
begitu pemerintah tetap melakukan atau membuat peraturan setiap limbah cair diolah
terlebih dahulu.
ABSTRACT
An analysis has been carried out to determine the levels of BOD (Biochemical Oxygen
Demand) in inlet wastewater and Pramita laboratory outlets and analyzed at PT.
SHAFERA ENVIRO LABORATORY. To determine BOD (Biochemical Oxygen
Demand), two bottles of winkler were first prepared, then one bottle to determine the
value of DO0 and one bottle to determine the value of DO5 incubated for 5 days.
Determination of BOD uses the titrimetric method so that it can be found that the BOD
levels in inlet wastewater with a level of 7.41 mg / l and BOD levels in outlet wastewater
with levels of 3.8 mg / l. According to the regulations of the PERMEN LH No.P68 /
MENLHK / KUM / B. 016 the BOD levels obtained are processed well and meet the
quality standards so that it is feasible to dispose of it into the river, even though the
government continues to bend or make regulations for each liquid waste to be processed
first.
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang MahaEsa, Maha
pengasih dan penyayang yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul Analisa Kadar BOD(Biochemical
Oxygen Demand) pada air limbah cair domestik inlet dan outlet dengan
menggunakan metode Titrimetri di Pramita Lab.
Adapun tugas akhir disusun sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar
ahli madya pada program diploma Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam di Universitas Sumatera Utara.
1. Kepada orang tua saya, Ayah Taridah Ginting dan ibu Sinar Barus dan
seluruh keluarga yang sangat saya sayangi, yang telah banyak memberikan
dukungan moril dan material, serta doa kesuksesan yang telah menguatkan
saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Ibu Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku Ketua Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam( FMIPA) Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku Ketua jurusan D-III Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam( FMIPA) Universitas Sumatera
Utara.
Dalam penulisan tugas akhir ini masih memiliki kekurangan dalam materi dan
cara penyajiannya, dengan kata lain masih jauh dari kata sempurna. Oleh Karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
untuk kesempurnaan tugas akhir ini.Akhir kata saya mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak semoga
tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Emalia Ginting
Daftar Isi
Halaman
PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR i
ABSTRAK ii
ABSTRACK
iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR LAMPIRAN ix
DAFTAR SINGKATAN x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuanpenelitin 2
1.4 ManfaatPenelitian 2
2.1 Air 3
2.1.3Pencemaran Air 5
2.3.1 PengertianLimbahCairDomestik 9
2.3.3 DampakBurukLimbahCair 11
2.5Analisatitrimetri 19
3.1.1 MetodeAnalisa 20
3.1.2 RuangLingkup 20
3.1.3Prinsip 20
3.1.4 Bahan 20
3.1.5 Peralatan 24
3.1.6 Prosedur 25
4.2 Pembahasan 32
5.1 Kesimpulan 33
5.1 Saran 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
1 PERMEN LH No.P68/MENLHK/ -
LETJEN/KUM/B.016
PADA BOD
DAFTAR SINGKATAN
DO = Dissolved Oxygen
PENDAHULUAN
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak,bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta mahluk hidup
yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi
mendatang.Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada
segenap pengguna air.
Masalah utama yang dapat dihadapi oleh sumber daya air saat ini meliputi
kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan
kualitas air untuk kepentingan domestik semakin menurun, kegiatan industry,domestik,
dan kegiatan lain yang berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain
menyebabkan penurunan kualitas air .
kecil benda padat, sisa-sisa bahan-bahan larutan dalam keadaan terapung dan
dalam bentuk koloid dan setengah koloid (Mahida,1993)
1.2 Permasalahan
Analisa kadar BOD pada air limbah domestik di laboratorium Pramita medan dan
Apakah kadar BOD yang didapat memenuhi standard baku mutu yang ditetapkan oleh
PERMEN LH No. P68/MENLHK/LETJEN/KUM/B.016
1.3 Tujuan
− Untuk mengetahui kadar BOD pada air limbah inlet dan outlet di laboratorium
pramita ?
− Untuk mengetahuiapakah kadar BOD yang didapat memenuhi standard baku mutu
yang ditetapkan oleh PERMEN LH No. P68/MENLHK/LETJEN/KUM/B.016.?
1.4 Manfaat
− Dapat mengetahui kadar BOD pada air limbah inlet dan outlet di laboratorium pramita
− Dapat mengetahui apakah kadar BOD yang didapat memenuhi standard baku mutu
yang ditetapkan oleh PERMEN LH No. P68/MENLHK/LETJEN/KUM/B.016.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak,bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta mahluk hidup
yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana,dengan memperhitungkan kepentingan generasi mendatang,aspek
penghematan dan pelestarian sumber daya air harus pada segenap pengguna air (Effendi,
2003).
Adalah air yang diperoleh dari pengumpulan air pada lapisan tanah dalam. Air ini sangat
bersih karena bebas dari pengotor an, misalnya: air sumur dan air mata air
Adalah air yang terdapat pada permukaan tanah.Air permukaan harus diolah
terlebih dahulu sebelum dipergunakan karena umumnya telah mengalami
pengotoran.Misalnya : air sungai, air rawa, air danau, air kolam, dan air huja. Klasifikasi
air menurut peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air
menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut
peruntukannya adalah sebagai berikut:
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung,
tanpa pengolahan terlebih dahulu. Contohnya mata air pegunungan
2. Golongan B, air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. Contohnya
air sungai
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan .Contohnya air laut.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air. Contohnya air tanah
dangkal dan air tanah dalam (Effendi,2003)
1.Air minum
3. Industri
4. Pengairan
Air yang dapat tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat dalam bentuk
murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Misalnya, walaupun di
daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari
pencemaran, air hujan yang turun diatasnya selalu mengandung bahan-bahan terlarut,
seperti CO2, O2, dan N2, serta bahan-bahan tersuspensi misalnya debu dan partikel-
partikel lainnya yang terbawa air hujan dari atmosfir.
Usaha pencegahan ini bukan merupakan proses yang sederhana, tetapi melibatkan
berbagai faktor sebagai berikut:
1. Air limbah yang akan dibuang ke perairan harus diolah lebih dahulu sehingga
memenuhi standar air limbah yang telah ditetapkan pemerintah
3. Menggunakan bahan yang dapat mencegah dan menyerap minyak yang tumpah
di perairan
5. Limbah radioaktif harus diproses dahulu agar tidak mengandung bahaya radiasi
dan barulah dibuang di perairan.
Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri dan
tempat-tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat yang
dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan (
Chandra,2006).
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik ( rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, maka disanalah
berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus(black water) dan ada
air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya ( grey water). Limbah merupakan
bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negative terhadap masyarakat jika tidak
dikelola dengan baik. Air limbah industri maupun rumah tangga (domestik) apabila
tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Limbah
terbagi 3 berdasarkan bentuk fisiknya yaitu limbah cair,padat,dan gas.Limbah cair
adalah gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan pencemar yang terbawa oleh
air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari sumber
domestik (perkantoran, perumahan dan perdagangan), sumber industry dan pada saat
tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan atau air hujan. Limbah padat yaitu
limbah yang berasal dari kegiatan industri dan domestic. Limbah domestik pada
umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan,
perkantoran, peternakan, pertanian,. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain,
karet/kulit tiruan, plastic,metal, gelas/kaca, organic, bakteri, kulit telur. Sedangkan
limbah gas yaitu limbah yang berbentuk gas buangan kendaraan, buangan bakaran
indutri.( Sugiharto,1987)
Limbah Padat
Limbah padat berasal dari kegiatan industri ataupun dari kegiatan domestik. Pada
umumnya limbah yang dihasilkan masyarakat berupa limbah padat, baik limbah
dihasilkan rumah tangga, kegiatan perdagangan, perkantoran, perternakan, pertanian,
serta tempat-tempat umum. Beberapa contoh limbah padat, yaitu kertas, kayu, karet,
kulit, steroform, plastik, logam, dan kaca.
Limbah cair
Menurut PP No. 82 Tahun 2001, limbah cair adalah sisa dari hasil suatu kegiatan yang
berwujud cair. Limbah cair berdasarkan sifatnya, yaitu sifat fisika dan sifat agregat,
logam, anorganik nonmetalik, organik agregat, dan mikroorganisme.
(Sunarsih,L.E.,2018)
Bau busuk
Sumber air yang berada didekat pembuangan limbah menjadi berbau busuk dan
tidak dapat difungsikan lagi karena dapat menyebabkan gatal-gatal.
Limbah padat, menjadi sampah yang menggunung, berbau busuk, menyebabkan
mual-mual dan mengganggu kesehatan melalui lalat atau serangga lainnya.
(Suprapti,M.L.,2005)
a. Rumah tangga
Limbah cair rumah tangga adalah buangan hasil sisa dari suatu kegiatan dirumah tangga
yang sebagian besar mengandung bahan-bahan organic sehingga memudahkan dalam
pengolahannya. Contoh air limbah rumah tangga : air bekas cucian, air bekas memasak,
air bekas mandi,dan sebagainya.
b. Perkotaan
Limbah cair perkotaan adalah buangan hasil sisa dari kegiatan diperkotaan yang
biasanya mudah dalam pengelolaan karena tidak mengandung pelarut mineral, logam
berat dan zat organik yang bersifat toksik. Contoh air limbah perkotaan : air limbah dari
perkotaan, perdagangan, selokan dan tempat ibadah.
c. Industri
Limbah cair industri adalah buangan hasil dari proses/sisa dari suatu
kegiatan/usaha yang berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tidak dikehendaki lingkungan karena tidak mempunyai nilai ekonomis sehingga
cenderung untuk dibuang. Contoh air limbah industri : air limbah dari pabrik baja,
pabrik tinta, pabrik cat, dan dari pabrik karet.
Air limbah rumah tangga sebagian besar mengandung bahan organik sehingga
memudahkan didalam pengolahannya. Sebaliknya limbah industri lebih sulit
pengolahannya karena mengandung pelarut mineral, logam berat, dan zat-zat organic
lainnya yang bersifat toksik (Chandra,2006)
1. Parameter kimia , meliputi CO2, pH, alkalinitas fosfor, dan logam-logam berat,
COD, serta minyak dan lemak.
2. Parameter biokimia, meliputi BOD ( Biochemical Oxygen Demand)
3. Parameter fisik, meliputi temperatur, warna, rasa, bau, kekeruhan, TSS,TDS,
serta radiaktivitas
4. Parameter biologi, meliputi ada atau tidaknya mikroorganisme, misalnya bakteri,
virus, benthos dan plankton. ( Sunarsih, L.E.,2018)
kamar mandi, mesin cuci otomatis, dan peralatan lain yang menggunakan
air.(Soeparman,H.M.,2001 ).
Secara umum limbah domestik yang berasal dari rumah tangga dan yang tidak
memiliki akses terhadap bangunan pengolahan merupakan sumber pencemaran utama
bagi lingkungan yang dapat menimbulkan dampak yang serius karena dapat dengan
mudah masuk ke badan air ataupun meresap ke badan tanah. (Aji, A.S.,2017)
Tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi BOD, partikel
tercampur, serta membunuh oerganisme patogen. Selain itu, diperlukan juga tambahan
pengolahan untuk menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun serta bahan yang
tidak dapat didegradasikan agar konsentrasi yang ada menjadi rendah.
1. Pengolahan Fisika
2. Pengolahan Kimia
Proses pengolahan kimia digunakan dalam instalasi air bersih dan IPAL.
Pengolahan secara kimia pada IPAL biasanyan digunakan untuk netralisasi limbah asam
maupun basa, memperbaiki proses pemisahan lumpur asam maupun basa, memisahkan
padatan yang tak terlarut, mengurangi konsentrasi minyak dan lemak, meningkatkan
efisiensi instalasi flotasi dan filtrasi, serta mengoksidasi warna dan racun.
Beberapa kelebihan proses pengolahan kimia antara lain dapat menangani hampir
seluruh polutan anorganik, tidak terpengaruh oleh polutan yan beracun atau toksik, dan
3.Pengolahan biologis
Dalam proses pengolahan air limbah secara biologi, diharapkan terjadi proses
penguraian secara alami untuk membersihkan air sebelum dibuang. Perbedaan mendasar
antara proses alami dan artifisial adalah dalam hal intesitas proses. Dibandingkan
dengan proses alami, proses biologi biasanyan berlangsung lebih cepat dan
membutuhkan tempat yang lebih sedikit. Hal ini merupakan keuntungan utama dalam
proses biologi. Namun peningkatan intensitas menyebabkan proses lebih sensitif
sehingga memerlukan proses kontrol yang intensif dan teliti. (Aji,S,A.,2018)
Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk
bagi mahluk hidup dan lingkungannya. Beberapa dampak buruk tersebut adalah sebagai
berikut (Mulia,2005).
1. Gangguan Kesehatan
Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit.Selain
itu didalam air limbah mungkin juga terdapat zat-zat yang berbahaya dan beracun yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi mahluk hidup yang mengkonsumsinya.
Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan ( misalnya : sungai dan danau)
dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut. Air limbah juga dapat
merembes kedalam air tanah, sehingga menyebabkan pencemaran air tanah.
Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh bakteri
anaerobik menjadi gas yang agresif seperti H2S. Gas ini dapat mempercepat proses
perkaratan pada benda yang terbuat dari besi ( misalnya pipa pada saluran air limbah)
dan bangunan air kotor lainnya.
Pengolahan limbah ini dilakukan pada limbah cair dengan kandungan bahan limbah
yang dapat dipisahkan secara mekanis langsung tanpa penambahan bahan kimia atau
melalui penghancuran secara biologis. Pengolahan limbah cair secara fisika yang umum
dilakukan seperti: screening (penyaringan), sedimentasi, flotasi, mixing, pengendapan,
pengapungan dan filtrasi.
(penambahan bahan kimia ke dalam proses). Pengolahan limbah cair secara kimia pada
umumnya dilakukan seperti: pengendapan secara kimia, perpindahan gas,
adsorbs,desinfeksi dan deklorinasi.
limbah padat seperti plastik dapat dikumpulkan di satu tempat, dimana harus dipisahkan
terlebih dahulu sampah organic dan sampah anorganik. Sampah organic tersebut dapat
dijadikan pupuk setelah mengalami pembusukan sedangkan sampah anorganik dapat di
daur ulang kembali sehingga dapat menghasilkan produk yang baru.
limbah gas ini merupakan hasil pembakaran dari kegiatan industry, maupun dari
kendaraan bermotor, dimana akan mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca, ini
menyebabkan suhu atmosfer meningkat dan menyebabkan pemanasan global. Oleh
karena itu untuk mengurangi pemanasan global harus melakukan beberapa tindakan
yaitu konservasi energi (hemat penggunaan listrik, hemat menggunakan sepeda motor),
PenghapusanChlorofluorocarbon ( AC, Kulkas, freezer), Penanaman pohon dan
penggunaan bahan bakar biomassa. ( Sugiharto,1987).
Analisis BOD digunakan untuk menunjukkan kekuatan organik air limbah, untuk
menghitung persentase zat-zat yang dibuang, untuk menentukan jumlah udara yang
diperlukan dalam airase dan kandungan organik dalam unit-unit pengolahan sekunder,
menghitung F/M ratio, menentukan biaya tambahan imdustri dan keperluan-keperluan
prapengolahan (Hauser,1996)
Uji BOD adalah salah satu metode analisis yang paling banyak digunakan dalam
penanganan limbah dan pengendalian polusi . Uji ini mencoba menentukan kekuatan
polusi dari suatu limbah dalam pengertian kebutuhan mikroba akan oksigen dan
merupakan ukuran tak langsung dari bahan organik dalam limbah.
𝑑𝐶
= -kC
𝑑𝑡
Dimana C adalah konsentrasi limbah dan k adalah konstanta perbandingan dari kostanta
laju BOD.
Uji BOD distandarisasi pada periode 5 hari,suhu 200 C. Sampel disimpan dalam
botol yang kedap udara.Stabilisasi yang sempurna dapat membutuhkan waktu lebih dari
100 hari pada suhu 200 C. Periode inkubasi yang lama ini tidak praktis untuk penentuan
rutin.oleh karena itu prosedur yang disarankan oleh AOAC (Association of Official
Analytical Chemists) adalah periode inkubasi 5 hari dan disebut BOD5. Nilai ini hanya
merupakan indeks jumlah bahan organik yang dapat dipecah secara biologik bukan
ukuran sebenarnya dari limbah organik.
Jumlah oksigen yang rendah dalam botol uji BOD ,2-3 mg , menunjukkan bahwa
limbah yang berkekuatan tinggi ,seperti kebanyakan limbah pengolahan pangan dan
limbah hewan ,harus diencerkan terlebih dahulu sebelum dianalisis . sebelum analisis
BOD ,limbah hewan dapat membutuhkan pengenceran 1:100 sampai 1:1000 atau lebih.
Kesulitan dalam pengenceran limbah baik secara fisik maupun kimia tidak seragam
sehingga menurunkan ketepatan uji BOD standar yang diperkirakan mempunyai
ketepatan ± 20 persen.
Air buangan domestik yang tidak mengandung limbah industri mempunyai BOD
kira-kira 200 ppm .Limbah pengolahan pangan umumnya lebih tinggi dan seringkali
lebih dari 1000 ppm.Walaupun BOD5 merupakan pengukuran umum untuk polusi air,uji
BOD memakan waktu dan reprodusibilitasnya rendah. Uji –uji seperti kebutuhan
oksigen secara kimia (COD) dan karbon organik total(TOC) lebih cepat,lebih andal,dan
lebih reprodusibel.
Kelemahan uji BOD5 seperti telah dijelaskan sebelumnya,fase lag yang tidak
dapat diduga panjang nya terjadi sebelum pertumbuhan aktif dimulai. Panjang lag akan
mempengaruhi nilai BOD 5 hari dengan menggeser kurva sepanjang sumbu waktu . fase
stasioner disebabkan oleh habisnya nutrien yang terbatas. Hal ini sesuai dengan titik
akhir stoichiometri dari sistem reaksi nonbiologik dan harus merupakan nilai yang
reprodusibel dari pengambilan oksigen .
Dalam sistem reaksi BOD,sekali bahan organik dikonversi menjadi massa seluler
baru dan karbon dioksida,maka hubungan laju reaksi harus berubahkebutuhan
oksigendiluar titik ini disebabkan karena terputusnya proses,biasanya dikenal sebagai
respirasi endogenes dan karena predator (protozoa dan bentuk-bentuk yang lebih tinggi)
memakan bakteri. Respirasi endogenes umumnya menggunakan bahan-bahan cadangan
dan konsumsi bahan yang dilepaskan dari sel-sel mati.
Nitrifikasi dalam uji BOD .pada beberapa titik waktu ,oksidasi nitrogen-amonia
akan mulai berlangsung, Oleh karena oksigen digunakan dalam proses reaksi biokimia .
Dugaan jumlah BOD nitrogenes disajikan pada persamaan di bawah ini.
1. Oksidasi sebagian limbah menjadi produk akhir untuk mendapatkan energi guna
pemeliharaan sel serta pembentukan sel-sel baru.
2. Berupa bagian limbah diubah menjadi serat sel baru dengan menggunakan
sebagian energi yang dilapaskan selama oksidasi.
3. Pada saat bahan organik dipakai sel-sel yang baru mulai memakan serat selnya
sendiri untuk mendapatkan energi guna pemeliharaan sel proses yang ketiga ini
disebut sebagai pelepasan atau respirasi endogen.
Bila CHONS (unsure-unsur yang terdapat dalam senyawa organik) dipakai untuk
mewakili limbah organik, dan istilah C5H7NO2 dipakai untuk mewakili serat sel, maka
ketiga proses diatas dapat dinyatakan dengan reaksi kimia umum berikut ini:
Oksidasi
Persenyawaan
Respirasi endogen
1. Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan
anorganik atau bahan-bahan tereduksi lainnya yang disebut juga ‘ intermediate
Oxygen demand’
2. Uji BOD memerlukan waktu yang cukup lama yaitu minimal 5 hari
3. Uji BOD dilakukan selama 5 hari masih belum dapat menunjukkan nilai total
BOD melainkan hanya kira-kira 68% dari total BOD
4. Uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat dalam air tersebut,
misalnya adanya germisida seperti kholorin dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang dibutuhkan untuk merombak bahan organiksehingga hasil
Uji BOD menjadi kurang teliti.
Istilah analisa titrimetri mengacu pada analisa kimia kuantitatif yang dilakukan
dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat,
yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari zat yang akan
ditetapkan. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut larutan standar. Proses
penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap disebut titrasi dan zat yang
ditetapkan disebut di titrasi. Titik pada saat reaksi itu lengkap disebut titik
ekuivalen.Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan yang tidak
dapat salah dilihat oleh mata yang dihasilkan oleh larutan standar itu sendiri atau lebih
lazim lagi oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator
dan titilk pada saat dimana ini terjadi disebut titik akhir titrasi.
1. Harus ada suatu reaksi yang sederhana yang dapat dinyatakan dengan persamaan
kimia, zat yang akan ditetapkan harus bereaksi dengan lengkapdan reagensia
dalam proporsi yang stokiometrik atau ekiuvalen
2. Reaksi harus praktis berlangsung dalam sekejap atau berjalan dengan cepat
menaikkan kecepatan reaksi tersebut.
METODOLOGI PERCOBAAN
Metode Analisa
Dengan metode titrasi Iodometri : SNI 6989.72:2009
Ruang lingkup
Cara uji ini digunakan untuk menentukan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan
oleh mikroba aerobik untuk mengoksidasi bahan organik karbon dalam contoh uji air
limbah, affisuen atau air yang tercemar yang tidak mengandung atau yang telah
dihilangkan zat-zat toksik dan zat-zat pengganggu lainnya. Pengujian dilakukan pada
suhu 200C ± 10C selama 5 hari ± 6 jam.
Prinsip
Sejumlah contoh uji ditambahkan ke dalam larutan pengencer jenuh oksigen yang
telah ditambahkan larutan nutrisi dan bibit mikroba kemudian diinkubasi dalam
ruang gelap pada suhu 20oC ± 1oC selama 5 hari. Nilai BOD dihitung berdasarkan
selisih konsentrasi oksigen terlarut 0 (nol) hari dan 5 (lima) hari. Bahan kontrol
standar dalam uji BOD ini digunakan larutan glukosa-asam glutamat.
Bahan
1. air bebas mineral
2. larutan nutrisi
3. Larutan buffer fosfat;
a. Cara 1
Larutkan 8,5 g kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4), 21,75 g dikalium hidrogen
fosfat (K2HPO4); 33,4 g dinatrium hidrogen fosfat heptahidrat
(Na2HPO4.7H2O)dan 1,7 g amonium klorida (NH4Cl) dalam air bebas mineral,
kemudian encerkan hingga 1 L. Larutan ini menghasilkan pH 7,2.
b. Cara 2
Larutkan 42,5 g kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4); 1,7 g amonium klorida
(NH4Cl) dalam 700 ml air bebas mineral, atur pH larutan sampai 7,2 dengan
penambahan larutan NaOH 30%, kemudian encerkan hingga 1 L.
4. Larutan magnesium sulfat;
Larutkan 22,5 g MgSO4, 7H2O dengan air bebas mineral, kemudian encerkan
hingga 1 L.
5. LarutanKalsium Klorida
Larutkan 27,5 g CaCl2 anhidrat dengan air bebas mineral, kemudian encerkan
hingga 1 L.
1) Cara 1
a) ambil supernatan dari sumber bibit mikroba (limbah domestik atau efluen
pengolahan limbah).
b) lakukan aerasi dengan segera terhadap supernatan tersebut, sampai akan digunakan.
2) Cara 2
Cara ini dilakukan berdasarkan standar OECDguidelline for testing of chemicals, 301-
1992 ready biodegradabilly, dengan uraian sebagai berikut (Lampiran A).
a) ambil air dari bak aerasi pada sistem pengolahan lumpur aktif;
b) pisahkan partikel-partikel kasar dari air lumpur aktif dengan cara penyaringan;
c) suspensi lumpur aktif yang telah dipisahkan dari partikel kasar, diendapkan selama
30 meit atau disentrifugasi pada putaran 100 x g selama 10 menit;
d) endapan dipisahkan, kemudian endapan ditambahkan ke dalam medium mineral
(lampiran B) sampai kandungan padatan tersuspensi 3 g sampai dengan 5 g MLSS/L
atau jumlah mikroba 107 sel/L sampai dengan 109 sel/L;
e) homogenkan padatan tersuspensi dengan alat blender pada kecepatan sedang selama
2 menit, kemudian diendapkan selama ± 30 menit
f) supernatan dipisahkan dan digunakan sebagai bibit mikroba;
g) sebelum digunakan, supernatan tersebut dikocok dengan menggunakan shaker
selama 5 sampai 7 hari pada suhu yang sama dengan suhu pengujian (200C ± 3oC).
3) Cara 3
Suspensi bibit mikroba dapat dibuat dan BOD seed yang tersedia secara komersial.
c) tambahkan juga bibit mikroba ke dalam setiap 1 L air bebas mineral untuk:
Cara 1: 1 ml sampai dengan 3 ml (bibit mikroba pada langkah 4,2,3,1) dan aduk
sampai homogen, atau
Cara 2: 1 ml sampai dengan 10 ml (bibit mikroba pada langkah 4,2,3,2) dan aduk
sampai homogen atau
Cara 3: bibit mikroba pada langkah 4,2,3,3 sesuai petunjuk penggunaan.
CATATAN 2 Larutan air pengencer harus dibuat langsung saat akan digunakan.
CATATAN 3 Volume bibit mikroba yang ditambahkan dapat berdasarkan hasil uji
glukosa-asam glutamat yang menghasilkan nilai BOD 198 mg/L ± 30,5 mg/L
Peralatan
1. botol DO(Botol Winkler)
2. lemari inkubasi atau water cooler, suhu 200C ± 1oC, gelap
3. botol dan gelas 5 L – 10 L
4. pipet volumetrik 1,0 ml dan 10,0 ml
5. labu ukur 100,0 ml; 200,0 ml dan 1000,0 ml
6. pH meter
7. DO meter yang terkalibrasi
8. Shaker
9. Blender
10. oven; dan
11. timbangan analitik
CATATAN: Apabila tidak tersedia lemari inkubasi atau water cooler, dapat digunakan
ruang dengan kondisi suhu 200C ± 1oC, gelap.
Prosedur Analisa
1. endapkan 2 buah botol DO, tandai masing-masing botol dengan rotasi A1; A2;
2. masukkan larutan contoh uji (4.4.2.4) ke dalam masing-masing botol DO A1 dan A2
sampai meluap, kemudian tutup masing-masing botol secara hati-hati untuk
menghindari terbentuknya gelembung udara;
3. lakukan pengocokan beberapa kali, kemudian tambahkan air bebas mineral pada
sekitar mulut botol DO yang telah ditutup;
4. simpan botol A2 dalam lemari inkubator 20oC + 1oC selama 5 hari;
5. lakukan pengukuran oksigen terlarut terhadap larutan dalam botol A1 dengan alat
DO meter yang terkalibrasi sesuai dengan Standart Methods for the Examination of
Water and Wastewater 21st Edition, 2005. Membrane electrode method (4500-O G)
atau dengan metoda titrasi secara iodometri (modifikasi Azida) sesuai dengan SNI
06-6989, 14-2004. Hasil pengukuran merupakan nilai oksigen terlarut nol hari (A)
Pengukuran oksigen terlarut pada nol harus dilakukan paling lama 30 menit setelah
pengenceran;
6. ulangi pengerjaan 4.4.3 butir e untuk botol A2 yang telah diinkubasi 5 hari selama
6 jam. Hasil pengukuran yang diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut 5 hari (A2);
7. lakukan pengerjaan 4.4.3 butir a sampai f untuk penetapan blanko dengan
menggunakan larutan pengencer tanpa contoh uji (4.2.3). Hasil pengukuran yang
diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut nol hari (B1) dan bilai oksigen terlarut 5
hari (B2);
8. lakukan pengerjaan 4.4.3 butir a sampai f untuk penetapan kontrol standar dengan
menggunakan larutan glukosa-asam glutamat (4.4.2.3). Hasil pengukuran yang
diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut nol hari (C1) dan nilai oksigen terlarut 5
hari (C2);
9. lakukan kembali pengerjaan 4.4.3 butir f terhadap beberapa macam pengenceran contoh
uji.
(B B 2 )
(A1 A 2 ) 1 Vc
BOD5 = VB
P
dengan pengertian:
A1 : adalah kadar oksigen terlarut contoh uji sebelum inkubasi (0 hari) (mg/L)
A2 : adalah kadar oksigen terlarut contoh uji setelah inkubasi (5 hari) (mg/L)
P : adalah perbandingan volume contoh uji (Vl) per volume total (V2)
Sampel limbah cair yang digunakan dalam analisa yaitu limbah cair domestik
Inlet dan Outlet dari pramita lab, yang dianalisa dengan menggunakan parameter BOD.
1 PERMEN LH No.
Pramita Lab(inlet) 7,41 P68/MENLHK/LETJEN/K
UM/B.016
30mg/l
2
Pramita Lab(outlet)
3,8
Volume Volume
No Kode sampel Na2S2O3 Konsentrasi Botol DO0
( ml ) Na2S2O3 ( N ) Winkler ( mg/l )
( ml )
1 04 5,30 0,0287 100 12,41
Volume Volume
No Kode sampel Na2S2O3 Konsentrasi Botol DO5
( ml ) Na2S2O3 ( N ) Winkler ( mg/l )
( ml )
1 04 4,05 0,025 100 8,26
4.2.1. Reaksi
Mn(OH)2 + ½ O2 MnO2 + H2 O
Indikator berlebih
I2 + 2 S2O32- S4O6- + 2 I-
Volume K bi-iodat = 10 ml
Jawab :
VNa-tiosulfat ×N Na-tiosulfat×8000×1,0204
Do0=
Volume sampel
5,30 ×0,0287N×8000×1,0204
Do0=
100ml
1241mg
Do0=
100ml
Do0=12,41 mg/l
VNa-tiosulfat ×N Na-tiosulfat×8000×1,0204
Do5=
Volume sampel
2,45ml×0,025×8000×1,0204
Do5=
100ml
499,9mg
Do5=
100ml
Do5=5,00 mg/l
Do0-Do5
BOD=
fp
12,41ml/l-5,00mg/l
BOD=
1
BOD=7,41mg/l
Volume K bi-iodat = 10 ml
Jawab :
Standarisasi Na-Tiosulfat
DO0
VNa-tiosulfat ×N Na-tiosulfat×8000×1,0204
Do0=
Volume sampel
5,15 ×0,0287N×8000×1,0204
Do0=
100ml
1206mg
Do0=
100ml
Do0=12,06 mg/l
Standarisasi Na-Tiosulfat
DO5
VNa-tiosulfat ×N Na-tiosulfat×8000×1,0204
Do5=
Volume sampel
4.05ml×0,025×8000×1,0204
Do5=
100ml
826,52mg
Do5=
100ml
Do5=8,26 mg/l
Do0-Do5
BOD=
fp
12,06ml/l-8,26mg/l
BOD=
1
BOD=3,8 mg/l
4.3 Pembahasan
5.1 Kesimpulan
− Dari hasil analisa kadar BOD(Biochemical Oxygen Demand) pada air limbah
cair domestik Inlet dan Outlet Laboratorium Pramita Medan, diperoleh kadar
Inlet sebesar 7,41 mg/I dan kadar Outlet sebesar 3,8 mg/I dan terjadi penurunan
Inlet ke Outlet sebesar 3,61.
5.2 Saran
sebaiknya setiap limbah yang dihasilkan dari laboratorium ini harus diperhatikan
keadaannya dengan mengelola atau menangani dan memenfaatkan limbah yang
dihasilkan oleh laboratorium, limbah cair dapat ditangani dengan cara mengurangi
kadar-kadar agar tidak merusak lingkungan perairan dan mahluk hidup lainnya yang
dapat menimbulkan penyakit bagi setiap orang.
DAFTAR PUSTAKA
Soeparman, H.M., 2011. Pembuangan Tinja DAN limbah Cair : Suatu Pengantar.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
LAMPIRAN 2
Botol winkler
inkubator