Anda di halaman 1dari 4

MATERI COD - Titrasi

I. Definisi COD

COD merupakan salah satu parameter indikator pencemar di dalam air yang disebabkan oleh
limbah organik. Parameter COD memberikan informasi banyaknya oksigen yang diperlukan untuk
mengoksidasi senyawa organik secara kimiawi.

Selama penentuan COD, bahan organik dikonversi menjadi karbon dioksida dan air, dengan
mengabaikan kemampuan asimilasi biologi. Namun kelemahannya, penentuan COD tidak mampu
membedakan antara bahan organik yang mudah atau sulit terdegradasi secara biologi.
Kelebihannya, uji COD hanya membutuhkan waktu yang sedikit dibandingkan BOD (Syafila, 2004).

Keberadaanya di lingkungan sangat ditentukan oleh limbah organik, baik yang berasal dari
limbah rumah tangga dan industri (industrial waste). Limbah organik akan teroksidasi oleh kalium
bichromat (K2Cr2O4) sebagai sumber oksigen menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion Chrom.
Oksidasi terhadap bahan buangan organik akan mengikuti reaksi berikut ini:

CaHbOc + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O + Cr3+


Zat organik
(warna kuning) (warna hijau)

Reaksi tersebut perlu pemanasan dan juga penambahan katalisator perak sulfat (Ag2SO4)
untuk mempercepat reaksi. Apabila dalam bahan buangan organik diperkirakan ada unsur chlorida
yang dapat menganggu reaksi maka perlu ditambahkan merkuri sulfat untuk menghilangkan
gangguan tersebut (Wardhana, 1995). Chlorida dapat menggangu karena akan ikut teroksidasi
oleh kalium bichromat. Dengan penambahan merkuri sulfat (HgSO4) pada sampel, sebelum
penambahan reagen lainnya. Ion merkuri bergabung dengan ion klorida membentuk merkuri
klorida, sesuai dengan reaksi dibawah ini:

Hg2+ + 2Cl- HgCl2

Dengan adanya ion Hg2+ ini, konsentrasi ion Cl- menjadi sangat kecil dan tidak mengganggu
oksidasi zat organik dalam tes COD.

Untuk memastikan bahwa semua zat organik habis teroksidasi maka zat pengoksidasi
K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah direfluks, K2Cr2O7 yang tersisa di dalam larutan tersebut
digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang telah terpakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut
ditentukan melalui titrasi dengan ferro ammonium sulfat (FAS). Indikator feroin digunakan untuk
menentukan titik akhir titrasi yaitu disaat warna hijau-biru larutan berubah menjadi coklat-merah.
Sisa K2Cr2O7 dalam larutan blanko adalah K2Cr2O7 awal, karena diharapkan blanko tidak

hayattulloh17@gmail.com
mengandung zat organik yang dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7 (Alaerts, 1987). Warna larutan air
lingkungan yang mengandung bahan buangan organik sebelum reaksi oksidasi adalah kuning.
Setelah oksidasi selesai maka akan berubah menjadi hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk
reaksi oksidasi terhadap bahan buangan organik sama dengan jumlah kalium bichromat yang
dipakai pada reaksi oksidasi, berarti makin banyak oksigen yang diperlukan ini berarti air
lingkungan makin banyak tercemar oleh bahan buangan organik (Wardhana,1995). Pengukuran
COD didasarkan pada kenyataan bahwa hampir semua bahan organik dapat dioksidasi menjadi
karbondioksida dan air dengan bantuan oksidator kuat (kalium bichromat) dalam suasana asam.
Dengan menggunakan kalium bichromat sebagai oksidator, diperkirakan sekitar 95%-100% bahan
organik dapat dioksidasi (Effendi, 2003).

Hasil analisis COD menunjukkan kandungan senyawa organik yang terdapat dalam limbah.
Analisis COD dapat dilakukan dengan metode dikromat (Driyanti Rahayu, 2007). Nilai COD
merupakan ukuran bagi tingkat pencemaran oleh bahan organik. Kadar COD dalam limbah
berkurang seiring dengan berkurangnya konsentrasi bahan organik yang terdapat dalam air
limbah, konsentrasi bahan organik yang rendah tidak selalu dapat direduksi dengan metode
pengolahan yang konversional. Nilai COD yang dihasilkan adalah jumlah oksigen (mg O2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana
pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent).

Secara umum penjelasan tentang sumber dan manfaat COD dapat dilihat pada parameter
BOD, karena kedua parameter ini mempunyai hubungan yang erat, yaitu keduanya bersal dari
senyawa organik dan merupakan parameter petunjuk pencemaran oleh limbah organik.
Sedangkan untuk pengganggu atau interference dalam penetuan kebutuhan oksigen kimiawi, COD
adalah sebagai berikut:

a. Terdapat bahan organik volatile dalam sampel yang menyebabkan hasil pengukuran lebih
rendah dari COD sebenarnya.

b. Terdapat reducting species yang dapat menyebabkan hasil pengukuran lebih tinggi dari
COD yang sebenarnya.

hayattulloh17@gmail.com
II. Tujuan COD
 Digunakan untuk mengukur jumlah senyawa organik dalam air.
 Diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia
baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi.
 Jika pada perairan terdapat bahan organic yang resisten terhadap degradasi biologis,
misalnya tannin, fenol, polisacharida dansebagainya, maka lebih cocok dilakukan
pengukuran COD daripada BOD.
 Sebagian besar aplikasi COD menentukan jumlah organik polutan ditemukan
di air permukaan (misalnya danau dan sungai) atau air limbah.

III. Metode Analisa COD


 Metode refluks terbuka (Open refluks)
 Metode refluks tertutup

Prinsip: senyawa organik dalam air dioksidasi oleh larutan kalium dikromat dalam suasana
asam sulfat pada temperatur 150 0 . Kelebihan kalium dikromat dititrasi oleh larutan ferro
ammonium sulfat (FAS) dengan indikator ferroin.

 Refluks terbuka : metode standar yang digunakan, metode ini cocok untuk berbagai jenis
contoh air limbah, tetapi membutuhkan jumlah contoh air dan pereaksi yang lebih
banyak sehingga kurang ekonomis.
 Refluks tertutup : lebih ekonomis karena volume contoh air dan pereaksi lebih sedikit,
tetapi contoh air harus homogen terutama terhadap suspended solid.

Senyawa organik yang mudah menguap akan hilang selama pemanasan, untuk mencegah
penguapan tersebut, pengukuran COD dilakukan dengan kondensor atau refluks secara tertutup.

Metoda standar penentuan kebutuhan oksigen kimiawi atau Chemical Oxygen


Demand (COD) yang digunakan saat ini adalah metoda yang melibatkan penggunaan oksidator
kuat kalium bikromat, asam sulfat pekat, dan perak sulfat sebagai katalis.

Kepedulian akan aspek kesehatan lingkungan mendorong perlunya peninjauan kritis


metoda standar penentuan COD tersebut, karena adanya keterlibatan bahan-bahan berbahaya
dan beracun dalam proses analisisnya. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mencari metoda
alternatif yang lebih baik dan ramah lingkungan.

hayattulloh17@gmail.com
IV. COD terhadap Lingkungan

Baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan
pencemar terdapat di dalam air, tetapi air tersebut tetap dapat digunakan sesuai dengan
kriterianya. Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 82 tahun 2001, kriteria
baku mutu sungai berdasarkan parameter COD anatara lain:

Tabel 2.2 Kriteria Baku Mutu Air Badan Air

No Kelas Kadar COD (mg/L)

1 I 10 mg/L

2 II 25 mg/L

3 III 50 mg/L

4 IV 100 mg/L

(Sumber :PP No 82 tahun 2001)

Dampak konsentrasi COD terhadap manusia dan lingkungan:

a. Terhadap kesehatan manusia

Secara umum, konsentrasi COD yang tinggi dalam air menunjukkan adanya bahan pencemar
organik dalam jumlah yang banyak. Sejalan dengan hal ini jumlah mikroorganisme, baik yang
merupakan patogen maupun tidak patogen juga banyak. Adapun mikroorganisme patogen dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit bagi manusia. Karena itu, dapat dikatakan bahwa
konsentrasi COD yang tinggi di dalam air dapat menyebabkan berbagai penyakit bagi manusia.

b. Terhadap Lingkungan

Konsentrasi COD yang tinggi menyebabkan kandungan oksigen terlarut di dalam air menjadi
rendah, bahkan habis sama sekali. Akibatnya oksigen sebagai sumber kehidupan bagi makhluk air
(hewan dan tumbuh-tumbuhan) tidak dapat terpenuhi sehingga makhluk air tersebut manjadi
mati. (Monahan,1993)

hayattulloh17@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai