Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan senyawa yang bersifat pelarut universal, karena sifatnya tersebut,
maka tidak ada air dan perairan alami yang murni. Tetapi didalamnya terdapat unsur dan
senyawa yang lain. Dengan terlarutnya unsur dan senyawa tersebut, terutama hara
mineral, maka air merupakan faktor ekologi bagi makhluk hidup. Walaupun demikian
ternyata tidak semua air dapat secara langsung digunakan memenuhi kebutuhan makhluk
hidup, tetapi harus memenuhi kriteria dalam setiap parameternya masing-masing (Dian
Maesita, 2014).

Rusaknya sifat kimia air tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi dari air itu
sendiri. Sebagaimana diketahui bahwa oksigen memegang peranan penting sebagai
indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan
reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan kegiatan
biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Sebagai pengoksidasi
dan pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak
beracun (Dian Maesita, 2014).

Apabila semakin sedikit kandungan udara di dalam air maka angka COD akan
semakin besar.Besarnya angka COD tersebut menunjukkan bahwa keberadaan zat
organik di air beradadalam jumlah yang besar. Organik-organik tersebut mengubah
oksigen menjadikarbondioksida dan air sehingga perairan tersebut menjadi kekurangan
oksigen.Hal inilah yang menjadi indikator seberapa besar pencemaran didalam limbah
cair oleh pembuagan domestik dan industri.Semakin sedikit kadar oksigen didalm air,
semakin bear jumlah pencemar (organik) didalm perairan tersebut.Karena itu air yang
biasa di konsumsi harus memiliki kadar COD yang rendah (Dian Maesita, 2014).

1.2 Tujuan
Menentukan besarnya kandungan oksigen kimiawi (COD) dalam contoh uji
sehingga dapat diketahui kualitasnya.
1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup praktikum ini antara lain :

1. Sampel yang digunakan merupakan Air Danau Sangatta North PT. KPC di
Sangatta Kalimantan Timur.
2. Parameter yang diuji adalah menganalisis kandungan COD pada sampel.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
4. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lingkungan Teknik Lingkungan Fakultas
Teknik di UPN ”Veteran” Jawa Timur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Chemical Oxygen Demand (COD)


COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2Cr2O7
digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) (G. Alerts dan SS Santika,
1987).
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada
dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara
biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organik tersebut akan
dioksidasi oleh kalium bikromat yang digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing
agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion krom.
Prinsip reaksinya sebagai berikut :
H+(g) + CxHyOz(g) + Cr2O72-(l) CO2(g) + H2O(g) + Cr3+(s)
katalis
Jika pada perairan terdapat bahan organik yang resisten terhadap degradasi
biologis, misalnya tannin, fenol, polisakarida dan sebagainya, maka lebih cocok
dilakukan pengukuran COD daripada BOD. Kenyataannya hampir semua zat organik
dapat dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium permanganat dalam suasana asam,
diperkirakan 95% - 100% bahan organik dapat dioksidasi (G. Alerts dan SS Santika,
1987).
Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi
kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar
biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200
mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/L (G. Alerts dan SS
Santika, 1987).

2.2. Analisis COD


Prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan sejumlah tertentu kalium
bikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel (dengan volume diketahui) yang
telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak sulfat, kemudian dipanaskan selama
beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat ditera dengan cara titrasi.
Dengan demikian kalium bikromat yang terpakai untuk oksidasi bahan organik dalam
sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat ditentukan (Dian Maesita, 2014).

2.3. Metode Analisis COD


Kepedulian akan aspek kesehatan lingkungan mendorong perlunya peninjauan
kritis metode standar penentuan COD tersebut, karena adanya keterlibatan bahan-
bahan berbahaya dan beracun dalam proses analisisnya. Berbagai usaha telah
dilakukan untuk mencari metode alternatif yang lebih baik dan ramah lingkungan.
Perkembangan metode-metode penentuan COD dapat diklasifikasikan menjadi dua
kategori. Pertama, metode yang didasarkan pada prinsip oksidasi kimia secara
konvensional dan sederhana dalam proses analisisnya. Kedua, metode yang
berdasarkan pada oksidasi elektrokatalitik pada bahan organik dan disertai
pengukuran secara elektrokimia (D., Ekawati, 2006).
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang
secara ilmiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut dalam air, namun tidak semua zat-zat organik dalam air
bungan maupun air permukaan dapat dioksidasikan melalui test COD antara lain :

Zat organik yang dapat diuraikan seperti protein, glukosa

Senyawa-senyawa organik yang tidak dapat teruraikan seperti NO2-, Fe2+, S2-, dan
Mn3+

Homolog senyawa aromatik dan rantai hidrokarbon yang hanya dapat dioksidasi
oleh adanya katalisator Ag2SO4.
(Sururi, M.R, 2012)

Dalam tes COD digunakan larutan K2Cr2O7 untuk mengoksidasikan zat-zat


organik dalam keadaan asam yang mendidih dengan reaksi :
H+(g) + CxHyOz(g) + Cr2O72- (l) CO2(g) + H2O(g) + Cr3+(s)
Ag2SO4
Dimana perak sulfat (Ag2SO4) berperan sebagai katalisator yang berfungsi
untuk mempercepat reaksi (katalis) sedangkan HgSO4, ditambah untuk
menghilangkan ion klorida yang ada dalam air buangan (Dian Maesita, 2014).
Uji coba ini secara khusus bernilai apabila BOD tidak dapat ditentukan, karena
terdapatnya bahan-bahan beracun. Manfaat lain dari uji coba ini adalah waktunya
singkat. Uji coba ini tidak mengadakan perbedaan antara zat organik yang stabil dan
yang tidak stabil. Dia tidak dapat memberikan suatu petunjuk tetang tingkat dimana
bahan-bahan yang aktif secara biologis dapat diseimbangkan namun untuk semua
tujuan yang praktis, ia dengan cepat dapat memberikan data analisa yang teliti tentang
zat-zat yang dapat dioksidasi dengan sempurna secara kimiawi (Dian Maesita, 2014)..
Air buangan yang mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan oleh
spesies mikroorganisme sering dijumpai sebagai contoh air yang mengandung besi
dalam jumlah tinggi sering ditumbuhi oleh bakteri besi yaitu ferrobacillus atau
ferrobacillus ferooxidans, air yang mengandung H2S sering ditumbuhi oleh bakteri
belerang yaitu thiobacillus.mikroorganisme yang bersifat saprofit organotrofik sering
tumbuh pada air buangan yang mengandung sampah tanaman dan bangkai hewan.
Pada contoh lain, insektisida organik sintetik dapat digunakan atas tiga kelompok
yaitu :
 Insektisida organoklorin, seperti DDT
 Insektisida organofosfor, seperti perthion dan baygon
 Insektisida karbonat, seperti karboril dan baygon
Sifat-sifat insektisida tersebut berbeda-beda meskipun termasuk dalam satu
kelompok. Dua sifat insektisidanya yang penting jika dilihat dari segi pencemarannya
terhadap lingkungan yaitu daya racunnya dan kemudahan untuk terdegradasi (Dian
Maesita, 2014)..
COD dengan BOD sama-sama menganalisa kebutuhan oksigen.Namun
pengujian COD pada air sampel memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
pengujian BOD.
Keunggulannya antara lain:
- Sanggup menguji air limbah industri yang beracun dan tidak dapat diuji dengan
pengujian BOD karena bakteri akan mati.
- Analisa COD hanya memakan waktu kurang lebih 3 jam, sedangkan analisa BOD
memerlukan waktu 5 hari.
- Untuk menganalisa COD antara 50 sampai 800 mg/L, tidak dibutuhkan
pengenceran sampel sedan pada umumnya analisa BOD selalu membutuhkan
pengenceran.
- Ketelitian dan ketepatan tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari tes
BOD.
- Gangguan dari zat yang bersifat racun terhadap mikroorganisme pada tes BOD,
tidak menjadi soal menjadi tes COD.
Kekurangannya antara lain :
Tes COD hanya merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu reaksi
oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis (yang seharusnya terjadi di
alam), sehingga merupakan suatu pendekatan saja, karena hal tersebut diatas
maka tes COD tidak dapat membedakan antara zat-zat yang sebenarnya tidak
teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis.
g2SO4 (Dian Maesita, 2014).
BAB III
ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat
1. Erlenmeyer 250 ml
2. Buret 25 ml
3. Pipet pump
4. Pipet tetes

3.2 Bahan
1. Air sampel
2. Metil jingga
3. NaOH
4. Fenolftalien
BAB IV
PROSEDUR KERJA DAN GAMBAR KERJA ALAT

4.1 Prosedur Kerja


1. Mengukur 100 ml benda uji dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml
2. Menambahkan 3 tetes indicator metil jingga
3. Apabila terjadi warna merah jingga, titrasi dengan larutan NaOH 0,02 N sampai
warna jingga, catat mL larutan NaOH yang dipergunakan (A’). Apabila terjadi
warna kuning, buang benda uji tersebut.
4. Mengukur kembali benda uji 100 mL dan memasukkan ke dalam labu Erlenmeyer,
menambahkan 3 tetes indikator fenolftalin
5. Mentitrasi dengan larutan NaOH 0,02 N sampai warna merah muda, catat mL
larutan NaOH yang dipergunakan misalnya (A).

4.2 Gambar Kerja Alat

No Gambar Kerja Prosedur Kerja


1

Mengukur 100 ml benda uji dan


masukkan ke dalam labu
Erlenmeyer 250 ml..

Menambahkan 3 tetes indicator


metil jingga.
3 Apabila terjadi warna merah
jingga, titrasi dengan larutan
NaOH 0,02 N sampai warna
jingga, catat mL larutan NaOH
yang dipergunakan (A’).
Apabila terjadi warna kuning,
buang benda uji tersebut.

4
Mengukur kembali benda uji
100 mL dan memasukkan ke
dalam labu Erlenmeyer,
menambahkan 3 tetes indicator
fenolftalin

5
Mentitrasi dengan larutan NaOH
0,02 N sampai warna merah
muda, catat mL larutan NaOH
yang dipergunakan misalnya
(A).
BAB V
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pengamatan


STASIUN COD (ppm)
P1 5,57
P2 5,57
P3 5,57

5.2 Pembahasan
Dari tabel terlihat bahwa nilai rata-rata dari COD adalah 5,57 mg/l. Nilai COD
pada stasiun P1, P2 dan P3 menunjukkan nilai dibawah batas baku mutu untuk
katagori air kelas II dengan batas nilai 25 mg/l. Mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar COD adalah :
1. Oksigen Terlarut
2. Zat Organik
3. Sumber pencemar lainnya.
(Anonim, 2019)
Berdasarkan faktor-faktor diatas hal-hal yang menyebabkan nilai COD di
ketiga stasiun sama yaitu kandungan oksigen terlarut dan at organik yang terdapat
di ketiga stasiun sama, selain itu sumber pencemar juga kemungkinan sama di
ketiga stasiun.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Hasil pengukuran COD adalah 5,57 mg/l. Hal ini menunjukkan masih sesuai dan tidak
melebihi baku mutu air limbah kelas II pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Secara umum kualitas air pada danau Sangatta North dalam kondisi stabil dan normal
sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, pengairan pertanian dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
pada kelas II.

6.2 Saran
Seharusnya melakukan praktikum dengan fokus dan teliti dengan mengikuti prosedur
kerja agar tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan data hasil analisa kurang valid.
Pada saat pengambilan sampel harus hati-hati jangan sampai sampel terkena zat-zat
lainnya. Sebaiknya jika menganalisa COD langsung dilokasi pengambilan sampel agar
hasil analisanya lebih valid.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Petunjuk Praktikum Analisa Pencemaran Lingkungan Jurusan Teknik


Lingkungan Fakultas Teknik UPN Veteran Jawa Timur.
Alaerts, G dan S.S. Santika. 1987. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.
Ekawati, D. 2006. Analisis Kinerja Sistem Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja Kota
Magelang. Jurnal Presipitasi, Vol. 1, No.1. Semarang.
Maesita, Dian. 2014. Makalah Kimia Analisis COD di https://www.academia.edu. Diakses
pada tanggal 24 April 2020.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air
Sururi, Mohamad Rangga, dkk. 2014. Pengolahan Lindi dengan Proses Oksidasi Lanjut
Berbasis Ozon. Institute Teknologi Nasional: Bandung

Anda mungkin juga menyukai