NRP : 03211740000052
i
DAFTAR ISI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM..................................................................................................1
TEKNIK ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN............................................................................1
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1 Tujuan Percobaan......................................................................................................1
1.2 Prinsip Percobaan......................................................................................................1
1.3 Dasar Teori..................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................4
SKEMA KERJA...........................................................................................................................4
2.1 Percobaan I : Analisis Klorinasi.....................................................................................4
2.2 Percobaan II : Analisis Breakpoint Clorination (BPC)....................................................5
2.3 Percobaan III : Analisis Desinfektan Atau Klor Aktif (Sisa Klor) Dengan Metode
Iodometri.................................................................................................................................6
BAB III.......................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..........................................................................................................................7
3.1 Tabel Pengamatan.....................................................................................................7
3.2 Pembahasan.............................................................................................................15
BAB IV....................................................................................................................................25
KESIMPULAN..........................................................................................................................25
4.1 Kesimpulan................................................................................................................25
BAB V.....................................................................................................................................26
JAWABAN DAN PERTANYAAN................................................................................................26
5.1 Analisis Desinfektan :...............................................................................................26
5.2 Analisis BPC :............................................................................................................27
Daftar Pustaka................................................................................................................28
Lampiran.........................................................................................................................29
i
i
BAB I
PENDAHULUAN
Fluktuasi koagulasi kimia secara luas digunakan dalam pengolahan air untuk
menghilangkan bahan limbah dalam bentuk suspensi atau koloid untuk mengurangi
kandungan COD-nya, dan untuk mengendalikan berbagai kontaminan. Zat yang
i
dihilangkan termasuk mikroorganisme, partikel yang menyebabkan kekeruhan dan
warna, beberapa bentuk bahan organik alami, dan zat anorganik. Ada sejumlah
penelitian dalam proses pembersihan air limbah industri yaitu dengan menggunakan
bahan koagulan seperti tawas, besi klorida, besi sulfat, dan polielektrolit dalam
pendekatan koagulasi-flokulasi.
Sebagian besar jenis bahan organik dioksidasi oleh campuran mendidih dari
asam kromat dan sulfur. Sampel direfluks dalam larutan asam kuat dengan
kelebihan kalium dikromat (K2Cr2O7) yang diketahui. Setelah pencernaan, sisa
K2Cr2O7 yang tidak tereduksi dititrasi dengan ferro ammonium sulfat untuk
menentukan jumlah K2Cr2O7 yang dikonsumsi dan bahan teroksidasi dihitung dalam
hal setara oksigen. Pertahankan rasio bobot reagen, volume, dan kekuatan konstan
ketika volume sampel selain 50 mL digunakan. Waktu refluks 2 jam standar dapat
dikurangi jika telah ditunjukkan bahwa periode yang lebih pendek menghasilkan
hasil yang sama.
Dalam lingkungan aquatik, salah satu parameter kualitas air yang paling
signifikan untuk menghilangkan mikroorganisme adalah konsentrasi oksigen terlarut.
Terdapat factor - faktor yang mempengaruhi kadar oksigen terlarut, seperti
degradasi bahan organik oleh mikroorganisme dengan cara mengkonsumsi oksigen.
Ada banyak cara untuk mengetahui dampak zat pencemar pada tingkat oksigen air.
Salah satu pengukuran yang paling banyak digunakan yaitu kebutuhan oksigen
kimia (COD), yang mewakili oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi karbon
lengkap
dari sampel. Proses dapat dievaluasi oleh uji kimia di bawah kondisi standar.
Kebanyakan undang - undang pemerintah mengenai perlindungan kualitas air
mempertimbangkan parameter ini, biasanya terkait dengan metode analitik pelarutan
dichromate, oxidation oleh asam sulfat dalam media asam.
i
COD adalah salah satu parameter terpenting dalam evaluasi kualitas air
terkoordinasi. Ini mengacu pada jumlah oksidan yang dikonsumsi ketika mengolah
sampel air dengan zat pengoksidasi kuat, kemudian dikonversi menjadi jumlah
oksigen dalam kondisi tertentu dan satuan unit pengukurannya adalah mg/L.
Biasanya digunakan untuk mengukur volume zat organik dalam air yang
mencerminkan seberapa besar kondisi air tercemar oleh zat pereduksi.
Klorida adalah gangguan yang paling umum dalam analisis COD, zat ini
teroksidasi dalam larutan asam oleh dikromat, tetapi tidak teroksidasi oleh proses
alami di lingkungan. Bersifat aditif seperti HgSO4. Reaksi dengan AgNO dan Cr(IIl)
atau kombinasinya akan meminimalkan gangguan klorida tetapi tidak sepenuhnya
menghilangkannya. Pada suhu tinggi, penghabisan klorida tidak cukup bahkan
dengan merkuri sulfat. Selain itu, zat aditif ini membuat produk tambahan
berbahaya.
i
oleh mikroorganisme selama periode waktu tertentu (biasanya 5 hari), selama
periode biodegradasi air limbah, dan analisis COD mengukur oksigen yang
dikonsumsi oleh zat organik menggunakan bahan kimia dengan pengurangan zat
pengoksidasi kuat dalam kondisi sangat asam di suhu tinggi.
Metode standar untuk penentuan COD memiliki hasil yang akurat, dapat
diandalkan dan dapat direproduksi. Meskipun keterbatasan prosedural masih ada
dengan metode titrasi refluks terbuka konvensional, seperti waktu reaksi dan titrasi
yang lama, suhu reaksi yang tinggi, konsumsi tinggi yang mahal (Ag 2SO4), sangat
korosif (terkonsentrasi H2SO4), mengandung bahan kimia beracun (HgSO4 dan
Cr2O7−), gangguan dari spesies anorganik (seperti klorida dan nitrit) dan oksidasi
tidak lengkap dari senyawa volatil.
(Jian, 2017)
Parameter air limbah ini didefinisikan sebagai jumlah oksigen dibagi dengan
volume, diambil melalui aktivitas mikroorganisme yang tumbuh pada senyawa
organik yang ada dalam sampel (misalnya air atau lumpur) ketika diinkubasi pada
suhu tertentu (biasanya 20°C) untuk periode yang tetap (biasanya 5 hari, BOD). Hal
tersebut merupakan ukuran prosedur untuk menghilangkan air limbah dari polusi air
organik yang dapat terdegradasi secara biologis. Dalam praktiknya, biasanya
dinyatakan dalam miligram 0,2 per liter. Jumlah BOD mengandung tiga makna.
Pertama, merupakan indikator kesesuaian pembuangan air limbah dan prosedur
pengolahan limbah dengan peraturan saat ini. Kedua, di pabrik pengolahan air
limbah, rasio antara BODs dan COD menunjukkan fraksi yang dapat terurai secara
hayati. Ketiga, rasio COD/BOD, merupakan indikator ukuran pabrik pengolahan air
limbah yang diperlukan untuk lokasi tertentu.
Dampak pencemaran yang paling relevan dari limbah rumah tangga berasal
dari bahan organik. Konsentrasi bahan organik dalam air limbah sebagian besar diuji
dengan penentuan baik BOD atau COD yang memperkirakan tingkat oksidasi
biologis atau kimia masing-masing. Penentuan tersebut dilakukan dengan metode
i
empiris (juga dikenal sebagai "prosedur pengukuran yang didefinisikan secara
operasional", yang terdiri dari solusi analitis pragmatis dan andal untuk pengelolaan
risiko eutrofikasi dari media akuatik reseptor. Kemampuan menguji air limbah dalam
beberapa jam pada proses penentuan COD dan lima hari yang diperlukan untuk
BOD5 menjadikan evaluasi analitik COD ini paling populer dan berguna walaupun
faktanya itu juga melibatkan oksidasi bahan anorganik. Konsentrasi bahan organik
juga dapat diperkirakan secara kasar dengan karbon total (TC) atau karbon organik
total (TOC) yang dikuantifikasi dengan analisis instrumental unsur. Namun demikian,
nilai-nilai TC dan TOC tidak mengungkapkan fraksi teroksidasi dari bahan organik
yang bertanggung jawab untuk eutrofikasi media reseptor dan tidak dapat
menggantikan pengujian BOD dan COD. Meskipun tidak ada hubungan langsung
antara nilai-nilai TC, TOC, COD dan BOD yang diketahui. Model empiris yang
menghubungkan parameter - parameter ini dapat diterapkan pada sampel dengan
komposisi yang serupa, seperti air limbah dari tahap tertentu dari proses perawatan
sampai dapat dikembangkan.
i
BAB II
SKEMA KERJA
i
3-4 tetes Indikator
Ferroin
Hasil
Larutan Sampel
● Dituangkan sampel air sesuai dengan banyaknya
perhitungan ke dalam labu takar 500 mL dengan
menggunakan gelas ukur
Ditambahkan air pengencer sampai batas labu
ukur
Dimasukkan masing-masing larutan sampel ke
botol winkler 300 mL dan botol winkler 150 mL
Larutan Pengencer sampai tumpah
Dimasukkan larutan pengencer masing-masing ke
botol winkler 300 mL dan botol winkler 150 mL
sampai tumpah
Dimasukkan semua larutan pada botol winkler 300
mL ke dalam inkubator dengan suhu 20 ̊ C
1 mL Larutan
Mangan Sulfat Ditambahkan 1 mL larutan Mangan Sulfat pada
semua larutan sampel di botol winkler 150 mL
menggunakan pipet volumetrik dengan bantuan
propipet
i
1 mL Larutan
Pereaksi Oksigen
Ditambahkan 1 mL larutan Pereaksi Oksigen pada
semua larutan sampel di botol winkler 150 mL
menggunakan pipet volumetrik dengan bantuan
propipet
Ditutup botol winkler perlahan agar gelembung
udara tidak masuk
Dibolak-balikkan masing-masing botol winkler
Didiamkan 5-10 menit agar gumpalan mengendap
1 mL Larutan Asam
Sulfat
Ditambahkan 1 mL larutan Asam Sulfat pada
semua larutan sampel di botol winkler 150 mL
menggunakan pipet volumetrik dengan bantuan
propipet
Ditutup botol winkler perlahan agar gelembung
udara tidak masuk
Dibolak-balikkan masing-masing botol winkler
Dituangkan masing-masing larutan sampel
sebanyak 100 mL ke dalam labu erlenmenyer 250
Larutan Natrium mL
Thiosulfat 0,0125 N
Dititrasi masing-masing larutan dengan Natrium
Thiosulfat menggunakan biuret sampai berubah
warna cokelat muda
3-4 tetes Indikator
Amilum
Ditambahkan 3-4 tetes indikator amilum
menggunakan pipet tetes pada masing-masing
sampel
Larutan Natrium
Thiosulfat 0,0125 N
Dititrasi masing-masing larutan menggunakan
biuret sampai warna biru hilang
Dilakukan analisis yang sama untuk sampel dalam
botol winkler 300 mL setelah 5 hari
Hasil
i
2.3 Percobaan III : Analisis Dissolve Oxygen
Larutan Sampel
Dimasukkan larutan sampel masing-masing ke
botol winkler 150 mL sampai tumpah
1 mL Larutan
Mangan Sulfat Ditambahkan 1 mL larutan Mangan Sulfat pada
semua larutan sampel di botol winkler 150 mL
menggunakan pipet volumetrik dengan bantuan
propipet
1 mL Larutan
Pereaksi Oksigen
Ditambahkan 1 mL larutan Mangan Sulfat pada
semua larutan sampel di botol winkler 150 mL
menggunakan pipet volumetrik dengan bantuan
propipet
Ditutup botol winkler perlahan agar gelembung
udara tidak masuk
Dibolak-balikkan masing-masing botol winkler
Didiamkan 5-10 menit agar gumpalan mengendap
1 mL Larutan Asam
Sulfat
Ditambahkan 1 mL larutan Mangan Sulfat pada
semua larutan sampel di botol winkler 150 mL
menggunakan pipet volumetrik dengan bantuan
propipet
Ditutup botol winkler perlahan agar gelembung
udara tidak masuk
Dibolak-balikkan masing-masing botol winkler
Dituangkan masing-masing larutan sampel
sebanyak 100 mL ke dalam labu erlenmenyer 250
Larutan Natrium mL
Thiosdulfat 0,0125 N
Dititrasi masing-masing larutan menggunakan
biuret sampai berubah warna cokelat muda
Hasil
100 mL Larutan
Sampel
Dituangkan larutan sampel air sebanyak 100 mL ke
dalam gelas ukur
i
Larutan Kalium
Permanganat 0,01 N
Dititrasi larutan sampel menggunakan biuret
dengan larutan Kalium Permanganat sampai timbul
warna merah muda
Dihitung nilai Permanganat
Hasil
i
BAB III
PEMBAHASAN
Gambar 1.1
Penambahan
padatan Hg2SO4
tabung COD
Karakteristik padatan
Hg2SO4 setelah
ditambah larutan
sampel :
- berwujud cair
- berwarna kekuningan
- bersuhu normal
- tidak berbau
i
3. Ditambahkan 1 mL Karakteristik larutan
larutan Kalium Dikromat Kalium Dikromat :
(K2Cr2O7) 0,1 N - berwujud cair
menggunakan pipet - berwarna kuning
ukur dengan bantuan - bersuhu normal
propipet ke dalam - tidak berbau
masing - masing tabung Gambar 1.3
COD Penambahan larutan
Kalium Dikromat
i
6. Ditambahkan aquadest Karakteristik aquades :
pada masing - masing - berwujud cair
sampel sampai volume - tidak berwarna
mencapai 15 mL - bersuhu normal
menggunakan pipet - tidak berbau
ukur dengan bantuan
propipet dan kemudian Karakteristik larutan Gambar 1.6
dibiarkan untuk sampel setelah Penambahan
menurun suhu pada ditambah aquades : aquades pada
masing-masing larutan - berwujud cair masing-masing
sampel - tidak berwarna sampel COD
- bersuhu normal
- tidak berbau
Penambahan aquadest
sebanyak 9 mL
7. Dituangkan sampel
COD masing-masing ke
labu erlenmeyer
Gambar 1.7
Menuangkan larutan
sampel COD ke labu
erlenmeyer
i
9. Dititrasi masing-masing Karakteristik larutan
larutan sampel di standar Fero Amonium
erlenmeyer dengan Sulfat 0,05 N :
larutan standar Fero - berwujud cair
Amonium Sulfat 0,05 N - tidak berwarna
menggunakan biuret - bersuhu normal
hingga warna larutan - tidak berbau Gambar 1.9
menjadi merah-coklat. Penambahan larutan
Karakteristik larutan Standar FAS pada
sampel setelah dititrasi masing-masing
dengan larutan standar sampel COD
Fero Amonium Sulfat
0,05 N:
- berwujud cair
- berwarna putih keruh
- bersuhu normal
- tidak berbau
i
Percobaan II : Analisis Biochemical Oxygen Demand
No Perlakuan Kerja Pengamatan Gambar
1. Dituangkan sampel air Karakteristik larutan
sesuai dengan sampel :
banyaknya perhitungan - berwujud cair
ke dalam labu takar 500 - berwarna coklat
mL dengan keruh
menggunakan gelas - bersuhu normal
ukur - berbau tidak sedap Gambar 2.1
Penambahan sampel
Larutan sampel inlet ke labu ukur 500 mL
(SPBU) 11,4 mL
Larutan sampel outlet
(Galaxy) 7,4 mL
i
larutan sampel ke botol
winkler
Pemindahan larutan
dari labu pengencer ke
botol winkler 300 mL
4. Dimasukkan larutan Karakteristik air
pengencer masing- pengencer :
masing ke botol winkler - berwujud cair
300 mL dan botol - tidak berwarna
winkler 150 mL sampai - bersuhu normal
tumpah dan kemudian - tidak berbau
botol winkler ditutup
perlahan
Gambar 2.4
Pemindahan larutan ke
botol winkler 150 mL
Gambar 2.5
Penyimpanan larutan
sampel dalam inkubator
Karakteristik larutan
sampel setelah Gambar 2.6
ditambah larutan Penambahan larutan
Mangan Sulfat : Mangan Sulfat pada
- berwujud cair sampel
- berwarna putih
keruh
i
- bersuhu normal
- berbau
i
9. Didiamkan 5-10 menit Karakteristik larutan
agar gumpalan pada Sampel setelah
larutan sampel didiamkan :
mengendap - berwujud cair
- berwarna orange
keruh Gambar 2.10 Proses
- bersuhu normal pengendapan larutan
- tidak berbau sampel
i
pengendapan pada
larutan sampel
12. Dituangkan masing - Karakteristik larutan
masing larutan sampel Sampel :
sebanyak 100 mL ke - berwujud cair
dalam labu - berwarna putih
erlenmenyer 250 mL keruh
- bersuhu normal
- tidak berbau Gambar 2.14
Pengukuran banyaknya
larutan sampel yang
dipindah menggunakan
gelas ukur
i
indikator amilum indikator amilum :
menggunakan pipet - berwujud cair
tetes pada masing - - berwarna putih
masing sampel keruh
- bersuhu normal
- tidak berbau Gambar 2.17
Penambahan indicator
Karakteristik larutan amilum pada larutan
sampel setelah sampel
ditambah larutan
indikator amilum :
- berwujud cair
- berwarna biru pekat
- bersuhu normal
- tidak berbau
Gambar 2.18
Penambahan indicator
amilum pada larutan
sampel
15. Dititrasi lagi masing - Karakteristik larutan
masing sampel dengan Natrium Thiosulfat :
larutan Natrium - berwujud cair
Thiosulfat 0,0125 N - tidak berwarna
menggunakan biuret - bersuhu normal
sampai warna biru - tidak berbau
hilang pada larutan Gambar 2.19 Proses
sampel Karakteristik larutan titrasi pada larutan
sampel setelah sampel
ditambah larutan
Natrium Thiosulfat :
- berwujud cair
- tidak berwarna
- bersuhu normal
- tidak berbau
i
16. Diambil larutan sampel Karakteristik larutan
pada botol winkler 300 sampel :
mL dari lemari - berwujud cair
inkubator - tidak berwarna
- bersuhu normal
- berbau
Gambar 2.20
Pengambilan larutan
sampel botol winkler
i
19. Ditutup botol winkler Karakteristik larutan
perlahan agar Sampel :
gelembung udara tidak - berwujud cair
masuk dan dibolak- - berwarna orange
balikkan masing - keruh
masing botol winkler - bersuhu normal
- tidak berbau Gambar 2.24 Botol
winkler dibolak-balikkan
i
perlahan agar Sampel :
gelembung udara tidak - berwujud cair
masuk dan dibolak- - berwarna putih
balikkan masing - keruh Gambar 2.27 Proses
masing botol winkler - bersuhu normal membolak-balikkan
- berbau botol sampel
- mulai terlihat
endapan
i
- berwarna
kekuningan
- bersuhu normal
- tidak berbau
Gambar 2.18
Penambahan indicator
amilum pada larutan
sampel
26. Dititrasi lagi masing - Karakteristik larutan
masing sampel dengan Natrium Thiosulfat :
larutan Natrium - berwujud cair
Thiosulfat 0,0125 N - tidak berwarna
menggunakan biuret - bersuhu normal
sampai warna biru - tidak berbau Gambar 2.19 Proses
hilang pada larutan titrasi pada larutan
sampel Karakteristik larutan sampel
sampel setelah
ditambah larutan
Natrium Thiosulfat :
- berwujud cair
- tidak berwarna
i
- bersuhu normal
- tidak berbau
Karakteristik larutan
sampel setelah Gambar 3.2
ditambah larutan Penambahan larutan
Mangan Sulfat : Mangan Sulfat pada
- berwujud cair sampel
- berwarna putih
keruh
- bersuhu normal
i
- berbau
i
5. Didiamkan 5-10 menit Karakteristik larutan
agar gumpalan pada Sampel setelah
larutan sampel didiamkan :
mengendap - berwujud cair
- berwarna orange
keruh Gambar 3.6 Proses
- bersuhu normal pengendapan larutan
- tidak berbau sampel
i
Gambar 3.9 Proses
pengendapan pada
larutan sampel
8. Dituangkan masing - Karakteristik larutan
masing larutan sampel Sampel :
sebanyak 100 mL ke - berwujud cair
dalam labu - berwarna putih
erlenmenyer 250 mL keruh
- bersuhu normal
- tidak berbau Gambar 3.10
Pengukuran banyaknya
larutan sampel yang
dipindah menggunakan
gelas ukur
i
10. Ditambahkan 3-4 tetes Karakteristik larutan
indikator amilum indikator amilum :
menggunakan pipet - berwujud cair
tetes pada masing - - berwarna putih
masing sampel keruh
- bersuhu normal
- tidak berbau Gambar 3.13
Penambahan indicator
Karakteristik larutan amilum pada larutan
sampel setelah sampel
ditambah larutan
indikator amilum :
- berwujud cair
- tidak berwarna
- bersuhu normal
- tidak berbau
Gambar 3.14
Keterangan : Penambahan indicator
Dokumentasi analisis amilum pada larutan
DO tidak ada, gambar sampel
hanya ilustrasi. Pada
analisis DO yang
sebenarnya tidak
terjadi perubahan
warna, dikarenakan
sudah tidak ada
kandungan oksigen
dalam larutan sampel
11. Dititrasi lagi masing - Karakteristik larutan
masing sampel dengan Natrium Thiosulfat :
larutan Natrium - berwujud cair
Thiosulfat 0,0125 N - tidak berwarna
menggunakan biuret - bersuhu normal
sampai warna biru - tidak berbau
hilang pada larutan Gambar 3.15 Proses
sampel Karakteristik larutan titrasi pada larutan
sampel setelah sampel
ditambah larutan
Natrium Thiosulfat :
- berwujud cair
- tidak berwarna
- bersuhu normal
- tidak berbau
i
(Galaxy) : mL
Sampel inlet (SPBU)
: mL
Blanko : mL
i
depan pintu keluar
perumahan Galaxy
(outlet) dan didepan
Pom Bensin (Inlet)
i
muda
Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan Gambar 4.6
Kalium Permanganat : Penambahan larutan
- berwujud cair Kalium Permanganat
- berwarna merah
muda pertama
- bersuhu normal
- berbau
Gambar 4.7
Pemanasan larutan
sampel menggunakan
kompor listrik
i
Gambar 4.9
Pemanasan larutan
sampel menggunakan
kompor listrik
Gambar 4.10
Pemanasan larutan
sampel menggunakan
kompor listrik
7. Ditambahkan 1 mL Karakteristik larutan
larutan Asam Oksalat Asam Oksalat :
menggunakan pipet - berwujud cair
volumetrik dengan - berwarna putih keruh
bantuan propipet dan - bersuhu normal
kemudian ditunggu - berbau
sampai larutan sampel
menjadi jernih Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan Asam Gambar 4.11
Oksalat : Penambahan larutan
- berwujud cair Asam Oksalat
- berwarna orange
- bersuhu normal
- berbau
8. Dititrasi larutan sampel Karakteristik larutan
dengan larutan Kalium Kalium Permanganat :
Permanganat - berwujud cair
menggunakan biuret - berwarna putih bening
sampai timbul warna - bersuhu normal
merah muda kemudian - berbau
dihitung nilai
Permanganat Karakteristik larutan
sampel setelah dititrasi
larutan Kalium Gambar 4.12 Proses
Permanganat : titrasi dengan larutan
- berwujud cair Kalium Peramanganat
- berwarna merah menggunakan biuret
muda (pink)
- bersuhu normal
- berbau
i
Volume Titrasi pada
sampel :
Air Inlet (SPBU)=
11,8 mL
Air Outlet
(Perum.Galaxy)= 7
mL Gambar 4.13 Larutan
hasil titrasi
3.2 Pembahasan
Pada praktikum ke-empat yang dilaksanakan pada hari Selasa, 9 April 2019
pada pukul 09.15-12.00 WIB di Laboratorium Pemulihan Air, Departemen Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya. Percobaan yang dilakukan oleh praktikan mengenai
percobaan analisis Chemical Oxygen Demand (COD), Biochemical Oxygen Demand
(BOD), Dissolved Oxygen (DO) dan Nilai Permanganat. Prinsip dari percobaan ini
untuk menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mendegradasi zat organic
pada suatu sampel air limbah. Percobaan ini menggunakan sampel air sungai
Perumahan Galaxy Bumi Permai dengan koordinat 7°17'26"S 112°47'29"E dan
SPBU Arif Rachman Hakim dengan koordinat 7°17'23"S 112°47'07"E dengan
gambar seperti dibawah ini.
i
kimia. Langkah pertama praktikan memasukkan 0,4 gram Kristal Hg 2SO4
ke dalam 3 buah tabung reaksi COD menggunakan spatula. Tujuan diberi
Kristal Hg2SO4 yaitu untuk mengurangi zat-zat pengganggu yang ada pada
saat proses analisis COD berlangsung, gangguan yang dapat dinetralisir
seperti larutan klorida (Cl-). Karakteristik dari kristal Hg2SO4 yaitu berwujud
padatan, berwarna putih, tidak berbau. Selanjutnya ditambahkan larutan
sampel air inlet (SPBU) ke dalam tabung reaksi COD pertama, larutan
sampel air outlet (Perum. Galaxy) ke dalam tabung reaksi kedua dan
aquadest ke dalam tabung reaksi ketiga. Masing-masing larutan
ditambahkan sebanyak 2 mL ke dalam tabung reaksi COD dengan
menggunakan bantuan pengukuran gelas ukur. Karakteristik larutan
sampel air inlet yaitu berwujud cair, berwarna kehijauan keruh, berbau
tidak sedap dan bersuhu ruang. Karakteristik larutan sampel air outlet yaitu
berwujud cair, berwarna kekuningan keruh, berbau tidak sedap dan
bersuhu ruang. Sedangkan karakteristik aquadest yaitu berwujud cair,
tidak berwarna, tidak berbau dan bersuhu ruang. Lalu praktikan
menambahkan 1 mL larutan Kalium Dikromat (K2Cr2O7) sebanyak 1 mL
pada masing-masing larutan sampel menggunakan pipet ukur dengan
bantuan propipet. Tujuan penambahan larutan Kalium Dikromat (K2Cr2O7)
yaitu sebagai pengoksidasi zat-zat organik dan juga sebagai sumber
oksigen. Karakteristik dari larutan Kalium Dikromat (K2Cr2O7) yaitu
berwujud cair, berwarna kuning, tidak berbau dan bersuhu ruang.
Langkah berikutnya ditambahkan lagi 3 mL larutan campuran H 2SO4 dan
Ag2SO4 pada masing-masing tabung reaksi larutan sampel menggunakan pipet ukur
dengan bantuan propipet, proses penambahan ini harus dilakukan pada lemari asam
dan menggunakan peralatan safety laboratorium. Tujuan penambahan larutan
campuran H2SO4 dan Ag2SO4 yaitu untuk memberikan suasana asam dan sebagai
katalisator agar tercipta reaksi oksidasi organic yang tepat. Pada saat penambahan,
terjadi reaksi antara larutan campuran H 2SO4 dan Ag2SO4 dengan larutan sampel.
Larutan sampel yang telah diberi larutan campuran H2SO4 dan Ag2SO4 menjadi
panas, tetap berwarna kuning dan sedikit berbau. Kemudian larutan sampel
dibiarkan beberapa menit untuk menurunkan suhu. Selanjutnya masing-masing
larutan sampel pada tabung reaksi COD di refluks selama 2 jam menggunakan alat.
Tujuan di-refluks yaitu zat organic pada sampel tidak lepas ke udara. Setelah proses
refluks selesai maka larutan sampel didinginkan terlebih dahulu.
i
penambahan indicator ferroin yaitu sebagai indicator saat tercapainya titik akhir pada
saat titrasi. Karakteristik larutan sampel setelah ditambahkan indicator ferroin yaitu
berwarna putih kebiruan. Sedangkan karakteristik dari indicator ferroin yaitu
berwujud cair, berwarna merah pekat dan bersuhu ruang. Lalu dititrasi larutan
sampel dengan larutan standar Fero Amonium Sulfat (FAS) menggunakan biuret.
Tujuan titrasi dengan larutan FAS yaitu sebagai zat pereduksi kelebihan Kalium
Dikromat yang terkandung dalam sampel dan untuk menentukan berapa oksigen
yang telah terpakai dalam proses COD. Saat proses titrasi diperlukan volume yang
berbeda pada masing-masing larutan sampel, yaitu sampel inlet (SPBU) 2,3 mL;
sampel outlet (Galaxy) 3,9 mL; blanko 4,8 mL. Dari data percobaan tersebut dapat
dihitung jumlah COD sebagai berikut :
dimana:
a = mL FAS titrasi blanko
b = mL FAS titrasi sampel
N = normalitas larutan FAS
F = faktor (20 : titran blanko ke dua)
p = pengenceran
mg
COD ( O ¿ = mL
L 2
Perhitungan sampel outlet (Galaxy) dengan titrasi 2,3 mL.
mg ( 4,6−3,1 ) x 0,05 X 8000
COD ( O2 ¿ = x 4,35 x 9 = 11,745 mL
L 2
mg
COD ( O ¿ = mL
L 2
Jadi kandungan oksigen kimia (COD) pada sampel inlet (SPBU) sebesar 3,132
mL.O2/L dan pada sampel outlet (Galaxy) sebesar 11,745 mL.O2/L. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001, baku mutu untuk air maksimum COD
sebagai berikut :
i
Berdasarkan hasil pengukuran, air sampel inlet (SPBU) tidak lahyak diminum
dan air sampel outlet (Galaxy).
i
volumetric dengan bantuan propipet, Tujuan penambahan larutan Pereaksi Oksigen
yaitu untuk mengendapkan Mangan Sulfat. Karakteristik larutan Pereaksi Oksigen
yaitu berwujud cair, berwarna kekuningan, tidak berbau dan bersuhu ruang.
Sedangkan karakteristik larutan sampel setelah ditambah larutan Pereaksi Oksigen
berwujud cair, berwarna kekuningan keruh, tidak berbau dan bersuhu ruang. Lalu
botol winkler ditutup perlahan-lahan agar tidak ada gelembung udara yang masuk.
Praktikan membolak-balikkan botol winkler dengan tujuan agar zat yang telah
ditambahkan dapat tersebar merata. Larutan sampel pada botol winkler didiamkan
selama 5-10 menit sehingga mulai terlihat endapan pada botol winkler.
i
mg axNX 8000
OT ( O2 ¿ =
L 100 mL
dimana:
OT = oksigen terlarut
a = volume titrasi Natrium Thiosulfat
N = normalitas larutan Natrium Thiosulfat
mL sampel
P=
volume hasil pengenceran 500 mL
Dimana:
X0 = oksigen terlarut sampel pada t = 0
X5 = oksigen terlarut sampel pada t = 5
B0 = oksigen terlarut blanko pada t = 0
B5 = oksigen terlarut blanko pada t = 5
P = derajat pengenceran
mL sampel
P= =
volume hasil pengenceran 500 mL
mL sampel
P=
volume hasil pengenceran 500 mL
i
mg 0,9 x 0,0125 X 8000
OT ( O2 ¿ = = 0,9 mL
L 100 mL
mL sampel
P=
volume hasil pengenceran 500 mL
Langkah selanjutnya yaitu menganalisis larutan sampel pada botol winkler 300
mL yang telah diinkubasi selama 5 hari di dalam lemari incubator. Karakteristik
larutan sampel setelah diinkubasi selama 5 hari tidak terjadi perubahan fisik, namun
jumlah larutan sampel berkurang. Kemudian larutan sampel dianalisis seperti
langkah percobaan pada botol winkler 150 mL. Langkah utama yaitu menambahkan
1 mL larutan Mangan Sulfat ke dalam larutan sampel menggunakan pipet ukur
dengan bantuan propipet. Tujuan penambahan larutan Mangan Sulfat yaitu agar
oksigen dalam sampel dapat mengoksidasi Mangan Sulfat, sehingga ion Mn
teroksidasi menjadi Mn yang bervalensi tinggi. Karakteristik dari larutan Mangan
Sulfat yaitu berwujud cair, berwarna merah muda, tidak terlalu berbau dan bersuhu
ruang. Sedangkan karakteristik larutan sampel setelah ditambah larutan Mangan
Sulfat yaitu berwujud cair, berwarna putih keruh, tidak berbau dan bersuhu ruang.
Kemudian praktikan menambahkan larutan Pereaksi Oksigen sebanyak 1 mL
menggunakan pipet volumetric dengan bantuan propipet. Tujuan penambahan
larutan Pereaksi Oksigen yaitu untuk mengendapkan Mangan Sulfat. Karakteristik
larutan Pereaksi Oksigen yaitu berwujud cair, berwarna kekuningan, tidak berbau
dan bersuhu ruang. Sedangkan karakteristik larutan sampel setelah ditambah
larutan Pereaksi Oksigen berwujud cair, berwarna kekuningan keruh, tidak berbau
dan bersuhu ruang. Lalu botol winkler ditutup perlahan-lahan agar tidak ada
gelembung udara yang masuk. Praktikan membolak-balikkan botol winkler dengan
tujuan agar zat yang telah ditambahkan dapat tersebar merata. Larutan sampel pada
botol winkler didiamkan selama 5-10 menit sehingga mulai terlihat endapan pada
botol winkler.
i
larutan sampel menjadi kekuningan, tidak berbau dan bersuhu ruang. Karakteristik
larutan Asam Sulfat yaitu berwujud cair, tidak berwarna, berbau menyengat dan
bersuhu ruang. Larutan sampel pada botol winkler dituangkan ke dalam gelas ukur
sebanyak 100 mL, lalu dituangkan ke dalam masing-masing labu Erlenmeyer 250
mL agar lebih mudah dalam proses titrasi. Berikutnya larutan sampel dititrasi dengan
larutan Natrium Thiosulfat menggunakan biuret. Tujuan proses titrasi dengan larutan
Natrium Thiosulfat yaitu untuk mengetahui jumlah iodin yang ekivalen dengan nilai
oksigen terlarut. Larutan sampel setelah dititrasi menjadi kuning muda. Karakteristik
larutan Natrium Thiosulfat yaitu berwujud cair, tidak berwarna, tidak berbau dan
bersuhu ruang. Volume yang digunakan dalam proses titrasi yaitu titran inlet 1,5 mL;
titran outlet 1,8 mL; titran blanko 1 mL. Selanjutnya ditambahkan 4 tetes indikator
amilum ke dalam larutan sampel menggunakan pipet tetes. Tujuan penambahan
indicator amilum yaitu sebagai penanda batas titrasi dengan Natrium Thiosulfat.
Setelah penambahan indikator amilum pada larutan sampel mejadika warna larutan
sampel menjadi berwarna biru. Sedangkan karakteristik indikator amilum yaitu
berwujud cair, berwarna putih keruh, tidak berbau dan bersuhu ruang. Kemudian
dititrasi lagi larutan sampel dengan larutan Natrium Thiosulfat menggunakan biuret.
Tujuan proses titrasi dengan larutan Natrium Thiosulfat yaitu untuk mengetahui
jumlah iodin yang ekivalen dengan nilai oksigen terlarut. Larutan sampel setelah
dititrasi menjadi tidak berwarna. Karakteristik larutan Natrium Thiosulfat yaitu
berwujud cair, tidak berwarna, tidak berbau dan bersuhu ruang. Volume yang
digunakan dalam proses titrasi yaitu titran inlet 0,4 mL; titran outlet 1,3 mL; titran
blanko 1,1 mL. Berdasarkan data hasil pengukuran praktikum dapat dihitung jumlah
BOD dengan rumus di bawah ini :
mg axNX 8000
OT ( O2 ¿ =
L 100 mL
dimana:
OT = oksigen terlarut
a = volume titrasi Natrium Thiosulfat
N = normalitas larutan Natrium Thiosulfat
mL sampel
P=
volume hasil pengenceran 500 mL
Dimana:
X0 = oksigen terlarut sampel pada t = 0
X5 = oksigen terlarut sampel pada t = 5
i
B0 = oksigen terlarut blanko pada t = 0
B5 = oksigen terlarut blanko pada t = 5
P = derajat pengenceran
mL sampel
P=
volume hasil pengenceran 500 mL
mL sampel
P=
volume hasil pengenceran 500 mL
mL sampel
P=
volume hasil pengenceran 500 mL
- Pada percobaan yang ketiga yaitu analisis uji Dissolved Oxygen (DO).
Tujuan analisis percobaan ini yaitu untuk menghitung kadar oksigen yang
terkandung dalam air limbah dalam proses oksidasi. Pertama-tama
praktikan mengambil sampel langsung pada sungai SPBU sebagai inlet
dan gerbang Galaxy sebagai outlet. Pengambilan sampel menggunakan
botol winkler, dengan cara mengarahkan botol winkler sejajar arah aliran
i
air dan mulut botol tidak melawan arus. Diambil secara perlahan-lahan.
Lalu setelah botol terisi penuh, botol winkler langsung ditutup secara
perlahan agar tidak ada gelembung udara yang masuk. Selanjutnya
sesegera mungkin larutan sampel pada botol winkler dibawa ke
laboratorium untuk dianalisis.
Langkah utama yaitu menambahkan 1 mL larutan Mangan Sulfat ke dalam
larutan sampel menggunakan pipet ukur dengan bantuan propipet. Tujuan
penambahan larutan Mangan Sulfat yaitu agar oksigen dalam sampel dapat
mengoksidasi Mangan Sulfat, sehingga ion Mn teroksidasi menjadi Mn yang
bervalensi tinggi. Karakteristik dari larutan Mangan Sulfat yaitu berwujud cair,
berwarna merah muda, tidak terlalu berbau dan bersuhu ruang. Sedangkan
karakteristik larutan sampel setelah ditambah larutan Mangan Sulfat yaitu berwujud
cair, berwarna putih keruh, tidak berbau dan bersuhu ruang. Kemudian praktikan
menambahkan larutan Pereaksi Oksigen sebanyak 1 mL menggunakan pipet
volumetric dengan bantuan propipet. Tujuan penambahan larutan Pereaksi Oksigen
yaitu untuk mengendapkan Mangan Sulfat. Karakteristik larutan Pereaksi Oksigen
yaitu berwujud cair, berwarna kekuningan, tidak berbau dan bersuhu ruang.
Sedangkan karakteristik larutan sampel setelah ditambah larutan Pereaksi Oksigen
berwujud cair, berwarna putih keruh, tidak berbau dan bersuhu ruang. Lalu botol
winkler ditutup perlahan-lahan agar tidak ada gelembung udara yang masuk.
Praktikan membolak-balikkan botol winkler dengan tujuan agar zat yang telah
ditambahkan dapat tersebar merata. Larutan sampel pada botol winkler didiamkan
selama 5-10 menit sehingga mulai terlihat endapan pada botol winkler.
i
inlet x mL; titran outlet x mL; titran blanko x mL. Selanjutnya ditambahkan 4 tetes
indikator amilum ke dalam larutan sampel menggunakan pipet tetes. Tujuan
penambahan indicator amilum yaitu sebagai penanda batas titrasi dengan Natrium
Thiosulfat. Setelah penambahan indikator amilum pada larutan sampel mejadikan
warna larutan sampel tidak berwarna. Sedangkan karakteristik indikator amilum yaitu
berwujud cair, berwarna putih keruh, tidak berbau dan bersuhu ruang. Kemudian
dititrasi lagi larutan sampel dengan larutan Natrium Thiosulfat menggunakan biuret.
Tujuan proses titrasi dengan larutan Natrium Thiosulfat yaitu untuk mengetahui
jumlah iodin yang ekivalen dengan nilai oksigen terlarut. Larutan sampel setelah
dititrasi menjadi tidak berwarna. Karakteristik larutan Natrium Thiosulfat yaitu
berwujud cair, tidak berwarna, tidak berbau dan bersuhu ruang. Volume yang
digunakan dalam proses titrasi yaitu titran inlet (SPBU) x mL; titran outlet (Galaxy) x
mL; titran blanko x mL. Berdasarkan data hasil pengukuran praktikum dapat dihitung
jumlah DO dengan rumus di bawah ini :
mg axNX 8000
OT ( O ¿=
L 2 100 mL
dimana:
OT = oksigen terlarut
a = volume titrasi Natrium Thiosulfat
N = normalitas larutan Natrium Thiosulfat
mg
OT ( O ¿
L 2
mg
OT ( O
L 2
mg
OT ( O ¿
L 2
i
Jadi kandungan oksigen terlarut (DO) pada sampel inlet (SPBU) sebesar x
mL.O2/L dan pada sampel outlet (Galaxy) sebesar x mL.O2/L. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001, baku mutu untuk air maksimum DO
sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pengukuran, air sampel inlet (SPBU) tidak lahyak diminum
dan air sampel outlet (Galaxy).
i
Oksalat pada larutan sampel, terjadi perubahan warna menjadi orange. Karakteristik
dari larutan Asam Oksalat yaitu berwujud cair, tidak berwarna, berbau dan bersuhu
ruang. Langkah terakhir yaitu praktikan melakukan titrasi pada larutan sampel
dengan larutan Kalium Permanganat sebagai titran. Pada proses titrasi pada larutan
sampel terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Volume yang digunakan
dalam proses titrasi yaitu titran inlet (SPBU) 10,8 mL dan titran outlet (Galaxy) 7 mL.
Data hasil pengukuran praktikum dapat dihitung nilai Permanganat dengan rumus di
bawah ini :
Berdasarkan data sampel percobaan yaitu air Inlet (SPBU) = 10,8 mL dan air
Outlet (Galaxy) = 7 mL. Dari data ini kita dapat menentukan jumlah Nilai
Permanganat dengan mengikuti perhitungan ini:
PV = 1000 / (V) [{(10 + a) xN} - (1x0,1)] x 31,6 x P
= 1000 / 100mL [{(10 + 10.8) x 0,01} - (1x0,1)] x 31,6 x 1
= 34, 128 mg / L
Dari perhitungan, nilai Permanganat dalam sampel air inlet (SPBU) adalah 34,128
mg/L dan sampel air outlet (Galaxy) adalah 22,12 mg/L. Menurut Peraturan
Pemerintah Indonesia Nomor 20 Tahun 1990, jumlah maksimum KMnO 4 dalam air
adalah 10 mg / L. Ini menunjukkan bahwa sampel air TIDAK memenuhi peraturan
ini.
i
i
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dari percobaan praktikum “Analisis Chemical Oxygen Demand, Permanganate
Value, Dissolved Oxygen Dan Biochemical Oxygen Demand” ini kita dapat
menyimpulkan bahwa:
1. Setelah titrasi kita tahu bahwa volume titrasi dengan KMnO4 yang diperlukan
untuk titrasi sampel adalah Air Inlet (POM Bensin)= 10,8mL, dan Air Outlet
(Perum.Glaxy)= 7 mL, Dari data ini kita dapat menentukan jumlah Nilai Permanganat
dengan mengikuti perhitungan ini:
PV = 1000 / (V) [{(10 + a) xN} - (1x0,1)] x 31,6 x P
= 1000 / 100mL [{(10 + 10.8) x 0,01} - (1x0,1)] x 31,6 x 1
= 34, 128 mg / L
P = 22,12 / 3 = 7, 37 ≈ 7,4 mg / L
Sehingga melalui perhitungan, jumlah PV dalam sampel air adalah 34, 128 mg / L
untuk Air Inlet (Pom Bensin) dan . 22, 12 mg / L untuk air Outlet (Pintu keluar perum.
Galaxy). Menurut Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 20 Tahun 1990, jumlah
maksimum KMnO4 dalam air adalah 10 mg / L. Ini menunjukkan bahwa sampel air
TIDAK memenuhi peraturan ini..
BAB V
JAWABAN DAN PERTANYAAN
5.1 Analisis COD :
i
2. Zat kimia apakah yang dapat menganggu proses COD ? Zat kimia yang dapat
mengganggu proses COD adalah Cl- dan NO2-
3. Jelaskan gangguan pengukuran COD jika kadar klorida >2000 mg/L dan
bagaimana gangguan klorida tersebut dapat dihilangkan ! Terlalu banyak klorida
dapat menyebabkan katalis tidak bekerja secara optimal, sehingga untuk
menghilangkannya kita tambahkan Hg2SO4
4. Jelaskan gangguan pengukuran COD jika kadar NO2-N > 2 mg/L dan bagaimana
gangguan tersebut dapat dihilangkan ! Gangguan yang disebabkan oleh NO2- itu
akan membuat hasilnya tidak akurat karena NO 2- akan teroksidasi menjadi NO3-.
Untuk menghilangkannya kita tambahkan H2SO4
5. Sebutkan beberapa contoh zat organik yang dapat dioksidasi melalui proses
COD!
Zat organik yang dapat dioksidasi melalui proses COD:
• Zat organik yang dapat terurai secara hayati
• Selulosa
• Hidrokarbon aromatik
• N organik yang dapat terurai secara hayati
• N organik nonbiodegradable
6. Mengapa nilai COD selalu lebih besar dari nilai BOD ? Karena dalam analisis
COD, hasilnya termasuk analisis BOD, uji COD tidak dapat menentukan zat iner
nyata dan zat pengoksidasi biologis.
1. Sebutkan hal-hal apa saja yang dapat mengganggu proses analisis biologis !
Gangguan analisis proses biologis:
- Ada udara yang terperangkap dalam botol keriput
- Zat beracun yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
- Zat nitrifikasi yang menyebabkan racun.
- Kurangnya bakteri yang dibutuhkan
- Kurangnya penambahan nutrisi dalam proses inkubasi
2. Mengapa sampel air yang akan dianalisis BOD dicampur dengan air pengencer ?
Jelaskan ! Karena jumlah maksimum oksigen dalam botol adalah, 9 mg / L O2
i
dan oksigen terlarut pada akhir inkubasi adalah 3-6 mg / L O2. Selain itu
dilakukan pengenceran untuk meningkatkan jumlah bakteri dan sebagai indikator
bakteri yang menyebabkan proses nitrifikasi
4. Jelaskan mengapa pada analisis BOD dengan metoda winkler diperlukan blanko
?
Blanko digunakan untuk mendapatkan perbedaan oksigen terlarut (untuk
mengetahui berapa banyak oksigen terlarut yang tidak digunakan untuk bakteri
dalam proses viologis) dan blanko digunakan untuk menentukan air pengenceran
BOD dan digunakan untuk menentukan BOD sampel.
5.3 Analisis DO :
1. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu sampling (minimal 2 hal
penting) ! Metode pengambilan sampel yang didasarkan pada prosedur dan
perwakilan; dan ketika mengganti tutup botol keriput harus hati-hati sampai tidak
ada udara yang terperangkap
3. Jelaskan hasil pengukuran Oksigen Terlarut jika dalam sampel air terdapat NO 3-
(oksidator) dan jika terdapat SO32- (reduktor) !
- NO3- (axidator): hasilnya meningkat daripada hasil nyata, karena NO 3- akan
mengoksidasi iodium sehingga volume titran meningkat dan kalkulasi DO
meningkat.
- SO32- (reduktor): hasilnya lebih rendah dari hasil yang sebenarnya, karena SO 32-
akan mengurangi iodium sehingga volume titran berkurang dan kalkulasi DO
menurun.
4. Mengapa dalam prosedur analisis Oksigen Terlarut air harus dikocok kemudian
didiamkan sebelum diuji ? Air harus dikocok dan dibiarkan, sebelum percobaan
dilanjutkan, karena untuk membuat sampel homogen, dan semua zat organik
sudah teroksidasi dengan sempurna, sehingga kita akan mendapatkan hasil DO
yang akurat.
5. Jelaskan reaksi yang terjadi pada metoda Winkler jika dalam sampel air ada
oksigen dan jika tidak ada oksigen !
i
- Ada oksigen: Oksigen akan bereaksi dengan MnSO4 untuk membentuk
sedimentasi MnO4.
- Tidak ada oksigen: Tidak ada sedimentasi MnO4
Daftar Pustaka
Balcony, M., Borgarello, M., Ferraroli, R., Realini, F. 1992. Chemical Oxygen
Demand Determination in Well and River Waters by Flow-Injection Analysis
Using A Microwave Oven During The Oxidation Step. Analytica Chimica Acta
(261) : 295-299.
Chen, Juan, Shuang Liu, Xin Qi, Sifan Yan, Qing Guo. 2019. Study and Design On
Chemical Oxygen Demand Measurement Based On Ultraviolet Absorption.
Sensors and Actuators B : Chemical (254) : 778-784.
Geerdink, Rene Bernard, Ricardo Sebastian van den Hurk, Onno Jacob Epema.
2017. Chemical Oxygen Demand : Historical Perspectives and Future
Challenges. Analytica Chimica Acta (961) : 1-11.
i
Jouanneau, S, L Recoules, MJ Durand, A Boukabache, V Picot, Y Primault, A Lakel,
M Sengelin, B Barillon, G Thouand. 2014. Methods for Assesing Biochemical
Oxygen Demand (BOD) : A Review. Water Research.(49) : 62-82.
Lampiran
i
i
i
i
i
i
i
i
i
i
i