Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN RESMI

ANALISIS SIFAT FISIK AIR DAN ANALISIS KOAGULASI, FLOKULASI


DENGAN METODE JAR-TEST

Nama : Almyra Terry Ayu P

NRP : 03211740000010

Asisten Laboratorium: Salni Oktaviani Ainun S

Dosen Pengajar : Bieby Voijant Tangahu, ST, MT, Ph.D

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019

DAFTAR ISI
1

DAFTAR ISI 1
BAB I.................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
1.1.Tujuan......................................................................................................... 2
1.1.1 Tujuan Analisis Sifat Fisik Air...................................................................2
1.1.2 Tujuan Analisis Koagulasi, Flokulasi dengan Metode Jar-Test.................2
1.2 Prinsip Percobaan.......................................................................................2
1.2.1 Analisis Sifat Fisik Air...............................................................................3
1.2.2 Analisis Koagulasi-Flokulasi dengan Metode Jar-Test.............................3
BAB II................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................4
2.1 Dasar Teori.................................................................................................4
2.2 Skema Percobaan.......................................................................................6
2.2.1 Metode Jar-Test.......................................................................................6
2.2.2 Analisis Kekeruhan dengan Turbidimetri.................................................8
2.2.3 Analisis pH...............................................................................................8
BAB III.................................................................................................................. 9
TABEL PENGAMATAN........................................................................................9
3.1 Tabel Pengamatan Analisis Kekeruhan.......................................................9
3.2 Tabel Pengamatan Analisis pH.................................................................10
3.3 Tabel Pengamatan Analisis Koagulasi-Flokulasi dengan Metode Jar-test.11
BAB IV................................................................................................................19
PEMBAHASAN...................................................................................................19
4.1 Pembahasan.............................................................................................19
4.1.2 Analisis Ph.............................................................................................20
4.1.3 Analisis Koagulasi-Flokulasi dengan Metode Jar-test.............................20
BAB V................................................................................................................. 24
KESIMPULAN.....................................................................................................24
BAB VI................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
JAWABAN PERTANYAAN.................................................................................26
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Tujuan

1.1.1 Tujuan Analisis Sifat Fisik Air


Tujuan dari analisis sifat fisik Air adalah menentukan warna sampel air
dengan membandingkan sampel air dengan larutan standar yang diketahui
konsentrasinya.

Tujuan dari analisis kekeruhan adalah menentukan kekeruhan sampel air


dengan berdasarkan intensitas cahaya yang diedarkan oleh suspense dalam
sampel air.

Tujuan dari analisis pH adalah menentukan tingkat keasaman atau basa


dalam suatu larutan melalui konsentrasi ion hydrogen (H+).

1.1.2 Tujuan Analisis Koagulasi, Flokulasi dengan Metode Jar-


Test
Tujuan dari Analisi Koagulasi-Flokulasi dengan Metode Jar-test adalah
menentukan dosis optimum pembubuhan koagulan atau tawas, untuk
menurunkan kekeruhan atau warna atau TSS.

1.2 Prinsip Percobaan


Prinsip kerja membandingkan warna dari contoh air yang diperiksa terhadap
sederetan warna dari larutan pembanding dari suatu senyawa K2PtCl6 +
CoCl2.6H2O yang akan memberikan warna yang hampir sama dengan air
permukaan pada umumnya. Turbiditi dan zat tersuspensi dapat mengganggu
pemeriksaan warna. Gangguan tersebut dapat dihilangkan dengan penyaringan
atau centrifuge.

Prinsip analisis pH adalah:

a. Kalorimeter dengan menggunakan indikator, kalau keadaan indikator


berubah maka keadaan dapat berubah.
b. Potensiometri tegangan yang diukur oleh pH meter tergantung oleh
keadaan larutan dan diukur dengan mV.
c. Titrasi asam basa menetukan normalitas asam basa.

Elektroda mempunyai kemampuan untuk mengukur konsentrasi H+ dalam air


secara elektrometer.
3

1.2.1 Analisis Sifat Fisik Air


Dengan menggunakan turbidimeter didapatkan kekeruhan air sampel.
Dengan menggunakan pH meter tingkat keasaman atau kebasaan suatu sampel
dapat diketahui berdasarkan konsentrasi ion hidrogen.

1.2.2 Analisis Koagulasi-Flokulasi dengan Metode Jar-Test


Melakukan proses pengendapan partikel dengan menggunakan tawas.
Kemudian mengukur kualitas air dengan parameter kekeruhan, pH. Jar-test
menstimulasikan proses koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi. Analisis ini
menggunakan pH meter dan turbidimeter.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Kualitas air dari sumber permukaan (sungai, danau) seringkali tidak sesuai
dengan kriteria air minum, karena kekeruhan yang tinggi, kandungan bakteri
yang tinggi atau zat terlarut yang berbahaya. Agar dapat dikonsumsi, maka air
alami akan diproses, sehingga memenuhi kriteria yang ada untuk air minum.
Penghapusan kekeruhan selama proses koagulasi tergantung pada jenis koloid,
suhu, nilai pH dan komposisi kimia air, jenis dan dosis koagulan, dan waktu
kontak yang disediakan untuk pembentukan dari aglomerat. Koagulasi adalah
tahap reaksi utama untuk menghilangkan bahan organik alami dan kontaminan
lainnya dalam proses pengolahan air. Pilihan koagulan memiliki pengaruh besar
pada kinerja proses koagulasi. Aluminium sulfat digunakan pada pemurnian air
dengan kekeruhan tinggi. Koagulan ini ditandai dengan biaya yang relatif rendah,
kelarutan yang baik, tidak ada persyaratan khusus untuk penggunaan produk
kering dan terlarut. Itu menunjukkan kemanjuran tinggi pada penghapusan zat
humat, menggunakan aluminium sulfat. Aplikasinya memastikan efek yang
memuaskan dalam menghilangkan polutan tanpa menambahkan agen aditif

(Postolachi et al, 2015).

Koagulasi dalam kombinasi dengan flokulasi dan sedimentasi adalah proses


yang biasa digunakan dalam pengolahan air untuk menghilangkan kontaminan
yang tidak diinginkan. Proses koagulasi dan flokulasi adalah proses utama dan
hemat biaya di instalasi pengolahan air yang dapat secara efektif menghilangkan
kekeruhan dari perairan dengan kekeruhan tinggi ketika kondisi operasional
dioptimalkan. Optimalisasi pH dan dosis koagulan dapat meningkatkan efisiensi
koagulasi dan mengurangi volume lumpur dan selanjutnya biaya pengelolaan
lumpur. Bantu koagulan dapat meningkatkan proses koagulasi dan penghilangan
kekeruhan. Tetapi harus dipertimbangkan bahwa bantuan koagulan tidak harus
meningkatkan biaya pengolahan air secara signifikan. Aksesibilitas dan prosedur
persiapan mereka juga harus dipertimbangkan ketika memilih bantuan koagulan.
Perlu dicatat bahwa parameter pencampuran cepat termasuk waktu dan
intensitas pencampuran, serta parameter pencampuran lambat juga dapat
mempengaruhi efisiensi penghilangan kekeruhan dalam proses koagulasi.

(Kalavathy et al, 2017).

Tingkat kekeruhan air merupakan salah satu parameter yang dijadikan


kelayakan air baik untuk diminum. Kekeruhan adalah suatu keadaan dimana
transparansi suatu zat cair berkurang akibat kehadiran zat-zat lainnya. Kehadiran
5

zat-zat yang dimaksud terlarut dalam zat cair dan membuatnya seperti berkabut
atau tidak jernih. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum yang aman bagi
kesehatan adalah air yang apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis,
kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter
tambahan. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa kadar maksimal kekeruhan air
yang baik untuk dikonsumsi adalah 5 NTU (Nephelometric Turbidity Unit).

(Faisal et al, 2015).

Tes fisik air umumnya meliputi warna, bau, transparansi, konsentrasi, zat
padat lainnya, total dissolve solid (TDS) dan kekeruhan. Warna dan bau
diperiksa melalui eksternal sensorik organ sedangkan sifat fisik lainnya diperiksa
melalui model terbaru digital suhu dan turbidimeter. Parameter kimia seperti
konduktivitas, transparansi, TDS, dissolve oxygen, pH, total alkalinitas,
kesadahan total, ammonia, BOD, dan COD pada hari pertama sampling.

(Flura et al, 2016).

Sedimentasi, kadang-kadang disebut klarifikasi, umumnya digunakan dalam


kombinasi dengan koagulasi dan flokulasi menghilangkan partikel flok dan
meningkatkan efisiensi penyaringan berikutnya. Menghilangkan sedimentasi
sebelum hasil filtrasi dalam menjalankan filter yang lebih pendek, kualitas filtrat
yang lebih buruk, dan filter yang lebih kotor yang lebih sulit untuk dicuci kembali.
Sedimentasi adalah sangat diperlukan untuk kekeruhan tinggi dan sangat
berwarna air yang menghasilkan padatan substansial selama proses koagulasi
dan flokulasi. Sedimentasi kadang tidak perlu dilakukan sebelum penyaringan
(direct filtration) saat produksi padatan flokulasi rendah dan filtrasi secara efektif
dapat menangani pemuatan padatan. Sedimentasi kadang-kadang digunakan di
kepala instalasi pengolahan air di bak presedimentasi, yang memungkinkan
pengendapan gravitasi padatan yang tidak memerlukan koagulasi dan flokulasi
untuk mendorong pemisahan yang solid.

(Adam et al, 2002).

Kekeruhan dapat terjadi karena konstituan organik maupun anorganik.


Partikel organic memungkinkan untuk tempat perlindungan bakteri. Dengan
demikian, kondisi air yang keruh dapat meningkatkan kemungkinan tertular
penyakit. Meskipun demikian, konstituen organic memiliki efek kesehatan yang
terkenal serangkaian perubahan kekeruhan induksi yang dapat terjadi dalam
tubuh air dapat mengubah komposisi komunitas akuatik.

(Tiwari, 2015).

Berdasarkan PERMENKES No 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang


persyaratan kualitas air minum, memutuskan batas maksimum unsur-unsur air
pada poin warna maksimum air minum adalah 15TCU. Sedangkan kekeruhan
maksimum air minum adalah 5 NCT serta pH yang ada batas 6,5 sampai 8,6

(PERMENKES, 2010)
6

2.2 Skema Percobaan

2.2.1 Metode Jar-Test

10 L sampel air

- Mengaduk terlebih daulu, kemudian analisis pH, kekeruhan,


TSS dan warna dari sampel

1 L sampel air

- Memasukan 1L ke dalam masing-masing beker glass

Membubuhkan tawas

- Membubuhkan tawas dengan dosis :


- Untuk sampel air dengan kekeruhan <50 NTU (5mg/L,
10mg/L, 20mg/L, 30mg/L,50mg/L)
- Untuk sampel air dengan kekeruhan sedang 50 NTU-
100NTU (10mg/L,20mg/L,40mg/L,60mg/L,100mg/L)
- Untuk sampel lindi sampah/air limbah (100mg/L, 200mg/L,
400mg/L, 600mg/L, 800mg/L)
7

Kecepatan 100 rpm

- Mengaduk dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit

Kecepatan 40-60 rpm

- Mengaduk dengan kecepatan 40-60 rpm selama 15 menit

Diendapkan

- Sedimentasi selama 15 menit

100 mL air sampel

- Mengambil 100 mL yang jernih dari masing-masing sampel

Analisis

- Menganalisis pH, kekeruhan, dan warna dari masing-masing


sampel

Hasil
8

2.2.2 Analisis Kekeruhan dengan Turbidimetri

Sampel air

- Memasukkan blanko pada set alat set zero (0)


- Memasukkan sampel air kedalam tabung dan memasukkan
sampel air ke alat turbidimeter

Hasil

2.2.3 Analisis pH

pH meter

- Setiap pH meter hendaknya dikalibrasi terlebih dahulu


dengan larutan buffer pH 4,01;6,86; dan 9,18.

Hasil
9

BAB III

TABEL PENGAMATAN

3.1 Tabel Pengamatan Analisis Kekeruhan


No Perlakuan Kerja Hasil Pengamatan Gambar
.
1 Memasukkan Sifat Fisik Aquades :
aquades ke dalam  Cair
tabung turbidimeter  tidak berwarna
sebagai blanko  tidak bau
 suhu ruang

2 Mengambil 100mL Sifat Fisik Sampel:


sampel dengan cara  air berwarna keruh
menuang langsung  Tidak berbau
ke beker glass  suhu ruangan

3 Memasukkan ke Nilai kekeruhan air sampel :


dalam tabung 17 NTU
turbidimeter sampai Nilai kekeruhan aquades :0,40
garis batas, NTU
kemudian ukur nilai
turbidity
10

Nilai kekeruhan air


sampel

Nilai kekeruhan
aquades.

3.2 Tabel Pengamatan Analisis pH


No Perlakuan Kerja Hasil Pengamatan Gambar
.
1 Memasukkan Sifat Fisik Aquades :
aquades ke dalam  Cair
gelas beker 100mL  tidak berwarna
kemudian digunakan  tidak bau
sebagai blanko  suhu ruang

2 Mengambil 100mL Sifat Fisik Sampel:


sampel ke dalam  air berwarna keruh
gelas beker  Tidak berbau
kemudian sampel  suhu ruangan
diukur pH sampel
11

3 Menganalisis hasil Nilai pH sampel: 7,56


dari analisis pH
sebelum di jar-test.

3.3 Tabel Pengamatan Analisis Koagulasi-Flokulasi dengan


Metode Jar-test
No. Perlakuan Kerja Hasil Pengamatan Gambar

1 Mengambil sampel Sifat fisik sampel air :


air sebanyak 16 L  Berbau
dan menuangkan  Warna keruh
dalam satu ember  Suhu ruang
besar

2 Mengaduk air Sifat fisik sampel air :


sampel yang ada di  Berbau
ember lalu  Warna keruh
dimasukkan air  Suhu ruang
sampel ke dalam
masing-masing
gelas beker
berukuran 1 L
sebanyak 6 buah
dengan
menggunakan
gayung.
12

3 Mengambil larutan Sifat fisik larutan tawas :


tawas 3% sebanyak  Tidak berbau
0 mg/L, 1mg/L,  Suhu ruang
2mg/L, 3mg/L,  Cair
4mg/L, 5mg/L, Konsentrasi tawas 3%
6mg/L, 7mg/L, (1mL=30mg/L)
8mg/L, 9mg/L, Setelah penambahan tawas
10mg/L, 11mg/L masih belom terdapat
pada masing- perubahan yang mencolok .
masing gelas beker
berukuran 100 mL
dengan
menggunakan pipet
ukur dan pro pipet.
Dan memasukkan
tawas ke dalam
masing-masing
gelas beker secara
bersamaan.

4 Melakukan jar-test Sifat fisik sampel sebelum


terhadap masing- dilakukan jar-test :
masing sampel  Bersuhu ruang
dengan dua kali  Air kecoklatan
periode.  Cair
Periode pertama Sifat fisik pada sampel setelah
dilakukan dengan dilakukan jar-test :
waktu 1 menit  Air menjadi agak bening
100rpm (flashmix) tetapi di bawah gelas
Periode kedua beker terdapat flok
dilakukan dengan  Tidak berbau
waktu 15 menit 40-  Suhu ruang
60rpm (slowmix)
 Muncul flok

5 Mengendapkan Sifat fisik sampel setelah


sampel air setelah disedimentasi yaitu terdapat
selesai slowmix endapan dibawah gelas beker.
dengan jar-test
selama 15 menit
dengan cara
mendiamkan.
6 Mengambil larutan Sifat fisik larutan yang telah
sampel sebanyak 1 diambil :
L yang jernih dari  Bening
masing-masing  Tidak berbau
beker glass setelah  Bersuhu ruang
kemudian
dipindahkan ke
beker glas ukuran
100mL
13

7 Melakukan analisa Hasil pengukuran : Kekeruhan :


sifat fisik kekeruhan Tawas Kekeruhan pH
dan pH pada 0 mg/L 15 NTU 6,96
masing-masing 1mg/L 16 NTU 7,02
sampel 2mg/L 14 NTU 6,89
menggunakan 3mg/L 13 NTU 6,85
turbidimeter dan pH 4mg/L 9,5 NTU 6,77
meter. 5mg/L 9,4 NTU 6,69
6mg/L 7,7 NTU 6,29
7mg/L 4,4 NTU 6,10
8mg/L 4,3 NTU 6,08
9mg/L 4,1 NTU 5,94
10mg/ 5,0 NTU 5,92
L
11mg/ 5,1 NTU 5,91
L
14
15
16

pH meter :
17
18
19

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
Pada Praktikum TAPL mengenai sifat fisik air dan analisis koagulasi-flokulasi
dengan menggunakan metode jar-test dilakukan pada hari Selasa, 12 Maret
2019 di Laboratorium Pemulihan Air Departemen Teknik Lingkungan. Alat dan
bahan yang digunakan adalah Larutan buffer pH 4,01, Larutan buffer pH 6,86.
Larutan buffer pH 9,18, pH meter, Reagen berupa tawas 3% atau setara 30
mg/L, Alat jar-test dengan 6 beker glass volume 1 liter , Beker glass 100 mL,
1000 mL 6 buah , Pipet 5 mL; 10 mL; 25 mL ,Spektrofotometer dan
Turbidimeter. Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan kekeruhan
sampel air dengan berdasarkan intensitas cahaya dan menentukan tingkat
keasaman atau basa dari suatu larutan melalui konsentrasi ion hidrogen
dan juga untuk menentukan dosis optimum pembubuhan koagulan (tawas)
untuk menurunkan kekeruhan warna atau TSS.

Air sampel yang digunakan adalah air sungai di depan Perumahan Puri
Galaxy. Pengambilan sampel dilakukan 1 jam sebelum praktikum dimulai agar
sampel air tidak didiamkan terlalu lama karena dapat menyebabkan perubahan
unsur selama penyimpanan. Air sampel diambil dengan cara mencelupkan
gayung yang sudah dipasangkan dengan tali ke dalam sungai di depan
Perumahan Puri Galaxy, kemudian air tersebut ditampung didalam jerigen. Titik
koordinat pada pengambilan titik sampel yaitu pintu keluar 7 o17’26.3’’S
112o47’27.0’’E dan pada pintu masuk 7o17’26.5’’S 112o47’29.2’’E dengan
menggunakan google earth.

4.1.1 Analisis Kekeruhan

Pada percobaan ini metode yang digunakan pada analisis kekeruhan adalah
metode turbidimeter. Kekeruhan pada suatu larutan dapat dipengaruhi oleh
benda. Benda halus yang disuspensikan, seperti lumpur dan sebagainya
(Ghufroni,2007). Banyaknya cahaya yang ditahan oleh partikel suspense akan
menunjukkan banyaknya nilai kekeruhan sampel tersebut.

Analisis kekeruhan menggunakan metode turbidimeter, menurut


Rhomadhani, 2016 turbidimeter adalah suatu metode analisis kuantitas yang
berdasarkan pada penentuan sinar oleh suspensi zat padat.

Langkah pertama dalam analisis kekeurahan adalah mengambil 100mL


sampel air Perumahan Puri Galaxy dari jerigen yang sudah dituangkan ke dalam
ember besar dan memasukkan ke dalam gelas beker. Sifat fisik sampel yaitu
berbau tidak sedap, bersuhu ruang, keruh. Kemudian menyiapkan aquades
sebagai blanko. Sifat fisik aquades tidak berbau, bening, bersuhu ruang.
20

Aquades di masukkan ke dalam botol turbidimeter. Hasil pengukurannya 0,40


NTU. Lalu mengukur kekeruhan pada sampel air hasil pengukurannya adalah 17
NTU.

Berdasarkan PERMENKES No 431/MENKES/PER/IV/2010 tentang


persyaratan kualitas air bersih. Kadar kekeruhan maksimal yang diijinkan
adalah 5 NTU sehingga air sampel di sungai Perumahan Puri Galaxy tidak
memenuhi standar kekeruhan air bersih.

4.1.2 Analisis Ph
Dalam air jernih bersuhu 25o biasanya memiliki pH dititik netral (7) tetapi
variasi suhu dan kekuatan air murni dengan keseimbangannya dengan udara
memiliki pH sekitar 5,5 dan pH pada air terkontaminasi biasnaya memiliki pH
antara 6-9. (ASTM, 2009).

Langkah pertama dalam analisis pH adalah mengambil sampel air 50 mL.


Sifat fisik sampel yaitu berbau tidak sedap, bersuhu ruang, keruh. Kemudian
menyiapkan aquades ke dalam gelas beker yang lain secukupnya dan
memasukkan sensor pH ke dalam gelas beker yang berisi aquades. Aquades
pada analisis pH digunakan sebagai blanko. Sifat fisik aquades tidak berbau,
bening, dan bersuhu ruang. Selanjutnya mencelupkan sensor pH meter ke dalam
gelas beker yang berisi 50 mL sampel dan ditunggu hingga hasil pembacaan
“ready”. Diperoleh angka pengukuran 7,56.

Berdasarkan PERMENKES No 431/MENKES/PER/IV/2010 tentang


persyaratan kualitas air bersih. Kadar pH yang diperobolehkan adalah 6,5-8,5
sehingga sampel sungai di depan Perumahan Puri Galaxy memenuhi standar air
bersih dengan pH dibawah batas maksimal.

Berdasarkan analisis sifat fisik air di atas, air sungai di depan Perumahan
Puri Galaxy tidak layak dikonsumsi karena nilai kekeruhan dan absorbansi tidak
memenuhi standar Peraturan Menteri Kesehatan.

4.1.3 Analisis Koagulasi-Flokulasi dengan Metode Jar-test.


Koagulasi dalam kombinasi dengan flokulasi dan sedimentasi adalah proses
yang biasa digunakan dalam pengolahan air untuk menghilangkan kontaminan
yang tidak diinginkan. Proses koagulasi dan flokulasi adalah proses utama dan
hemat biaya di instalasi pengolahan air yang dapat secara efektif menghilangkan
kekeruhan dari perairan dengan kekeruhan tinggi ketika kondisi operasional
dioptimalkan. Optimalisasi pH dan dosis koagulan dapat meningkatkan efisiensi
koagulasi dan mengurangi volume lumpur dan selanjutnya biaya pengelolaan
lumpur. Bantu koagulan dapat meningkatkan proses koagulasi dan penghilangan
kekeruhan. Tetapi harus dipertimbangkan bahwa bantuan koagulan tidak harus
meningkatkan biaya pengolahan air secara signifikan. Aksesibilitas dan prosedur
persiapan mereka juga harus dipertimbangkan ketika memilih bantuan koagulan.
Perlu dicatat bahwa parameter pencampuran cepat termasuk waktu dan
intensitas pencampuran, serta parameter pencampuran lambat juga dapat
21

mempengaruhi efisiensi penghilangan kekeruhan dalam proses koagulasi.


(Kalavathy et al, 2017).

Langkah pertama menuangkan sampel air yang telah diambil menggunakan


jirigen ke dalam ember besar kemudian di aduk. Tujuan dari pengadukan agar
sampel air bersifat homogen. Kemudian menuangkan sampel air ke dalam 6
gelas beker 1L. Sifat fisik sampel yaitu berbau tidak sedap, bersuhu ruang,
keruh. Selanjutnya menambahkan tawas dengan konsentrasi 3%. Penambahan
tawas ke dalam sampel secara bersamaan dengan volume yang berbeda untuk
menghasilkan konsentrasi tawas yang berbeda-beda yaitu -0 mL, 30mL, 60mL,
90mL, 120mL, 150mL, 180mL, 210mL, 240mL, 270mL, 300mL dengan sifat fisik
tawas yaitu tidak berwarna, tidak berbau, suhu normal. Tujuan penambahan
tawas sebagai zat kimia koagulan untuk menstabilkan koloid sehingga dapat
diendapkan setelah penambahan dan pengadukan cepat. Perhitungan volume
pada tawas sebagai berikut :

3 mL
3% tawas = = 30mg
100 mL
Sehingga 1 mL setara dengan 30 mg.

Sehingga dapat dihitung kebutuhan volume tawas dengan rumus sebagai berikut
:

a. Konsentrasi 0 tanpa penambahan tawas


b. Konsentrasi 30 mg/L
1mL 30 mg/ L
= =1 mL
V 2 30 mg/ L
c. Konsentrasi 60 mg/L
1mL 30 mg/ L
= =2 mL
V 2 60 mg /L
d. Konsentrasi 90 mg/L
1mL 30 mg/ L
= =3 mL
V 2 90 mg/ L
e. Konsentrasi 120 mg/L
1mL 30 mg/ L
= =4 mL
V 2 120 mg/ L
f. Konsentrasi 150 mg/L
1mL 30 mg/ L
= =5 mL
V 2 150 mg / L
g. Konsentrasi 180 mg/L
1mL 30 mg/ L
= =6 mL
V 2 180 mg/ L
h. Konsentrasi 210 mg/L
1mL 30 mg/ L
= =7 mL
V 2 210 mg/ L
i. Konsentrasi 240 mg/L
22

1mL 30 mg/ L
= =8 mL
V 2 240 mg/ L
j. Konsentrasi 270 mg/L
1mL 30 mg/ L
= =9 mL
V 2 270 mg/ L
k. Konsentrasi 300 mg/L
1mL 30 mg/ L
= =10 mL
V 2 300 mg/ L
Pengambilan tawas menggunakan pipet ukur dan pro pipet. Kemudian tawas
ditambahkan secara bersamaan ke dalam gelas beker 1 L. Tujuannya agar yang
terjadi bersamaan sehingga dapat diamati perbedaan pada masing-masing
konsentrasi. Reaksi yang terjadi pada sampel yaitu :

6 H2O + Al2(SO2)2 → 2 Al(OH)3 + 6H+ + SO42-

Pada 2 Al(OH)3 terbentuknya flok.

Kemudian larutan diaduk menggunakan jar-test dengan kecepatan 100 rpm


selama 1 menit. Pengadukan ini biasa disebut dengan pengadukan cepat atau
flashmix. Tujuan dari pengadukan cepat ini untuk melarutkan reagen (tawas)
dan mempercepat aliran atau turbulensi. Setelah pengadukan cepat kemudian
dilanjutkan dengan pengadukan lambat kecepatan 40-60 rpm selama 15 menit.
Pengadukan lambat disebut juga dengan slowmix. Tujuan dari pengadukan
lambat untuk menggabungkan flok kecil menjadi besar agar bisa mengendap.
Sedangkan tujuan penurunan kecepatan bertujuan agar flok yang sudah
membesar tidak pecah. Setelah selesai jar-test larutan didiamkan selama 15
menit. Sampel yang diberi tawas menjadi keruh dan akhirnya memiliki 2 lapis
yang bening di bagian atas dan yang keruh dengan flok dibagian bawah. Tujuan
didiamkan mengendap untuk memisahkan flok yang terbentuk dengan air yang
sudah jernih melalui sedimentasi. Semakin banyak tawas yang ditambahkan
pada sampel air semakin pula banyak endapan yang terbentuk.

Setelah 15 menit sampel pada masing-masing gelas beker dituang ke gelas


beker berukuran 100 mL secara perlahan. Tujuannya agar flok yang mengendap
tidak ikut terambil dan teranalisa kekeruhan, pH. Kemudian di analisa kekeruhan
dan pH menggunakan turbidimeter dan pH meter. Hasil pengukuran sebagai
berikut :

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Kekeruhan dan pH

Tawas (mg/L) Kekeruhan (NTU) pH


0 15 6,96
1 16 7,02
2 14 6,89
3 13 6,85
4 9,5 6,77
5 9,4 6,69
6 7,70 6,29
23

7 4,40 6,10
8 4,30 6,08
9 4,10 5,94
10 5,10 5,92
11 5,10 5,91
Sumber : Perhitungan Pribadi

Didapatkan grafik perhitungan kekeruhan dan kadar pH dari masing-masing


kadar koagulan. Grafik sebagai berikut

Grafik 4.1 Analisis Turbidity

Sumber : Perhitungan Pribadi

Grafik 4.2 Analisis pH

Sumber : Perhitungan Pribadi


24

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Dari hasil analisis fisik air sampel di sungai depan Perumahan Puri Galaxy
diperoleh hasil sebagai berikut :

a. Kekeruhan = 17 NTU
b. pH = 7,56

Dari hasil pengamatan, air sungai depan Perumahan Puri Galaxy tidak layak
dijadikan air minum, walaupun pH air sungai depan Perumahan Puri Galaxy
memenuhi syarat dari peraturan menteri dengan range pH 6,5 sampai 8,5.
Namun parameter kekeruhan tidak memenuhi syarat dari peraturan menteri yang
mempunyai syarat kekeruhan maksimum 5 NTU.

5.2.Dosis optimum yang digunakan diperkirakan pada penambahan tawas 11


mL. pada pH tersebut memiliki kekeruhan yang rendah sesuai baku mutu.
Walaupun pH dibawah 6,5 sampai 8,5 namun bisa ditambahkan basa untuk
menjadikannya sesuai baku mutu.
25

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Adam,Carl E., et al.2002. Removal of Antibiotics from Surface and Distilled Water
in Conventional Water Treatment Processes. Journal of Environmental
Engineering. No.3 Vol. 128.

Faisal,Muhammad., Hormadi., Furyanti,Dwi. 2016. Perencanaan Sistem


Monitoring Tingkat Kekeruhan Air Secara Real Time Menggunakan Sensor
TSD-10. Jurnal Ilmu Fisika No.1 Vol.8.

Flura., Alam,N.A., Nima Akhery., Tanu, N.B. and Khan, N.H. 2016. Physico
Chemical and Biological Properties of Water from the River Neghram
Bangladesh. International Journal of Fisherman and Aovotic Studies. No. 2
Vol 4.

Katavathy, S.,Giridhar, M. V. S. S. and Viswanadh, G. K. 2017. A Jar Test Study


on the use of Alum and Ferric Chloride for Turbidity Removal. Proceedings
of 4 th National Conference on Water, Environment & Society.

Permatasari, T.J . dan Aprilliani,Erna. 2013. Optimasi Kegunaan Koagulan dalam


Proses Penjernihan Air. Jurnal Sains dan Seni Pomits. No.1 Vol.2.

Postolachi,Larisa., Rusu,Vasile.,Lupascu,Tudor.,Maftuleac,A. 2015. Improvement


of Coagulation Process for The Prut River Water Treatment Using Aluminum
Sulphate. Chemistry Journal of Moldova General, Industrial and Ecological
Chemistry. No.10 Vol 1.

Tiwari, Seema. 2015. Water Quality Parameter A Review International Journal of


Engineering Science Invention Research and Development. Vol 9 Vol 1.
26

JAWABAN PERTANYAAN

A. Analisis Koagulasi – Flokulasi dengan Metode Jar Test


1. Sebutkan langkah-langkah proses koagulasi dan flokulasi?
Jawab :
a. Pelarutan reagen (koagulan) melalui pengadukan cepat selama 1
menit dengan kecepatan 100 rpm
b. Pengadukan lambat untuk pembentukan flok selama 15 menit
dengan kecepatan 50 rpm
c. Proses sedimentasi selama 15 menit
2. Sebutkan faktor penting dalam proses jar test?
Jawab :
a. Kadar dan jenis zat tersuspensi
b. pH larutan
c. kadar dan jenis flokulan
d. waktu dan kecepatan pengadukan
e. Adanya beberapa zat terlarut yang terbentuk seperti fosfat, sulfat, dll

3. Sebutkan macam-macam koagulan yang anda ketahui?


Jawab :
- Tawas : Al2(SO4)3
- Besi (II) Klorida : FeCl2
- Besi (III) Klorida : FeCl3
- Magnesium Hidroksida: Mg(OH)2
- Besi (II) Sulfat : FeSO4
- Soda : Na2SO3
- Alumunium Klorida : Al2Cl3

4. Jelaskan pentingnya proses koagulasi atau flash mix dalam penurunan


kekeruhan?
Jawab :
Agar koagulan dapat terlarut dalam air dan molekulnya dapat mengikat
partikel pencemar berbentuk koloid sehingga terbentuk flok.

5. Pada pH berapa terjadi proses koagulasi yang optimum dan jekaskan


mengapa ?
Jawab :
Proses koagulasi yang optimum terjadi pada pH 6-8 dikarenakan pH
rendah flokulasi tidak dapat bekerja dengan baik akibat konsentrasi
tawas yang berlebih.

B. Analisis kekeruhan
1. Apa saja penyebab terjadinya kekeruhan ?
Jawab :
27

Partikel-partikel kecil, koloid, dan bahan tersuspensi seperti lempung,


lumpur, kwarts, tanah, sisa tanaman, ganggang, senyawa organik, ion
logam Fe, Mn dan zat-zat halus lainnya.
2. Sebutkan sifat-sifat bahan yang mnyebabkan kekeruhan pada :
a. Air limbah domestik
b. Air Sungai
Jawab :
c. Air limbah domestik : mengandung zat organik, warna lebih pekat,
dan mudah terurai
d. Air Sungai : mengandung zat organik dan anorganik, ganggang, tanah
liat, dan lainnya

C. Analisis pH
1. Bagaimana hubungan antara :
a. pH dengan konsentrasi ion H+
b. pH dengan konsentrasi ion OH-

Jawab :
a. pH = -log (H+ )
b. pH = 14 – log (OH-)

2. Berapakah kira-kira nilai pH larutan HCl 2 N ?


Jawab :
HCl → H+ + Cl-
2 N 2N 2N

pH = -log (H+)
= -log (2)
pH = 0,3

3. Berapakah kira-kira nilai pH larutan NaOH 0,02 N?


Jawab :
NaCl ` → Na+ + Cl-
0,02 N 0,02 N 0,02 N
pH = 14 – log (OH-)
= 14 – log (0,02)
pH = 14 – 1,7
pH = 12,13

4. Berapakah konsentrasi ion H+ jika konsentrasi ion OH- adalah 3x10-3


mol/l ?
Jawab :
(OH-) = 3x10-2 mol/l
Kw = (H+)(OH-)
10-14 = (H+) 3x10-2
(H+) = 10-14 / 3x10-2
(H+) = 0,33 x 10-12 mol/L
28

D. Analisis warna
1. Sebutkan perbedaan antara warna sejati dan warna semu ?
Jawab:
Warna sejati adalah warna air yang sebenarnya tanpa adanya kekeruhan
yang disebabkan oleh senyawa organik terlarut dan ion-ion logam.
Warna semu adalah warna yang dihasilkan dari senyawa organik terlarut
,beberapa ion logam, dan bahan tersuspensi meliputi partikel-partikel
kecil dan koloid.
2. Apa yang digunakan sebagai unit standar warna ?
Jawab:
Larutan standar platina-kobalt (K2PtCl6 + Cl6Cl2.6H2O) dengan satuan
mg/L Pt-Co (warna larutan 1 mg/L platina kobalt sebagai K2PtCl6 dipakai
sebagai 1 unit warna).
3. Dalam prosedur pembuatan standar warna ditambahkan Cobalt Chlorida,
jelaskan tujuan dari penambahan tersebut?
Jawab :
Tujuanya untuk membuat warna larutan seperti air biasanya karena
cobalt chlorida dapat mengubah warna larutan seperti air standar.
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

Anda mungkin juga menyukai