Anda di halaman 1dari 9

1.

TUJUAN
Menentukan kekeruhan air dan air limbah dengan turbidimeter berdasarkan metode
nefelometri.
2. DASAR TEORI
a. Pengertian Kekeruhan
Kekeruhan adalah penyebutan dari sifat optis cairan yang menyebabkan
cahaya yang menembus cairan akan dibiaskan dan diserap daripada bergerak lurus 1,
hal ini akan menyebabkan terbatasnya jarak pengelihatan pengamat terhadap apa yang
ada di dalam air dan mengurangi kejernihan air.
b. Metode Pemeriksaan
Terdapat beberapa metode pemeriksaan kekeruhan yang telah dikembangkan.
Metode yang pertama kali dikembangkan adalah pengukuran kekeruhan dengan
membandingkan sampel dengan larutan SiO2, dimana 1 mg SiO2 = 1 unit turbiditas.
Metode ini sudah tidak digunakan.
Metode Jackson Candle Turbidimeter mengukur kekeruhan dengan mengukur
seberapa dalam cairan sampel yang diperlukan sehingga cahaya dari lilin standard
tidak lagi dapat terlihat, unit satuannya adalah Jackson Turbidity Unit (JTU). Metode
ini sudah dihapus dari the Standard Method.
Nefelometric adalah metode pengukuran kekeruhan dimana sumber sinar akan
menyinari sampel sehingga 1 atau lebih photoelectric detector yang terpasang akan
membaca besarnya intensitas cahaya yang tersebar di sudut yang tepat dengan
jalannya cahaya datang2. Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah metode
nefelometric menggunakan turbidimeter.
c. Alasan jadi parameter
Kekeruhan menjadi parameter karena kekeruhan, yang secara tidak langsung
dapat mempengaruhi kesehatan manusia, dapat dengan mudah dideteksi secara visual
oleh mata telanjang. Selain itu konsumer air jelas lebih memilih air yang jernih untuk

1 ASTM, Turbidity, Sac State, California, 2005, hal 3


2 Sawyer, McParty, and Parkin, Chemistry for Environment Engineering and Science, 5th ed, McGraw Hill, Colombus,
2002, hal 520

sumber air mereka dengan alasan estetika. Air yang keruh akan membuat air dianggap
kotor, mengandung polusi dan berbahaya bagi kesehatan oleh siapa saja3.
d.

Penyebab kekeruhan di air


Kekeruhan pada air disebabkan oleh partikel batu koloid, tanah, pasir,
mikroorganisme, alga, dll4. Partikel-partikel tersebut dapat menyerap dan membiaskan
cahaya sehingga cahaya tidak dapat bergerak lurus melalui air.

e. Faktor yang mempengaruhi kekeruhan

Jenis dan konsentrasi zat penyebab kekeruhan yang dikandung oleh cairan
tersebut

Keadaan dan kedalaman air, air yang telah tenang dalam waktu lama
menyebabkan kekeruhan akan semakin besar di dasar air. Air yang diaduk atau
air yang mengalir dengan cepat memiliki kekeruhan yang relatif sama di
kedalaman berapapun.

f. Standar Baku Di Indonesia


Standard baku mutu kekeruhan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 907
tahun 2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum yang
menetapkan kadar maksimum kekeruhan adalah 5 NTU5
g. Dampak dari kekeruhan

Filter
Filter air akan lebih berat bekerja jika air semakin keruh. Hal ini akan
menyebabkan naiknya biaya perawatan filter akibat semakin seringnya filter air
penuh.

Disinfeksi
Materi tersuspensi yang berada dalam air keruh akan menghalangi disinfektan
untuk kontak dengan organisme pathogen, akibatnya disinfeksi menjadi tidak

3 Sawyer, McParty, and Parkin, Chemistry for Environment Engineering and Science, 5th ed, McGraw Hill, Colombus,
2002, hal 520

4 Sawyer, McParty, and Parkin, Op. Cit, hal 518


5 Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 tahun 2002

efektif untuk membersihkan air dari bahaya kesehatan. Faktor inilah yang
menyebabkan standar baku kekeruhan diperketat6
h. Aplikasi data kekeruhan dalam teknik lingkungan

Air baku
Pengukuran kekeruhan digunakan untuk menentukan efektifitas dari berbagai zat
kimia dan dosis yang digunakan untuk menjernihkan air, sehingga dapat dipilih
metode yang paling efektif tapi tetap hemat untuk metode flokulasi. Hal ini juga
akan meringankan beban kerja filter kekeruhan, sehingga biaya perawatannya
semakin murah.

Pengolahan limbah domestik dan industri


Pengukuran solid tersuspensi biasa dilakukan dalam penentuan kelayakan limbah
boleh dibuang ke badan air atau tidak. Pengukuran ini cukup lama memakan
waktu, padahal dosis bahan kimia yang digunakan untuk mengurangi kadar solid
tersuspensi yang efektif berubah-ubah dengan cepat. Pengukuran kekeruhan dapat
digunakan sebagai alternatif karena kekeruhan berbanding lurus dengan kadar
solid tersuspensi tetapi dapat lebih cepat diukur7.

i. Treatment menghilangkan kekeruhan

Flokulasi kimia
Flokulasi kimia adalah pengadukan air yang sebelumnya telah diberi koagulan
atau zat kimia yang berfungsi sebagai pengikat antara partikel penyebab
kekeruhan (koagulan) secara lambat. Koagulan yang digunakan adalah besi(III)
hidroksida, alumunium hidroksida atau senyawa polimer sintesis yang disebut
PolyDADMAC
Tujuan pengadukan secara lambat adalah untuk menyebabkan partikel-partikel
penyebab kekeruhan dapat semakin menempel dengan partikel lain sehingga
semakin lama semakin besar sehingga mudah mengendap8

Filter:

6 Sawyer, McParty, and Parkin, Op. Cit, hal 519-520


7 Sawyer, McParty, and Parkin, Op. Cit, hal 521-522
8 Webmaster, Flocculation, IWA Water Wiki, diakses dari
http://www.iwawaterwiki.org/xwiki/bin/view/Articles /Flocculation pada 12.10 pm, 21 November 2014

Filter adalah proses penyaringan dengan media yang memiliki pori-pori dengan
ukuran tertentu sehingga partikel yang lebih besar daripada pori tersebut tidak
bisa melewati filter, terpisah dari zat yang lebih kecil daripada pori.
Filter turbiditas menggunakan sand filter. Sand filter biasanya terdiri dari dua
atau 3 bak. Bak pertama adalah bak sedimen, yang menghilangkan sedimen yang
mengapung dan mengendap. Bak kedua adalah bak filter, yang menghilangkan
polutan dengan menyaringnya menggunakan hamparan pasir. Bak yang ketiga
adalah bak pembuangan.
j. Hubungan kekeruhan dengan DO dan warna
Salah satu penyebab kekeruhan adalah zat organik seperti serpihan tumbuhan dan
binatang bakteri, alga, dll. Zat-zat organik tersebut dapat teroksidasi dalam air
sehingga akan mengurangi jumlah oksigen yang terlarut dalam air 9. Penyebab warna
tampak (apparent color), disebabkan oleh zat-zat yang sama dengan penyebab
kekeruhan, yaitu batu koloid, tanah, pasir, mikroorganisme, alga, dll.10
3. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

Alat
a. Turbidimeter
b. Beakerglass
c. Botolsemprot
d. Pipetvolume5mLdan10mL
e. KuvetTurbidimeter
f. GelasUkur

Bahan
a.
b.

Larutansample(AirDanauMahoniUI)
Airsuling

9 Anonim, Oksigen Terlarut Dissolved Oxygen, Laboratorium Program Studi


Teknik Lingkungan, Sub-Lab Kimia Lingkungan, Departemen Teknik Sipil-FTUI,
Depok
10 Anonim, Warna, Laboratorium Program Studi Teknik Lingkungan, Sub-Lab
Kimia Lingkungan, Departemen Teknik Sipil-FTUI, Depok

4. CARA KERJA

1. Siapkan
sampel

4. bilas dengan air


sampel

5. Masukkan kuvet ke
turbidimeter, kemudian
baca kekeruhannya

2. Bilas kuvet dengan air


suling,

3. Isi kuvet dengan


sampel

6. Ulangi langkah 2-5 untuk


pengenceran 2x, 5x, dan
10x

5. DATA PENGAMATAN
Volume sampel = Volume Blanko = 10 ml
Tabel 3.1 Tabel pengamatan data
Pengenceran
1x

Kekeruhan (NTU)
21.5

2x
5x
10x

10.9
4.41
2.23

sumber: pembacaan turbidimeter. Kamis, 20 November 2013 di Laboratorium Teknik


Penyehatan Lingkungan, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,

6. Pengolahan Data
25
21.5

f(x) = 21.4x + 0.13


GrafikR3.1
= 1Grafik 1/faktor

20

pengenceran vs kekeruhan

15

Kekeruhan (NTU)

10.9

10
5

4.41
2.23

0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9

1.1

1/Faktor Pengenceran

Dari

data

yang didapatkan diketahui bahwa pengenceran berbanding terbalik dengan kekeruhan,


sesuai dengan grafik 3.1

Dengan memasukkan faktor pengenceran = 1/x, y = kekeruhan teori, kesalahan relatif


=

percobaan
|kekeruhanteorikekeruhan
|
kekeruhanteori

x 100%

Tabel 5.2 Tabel pengolahan data


Kekeruhan (NTU)

1/faktor
pengenceran

percobaan
1

0.5
0.2
0.1

21.5
10.9
4.41
2.23

Teori
21.54
91
10.83
91
4.413
1
2.271
1
Rata-rata

Kesalaha
n Relatif
0.2%
0.6%
0.1%
1.8%
0.675%

7. ANALISA
a. Analisa percobaan
Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan kekeruhan pada air dan air
limbah, meskipun pada kenyataannya sampel yang diuji kekeruhan bukanlah
keduanya, melainkan air dari danau mahoni UI.
Tidak banyak yang bisa dianalisa, karena metode penentuan kekeruhan
pada praktikum ini menggunakan turbidimeter yang serba otomatis, yang bahkan
tidak memerlukan kalibrasi dengan menggunakan blanko. Sedangkan tentang
turbidimeter sendiri, tidak perlu dianalisa karena sudah ada dalam dasar teori.

Pembilasan kuvet dengan air suling pada awal percobaan, bertujuan untuk
membersihkan kuvet dari partikel-partikel yang tersisa dalam kuvet yang dapat
menambah kekeruhan. Sebaliknya pembilasan dengan kuvet dengan air sampel
setelahnya, bertujuan untuk menghilangkan air suling yang tersisa dalam kuvet
yang dapat mengurangi kekeruhan.
Pengenceran air sebanyak 2x, 5x, 10x dan 20x adalah agar untuk
mendapatkan variasi data. Selain itu, karena turbidimeter adalah instrumen yang
sangat peka, maka kesalahan pengukuran pada saat pengenceran dan saat
memasukkan sampel kedalam kuvet dapat berpengaruh besar pada pembacaan.
Hal ini menyebabkan kami dapat menyadari bahwa terjadi kesalahan pada saat
pengenceran, sehingga pengenceran harus diulangi sampai mendapatkan angka
yang mendekati kekeruhan sampel sesuai dengan faktor pengenceran.
b. Analisa Hasil
Berdasarkan hasil pembacaan turbidimeter, maka didapatkan kekeruhan
sampel sebesar 21.5 NTU, jauh diatas standar batas kekeruhan air minum yang
berlaku di Indonesia, yaitu 5 NTU.
Pengulangan pengenceran yang kami lakukan hingga mendapatkan hasil
kekeruhan yang tepat menyebabkan data yang didapat sangat baik. Hal ini
dibuktikan dengan secara visual dengan grafik yang berupa garis lurus sempurna
dan dengan nilai R2 = 1, hal ini menandakan bahwa data yang kami dapatkan
sudah sangat presisi.
Selain itu, dengan pengolahan data grafik dengan metode least square,
kami dapat mendapatkan kekeruhan teori dengan mengetahui faktor pengenceran
sampel. Dari hasil yang didapatkan kesalahan relatif rata-rata adalah 0.675%, hal
ini lebih kecil dari kesalahan relatif yang dapat diabaikan,yaitu 1%. Kesalahan
relatif yang sangat kecil ini menandakan bahwa data yang kami dapatkan sudah
sangat akurat.
c. Analisa Kesalahan
Kesalahan pada percobaan ini, dapat diindikasikan dengan nilai kesalahan
relatif kekeruhan secara berturut-turut mulai dari tanpa pengenceran adalah
sebesar 0.2%, 0.6%, 0.1%, 1.8%. Tingkat kesalahan ini sangat kecil dan dapat
diabaikan. Kesalahan yang terbesar yaitu pada pengenceran 10x sebesar 1.8%, hal

ini juga wajar karena semakin besar pengenceran, maka ketelitian juga harus
semakin tinggi, karena volume sampel yang digunakan semakin kecil sedangkan
volume sampel semakin besar.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat disebabkan oleh:
1) Apparatus dan turbidimeter yang digunakan tidak diketahui apakah sudah
dikalibrasi dengan standar atau tidak, dan sudah dibersihkan dengan baik
hingga steril atau tidak. Hal ini jelas terlihat saat pengukuran volume
menggunakan gelas ukur yang berbeda dengan pipet
2) Puvet yang tidak benar-benar bersih, karena sidik jari pun dapat mengubah
nilai yang ditunjukan
8. Kesimpulan

Kekeruhan dapat diukur dengan menggudakan turbidimeter dengan prinsip


nefelometri.

Dari pembacaan turbidimeter, diketahui kekeruhan sampel sebesar 21.5 NTU, dan
tidak sesuai untuk standar air minum di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai