Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum

Laboratorium Air dan Persampahan


IL 3103
Modul 04, 05, dan 06
Asidi – Alkalinitas, CO2 Agresif, dan Fosfat

Nama Praktikan : Anggita Laksmi Prameswari


NIM : 15718008
Tanggal Praktikum : 30 September 2020
Tanggal Penyerahan : 30 September 2020
PJ Modul : Lilih Muflihah (15717012)
Asisten Yang Bertugas :
Selvi Yolanda
Roselina Yolana Dwilestari
Lilih Muflihah
Ramandini Eka Saputri

Program Studi Rekayasa Infrastruktur Lingkungan


Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung
2020
30 September 2020
MODUL IV
ASIDITAS – ALKALINITAS

I. Tujuan
1.1 Menetukan besar asiditas dengan methyl orange
1.2 Menentukan asisditas total
1.3 Menetukan alkalinitas dengan phenolphthalein
1.4 Menentukan alkalinitas total

II. Landasan Teori


Asiditas adalah kemampuan air untuk menetralkan larutan basa, sedangkan alkalinitas
adalah kemampuan air untuk menetralkan larutan asam. Hal tersebut menyebabkan asiditas-
alkalinitas sangat berkaitan dengan pH. Penyebab dari asiditas-alkalinitas antara lain adalah
a. H= yang berasal dari asam mineral dan organic
b. CO2 yang berasal dari atmossfer dan penguraian zat organic oleh mikroorganisme
c. HCO3- (bikarbonat, Ca(HCO3)2)
d. CO3-1 (karbonar, Na2CO3)
e. OH- (hidroksida, NaOH, Ca(OH)2)
2.1 Asiditas
Pada sistem air alami asisditas juga diartikan sebagai banyaknya basa yang
dibutuhkan untuk menetralkan air. Asiditas disebabkan oleh beberapa senyawa antara lain
:
a. H+ (asam), yakni meliputi asam anorganik seperti HCl, H2SO4 HNO3, dan H2S
serta asam organik seperti asam humus, asam cuka, dan asam forminat. Contoh
dari asam anorganik adalah air asam tambang sedangkan contoh dari asam
organic adalah air gambut.
b. Karbondioksida (CO2) yang berasal dari atmosfer, respirasi ikan dan binatang,
serta penguraian zat organic oleh mikroorganisme.
Berdasarkan jenisnya, asiditas dibagi menjadi 2 yaitu asiditas methyl orange dan
asiditas total. Asiditas methyl orange adalah banyaknya mek basa yang dibutuhkan untuk
menaikkan pH air sampai 4,3 yang disebabkan oleh H+. Sedangkan asiditas total disebut
juga sebagai asiditas phenophthaline, asiditas total didefinisikan sebagai banyak mek basa
yang dibutuhkan untuk menaikkan pH air sampai 8,3 disebabkan oleh H+ dan CO2-.
2.2 Alkaslinitas
Penyebab alkalinitas antara lain didominasi oleh bikarbonat (HCO3-), selain itu
disebabkan oleh karbonat (CO32-) dan hidrosikda (OH-).Jenis alkalinitas dibagi menjadi 2
yaitu :
a. Alkalinitas phenolphtalin : banyaknya asam yang dibutuhkan untuk
menurunkan pH air sampai pH 8,3.
b. Alkalinitas methyl orange (Alkalinitas total) : banyaknya mek asam yang
dibutuhkan untuk menurunkan pH air sampai 4,3.
III. Prinsip Praktikum
Dalam pengukuran asiditas atau alkalinitas dalam air dilakukan penetralan dengan basa
NaOH untuk mengukur asiditas dan penetralan dengan asam HCl atau H2SO4 dengan
menggunakan indikator fenoflftalein dan metil orange.
IV. Alat dan Bahan
4.1 Alat
1. Labu ukur
2. Timbangan
3. Pipet volumetri
4. Labu Erlenmeyer
4.2 Bahan
1. Kristal NaOH
2. Aquadest
3. Asam oxalate
4. HCl pekat
5. NaaB4O7.10H2O (Natrium tetra borat)
6. Larutan indicator fenolftalein
7. Etanol 70%
8. Larutan indikator metil orange
9. Larutan NaOH
V. Cara Kerja
VI. Tabel Data Hasil Praktikum
No. Dokumentasi Keterangan

VII. Pengolahan Data


7.1 Asiditas
• Jika p = m, maka air tersebut mengandung CO2
CO2 = (1000/100) x 2p x N. NaOH x (44/2) = mg/l
• Jika p < m, maka air tersebut mengandung CO2 dan HCO3-
CO2 = (1000/100) x 2p x N. NaOH x (44/2) = mg/l
• Jika p < m, maka air tersebut mengandung CO2 dan HCO3-
CO2 = (1000/100) x 2p x N. NaOH x (44/2) = mg/l
HCO3- = (1000/100) x { (m x N . HCl) – (p x N NaOH) } x (61) = mg/l
• Jika p > m, maka air tersebut mengandung H+ dan CO2.
H+ = (1000/100) x { (p x N . NaOH) – (m x N HCl) } x (1) = mg/l
CO2 = (1000/100) x (2m x N. HCl ) x (44/2) = mg/l
7.2 Alkalnitas
• Jika p = m, maka air tersebut mengandung CO3
CO3 = (1000/100) x 2p x N. HCl x (60/2) = mg/l
• Jika p < m, maka air tersebut mengandung CO3 dan HCO3-
CO3 = (1000/100) x 2p x N. HCl x (60/2) = mg/l
HCO3-= (1000/100) x (m-p) x N. HCl x (61) = mg/l
• Jika p > m, maka air tersebut mengandung OH- dan CO3
OH- = (1000/100) x (p-m) x N. HCl x (17) = mg/l
CO3 = (1000/100) x 2m x N. HCl x (60/2) = mg/l
Keterangan :
p (ml) = banyaknya larutan NaOH 0,1 N yang digunakan saat titrasi
m (ml) = banyaknya larutan HCl yang digunakan saat totrasi
VIII. Pembahasan
IX. Kesimpulan
X. Daftar Pustaka
30 September 2020
MODUL V
CO2 AGRESIF
I. Tujuan
1.1 Menetukan konsentrasi CO2 agresif dengan metode penambahan serbuk CaCO3
1.2 Menentukan konsentrasi HCO3- dan Ca2+ pada metode panambahan serbuk CaCO3
1.3 Menentukan konsentrasi CO2 agresif dengan menggunakan metode grafik tillman

II. Landasan Teori


CO2 agresif dalam air adalah CO2 dalam air yang dapat berekasi dengan CaCO3 dan
membentuk Ca(HCO3)2 yang larut di dalam air. Adanya CO2 yang bersifat agresif disebabkan
karena terdapat kesetimbangan antara CO2 dan HCO3 dalam air bergeser kea rah CO2.
CO2 dalam air dapat berasal dari CO2 di atmosfer yang larut dalam air sesuai dengan
hukum Henry mengenai kelarutan gas dalam air dan berasal dari penguraian senyawa organik
oleh mikroorganisme dan respirasi biota air. CO2 dalam air akan terdifusi dan membentuk
kesetimbangan dengan HCO3 dan CO3.
CO2 + CaCO3 solid + H2O -> Ca(HCO3)2
Kondisi kesetimbangan ini bersifat dinamis, sehingga dapat bergeser ke kanan ataupun
ke kiri. Apabila pada suatu kondiri reaksi kesetimbangan bergeser ke kiri (menuju CO2) maka
jumlah CO2 dalam air akan mendominasi daripada HCO3- dalam air, kelebihan CO2 tersebut
bersifat agresif dimana CO2 akan membentuk kesetimbangan baru dengan HCO3- dengan
bereaksi dengan CaCO3, CaO dengan senyawa lain atau dengan membebaskan CO2 dalam air
ke udara.
Apabila kesetimbangan bergeser ke kanan, (ke arah HCO3-) maka konsentrasi HCO3-
akan lebih banyak daripada CO2, pada kondisi ini CO2 bersifat non agresif dan kelebihan
HCO3- dalam air akan berusaha mencapai kesetimbangan baru dengan membentuk CO3-.
Apabila terdapat Ca2+ yang merupakan kesadahan tinggi maka kelebihan HCO3- tersebut
akan bereaksi dengan Ca2+ membentuk endapan putih yang disebut sebagai scalling. Pada
penyaluran air minum, endapan tersebut dapat menyebabkan penyempitan pada pipa transmisi.
Dalam menentukan suatu kualitas air apakah membentuk scalling atau agresif dapat dilakukan
dengan menghitung Indeks Langelier (LI) dan Indeks Saturasi (SI).
Dalam menentukan konsetrasi CO2 agresif, dapat juga menggunakan grafik Tillman.
Grafik Tillman merupakan grafik yang menunjukkan kesetimbangan antara CO2 dengan
HCO3. Sumbu x pada grafik tillman menunjukkan mg/l HCO3 dan sumbu y adalah
konsentrasi CO2 total. Sedangkan garis diagonal dari kiri ke kanan adalah garis penurunan
CO2 menggunakan CaCO3 dan CaO. Sedangkan skala pH tertera pada sumbu dibagian atas
dan sebelah kanan. Jika titik pertemuan antara konsentrasi CO2 dan HCO3 berada di sebelah
kiri, maka berarti air tersebut mengandung CO2 agresif. Jika tiitik pertemuan berada di sebelah
kanan garis kesetimbangan berati tidak ada CO2 agresif. atau non agresif.
III. Prinsip Praktikum
Pengukuran CO2 agresif dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu metode
penambahan serbuk CaCO3 dan metode grafik Tillman. Pada metode penambahan serbuk
CaCO3 dilakukan berdasarkan pembentukan C2(HCO3)2 yang larut dalam air yang
menunjukkan kemampuan CO2 agresif dalam bereaksi dengan serbuk CaCO3. Sedangkan pada
metode grafil tillman,contoh air diukur asiditas dan alkalinitasnya kemudian dihitung besar
konsentrasi CO2 dan HCO3 dalam satuan mg/l dan diplotkan pada grafik Tillman.
IV. Alat dan Bahan
4.1 Alat
1. Botol tertutup
4.2 Bahan
1. Serbuk CaCO3
2. Contoh air
V. Cara Kerja

VI. Tabel Data Hasil Praktikum


No. Dokumentasi Keterangan

VII. Pengolahan Data


Berikut adalah contoh perhitungan CO2 agresif dengan menggunakan grafik Tillman :
Misalkan CO2 = 50 mg/l dan HCO3- = 140 mg/l terletak pada titik A. Maka, langkah
perhitungannya adalah sebagai berikut :
• Titik A ditarik sejajar dengan garis CaCO3 memotong garis kesetimbangan pada titik B.
Kemudian Tarik garis kearah kiri berpotongan pada titik C, sehingga diperoleh CO2 = 14
mg/l
• Konsentrasi CO2 agresif adalah garis AC atau 50-14 mg/l = 36 mg/l
• Penurunan CO2 agresif + CaCO3 -> kesadahan sementara akan naik dari 6,4°G menjadi
10,9°G
• Sehingga CO2 bebasnya menjadi 14 mg/l

VIII. Pembahasan
IX. Kesimpulan
X. Daftar Pustaka
30 September 2020
MODUL IV
FOSFAT

I. Tujuan
1.1 Menentukan intensitas warna biru yang terjadi
1.2 Menentukan kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan absorbansi
1.3 Menentukan slope kemiringan

II. Landasan Teori


Fosfat dalam air dapat bersumber dari air limbah domestik berupa air sabun, detergen, dan
tinja; limbah pertanian seperti pupuk NPK, dan industri yang memanfaatkan fosfat untuk
menghilangkan kerak dalam boiler. Fosfat merupakan nutrient bagi mikroorganisme sehingga
pada badan air yang mengandung senyawa fosfat akan menyebabkan tumbuhnya plankton,
phytoplankton, algae, dan cyanobacteria.
Berdasarkan jenisnya senyawa fosfat dalam air dibedakan menjadi 3 yaitu
a. Ortofosfat
- Trisodium fosfat (Na3PO4)
- Disodium fosfat (Na2HPO4)
- Monosodium fosfat (NaH2PO40
- Diammonium fosfat ((NH4)2HPO4)
b. Polifosfat
Sodium hexametafosfat (Na3 (PO3)6)
- Sodium tripolyfosfat (Na5P2O10)
- Tetrasodium pyrofosfat (Na4P2O7)
c. Senyawa fosfat organik
- ATP (Adenosine Tri Phosphate)
- ADP (Adenosine Di Phosphate)
- Dll
Di dalam air, senyawa polifosfat akan terhidrolisa menjadi ortofosfat, begitu pula senyawa
organic fosfat yang akan terurai dengan bantuan mikroorganisme sehingga memberikan hasil
akhir berupa senyawa ortofosfat.
Na4P2O7 + H2O -> 2 Na2HPO4
Bentuk fosfat anorganik dan fosfat organic dalam air tidak hanya dalam bentuk terlarut tetapi
juga dapat berada dalam bentuk tersuspensi atau terdapat dalam kekeruhan yang akan
mengendap. Sehingga fosfat juga dapat ditemukan dalam sedimen atau lumpur dengan satuan
yang digunakan untuk menyatakan fosfat adalah mg P/l air atau sering ditulis sebagai mg PO2-
3-P/l.
III. Prinsip Praktikum
Senyawa kompleks berwarna kuning akan dibentuk berdasarkan hasil reaksi antara ortho
fosfat dengan ammonium molibdat. Selanjutnya ditambahkan reduktor SnCl2 yang akan
tereduksi sehingga senyawa kompleks berwarna biru terbentuk. Intensitas warna biru yang
terjadi diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm.

IV. Alat dan Bahan


4.1 Alat
1. Spektofotometer
2. Timbangan
4.2 Bahan
1. Contoh air
2. Larutan ammonium molibdat
3. Larutan SnCl2
4. Larutan standar fosfat

V. Cara Kerja
VI. Tabel Data Hasil Praktikum
No. Dokumentasi Keterangan

VII. Pengolahan Data


• Perhitungan Slope
𝐶
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 =
𝐴
Dengan :
C = konsentrasi (mg/L0
A = absorbansi

• Konsentrasi fosfat (mg/l)


Konsentransi fosfat (mg/L) = Absorbansi contoh x Slope
VIII. Pembahasan
IX. Kesimpulan
X. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai