LABORATORIUM LINGKUNGAN
B. TEMPERATUR ............................................................................................................. 15
C. pH .................................................................................................................................... 17
F. TANAH .......................................................................................................................... 27
G. KEBISINGAN ............................................................................................................... 29
I. ASIDI-ALKALINITAS ................................................................................................ 33
J. NETRALISASI .............................................................................................................. 41
M. NITROGEN ................................................................................................................... 51
N. FOSFAT .......................................................................................................................... 61
1. Pendahuluan
Pengambilan contoh air (water sampling) merupakan salah satu bagian yang tak
terpisahkan dari sistem pengukuran kualitas air, yaitu untuk mendapatkan data
kualitas air yang akurat dan valid untuk mendapatkan data hasil pengukuran yang
valid (representatif), diperlukan:
a. Contoh air yang representatif;
b. Metode analisis dengan tingkat akurasi dan presisi yang dapat diterima;
c. Peralatan dan instrumentasi yang terkalibrasi; dan
d. Sumber daya manusia yang dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan
yang memadai.
Pengertian contoh air yang representatif adalah contoh air yang komposisinya sama
dengan komposisi badan air (sungai, waduk, laut, sumur, dsb) yang akan diteliti
kualitasnya jika contoh air yang akan dianalisis adalah contoh air yang
karakteristiknya telah berubah dari karakteristik asalnya (badan airnya), maka ketika
dianalisis di laboratorium, data yang diperoleh adalah data yang tidak sama dengan
kualitas badan air tersebut, sehingga data yang diperoleh tidak representatif,
sehingga akan menimbulkan kesalahan dalam membuat kesimpulan tentang kualitas
badan air tersebut, yang selanjutnya akan menimbulkan kesalahan yang lebih jauh
yaitu kesalahan dalam mengambil kebijakan yang akan diterapkan dalam rangka
pengelolaan kualitas air tersebut.
Maksud dan tujuan pengambilan contoh air adalah mengumpulkan volume air dari
badan air yang akan diteliti kualitasnya dengan volume sekecil mungkin tetapi
karakteristik dan komposisinya masih sama dengan karakteristik badan air tersebut.
1
Untuk mendapatkan contoh air yang representatif diperlukan beberapa persyaratan
diantaranya:
a. Pemilihan lokasi yang tepat
b. Teknik pengambilan contoh
c. Metode pengawetan contoh
2
kedalaman sungai tersebut. Pada Tabel 1. dicantumkan perkiraan jarak yang
diperlukan untuk pencampuran.
Untuk pengambilan contoh di sungai diperlukan alat bantu yaitu perahu atau
jembatan. Jembatan merupakan tempat pengambilan contoh air yang paling ideal,
karena mudah dicapai dan sangat membantu dalam pengambilan contoh air.
3
b. Untuk kedalaman 10-30 meter, contoh di ambil di 3 (tiga) titik, yaitu di
permukaan, dilapisan tengah dan di dasar danau.
c. Untuk kedalaman 30-100 meter, contoh di ambil di 4 (empat) titik
pengambilan, yaitu di permukaan (epilimnion), ditengah (termoklin, pada
lapisan ini terjadi perubahan suhu secara vertikal relatif besar), ditengah
(hipolimnion, pada lapisan ini mempunyai suhu yang stagnan) dan di dasar
danau.
4
2.4. Pengambilan contoh di instalasi pengolahan air
Pemilihan lokasi pengambilan contoh air di dalam instalasi pengolahan air
ditujukan untuk mengetahui efisiensi setiap proses yang ada di dalam instalasi,
yaitu dari mulai air baku sampai dengan air hasil olahan, dengan demikian
jumlah titik sampling tergantung kepada banyaknya proses yang digunakan di
dalamnya. Contohnya lokasi sampling untuk instalasi pengolahan air minum.
a. Air baku
b. Air setelah bak sedimetasi
c. Air setelah filtrasi, setelah penambahan kapur dan kaporit
d. Air di reservoar (bak penampung)
e. Air di konsumen
5
pengambilan. Oleh sebab itu, pengambilan contoh air sesaat (grab sample)
ditujukan untuk badan air yang kualitasnya relatif stabil terhadap perubahan
musim dan perubahan kedalam badan air. Contohnya air sumur dalam, kualitas
airnya relatif stabil sehingga dengan pengambilan contoh sesaat, dapat mewakili
kualitas badan air tersebut. Pengambilan contoh sesaat juga digunakan untuk
studi pendahuluan, yaitu untuk mengetahui kualitas badan air secara umum.
Dengan demikian data hasil pengukuran contoh air komposit merupakan data
kualitas air rata-rata selama selang waktu tertentu. Pengambilan contoh air secara
komposit ditujukan untuk badan air yang kualitasnya berubah terhadap waktu,
Misalnya sungai yang diduga dicemari oleh buangan domestik (buangan rumah
tangga), maka dapat dipastikan bahwa kualitas air tersebut akan berubah setiap
waktu, tergantung kepada adanya air buangan domestik yang masuk, maka untuk
mengetahui kualitas air sungai tersebut tidak cukup hanya dengan satu kali
pengambilan contoh air (grab sampel), tetapi harus dilakukan pengambilan
contoh selama waktu tertentu (umumnya 24 jam atau 1 minggu) dengan rentang
waktu pengambilan tertentu, kemudian contoh air tersebut digabungkan. Data
hasil pengukuran contoh air komposit tersebut merupakan data kualitas rata-rata
badan air tersebut selama rentang waktu tertentu (umumnya 24 jam atau 1
minggu).
6
Pengambilan contoh air secara komposit dapat dilakukan untuk badan air yang
kualitas airnya berubah terhadap perubahan tempat. Maka pengambilan contoh
air harus dilakukan pada beberapa lokasi, kemudian digabungkan. Jika untuk
mengetahui kualitas air sungai dengan lebar sungai yang cukup lebar, maka
pengambilan contoh air pada satu lokasi tidak cukup menggambarkan kualitas air
rata-rata dari sungai tersebut. Maka harus dilakukan pengambilan contoh pada
beberapa lokasi, sepanjang lebar sungai tersebut, kemudian contoh-contoh air
tersebut digabungkan menjadi satu contoh.
Beberapa jenis alat pengambil contoh air yang umum digunakan dalam
pengambilan contoh air:
a. Alat pengambil contoh air sederhana, seperti ember plastik atau botol biasa;
b. Alat pengambil contoh air secara mendatar (horizontal), adalah alat yang
dirancang sedemikian rupa untuk mengambil air pada kedalaman tertentu
untuk air sungai atau tempat yang airnya mengalir lihat Gambar 1;
c. Alat pengambil contoh air secara vertikal adalah alat yang dirancang
sedemikian rupa untuk mengambil air pada kedalaman tertentu untuk air
yang relatif tidak mengalir (seperti di danau atau waduk) lihat Gambar 2; dan
d. Alat pengambil contoh air komposit (composite sampler), adalah alat
pengambil contoh air secara automatik, yang terdiri dari:
Pompa pengambil contoh air dengan daya hisap (debit) yang dapat diatur,
7
Timer, untuk mengatur lamanya pengambilan contoh air yang akan
dilakukan,
Botol penampung contoh air.
Sebagai sumber listrik, umumnya digunakan baterai (Sumber DC) yang dapat
discharge (Gambar 3.)
8
Gambar 3. Water Composite Sampler
9
4.4. Pereaksi dan peralatan untuk pengukuran parameter lapangan dan pereaksi
untuk pengawetan contoh air
Ada beberapa parameter air yang tidak mungkin diawetkan, tetapi harus sesegera
mungkin dilakukan pengukuran, yaitu dilakukan pengukuran di lapangan
(dilokasi pengambilan contoh air). Parameter yang umumnya dilakukan
pengukuran di lokasi pengambilan contoh air adalah temperatur, pH, oksigen
terlarut, asiditas dan alkalinitas, sisa klor. Dengan demikian perlu disiapkan
peralatan dan pereaksi untuk pengukuran parameter di lapangan
1 Temperatur Thermometer
2 pH pH meter
3 Konduktivitas Condutivity meter
4. Oksigen terlarut DO meter
5. Klor aktif DPD- Comparator
6. Asiditas –Alkalinitas Titrasi asidi-alkalinitas
Selain pereaksi untuk pengukuran di lapangan juga harus disiapkan pereaksi untuk
pengawetan contoh air. Pereaksi yang umum digunakan untuk pengawetan adalah:
a. Asam sulfat pekat;
b. Asam nitrat pekat;
c. Larutan NaOH;
d. dan lain-lain.
10
Gambar 4. Foto jergen dan books pendingin untuk penyimpanan contoh air
11
Jika menggunakan alat pengambill contoh air (sampler), maka sampler yang akan
digunakan harus bersih, jika perlu alat dibilas terlebih dahulu dengan air yang
akan diambil contohnya. Kemudian dilakukan pengambilan contoh dengan alat
tersebut, kemudian air yang terdapat pada alat pengambil contoh dipindahkan ke
dalam botol sampel, dan selama pemindahan di jaga agar tidak terjadi perubahan
kualitas air. Setelah botol terisi dengan contoh air, ditambah pengawet, ditutup
dan kemudian diberi label. Selanjutnya contoh air di simpan dalam boks
pendingin yang berisi es. Kemudian dilakukan pengulangan pengambilan contoh
untuk pengukuran parameter dilapangan seperti pengukuran pH, Oksigen
terlarut dll.
Selama pengambilan contoh berlangsung, diamati juga kondisi lapangan dan juga
cuaca (misalnya; hujan atau dalam keadaan terang, kondisi sungai dalam keadaan
banjir, dll). Selama perjalanan dari lapangan ke laboratorium, boks pendingin
tetap dijaga agar suhu tetap dingin (4 0C). Selama penyimpanan di laboratorium
harus dalam keadaan dingin (4 0C) dan perlu diingatkan bahwa lamanya
penyimpanan terbatas dan setiap parameter air mempunyai waktu penyimpanan
/pengawetan yang tertentu. Analisis contoh air harus sudah dilakukan sebelum
batas waktu penyimpanan habis.
12
kira-kira 5 liter contoh air diperlukan untuk pengukuran dengan parameter
kualitas air yang cukup lengkap.
Daftar Pustaka
1. AWWA, Introduction to Water Quality Analyses, 1975
2. AWWA, Standard Methods For The Examination of Water and WasteWater, 18
th Edition, 1992
3. UNEP, Water Quality Monitoring, E & FN Spon an Imprint of Chapman & Hall,
UK, 1996
14
B. TEMPERATUR
1.1. Umum
Parameter temperatur air perlu diperiksa, karena parameter temperatur merupakan
parameter fisik air yang penting dalam menunjang kehidupan biota air. Jika terjadi
peningkatan temperatur yang tinggi, yang mungkin disebabkan oleh pembuangan
limbah bahang (misalnya air pendingin dari PLTU) atau dari sumber lain, akan
menyebabkan terjadi perubahan reaksi biokimia di dalam kehidupan biota air, dan
pada kondisi ekstrim dapat menimbulkan kematian pada biota air.
Temperatur air harus di ukur di lapangan atau di tempat pengambilan contoh air,
karena temperatur air akan berubah menyesuaikan dengan temperatur udara
disekitarnya. Pengukuran temperatur menggunakan termometer gelas yang diisi oleh
alkohol atau merkuri dengan ketelitian 0,1 oC. Bisa juga digunakan termometer
elektronik yang biasa dipasang bersamaan dengan alat DO meter dan Condutivity
meter. Cara pengukurannya sangat tergantung kepada termometer yang digunakan.
Jika digunakan termometer gelas, maka termometer tersebut dicelupkan ke dalam air,
dan dibiarkan sampai cairan dalam kolom termometer berhenti bergerak. Untuk
termometer elektronik dengan probe yang panjang dapat digunakan untuk
mengukur temperatur air pada berbagai kedalaman.
15
b. Jika pengukuran temperatur untuk contoh air yang sedikit, termometer dicuci/
dibilas dengan contoh air, kemudian termometer dicelupkan ke dalam wadah
yang berisi contoh air tersebut, biarkan kira-kira 1 menit, sampai cairan dalam
termometer stabil. Baca dan catat temperatur yang diperoleh dengan ketelitian 0,1
oC.
16
C. pH
1.1. Umum
pH merupakan parameter untuk menyatakan suatu keasaman air, untuk menyatakan
banyaknya ion H+ di dalam air, semakin banyak ion H+ di dalam air semakin rendah
pH air, karena:
pH = -log [ H+]
Data pH air juga diperlukan untuk proses pengolahan air, karena efisiensi proses
pengolahan air sangat dipengaruhi oleh pH air, misalnya pengolahan air limbah
secara biologis, proses koagualsi dll.
17
pengukuran pH air, dengan cara mencampurkan larutan indicator dengan contoh air,
maka akan dihasilkan larutan berwarna, yang selanjutnya dibandingkan dengan
warna standar pH yang terbuat dari liquid atau gelas (Comparator disk).
Ketelitiannya dapat mencapai skala pH ± 0,2 Kelemahan dari metode ini adalah sifat
fisik dan kimia dari air akan mempengaruhi pembentukan warna, sehingga akan
menimbulkan kesalahan pengukuran (misalnya air keruh atau berwarna).
Pengukuran pH air dengan menggunakan pH meter lebih akurat, relatif bebas dari
gangguan, dapat memberikan ketelitian mencapai skala pH ± 0,01. Untuk pH meter
dengan bentuk pocket, atau portable meter dapat memberikan ketelitian ± 0,05.
Peralatan pH meter harus dirawat, dan elektrode harus diganti secara periodik
(periode tahunan). Sebelum digunakan, pH meter harus dikalibrasi dengan larutan
buffer pH 4,0, pH 7,0 dan pH 9,0. Untuk elektrode yang baru, sebaiknya electrode
tersebut direndam terlebih dahulu dengan aquadest beberapa jam, sebelum
digunakan. Jika electrode tidak digunakan, maka ujung electrode harus selalu basah
dengan cara merendam dalam aquadest. Dan ujung electrode harus dijaga dari
tumbukan dengan benda keras agar jangan pecah atau rusak.
18
1.3. Prosedur Pengukuran
a. Dua buah tabung komparator dengan volume 10 ml, diisi dengan contoh air,
kemudian kedua tabung tersebut disimpan dalam tempatnya pada komparator
pH.
a. pH meter yang ada di pasaran banyak sekali modelnya, dan setiap jenis pH meter
dilengkapi dengan buku petunjuk perawatan dan pengoperasiannya. Secara
umum pH meter terdiri dari display untuk pembacaan, electrode gelas,
thermometer, tombol pengatur temperatur, tombol pengatur kalibrasi.
b. Setiap pH meter yang akan digunakan untuk mengukur pH air harus dikalibrasi
terlebih dahulu dengan larutan buffer pH 4, 7 dan 9.
19
1.3.3. Pengukuran pH contoh air
1.4. Catatan
Untuk pengukuran pH, sebaiknya dilakukan di tempat pengambilan contoh air
(pengukuran lapangan), atau paling lama 2 jam setelah pengambilan contoh air
harus sudah diperiksa.
20
D. KONDUKTIVITAS (Daya Hantar Listrik)
1.1. Umum
Daya hantar listrik, atau electric conductivity (EC), adalah kemampuan air untuk
menghantar arus listrik, hal ini disebabkan karena adanya mineral yang terlarut
dalam air yang terionisasi. Adanya ion-ion tersebut di dalam air berkemampuan
untuk menghantarkan arus listrik. Semakin tinggi kemampuan menghantarkan arus
listrik, berarti semakin banyak ion yang ada di dalam air. Sehingga tujuan dari
pengukuran konduktivitas adalah untuk mengetahui banyak ion-ion yang terlarut
dalam air atau banyak mineral yang terlarut. Prinsip dasar pengukuran konduktivitas
dengan cara mencelupkan elektrode yang dialiri arus listrik ke dalam air, dan hasil
pengukuran konduktivitas sangat dipengaruhi oleh temperatur, oleh sebab itu
standar pengukuran pada temperatur 25oC. Banyak jenis alat conductivity meter
dijual dipasaran, peralatan tersebut terdiri dari sel kondutivitas yang mengandung 2
lempeng logam dengan jarak tertentu yang dipasang pada electrode. Elektrode
tersebut di sambungkan dengan kabel pada badan meter dari alat tersebut.
Conductivitimeter terdiri dari sumber listrik (dapat berupa sebuah batterai untuk
model portable), sebuah jembatan Whetstone (suatu alat untuk mengukur tahanan
(resistensi) dan sebuah indikator galvanometer (display) Bentuk desain elektrode,
seperti bentuk, ukuran dan jarak antar dua lempengan akan menentukan nilai
konstanta sel elektrode (Kc) , dan pada umumnya konstanta sel elektrode berkisar
antara 0,1 -2,0. Sel elektrode dengan konstanta 2,0 yang cocok untuk pengukuran
konduktivitas antara 200 – 10000 μS/cm (20 – 1000 mS/m). Konstanta sel elektrode
(Kc) dapat ditentukan dengan cara dikalibrasi dengan larutan KCl 0,01 N (larutan KCl
0,01 N = 1413 μS/cm pada 25oC)
Kc = Ct/Cm
Dimana:
Kc = Konstanta sel eletrode
Ct = Nilai konduktifitas teoritis untuk larutan KCl
Cm = Nilai konduktifitas yang ditunjukkan oleh alat
21
Pada waktu pengukuran, jangan lupa diukur temperatur contoh air, karena nilai
konduktivitas sangat tergantung kepada temperatur. Oleh sebab itu hasil pengukuran
konduktivitas dinyatakan dalam temperatur 25oC, Jika pengukuran tidak dilakukan
pada temperatur tersebut, maka dilakukan konvensasi dengan cara memutar tombol
temperatur pada alat sesuai dengan temperature contoh air.
22
Tabel 4. Nilai Konduktivitas Larutan KCl
23
Daftar Pustaka
1. Sawyer Clair N, Mc Carty Perry L. and Parkin Gene F, Chemistry for Environmental
Engineering and Science, Fifth Edition, Mc Graw Hill, Boston, 2003
2. AWWA, Standard Methods For The Examination of Water and WasteWater, 20 th
Edition, 1998
3. UNEP, Water Quality Monitoring, E & FN Spon an Imprint of Chapman &Hall, UK,
1996
24
E. TDS (Total Disolve Solid)
1.1. Umum
TDS adalah singkatan dari Total Dissolve Solid yaitu Total Padatan Terlarut. TDS
mewakili jumlah kandungan zat yang terlarut dalam air. Satuan yang digunakan
adalah miligram per liter (mg/l). Zat terlarut berasal dari limbah khusus di
daerah perkotaan. Selain itu berasal dari larutan mineral yang berasal dari
bebatuan yang dilewati oleh aliran air. TDS tidak berpengaruh terhadap
kesehatan selama air masih terasa tawar. Oleh karena itu, WHO tidak
mengeluarkan batas maksimal kadar TDS dalam air, sebab TDS dianggap sebagai
standar sekunder atau kurang penting bagi kualitas air minum dan hanya
dianggap sebagai faktor estetis (rasa) saja. Di Indonesia nilai maksimum TDS
untuk air minum yaitu 500 mg/l. Batas TDS untuk air bersih adalah 1000 mg/l/
Sumber: http://www.who.int/water_sanitation_health/dwq/chemicals/tds.pdf
25
- Tulis hasil pengukuran dan hitung rata-rata TDS dan suhu airnya,
sehingga didapatkan hasil pengukuran dari alat tersebut.
26
F. TANAH
1.1. Umum
Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri dari komponen –
komponen padat, cairan dan gas, memiliki sifat serta perilaku yang dinamik.
Tanah merupakan suatu sistem yang kompleks, berperan sebagai sumber
kehidupan tanaman, yang mengandung semua unsur yang berbeda baik dalam
maupun jumlahnya. Unsur hara mikro seperti besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn)
dan tembaga (Cu) merupakan unsur hara penting bagi tanaman yang terdapat
dalam tanah. Suhu tanah berpengaruh terhadap proses – proses metabolisme
dalam tanah seperti mineralisasi, respirasi mikroorganisme dan akar serta
penyerapan air dan hara oleh tanaman.
Kelembaban tanah adalah jumlah air yang ditahan di dalam tanah setelah
kelebihan air dialirkan, apabila tanah memiliki kadar air yang tinggi maka
kelebihan air tanah dikurangi melalui evaporasi, transpirasi dan transpor air
bawah tanah. pH tanah adalah tingkat keasaman atau kebasaan suatu benda yang
diukur dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. pH tanah atau
tepatnya pH larutan tanah sangat oenting karena larutan tanah mengandung
unsur hara seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K) dan Pospor (P) dimana
tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang dan
bertahan terhadap penyakit.
27
- Lakukan bor pada tanah, dengan kedalaman hingga 0-20 cm untuk
kepentingan pengukuran kimiawi;
- Setelah itu sampel tanah dimasukkan ke dalam wadah sampel yang
disediakan;
- Untuk mengukur kelembaban, suhu dan pH dilakukan dengan soil
tester;
- Tekan tombol ON/OFF
- Masukkan soil tester hingga kedalaman 10-20 cm pada tanah;
- Setiap titik dilakukan pembacaan hingga angka pada alat ukur stabil.
Dilakukan pembacaan hingga 2 kali;
- Tulis hasil pengukuran dan hitung rata-rata pH, Suhu dan
kelembaban/keadaan air yang dihasilkan pada alat tersebut;
28
G. KEBISINGAN
1.1. Umum
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat
menggangu pendengaran dan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang
terpapar (WHS, 1993). Dari segi kualitas, bunyi dibedakan menjadi dua yaitu
frekuensi yang dinyatakan dalam jumlah getaran per detik (Hertz) yaitu jumlah
getaran dalam satu detik yang sampai ke telinga dan intensitas atau arus energi
yang dinyatakan dalam desibel (dB) yaitu perbandingan antara kekuatan dasar
bunyi dengan frekuensi yang dapat diterima oleh telinga normal (Suma’mur,
1995).
a. Klasifikasi kebisingan
Kebisingan diklasfikasi menjadi dua jenis golongan yaitu kebisingan tetap
(steady noise) dan kebisingan tidak tetap (unsteady noise). Kebisingan tetap
terdiri dari kebisingan dengan frekuensi terputus dan kebisingan tetap.
Kebisingan tidak tetap terdiri dari kebisingan fluktuatif, intermitent noise dan
kebisingan impulsif.
b. Tingkat dan sumber bunyi pada skala kebisingan
29
c. Pengukuran intensitas kebisingan
Pengukuran kebisingan biasanya dinyatakan dengan satuan decibel (dB).
Decibel adalah suatu unit pengukuran kuantitas resultan yang
merepresentasikan sejumlah bunyi dan dinyatakan secara logaritmik. Alat
yang dipergunakan untuk mengukur intensitas kebisingan adalah sound
level meter (SLM). Sound level meter ini mengukur perbedaan tekanan yang
hasil keluaran dari alatnya menggunakan persamaan:
d. Dampak kebisingan
Dampak kebisingan berdampak buruk pada kesehatan diantaranya:
- Gangguan fisiologis: sistem internal tubuh, ambang pendengaran,
gangguan pola tidur.
- Gangguan psikologis: khawatir, takut
- Gangguan patologis organis: ketulian
- Komunikasi: mengganggu pembicaraan dan pendengaran
30
- Pilih selektor pada posisi max untuk jenis kebisingan continue atau
berkelanjutan atau selektor pada posisi min untuk jenis kebisingan
impulsive atau yang terputus-putus;
- Pilih selektor range intensitas kebisingan;
- Kemudian tentukan area yang akan diukur;
- Setiap area pengukuran dilakukan pengamatan selama 1 jam, minimal 60
kali pembacaaan. (1 menit);
- Hasil pengukuran berupa angka yang ditunjukkan pada monitor; dan
- Tulis hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingannya, maka akan
diketahui hasil pengukuran dari kebisingan tersebut.
31
H. KECEPATAN ANGIN
1.1. Umum
Kecepatan angin merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diketahui
oleh masyarakat seperti untuk pemantauan cuaca dan arah angin selain itu untuk
mengukur tinggi gelombang laut dan tekanan udara. Satuan yang digunakan
adalah Km/Jam.
32
I. ASIDI-ALKALINITAS
1.1. Umum
Pengertian asiditas adalah kemampuan air untuk menetralkan larutan basa,
sedangkan alkalinitas adalah kemampuan air untuk menetralkan larutan asam. Asidi-
alkalinitas dalam air berkaitan erat dengan pH, dan penyebabnya adalah:
a. H+ (asam mineral, asam organik)
b. CO2 (dari atmosfer, dari hasil penguraian zat organik oleh mikroorganisme)
c. HCO-3 (bikarbonat, Ca(HCO3)2)
d. CO3-2 (karbonat, Na2CO3)
e. OH- (hidroksida, NaOH, Ca(OH)2)
Asam mineral, (HCl, H2SO4, H2S dll) atau asam organik (asam asetat, asam format
dll), banyak terdapat di dalam air limbah industri, seperti air limbah dari proses
metalurgi atau electroplating. Air alamiah juga mengandung asam mineral yang
berasal dari melarutnya mineral yang berasal dari asam kuat, contohnya:
Atau teroksidasinya senyawa sulfur oleh oksigen dan akan terbentuk asam sulfat.
Dalam dunia pertambangan proses pembentukan asam sulfat tersebut dikenal
dengan air asam tambang.
Jika suatu air mengandung asam mineral atau asam organik, maka pH air tersebut
pH ≤ 4,3.
Gas CO2 yang berasal dari atmosfer atau yang berasal dari penguraian zat organik
oleh mikrooragnisme akan menyebabkan asiditas dalam air, karena gas CO 2 dalam
air dapat terdiffusi dan bereaksi dengan air membentuk asam karbonat yang bersifat
asam.
33
Kemungkinan komposisi penyebab asiditas dalam air adalah:
a. Hanya disebabkan oleh asam (asam mineral asam organik) pH air ≤ 4,3, disebut
dengan asidital metal orange (Methyl orange acidity)
b. Disebabkan oleh asam dan gas CO2 (H+ dan CO2)
c. Disebabkan oleh gas CO2, pH air berkisar antara pH 4,3 -8,3.
Pengertian asiditas metil orange (methyl orange acidity) adalah banyaknya basa yang
harus ditambahkan untuk menetralkan asam dalam air (H+) sampai pH air mencapai
pH ± 4,3. Pengertian asiditas total atau asiditas fenolftalin (phenol phthalin acidiy)
adalah banyaknya basa untuk menetralkan asiditas dalam air sampai pH = 8,3.
(phenol phthalin berwarna ros). Kemungkinan komposisi penyebab alkalinitas dalam
air adalah
a. Gas CO2 dan HCO3- (pH air ≤ 8,3)
b. HCO3- (pH air ≤ 8,3)
c. HCO3- dan CO3-2 (pH air ≥ 8,3)
d. CO3-2 (pH air ≥ 8,3)
e. CO3-2 dan OH- (pH air ≥ 10)
f. Hanya OH- (pH air ≥ 10)
Jika suatu contoh air ditambah indikator fenolftalin berwarna merah maka pH air
≥8,3, berarti kemungkinan penyebab alkalinitas dalam air adalah karbonat dan
hidroksida dan disebut dengan alkalinitas fenolftalin (phenolphthalein alkalinity), yaitu
banyaknya asam yang harus di tambahkan ke dalam air sampai pH 8,3. Sedangkan
pengertian total alkalinitas (total alkalinity) adalah akalinitas yang disebabkan oleh
bikarbonat , karbonat dan hidroksida, yaitu banyaknya asam yang dibutuhkan untuk
menetralkan air sampai pH nya mencapai pH 4,3. Data asidi-alkalinitas dalam air
sangat berguna untuk :
a) Data CO2 banyak digunakan untuk mengetahui sifat korosifitas air, terutama
korosifitas dalam pipa distribusi air minum.
b) Berguna untuk mengetahui efektifitas proses aerasi.
c) Proses koagulasi dalam pengolahan air.
34
d) Perhitungan kebutuhan kapur dan soda dalam proses kapur soda untuk
penurunan kesadahan.
e) Untuk mengetahui kualitas air dalam rangka memenuhi baku mutu air.
1.3.2. Reaksi
1. Asiditas : H+ + OH- H2O
CO2 + OH- HCO3-
HCO3- + H H2O + CO2
2. Alkalinitas : OH- + H+ H2O
CO3=+ H+ HCO3-
HCO3- + H H2O + CO2
35
1.3.3. Pereaksi
a) Larutan NaOH 0,1 N
4 gr kristal NaOH dilarutkan dalam 1 L aquadest yang telah dipanaskan,
kemudian dinginkan. Tentukan normalitasnya dengan larutan standar asam
oxalat 0,1 N.
b) Larutan Asam Oxalat (H2C2O4. 2H2O) 0,1 N
6,3 gr asam oxalat p.a yang telah ditimbang dengan teliti, dimasukkan ke dalam
labu ukur 1 L. Larutkan dan encerkan dengan aquadest hingga volumenya tepat
1 L.
c) Larutan HCl 0,1 N
Encerkan 8,3 ml HCl pekat (37 % BJ 1,18) dalam aquadest hingga volumenya 1L.
d) Larutan Natrium Tetra Borat 0,1 N
Timbang dengan teliti 19,071 gr Natrium Tetra Borat (Na2B4O7.10H2O) p.a.,
kemudian larutkan dengan aquadest dalam labu ukur 1 L, encerkan dengan
aquadest sampai tanda batas.
e) Larutan indikator fenolftalein 0,035 %
Larutkan 0,035 gr indikator fenolftalein dalam etanol 70 %, kemudian encerkan
dengan etanol hingga volumenya 100 ml. Netralkan dengan larutan NaOH 0,1
N sampai merah muda.
f) Larutan indikator metil orange 0,1 %
Larutkan dan encerkan 0,1 gr metil orange dalam aquadest hingga volumenya
100 ml.
g) Standarisasi larutan NaOH 0,1N
25 ml larutan standar asam oxalat 0,1N dipipet dengan menggunakan volumetri
pipet, dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Tambahkan 20 tetes larutan
indikator fenoftalein 0,035 %, dan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai
cairan berwarna merah muda. Catat ml NaOH 0,1N yang digunakan.
Normalitas NaOH =
36
h) Standarisasi larutan HCl 0,1 N 25 ml larutan standar Natrium Borat 0,1N dipipet
dengan menggunakan volumetri pipet, dan dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer. Tambahkan 3 - 5 tetes indikator metil orange 0,1 %, dan titrasi
dengan larutan HCl 0,1N sampai cairan berubah warna dari kuning menjadi
jingga (orange). Catat ml HCl 0,1N yang digunakan.
Normalitas HCl =
100 ml contoh air ditambah 20 tetes indicator phenol phthalin, kemudian dititrasi
dengan larutan NaOH), 1 N sampai cairan berwarna merah muda. Catat banyak
volume NaOH 0,1 N yang digunakan untuk titrasi tersebut.
100 ml contoh air ditambah 20 tetes indicator phenol phthalin (air berwana
merah), kemudian dititrasi dengan larutan HCl atau H2SO4 0,1N sampai warna
merah tepat hilang. Catat banyak volume HCl atau H2SO4 0,1 N yang digunakan
untuk titrasi tersebut.
37
d) Alkalinitas total.
100 ml contoh air ditambah 3 tetes larutan indicator methyl orange, kemudian
dititasi dengan larutan HCl atau H2SO4 0,1 N sampai cairan berwarna orange
(pH =4,3). Catat volume HCl atau H2SO4 0,1 N yang digunakan untuk titarsi.
mlNaOH x 1000 ,025 mlHCl x 1000 ,025
a. Masukkan 100 ml contoh air ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 20 tetes indikator
fenolftalein 0,035 %.
b. Amati perubahan warna yang terjadi. Jika warna air tetap tidak berwarna, lakukan
cara kerja untuk asiditas. Jika terjadi perubahan warna air menjadi merah (merah
muda), lakukan cara kerja untuk alkalinitas.
c. Asiditas
- Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai cairan berwarna merah muda. Catat
banyaknya larutan NaOH 0,1 N yang digunakan (misalkan p ml).
- Tambahkan 3 - 5 tetes indikator metil orange 0,1 %.
- Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai cairan berubah warna dari kuning
menjadi jingga (orange). Catat banyaknya larutan HCl yang digunakan
(misalkan m ml).
d. Alkalinitas:
- Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai cairan berubah warna dari merah atau
merah muda menjadi tidak berwarna. Catat banyaknya larutan HCl 0,1 N yang
digunakan (misalkan p ml).
- Tambahkan 3 - 5 tetes indikator metil orange 0,1 %.
- Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai cairan berubah warna dari kuning
menjadi jingga (orange). Catat banyaknya larutan HCl yang digunakan
(misalkan m ml)
38
e. Perhitungan
1. Asiditas:
Jika p = m, maka air tersebut mengandung CO2
CO2 = (1000/100) x 2p x N. NaOH x (44/2) = ___mg/l
2. Alkalinitas:
Jika p = m, maka air tersebut mengandung CO3=
CO3= = (1000/100) x 2p x N. HCl x (60/2) = ___mg/l
1.4. Catatan
Pengukuran asidi-alkalinitas harus dilakukan sesegera mungkin dan biasanya
dilakukan di tempat pengambilan contoh (analisa setempat). Teknik pengawetan yang
digunakan adalah pendingin 4oC, dan batas waktu penyimpan yang masih
direkomendasikan adalah 14 hari, kecuali untuk gas CO2, harus dilakukan pada saat
sampling, karena gas CO2 mudah berubah.
39
Daftar Pustaka
1. Sawyer Clair N, Mc Carty Perry L. and Parkin Gene F, Chemistry for Environmental
Engineering and Science, Fifth Edition, Mc Graw Hill, Boston, 2003
2. AWWA, Standard Methods For The Examination of Water and WasteWater, 20 th
Edition, 1998
3. UNEP, Water Quality Monitoring, E & FN Spon an Imprint of Chapman &Hall, UK,
1996
40
J. NETRALISASI
1.1. Umum
Pengertian percobaan netralisasi adalah percobaan penentuan dosis asam atau basa
yang diperlukan untuk menaikkan pH air sampai memenuhi persyaratan.
Peningkatan pH atau penurunan pH dalam air diperlukan, karena air hasil
pengolahan tidak selalu mempunyai pH yang diharapkan sesuai baku mutu.
Contohnya untuk pengolahan air dengan menggunakan tawas sebagai koagulan dan
kaporit sebagai disinfektan, maka akan diperoleh pH air yang lebih rendah, maka
harus dinaikkan pHnya dengan penambahan basa sampai pH memenuhi syarat.
Air hasil pengolahan dengan proses kapur soda, akan diperoleh pH air yang tinggi
(basa) berkisar antara pH 9-10. Untuk itu, perlu diturunkan dengan penambahan
asam.
Bahan kimia yang umum digunakan untuk menaikkan pH adalah kapur (CaO) atau
soda NaOH atau Na2CO3, sedangkan untuk menurunkan pH dapat digunakan asam,
seperti asam sulfat atau asam klorida.
41
Catat ml HCl yang digunakan, misalnya a ml.
42
K. ZAT ORGANIK (Angka Permanganat)
1.1 Umum
Senyawa organik adalah senyawa yang terdiri dari atom C, H, O, N, S, P dan X,
dengan atom karbon sebagai tulang punggungnya, dan atom lain akan berikatan
dengan atom karbon melalui ikatan kovalen.
Jenis senyawa organik di dalam air banyak sekali jenisnya dari mulai senyawa
organik dengan rantai karbon yang pendek (seperti trihalometan, metanol) sampai
rantai panjang (karbohidrat, asam humat dsb), Jenis dan banyak senyawa organik
sangat tergantung dari sumber pencemarnya, apakah berasal dari kegiatan alamiah
seperti penguraian dedaunan, atau dari kegiatan industri seperti zat organik dari zat
warna tekstil.
Untuk mengetahui komposisi zat organik di dalam air atau mengidentifikasi senyawa
organik tersebut tidaklah mudah, diperlukan prosedur analisis yang tidak sederhana,
juga peralatan yang canggih, biaya yang cukup mahal dan waktu pengerjaaannya
yang relatif lebih lama. Oleh sebab itu, pengukuran zat organik di dalam air lebih
banyak digunakan pengukuran secara agregrat
Pengukuran zat organik secara agregat ditujukan untuk mengetahui konsentrasi zat
organik di dalam air secara umum, tanpa mengetahui jenis senyawanya. Dasar
pengukuran secara agregrat adalah berdasarkan sifat atau karateristik senyawa
organik secara umum. Contohnya:
a. Senyawa organik, selalu mengandung atom karbon (C) sebagai tulang
punggungnya, dimana atom yang lain akan berikatan dengan atom karbon
secara kovalen. Berdasarkan sifat tersebut, maka dilakukan pengukuran atom
43
karbon dari senyawa organik di dalam air, tanpa memperhatikan jenis
senyawa organiknya, dan dikenal dengan parameter TOC (Total Organic
Carbon).
b. Secara umum, hampir semua senyawa organik dapat dioksidasi oleh oksidator
kuat (KMnO4, K2Cr2O7 dll). Maka berdasarkan sifat tersebut, dikenal parameter
COD dan angka Permanganat, yaitu banyaknya oksidator yang diperlukan untuk
mengoksidasi senyawa organik di dalam air. Dengan demikikan parameter COD
digunakan untuk menunjukkan banyaknya zat organik di dalam air (tanpa
diketahui jenisnya) yang dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7 dengan kondisi tertentu.
c. Sebagian dari zat organik dapat digunakan sebagai sumber energi oleh sel
mikroorganisme, seperti karbohidrat, lemak protein dsb. Dengan demikian
sebagian zat organik di dalam air dapat diuraikan oleh mikroorganisme sebagai
sumber energi. Berdasarkan sifat tersebut, maka dikembangkan prinsip
pengukuran senyawa organik di dalam air yang hanya ditujukan untuk
pengukuran zat organik yang dapat terurai (biodegradable) oleh mikrorganisme
pada kondisi tertentu, dikenal dengan parameter BOD (Biochemical Oxygen
Demand).
Satuan yang digunakan untuk menyatakan banyaknya zat organik adalah mg/L
KMnO4, artinya yang dihitung adalah banyaknya mg KMnO 4 yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi senyawa organik dalam 1 liter air, hal ini disebabkan karena
tidak diketahui jenis senyawa organik dalam air tersebut, sehingga sulit menentukan
berat molekul dari zat organik tersebut, digunakan satuan mg/L KMnO 4 agar lebih
praktis.
44
Kelemahan metode ini adalah untuk jenis senyawa organik yang mudah menguap,
tidak akan terukur karena akan menguap pada pemanasan di dalam labu erlenmeyer
yang terbuka.
Adanya senyawa anorganik yang dapat teroksidasi oleh KMnO 4, akan terukur
sebagai senyawa organik, seperti klorida, nitrit, sulfida dll.
Teknik pengawetan contoh air untuk pengukuran zat organik adalah dengan cara
ditambah H2SO4 sampai pH<2 dan didinginkan 4oC. Dapat digunakan wadah yang
terbuat dari gelas atau plastik.
1.3.3. Reaksi
Zat organik + KMnO4 berlebih CO2 + H2O
2KMnO4 + 5H2C2O4 + 3H2SO4 2MnSO4 + 10CO2 +K2SO4
1.3.4. Pereaksi
a. Larutan KMnO4 0,1 N
3,16 gr KMnO4 dilarutkan dalam aquadest, lalu encerkan hingga volumenya tepat
1 L. Didihkan selama 10 menit. Tambah aquadest untuk menggantikan air yang
hilang sampai volumenya 1 L. Biarkan di tempat gelap selama 3 hari. Saring
dengan saringan gelas wool. Simpan dalam botol coklat.
45
c. Larutan Asam Oxalat (H2C2O4.2H2O) 0,1 N
6,3 gr asam oxalat ditimbang dengan teliti, kemudian dilarutkan dalam aquadest.
Masukkan ke dalam labu ukur 1 L, lalu tambahkan 50 ml H2SO4 pekat, dan
encerkan dengan aquadest sampai tanda batas.
100 ml larutan asam oxalat 0,1 N dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur 1 L.
Tambahkan 10 ml larutan H2SO4 4 N, dan encerkan dengan aquadest sampai tanda
batas.
Faktor ketelitian = 10
mL KMnO4
1.3.6. Perhitungan
1000
Kandungan zat organik = 𝑥 10𝑎 𝑥 𝐹 10 𝑥 0,01 𝑥 31,6 = 𝑚𝑔/𝑙 𝐾𝑀𝑛𝑂4
100
Daftar Pustaka
1. Sawyer Clair N, Mc Carty Perry L. and Parkin Gene F, Chemistry for Environmental
Engineering and Science, Fifth Edition, Mc Graw Hill, Boston, 2003
2. AWWA, Standard Methods For The Examination of Water and WasteWater, 20 th
Edition, 1998
47
L. ANALISA LUMPUR DAN SVI
1.1 Umum
Pengertian lumpur kasar settleable solid adalah padatan/ lumpur/ material
tersuspensi yang dapat mengendap secara gravitasi. Penentuan kadar lumpur kasar
merupakan hal pening dalam analisa air buangan. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan tabung berbentuk kerucut yang bernama Imhoff cone (lihat Gambar 5.)
yang berskala dan bervolume 1 liter. Sampel air buangan dimasukkan ke dalam
tabung, didiamkan sampai volume lumpur konstan, umumnya selama 1 jam.
Temperatur sampel adalah sekitar temperatur ruang, dan hindari sampel dari cahaya
lanngsung matahari. Pengendapan lumpur diamati dengan periode waktu
pengamatan tertentu, misalnya setiap 15 menit, dan dicatat jumlahnya (dalam ml).
Dari hasil yang diperoleh kemudian dibuat grafik antara waktu pengendapan dan
volume lumpur terbentuk. Dari grafik dapat ditentukan waktu pengendapan
optimum yang memberikan jumlah lumpur terbesar.
48
Sludge Volume Index (SVI) menunjukkan volume lumpur yang ditempati oleh 1 gram
sampel air setelah proses pengendapan selama 30 menit. Umumnya pengendapan
dilakukan dalam gelas ukur bervolume 1 liter. Angka SVI digunakan dalam
pemantauan karakteristik pengendapan lumpur yang dihasilkan dari proses lumpur
aktif atau proses biologi lainnya. SVI sangat berguna dalam proses kontrol secara
rutin. Angka SVI yang tinggi menunjukkan bahwa dalam proses terbentuk lumpur
yang sangat ringan dan mengapung/ melayang dalam air, misalnya karena
banyaknya bakteri filament. Keberadaan lumpur yang mengapung ini akan
mengganggu dalam pengendapan di clarifier.
Nilai SVI antara 50 – 150 menunjukkan bahwa lumpur dapat mengendap dengan
baik, sedangkan MLSS dalam tangki aerasi bernilai 2000 – 4000 mg per liter,
tergantung dari proses dalam tangki aerasi.
1.3. Peralatan
a. Kerucut Imhoff (Imhoff Cone) volume 1 liter
b. Gelas ukur volume 1 liter
c. 2 (dua) buah cawan penguap (mulut lebar)
d. Neraca Analitik
e. Oven
49
1.4. Cara Kerja
a. Pengukuran Lumpur kasar.
Siapkan kerucut Imhoff volume 1 liter dan letakkan dalam posisi tegak lurus, yang
dapat dibantu dengan statif. Contoh air yang homogen dimasukkan ke dalam
kerucut Imhoff sampai tanda batas (volume 1 liter), kemudian pada menit ke 5,
10, 15, 20, 30, 45.......dst diukur volume lumpur yang mengendap. Pengukuran
dihentikan jika volume lumpur telah konstan. Lumpur kasar dinyatakan dalam
ml per liter. Buat grafik hubungan antara waktu pengamatan dengan volume
lumpur.
b. Pengukuran Sludge Volume Index (SVI).
Siapkan gelas ukur bervolume 1 liter, masukkan sampel air yang telah dikocok
sampai volume tepat pada tanda batas 1 liter. Biarkan selama 30 menit, dan catat
volume lumpur yang terbentuk. SVI dinyatakan dalam ml/ gram MLSS
1.5. Perhitungan
𝐕 𝐱 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝐒𝐕𝐈 =
𝐓𝐒𝐒
50
M. NITROGEN
1.1. Umum
Kimia nitrogen di alam lebih komplek, karena tingkat oksidasi (valensi) yang
berbeda-beda dari mulai senyawa NH3 (valensi -3) sampai gas N2O5 (valensi +5).
Sedangkan jenis senyawa nitrogen yang ada di dalam air adalah dari mulai NH 3
sampai NO3- (valensi +5).
Sebagai sumber nitrogen di alam adalah atmosfer, dengan bantuan petir akan
teroksidasi membentuk N2O5 dan kemudian bereaksi dengan air membentuk HNO3
dan terbawa oleh air hujan menuju permukaan bumi. Nitrogen di atmosfer bisa juga
ditangkap oleh bakteri (nitrogen-fixing bacteria) membentuk protein.
Kehadiran senyawa nitrogen di dalam air dapat berasal dari aktifitas pertanian, yaitu
pemberian pupuk urea, atau dari air limbah domestik dan dari limbah industri, atau
berasal dari tanah.
Berbagai jenis senyawa nitrogen berada dalam air:
a. Nitrogen organik (protein, asam amino dll)
b. Ammonia (NH3)
c. Ammonium (NH4+)
d. Nitrit (NO2-)
e. Nitrat (NO3-)
Senyawa N-organik di dalam air dapat berasal dari air limbah domestik atau air
limbah kotoran binatang, akan terurai oleh mikroorganisme membentuk senyawa
ammonia.
Senyawa ammonia di dalam air, dalam suasana asam (pH rendah) akan berubah
menjadi ammonium (NH4+).
NH3 + H+ NH4+
51
2NH3 + 3 O2 2NO2- + 2 H+ + 2H2O
2NO2- + 2O2 2NO3-
Dalam kondisi anaerobik nitrat dan nitrit dapat tereduksi dalam proses denitrifikasi
membentuk Gas N2
b. Pengukuran N-organik
Metode yang umum digunakan untuk pengukuran N-organik adalah metode
Kjeldhal. Senyawa N-organik didektruksi dengan asam sulfat pekat dalam suasana
panas, sehingga membentuk senyawa (NH4)2SO4. Selanjutnya didestilasi dalam
suasana basa NaoH sehingga terbentuk gas NH3 yang menguap dan ditangkap
dengan pelarut kimia tertentu (HCl atau H 3BO3. Selanjutnya NH3 yang ditangkap
ditentukan seperti prosedur di atas.
Hasil yang diperoleh adalah Nitrogen Total Kjeldhal (NTK)
c. Pengukuran Ammonium
Salah satu metode yang umum digunakan untuk pengukuran ammonium dalam air
adalah metode Nessler, yaitu contoh air ditambah pereaksi Nessler membentuk
senyawa berwarna. Selanjutnya warna yang terjadi di ukur dengan spektrofotometer.
52
d. Pengukuran nitrit
Metode yang digunakan adalah metode spektrofotmetri dengan penambahan
pereaksi tertentu membentuk senyawa yang berwarna. Selanjutnya warna tersebut di
ukur dengan alat spektrofotometer.
e. Pengukuran nitrat.
Pengukuran nitrat dalam air lebih sulit, beberapa metode yang umum dipakai adalah:
- Metode UV spectrofotmetri
- Metode Ion Chromatografi
- Metode Elektrode spesifik untuk nitrat
- Metode reduksi membentuk nitrit atau ammonium
Satuan yang umum digunakan untuk menyatakan senyawa Nitrogen adalah satuan
mg N/L, dan sering ditulis sebagai berikut:
Mg NH3 –N/L, mg NO2-N/L dan mg NO3- - N/L
Teknik pengawetan yang harus dilakukan terhadap contoh air yang akan diperiksa
golongan Nitrogen adalah dengan penambahan asam sulfat pekat sampai pH <2 (1
ml asam sulfat pekat untuk 1 liter contoh air), kemudian didinginkan dan dapat tahan
selam 7 hari untuk N-organik.
53
1.4. Prosedur pengukuran
1.4.1. Pengukuran ammonium
1.4.1.1 Metode Nessler - Spectrofotometri
1.4.1.2 Prinsip
NH4+ dalam suasana basa dengan pereaksi Nessler membentuk senyawa kompleks
yang berwarna kuning sampai coklat. Intensitas warna yang terjadi diukur
absorbannya pada panjang gelombang 420 nm.
1.4.1.3. Pereaksi
a. Pereaksi Nessler
100 gr Merkuri Iodida (HgI2) dan 70 gr Kalium Iodida (KI) dilarutkan dalam
aquadest bebas ammonium. 160 gr larutan NaOH ditambahkan secara hati-hati
(setiap 150 ml). Kemudian encerkan dengan aquadest sampai volumenya 1 L.
Biarkan dalam tabung kerucut selama 1 malam, kemudian supernatannya
dimasukkan dalam botol coklat.
54
b. Warna kuning yang terjadi diukur intensitasnya dengan spectrofotometer pada
panjang gelombang 420 nm.
c. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Dibuat larutan standar NH4 0,00, 1,0, 2,0, 3,0, 4,0 dan 5,0 ppm, dengan cara
mengencerkan larutan standar NH4 100 ppm.
Lakukan prosedur yang sama seperti terhadap contoh air pada 25 ml tiap
larutan standar.
Buat kurva kalibrasi antara absorban vs konsentrasi (ppm). Tentukan slope
(ppm/unit absorban).
d. Perhitungan
Konsentrasi NH4 = A x S = ppm
A : absorban sampel
S : kemiringan kurva kalibrasi (ppm NH4 / unit absorban)
1.4.2.3. Pereaksi
a. Larutan Asam Sulfanilat
0,6 gr asam sulfanilat dilarutkan dalam sedikit air, kemudian ditambahkan 20 ml
HCl pekat. Lalu encerkan dengan aquadest sampai volumenya 100 ml.
55
c. Larutan stock standar Nitrit (1000 ppm)
0,15 gr NaNO2 ditimbang dengan teliti, lalu encerkan dengan aquadest sampai
dengan volumenya 1 L (dalam labu ukur). Larutan stock standar ini harus
distandarisasi secara iodometri untuk mengetahui konsentrasi yang tepat.
d. Larutan standar Nitrit (10 ppm)
10 ml larutan stock standar nitrit 1000 ppm diencerkan dengan aquadest sampai
dengan volumenya 1000 ml dalam labu ukur.
d. Perhitungan
Konsentrasi Nitrit = A x S = ppm NO2
A : absorban sampel
S : kemiringan kurva kalibrasi (ppm / unit absorban)
1.4.2.5. Catatan
Senyawa yang dapat mengganggu pengukuran nitrit dengan metode ini adalah klor
bebas dan Nitrogen triklorida (NCl3), juga logam berat seperti Besi (III), Timbal (II),
Merkuri (II), dan Perak (I).
56
Contoh air untuk analisa nitrit harus secepat mungkin dianalisa, dapat diawetkan
dengan cara pendinginan dengan batas waktu 28 jam.
1.4.3.3. Pereaksi
a. Larutan Brusin - Sulfanilat
1 gr Brusin Sulfat dan 0,1 gr asam sulfanilat dilarutkan dalam 70 ml air panas.
Kemudian ditambahkan 3 ml HCl pekat. Setelah dingin, encerkan dengan
aquadest sampai volumenya 100 ml.
b. Larutan H2SO4
500 ml H2SO4 pekat dilarutkan dalam 125 ml aquadest.
c. Larutan NaCl
300 gr NaCl dilarutkan dalam 1 L aquadest.
57
b. Kemudian dipanaskan di atas pemanas air (950C) selama 20 menit. Tambahkan
aquadest hingga volumenya 25 ml
c. Setelah dingin ukur intensitasnya dengan spectrofotometer pada panjang
gelombang 420 nm.
e. Perhitungan
Konsentrasi Nitrat = A x S = ppm
A : absorban sampel
S : kemiringan kurva kalibrasi (ppm / unit absorban)
1.4.4.3. Pereaksi
a. Garam Kjeldhal
Dicampurkan secara merata serbuk K2SO4 dengan serbuk CuSO4 dengan
perbandingan 3:1
58
b. Larutan NaOH 50%
Dilarutkan 50 gram NaOH dalam 100 ml aquadest
c. H2SO4 pekat
d. Larutan Asam Borat
Dialrutkan 20 gram H3BO3 dalam 1 liter aquadest
e. Larutan indikator Tasiro
Dibuat larutan metil biru dengan cara melarutkan 0,05 gram metilen blue dalam
50 ml aquadest
Dibuat larutan metil merah dengan cara melarutkan 0,075 metil merah dalam 50
ml quadest.
Indikator Tosiro dibuat dengan mencapurkan metilen blue dengan metil merah
dengan perbandingan 1:5
f. Larutan HCl 0,1 N
Diencerkan 8,3 ml HCl pekat dengan aquadest samapi dengan volume 1 liter tepat,
dan distandarkan terhadap larutan natrium tetra borat.
g. Larutan Natrium Tetra Borat
Dilarutkan 1,9071 gram Na2B4O7 dengan aquadest dalam labu ukur 100 ml,
kemudian diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas.
59
e. Kemudian larutan asam borat tersebut dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N. Titik
akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna jihau menjadi ungu.
1. 4.4.5. Perhitungan
Konsentrasi NTK sebagai mg NH3 -N/liter
1000 x ml HCl x N HCl x 14
ml contoh air
1.4.5. Catatan
Dalam buku "Standard Methods" Edisi 17, Metode Brusin ini dihilangkan, metode
yang ada adalah ultra violet spectrofotometri, ion chromatografi, elektroda selektif,
dan metode reduksi.
60
N. FOSFAT
1.1. Umum
Senyawa fosfat dalam air dapat berasal dari air limbah domestik (air sabun,
detergent, tinja), dari limbah pertanian (pupuk NPK), dan dari industri, seperti
industri pupuk atau air limbah industri yang menggunakan senyawa fosfat untuk
menghilangkan kerak di dalam boiler.
Data hasil pengukuran fosfat sangat diperlukan, karena senyawa posfat merupakan
nutrien bagi mikroorganisme. Untuk badan air (danau atau sungai) yang banyak
mengandung senyawa fosfat akan menyebabkan tumbuh suburnya plankton,
phytoplakton, algae dan cyanobacteria didalam badan air tersebut. Dampak lebih
lanjut dari tumbuh sumburnya plankton dll, akan menyebabkan berkurangnya
kadar oksigen terlarut dalam perairan tersebut.
b. Polifosfat
- Sodium hexametafosfat (Na3 (PO3)6)
- Sodium tripolyfosfat (Na5P2O10)
- Tetrasodium pyrofosfat (Na4P2O7)
61
Senyawa-senyawa polifosfat di dalam air akan terhidrolisa menjadi ortofofat,
demikian pula senyawa organik fosfat dengan bantuan mikroorganisme akan terurai
dan hasil akhirnya adalah senyawa ortofosfat
Fosfat anorganik dan fosfat organik di dalam air tidak hanya dalam bentuk terlarut
tetapi juga dapat berada dalam bentuk tersuspensi atau
terdapat dalam kekeruhan, yang kemudian akan mengendap. Sehingga fosfat juga
terdeteksi di dalam sedimen atau lumpur.
Satuan yang digunakan untuk menyatakan fosfat adalah mg P perliter air atau
sering ditulis mg PO 4-3 – P/l
62
a. Senyawa Polyfosfat.
Senyawa polyfosfat diubah terlebih dahulu menjadi senyawa ortofosfat dengan
cara contoh air diasamkan dengan asam sulfat dan dipanaskan selama 90 menit.
Selanjutnya contoh air dinetralkan dengan basa, dan ditambha aquadest sampai
volume semula. Selanjutnya dikerjakan seperti pengukuran ortofosfat. Hasil yang
diperoleh adalah total fosfat anorganik.
Untuk mencegah agar senyawa fosfat tidak terurai selama perjalanan dan
penyimpanan, maka contoh air harus diawetkan dengan pendinginan dan segera
dianalisis (48 jam).
63
1.3. Prosedur pengukuran ortofosfat
1.3.1. Metode: Stannous Chlorida – Spectrofotometri
1.3.2. Prinsip:
Ortho fosfat dengan Ammonium Molibdat membentuk senyawa kompleks bewarna
kuning. Dengan penambahan reduktor SnCl2 akan tereduksi membentuk senyawa
kompleks berwarna biru. Intensitas warna biru yang terjadi diukur dengan alat
spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm.
1.3.3. Pereaksi
a. Larutan Ammonium Molibdat
25 gr ammonium molibdat ((NH4)2Mo7O4.4H2O dilarutkan dalam 175 ml
aquadest. Tambahkan larutan H2SO4 (280 ml dalam 400 ml aquadest). Setelah
dingin, encerkan dengan aquadest hingga tepat 1 L.
b. Larutan SnCl2
2,5 gr SnCl2 dilarutkan dalam 100 ml glycerol.
c. Ukur intensitas warna biru yang terjadi pada panjang gelombang 660 nm.
d. Untuk pembuatan kurva kalibrasi, dibuat sederetan larutan standar fosfat dengan
konsentarsi 0,1 – 1 mg P /L. Kemudian dikerjakan sama dengan contoh air.
Buat kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan absorbansinya, kemudian
ditentukan slopenya S = (mg P/L) /(Absorbansi)
64
1.3.5. Perhitungan
Konsentrasi orthofosfat (mg PO4-3 – P/L) = A x S
Dimana:
A : Absorban contoh
S : Slope kurva kalibrasi
65
O. ZAT AKTIF PERMUKAAN (Surfactants)
1.1 Umum
Istilah Detergen digunakan untuk menyatakan adalah bahan campuran/ yang
digunakan untuk mencuci atau membersihkan bahan-bahan / material dari kotoran,
seperti tanah dan noda tinta, cat dan jenis kotoran lainnya. Bahan aktif yang terdapat
dalam detergent adalah suatu zat organic yang mempunyai kemampuan untuk
menurunkan tegangan permukaan, sehingga kotoran yang menempel pada
permukaab material (kain dll) dapat dengan mudah untuk memisahkan diri). Zat
organic yang mempunyai kemampuantersebut dikelompokan sebagai zat aktif
permukaan atau surfactsants.
Semua jenis senyawa zat aktif permukaan adalah senyawa organik yang terdiri dari
gugus polar yang larut dalam air dan gugus non polar yang larut dalam minyak.
Gugus polar yang larut dalam air adalah gugus gugus karboksil, hidroksil, sulfonat
yang berikatan dengan kation natrium atau kalium membentuk garamnya.
Sedangkan gugus non polar adalah rantai senyawa organik, dimana gugus polar
terikat pada rantai organic tersebut.
66
tersebut yang mampu bereaksi dengan senyawa metilen biru, sehingga hasil
pengukuran tersebut dinyatakan dengan MBAS (Methylene Blue Active Subtances),
yaitu senyawa aktif yang dapat berikatan dengan metilen blue.
d. Larutan NaOH 1 N
f. Chloroform
67
1.3.2. Cara Kerja
a. Sebanyak 25 atau 50 ml contoh air di masukkan ke dalam Corong pisah A,
kemudian di tambah 1 tetes indikator fenol ftalin dan tetes demi tetes NaOH 1 N
sampai cairan berwarna merah mudah (bersifat alkalis), kemudian ditambah tetes
demi tetes H2SO4 I N, sampai waran merah tepat hilang;
b. Kemudian 10 ml CHCl3 dan 25 ml pereaksi larutan metilen blue, kemudian
dikocok dengan kuat. Kemudian dibiarkan beberapa saat samapi terjadi
pemisahan antara fasa air dengan fasa organik (CHCl3);
c. Fasa organik dikeluarkan dari corong pisah A dan dimasukan ke dalam corong
pisah B;
e. Kemudian fasa oragnik dari tiap ekstrasi digabungkan dalam corong pisah B;
g. Fasa organik CHCl3 dari corong pisah B, dikeluarkan dan dimasukkan ke corong
yang berisi gelas wool sebagai saringan, Filtrat hasil penyaringan dimasukkan ke
dalam labu ukur 100 ml, cairan organik harus jernih;
i. Corong saring dan gelas wool dicuci dengan CHCl3 dan dimasukkan ke dalam
labu ukur diatas, kemudian di tambah ChCl3 sampai tanda batas;
68
1.3.3. Perhitungan
Konsentrasi surfactan (mg MBAS/L) = A x S
A = absorban sampel
mg/L MBAS
S = slope kurva kalibrasi ( )
Absorbasi
69
P. OKSIGEN TERLARUT (Dissolved Oxygen)
1.1. Umum
Konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air tergantung kepada sifat fisik, kimia
dan aktifitas biokimia di dalam air.
Kelarutan gas oksigen didalam air sangat dipengaruhi oleh tekanan gas O 2 di
atmosfer yang yang berkontak dengan permukaan badan air
(Kelarutan gas di dalam air mengikuti hukum Henry). Semakin tinggi konsentrasi
oksigen di udara semakin tinggi tekanan partial gas tersebut, maka semakin tinggi
kelarutannya di dalam air.
Data oksigen terlarut berguna untuk untuk menentukan tingkat pencemaran di badan
air, dan kemampuan badan air (air sungai) untuk proses self purification. Dalam
pengolahan air secara biologis, data oksigen terlarut berguna untuk mengevaluasi
efisiensi pengolahan.
70
suasana basa, membentuk endapan coklat MnO2.
1.3.1.3. Pereaksi
a. Larutan stock Sodium thiosulfat 0,1 N
2,428 gr Na2S2O3.5H2O dilarutkan dengan 50 ml air panas dalam gelas kimia.
Tuangkan ke dalam labu takar 100 ml dan encerkan dengan aquadest sampai
tanda batas.
71
b. Larutan standar Thiosulfat 0,025 N
25 ml larutan stock di atas dipipet dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml.
Lalu encerkan dengan aquadest sampai tanda batas.
e. Larutan MnSO4
35,4 gr MnSO4 dilarutkan dalam 100 ml aquadest.
f. Indikator kanji
Titrasi dengan larutan Thiosulfat, bila titik akhir titrasi hampir tercapai (warna
larutan kuning muda) tambahkan larutan kanji dan teruskan titrasi sampai tepat
warna biru yang baru muncul hilang kembali.
Vol IO3 x N IO3
Normalitas Na2S2O3 =
Vol Na2 S2 O3
72
d. Diamkan selama 10 menit sampai kelihatan ada endapan coklat pada dasar botol
(jika endapan putih berarti tidak ada O2).
e. Tuangkan sebagian isi botol ke dalam labu erlenmeyer, tambahkan 1 ml asam
sulfat pekat. Aduk dan titrasi secepatnya dengan larutan Thiosulfat 1/80 N,
tambahkan larutan kanji dan titrasi kembali sampai warna biru hilang. Catat
volume titran.
f. Ditambahkan 1 ml asam sulfat pekat ke dalam larutan yang tersisa di dalam
botol BOD. Tutup dan aduk sampai endapan larut kembali. Larutan akan
berwarna kuning coklat. Titrasi dengan larutan Thiosulfat 1/80 N, dengan
menggunakan indikator amilum seperti di atas.
g. Hitung kadar oksigen terlarut (mg/l O2) dengan menggunakan rumus:
𝑉𝑜𝑙𝑇ℎ𝑖𝑜 𝑥 𝑁𝑇ℎ𝑖𝑜 𝑥 1000 𝑥 8
DO mg/l =
𝑉𝐵𝑜𝑡𝑜𝑙−2
Dimana:
V.thio = Volume titrasi thiosulfat (ml)
N.thio = Normalitas thiosulfta yang digunakan (N)
8 = Berat Ekivalen O2
V.botol = Volume contoh air (ml)
73
1.4. Catatan
Pengukuran oksigen terlarut harus dianalisa secepat mungkin, karena kelarutan
oksigen dalam air sangat dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan udara
disekitarnya. Sebaiknya dilakukan di lokasi pengambilan contoh air.
Dengan metode titrasi Winkler, Setelah penambahan MnSO 4 dan Pereaksi Oksigen
dapat disimpan paling lama 8 jam sebelum dititrasi dengan natrium thiosulfat.
Senyawa reduktor atau oksidator (nitrit) dalam air dapat mengganggu pengukuran
oksigen dengan metode Winkler. Untuk mencegah gangguan tersebut ditambahkan
senyawa Natrium Azide (NaN3) ke dalam pereaksi oksigen.
Setiap alat DO meter selalu dilengkapi dengan buku manual yang memuat prosedur
kalibrasi dan pengukuran oksiegn terlarut. Juga dilengkapi dengan manual
perawatan electrode, termasuk pergantian membran electrode.
Daftar Pustaka
1. Sawyer Clair N, Mc Carty Perry L. and Parkin Gene F, Chemistry for Environmental
Engineering and Science, Fifth Edition, Mc Graw Hill, Boston, 2003
2. AWWA, Standard Methods For The Examination of Water and WasteWater, 20 th
Edition, 1998
3. UNEP, Water Quality Monitoring, E & FN Spon an Imprint of Chapman &Hall, UK,
1996
74
Q. BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD)
1.1 Umum
BOD didefinisikan dengan banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme (terutama bakteri), selama mikroorganisme tersebut menguraikan
senyawa organik. Penguraian senyawa organik oleh mikroorganisme dapat diartikan
bahwa zat organik sebagai bahan makanan untuk mikroorganisme dan diuraikan
melalui rangkaian reaksi biokimia yang panjang dan rumit di dalam sel. Hasil akhir
dari penguraian zat organik tersebut adalah energi untuk kebutuhan hidup
mikroorganisme sendiri, H2O, gas CO2 dan senyawa lainnya.
Percobaan BOD harus bebas dari zat-zat yang bersifat toksik terhadap
mikroorganisme, seperti klor, pestisida. tetapi harus mengandung elemen esensial
(Fe, Mg, dsb) yang diperlukan oleh bakteri, sehingga pertumbuhan mikroorganisme
tidak terganggu.Penguraian zat organik secara biologis terjadi di alam oleh berbagai
jenis mikroorganisme. Oleh sebab itu dalam percobaan BOD harus mengandung
bakteri yang cukup untuk terjadi reaksi penguraian zat organik secara sempurna.
Oleh sebab itu, untuk air yang miskin dengan mikroorganisme ditambahkan
mikroorganisme dari luar (seeding).
75
Reaksi penguraian zat organik dalam percobaan dapat dituliskan sebagai berikut:
CnHaObNc + (n + a/4 - b/2 – ¾ c) O2 nCO2 + (a/2 – 3/2c) H2O + c NH3
Reaksi yang terjadi pada percobaan BOD adalah hasil aktifitas mikroorganisme,
kecepatan reaksi penguraian sangat dipengaruhi oleh konsentrasi zat organik.
Sebenarnya reaksi penguraian zat organik oleh mikroorganisme tidak sesederhana
yang tertulis di atas, karena penguraian zat organik membentuk CO 2 dan H2O
memerlukan banyak sekali reaksi kimia yang terjadi di dalam sel mikrorganisme
yang dikatalasis oleh berbagai enzim. Reaksi di atas hanya menuliskan produk akhir
dari serangkaian reaksi kimia yang terjadi di dalam sel mikrooragnisme (bakteri).
Temperatur percobaan BOD sangat mempengaruhi kecepatan penguraian zat
organik. Untuk percobaan BOD ditentukan temperatur inkubasi adalah 20 oC,
merupakan temperatur rata-rata badan air
Secara teoritis, waktu yang dibutuhkan untuk menguraikan senyawa organik secara
sempurna dalam percobaan BOD adalah kira-kira 20 hari (BOD ultimate). Tetapi
karena waktu tersebut terlalu lama, maka dipilih waktu yang diperkirakan sebagian
besar zat organik telah terurai. Berdasarkan hasil percobaan ternyata dalam waktu 5
hari percobaan BOD kira-kira 70 – 80 % zat organik telah terurai (7–89% dari BOD
ultimate). Besarnya prosen penguaraian tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis zat
organik dan jenis mikroorganisme yang terdapat pada percobaan BOD. Selain itu,
alasan dipilih waktu 5 hari untuk mengurangi gangguan dari oksidasi senyawa
nitrogen oleh mikrorganisme (reaksi nitrifikasi)
76
1.2. Metode Pengukuran BOD
Pengukuran BOD berdasarkan percobaan uji hayati (bioassay), yaitu penentuan
oksigen terlarut pada hari ke nol dan hari ke lima, setelah diinkubasikan pada
temperatur 200C. Akibatnya, ketelitian hasil pengukuran BOD sangat dipengaruhi
oleh ketelitian pengukuran oksigen tersebut.
Cara kerja. Contoh air diaerasi untuk menambah oksigen mencapai konsentrasi jenuh,
kemudian dimasukkan dalam 2 botol BOD. Botol pertama di tentukan oksigen
terlarut (DO 0 hari) sedangkan botol BOD yang kedua diinkubasikan pada temperatur
20 oC selama 5 hari, kemudia ditentukan kadar oksigen terlarutnya (DO 5 hari).
Sehingga angka BOD diperoleh dari pengurangan DO 0 hari – DO 5 hari.
77
mikroorganisme yang cukup dan mengandung nutrien yang diperlukan untuk
pertumbuhan mikroorganisme.
Berdasarkan hasil percobaan, telah dikembangkan suatu air pengencer sintetis yang
dibuat dari aquadest atau aqudem yang ditambah dengan berbagai nutrien dan
populasi mikrorganisme.
Kualitas air pengencer tidak boleh mengandung senyawa toksik seperti klor,
kloramin dan tembaga yang sering ditemukan dalam aquadest. pH air pengencer
harus berkisar antara 6,5 –8,5. Untuk menjaga agar pH air pengencer stabil
ditambahakan buffer fosfat.
Untuk menjaga agar tekanan osmostik cairan sama dengan tekanan osmotik
mikroorganisme ditambahkan garam kalium, natrium, kalsium dan magnesium.
Selain itu, ditambahkan FeCl3, MgSO4 dan NH4Cl sebagai unsur Fe, S dan N yang
diperlukan untuk pertumbuhan mikrorganisme.
78
percobaan blanko. Percobaan blanko untuk koreksi terhadap air pengencer.
Sebagaimana diketahui air pengencer ditambahkan seed yang mengandung zat
organik Percobaan blanko dilakukan minimal 3 botol sehingga diperoleh hasil rata-
rata.
Jika pengenceran contoh air terlalu tinggi (air hasil pengenceran terlalu encer) maka
dikhawatirnya penurunan DO selama percobaan terlalu kecil, sehingga diperoleh
hasil pengukuran BOD yang kurang valid.
Dalam pengenceran contoh air diharapakan DO 5 hari lebih besar dari 0,5 mg/l dan
penurunan DO nya lebih besar dari 2 mg/l, atau 30-70%.
Untuk memprediksi BOD dari suatu contoh air dapat dilakukan berdasarkan
literatur atau berdasarkan hasil penentuan angka permanganat. Pada tabel di bawah
ini diberikan perkiraan prosen pengenceran untuk setiap perkiraan angka BOD.
79
Tabel 5. Perkiraan Angka Pengenceran BOD
Sebagai contoh, jika suatu contoh air diperkirakan mengandung BOD 1000 mg/l,
maka diperkirakan % campuran contoh air adalah 0,5 %. Artinya 0,5 ml
dicampurkan dengan 99,5 ml air pengencer (angka pengenceran, 100/0,5 = 200 x).
Untuk mencegah agar tidak terjadi kegagalan dalam pengukuran, maka
pengenceran ditambahkan yaitu dengan 0, 2% dan 1,0%, sehingga range pengukuran
BOD berkisar antara 200 – 3.500.
80
1.2.6. Botol inkubasi (botol BOD)
Botol yang digunakan untuk analisis BOD harus dilengkapi dengan tutup gelas dan
pelindung air (water seal) untuk mencegah masuknya udara (oksigen) dari luar
selama inkubasi berlangsung.
Hal yang perlu mendapat perhatian adalah botol tersebut harus bebas zat organik
Pencucian terbaik adalah dengan menggunakan larutan asam kromat atau detergent
dengan kualitas yang baik. Jika digunakan detergent sebagai pencuci, pada akhirnya
harus dibilas dengan air panas untuk membunuh bakteri nitrifikasi yang cenderung
berkebambang dalam dinding botol. Untuk menjamin botol bebas zat organik dan
pengganggu lainnya, sebaiknya botol BOD dilbilas 4 x, mulai dengan air kran dan
akhirnya dengan aquadest atau aquadem.
1.3.2. Pereaksi
a. Larutan Buffer Fosfat
8,5 gr KH7PO4, 21,75 gr K2PO4, 33,4 gr Na2HPO4.7H2O dan MgSO4 serta 1,7 gr
NH4Cl dilarutkan dalam 500 ml aquadest dan diencerkan hingga volumenya 1
liter dan pH larutan harus 7,2.
81
c. Larutan Kalsium Klorida
22,5 gr CaCl2 dilarutkan dan diencerkan dengan hingga volumenya 1 L.
82
c. Melakukan pengenceran
Setelah diketahui angka pengenceran dari sampel air tersebut maka dilakukan
pengenceran contoh air tersebut dengan air pengencer yang telah disediakan.
Banyaknya air pengencer yang ditambahkan tergantukng pada angka
pengenceran tersebut (lihat contoh perhitungan di atas).
Setelah diencerkan, masukkan ke dalam 2 buah botol BOD yang telah dikalibrasi
volumenya. Salah satu botol BOD tersebut disimpan dalam inkubator 200C selama
5 hari, sedangkan botol BOD yang lainnya diperiksa kandungan oksigen
terlarutnya dengan metode titrasi Winkler.
1.3.4. Perhitungan
BOD 5hari, 200C (mg/l) = {(D1 – D2) – (B1 – B2)} x f x P
Keterangan:
D1 : DO 0 hari contoh air (mg/l) 𝑽𝒐𝒍. 𝑺𝒆𝒆𝒅𝒊𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍
𝒇=
𝑽𝒐𝒍. 𝑺𝒆𝒆𝒅𝒊𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒃𝒍𝒂𝒏𝒌𝒐
D2 : DO 5 hari contoh air (mg/l)
B1 : DO 0 hari blanko (mg/l)
B2 : DO 5 hari blanko (mg/l)
P : Angka pengenceran
f : Koreksi untuk seeding
83
1.3.5. Catatan
Karena dilakukan 3 variasi pengenceran, maka akan diperoleh hasil pengukuran BOD
sebanyak 3 angka BOD yang berbeda-beda.
Jika hasil pengukuran antara pengenceran yang satu dengan yang lainnya berbeda
jauh, maka diambil hasil pengukuran dengan criteria sebagai berikut:
a. DO 5 hari dari contoh air harus lebih besar dari 0,5 mg/l
b. Penurunan DO antara DO0 hari dan DO5 hari sebesar 30% - 70%
84
R. ANALISA PASIR
1.1. Umum
Salah satu proses dalam pengolahan air adalah proses filtrasi menggunakan media
berbutir atau media filter. Beberapa media filter yang umum digunakan dalam
pengolahan air adalah pasir, anthracite, activated carbon, resin dll.
Salah satu media filter yang paling banyak digunakan adalah pasir, dalam
penggunaannya sebagai media filter harus memenuhi persyaratan persyaratan fisik
dan kimia.
Salah satu persyaratan fisik yang perlu diperhatikan adalah ukuran butiran pasir,
yang dinyatakan dengan parameter ES dan UC yang akan berpengaruh terhadap
kecepatan filtrasi. Semakin besar ukuran pasir, semakin besar kecepatan filtrasi,
kemungkinan zat tersuspensi yang akan disaring dapat lolos. Semakin kecil ukuran
butiran pasir, semakin baik kualitas air disaring, tetapi akan menyebabkan filter cepat
tersumbat, sehingga filter harus sering dicuci dengan demikian semakin banyak air
yang digunakan untuk backwash.
Komposisi zat kimia yang terkandung dalam pasir harus memenuhi syarat, seperti
kandungan silikat (SiO2). Semakin tinggi kandungan silikatnya semakin baik, karena
pasir tersebut tidak mudah larut. Demikian juga kandungan besi dan mangan.
85
Persyaratan media pasir yang akan digunakan untuk media filter cepat dalam
pengolahan air adalah:
- Ukuran butiran 0,6 – 1,18 mm
- ES = 0.6 mm
- UC = 1.5
- Daya larut dalam HCL 10% selama 24 jam = < 2%
- Zat menguap pada 350 C selama 1 jam < 2%
- Spesifik gravity ≥ 2.4
- Daya larut dalam air selama 100 jam ≤ 1%
- Kadar Silika ≥ 95%
Untuk menentukan ukuran butiran pasir sebagai media filter dilakukan analisa
butiran menggunakan ayakan dengan diameter lubang ayakan dari 250 mikron
sampai 1500 mikron.
86
Tertahan Lolos
Lubang Ayakan (mm)
(gram) gram % berat
1,50 a1 200-a1 = b1 (b1/200) x 100% = c1
1,00 a2 b1-a2 = b2 (b2/200) x 100% = c2
0,75 a3 b2-a3 = b3 (b3/200) x 100% = c3
0,60 a4
0,50 a5
0,40 a6
0,30 a7
0,25
< 0,025
Jumlah Σ±200
Dibuat kurva antara % berat yang lolos (sumbu x) dengan dengan diameter lubang
ayakan dalam kertas semilogaritma.
Tentukan d10 dan d60, dengan cara menarik garis yang sejajar sumbu y pada 10% dan
60% kelolosan.
87
S. ANALISA SAMPAH
1.1 Umum
Pengukuran komposisi sampah diperlukan terutama dalam hubungannya dengan
pemilihan pengolahan sampah yang sesuai, yang didasarkan pada komposisi dan
karakteristik fisik, kimia dan biologi sampah. Setiap jenis sampah dari sumber yang
berbeda akan mempunyai karakteristik yang berbeda pula.
88
Alat dan Bahan
a. sampel sampah
b. timbangan
c. kantong plastik
1.2.1.2. Perhitungan
Contoh: komponen plastik
89
1.2.2.1 Prosedur pengukuran
a. ambil sampel sampah sebanyak dari suatu lokasi yang sudah ditentukan. Catat
kondisi lingkungan dan cuaca.
b. ukur volume wadah yang ada, timbang beratnya
c. aduk sampel tersebut, masukkan dalam wadah yang ada sampai
d. penuh (tanpa pemadatan)
e. ketukkan wadah tersebut 3 kali dengan mengangkat kotak berisi
f. sampah 3 kali ke lantai/ tanah dari ketinggian 20 cm
g. hitung volume sampel setelah diketuk (dalam satuan liter)
h. timbang berat sampel dalam wadah (dalam satuan kg)
1.2.2.2. Perhitungan
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑘𝑔)
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝐿)
𝑊1 − 𝑊2 (𝑘𝑔)
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ =
𝑉 (𝐿)
Prinsip pengukuran:
Sampah dikeringkan pada temperatur 105oC, agar semua air yang terkandung di
dalamnya menguap. Tetapi bila setelah sampah kering akan dilanjutkan dengan
analisa kimia, maka sebaiknya sampah dikeringkan pada temperatur 75 oC sampai
beratnya konstan.
90
Alat dan Bahan
a. sampel sampah
b. timbangan
c. cawan petri
d. oven 1050C
e. penjepit cawan penguat
1.2.3.2. Perhitungan
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖 (𝑎) 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖 (𝑏)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖 (𝑎) 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
91
Keterangan
a. selama pengerjaan, jangan sampai cawan dipegang langsung dengan tangan
b. semua penimbangan harus dilakukan pada timbangan yang sama
Materi volatil pada sampah diukur denagn membakar sampel sampah kering pada
600oC dimana bagian volatil sampah akan terpijarkan dan menguap.
92
1.2.4.2. Perhitungan
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑟𝑢𝑠 𝑖𝑠𝑖 (𝑎) 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑟𝑢𝑠 𝑖𝑠𝑖 (𝑏)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑣𝑜𝑙𝑎𝑡𝑖𝑙 = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑟𝑢𝑠 𝑖𝑠𝑖 (𝑎) 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑟𝑢𝑠 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
93