Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN

PERCOBAAN VI
ZAT ORGANIK

OLEH :
NAMA

: ERIKA AGUSTINI

NIM

: H1E107013

KELOMPOK

: 4 (EMPAT)

ASISTEN

: ARINI PURNAMASARI

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2009

PERCOBAAN VI
ZAT ORGANIK
I.

TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kandungan zat
organik pada suatu perairan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Zat organik merupakan indikator umum untuk pencemaran. Apabila zat
organik yang dapat dioksidasi (BOD) besar, maka ia menunjukan adanya
pencemaran. Zat organik atau bahan-bahan organik tersebut sumbernya adalah
dari kegiatan-kegiatan rumah tangga dan proses industri misalnya aktivitas
pertanian, peternakan dan pertambangan. Adanya bahan-bahan organik ini
dalam air erat hubungannya dengan perubahan fisik dari air tersebut, terutama
dengan hubungannya bau dan rasa (Slamet, 1996).
Semua zat organik mengandung karbon (C) berkombinasi dengan satu
atau lebih elemen lainnya. Bahan organik berasal dari tiga sumber utama
sebagai berikut :
1. Alam, misalnya fiber, minyak nabati dan hewani, lemak hewani, alkaloid,
selolusa, kanji, gula, dan sebagainya.
2. Sintesis, yang meliputi semua bahan organik yang diproses oleh manusia.
3. Fermentasi, misalnya alkohol, aseton, gliserol, antibiotika, dan asam, yang
semuanya diperoleh melalui aktivitas mikroorganisme (Sawyer,1987).
Karakteristik bahan organik yang membedakan dari bahan anorganik
adalah sebagai berikut :
1. Mudah terbakar.
2. Memiliki titik beku dan titik didih rendah.
3. Biasanya lebih sukar larut dalam air.
4. Bersifat isomerisme; beberapa jenis bahan organik memiliki rumus molekul
yang sama.
5. Reaksi dengan senyawa lain berlangsung lambat karena bukan terjadi dalam
bentuk ion, melainkan dalam bentuk molekul.
6. Berat molekul biasanya sangat tinggi, dapat lebih dari 1.000.

7. Sebagian besar dapat berperan sebagai sumber makanan bagi bakteri


(Sawyer,1987).
Bahan-bahan organik yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kualitas
air adalah sebagai berikut :
1. Karbohidrat (CHO). Bahan-bahan organik yang mengandung karbon,
hidrogen, dan oksigen misalnya glukosa (C 6H12O6), kanji (starch), dan
selulosa.
2. Senyawa nitrogen (CHONS). Bahan organik yang mengandung karbon,
hidrogen, oksigen, nitrogen, dan kadang-kadang sulfur misalnya protein
asam amino, dan urea.
3. Lemak (lipids dan fats) (CHO), yakni bahan organik yang mengandung
karbon, hidrogen, dan sedikit oksigen. Lemak memiliki sifat kelarutan yang
buruk dalam air, akan tetapi larut dalam pelarut organik (Tebbut, 1992).
Zat organik sering diukur secara umum berdasarkan sifat atau
karakteristik senyawa organik bisa dengan TOC (Total Organic Carbon), COD
(Chemical Oxygen Demand) dan BOD (Biological Oxygen Demand). TOC
adalah ukuran atom karbon dari senyawa organik di dalam air, tanpa
memperhatikan jenis senyawa organiknya.

COD merupakan suatu analisis

empiris yang mencoba mendekati secara global kebutuhan oksigen kimia untuk
reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air. COD adalah jumlah
oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik. Sedang
BOD adalah suatu analisis empiris yang mencoba mendekati secara global
proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air. Angka BOD adalah
jumlah

oksigen

yang

dibutuhkan

oleh

bakteri

untuk

menguraikan

(mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang terlarut dan sebagian zat
organis yang tersuspensi dalam air (Alaerts, 1987).
Danau dan sungai biasanya memiliki kadar bahan anorganik terlarut
sepuluh kali lebih besar daripada kadar bahan organik. Air tanah memiliki
kadar bahan anorganik terlarut seratus kali lebih besar daripada kadar bahan
organik. Air laut memiliki kadar bahan anorganik terlarut 30.000 kali lebih
besar daripada kadar bahan organik. Sebaliknya, perairan rawa memiliki kadar

bahan organik yang lebih besar daripada kadar bahan anorganik terlarut
(Effendi, 2003).
Bahan organik dikelompokkan menjadi 3 kelompok utama, yaitu alifatik,
aromatik, dan heterosiklik.
1. Senyawa Organik Alifatik
Senyawa organik alifatik adalah senyawa organik yang berupa ikatan
rantai karbon lurus dan bercabang. Beberapa contoh senyawa organik
alifatik adalah :
a. Hidrokarbon, yaitu bahan organik yang hanya mengandung karbon dan
hidrogen, misalnya metana, etana, propana, butana, pentana, olefin,
alkena, diofelin, dan poliena.
b. Alkohol, yaitu hidrokarbon yang teroksidasi, misalnya metil alkohol,
etil alkohol, isopropil alkohol, dan butil alkohol.
c. Aldehid dan keton. Aldehid adalah hasil oksidasi alkohol,primer,
misalnya formaldehid dan asetaldehid; sedangkan keton adalah hasil
oksidasi alkohol sekunder, misalnya aseton dan etil metil keton.
d. Asam, yaitu bentuk oksidasi maksimum dari bahan organik sebelum
terbentuk karbondioksida dan air sebagai hasil akhir oksidasi bahan
organik.
e. Ester, yaitu senyawa organik yang terbentuk karena reaksi antara asam
dan alkohol.
f. Eter yaitu senyawa organik yang terbentuk karena alkohol mendapat
perlakuan agen dehidrasi kuat.
g. Alkil halida, yaitu alkohol yang mendapat perlakuan PCl3, misalnya
etilen bromida, kloroform, karbon tetraklorida, dan freon.
h. Senyawa organik sederhana yang mengandung nitrogen, yaitu senyawa
alifatik yang mengandung atom nitrogen. Senyawa ini terdiri atas tiga
jenis yaitu amina, amida, dan nitriles (sianida).
i. Senyawa alifatik siklis, yang dicirikan oleh dua atom hidrogen berikatan
dengan setiap atom karbon pada ikatan cincin, misalnya siklo heksanon.
j. Mekaptan (tioalkohol), yaitu senyawa alifatik yang mengandung sulfur.

2. Senyawa Organik Aromatik


Senyawa organik aromatik adalah senyawa organik yang berupa
ikatan cincin karbon, terdiri atas enam atom karbon dengan 3 ikatan ganda.
Beberapa contoh senyawa organik aromatik adalah sebagai berikut.
a. Hidrokarbon, misalnya benzena, naftalena, dan antrasena.
b. Fenol, misalnya fenol, kresol, dan pirogalol.
c. Alkohol, aldehida, keton, dan asam
d. Bahan organik yang mengandung nitrogen, yaitu amina dan senyawa
nitro. Amina mencakup anilin, difenilamina, trifenilamina, dan
benzilamina;

sedangkan

senyawa

nitro

meliputi

nitrobenzena.

Dinetrobenzena, dan trinitrotoluena (TNT).


3. Senyawa Organik Heterosiklik
Senyawa organik heterosiklik adalh senyawa organik yang berupa
ikatan cincin karbon dengan salah satu elemen bukan atom karbon.
Beberapa contoh bahan organik heterosiklik adalah sebagai berikut.
a. Senyawa furadehida (furfural), pirol, pirolidin, piridin, purin, pirimidin,
indol, dan skatol.
b. Dyes (bahan pewarna)(Sawyer, 1978).

III. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini meliputi gelas ukur, pipet
tetes, gelas beaker, buret, labu erlenmeyer, batu didih, dan hot plate.
B. BAHAN
Bahan-bahan

yang

digunakan

pada

praktikum

ini

meliputi

H2C2O4.2H2O, KMnO4, H2SO4, dan sampel air (air sumur Banjarbaru, air
sumur Martapura, air sumur Cempaka dan air sumur Loktabat).

IV. CARA KERJA


A. Pembebasan Labu Erlenmeyer dari Zat Organik
1. Mengambil 50 ml air kran dan memasukkan ke dalam labu erlenmeyer
2. Memasukkan batu didih
3. Menambahkan 2,5 ml H2SO4 4 N
4. Menambahkan tetes demi tetes KMnO4 0,01 N hingga cairan bewarna
merah muda
5. Memanaskan di atas hot plate dan membiarkan mendidih selama 5
menit
6. Menambahkan larutan H2SO4 4 N, jika selama pendidihan warna merah
muda hilang sampai tidak hilang lagi
7. Membuang cairan dalam erlenmeyer
B. Pemeriksaan Zat Organik
1.

Mengambil 50 ml sampel air dan memasukkan ke dalam labu


erlenmeyer yang sudah dibebaskan dari zat organik pada prosedur
sebelumnya

2.

Menambahkan 2,5 ml H2SO4 4 N

3.

Menambahkan tetes demi tetes KMnO4 0,01 N hingga cairan bewarna


merah muda

4.

Memanaskan di atas hot plate sampai hampir mendidih

5.

Menambahkan 5 ml KMnO4 0,01 N dan membiarkan mendidih selama


5 menit tepat

6.

Menambahkan larutan H2SO4 4 N, jika selama pendidihan warna ungu


hilang sampai tidak hilang lagi

7.

Menambahkan 5 ml asam oksalat 0,01 N setelah selesai pemanasan

8.

Mentitrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai larutan berubah warna merah


muda dan mencatat banyaknya larutan KMnO4 0,01 N yang digunakan

C. Penentuan Faktor Keteletian KMnO4 zat organik


1. Mengisikan 5 ml larutan asam oksalat terhadap labu erlenmeyer yang
sama
2. Mentitrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai larutan berubah warna merah
muda dan mencatat banyaknya larutan KMnO4 0,01 N yang digunakan.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL
No.
1.

Langkah Percobaan
Pembebasan Labu Erlenmeyer

Hasil

dari Zat Organik


- Mengambil 50 ml air kran dan
memasukkan

ke

dalam

labu

erlenmeyer
- Memasukkan batu didih
- Menambahkan 2,5 ml H2SO4 4 N
- Menambahkan tetes demi tetes Larutan merah muda
KMnO4 0,01 N hingga cairan
bewarna merah muda
- Memanaskan di atas hot plate dan
membiarkan mendidih selama 5
menit
- Menambahkan larutan

H2SO4 Warna menghilang

4N, jika selama pendidihan warna Ditambahkan

merah muda hilang sampai tidak KMnO4 0,01 N


hilang lagi
- Membuang
2.

Larutan merah muda


cairan

dalam

erlenmeyer
Pemeriksaan Zat Organik
-

Mengambil 50 ml sampel air dan


memasukkan
erlenmeyer

ke

dalam

yang

labu
sudah

dibebaskan dari zat organik pada

tetes

prosedur sebelumnya
-

Menambahkan 2,5 ml H2SO4 4 N

Menambahkan tetes demi tetes Air sumur Banjarbaru :


KMnO4 0,01 N hingga cairan

warna merah muda

bewarna merah muda

Air sumur Martapura:


warna merah muda
Air sumur Cempaka:
Warna merah muda
Air sumur Loktabat:
warna merah muda

Memanaskan di atas hot plate


sampai hampir mendidih

Menambahkan

ml

KMnO4 Air sumur Banjarbaru :

0,01N dan membiarkan mendidih warna ungu


selama 5 menit tepat

wana tidak berubah selama


pemanasan
Air sumur Martapura:
warna ungu
wana tidak berubah selama
pemanasan
Air sumur Cempaka:
warna ungu
wana tidak berubah selama
pemanasan
Air sumur Loktabat:
warna ungu
wana tidak berubah selama
pemanasan

Menambahkan 5 ml asam oksalat Air sumur Banjarbaru :

0,01 N setelah selesai pemanasan

Warna hilang
Air sumur Martapura:
Warna hilang
Air sumur Cempaka:
Warna hilang
Air sumur Loktabat:
Warna hilang

Mentitrasi dengan KMnO4 0,01 N Air sumur Banjarbaru :


sampai larutan berubah warna Vtitrasi = 0,1 ml
merah

muda

dan

mencatat

Warna merah muda

banyaknya larutan KMnO4 0,01 N Air sumur Martapura:


yang digunakan

Vtitrasi = 0,7 ml
Warna merah muda
Air sumur Cempaka:
Vtitrasi = 0,8 ml
Warna merah muda
Air sumur Loktabat:
Vtitrasi = 0,8 ml
Warna merah muda

3.

Penentuan

Faktor

Ketelitian

KMnO4 Zat Organik


- Mengisikan 5 ml larutan asam
oksalat terhadap labu erlenmeyer
yang sama
- Mentitrasi dengan KMnO4 0,01 N Vtitrasi = 0,1 ml
sampai larutan berubah warna
merah

muda

dan

mencatat

banyaknya larutan KMnO4 0,01 N


yang digunakan.

B. PERHITUNGAN
-

Faktor Ketelitian KMnO4

Diketahui : V titrasi
= 5 ml
V titrasi
= 0,1 ml
Ditanya : Faktor Ketelitian KMnO4 (F) = ...?
Vcairan
Jawab
: (F) =
Vtitrasi
5ml

= 0,1ml 50
Perhitungan Kandungan Zat Organik pada Sampel Air
a. Air Sumur Banjarbaru
Diketahui : (F)
= 50
V sampel
= 50 ml
Vtitrasi (a)
= 0,1 ml
Ditanya : Kandungan Zat Organik
=...?
Jawab
:
1000

[{(5 a ) F } 5] 0,01 31,6


Kandungan Zat Organik = V
sampel
=

1000
[{(5 0,1ml ) 50} 5] 0,01 31,6
50ml

= 1580 mg/l KMnO4


b. Air sumur Martapura
Diketahui : (F)
V sampel
Vtitrasi (a)
Ditanya : Kandungan Zat Organik
Jawab
:

= 50
= 50 ml
= 0,7 ml
=...?

1000

[{(5 a ) F } 5] 0,01 31,6


Kandungan Zat Organik = V
sampel
=

1000
[{(5 0,7 ml ) 50} 5] 0,01 31,6
50ml

= 1769,6 mg/l KMnO4


c. Air sumur Cempaka
Diketahui : (F)
V sampel
Vtitrasi (a)
Ditanya : Kandungan Zat Organik
Jawab
:
1000

= 50
= 50 ml
= 0,8 ml
=...?

[{(5 a ) F } 5] 0,01 31,6


Kandungan Zat Organik = V
sampel
=

1000
[{(5 0,8ml ) 50} 5] 0,01 31,6
50ml

= 1801,2 mg/l KMnO4


d. Air sumur Loktabat
Diketahui : (F)
= 50
V sampel
= 50 ml
Vtitrasi (a)
= 0,8 ml
Ditanya : Kandungan Zat Organik
=...?
Jawab
:
1000

[{(5 a ) F } 5] 0,01 31,6


Kandungan Zat Organik = V
sampel
=

1000
[{(5 0,8ml ) 50} 5] 0,01 31,6
50ml

= 1801,2 mg/l KMnO4

C. PEMBAHASAN
Labu erlenmeyer yang akan digunakan sebagai wadah sampel air yang
akan diukur kandungan zat organiknya haruslah bebas dari zat organik yang
ada pada permukaannya. Untuk pembebasan zat organik tersebut, 50 ml air
kran yang dimasukkan ke erlenmeyer beserta batu didih, agar ketika cairan
mendidih lebih mudah terlihat dengan timbulnya gelembung pada batu
ditambahkan dengan 2,5 ml H2SO4 dan beberapa tetes KMnO4 0,01 N yang
menyebabkan cairan menjadi merah muda. Cairan ini dididih kan di atas hot
plate selama 5 menit. Sebagai oksidator yang kuat, KMnO4 0,01 N juga
bersifat sebagai indikator. Yang pada proses titrasi dapat menentukan batas
atau titik akhir titrasi.
Selama proses pendidihan diamati, ketika cairan berubah menjadi
bening atau warna merah mudanya hilang maka ditetesi lagi KMnO 4 0,01 N
sampai kembali merah muda dan warna merah mudanya tidak hilang. Karena
jika warna merah muda tersebut hilang maka dalam wadah dan cairan
tersebut masih terdapat zat organik. Cairan yang ada di dalam labu
erlenmeyer dibuang, dan labu erlenmeyer dianggap sudah bebas dari zat
organik dan siap digunakan untuk pengukuran zat organik pada sampel air.
Sampel air yang digunakan pada percobaan ini ada empat macam, yaitu
sampel air sumur Banjarbaru, air sumur Martapura, air sumur Cempaka, dan
air sumur Loktabat. Keempat sampel air ini diperlakukan sama dalam proses

pengukurannya, tetapi dilakukan secara bergilir dengan labu erlenmeyer yang


sama yang sudah dibebaskan dari zat organik pada prosedur sebelumnya.
Setiap sampel air digunakan sebanyak 50 ml yang dimasukkan ke dalam
labu erlenmeyer yang sudah dibebaskan dari zat organik. Kemudian
ditambahkan 2,5 ml H2SO4 4 N dan beberapa tetes larutan KMnO4 0,01 N
hingga cairan berubah menjadi merah muda. Cairan ini juga dipanaskan di
atas hot plate, dan ketika cairan hampir mendidih ditambahkan lagi 5 ml
larutan KMnO4 0,01 N yang menyebabkan cairan menjadi ungu. Seperti
sebelumnya proses pendidihan ini juga harus terus diperhatikan, karena jika
warna yang dihasilkan oleh larutan KMnO4 0,01 N hilang, larutan KMnO4
0,01 N harus ditambahkan lagi hingga warna tidak lagi menghilang selama 5
menit proses pendidihan.
Dari keempat sampel yang digunakan, selama 5 menit pendidihan
setelah penambahan 5 ml larutan KMnO 4 0,01 N, tidak ada sampel yang
warna ungunya hilang jadi tidak ada yang ditambahkan larutan KMnO4 0,01N
lagi. Dalam keadaan panas setelah 5 menit pendidihan, ditambahkan 5ml
larutan asam oksalat 0,01 N yang menyebabkan warna ungu dari penambahan
5 ml larutan KMnO4 0,01 N hilang dan cairan menjadi bening. Hal ini terjadi
pada keempat sampel air.
Jika pada penambahan larutan asam oksalat ini warna pada cairan tidak
hilang, maka dapat disimpulkan bahwa sampel air tidak memiliki kandungan
organik. Tetapi karena pada keempat sampel air, warna cairan hilang setelah
penambahan asam oksalat dapat dikatakan bahwa didalam sampel air terdapat
zat organik. Untuk mengetahui seberapa besar kandungan zat organik cairan
yang menjadi bening tersebut haruslah dititrasi lagi larutan KMnO 4 0,01 N
hingga bewarna merah muda.
Metode titrasi yang digunakan adalah metode titrasi permanganometri.
Dengan prinsip pengukuran zat organik yang terkandung di dalam air akan
dioksidasi oleh KMnO4 berlebihan dalam suasana yang asam dan panas.
Dimana kelebihan KMnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebihan. Kelebihan
asam oksalat inilah yang akan kembali dititrasi oleh KMnO4.

Reaksi yang terjadi pada pengukuran kandungan zat organik ini adalah
sebagai berikut :
Zat organik + KMnO4 berlebih
2KMnO4 + 5 H2C2O4 + 3 H2SO4

CO2 + H2O
2 MnSO4 + 10 CO2 + K2SO4

Pada sampel air sumur Banjarbaru, sampel air berubah menjadi merah
muda dengan larutan KMnO4 0,01 N yang terpakai sebanyak 0,1 ml. Pada
sampel air sumur Martapura larutan KMnO4 0,01 N yang terpakai untuk
titrasi adalah 0,7 ml dan pada sampel air sumur Cempaka dan Loktabat
terpakai 0,8 ml larutan KMnO4 0,01 N.
Sebelum melakukan perhitungan untuk mengetahui kandungan zat
organik pada masing-masing sampel terlebih dahulu dicari faktor ketelitian
KMnO4 zat organik. Dengan mentitrasi 5 ml asam oksalat 0,01 N dengan
larutan KMnO4 0,01 N hingga cairan berwarna merah muda. Dan volume
larutan KMnO4 0,01 N yang terpakai sebanyak 0,1 ml. Melalui perhitungan
diperoleh faktor ketelitian KMnO4 0,01 N adalah 50.
Dengan faktor ketelitian 50 dan angka-angka di atas diperoleh nilai
kandungan zat organik pada masing-masing sampel adalah 1580 mg/l KMnO 4
untuk sampel air sumur Banjarbaru, 1769,6 mg/l KMnO 4 pada sampel air
sumur Martapura, dan 1801,2 mg/l KMnO4 pada sampel air sumur Cempaka
dan Loktabat.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1.

Pengukuran zat organik yang dilakukan adalah pengukuran zat organik secara
umum,

tanpa

mngetahui

jenis

senyawanya

dengan

metode

titrasi

permanganometri.
2.

Dengan faktor ketelitian sebesar 50 pada perhitungan diketahui kandungan


zat organik pada air sumur Banjarbaru, air sumur Martapura, air sumur
Cempaka, dan air sumur Loktabat, berturut-turut adalah 1580 mg/l KMnO 4;
1769,6 mg/l KMnO4; 1801,2 mg/l KMnO4; 1801,2 mg/l KMnO4.

DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G & Santika S.S. 1987. Metoda Penelitian Air. Usaha Nasional, Surabaya.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kartika, Yogyakarta.
Sawyer, C.N. and Mc Carty, P.L. 1987. Chemistry for Environmental Engineering.
Third edition. McGraw-HillBook Company, Tokyo.
Slamet, J. S. 1996. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Tebbutt, T.H.Y. 1992. Principles of Water Quality Control. Found edition. Pergamon
Press, Oxford. 251 p.

Anda mungkin juga menyukai