Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Disusun Oleh :

Nama : Reza Alghifari


NPM : E1G022100
Prodi : TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
Kelompok : 5 (Lima)
Hari/Tanggal : Kamis,27Oktober
2022 Shift : 08.00-10.00
WIB
Dosen :1.Dra.Devi silsia.M.Si
2.Drs.Syafnil.M.Si
Koas :Widia Yulanda (E1G019007)
Objek Praktikum :IDENTIFIKASI SENYAWA ORGANIK

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan ilmu yang secara luas mempelajari suatu bahan dan senyawa.
Di antara banyaknya hal yang di pelajari dalam ilmu kimia tersebut tentu kita mengenal
bagiannya yang disebut kimia organik dimana cabang ini mempelajari senyawa organik
yaitu suatu senyawa yang mengandung unsur karbon dan hidrogen, oksigen dan nitrogen.
Senyawa organik adalah senyawa-senyawa yang dibentuk oleh unsur karbon yang memiliki
sifat-sifat fisik dan sifat-sifat kimia yang khas. Dalam kimia organik, banyak reaksi yang
dapat terjadi yang melibatkan ikatan kovalen diantaranya atom karbon hetero atom lainnya
seperti oksigen, nitrogen, atau atom-atom halogen lainnya.

Senyawa organik merupakan golongan besar daro senyawa kimia yang molekulnya
mengandung bahan kimia,kecuali karbida, karbonat dan oksida karbon. studi yang
mempelajari senyawa organik disebut kimia organik. Banyak diantara senyawa organik
seperti protein, lemak dan karbohidrat merupakan komponen dalam biokimia.
Senyawa organik tersebut dapat diperoleh dari hasil suatu reaksi maupun isolasi bahan

- bahan alam . Dalam melakukan identifikasi senyawa organik yang belum diketahui perlu
dilakukan pemisahan dan pemurnian komponen-komponen penyusun campuran. Semua
metode pemisahan disarankan pada perbedaan sifat fisik dari komponen -komponen
penyusun campuran . Teknik pemisahan seperti ekstraksi , yang di dasarkan pada perbedaan
kelarutan, destilasi fraksinasi dan destilasi uap, yang didasarkan pada perbedaan tekanan uap
.

Untuk mengetahui kandungan dalam senyawa organik dapat dilakukan dengan cara
identifikasi senyawa organik. Dalam pegidentifikasian senyawa oragnik dapat dilakukan
pengujian dengan menggunakan suatu pelarut yang khusus untuk menguji senyawa organik
diantaranya eter, air, larutan HCL dan sebagainya.Selain dengan tes kelarutan cara lain yang
dapat diakai adalah dengan test karakteristik kimia, dengan menambahkan pereaksi tertentu.
Cara sistematik untuk tes karakteristik senyawa yang mempunyai atom karbon, hidrogen dan
oksigen.
1.2 Tujuan

Mahasiswa mampu mengidentifikasikan senyawa organik (alkohol, fenol, aldehid, keton dan
asam karboksilat ).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Senyawa organik terlibat dalam tiap segi kehidupan, dan banyak manfaatnya dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Ada diantaranya yang berwujud bahan makanan, bahan sandang,
obat-obatan, kosmetik, dan berbagai jenis plastik. Bahkan dalam tubuhpun banyak terdapat
sejumlah senyawa organik dengan fungsi yang beragam pula. Senyawa organik hanya mewakili
satu jenis senyawa kimia, yaitu yang mengandung satu atom karbon atau lebih (Estevanus,
2012).
Keton adalah keluarga hidrokarbon yang bersifat mudah terbakar dan narkotik. Rumus
dari keton adalah R – C – O – R. Gugus karbonil pada keton adalah C yang berikatan rangkap
dua dengan O. Keton bersifat polar sehingga apabila sampai terbakar harus dipadamkan dengan
alkohol atau busa dari senyawa yang bersifat polar karena air tidak akan efektif, namun derajat
kepolarannya kurang dari alkohol dan asam organik. Tata cara penamaan IUPAC pada keton
adalah dengan mengganti “a” pada alkana menjadi “on” pada keton sehingga menjadi alkanon
(Raton, 2015).

Senyawa organik merupakan senyawa yang mengandung unsur C, H, dan O. Dimana


apabila senyawa organik ini dibakar, akan menghasilkan uap air (H 2O) dan gas karbondioksida
(CO2). Sumber energi berupa serpihan material organik yang dapat berubah menjadi zat
pengganti migas karena reaksi alam tingkat tinggi sehingga menyebabkan perubahab kimia-
fisika (Natsir, 2012).

Senyawa-senyawa organik hanya dapat dibuat di dalam tubuh makhluk hidup dengan
bantuan daya hidup sehingga senyawa organik tidak mungkin dapat dibuat dari senyawa
anorganik. Esterifikasi adalah suatu jenis reaksi kimia dimanareaksi tersebut menghasilkan ester.
Ester adalah sebuah hidrokarbon yang diturunkan dari asam karboksilat (Purnamasari, 2016).

Senyawa karbon atau yang biasa dikenal dengan senyawa organik ialah suatu senyawa
yang unsus-unsur penyusunnya terdiri dari atom karbon dan atom-atom hidrogen, oksigen,
nitrogen, sulfur, halogenj, atau fosfor. Pada awalnya senyawa karbon ini secara tidak langsung
menunjukan hubungannya dengan sistem kehidupan. (Siswoyo, 2016).

Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon,
kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Studi mengenai senyawaan organik disebut kimia
organik. Banyak di antara senyawaan organik, seperti protein, lemak, dan karbohidrat, merupakan
komponen penting dalam biokimia. (Wikipedia,2015).

Sifat fisik yang dimiliki hidrokarbon disebabkan oleh sifat non polardari senyawa tersebut.
Umumnya hidrokarbon tidak dapat bercampur dengan pelarut polar seperti air atau etanol.
Sebaliknya , hidrokarbon dapat bercampur dengan pelarut yang relative non polar seperti karbon
tetraklorida(CCl4) atau diklorometana(CH2Cl2). Reaktivitas kimia senyawahidrokarbon ditentukan
oleh jenis ikatannya . Hidrokarbon jenuh (alkana)tidak reaktif terhadap sebagaian besar pereaksi.
Hidrokarbon tak jenuh ,(alkena dan alkuna) dapat mengalami reaksi adisi pada ikatan rangkap
duaatau rangkap tiganya.
Senyawa aromatic biasanya mengalami reaksi subtitusi(Anonim, 2015).

Alkohol dapat bereaksi dengan logam reaktif melepaskan gashydrogen, sementara eter tidak
dapat bereaksi. Contoh logam reaktifadalah Natrium.

Alcohol :2R – OH + 2Na _>2R – Ona + H2


Eter : R- O – R’ + Na _> tidak dapat
bereaksi
Contoh etanol dan dimetil etel yang saling berisomer fungsi :
2C2H5 – OH etanol + 2Na _> 2C2H5 – Ona + H2
CH3 – O – CH3 Dimetil eter + Na _> tidak dapat bereaksi (safrizal,2017).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan :

- botol semprot

- gelas piala

- gelas ukur

- pipet tetes

- erlemeyer

- tabung reaksi + rak

- penjepit tabung reaksi

- pipet volume 5 ml

- batang pengaduk

Bahan yang digunakan :

- Sample - larutan Br2 5%


- 2,4-dinitrofenil hidrazin - larutan 2%
KMnO4
- FeCl3 - Fehling A

- Asam kromat - Fehling B


- Etanol 95 % - Minyak goreng

- NaOH 10 %

- Ammonium hidroksida encer

- Aseton

- Akuades

2.2 Prosedur kerja


2.2.1 Uji kimia ketidak jenuhan

a. Reaksi dengan Brom

Dimasukkan 4 tetes sampel masing-masing ke dalam 4 tabung reaksi bersih dan kering.
Ditambahkan 2 ml Br2, dikocok campuran perlahan-lahan sampai tidak terjadi perubaha warna.
b. Oksidasi dengan KMnO4

Dimasukkan 4 tetes sampel masing-masing ke dalam 4 tabung reaksi bersih dan kering.
Ditambahkan tetes demi tetes larutan KMnO4 sampai terjadi endapan hitam (atau larutan menjadi
keruh).

2.2.2 Test asam kromat (test karakteristik alkohol )

Siapkan tabung reaksi dan masukkan 2 ml sampel yang yang akan diuji kedalamnya. Tambahkan
1 ml aseton, kemudian tambahkan 1 tetes asam kromat. Warna orange dari asam kromat akan
berubah menjadi biru kehijauan atau terbentuk endapan jika yang ditambahkan berupa alkohol
primer atau sekunder.

2.2.3 Test FeCl3 ( test karakteristik untuk fenol)

Siapkan tabung reaksi lalu masukkan sample yang akan diuji. Tambahkan 5 tetes larutan FeCl 3 dan
dilakukan penggojokan. Jika tidak terbentuk warna menunjukkan bahwa senyawa tersebut bukan
senyawa fenol.

2.2.4 Test Karakteristik aldehid dan keton

a. Test 2,4-dinitrofenil hidrazin

Masukkan 2 ml etanol 95 %. Ditambahkan 3 tetes sample yang akan diuji kedalam tabung reaksi
tersebut. Kedalam tabung reaksi ini dimasukkan 1 ml larutan 2,4dinitrofenilhidrazin dan dilakukan
pengojokan kuat-kuat. Jika tidak dihasilkan endapan panaskan larutan tersebut dengan pemanas
air selama 1 menit dan selanjutnya ditambah 5 tetes air. Jika terbentuk endapan kuning sampai
merah orange menunjukkan test positif untuk adanya gugus karbonil dari keton atau aldehid.

b. test pereaksi tollens

Didalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml larutan perak nitrat 5% selanjutnya ditambahkan 1 tetes
NaOH 10% dan dikocok. Tambahkan kedalam campuran tersebut larutan encer ammonium
hidroksida hingga endapan perak hidroksida melarut (hindari penggunaan larutan ammonium
berlebihan). Tambahkan 2 tetes larutan yang akan diuji. Kocok dan biarkan selama 10 menit, jika
reaksi tidak terjadi dalam 10 menit panaskan tabung reaksi diatas penengas air selama 5 menit.
Reaksi positif akan ditunjukkan dengan terbentuknya cermin perak pada dinding atau endapan
metalik.
c. Tes Fehling

Fehling B: 65 g NaOH dan 173 g KNa tartarat dalam 500 ml larutan Dimasukkan 1 ml sampel, 1
ml reagen Fehling A dan 1 ml reagen Fehling B ke dalam tabung reaksi. Dipanaskan tabung reaksi
di dalam penangas air mendidih selama sekitar 5 menit.
Diamati warna endapan yang terbentuk.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

NO SAMPEL PERCOBAAN HASIL KETERANGAN

PENGAMATAN
1 Minyak Goreng 2.2.1 Oksidasi Dengan Tidak ada +
KMN04 perubahan warna
Tidak ada
endapan

_
2 Minyak Goreng 2.2.3 Test FECL3 Tidak ada +
perubahan warna
Larutan menjadi
keruh

+
3 Menyak Goreng 2.2.1 Reaksi Kuning menjadi +
Dengan Brom
biru kehijauan
4 Minyak Goreng 2.2.4. Test Kuning menjadi +
Karakteristik Aldehid biru kehijauan
Dan Keton (Test Orange kehijauan
Fehling)
+

5 Metanol 2.2.2 Orange kehijauan +


6 Asetal dehid 2.2.4 .a Ada endapan +
kuning
2.2.4 .b
Ada cermin
Perak tidak ada
2.2.4 .c +
endapan

_
7 Aseton 2.2.4 .a Ada endapan +
orange
2.2.4 .b
Tidak ada cermin
2.2.4 .c _
perak

Tidak ada
_
endapan
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Heksana

Pada percobaan ke satu heksana jika direaksikan dengan brom dan diteteskan 4 tetes
sampel masing-masing kedalam 4 tabung reaksi dan di 2ml Br 2 maka larutannya tidak terjadi
perubahan warna dan jika 4 tetes sampel masing-masing kedalam 4 tabung reaksi ditambahkan
larutan KMnO4 dan larutan tidak mengalami endapan.
5.2 Minyak goreng

Pada percobaan kedua minyak goreng jika direaksikan dengan brom dan diteteskan 4 tetes
sampel masing-masing kedalam 4 tabung reaksi dan di 2ml Br 2 maka larutannya tidak terjadi
perubahan warna dan jika 4 tetes sampel masing-masing kedalam 4 tabung reaksi ditambahkan
larutan KMnO4 maka akan terjadi endapan hitam (atau larutab menjadi keruh).
5.3 Metanol

Metanol jika di reaksikan dengan asam kromat maka larutannya akan berubah menjadi biru
kehijauan yang membuktikan bahwa methanol termasuk alkohol. Methanol, juga di kenal dengan
metil alkohol, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH 3OH. Ia merupakan bentuk alkohol
yang paling sederhana dan digolongkan primer.
5.4 Etanol

Pada percobaan ke empat percobaan test asam kromat, tidak dilakukan percobaan, namun
dapat diketahui bahwa pada sampel etanol ketika ditambah asam kromat warnanya menjadi
kehijauan.Etanol biasa dikenal dengan sebutan etil alkohol, alkohol solut, alkohol murni atau
alkohol saja. Rumus molekul dari etanol itu sendiri adalah C2H5OH. Etanol termasuk dalam
alkohol primer. Sifat-Sifat Etanol dibagi menjadi 2 yaitu berdasarkan sifat kimanya: reaksi asam
basa, halogenasi, pembuatan ester, dehidrasi, oksidasi dan pembakaran. Berdasarkan sifat
fisikanya dipengaruhi oleh: keberadaan gugus hidroksil, pendeknya rantai karbon etanol, gugus
hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih
sulit menguap dari pada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama. Etanol
digunakan untuk bahan baku industri atau pelarut. Dari data hasil praktikum yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa pada sampel sesuai dengan literaturebahwa etanol ketika
ditambah asam kromat warnanya menjadi kehijauan.
5.5 Fenol

Pada percobaan ke lima kami mengambil fenol sebanyak 5 tetes dan dicampurkan dengan
larutan FeCl3 setelah melakukan pengamatan kami mendapatkan hasil larutan fenolnya
warnanya tidak berubah, kami juga mengamati larutan kedua kami test menggunakan larutan
FeCl3 ,hasilnya larutannya berubah warna menjadi ungu kehitaman.Prinsip dari uji feri klorida
adalah mendeteksi keberadaan fenol pada sampel dengan penambahan larutan feri klorida yang
uji positifnya akan menghasilkan warna ungu, merah, hijau atau biru sebagai akibat dari adanya
reaksi gugus OH pada fenol bereaksi dengan larutan feri klorida. Warna yang diperoleh
bergantung pada subtituen yang terikat pada fenol.Dari data hasil praktikum yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa pada sampel fenol ketika ditambah reagen warnanya menjadi
ungu. Artinya hasil uji feri klorida dengan fenol adalah positif. Hal ini sesuai dengan literatur
bahwa fenol akan bereaksi dengan feri klorida yang ditandai dengan terbentuknya warna ungu.
5.6 Asetal Dehid (etanal)
Percobaan ke enam yaitu tes karateristik aldehid dan keton. Aldehid adalah suatu senyawa
yang mengandum sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau 2 buah atom hindrogen.
Nama IUPAC dari aldehida di turun kan dari alkana dengan mengganti akhiran ”ana” dengan
”al”. Nama umumnya di dasarkan nama asam karbosilat ditambahkan dengan akhiran dehida.
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada 2
gugus alkil, dan sebuah alkil. Keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon
karbonilnya dihubungkan dengan 2 karbon lainnya. Kerketon tidak mengandung atom hindrogen
yang terikat pada gugus karbonil dengan atom oksigen berikatan rangkap dengan karbon.
Aldehid dengan keton adalah senyawa yang penting. Beberapa dari padanya seperti atom haseton
(GH3COCH3) dan metaletil keton CH3COCH2CH3 dipakai dalam jumlah besar sebagai pelarut.
Tes 2,4 dinitro fenil hidrazin akan menghasilkan endapan kuning jika positif mengandung
aldehid.
5.7 Aseton
Pada percobaan ketujuh, pada uji pengamatan langsung, diamati bahwa baik senyawa
aldehid (formaldehid) maupun keton (aseton) memiliki bau yang tajam dan keduanya
memperlihatkan kelarutan yang baik dalam pelarut air. Hal ini sesuai teori menurut Sudarmo
tahun 2006 bahwa aldehid dan keton larut dalam air. Pada percobaan reaksi dengan pereaksi
tollens. Diperoleh hasil bahwa aseton jika dicampurkan dengan pereaksi Tollens dan dipanaskan
akan terbentuk endapan lapisan perak yang artinya hasil pengamatannya positif. Tetapi pada
Aldehid jika dicampurkan dengan pereaksi Tollens dan dipanaskan tidak terbentuk endapan
lapisan perak yang artinya hasil pengamatan negatif. Hal ini sesuai dengan keterangan yang ada
di buku penuntun praktikum.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan

Untuk mengidentifikasikan senyawa organik (alkohol, fenol, aldehid, keton dan asam
karboksilat) dapat dilakukan dengan beberapa test yaitu test 2,4 dinitrofenilhidrazin, test
HCL3 test asam kromat dan test pereaksi tollens. Maka akan menghasilkan suatu larutan.
6.2 Saran
Sebaiknya praktikan harus hati-hati terhadap penggunaaan alat dan bahan-bahan kimia
yang ada di laboratorium agar tidak pecah, rusak dan berakibat fatal.Sebaiknya co-Ass
menjelaskan lebih rinci lagi mengenai pembuatan laporan, agar praktikan lebih mengerti
dalam membuat laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2015. Kimia Organik.
Estevanus. 2012 Kimia Organik. ITB, Bandung
Irwandi. 2012. Kimia Organik. Erlangga: Jakarta
Marrapung. 2017. Kimia Dasar. Amirco. Bandung
Natsir, M. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Unhalu. Kendari
Purnamasari. 2016. Cerdas Belajar Kimia. Jakarta: PT Gratino Media Pertama.
Raton, Boca. 2015. Hazardous Materials Chemistry. Florida: Taylor & Francis Group.
Siswayo. 2018. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binaropa Aksara: Jakarta.

http://danydanger.blogspot.com/2014/08/laporan-mengidentifikasi-unsur-cho.html
2015http://id.wikipedia.org/wiki/Senyawa_organik .
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Disusun Oleh :
Nama : SELVIA MAHDAIYANTI
NPM : E1G021050
Prodi : Teknologi Industri Pertanian
Kelompok :-
Hari/Tanggal : Selasa/03 November

2021 Shift : 14.00-16.00 WIB

Dosen :1.Drs.Syafnil, MSi.


2. Dra.Devi silsia, M.Si
Ko-Ass : Elvira Rosa Nasution (E1G018068)

Nugraha Hotua Sagala (E1G018077)

Objek Praktikum :UJI MOLEKUL KIMIA HAYATI

LABORATORIUM TEKNOLOGI
PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari pasti kita memerlukan makan. Dan makanan
yang kita makan tersebut tentunya banyak mengandunng berbagai macam asupan gizi, seperti
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral. Tetapi asupan yang paling sering kita makan dan
masuk dalam tubuh kita adalah karbohidrat dan protein.

Senyawa yang dapat berkondensasi dengan furfural atau hidroksimetil furfural adalah
pereaksi Molisch (α-naftol), pereaksi Bial (orsorsinol), dan pereaksi Seliwanoff (resorsinol).
Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu Fehling A dan Fehling B. fehling A adalah larutan
CuSO4, sedangkan Fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat.
Pereksi Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu
larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion
kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO. Aldehid mereduksi larutan
Fehling dan menghasilkan endapan Cu2O yang berwarna kuning atau merah.

Protein adalah gabungan dari asam-asam amino melalui ikatan peptida. Protein terdapat
dalam semua jaringan hidup baik hewan maupun tumbuhan. Berdasarkan komponen
penyusunnya, protein dapat dibagi menjadi : 1. Protein sederhana, yaitu protein yang tersusun
hanya dari asam amino saja. 2. Protein majemuk, yaitu protein yang tersusun dari asam amino
dan gugus prostetik. Contoh : glikoprotein, lipoprotein, nukleoprotein, metalprotein, dan
kromoprotein.

Untuk mengetahui : apakah bahan makanan mengandung protein atau tidak, dapat diuji melalui
reaksi warna seperti : Uji Biuret, Xantoprotein, Millon, Ninhidrin, dan Uji Sakaguchi. Prinsip
reaksi biuret, reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptida (-CO-NH-)
dan protein. Reaksi positiff ditandai dengan terbentuknya warna ungu, karena terbentuk senyawa
komplek antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida. Banyak asam amino yang terikat pada
ikatan peptida mempengaruhi warna reaksi. Senyawa dipeptida memberikan warna biru,
tripeptida warna ungu dan tetrapeptida serta peptida komplek memberikan warna merah. Secara
umum warna yang terbentuk dari reaksi biuret membentuk senyawa komplek.

Untuk mengetahui kandungan pada suatu makanan seperti karbohidrat dan protein maka
dilakukan uji molekul kimia hayati pada makanan tersebut. Karbohidrat adalah polihidriksi dari
aldehid atau keton, yang berfungsi sebagai materi pembangun, dan sumber energi utama yang
dibutuhkan manusia. Karbohidrat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu monosakarida,
disakarida, dan polisakarida.
Protein adalah senyawa terpenting penyusun sel hidup atau senyawa polipeptida yang
dihasilkan dari polimerisasi asam-asam amino, senyawa ini terdapat dalam semua jaringan hidup
baik manusia maupun hewan. Fungsi protein antara lain sebagai pengatur, pembangun,
pertahanan dan sebagai sumber energi. Struktur molekul protein tersusun dari asam-asam amino
yang bergabung satu sama lain melalui ikatan peptide.

Dengan demikian, pada praktikum kali ini kami akan melakukan beberapa uji untuk
menguji kandungan karbohidrat, antara lain uji Molisch dan uji Fehling. Serta reaksi Biuret,
reaksi Millon, dan reaksi Ninhidrin merupakan reaksi pengujian untuk menguji kandungan
protein.

1.2 Tujuan
1. Menganalisis sifat fisis dan kimia molekul karbohidrat dan protein.
2. Menghubungkan reaksi karbohidrat dan strukturnya
3. Melakukan uji sederhana terhadap molekul hayati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Karbohidrat merupakan bahan yang sangat diperlukan tubuh manusia, hewan, dan
tumbuhan disamping lemak dana protein. Senyawa ini dalam jaringan merupakan cadangan
makanan atau energi yang disimpan dalam sel. Karbohidrat yang dihasilkan oleh tumbuhan
merupakan cadangan makanan yang disimpan dalam akar, batang, dan biji sebagai pati
(amilum). Karbohidrat dalam tubuh manusia dan hewan dibentuk dari beberapa asam amino,
gliserol lemak, dan sebagian besar diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
(Sirajuddin, 2011).
Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi
utama bagi umat manusia dan hewan yang harganya relatif murah. Karbohidrat yang dihasilkan
adalah karbohidrat sederhana glukosa. Disamping itu dihasilkan oksigen (O 2) yang lepas dari
udara (Almatsier, 2011).
Protein berasal dari bahasa Yunani yang mengandung arti paling utama. Protein
merupakan senyawa kompleks yang berbentuk molekul tinggi. Yang merupakan dari
polimerisasi atau polimer dan manomer-manomer asam amino yang dihubungkan oleh satu asam
lain dengan ikatan peptida. Lipid merupakan senyawa organik yang terdapat didalam dan tidak
dapat larut dalam air. Namun lipit dapat larut didalam organik ataupun senyawa organik polar
seperti hidrokarbon yang bersifat plastis dan mudah dibentuk. Ada beberapa golongan lipid yaitu
gliserol (gliserida) yang terbentuk dari ester gliserol dan asam lemak (asam karboksilat).
Sedangkan pada suhu kamar lemak memiliki alkil tak jenuh (Rivai, 2013).
Protein adalah senyawa polipeptida yang dihasilkan dari polimerisasi asam-asam
amino. Struktur molekul protein tersusun dari asam-asam amino yang digabungkan oleh ikatan
peptida. Ikatan peptida adalah ikatan yang mengkaitkan dua molekul asam amino atau ikatan
yang menggabingkan dua molekul monopeptida dimana senyawa yang terbentuk disebut
dipeptida. Ikatan peptida : O H – C – H –. Fungsi dari protein adalah : Sebagai zat pembangun
dimana dalam hal ini pembangunan maksudnya adalah penyusun utama di dalam tubuh manusia
yang diartikan karena penyusun utama dari DNA adalah protein yang di wakilkan dengan
polisakarida Berperan dalam pembentukan sel-sel baru karena di sel-sel baru sangat
mengharapakan sumber-sumber energy yang terbaik dan selalu di dukung dengan protein karena
penyusun sel yang terbaru adalah protein, dan mengganti sel-sel yang rusak. Sebagai sumber
tenaga, sumber tenaga yang sangat besar dan diadakan karena adanya kebutuhan akan energi di
dalam tubuh manusia.
Produk utama karbohidrat adalah karbondioksida, hidrogen, metan, asam lemak
rantai pendek yang mudah menguap.(Harold, 2013).
Terdapat 4 kumpulan utama molekul biologi yang besar, yaitu karbohidrat, lemak,
protein dan asid nukleik. Kebanyakan makromolekul adalah polimer, terbina daripada satu unit
(monomer) yang banyak. Karbohidrat memainkan peranan sebagai pembekal tenaga (bahanapi)
dan juga untuk pembinaan sel-sel organisme. Lipid adalah molekul hidrofobik yang sangat luas
ciri-cirinya. Protein pula mempunyai berbagai struktur. Fungsi sementara asid nukleik
mempunyai tugas yang tidak berbelah-bagi menyimpan dan memancarkan maklumat perwarisan.
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa yang mengandung gugus fungsi keton atau aldehid, dan gugus
hidroksi. Ditinjau dari gugus fungsi yang diikat: - Aldosa: karbohidrat yang mengikat gugus
aldehid. Contoh: glukosa, galaktosa, ribose - Ketosa: karbohdrat yang mengikat gugus keton.
Contoh: fruktosa .Ditinjau dari hasil hidrolisisnya: Monosakarida: karbohidrat yang tidak dapat
dihidrolisis menjadi molekul-molekul karbohidrat yang lebih sederhana lagi. Misalnya: glukosa,
fruktosa, ribosa, galaktosa . Disakarida: karbohidrat yang terbentuk dari kondensasi 2 molekul
monosakarida. Misalnya: sukrosa (gula tebu), laktosa (gula susu), dan maltosa (gula pati).
Oligosakarida: karbohidrat yang jika dihidrolisis akan terurai menghasilkan 3 – 10
monosakarida, misalnya dekstrin dan maltopentosa. Polisakarida: karbohirdat yang terbentuk
dari banyak molekul monosakarida. Misalnya pati (amilum), selulosa, dan glikogen.
Analisa karbohidrat, ada beberapa yaitu:
a. Uji Molisch.
Uji molisch adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji Molisch
dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molisch, seorang alhi botani dari Australia. Uji ini
didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin furfural yang
berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin ungu di purmukaan antara
lapisan asam dan lapisan sampel. Sampel yang diuji dicampur dengan reagent Molisch, yaitu α-
naphthol yang terlarut dalam etanol. Setelah pencampuran atau homogenisasi, H2SO4 pekat
perlahan-lahan dituangkan melalui dinding tabung reaksi agar tidak sampai bercampur dengan
larutan atau hanya membentuk lapisan.
b. Uji Seliwanoff.
Uji Seliwannoff merupakan uji spesifik untuk karbohidrat yang mengandung gugus keton atau
disebut juga ketosa. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan
menghasikan warna merah pada larutannya
c. Uji Benedict.
Uji Benedict merupakan uji umum untuk karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton
bebas. Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas
dalam suasana alkalis. biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk
mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan
hijau, merah, orange atau merah bata serta adanya endapan.
d. Uji Barfoed.
Uji Barfoed digunakan untuk menunjukkan adanya monosakarida dalam sampel. Uji positif
ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah orange
e. Uji Iodin.
Uji Iodin digunakan untuk menunjukkan adanya polisakarida. Amilum dengan iodine dapat
membentuk kompleks biru. Amilopektin dengan iodin akan memberi warna merah ungu.
Sedangkan dengan glikogen dan dekstrin akan membentuk warna merah coklat
f. Uji Fehling .
Uji Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid. Reagent yang digunakan dalam
pengujian ini adalah Fehling A (CuSO4) dan Fehling B (NaOH dan KNa tartarat). Pemanasan
dalam reaksi ini bertujuan agar gugus aldehida pada sampel terbongkar ikatannya dan dapat
bereaksi dengan ion OH- membentuk asam karboksilat. Cu2O (endapan merah bata) yang
terbentuk merupakan hasil sampingan dari reaksi pembentukan asam karboksilat.
(mustahib,2011).
B. Analisa Kuantitatif
1. Metode Kjeldahl
Merupakan metode sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein, dan
senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksikan dengan asam sulfat dan katalis
dengan katalisator yang sesuai sehingga menghasilkan ammonium sulfat.
2. Metode Titrasi Formal
Larutan protein dinetralkan dengan basa (NaOH) lalu ditambahkan dengan formalin akan
membentuk dimethilol. Dengan terbentuknya dimethilol ini berarti gugus aminonya sudah terikat
dan tidak akan mempengaruhi reaksi antara asam dengan basa NaOH sehingga hasil titrasi dapat
diakhiri dengan tepat.
3. Metode Lowry
Pembuatan reagen lowry merupakan larutan asam fosfotonsitat-asam fosfomolibolat dengan
perbandingan (1:1) dan dicampur 2% natrium karbonat dalam 100 ml natrium hidroksida dan
ditambahkan dengan 1ml tembaga (II) sulfat serta 1ml kalium natrium tartrat
4. Metode Spektofotometri
Asam amino penyusun protein diantaranya adalah triprofon, tirosin, dan fenilalanin yang
mempunyai gugus aromatic. Reaksi adsorbs sinar yaitu 280/260 menentukan factor korksi dari
metode ini.(eiffel, 2011).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan

Alat : Bahan :
- Botol semprot - Reagen Ninhidrin
- Gelas piala 100 ml - NaOH 10 M
- Gelas ukur 10 ml dan 25 ml - Fruktosa
- Pipet tetes -α- naftol
- Erlenmeyer 250 ml - Sukrosa
- Tabung reaksi + rak - Etanol
- Penjepit tabung reaksi - Amilum
- Pipet volume 5 ml - Aquades
- Penangas air - Madu
- Gelas piala 1000 ml/ 500 ml - Reagen Molisch
- Kompor listrik/ kompor gas - HNO3
- H2SO4
- Reagen Millon
- Fehling
- NaNO2 0,15 M
- Fehling B
- CuSO4
- Air Bromin

3.2 Prosedur Kerja

3.2.1 Uji Karbohidrat


3.2.1.1 Uji Molisch
1. Sediakan 5 buah tabung reaksi bersih dan kering.
2. Ke dalam masing-masing tabung ditambahkan :
- Tabung I : ditambah 2 ml glukosa 2 %
- Tabung II : ditambah 2 ml fruktosa 2 %
- Tabung III : ditambah 2 ml sukrosa (gula tebu) 2 %
- Tabung IV : ditambah 2 ml larutan kanji (amilum) 2 % - Tabung V : ditambah 2
ml madu 50 % dalam air.
3. Ke dalam masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes reagen Molisch (10% α-naftol
dalam etanol).
4. Selanjutnya, dengan hati-hati tambahkan 2 ml H2SO4 melalui dinding tabung
reaksi, sehingga terbentuk suatu lapisan dalam tabung.
5. Amati perubahan yang terjadi.

3.2.1.2 Uji Fehling


1. Ambil 1 buah tabung reaksi, diisi dengan air suling.
2. Tambahkan 1 ml larutan Fehling A dan 1 ml Fehling B ke dalam tabung reaksi
yang lain
3. Campurkan tabung reaksi nomor satu dengan nomor dua.
4. Bagi larutan nomor 3 menjadi tiga bagian (dalam tabung reaksi).
5. Selanjutnya :
- Tabung reaksi I : + 2 ml glukosa 10%
- Tabung reaksi II : + 2 ml sukrosa 10%
- Tabung reaksi III : + 2 ml amilum 2%
6. Panaskan ketiga tabung reaksi di atas penangas air dengan suhu sekitar 600C, selama
10 menit.
7. Amati perubahan warna yang terjadi.
8. Karbohidrat mana yang mengandung gula pereduksi?
3.2.2Uji Protein dan Asam Amino
Empat larutan yang akan disiapkan oleh koass adalah : larutan putih telur, larutan
susu, larutan ekstrak kaldu, dan larutan X. Ujilah keempat larutan tersebut dengan
uji Biuret, Millon, Xantoprotein, Sakaguchi, dan Ninhidrin.

3.2.2.1 Reaksi Biuret


1. Siapkan empat tabung reaksi yang bersih dan kering.
2. Selanjutnya :
- Tabung reaksi I : + 2 ml putih telur + 5 tetes CuSO4 0,05 M + 2 ml NaOH 10 M
- Tabung reaksi II : + 2 ml larutan susu + 5 tetes CuSO4 0,05 M + 2 ml NaOH 10 M
- Tabung reaksi III : + 2 ml ekstrak kaldu + 5 tetes CuSO4 0,05 M + 2 ml NaOH
10 M
- Tabung reaksi IV : + 2 ml larutan X + 5 tetes CuSO4 0,05 M + 2 ml NaOH 10 M
3Kocok tabung reaksi I-IV, dan amati apa yang terjadi.

3.2.2.2 Reaksi Millon


1. Siapkan empat tabung reaksi yang bersih dan kering.
2. Ke dalam masing-masing tabung :
- Masukkan 2 ml sampel seperti reaksi biuret di atas -
Ditambah 5 tetes pereaksi Millon.
- Panaskan di atas penangas air selama 10 menit.
- Dinginkan pada suhu kamar. -Tambah 5 tetes
NaOH 0,15 M -Amati warna yang terjadi.

3.2.2.3 Reaksi Xantoprotein


1. Siapkan empat tabung reaksi yang bersih dan kering.
2. Ke dalam masing-masing tabung :
- Masukkan 0,5 ml sampel seperti reaksi biuret di atas -Ditambah 0,5 ml HNO3 pekat.

- Amati apa yang terjadi!


- Tambahkan NaOH hingga alkalis (tes dengan lakmus).
- Amati warna yang terjadi!

3.2.2.4 Reaksi Ninhidrin


1. Siapkan empat tabung reaksi yang bersih dan kering.
2. Ke dalam masing-masing tabung :
- Masukkan 1 ml sampel seperti reaksi biuret di atas -Ditambah 5 tetes pereaksi
Ninhidrin.
- Didihkan selama 2 menit.
- Amati warna yang terjadi.

3.2.2.5 Reaksi sakaguchi


1. Siapkan empat tabung reaksi yang bersih dan kering.
2. Ke dalam masing-masing tabung :
- Masukkan 3 ml sampel seperti reaksi biuret di atas -Ditambah 1 ml NaOH 10 M.
- Tambah 2 tetes α-naftol 1% dan 4-5 tetes air bromin.
- Amati warna yang terjadi.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

Uji Karbohidrat (Uji Molisch dan Fehling)

HasilPengamatan
Sampel/Conto
N
h HasilUjiMolisch HasilUji Fehling
o
1 Glukosa 2% Terbentuk lapisan warna coklat Terjadi perubahan warna biru
terang menjadi
orange (merah bata)
2 Fruktosa 2% Terbentuk lapisan warna coklat
ge
lap
3 Sukrosa 2% Terbentuk lapisan warna coklat Terjadi perubahan warna biru
gelap menjadi coklat
4 Amilum 2% Terbentuk lapisan warna coklat Terbentuk 2 lapisan
yang tidak terlalu tampak
5 Madu 5 % Atas : hijautoska

Kesimpulan anda :
1. Semua sampel yang diatas mengandung karbohidrat (Molish).
2. Glukosa ,Sukrosa danamilummengandung gula pereduksi (Fehling).
Protein danAsam Amino

N Uji Puihtelur Susu Ekstrakkaldu Ekstrak kacanghija


o u
1 Biuret Ungutua Ungumuda Biru keunguan Coklat keunguan
2 Millon Membeku Mengendap Mengendap dan Mengendap dan
(terdenatu danber ubah tidak berubahwarna berubah warna
rasi)berub warna
ah warna

3 Xantopr Ungu Ungu muda Bening dan sedikit Coklat keunguan


otein peka t unguan
4 Ninhidri Putihlebih Tetap putih Lebih jernih dari Warna coklat dan
n kental / Tetap lebih sebelumnya mengendap
pekat kental
5 Sakaguc - - - -
hi

Kesimpulan anda :

 Ninhidrin : Putihtelur, susu, dan kacang hijau mengandung banyak


protein dibandingkan dengan ekstrak kaldu sapi mengandung sedikit protein.
 Millon : Semua sampel mengandung protein.
 Biuret : Putih telur dan susu mengandung lebih banyak protein di
bandingkan dengan ekstrak kaldu dan Ekstrak kacang hijau.
 Xantoprotein : Putih telur dan susu mengandung lebih banyak protein di
bandingkan dengan ekstrak kaldu dan Ekstrak kacang hijau.
BAB V
PEMBAHASAN

Bidang karbohidrat sangat luas dapat dapat disederhanakan melalui pengelompokan


kedalam tiga golongan yaitu monosakarida, polisakarida dan disakarida. Protein adalah
gabungan dari asam-asam amino melalui ikatan pepetida.
Pada percobaan ini yaitu uji molekul kimia hayati yang bertujuan agar mahasiswa
mampu menganalisis sifat fisis dan kimia molekul karbohidrat, protein, lemak dan mahasiswa
juga mampu menghubungkan reaksi karbohidrat dan strukturnya serta dapat melakukan uji
sederhana terhadap molekul hayati. Pada percobaan ini praktikan menggunakan alat dan bahan
yang disarankan oleh buku panduan praktikum. Alat yang digunakan oleh praktikan adalah botol
semprot, gelas piala 100 ml, gelas ukur 10 ml dan 25 ml, pipet tetes, erlenmeyer, tabung reaksi +
rak, penjepit tabung reaksi, pipet volume 5 ml, penangas air, gelas piala serta kompor listrik / gas
sedangkan bahan yang digunakan praktikan adalah Reagnen ninhidrin, NaOH 10 M, a-naftol,
Etanol, Aquades , Air bromin, HNO3, Reagnen million, NaNO2 0,15 M, CuSO4, Glukosa ,
Fruktosa, Sukrosa, Amilum, Madu, Reagen mollisch, H 2SO4, Fehling A serta Fehling B. Pada
praktikum ini, praktikan melakukan enam percobaan yang dikerjakan berdasarkan kelompok
yang telah dibagikan dan setiap kelompok harus melakukan percobaan-percobaan yang
disarankan buku panduan praktikum.
Pada percobaan pertama yaitu uji karbohidrat dengan menggunakan uji molisch.
Praktikan menyediakan lima buah tabung reaksi yang bersih dan kering dan kemudian pada
masing-masing tabung reaksi praktikan menambahkan 2 ml glukosa 2 % (tabung satu), 2 ml
fruktosa 2 % (tabung dua), 2 ml sukrosa 2 % (tabung tiga), 2 ml larutan kanji 2 % (tabung
empat) serta 2 ml madu 50 % (tabung lima). Pada masing-masing tabung, praktikan meneteskan
kembali 2 tetes reagen molisch yang kemudian ditetesi kembali 2 ml H 2SO4 melalui dinding-
dinding tabung reaksi. Hasil uji molisch yang didapatkan adalah pada glukosa (tabung satu)
terbentuk lapisan warna coklat terang, pada fruktosa (tabung dua) terbentuk lapisan warna coklat
gelap, pada sukrosa (tabung tiga) terbentuk lapisan warna coklat gelap, pada amium (tabung
empat) terbentuk lapisan warna coklat yang tidak terlalu tampak serta pada madu (tabung lima)
terbentuk lapisan warna coklat pekat.
Pada percobaan kedua yaitu uji karbohidrat dengan menggunakan uji fehling. Praktikan
mengambil satu buah tabung reaksi yang diisi dengan air suling yang kemudia ditambahkan 1 ml
larutan fehling A dan 1 ml larutan fehling B kedalam tabung reaksi lain. Tabung reaksi nomor
satu dengan nomor dua dicampur sehingga praktikan membagi larutan nomor 3 menjadi tiga
bagian (dalam tabung reaksi). Pada tabung reaksi yang sudah dibagi, praktikan kembali
menambah 2 ml glukosa 2 % (tabung satu), 2 ml sukrosa 10 % (tabung dua) serta 2 ml amilum
2 % (tabung tiga). Setelah dilakukan penambahan, praktikan segera memanaskan ketiga tabung
reaksi di atas penangas air dengan suhu sekitar 60 0C sekitar 10 menit. Hasil uji fehling yang
didapatkan adalah pada glukosa (tabung satu) terjadi perubahan warna dari yang semula biru
menjadi warna orange, pada sukrosa (tabung dua) terjadi perubahan warna menjadi coklat
sedangkan pada amilum (tabung tiga) terjadi dua lapisan, lapisan atas berwarna hijau toska dan
lapisan bawah berwarna biru. Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa glukosa dan sukrosa
merupakan karbohidrat yang mengandung gula pereduksi.

Pada percobaan ketiga yaitu uji protein dan asam amino dengan menggunakan reaksi
biuret. Praktikan menyiapkan empat tabung reaksi yang bersih dan kering yang kemudian
meneteskan 2 ml putih telur + 5 tetes CuSO 4 0,05 M + 2 ml NaOH 10 M (tabung satu), 2 ml
larutan susu + 5 tetes CuSO4 0,05 M + 2 ml NaOH 10 M (tabung dua), 2 ml ekstrak madu + 5
tetes CuSO4 0,05 M + 2 ml NaOH 10 M (tabung tiga) serta 2 ml larutan amilum + 5 tetes
CuSO4 0,05 M + 2 ml NaOH 10 M (tabung empat). Praktikan mengocok ke-empat tabung reaksi
yang sudah ditetesi tadi. Uji biuret yang didapat adalah pada putih telur (tabung satu) terbentuk
lapisan warna ungu tua, pada susu (tabung dua) terbentuk lapisan warna ungu tua, pada ekstrak
madu (tabung tiga) terbentuk lapisan warna biru keunguan serta pada larutan X (tabung empat)
terbentuk lapisan warna coklat keunguan. Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa putih
telur dan susu mengandung lebih banyak protein dibandingkan dengan ekstrak kaldu dan larutan
X.
Pada percobaan keempat yaitu uji protein dan asam amino dengan menggunakan reaksi
millon. Praktikan menyiapkan empat tabung reaksi yang bersih dan kering yang kemudian ke
dalam masing-masing tabung rekasi, praktikan memasukan 2 ml sampel seperti reaksi biuret di
atas, pada tabung reaksi yang telah dimasukkan ditambahkan kembali 5 tetes pereaksi
millon. Praktikan memanaskan tabung reaksi yang telah ditetesi di atas penangas air selama 10
menit yang kemudian mendinginkan pada suhu kamar. Setelah pendinginan selesai maka
praktikan kembali menambahkan 5 tetes NaOH 0,15 M. Uji millon yang didapat adalah pada
putih telur (tabung satu) terbentuk lapisan warna ungu pekat, pada susu (tabung dua) terbentuk
lapisan warna ungu muda, pada ekstrak madu (tabung tiga) terbentuk lapisan warna bening
sedikit keunguan serta pada larutan X (tabung empat) terbentuk lapisan warna coklat keunguan.
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa semua sampel mengandung protein.
Pada percobaan kelima yaitu uji protein dan asam amino dengan menggunakan reaksi
xantoprotein. Praktikan menyiapkan empat tabung reaksi yang bersih dan kering yang kemudian
ke dalam masing-masing tabung, praktikan memasukkan 0,5 ml sampel seperti reaksi buret
diatas dan dilakukan penambahan kembali 0,5 ml HNO 3 pekat. Praktikan mengamati apa yang
terjadi dan setelah pengamatan selesai maka dilakukan penambah NaOH hingga alkalis (tes
dengan lakmus). Uji xantoprotein yang didapat adalah pada putih telur (tabung satu) terjadi
pembekuan dan terbentuk lapisan warna merah, pada susu (tabung dua) terjadi pengendapan
dan terbentuk lapisan warna merah, pada ekstrak madu (tabung tiga) terjadi pengendapan dan
tidak perubahan warna tidak terbentuk serta pada larutan X (tabung empat) terjadi pengendapan
dan terbentuk lapisan merah. Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa putih telur dan susu
banyak mengandung protein dibandingkan dengan ekstrak kaldu dan larutan X.
Pada percobaan keenam yaitu uji protein dan asam amino dengan menggunakan reaksi
ninhidrin. Praktikan menyiapkan empat tabung reaksi yang bersih dan kering yang kemudian ke
dalam masing-masing tabung, praktikan memasukan 1 ml sampel seperti reaksi biuret di
atas dan melakukan penambahan kembali 5 tetes pereaksi Ninhidrin. Praktikan memanaskan ke-
empat tabung reaksi selama 2 menit. Uji ninhidrin yang didapat adalah pada putih telur (tabung
satu) terbentuk lapisan putih yang kental / pekat, pada susu (tabung dua) terbentuk lapisan warna
putih yang sangat kental, pada ekstrak madu (tabung tiga) terbentuk lapisan warna putih yang
jernih dari yang sebelumnya serta pada larutan X (tabung empat) terbentuk lapisan warna coklat
dan mengendap. Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa putih telur, susu dan larutan X
mengandung banyak protein dibandingkan pada ekstrak kaldu.
Pada percobaan ketujuh yaitu uji protein dan asam amino dengan menggunakan uji
sakaguchi. Pada percobaan ini terdapat terdapat permasalahan dimana zat yang diperlukan tidak
ada maka percobaan ini ditiadakan oleh dosen pembimbing praktikum. Dari semua percobaan uji
protein dan asam amino dapat disimpulkan bahwa semua sampel mengandung protein
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
1. Sifat fisis karbohidrat monosakarida adalah dapat larut dalam air tetapi tidak dapat larut
dalam cairan organik, sedangkan sifat kimia monosakarida adalah suatu bentuk molekul
yang tidak dapat diuraikan lagi. Sifat kimia protein merupakan senyawa yang mempunyai
berat molekul antara ribuan hingga jutaan satuan (g/ mol).
2. Karbohidrat merupakan senyawa yang mengandung gugus fungsi keton atau aldehid, dan
gugus hidroksi.
3. Uji Molisch dan uji Fehling merupakan dua pengujian dari sekian banyak pengujian
kimia untuk menguji kandungan karbohidrat. Reaksi Biuret, reaksi Millon, dan reaksi
Ninhidrin merupakan reaksi pengujian untuk menguji kandungan protein.

6.2. Saran
Saran yang dapat saya berikan adalah, agar praktikan lain dapat berkonsentrasi dan teliti
dalam melakukan praktikum, karena ketelitian mempenaruhi hasil pengamatan. Dan juga agar
semua praktikan dapat mengenal alat-alat yang dibutuh kan saat praktikum, supaya praktikum
dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan dan tercipta suasana yang nyaman dan kondusif.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Bakti, Rivai. 2013. Biokimia Metabolisme dan Bioenergitika. Bandung: Graha Ilmu
Eiffel, dkk. 2011.http://eiffelgultom.blogspot.com/2011/05/uji-molekul hayati.html diunduh hari
Rabu 13 Mei 2015.
Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Harold. 2013. Karbohidrat dan Uji Karbohidrat. Jakarta :
Erlangga. Keenan, Charles. 1999. Uji Molekul Hayati. Jakarta :
Erlangga
Mustahib, 2011. http://biologi.blogsome.com/2011/02/07/karbohidrat-dan-uji-karbohidrat/
diunduh hari Rabu 13 Mei 2015.
Sirajuddin. 2011. Materi Kuliah Bagian- 2 Kimia. Kimia Anorganik. Bengkulu : Universitas
Bengkulu.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Disusun Oleh

Nama : SELVIA MAHDAIYANTI


NPM : E1G021050
Prodi : Teknologi Industri Pertanian
Hari/ tanggal : Rabu /10November 2021
Dosen : 1. Dra. Devi Silsia, M.Si
2. Drs. Syafnil, M.Si
Koass : -Elvira Rosa Nasution (E1G018068)
-Nugraha Hotua Sagala(E1G018077)
Objek Praktikum : ANALISA KUALITAS AIR

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU

2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dan tidak bisa diganti perannya bagi
makhluk hidup. Kualitas air merupakan penentu kelangsungan kehidupan makhluk hidup
kedepannya, khususnya manusia. Pencemaran air memiliki pengertian bahwa adanya
penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurnian air tersebut.
Air yang tersebar di bumi ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni. Namun
bukan berarti bahwa semua sudah tercemar. Sebagai contoh, walaupun di daerah
pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bebas dan bersih dari
pencemaran, air hujan yang turun diatasnya selalu mengandung bahan-bahan terlarut,
seperti CO2, O2, dan N2, serta bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan partikel-partikel
lainnya yang terbawa air hujan dari atmosfer.
Biasanya air tersebut mengandung zat-zat kimia dalam kadar tertentu, baik zat-zat
kimia organik maupun zat-zat kimia anorganik. Apabila kandungan zat-zat kimia
tersebut jumlahnya terlalu banyak dalam air, maka akan menjadi bencana yang dapat
merugikan kelangsungan hidup semua makhluk disekitarnya. Kini dengan adanya
pencemaran- pencemaran yang dilakukan oleh pabrik maupun rumah tangga, kandungan
zat-zat kimia dalam air semakin meningkat sehingga menyebabkan kualitas air menurun.
Oleh karena itu, pada praktikum kali ini kami melakukan uji kualitas air, untuk
mengetahui air mana yang dapat digunakan (dikonsumsi) dan air mana yang tidak dapat
digunakan (dikonsumsi). Dan juga kita dapat menganalisis kualitas serta kandungan apa
saja yang terkandung di dalam macam-macam air.

1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu menguji atau menganalisis sifat fisis dan sifat kimia air secara
kualitatif dan kuantitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas
cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan
geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang
tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-
faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah
panas yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan
hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung
(Barus, 2013). Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama
adalah pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut,
CO2 bebas, pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah
pengukuran
kualitas air dengan parameter biologi (plankton dan benthos) (Sihotang, 2014).
Dalam pengukuran kualitas air secara umum, menggunakan metode purposive
sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengaan memperhatikan berbagai
pertimbangan kondisi serta keadaan daerah pengamatan (Fajri, 2013).
Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai factor seperti intensitas
cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan
geografis dan juga oleh factor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang
tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperature perairan dapat dipengaruhi oleh factor-
faktor antrofogen (factor yang di akibat kan oleh aktifitas manusia) seperti limbah
panas dari yang berasal dari air pendingin pabrik, penggunulan DAS yang
menyebabkan hilangnya pelindungan, sehingga badan air terkena cahaya matahari secara
langsung. (Barus 2013).
Nilai Ph merupakan salah satu parameter yang praktis bagi pengukuran
kesuburan suatu perairan. Banyak reaksi kimia penting yang terjadi pada tingkatan Ph
yang sulit menurut jenis dan aktifitas biologinya suatu perairan dapat mengubah Ph dari
unit penanganan limbahnya tetapi pada umumnya batas toleransi ikan adalah berkisar
pada Ph 4 sampai Ph 2. Perairan yang memiliki kadar Ph 6,5 – 8,5 merupakan
perairan sangat ideal untuk tempat hidup dan produktipitas organisme air.Derajat
keasaman sering j
digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan atau perairan dalam
memproduksi garam mineral. Garam mineral merupakan factor penentu bagi semua
proses produksi disuatu perairan derajat keasaman perairan merupakan suatu para meter
penting dalam pemantauan kualitas air dengan mengetahui jumlah kadar Ph suatu perairan
kita dapat mengetahui tingkat produktifitas perairan tersebut. Kandungan Ph dalam suatu
perairan dapat berubah-ubah sepanjang hari akibat dari proses fotosintesis tumbuhan air.
Derajat keasaman suatu perairan juga sangat menentukan kelangsungan hidup organism
dan merupakan resultan sifat kimia, fisika perairan (Welch 2010).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat : 3.1.2 Bahan :
-
Gelas ukur 50 ml - KMnO4
-
Gelas ukur 100 ml - Aquades
-
Pipet tetes - H2SO4
-
Pipet Volume 5 ml - Kertas lakmus merah
-
Pipet volume 10 ml - Asam oksalat (H2C2O4)
-
Lampu spritus - Air sumur
-
Tabung reaksi + rak - Air danau
-
Batang pengaduk
-
Corong kaca
-
Penjepit tabung reaksi
-
Erlenmeyer
-
Kompor listrik/ gas
-
Buret dan statif
-
Corong
-
Neraca analitik
-
Botol semprot
-
Termometer
3.2 Prosedur Kerja
1. Suhu/termperatur
- Menyiapkan sampel (membuka tutup botol sampel).
- Menyelupkan alat pengukur suhu (termometer atau O2 meter) ke dalam
sampel, memastikan tangan praktikan tidak menyentuh alat pengukur
tersebut).
- Membaca angka yang tertera pada alat tersebut.
2. Zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi

- Mengambil sampel sebanyak 100 ml dengan gelas ukur dan menuangkan


ke dalam gelas piala dan memanaskannya.
- Memperhatikan, apakah sampel menjadi keruh ataukah ada yang mengendap.
- Jika sampel menjadi keruh berarti ada zat padat terlarut, sedangkan jika
terjadi endapan berarti sampel mengandung zat padat tersuspensi.
3. Warna
- Mengambil sampel ke dalam tabung reaksi sebanyak +- ¾ dari volume
tabung reaksi.
- Membandingkan warnanya dengan larutan standar yang telah disediakan.
4. DO (Disolve Oxygen)
- 100 ml sampel dimasukkan ke dalam gelas piala yang bervolume 100 ml.
- Mencelupkan O2 meter ke dalam sampel.
- Menekan mode untuk mendapatkan nilai DO.
- Angka yang tertera pada O2 meter menunjukkan konsentrasi oksigen yang
dikandung sampel.
5. Amoniak (NH3)
- Memasukkan 10-15 ml sampel ke dalam tabung reaksi.
- Melipat kertas lakmus merah di mulut tabung reaksi.
- Memanaskan di atas lampu spiritus.
- Mengamati sampel, apakah tercium bau tengik atau tidak.
- Sampel mengandung amoniak jika tercium bau tengik atau lakmus merah
berubah menjadi warna biru.
6. COD secara kuantitatif
- Mengambil dengan pipet sampel dengan pipet volume dan
memasukkannya ke dalam gelas ukur 100 ml.
- Mengencerkan sampel tersebut dengan aquades sampai volume 100 ml.
- Menambahkan 5 ml H2SO4 N, memanaskannya sampai mendidih.
- Menambahkan lagi dengan 10 ml KMnO4 0,01 N dan mendidihkannya
selama 10 menit (membentuk warna merah muda).
- Jika selama dididihkan warna merah muda hilang maka praktikan
menambahkan 10 ml KMnO4 0,01 N lagi, sampai warna merah muda
tidak hilang lagi.
- Menambahkan 10 ml asam oksalat (H2C2O4) 0,01 N warna merah muda
hilang.
- Selagi panas segera mentitrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk
warna merah muda yang stabil (tidak hilang lagi), mencatat volume
KMnO4 yang terpakai (=r).
-
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

No Parameter Hasilpengamatan

Air Sumur Air Danau

1 Suhu - -
2 Zatpadatterl Keruh Sedikit keruh
arut
3 Zatpadatter Tidak ada endapan setelah Ada endapan setelah
suspensi dipanaskan dipanaskan

4 warna Menjadi keruh setelah di Kekuningan setelah di


panaskan panaskan
5 DO Ada di pembahasan Ada di pembahasan
6 Amoniak Berbauk (tengik) Tidak berbau
7 COD Volume Volume Volume Volu Volume Volume
KMnO4 KMnO4 KMnO4 me KMnO4 KMnO4ti
selama titrasi titrasi KM titrasi trasi
pemana I II nO4 I II
San (ml) (ml) sela (ml) (ml)
(ml) map
ema
nasa
n
(ml)
Ulangan I
Ulangan II
BAB V PEMBAHASAN

Air sumur sebelum direbus

Air Danau sebelum direbus


1. SUHU ( tidak ada termometer)
2. ZAT PADAT TERLARUT
 Air sumur sesudah direbus

Hasil pengamatan : air sumur menjadi keruh


 Air limbah sesudah direbus

Hasil pengamatan : air limbah menjadi sedikit keruh


3. ZAT PADAT TERSUSPENSI
 Air sumur setelah di rebus
Hasil Pengamatan : Air sumur terjadi tidak adanya pengendapan.

 Air Limbah sesudah direbus

Hasil pengamatan : Air limbah terjadinya pengendapan.

4. WARNA
 Air sumur sesudah direbus
Hasil Pengamatan : air sumur menjadi keruh

 Air Limbah sesudah di rebus

Hasil pengamatan : air limbah berubah warna menjadi kekuningan.

5. AMONIAK
 Air Sumur menjadi berbau tengik
 Air limbah menjadi tidak berbau
COD (Chemical Oxygen Demand), yaitu uji kebutuhan oksigen untuk reaksi
oksidasi terhadap bahan buangan (organik) di dalam air. Konsentrasi COD
yang tinggi dalam suatu perairan menandakan bahwa di perairan tersebut
banyak mengandung senyawa organik yang membutuhkan oksigen terlarut
(DO) dalam proses penguraiannya.
Kebutuhan Oksigen Biokimia (KOB) atau Kebutuhan Oksigen Hayati (KOH)
(Biochemical Oxygen Demand, disingkat BOD) adalah analisis empiris untuk
mengukur proses- prosesbiologis(khususnya aktivitasmikroorganismeyang
berlangsung di dalam air. Nilai KOB merupakan suatu pendekatan umum yang
menunjukkan jumlahoksigenyang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
menguraikanzatorganik terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi di
dalam air. Di dalam pemantauan kualitas air, KOB merupakan salah satu
parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat pencemaran air. Pengukuran
parameter ini dapat dilakukan pada air minum maupun air buangan.
DO (Disolve Oxigen), adalah jumlah oksigen yang terlarut di dalam air.
Oksigen terlarut merupakan sumber oksigen mahluk hidup yang ada di dalam
air, minimal konsentrasi oksigen
untuk kehidupan di dalam air adalah 5 mg/L (5 ppm). Oksigen terlarut sebagian
besar diperoleh dari hasil fotosintesis di dalam air. Kualitas air dapat ditentukan
oleh kadar oksigen terlarut ini. Konsentrasi oksigen yang terlalu rendah akan
mengakibatkan ikan-ikan dan hewan air yang lain akan mati. Sebaliknya
konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu tinggi mempercepat proses korosi
karena oksigen akan mengikat hidrogen yang melapisi permukaan logam.

Jika oksigen terlarut terlampau rendah, maka organisme aerob mungkin akan
mati dan proses penguraian bahan-bahan organik akan dilakukan oleh
organisme anaerob dan akan menghasilkan bahan seperti metana, hidrogen
sulfida. Zat-zat inilah yang menyebabkan air berbau busuk. Konsentrasi
oksigen terlarut di dalam air dipengaruhi oleh : suhu, fotosintesis, tingkat
penetrasi cahaya, tingkat kederasan air, dan jumlah bahan organik.

5.2. Prosedur kerja BOD (Biochemical Oxygen Demand) dari Vidio yang telah ditonton.
5.2.1.Bahan yang diggunakan :
1. Larutan besi 3 klorida FeCl3
2. Larutan kalsium klorida CaCl2
3. Magnesium sulfat heptahidrat MgSO4.7H2O
4. Bibit mikroba
5. Asam sulfat H2SO4
6. Larutan alkali iodida NaOH – Kl
7. Natrium tiosulfat pentahidrat Na2S2O3.5H2O
8. Air keran laboratorium
9. Larutan kanji
5.2.2. Cara kerja cara kerja BOD
1. Buffer fosfat masukkan ke dalam sampel 1000 ML
2. Bilas pipet filter
3. Pipet 1 ml larutan fecl3 masukkan ke dalam sampel air
4. Pipet 1 ml mgso4 7 H20 masukkan ke dalam sampel
5. Pipet 1 ml larutan kalsium klorida masukkan dalam sampel
6. Lalu bersihkan pipet filter setelah digunakan
7. Pipet 1 ml bibit mikroba masukkan dalam sampah
8. Aduk agar larutan menjadi homogen

9. Kemudian siapkan 4 buah botol BOD


10. Tuang contoh uji ke dalam botol BOD
11. Tuang hingga larutan pada botol do 0 meluap
12. Tutup botol do0 dengan plastik hindari terbentuknya gelembung udara
13. Kemudian tuang contoh uji pada botol do5
14. Tuang hingga larutan pada botol do5 meluap
15. Tutup rapat agar tidak terbentuknya gelembung
16. Tuang larutan pada botol do 0 Blanco
17. Tutup dengan rapat
18. Tuang larutan pada botol Do 5 blanko
19. Tuang larutan pada botol do5 blanko
20. Kemudian aduk agar homogen
21. Tutup rapat agar tidak terbentuk gelembung udara
22. Simpan botol dia 5 belanko dan Deo 5 sampel pada lemari inkubator selama 5
hari dalam suhu 1 derajat Celcius
23. Botol do 0 blanko dan do 0 sampel setelah ditunggu 10 menit agar tidak terdapat
udara yang masuk.
24. Kemudian tambahkan alkali lolida 1 ml
25. Tutup kembali dengan rapat tunggu hingga 10 menit
26. Kocok kedua botol agar homogen
27. Kemudian masukkan na2s2o3 ke dalam labu ukur sebagai zat titrasi
28. Tambahkan aquades hingga mencapai batas 10 ml
29. Pada labu ukur kemudian aduk hingga homogen
30. Masukkan larutan na2s2o3 ke dalam Buret sebagai zat titrasi
31. Sterilisasi Buret agar mendapatkan hasil akurat
32. Setelah 10 menit terdapat endapan pada bagian dalam botol
33. Masukkan 5 ml asam sulfat ke dalam botol
34. Kemudian kocok hingga endapan terlarut sampai dengan sempurna
35. Endapan sudah terlarut dengan sempurna Tutup kembali dengan plastik selama 10
menit
36. Lalu kocok agar homogen
37. Masukkan 50 ml larutan ke dalam gelas ukur

38. Kemudian tambahkan orang kanji sehingga warna yang akan berubah menjadi
biru keunguan
39. Selanjutnya lakukan titrasi untuk mengatur volume na2s203 yang digunakan

40. Jika terjadi apabila sudah mencapai titik akhir titrasi yang warna menjadi bening
41. Catat volume
42. Setelah 5 hari kemudian dilakukan pengukuran do5 pada sampel dan blanko
43. Masukkan ke dalam botol Do 5 blanko hingga meluap
44. Kemudian tutup rapat dengan plastik tunggu hingga 10 menit hingga terbentuk
endapan pada bagian dasar botol
45. Tambahkan asam sulfat 2,5 ML botol Do 5 blanko
46. Masukkan larutan Kanjir ke dalam Erlenmeyer do5 blanko.
47. Warna larutan 2,5 blanko akan berubah menjadi biru keunguan
48. Kemudian titrasi hingga larutan bening
49. Catat volume Do 5 sampel yang digunakan saat mencapau titik akhir titrasi.
50. Bersihkan peralatan dan meja kerja setelah selesai praktikum.
5.3. Prosedur Kerja COD (Chemical Oxygen Demand) dari video yang telah ditonton.
5.3.1. Bahan
1. sampel air sungai yang telah difiltrasi dan yang belum difiltrasi
2. KMnO4
3. natrium oksalat
4. H2SO4 1 banding 2
5. aquades
5.3.2. Alat
1. Alat filtrasi Buret
2. Erlenmeyer
3. Gelas ukur
4. Pipet volume
5. Pipet ML
6. Bola hisap
7. Pemanas water bath
5.3.2. Penentuan faktor KMnO4
1. Memipet natrium oksalat sebanyak 25 ML dan masukkan ke dalam Erlenmeyer
2. Ditambahkan aquades sebanyak 100 ml
3. Tambahkan H2 so4 1 banding 2 sebanyak 10 ml penambahannya dilakukan di
ruangan asam
4. Kan kmno4 sebanyak 20 ML
5. Panaskan larutan menggunakan waterbath selama 30 menit dengan suhu 60
derajat Celcius
6. Dalam keadaan panas titrasi larutan dengan kmno4 0,025 N hingga larutan yang
bening berubah menjadi warna merah muda
7. Catat V titrasi kmno4 yang digunakan
5.3.4. Membuat larutan blanko
1. Memasukkan aquades sebanyak 50 ml ke dalam erlenmeyer ada duitnya
2. Tambahkan H2SO4 ( 1 : 2 ) sebanyak 5 ml
3. Tambahkan 10 ml KMnO4 0,025 n
4. Panaskan larutan tersebut dengan waterbath selama 30 menit pada suhu 60 derajat
celcius
5.3.5. Analisa COD pada sampel air sungai yang sudah dan belum difiltrasi
5.3.6. 1.Memipet sampel sebanyak 25 ml ke dalam Erlenmeyer
2. Tambahkan aquades sebanyak 50 ml.
3. Tambahkan H2SO4 1 banding 2 sebanyak 5 ml
4. Tambahkan Ag2SO4 dan kocok kedua sampel
5. Tambahkan KMnO4 sebanyak 10 ml larutan
6. Panaskan selama 30 menit dengan suhu 60 derajat Celcius dengan menggunakan
waterbath.
7. Setelah 30 menit tambahkan natrium oksalat sebanyak 10 ml pada masingmasing
Erlenmeyer
8. Larutan akan berubah menjadi bening atau tidak berwarna
9. Dalam keadaan panas titrasi dengan kmno4 hingga berwarna merah muda
10. Catat volume titrasi yang digunakan.

BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Sifat fisika air yang dapat ditemukan pada percobaan yang dilakukan suhu air dalam
derajat panas yang dinyatakan dalam satuan derajat celcius. Wana adalah warna nyata
dari air yang disebabkan oleh adanya ion metal (besi dan mangan), humus, plankton,
tumbuhan dan limbah industri. Kekeruhan adalah sifat optik dari suatu larutan yang
menyebabkan cahaya yang melaluinya terabsorbsi dan terbias.
Sifat kimia air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H 2O yang terdiri dari satu
molekul air yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terkait secara kovalen pada satu
atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi
standar yaitu pada tekanan 100 nKPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K.

6.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan adalah agar praktikan lain dapat berkonsentrasi dan
teliti dalam melakukan praktikum meskipun masih dalam keadan online, karena
ketelitian mempengaruhi hasil pengamatan. Dan juga harapannya agar semua praktikan
bisa menghafal dan mengetahui alat-alat dan metode kerja pada praktikum ini,jadi ketika
offline nanti praktikan dapat menguji dan melakukan praktikum secara langsung dan
benar
. Dan juga nanti ketika offline harapannya semoga kita sama-sama dapat menjaga
kebersihan laboratorium, supaya praktikum dapat berjalan sesuai dengan yang
diinginkan dan tercipta suasana yang nyaman.
DAFTAR PUSTAKA

Barus, T. A, 2013. Pengantar Limnologi. Medan : Jurusan Biologi FMIPA USU dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Barus. 2010. Pengantar limnology. Medan : FMIPA USU.


https://drive.google.com/file/d/1FZ5JKpYkHU85g4CPHHdYR2YHc_U6ioFm/vie
w?usp=sharing. (Selvia mahdaiyanti, analisis kualitas air : 19 November
2021,22:23 WIB

Fajri. 2013. PenuntunPraktikumdanLembarKerjaPraktikumEkologiPerairan.


Kelautan Universitas Riau
Sihotang.2010.PenuntunPraktikumLimnologi.Pekanbaru FakultasPerikanandanIlmu.

Welch. 2010. Kimia organic. Jakarta : erlangga

Anda mungkin juga menyukai