Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN 2

Jurusan Teknik Lingkungan – FALTL – Universitas Trisakti


Gasal 2018/2019

KELOMPOK 6
1. Amelia Suwardi (082001600026)
2. Cathalia Grimaldi (082001600028)

Asisten Mahasiswa: Astari Dewi Hutami

OKSIDAN (O3)

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ozon termasuk kedalam pencemar sekunder yang terbentuk di
atmosfer dari reaksi fotokimia NOx dan HC. Ozon bersifat oksidator kuat,
karena itu pencemaran oleh ozon troposferik dapat menyebabkan dampak
yang merugikan bagi kesehatan manusia. Laporan Badan Kesehatan Dunia
menyatakan konsentrasi ozon yang tinggi (>120 µg/m3) selama 8 jam atau
lebih dapat menyebabkan serangan jantung dan kematian atau kunjungan ke
rumah sakit karena gangguan pada sistem pernafasan. Pajanan pada
konsentrasi 160 µg/m3 selama 6,6 jam dapat menyebabkan gangguan fungsi
paru-paru akut pada orang dewasa yang sehat dan pada populasi yang
sensitif.
Emisi gas buang berupa NOx adalah senyawa-senyawa pemicu
(precursor) pembentukan ozon. Senyawa ozon di lapisan atmosfer bawah
(troposfer bawah, pada ketinggian 0 – 2000m) terbentuk akibat adanya reaksi
fotokimia pada senyawa oksida nitrogen (NOx) dengan bantuan sinar
matahari. Oleh karena itu potensi produksi ozon troposfer di daerah beriklim

1
tropis seperti Indonesia sangat tinggi. Karena merupakan pencemar sekunder,
konsentrasi ozon di luar kota di mana tingkat emisi prekursor umumnya lebih
rendah sering kali ditemukan lebih tinggi daripada konsentrasi ozon di pusat
kota. Percepatan produksi ozon dibantu dengan kehadiran senyawa lain
seperti NOx, hidrokarbon, CO dan senyawa-senyawa radikal yang juga
diemisikan dari pembakaran bahan bakar fosil. Puncak pola fluktuasi harian
ozon umumnya terjadi setelah terjadinya puncak konsentrasi NOx dan efek
yang lebih merugikan terhadap kesehatan karena adanya kombinasi pencemar
NOx dan ozon dapat terjadi. Untuk mengetahui kadar O3 maka dilakukan
pengambilan sampel udara yang dilakukan di kampus A, Universitas Trisakti
untuk menentuka kualitas udara di daerah tersebut.
Gas oksidan (O3) dijerap dalam larutan Neutral Buffer Kalium
Iodida dan bereaksi dengan ion iodida membebaskan iod (I2) yang berwarna
kuning muda. Konsentrasi larutan ditentukan menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang 352 nm.
1.2 Tujuan Percobaan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengukur konsentrasi oksidan
(O3) di udara ambien dengan menggunakan metode Neutral Buffer Kalium
Iodida (NBKI) menggunakan alat spektrofotometer 352 nm di lokasi pintu II
Kampus A Trisakti.

II. TINJAUAN PUSTAKA


a.) Definisi
Okdisan (O3) merupakan senyawa di udara selain oksigen yang
memiliki sifat sebagai pengoksidasi. Oksidan adalah komponen atmosfer
yang diproduksi oleh proses fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang
membutuhkan sinar matahari untuk mengoksidasi komponen-komponen yang
tak segera dioksidasi oleh oksigen. Senyawa yang terbentuk merupakan
bahan pencemar sekunder yang diproduksi karena interaksi antara bahan
pencemar primer dengan sinar (Mukhlis, 2009)

2
Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat
setelah fluor, oksigen dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat
dalam jumlah kecil tetapi lapisan lain dengan bagan pencemar udara ozon
sangat berguna untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon
terbentuk di udara pada ketinggian 30 km di mana radiasi UV matahari
dengan panjang gelombang 242 nm secara perlahan memecahkan molekul
oksigen (O2) menjadi atom oksigen tergantung dari jumlah molekul O2 atom-
atom oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon menyerap radiasi sinar
matahari dengan kuat di daerah panjang gelombang 240-320 nm. Absorpsi
radiasi elektromagnetik oleh ozon di daerah ultraviolet dan inframerah
digunakan dalam metode-metode analitik (Wardhana, 2007).
b.) Sumber Pencemar
Sumber polutan ozon yang paling utama adalah kabut asap karena
proses fotokimia, biasanya reaksi sinar matahari dengan polutan-polutan
seperti nitrogen oksida (NOx) yang berasal dari asap kendaraan bermotor,
emisi industri, dan gas yang mudah menguap. Level tertinggi pencemaran
ozon terjadi pada cuaca cerah dengan sinar matahari yang sangat terik.
(WHO, 2005)
Menurut Pohan (2002), pencemaran gas NOx di udara terutama
berasal dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator
pembangkit listrik stasioner atau mesin-mesin yang menggunakan bahan
bakar gas alami.
c.) Dampak
Dampak ozon terhadap kesehatan manusia menyebabkan
konsentrasi 0,3 ppm selama 8 jam akan menyebabkan iritasi pada mata. 0,3 –
1 ppm selama 3 menit s.d. 2 jam akan memberikan reaksi seperti tercekik,
batuk, kelesuan. 1,5 – 2 ppm selama 2 jam akan mengakibatkan sakit dada
batuk-batuk, sakit kepala, kehilangan koordinasi serta sulit ekspresi dan
gerak. Ozon pada konsentrasi 0,3 ppm dapat berakibat iritasi terhadap hidung
dan tenggorokan. Kontak dengan ozon pada konsentrasi 1,0 – 3,0 ppm selama
2 jam mengakibatkan pusing berat dan kehilanan koordinasi pada beberapa

3
orang yang snsitif. Sedangkan kontak dengan konsentrasi 9,0 ppm selama
beberapa waktu dapat mengakibatkan endema pulmonari pada kebanyakan
orang. Kombinasi ozon dengan SO2 sangat berbahaya karena akan
menyebabkan menurunnya fungsi ventilasi apabila terpajan dalam jumlah
yang besar. Kerusakan fungsi ventilasi dapat kembali baik mendekati fungsi
paru-paru normal pada orang yang terpajan dalam tingkat rendah. (Soedomo,
2001)
d.) Baku mutu
Untuk menguji kelayakan udara yang manusia hirup, kadar O3 akan
dibandingkan dengan tiga baku mutu, yaitu Keputusan Gubernur Propinsi
DKI Jakarta Nomor 551 Tahun 2001 dengan kadar 1 jam sebesar 235
µg/Nm3, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
dengan kadar 1 jam sebesar 200 µg/Nm3, dan WHO Air Quality Guidelines
global update 2005 dengan kadar 8 jam sebesar 100 µg/Nm3.
e.) Pengendalian Pencemaran
Untuk mengantisipasi polusi udara akibat menipisnya lapisan
ozon maka langkah-langkah yang dapat dilakukan dengan mengurangi atau
meniadakan penggunaan Chlorofluorocarbon (CFC) pada produksi industri-
industri, misalnya pada kemasan aerosol dan mesin pendingin sehingga
diperlukan modifikasi mesin pengguna CFC dari alat-alat tersebut. (Darmono,
2001)
Menurut Sakti (2012), beberapa cara untuk mencegah
peningkatan konsentrasi NO2 adalah:
1. Mengimplementasikan standar kualitas bahan bakar nasional
2. Mendukung implementasi standar emisi kendaraan yang lebih ketat
3. Mengembangkan kemampuan kendaraan berbahan bakar diesel
4. Mengembangkan dan mempromosikan bahan bakar alternatif
5. Mengembangkan system prediksi polusi di kota besar
6. Mempromosikan penggunaan sepeda

4
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.1 Alat Alat sampling dan analisis
No. Alat Ukuran Jumlah Gambar
1. Pompa Vakum - 1

2. Botol Impinger - 3

3. Corong dan Selang - 1

4. Flowmeter - 1

5
No. Alat Ukuran Jumlah Gambar
5. Bulp - 1

6. Pipet Volume (25,50) 1


mL

7. Labu Ukur 25 mL 1

8. Spektrofotometer - 1

6
No. Alat Ukuran Jumlah Gambar
9. Kabel Roll - 1

10. Barometer - 1

11. Hygrometer - 1

12. Anemometer - 1

7
No. Alat Ukuran Jumlah Gambar
13. Kompas - 1

3.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.2 Bahan-bahan sampling dan analisis
No. Bahan Konsentrasi Jumlah Gambar
1. Larutan NBKI - 10 mL

2. Aluminium Foil - Seperlunya

8
IV. CARA KERJA
Cara kerja yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
4.1 Diagram Sampling

Isi impinger dengan 50


mL larutan penjerap
NBKI. Lalu balut
impinger
menggunakan
aluminium foil.

Rangkai alat yang


akan digunakan, atur
flowmeter 1 L/menit
lalu sampling selama
30 menit

Catat flowmeter pada menit


pertama, menit ke 15 dan di
menit ke 30. Setelah 30
menit matikan vakum. Lalu
diamkan larutan selama 30
menit.

Gambar 4.1 Diagram sampling


4.2 Diagram Analisis
Pindahkan larutan
ke dalam labu ukur
berukuran 25 mL.

Ukur larutan tersebut


dengan menggunakan
spektrofotometer dengan
panjang gelombang 352
nm.

Gambar 4.2 Diagram analisis

9
V. Hasil Pengamatan
5.1 Lokasi penelitian
Lokasi yang dipilih pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1 Tabel lokasi penelitian
NO. Gambar Keterangan
1. Lokasi sampling : Pintu II Kampus
A Trisakti
Hari/tanggal : 10 Oktober 2018
Waktu sampling : 14.20 - 14.50
WIB

2. Titik koordinat : 6°10'5''S


106°47'19''E

5.2 Data sampling


Hasil pengamatan yang didapatkan pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :

10
Tabel 5.2 Tabel data sampling
NO. Gambar Keterangan
1. Tekanan udara : 782 mmHg

Barometer
2. Kelembapan udara : 30,1%RH

Hygrometer
3. Kecepatan angin : 1,40 m/s

Anemometer

11
NO. Gambar Keterangan
Flowmeter 1 : 1 L/menit

Flowmeter 1
Flowmeter 2 : 1,25 L/menit

Flowmeter 2
Flowmeter 3 : 1,50 L/menit

Flowmeter 3

5.3 Data Analisis


Hasil pengamatan tiap kelompok yang didapatkan pada praktikum
kali ini adalah sebagai berikut :

12
Tabel 5.3 Hasil Pengamatan Data Analisis
NO. Gambar Keterangan
1. Konsentrasi tiap
Kelompok

2. Perbandingan larutan tiap


kelompok

Tabel 5.4 Hasil Pengamatan kelompok


Lokasi C1 jam pagi C1 jam siang
Sampling Kelompok (𝛍𝐠/𝐍𝐦𝟑 ) ppm Kelompok (𝛍𝐠/𝐍𝐦𝟑 ) ppm
Samping
- - - 8 0.958 4.88x10-4
kantin FSRD
Plaza 6 0.379 1.93 x10-4 1 0.423 2.15 x10-4
Green
3 0.450 2.29 x10-4 2 0.77 3.92 x10-4
Corner
Tugu
- - - 3 0.586 2.98 x10-4
Reformasi

13
Lokasi C1 jam pagi C1 jam siang
Sampling Kelompok (𝛍𝐠/𝐍𝐦𝟑 ) ppm Kelompok (𝛍𝐠/𝐍𝐦𝟑 ) ppm
Gerbang
5 0.413 2.104 x10-4 4 0.52 2.6 x10-4
Kyai Tapa
Selasar
7 3.18 1.62 x10-4 5 0.64 3.2 x10-4
Gedung O
Gerbang S.
1 0.528 2.69 x10-4 6 0.466 2.27 x10-4
Parman
Belakang
4 0.370 1.89 x10-4 7 0.900 4.58 x10-4
BNI
Belakang
9 0.367 1.87 x10-4 - - -
Kantin L
Parkiran
2 0.621 3.17 x10-4 - - -
Jungle
Depan Ged.
8 1.515 8.77 x10-4 - - -
S
Keterangan :
Tertinggi
Terendah
Data Kelompok 6

VI. RUMUS DAN PERHITUNGAN


6.1 Rumus-rumus
Berikut merupakan rumus-rumus yang digunakan untuk untuk
menghitung konsentrasi pada praktikum kali ini :
6.1.1 X
y = bx + a
y = absorbansi contoh uji
a = intershape
b = slope
c = C sampel (μg/L)

14
6.1.2 Volume Contoh Uji Udara Ambien

F1 + F2 + F3 Pa
V=( ) ×t × ×
3 Ta
298
760

Dimana:
V : volum udara yang dihisap (L)
F1 : laju alir awal (L/menit)
F2 : laju alir akhir (L/menit)
t : durasi pengambilan contoh uji (menit)
Pa : tekanan barometer selama pengambilan contoh uji (mmHg)
Ta : temperatur selama pengambilan contoh uji (˚K)
298 : konversi temperature normal (25˚C) ke dalam Kelvin
760 : tekanan pada kondisi normal 1 atm (mmHg)
6.1.3 Konsentrasi O3 di udara ambien selama 30 menit (C 30 menit)
x
C30 menit = X 1000
v

C 30 menit = Konsentrasi NO2 dan NO selama 30 menit (μg/Nm3 )


X = Jumlah O3 dari contoh uji hasil perhitungan kurva
kalibrasi
V = Volume udara yang diserap dikoreksi pada kondisi
normal (L)

6.1.4 Konsentrasi O3 di udara ambien selama 1 jam (C 1 jam)


t1
C1 jam = C30 menit X ( )n
t2

C 1 jam = Konsentrasi O3 di udara selama 1 jam (μg/Nm3 )


C30 menit = Konsentrasi O3 di udara selama 30 menit (μg/Nm3 )
t1 = Lama pengambilan sampel 30 menit (menit)
t2 = Lama pengambilan sampel 1 jam (menit)
n = Faktor konversi dengan nilai 0,185

15
6.1.5 Konsentrasi O3 di udara ambien selama 8 jam (C8 jam)
t1
C8 jam = C1 jam X ( )n
t2

C 8 jam = Konsentrasi O3 di udara selama 8 jam (μg/Nm3 )


C 1 jam = Konsentrasi O3 di udara selama 1 jam (μg/Nm3 )
t1 = Lama pengambilan sampel 1 jam (menit)
t2 = Lama pengambilan sampel 8 jam (menit)
n = Faktor konversi dengan nilai 0,185

6.1.6 Konsentrasi O3 di udara ambien selama 24 jam (C24 jam)


t1
C24 jam = C1 jam X ( )n
t2

C 24 jam = Konsentrasi O3 di udara selama 24 jam (μg/Nm3 )


C 1 jam = Konsentrasi O3 di udara selama 1 jam (μg/Nm3 )
t1 = Lama pengambilan sampel 1 jam (menit)
t2 = Lama pengambilan sampel 24 jam (menit)
n = Faktor konversi dengan nilai 0,185

6.1.7 Konsentrasi O3 di udara ambien selama 1 tahun (C1 tahun)


t1
C1 tahun = C24 jam X ( )n
t2

C1 tahun = Konsentrasi O3 di udara selama 1 tahun (μg/Nm3 )


C24 jam = Konsentrasi O3 di udara selama 24 jam (μg/Nm3 )
t1 = Lama pengambilan sampel 1 hari (hari)
t2 = Lama pengambilan sampel 1 tahun (hari)
n = Faktor konversi dengan nilai 0,185

16
6.1.8 Konsentrasi 𝛍𝐠/𝐍𝐦𝟑 ke ppm
μg/Nm3 x 24,45
ppm = BM O3 x 103

6.2 Perhitungan
Berikut merupakan perhitungan yang digunakan untuk untuk
menghitung konsentrasi pada praktikum kali ini :

6.2.1 X

Kurva Kalibrasi Uji Konsentrasi O3


0.6

0.5
y = -0.01 + 1.215 X
0.4
Absorbansi

r = 0.783
r2 = 0.9997
0.3

0.2

0.1

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Konsentrasi (C) 𝝁𝒈/L Sampel

Konsentrasi Absorbansi
0 0
0.05 0.042
0.1 0.1
0.15 0.187
0.2 0.235
0.3 0.337
0.4 0.487

17
Diketahui :
y = ax + b r = 0.783
a = -0.01 r2 = 0,997
b = 1.215 abs = 0,995
Jawab :
0.015 − (−0.01)
X =
1.215
= 0.02μg
6.2.2 Volume Contoh Uji Udara Ambien
Diketahui :
F1 = 1,00 L/min t = 30 menit
F2 = 1,25 L/min Pa = 782 mmHg
F3 = 1,50 L/min Ta = 32oC
Jawab :
(1+1,25+1,50) 782 298
V= x 30 x x
3 (32+273) 760

= 37,69 L
6.2.3 Konsentrasi O3 di udara ambien selama 30 menit (C 30 menit)
Diketahui :
X = 0.02μg V = 37,69 L
Jawab :
0.02
C30 menit = X 1000
37.69
= 0,53 μg/Nm3
6.2.4 Konsentrasi O3 di udara ambien selama 1 jam (C 1 jam)
Diketahui :
C 30 menit = 0,53 μg/Nm3 t1 = 30 menit
n = 0, 185 t2 = 60 menit
Jawab :
30 0,185
C1 Jam = 0,53 X ( )
60
= 0,466 μg/Nm3

18
6.2.5 Konsentrasi O3 di udara ambien selama 8 jam (C 8 jam)
Diketahui :
C 1 jam = 0,466 μg/Nm3 t1 = 60 menit
n = 0, 185 t2 = 480 menit
Jawab :
60 0,185
C8 Jam = 0,466 X ( )
480
= 0,317 μg/Nm3
6.2.6 Konsentrasi O3 di udara ambien selama 24 jam (C 24 jam)
Diketahui :
C 1 jam = 0,466 μg/Nm3 t1 = 60 menit
n = 0, 185 t2 = 1440 menit
Jawab :
60 0,185
C24 Jam = 0,466 X ( )
1440
= 0,258 μg/Nm3
6.2.8 Konsentrasi O3 di udara ambien selama 1 tahun (C 1 tahun)

Diketahui :
C 24 jam = 0,258 μg/Nm3 t1 = 1 hari
n = 0, 185 t2 = 356 hari
Jawab :
1 0,185
C 1 tahun = 0,258 X ( )
365
= 0,086 μg/Nm3
6.2.9 Konsentrasi 𝛍𝐠/𝐍𝐦𝟑 ke ppm
Diketahui :
BM O3 = 48 C 8 jam = 0,317 μg/Nm3
C 30 menit = 0,530 μg/Nm3 C 24 jam = 0,258 μg/Nm3

C 1 jam = 0,466 μg/Nm3 C 1tahun = 0,086 μg/Nm3

19
Jawab :
0,530 x 24,45
C 30 menit = = 2,69 x 10-4 ppm
48 x 1000
0,466 x 24,45
C 1 jam = = 2,27 x 10-4 ppm
48 x 1000
0,317 x 24,45
C 8 jam = = 1,61 x 10-4 ppm
48 x 1000
0,258 x 24,45
C 24 jam = = 1,31 x 10-4 ppm
48 x 1000
0,086 x 24,45
C 1 tahun = = 4,38 x 10-5 ppm
48 x 1000

VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini akan diukur konsentrasi gas O3 (Ozon) di udara
ambien sekitar Gerbang S.Parman Universitas Trisakti pukul 14.20 WIB
dengan menggunakan metoda NBKI (neutral buffer kalium iodida). Larutan
NBKI sendiri terdiri dari larutan Kalium Iodida (KI) , dinatrium hidrogen
fosfat dodekahidrat (Na2HPO4.12H20) dan kalium dihidrogen fosfat
(KH2PO4). KI berfungsi sebagai larutan penyangga (buffer).
Gas oksidan (umumnya ozon) akan dijerap oleh larutan NBKI dan
bereaksi dengan ion iodida membentuin iod bebas (I2). Berikut adalalah
reaksi oksidan dengan ion iod diperlihatkan dengan reaksi menggunakan
ozon :
O3 + 2H+ + 3I  I3– + O2 + H2O

Produk hasil reaksi yaitu I3- , akan menghasilkan warna kuning muda
yang akan diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 352 nm. Semakin kuning warna larutan, menandakan
bahwa semakin banyak iod yang terbentuk. Hal ini berarti bahwa semakin
banyak pula gas ozon yang berperan dalam oksidasi tersebut atau dengan
kata lain semakin besar konsentrasi gas ozon yang terjerap.
Dari hasil analisa dan perhitungan, didapatkan besarnya konsentrasi O3
selama 1 jam (C 1 jam) di sekitar Gerbang S.Parman Universitas Trisakti yaitu
0,530 μg/Nm3 (2,27 x 10-4 ppm). Jika dibandingkan dengan baku mutu C 1

20
jam nasional (PP. 41/1999) yang sebesar 235 μg/Nm3 dan baku mutu C 1 jam

KepGub DKI Jakarta Nomor 551/2001 yang sebesar 200 μg/Nm3 . Maka,
kulitas udara bedasarkan kadar O3 di sekitar Gerbang S.Parman Universitas
Trisakti masih tergolong baik karena berada dibawah baku mutu yang
berlaku. Menurut WHO, baku mutu O3 di udara ambien selama 8 jam (C 8
jam) adalah 100 μg/Nm3, jika dibandingkan dengan besarnya konsentrasi C 8
jam di lokasi sampling yang sebesar 0,317 μg/Nm3, maka kulitas udara masih
tergolong baik karena berada dibawah baku mutu yang berlaku.
Sedangakan untuk konsentrasi O3 selama 1 tahun (C 1 tahun) di lokasi
sampling ialah sebesar 0,086 μg/Nm3. Jika dibandingkan dengan baku mutu
C 1 tahun nasional (PP. 41/1999) yang sebesar 50 μg/Nm3 dan baku mutu C 1
tahun KepGub DKI Jakarta Nomor 551/2001 yang sebesar 30 μg/Nm3 . Maka
kulitas udara di sekitar lokasi sampling masih tergolong baik karena berada
dibawah baku mutu yang berlaku. Dari hasil praktikum yang dilakukan,
didapatkan hasil konsentrasi O3 yang paling tinggi berada di lokasi di
samping Kantin FSRD yaitu sebesar 0,958 μg/Nm3 dikarenakan lokasi
sampling yang terpapar lansung oleh sinar matahari dan berada di dekat
parkir mobil, sehingga reaksi fotokimia dengan senyawa NOx menjadi
tinggi. Jika dilakukan perbandingan, konsentrasi O3 pada siang hari lebih
tinggi dibandingkan pada saat pagi hari. Hal ini dikarenakan intensitas
cahaya matahari yang sedang dalam jam puncak ( jam 11.00 - 15.00) dan
juga aktivitas dari kendaraan bermotor.
Ozon merupakan polutan sekunder yang terbentuk di troposfer melalui
reaksi kimia yang melibatkan sinar matahari, nitrogen oksida (NOx) dan
volatile organic chemical (VOC), yang sebagian besar terbentuk dari
kendaraan bermotor. Energi radiasi ultraviolet di atmosfer bawah tidak
cukup kuat untuk mendisosiasi oksigen, tapi cukup kuat untuk mendisosiasi
NO2, membentuk NO dan radikal oksigen. Selanjutnya reaksi antara radikal
oksigen dengan oksigen membentuk ozon (O3) di atmosfer bawah.
Kadar ozon di udara ambien dapat menyebabkan dampak yang berbeda-
beda, tergantung dari besar konsentrasi dan lamanya paparan. Kontak

21
dengan gas ozon pada konsentrasi 1,3-3,0 ppm selama 2 jam pada orang-
orang yang sensitif dapat mengakibatkan pusing berat dan kehilangan
koordinasi. Pada umumnya, kontak dengan gas ozon dengan konsentrasi 9,0
ppm selama beberapa waktu mengakibatkan edema pulmonary (sulit
bernafas). Dampak lain terhadap lingkungan, ialah beberapa spesies
tanaman rentan terhadap gas ozon. Gas ozon berdifusi melalui stomata dan
mematikan sel palisade menghasilkan bercakbercak kuning kecoklatan.
Dampak dari gas O3 dapat dikurangi dengan beberapa cara, diantaranya
adalah dengan mengurangi sumber utama dari pembentuk gas ozon, yaitu
NOx. Misalnya : dengan mengurangi pemakaian kendaraan pribadi, dan
beralih menggunakan kendaraan umum serta dapat juga dilakukan
perawatan mesin – mesin kendaraan bermotor supaya sisa pembakaran tidak
menyebabkan pencemaran lingkungan, dan penghijauan didaerah sekitar
rumah dan jalanan-jalanan.

VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Konsentrasi gas O3 selama 1 jam (C 1 jam) di sekitar Gerbang S.Parman
Universitas Trisakti adalah 0,530 μg/Nm3 .
2. Konsentrasi gas O3 selama 8 jam (C 8 jam ) sekitar Gerbang S.Parman
Universitas Trisakti adalah 0,317 μg/Nm3 .
3. Konsentrasi gas O3 selama 1 tahun (C 1 tahun) sekitar Gerbang S.Parman
Universitas Trisakti adalah sebesar 0,086 μg/Nm3.
4. Baku mutu C 1 jam bedasarkan PP. 41/1999 sebesar 235 μg/Nm3
5. Baku mutu C 1 jam berdasarkan KepGub DKI Jakarta Nomor 551/2001
sebesar 200 μg/Nm3 .
6. Menurut WHO, baku mutu O3 di udara ambien selama 8 jam (C 8 jam)
adalah 100 μg/Nm3.
7. Baku mutu C 1 tahun berdasarkan PP. 41/1999 sebesar 50 μg/Nm3 .
8. Baku mutu C 1 tahun berdasarkan KepGub DKI Jakarta Nomor 551/2001
sebesar 30 μg/Nm3.

22
9. Kulitas udara berdasarkan konsentrasi gas O3 (Ozon) di sekitar Gerbang
S.Parman Universitas Trisakti masih tergolong baik karena berada
dibawah semua baku mutu yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA
Darmono, "Lingkungan Hidup dan Pencemaran”, (Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia, Press, 2001).
Mukhlis. 2009. Mengenali Dampak Lingkungan dalam Pemanfaatan Sumber-
Sumber Energi. Graha Ilmu : Yogyakarta.
Pohan, Nurhasmawaty. 2002. Pencemaran Udara dan Hujan Asam. Program
Studi Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Sumatera Utara.
Sakti, Eka Satriani. 2012. Tinjauan Tentang Kualitas Udara Ambien (NO2, SO2,
TSP) Terhadap Kejadian ISPA di Kota Bekasi Tahun 2004-2011.
Program Studi Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia
Soedomo M. Pencemaran Udara. Bandung: ITB; 2001.
Wardhana W., 2007. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: ANDI
WHO Air Quality Guidelines for particulate matter, ozone, nitrogen dioxide and
sulfur dioxide Global Update 2005

LAMPIRAN

23

Anda mungkin juga menyukai