GASAL 2017/2018
KELOMPOK 1
OKSIDAN (O3)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prinsip dari Oksidan (O3) ialah oksidan dari udara ambien yang telah
diserap oleh larutan NBKI dan berekasi dengan ion iodide membebaskan iod
(I2) yang berwarna kuning muda. Konsentrasi larutan ditentukan secara
spektrofotometri pada panjang gelombang 352 nm (SNI 19-7119.8-2005).
1.2 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui kadar oksidan (O3) dengan metode Neutral
Buffer Kalium Iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer pada udara
ambeien di Kantin Belakang Gedung L Kampus A Universitas Trisakti.
PAN
Meskipun untuk setiap jenis peroksiasetilnitrat sudah diberikan perhatian,
data monitoring yang tersedia hanya untuk peroksiasetilnitrat.
Peroksiasrtilnitrat mempunyai 2 ciri yang dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya peroksiasetilnitrat kadar rendah. Ciri pertama adalah absorpsi di daerah
inframerah dan kemampuan dalam menangkap elektron. Ciri kedua digunakan
sebagai dasar metoda pengukuran kadar peroksiasetilnitrat di udara secara
khromatografi (Rahmawati, 2013).
Untuk contoh oksidan lain yang dapat diambil adalah Hidrogen peroksida.
Hidrogen peroksida telah diidentifikasi sebagai oksidan fotokimia yang
potensial. Akan tetapi hidrogen peroksida ini merupakan senyawa yang sangat
sulit dideteksi secara spesifik di udara. Oleh arena itu tidak mungkin
memperkirakan dengan pasti bahwa hidrogen peroksida sebagai pencemar
fotokimia udara (Rahmawati, 2013).
2.2 Sumber O3
2.3 Dampak O3
Ozon telah menjadi suatu issu aktual karena kaitannya dengan satu efek
global pencemaran udara yaitu penipisan lapisan Ozon di atmosfer atas bumi
kita. Ozon merupakan salah atu pencemar udara yang terus meningkat
konsentrasinya (Prabu, 2008).
- menyebabkan timbulnya kanker pada mata sapi karena Ozon (salah satu
oksida) yang semakin tipis (Rahmawati, 2013)
- Pada material, Ozon (salah satu senyawa oksidan) yang berlebih dapat
meracuni air minum dan menimbulkan rasa pahit. BPOM telah
menetapkan jumlah ozon dalam AMDK adalah sebesar maksimal 0,4 ppm
(Rahmawati, 2013)
Kombinasi ozon dengan SO2 sangat berbahaya karena akan menyebabkan
menurunnya fungsi ventilasi apabila terpajan dalam jumlah yang besar.
Kerusakan fungsi ventilasi dapat kembali baik mendekati fungsi paru-paru
normal pada orang yang terpajan dalam tingkat rendah (Prabu, 2008)
Keterangan :
* = Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 551 Tahun
2001Tentang Penetapan Baku Mutu Udara Ambien dan
Baku Mutu Tingkat Kebisingan di Propinsi DKI Jakarta
** = Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
*** = WHO Air Quality Guidelines for Particulate Matter,
ozone, nitrogen dioxide and sulfur dioxide. Global Update
2005
2 Botol impringer 3
3 Pompa vakum 1
4 Flow meter 1
5 Labu ukur 1
No. Alat Jumlah Gambar
6 Bulb 1
7 Pipet volume 1
8 Barometer 1
9 Anemometer 1
10 Hygrometer 1
No. Alat Jumlah Gambar
11 Kompas 1
12 Larutan Neutral 50 ml
Buffer Kalium
Iodida
13 Vaseline
14 Alumunium foil
IV. CARA KERJA
4.1 Skema diagram sampling
Masukkan larutan
penjerap neutral buffer Bungkus impringer
kalium iodida (NBKI) yang dengan
sebanyak 50 ml ke alumunium foil.
dalam botol impringer.
V. HASIL PENGAMATAN
5.1 Data Sampling
Tanggal Praktikum : 10 Oktober 2017
Waktu Sampling : 14.00 – 14:30 WIB
Titik Lokasi Sampling : Kampus A Universitas Trisakti
Titik Koordinat : 6010’06” LS dan 106047’21” BT
Kondisi Daerah Sampling : Cerah, terik, banyak orang berlalu lalang
Suhu : 310 C = 3040K
Laju Jalur Awal (F1) : 1 L/menit
Laju Jalur Tengah (F2) : 1 L/menit
Laju Jalur Akhir(F3) : 1 L/menit
5.2 Data Meteorologi
Tabel 5.1 Data Meteorologi di Kantin Belakang Gedung L
No Keterangan Gambar
Barometer=
1 Kelembapan udara:
759 mmHg
Anemometer=
Kecepatan angin:
2
1,39 m/s arah angin
selatan
Hygrometer=
3 Tekanan udara: 41%
rel
4 Suhu = 31o C
Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Warna Larutan dan Spektrofotometer
No Keterangan Gambar
Hasil serapan
2
Spektrofotometer
\
Hasil Serapan
4 Spektrofotometer
seluruh kelompok
VI. RUMUS DAN PERHITUNGAN
6.1 Rumus
6.1.1 Rumus Penetapan Nilai Konsentrasi dari Kurva Kalibrasi
Y = bx + a
Dimana :
y = absorbansi contoh uji
a,b = konstanta
x = C sampel
Dimana :
V = volume udara pada 250C, 76 mmHg (L)
Pa = tekanan atmosfer selama sampling (mmHg)
Ta = temperatur sampel udara (0C)
F1 = laju alir awal (L/menit)
F2 = laju alir pertengahan (L/menit)
F3 = laju alir akhir (L/menit)
t = durasi pengambilan contoh uji (menit)
298 = temperatur pada kondisi normal 250C (K)
760 = tekanan pada kondisi normal 1 atm (mmHg)
Dimana :
C 24 jam = konsentrasi untuk 24 jam
C 1 jam = konsentrasi untuk 1 jam
C 30 menit= konsentrasi untuk 30 menit
t1 = waktu dalam pengambilan 1x60 menit
t2 = waktu dalam pengambilan 24x60 menit
n = 0,185
x = C sampel (µg)
v = volume udara pada 310C, 76 mmHg (L)
6.1.4 Rumus Konversi μg/Nm3 ke ppm
𝑀𝑔
𝑥 24,45
𝑁𝑚3
ppm = 𝐵𝑀 𝑂3 𝑥 103
Dimana :
C = konsentrasi O3 µg/Nm3
24,45 = koefisien konversi
BM O3 = berat molekul O3
103 = konversi dari liter ke m3
6.2 Perhitungan
Tabel 6.1 Kurva Kalibrasi O3
Conc Abs
0 0
0,050 0,064
0,150 0,228
0,200 0,344
0,300 0,526
0,400 0,691
a = -0,0158
b = 1,770735
r = 0,998669
r2 = 0,997339
y = 0,004
x = 0,01118
Kurva Kalibrasi Oksidan Kelompok 1
0.8
0.7
0.6
0.5
Absorbansi
0.4
0.3
0.2
0.1
0
-0.1 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45
Konsentrasi
O3 Sample
V = 29,3692 L
6.2.3 Nilai Konsentrasi O3 di Udara Ambien 30 menit
x 50
C30 menit = v x 1000 x 50
0,0111818 50
= x 1000 x 50
29,3692
= 0,38073 μg/Nm3
= 1,93935 x 10-4 ppm
6.2.4 Nilai Konsentrasi O3 di Udara Ambien 1 jam
t1
C1jam = C30 menit x (t2)0,185
30
= 0,38073 x (60)0,185
= 0,33491 μg/Nm3
= 0,70595 x 10-4 ppm
6.2.5 Nilai Konsentrasi O3 di Udara Ambien 24 jam
t1
C1jam = C30 menit x (t2)0,185
30
= 0,38073 x (1440)0,185
= 0,18603 μg/Nm3
= 9,47605 x 10-5 ppm
C O3 1 jam C O3 24 jam
Kel Abs Volume μg/N
ppm μg/Nm3 ppm
m3
1 0,004 29,3692 0,3349 1,7060 0,1860 9,4760 x10-5
Rahmawat,Aisa. 2013.“Oksidan”.
http://basoarif10ribu.blogspot.co.id/2013/02/oksidan.html (diakses pada Sabtu, 15
Oktober 2017 pukul 20.30).
LAMPIRAN