Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN 2

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN – FTIK – UNIVERSITAS BAKRIE

GASAL 2017/2018

KELOMPOK 1

1. ANDI JAVIER LAFIEDRIDO (1152005019)


2. ELMATHANIA HARIS (1152005020)

ASISTEN MAHASISWA : KEZIA EUNIKE

OKSIDAN (O3)

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Gas buang berupa NOx merupakan senyawa pemicu pembentukan O3,


senyawa O3 terbentuk akibat adanya reaksi fotokimia sekunder pada senyawa
oksida nitrogen (NOx) dengan bantuan sinar matahari. Oleh karena itu potensi
produksi O3 di daerah tropis seperti Indonesua sangat tinggi, dan memiliki
puncak konsentrasi ozon tertinggi pada pukul 11.00 – 15.00 (SNI 19-7119.8-
2005).

Percepatan produksi O3 dibantu dengan adanya kehadiran senyawa lain


seperti NOx, Hidrokarbon, CO dan senyawa-senyawa radikal yang juga
diemisikan dari pembakaran bahan bakar fosil. Efek yang merugikan
kesehatan terjadi karena adanya kombinasi pencemar NOx dan O2 yang
menghasilkan O3, dan dapat menyebabkan penurunan fungsi paru-paru
(Hazucha, 1996).

Prinsip dari Oksidan (O3) ialah oksidan dari udara ambien yang telah
diserap oleh larutan NBKI dan berekasi dengan ion iodide membebaskan iod
(I2) yang berwarna kuning muda. Konsentrasi larutan ditentukan secara
spektrofotometri pada panjang gelombang 352 nm (SNI 19-7119.8-2005).
1.2 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui kadar oksidan (O3) dengan metode Neutral
Buffer Kalium Iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer pada udara
ambeien di Kantin Belakang Gedung L Kampus A Universitas Trisakti.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sifat dan Karakteristik Oksidan O3

Oksidan (O3) merupakan senyawa di udara selain oksigen yang memiliki


sifat sebagai pengoksidasi. Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang
sangat kuat setelah fluor, oksigen dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di
alam terdapat dalam jumlah kecil tetapi lapisan lain dengan bahan pencemar
udara Ozon sangat berguna untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet
(UV-B). Ozon terbentuk diudara pada ketinggian 30 km dimana radiasi UV
matahari dengan panjang gelombang 242 nm secara perlahan memecah
molekul oksigen (O2) menjadi atom oksigen tergantung dari jumlah molekul
O2 atom-atom oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon menyerap radiasi
sinar matahari dengan kuat didaerah panjang gelombang 240-320 nm.
Absorpsi radiasi elektromagnetik oleh ozon didaerah ultraviolet dan
inframerah digunakan dalam metode-metode analitik (Rahmawati, 2013).

Proses-proses fotokimia menghasilkan jenis-jenis pengoksidasi lain –


selain ozon, termasuk peroksiasilinitrat yang mempunyai struktur sebagai
berikut:

PAN
Meskipun untuk setiap jenis peroksiasetilnitrat sudah diberikan perhatian,
data monitoring yang tersedia hanya untuk peroksiasetilnitrat.
Peroksiasrtilnitrat mempunyai 2 ciri yang dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya peroksiasetilnitrat kadar rendah. Ciri pertama adalah absorpsi di daerah
inframerah dan kemampuan dalam menangkap elektron. Ciri kedua digunakan
sebagai dasar metoda pengukuran kadar peroksiasetilnitrat di udara secara
khromatografi (Rahmawati, 2013).

Untuk contoh oksidan lain yang dapat diambil adalah Hidrogen peroksida.
Hidrogen peroksida telah diidentifikasi sebagai oksidan fotokimia yang
potensial. Akan tetapi hidrogen peroksida ini merupakan senyawa yang sangat
sulit dideteksi secara spesifik di udara. Oleh arena itu tidak mungkin
memperkirakan dengan pasti bahwa hidrogen peroksida sebagai pencemar
fotokimia udara (Rahmawati, 2013).

2.2 Sumber O3

Oksidan adalah komponen atmosfir yang diproduksi oleh proses


fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan sinar matahari
mengoksidasi komponen-komponen yang tak segera dioksidasi oleh oksigen.
Senyawa yang terbentuk merupakan bahan pencemar sekunder yang
diproduksi karena interaksi antara bahan pencemar primer dengan sinar
(Rahmawati, 2013).

2.3 Dampak O3

Ozon telah menjadi suatu issu aktual karena kaitannya dengan satu efek
global pencemaran udara yaitu penipisan lapisan Ozon di atmosfer atas bumi
kita. Ozon merupakan salah atu pencemar udara yang terus meningkat
konsentrasinya (Prabu, 2008).

Dampak ozon terhadap kesehatan manusia yaitu :


- Dengan konsentrasi 0,3 ppm selama 8 jam akan menyebabkan iritasi pada
mata;
- 0,3 – 1 ppm selama 3 menit s.d. 2 jam akan memberikan reaksi seperti
tercekik, batuk, kelesuan;
- 1,5 – 2 ppm selama 2 jam akan mengakibatkan sakit dada batuk-batuk,
sakit kepala, kehilangan koordinasi serta sulit ekspresi dan gerak;
- Ozon pada konsentrasi 0,3 ppm dapat berakibat iritasi terhadap hidung dan
tenggorokan. Kontak dengan ozon pada konsentrasi 1,0 – 3,0 ppm;
- Selama 2 jam mengakibatkan pusing berat dan kehilanan koordinasi pada
beberapa orang yang sensitive;
- Kontak dengan konsentrasi 9,0 ppm selama beberapa waktu dapat
mengakibatkan endema pulmonari pada kebanyakan orang (Prabu, 2008).

Dampak Terhadap Ekosistem dan Lingkungan

- terganggunya atau bahkan putusnya rantai makanan pada tingkat


konsumen di ekosistem perairan karena penurunan jumlah fitoplankton
(Rahmawati, 2013)

Dampak Terhadap Hewan

- menyebabkan timbulnya kanker pada mata sapi karena Ozon (salah satu
oksida) yang semakin tipis (Rahmawati, 2013)

Dampak Terhadap Tumbuhan

- Dapat merusak tanaman sehingga tanaman tersebut tidak dapat tumbuh


dan berkembang dengan baik (Rahmawati, 2013)

Dampak Terhadap Material

- Pada material, Ozon (salah satu senyawa oksidan) yang berlebih dapat
meracuni air minum dan menimbulkan rasa pahit. BPOM telah
menetapkan jumlah ozon dalam AMDK adalah sebesar maksimal 0,4 ppm
(Rahmawati, 2013)
Kombinasi ozon dengan SO2 sangat berbahaya karena akan menyebabkan
menurunnya fungsi ventilasi apabila terpajan dalam jumlah yang besar.
Kerusakan fungsi ventilasi dapat kembali baik mendekati fungsi paru-paru
normal pada orang yang terpajan dalam tingkat rendah (Prabu, 2008)

2.4 Baku Mutu


Tabel 2.1 Baku Mutu O3 di Udara Ambien

Baku Mutu (μg/Nm³)


Waktu
Parameter DKI Jakarta* Nasional** WHO***
Paparan
1 Jam 200 235 -
O3
8 Jam - - 100
1 Tahun 30 50 -

Keterangan :
* = Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 551 Tahun
2001Tentang Penetapan Baku Mutu Udara Ambien dan
Baku Mutu Tingkat Kebisingan di Propinsi DKI Jakarta
** = Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
*** = WHO Air Quality Guidelines for Particulate Matter,
ozone, nitrogen dioxide and sulfur dioxide. Global Update
2005

2.5 Pengendalian Pencemar Oksidan (O3)


Pengendalian pencemar O3 ialah dengan melakukannya pengurangan atau
tidak menggunakan lagi produk-produk yang mengandung zat-zat yang dapat
merusak lapisan pelindung bumi dari sinar UV contohnya seperti tidak
menggunakan Air Conditioner yang memproduksi zat CFC, alat pemadam api
yang mengandung Haloncarbon, selalu menggunkan produk yang berlogo
ramah lingkungan. Lalu diperlukan upaya peningkatan kesadaran dan
partisipasi aktif masyarakat dalam program perlindungan lapisan ozon,
pemahaman mengenai penanggulangan penipisan lapisan ozon,
memperkenalkan bahan, proses, produk, dan teknologi yang tidak merusak
lapisan ozon, agar menyediakan pengganti zat pencemar (Maharani, 2013).

III. ALAT DAN BAHAN


Tabel 3.1 Alat dan Bahan

No. Alat Jumlah Gambar


1 Corong 1

2 Botol impringer 3

3 Pompa vakum 1

4 Flow meter 1

5 Labu ukur 1
No. Alat Jumlah Gambar
6 Bulb 1

7 Pipet volume 1

8 Barometer 1

9 Anemometer 1

10 Hygrometer 1
No. Alat Jumlah Gambar
11 Kompas 1

12 Larutan Neutral 50 ml
Buffer Kalium
Iodida

13 Vaseline

14 Alumunium foil
IV. CARA KERJA
4.1 Skema diagram sampling

Masukkan larutan
penjerap neutral buffer Bungkus impringer
kalium iodida (NBKI) yang dengan
sebanyak 50 ml ke alumunium foil.
dalam botol impringer.

Tunggu selama 30 menit dan


Susun rangkaian
catat laju alir sebanyak 3 kali
alat dan hidupkan
(awal,tengah,dan akhir)
pompa dan atur laju
setelah itu, matikan pompa
air 1L/menit
dan diamkan selama 30
menit

4.2 Skema diagram analisis

Baca serapan pada


Masukkan larutan ke spektrofotometer
dalam labu ukur 25ml dengan panjang
gelombang 352 nm

V. HASIL PENGAMATAN
5.1 Data Sampling
Tanggal Praktikum : 10 Oktober 2017
Waktu Sampling : 14.00 – 14:30 WIB
Titik Lokasi Sampling : Kampus A Universitas Trisakti
Titik Koordinat : 6010’06” LS dan 106047’21” BT
Kondisi Daerah Sampling : Cerah, terik, banyak orang berlalu lalang
Suhu : 310 C = 3040K
Laju Jalur Awal (F1) : 1 L/menit
Laju Jalur Tengah (F2) : 1 L/menit
Laju Jalur Akhir(F3) : 1 L/menit
5.2 Data Meteorologi
Tabel 5.1 Data Meteorologi di Kantin Belakang Gedung L
No Keterangan Gambar

Barometer=
1 Kelembapan udara:
759 mmHg

Anemometer=
Kecepatan angin:
2
1,39 m/s arah angin
selatan

Hygrometer=
3 Tekanan udara: 41%
rel

4 Suhu = 31o C
Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Warna Larutan dan Spektrofotometer

No Keterangan Gambar

Warna Larutan Uji O3


1
berwarna putih bening

Hasil serapan
2
Spektrofotometer
\

Hasil akhir pengamatan


3
O3 seluruh kelompok

Hasil Serapan
4 Spektrofotometer
seluruh kelompok
VI. RUMUS DAN PERHITUNGAN
6.1 Rumus
6.1.1 Rumus Penetapan Nilai Konsentrasi dari Kurva Kalibrasi
Y = bx + a
Dimana :
y = absorbansi contoh uji
a,b = konstanta
x = C sampel

6.1.2 Rumus Volume Contoh Uji yang Diambil


F1+F2+F3 Pa 298
V= x t x Ta x 760
3

Dimana :
V = volume udara pada 250C, 76 mmHg (L)
Pa = tekanan atmosfer selama sampling (mmHg)
Ta = temperatur sampel udara (0C)
F1 = laju alir awal (L/menit)
F2 = laju alir pertengahan (L/menit)
F3 = laju alir akhir (L/menit)
t = durasi pengambilan contoh uji (menit)
298 = temperatur pada kondisi normal 250C (K)
760 = tekanan pada kondisi normal 1 atm (mmHg)

6.1.3 Rumus Nilai Konsentrasi Untuk 30 Menit, 1 jam dan 24 Jam


x 50
C30menit = v x 1000 x 50
t1
C1jam = C30menit x (t2)0,185
t1
C24jam = C1jam x (t2)0,185

Dimana :
C 24 jam = konsentrasi untuk 24 jam
C 1 jam = konsentrasi untuk 1 jam
C 30 menit= konsentrasi untuk 30 menit
t1 = waktu dalam pengambilan 1x60 menit
t2 = waktu dalam pengambilan 24x60 menit
n = 0,185
x = C sampel (µg)
v = volume udara pada 310C, 76 mmHg (L)
6.1.4 Rumus Konversi μg/Nm3 ke ppm
𝑀𝑔
𝑥 24,45
𝑁𝑚3
ppm = 𝐵𝑀 𝑂3 𝑥 103

Dimana :
C = konsentrasi O3 µg/Nm3
24,45 = koefisien konversi
BM O3 = berat molekul O3
103 = konversi dari liter ke m3

6.2 Perhitungan
Tabel 6.1 Kurva Kalibrasi O3
Conc Abs
0 0
0,050 0,064
0,150 0,228
0,200 0,344
0,300 0,526
0,400 0,691

a = -0,0158
b = 1,770735
r = 0,998669
r2 = 0,997339
y = 0,004
x = 0,01118
Kurva Kalibrasi Oksidan Kelompok 1
0.8
0.7
0.6
0.5
Absorbansi

0.4
0.3
0.2
0.1
0
-0.1 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45
Konsentrasi

O3 Sample

6.2.1 Nilai Konsentrasi dari Kurva Kalibrasi


 Secara komputerisasi, nilai X untuk O3 adalah
𝑦−𝑎
𝑥=
𝑏
0,004 + 0,0158
𝑥=
1,7707
𝑥 = 0,01118 𝜇𝑔
 Secara manual, nilai X untuk O3 adalah
∆𝑦 𝑦
=
∆𝑥 𝑥
0,2 − 0,05 0,004
=
0,344 − 0,064 𝑥
0,15 0,004
=
0,28 𝑥
𝑥 = 7,46 × 10−3 𝜇𝑔

6.2.2 Volume Conton Uji


F1+F2+F3 Pa 298
V= x t x Ta x 760
3
1+1+1 759 298
V= x 30 x 304 x 760
3

V = 29,3692 L
6.2.3 Nilai Konsentrasi O3 di Udara Ambien 30 menit
x 50
C30 menit = v x 1000 x 50
0,0111818 50
= x 1000 x 50
29,3692

= 0,38073 μg/Nm3
= 1,93935 x 10-4 ppm
6.2.4 Nilai Konsentrasi O3 di Udara Ambien 1 jam
t1
C1jam = C30 menit x (t2)0,185
30
= 0,38073 x (60)0,185

= 0,33491 μg/Nm3
= 0,70595 x 10-4 ppm
6.2.5 Nilai Konsentrasi O3 di Udara Ambien 24 jam
t1
C1jam = C30 menit x (t2)0,185
30
= 0,38073 x (1440)0,185

= 0,18603 μg/Nm3
= 9,47605 x 10-5 ppm

Tabel 6.2 Hasil Pengamatan Seluruh Kelompok

C O3 1 jam C O3 24 jam
Kel Abs Volume μg/N
ppm μg/Nm3 ppm
m3
1 0,004 29,3692 0,3349 1,7060 0,1860 9,4760 x10-5

2 0,006 29,273 0,210 1,0188x10-4 8,75 x 10-3 4,4570 x10-6

3 0,001 29,407 0,280 1,426 x10-4 0,155 7,895 x10-5

4 0,008 29,220 0,4046 2,0611x10-4 0,2248 1,1449 x10-4

5 0,007 29,25 0,387 1,9712 x10-4 0,2149 1,0946 x10-4

6 0,021 36,494 0,5008 2,5509 x10-4 0,2782 1, 4172 x10-4

7 0,011 34,062 0,39 0,9906 x10-4 0,2171 1,106 x10-4

8 0,001 29,369 0,2842 0,4474 x10-4 0,1578 8,0399 x10-5


VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum Oksidan (O3) ini dilakukan pengukur kadar
oksidan di udara ambien menggunaan spektrofotometer dengan metode
neutral buffer kalium iodida (NBKI) dengan panjang gelombang 352 nm.
Pengambilan sampel udara dilakukan pada area Kantin belakang Gedung
L Kampus A, Universitas Trisakti pada tanggal 10 Oktober 2017 pukul
14.00 s.d. 14.30 WIB. Dari kadar yang didapatkan setelah praktikum maka
akan dibandingkan dengan baku mutu yang ada, yaitu baku mutu udara
ambien di DKI Jakarta, Nasional dan WHO.
Sebelum memulai pengambilan sampel udara, praktikan melakukan
penyusunan peralatan, pengecekan alat, pengambilan uji, dan memasukkan
sebanyak 50 ml larutan NBKI penjerap oksidan kedalam botol impringer.
Sebelum memulai kita mengatur flow meter pada 1 L/menit, lalu
melakukan pengamatan pada menit 15 yang didapat sebesar 1 L/menit, dan
melakukan pengamatan lagi pada menit 30 dan didapat sebesar 1 L/menit.
Pada saat pengambilan sampel udara, cuaca cerah. Disaat
pengambilan sampel udara praktikan juga melakukan pengambilan data
meteorologi, yaitu suhu 31 oC, kelembapan 41% rh, tekanan 759 mmHg,
kecepatan angin 1,39 m/s, arah angin mengarah ke arah selatan.
Setelah selesai pengambilan sampel udara selama 30 menit, pompa
dimatikan, larutan didiamkan 30 menit, ini berfungsi agar menghilangkan
pengganggu. Larutan dari dalam impinger sebanyak 25 ml dipipet ke labu
ukur 25 ml. Setelah didiamkan 30 menit praktikan mengukur larutan pada
spektrofotometer dengan panjang gelombang 352 nm, didapat nilai
absorbansi O3 sebesar 0.004 μg/Nm3.
Konsentrasi O3 di udara ambien untuk 30 menit sebesar
0,3807 𝜇𝑔/𝑁𝑚3atau 1,9394 × 10−4 𝑝𝑝𝑚. Sedangkan konsentrasi O3 di
udara ambien untuk 1 jam sebesar 0,3349 𝜇𝑔/𝑁𝑚3 atau 1,7059 ×
10−4 𝑝𝑝𝑚 dan O3 di udara ambien untuk 24 jam sebesar 0,1860 𝜇𝑔/𝑁𝑚3
atau 9,4761 × 10−5 𝑝𝑝𝑚. Dari hasil perhitungan ini diketahui bahwa
konsentrasi O3 akan mengecil jika waktu paparannya semakin lama.
Apabila dibandingkan dengan baku mutu daerah, yaitu Keputusan
Gubernur DKI Jakarta Nomor 551 tahun 2001 tentang Penetapan Baku
Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan di Provinsi DKI
Jakarta, kadar O3 yang diizinkan dalam waktu pengukuran 1 jam adalah
dengan nilai 200 μg/Nm3. Jika dibandingkan dengan baku mutu,
konsentrasi di titik sampling dalam waktu 1 jam jauh lebih kecil. Sehingga
dapat diketahui bahwa di Kantin Belakang Gedung L untuk pengukuan 1
jam belum tercemar O3.
Jika dibandingkan dengan baku mutu nasional, yaitu Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999, kadar O3 yang
diizinkan dalam waktu pengukuran 1 jam adalah dengan nilai 235
μg/Nm3. Jika dibandingkan dengan baku mutu nasional konsentrasi di titik
sampling dalam waktu 1 jam jauh lebih kecil. Sehingga dapat diketahui
bahwa konsenstrasi O3 di Kantin Belakang Gedung L untuk pengukuran 1
jam masih dalam batas aman dan belum tercemar O3.
Dan jika dibandingkan dengan WHO Air Quality Guidelines, kadar
O3 yang diizinkan dalam waktu pengukuran 8 jam adalah dengan nilai 100
μg/Nm3. Maka dari itu jika dibandingkan dengan WHO konsentrasi O3 di
titik sampling dalam waktu 8 jam jauh lebih kecil. Sehingga dapat
diketahui bahwa konsentrasi O3 di Kantin Belakang Gedung L untuk
pengukuran 8 jam masih dalam batas aman dan belum tercemar O3.
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai konsentrasi O3 secara
manual sebesar 7,46 × 10−3 𝜇𝑔 dan secara komputerisasi sebesar
0,01118 𝜇𝑔, selisihnya sebesar 3,72 × 10−3 𝜇𝑔. Selisih yang terjadi
mungkin karena kesalahan pada kurva kalibrasi, dan dapat disimpulkan
dari semua data kelompok yang didapat bahwa area paling tercemar oleh
O3 ialah pada Kantin FSRD dimana tempat kelompok 6 mengambil
sample.
VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum Nitrogen Dioksida (O3) dapat disimpulkan :
1. Volume udara yang dihisap yaitu sebesar 29,3692 L;
2. Konsenstrasi O3 di udara ambien pada Kantin Belakang Gedung L
selama 30 menit sebesar 0,3807μg/Nm3 atau 1,9394 x 10-4 ppm;
3. Konsenstrasi O3 di udara ambien pada Kantin Belakang Gedung L
selama 1 jam sebesar 0,3349 μg/Nm3 atau 1,7059 x 10-4 ppm;
4. Konsentrasi O3 di udara ambien pada Kantin Belakang Gedung L
selama 24 jam sebesar 0,1860 μg/Nm3 atau 9,4761 x 10-5 ppm;
5. Terjadinya penurunan konsentrasi pada pemaparan waktu yang lebih
lama;
6. Hasil pengukuran konsentrasi O3 pada waktu paparan 1 jam masih jauh
dibawah baku mutu udara ambien pada Keputusan Gubernur Provinsi
Daerah Khusu Ibukota Jakarta Nomor 551 Tahun 2001 tentang
Penetapan Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan Di
Provinsi DKI Jakarta, untuk O3 yaitu sebesar 200 μg/Nm3 untuk waktu
1 jam;
7. Hasil pengukuran konsentrasi O3 pada waktu paparan 1 jam masih jauh
dibawah baku mutu udara ambien pada PP NO.41 Tahun 1999 untuk
O3 yaitu sebesar 235 μg/Nm3 untuk waktu 1 jam;
8. Hasil pengukuran konsentrasi O3 pada waktu paparan 8 jam masih jauh
dibawah baku mutu udara ambien pada WHO guideline values untuk
O3 yaitu sebesar 100 μg/Nm3 untuk waktu 8 jam;
9. Jauhnya nilai konsentrasi yang didapat dibandingkan dengan baku
mutu mengindikasikan bahwa lingkungan Kantin Belakang Gedung L,
di kampus A Universitas Trisakti belum tercemar O3.
10. Area yang paling tercemar dari semua data ialah pada Kantin FSRD di
Kampus A Universitas Trisakti tempat kelompok 6 mengambil sample,
yang mendapatkan data 0,5008 μg/Nm3 untuk konsentrasi O3 selama 1
jam.
DAFTAR PUSTAKA

Hazucha MJ, Madden M, Pape G, et al. 1996. “Effect of cyclo-oxygenase inhibition on


ozone-induced respiratory inflammtion and lung function changes”. Eur J Appl Physiol
Occup Med 73:17-27

Maharani, Anes. 2013. “Ozon (O3)”. http://andimaharani.blogspot.co.id/2013/05/o-zon-


o3.html. (diakses pada Sabtu, 15 Oktober 2017 pukul 20.00).

Prabu,Putra.2008.”Dampak Ozon Terhadap Kesehatan”.


https://putraprabu.wordpress.com/2008/12/31/dampak-ozon-o3-terhadap-kesehatan
(diakses pada Sabtu, 15 Oktober 2017 20.00)

Rahmawat,Aisa. 2013.“Oksidan”.
http://basoarif10ribu.blogspot.co.id/2013/02/oksidan.html (diakses pada Sabtu, 15
Oktober 2017 pukul 20.30).
LAMPIRAN

Memasukkan larutan Mengoleskan Membungkus


penjerap oksidan vaseline pada tutup impringer dengan
pada botol impringer botol impringer alumunium foil

Menuangkan larutan Membaca serapan


Mempersiapkan alat-
penjerap oksidan ke pada
alat untuk sampling
labu ukur spektrofotometer

Anda mungkin juga menyukai