Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN DISSOLVED OXYGEN (DO)


MODUL LINGKUNGAN HIDUP

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD DENI I1011141010


ERDIANTO I1011181004
DINDA ULTA LISMANA I1011181005
SAFFANA FADILLAH RAMADINA I1011181074
PUJI ASTUTI I1011181040
NUR ATIRAH I1011181101
AVILYA HIDAYATI I1011181037
BASHIROH SAJIDAH I1011181087
YURI AMIA I1011181041
ABED NEGO KEI I1011181092
RIVALDY I1011181070

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air adalah suatu sumber kehidupan yang di perlukan oleh semua makhluk hidup,
termasuk manusia. Kita tahu bahwa menahan nafas dalam 1-3 menit saja kita bisa
meninggal dunia. Keberadaan oksigen yang bisa di darat ataupun di perairan.

Tetapi ini membahas tentang oksigen yang terdapat pada air yang dimana apabila air
tercemari oleh limbah maka semua kandungan oksigen pada perairan tersebut mengalami
ganggguan. Oksigen yang terdapat pada air dinamakan DO (oksigen terlarut) apabila air
mengalami gangguan ataupun pencemaran maka kadar DO pada perairan tersebut akan
mengalami gangguan. Untk mengatahui hal-hal tersebut ada beberapa metode yang
pengujian nilai DO dengan metode winnkler dan metode elektrokimia

1.2 Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui besarnya kadar oksigen terlarut (DO) didalam sampel
air
b. Mahasiswa dapat mengetahui alat dan bahan yang diperlukan dalam pengukuran
oksigen terlarut (DO) pada sampel air
c. Mahasiswa dapat mengetahui metode yang terdapat dalam pengukuran oksigen
terlarut (DO) pada sampel air
d. Mahasiswa dapat mengetahui metode yang tepat dalam pengukuran oksigen tersebut
(DO) pada sampel air.

1.3 Prinsip Percobaan


Pengukuran oksigen terlarut (DO) dalam percobaan menggunakan metode titrasi
dengan cara winkler yang prinsip percobaan dalam penentuan kadar oksigen pada sampel
air berdasarkan pada titrasi iodometri, yaitu pada larutan yang sifatnya basa kuat, MnSO4
tersebut akan bereaksi dengan ion basa (OH-) yang bereaksi dan membentuk suatu
endapan Mn(OH)2 yang menghasilkan warna putih dan bersifat basa kuat serta tidak
stabil dalam larutan tersebut. Kemudian akan segera dioksidasi sehingga menjadi
Mn(OH)3. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
MnSO4 + 2OH- Mn(OH)2 + SO42-
2Mn(OH)2 + ½ O2 + H2O 2Mn(OH)3
Mn2+ + 2OH- + ½ O2 MnO2 + H2O
I2 + 2S2O3 S4O6 + 2I-

Reaksi oksidasi ini bersifat kuantitatif. Banyaknya O2 adalah ekuivalen dengan banyaknya I2
yang dilepaskan. Banyaknya I2 yang dilepaskan adalah ekuivalen dengan banyaknya larutan
baku Na2s2O3 yang diperlukan untuk titrasi. Jadi, kadar oksigen dalam larutan dapat
dihitung dar banyaknya larutan baku tiosulfat untuk filtrasi. (Anonim, 2011).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Disolved Oksigen (DO)

2.1.1 Pengertian DO

Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang
berasal dari fotosintesis dan absorpsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut
diperairan sangat berperan dalam proses penyebapan makanan oleh makhluk
hidup dalam air. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik,
jika kadar oksigen terlarut terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak
sedap akibat degradasi anaerobik yang munkin terjadi (Vandra B dkk, 2016).
Oksigen terlarut digunakan mengukur kualitas kebesihan air. Kadar DO antara
titik lokasi yang satu dengan titik lokasi lain bisa berbeda baku mutu
kandungan DO disungai adalah 6 mg/l (Prahutama A dkk, 2013) tersedianya
oksigen terlarut di dalam air sangat menentukan kehidupan diperairan tersebut.
Tingkat oksigen tersebut yang rendah dapat mempengaruhi fungsi dan
pertumbuhan yang lambat, bahkan dapat menyebabkan kematian bagi hewan
diperairan (Mubarak dkk, 2010).

2.1.2 Analisis Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut dapat dianalisis dengan 2 cara :

a. Metode titrasi dengan cara winkler

Metode ini banyak digunakan untuk menentukan kadar oksigen


terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang
akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 dan NaOH –
KI, sehingga akan terbentuk endapan MnO2. Dengan menambahkan
H2SO4 atau HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan
membebaskan molekul Iodium (I2) yang ekuivalen dengan oksigen
terlarut. Iodium yang dibebaskan akan dititrasi dengan larutan standar
natrium tio sulfat (Na2S2O3) menggunakan indikator larutan amilum
(kanji). Reaksi kimia yang terjadi sebagai berikut : (Mardhiya, 2017)
MnCl2 + NaOH Mn(OH)2 + 2NaCl
2Mn(OH)2 + O2 2MnO2 + 2H2O
MnO2 + 2KI + 2H2O Mn(OH)2 + I2 + 2KOH
I2 + 2Na2S2O3 Na2S2O3 + 2NaI

b. Metode elektrokimia

Metode ini merupakan cara langsung untuk menentukan oksigen


terlarut dengan alat DO meter. Prinsip kerjanya adalah menggunakan
probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dlam
larutan elektrolit, biasanya menggunakan katode perak (Ag) dan anode
timbal (Pb). Elektrode dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi
permeable terhadap oksigen. Reaksi kimia yang terjadi :

Katoda: O2 + 2H2O + 4e- 4OH-


Anoda : Pb + 2OH- PbO + H2O + 2e-

Aliran reaksi tergantung pada aliran oksigen pada katoda. Difusi oksigen
dari sampel ke elektroda berbanding lurus terhadap konsentrasi oksigen
terlarut. Penentuan DO dengan cara titrasi berdasrakan metode winkler
lebih analitis dibandingkan dengan alat DO meter. Hal tersebut
menyebabkan alat DO meter masih dianjurkan jika sifat penentuannya
hanya bersifat kisaran. Penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter
harus memperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa.
Sebagaimana lazim alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat
menentukan akurasi terhadap hasil penentuan (mardhiya, 2017).

2.1.3 Peranan Oksigen Terlarut Dalam Perairan

Kekurangan O2 dapat membahayakan hewan air karena dapat


menyebabkan stress, mudah tertular penyakit, menghambat pertumbuhan
bahkan dapat menyebabkan kematian sehingga dapat menurunkan
produktivitasnya (Kordi & Tacung, 2007 dalam Androva A dan Harjanto I,
2017). Oksigen terlaut (DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernafasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang akan menghasilkan
energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Oksigen juga dibutuhkan untuk
oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber
utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari proses difusi dari udara bebas
dari hasil fotosintesis organisme yang hidup diperairan. Dengan bertambahnya
kedalaman akan terjadi pemurunan kadar oksigen terlarut, karena proses
fotosintesis berkurang dan kadar oksigen banyak digunakan untuk pernafasan
dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik (Arizuna M dkk, 2014).
Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada
aktivitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih
sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak. DO dapat
berasal ari proses fotosintesis tanaman air dimana jumlahnya tidak tetap,
tergantung jumlah tanaman dan dari atmosfer (udara) yang masuk kedalam air
dengan kecepatan tertentu (Megawati C, dkk, 2014).

2.2 Kadar oksigen dalam perairan

Kadar oksigen dalam suatu perairan sangat dipengaruhi oleh


meningkatnya bahan-bahan organik yang masuk ke perairan disamping faktor-
faktor lainnya diantaranya kenaikan suhu, salinitas, respirasi, adanya lapisan
diatas permukaan air, senyawa yang mudah teroksidasi dari tekanan atmosfer
(Paffy S L,2018).

Kadar oksigen terlarut didalam air nilainya relatif berkisar antara 6-14 ppm.
Kadar oksigen di perairan laut normal berkisar antara 5,7 – 8,5 mg/l. Kadar
oksigen ini relatif tinggi bila dibandingkan dengan kadar oksigen dibeberapa
perairan di Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar oksigen (O2)
dalam perairan secara umum merupakan konsekuensi terhambatnya aktivitas
akar tumbuhan dan mikrobi, serta difusi yang meningkatkn kadar CO2 dan
turunnya kadar O2 (Sutamihardja, 1987 dalam Patty S. L, 2018).
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat yang digunakan untuk praktikum uji DO dan BOD yaitu botol
winkler 2 buah yang berisi air sampel 250 ml. Buret 25 ml serta statif dan
kalm buret untuk melakukan titrasi. Pipet ukuran 25 ml yang digunakan untuk
mengambil air sampel dari botol winkler. Botol erlenmeyer 3 buah sebagai
wadah sampel air yang akan diuji, gelas beker untuk menyimpan bahan, serta
stopwatch yang digunakan sebagai pengukur waktu dalam menghitung
lamanya terjadi proses pengendapan, inkubator.

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum pengukuran DO dan BOD


adalah sampel air parit di Jalan Perdana, sampel air permukaan yang telah
diinkubasi selama lima hri dalam keadaan gelap dan pada suhu tetap 20oC,
larutan MnSO4 sebagai pengikat oksigen. Larutan alkali iodida azida guna
mebentuk endapan cokelat dan mengikat iodida. Larutan H2SO4 pekat sabagai
indikator asam dan pelarut endapan cokelat. Indikator amilum berfungsi
sebagai indikator warna biru tua dan basa. Larutan Na2S2O3 sebagai titrasi dan
sebagai pembentk larutan kuning bening.

3.2 Analisis Bahan

Bahan yang digunakan adalah sampel air yang sebeumnya telah diambil saat
praktikum pengambilan sampel air di parit perdana. Sampel air ini merupakan sampel
yang diambil dari suatu lingkungan perairan yang dapat merepresentasikan atau
mewakilkan status air secara keseluruhan ditempat pengambilan sampel. Sampel air
digunakan untuk mengetahui kualitas air melalui parmeter DO dan BOD. Sampel air
yang digunakan untuk pengukuran BOD telah diinkubasi selama lima hari ditempat
gelap dan pada suhu tetap (20oC).

Bahan yang digunakan selanjutnya adalah MnSO4. Larutan MnSO4 (Mangan


Sulfat) adalah senyawa organik dengan rumus struktur MnSO4 (H2O). Mangan sulfat
berada dialam dalam bentuk hidrat yaitu monohidrat, tetrahidrat, pentahidrat, dan
heptahidrat. Bentuk monohidrat merupakan bentuk yang paling umum. Larutan
MnSO4 dibuat dengan melarutkan MnSO4 dengan aquades dan diaduk hingga
homogen. Larutan MnSO4 dalam keadaan basa akan membentuk endapan MnO2 yang
berwarna cokelat yang menandakan sampel mengandung oksigen. Larutan MnSO4
memiliki karakteristik seperti padatan (kristal efflorescent padat), berbau, berat
molekul 169, 01 g/mol, berwarna merah, titik didih 850oC, titik beku 700 oC dan
mudah larut dalam air dingin dan air panas (Puspitasari, 2013)

Bahan yang digunakan selanjutnya adalah larutan alkali iodida azida yang jika
bereaksi dengan MnO2 akan mengikat oksigen. Larutan alkali iodida ini dapat dibuat
dengan malarutkan NaOH dan KI dengan akuades dan diaduk hingga homogen.
Kemudian kristal NaH3 yang telah dilarutkan dengan aquades dan dicampur dengan
kedua larutan hingga homogen. Larutan NaOH-KI membantu kondisi basa pada
larutan MnSO4 sehingga membentuk endapan MnO2 yang berwarna cokelat pada
larutan yang menandakan adanya oksigen dalam sampel. Larutan alkali iodida
berfungsi sebagai katalisator karena zat organik sukar bereaksi. (Puspitasari, 2013).

Bahan yang digunakan selanjutnya adalah H2SO4 pekat. H2SO4 murni bersifat
sangat korosif, cairan tidak berwarna. Pekat dan larut dalam air diberbagai
konsentrasi, larutan H2SO4 dibuat dengan melarutkan H2SO4 kedalam aquades dan
dicampur hingga homogen. Larutan ini digunakan dalam praktikum untuk melarutkan
kembali endapan sehingga endapan larut dan akan melepaskan I2 yang ekuivalen
dengan oksigen terlarut. H2SO4 berbentuk cairan bening, tidak berwarna dan tidak
berbau. Larut dalam air memiliki berat jenis 1,84 gr/cm3 dan mengandung 98%
H2SO4 dengan konsentrasi 18 M. ( Puspitasari, 2013)

Indikator amilum berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya kandungan


amilum dalam air. Warna biru pada sampel menunjukkan uji positif adanya
kandungan amilum dalam sampel. Amilum atau pati adalah karbohidrat kompleks
yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Amilum
memberikan warna biru tua pada tes iodin sedagkan amilopektin tidak bereaksi
(Puspitasari, 2013).

Larutan Na2S2O3 berupa hablur besar, tidak berwarna atau serbuk hablur kasar.
mengkilap dalam udara lembab dan mekar dalam udara kering pada suhu > 33oC.
Larutan ini dibuat dengan melarutkan Na2S2O3 dengan aquades dan diaduk hingga
homogen. Larutannya netral atau basa lemah terhadap lakmus. Sangat mudah larut
dalam air dan tidak larut dalam etanol. Larutan ini digunakan untuk mentitrasi sampel.
Apabila sampel pada percobaan ini dititrasi dengan larutan Na2S2O3 maka sampel
akan berwarna kuning pucat atau kuning transparan. (Puspitasari, 2013)

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang harus dilakukan pada percobaan pengukuran DO adalah


pertama pada botol winkler yang sudah diisi sampel air parit dimasukan larutan
MnSO4 sebanyak 2 ml dengan menggunakan pipet. Kedua, masukkan 2 ml larutan
alkali iodida ke dalam botol winkler menggunakan pipet kemudian dihomogenkan
dan didiamkan selama 5-10 menit hingga terbentuk endapan. Kemudian H2SO4 2 ml
ditambahkan kedalam sampel air pada botol winkler dan dhomogenkan guna
memecah endapan yang telah terbentuk sebelumnya, hingga larutan tidak ada lagi
endapan yang telah terbentuk sebelumnya, hingga larutan tidak ada lagi endapan, jika
masih terdapat endapan, tambahkan kembali H2SO4. Setelah itu, sampel air
dipindahkan kedalam 3 botol erlenmeyer masing-masing sebanyak 50 ml guna diberi
perlakuan dan diamati. Sampel air dalam erlenmeyer ditetesi dengan larutan Na2S2O3
sebanyak yang diperlukan hingga warna sampel kembali seperti semula. Catat volume
Na2S2O3 yang digunakan kemudian hitung DO nya. Lakukan hal yang sama untuk
mengukur BOD, tetapi sampel air yang digunakan adalah sampel air yang telah
diinkubasi selama lima hari ditempat gelap dan pada suhu tetap (20oC).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No. Perlakuan Pengamatan


1. Dimasukkan larutan MnSO4 dan larutan Dimasukkan larutan MnSO4 sebanyak 3
alkali iodida masing-masing sebanyak 2 ml kemudian larutan alkali iodida 3 ml ke
mL ke dalam botol Winkler yang berisi dalam botol winkler yang berisi sampel
sampel kemudian dihomogenkan dan air parit sebanyak 250 ml kemudian
didiamkan selama 5-10 menit. dihomogenkan selama 5 – 10 menit,
kemudian terbentuk endapan dibagian
dasar botol winkler. Selian itu juga
terlihat pertikel-pertikel kecil yang
melayang-layang dan tidak mengendap
(sedikit). Endapan dan partikel tersebut
berwarna cokelat. (jangan lupa setelah
memasukkan larutan, botol di bolak
balik).
2. Ditambahkan larutan H2SO4 pekat Ditambahkan larutan H2SO4 pekat
sebanyak 2 mL ke dalam botol winkler sebanyak 3 ml kedalam botol winkler,
endapan yang terbentuk sebelumnya larut
dan hanya tersisa sedikit partikel yang
melayang dan sampel air pun berubah
warna menjadi agak kuning dan botol
wintler terasa sedikit hangat. Warna yang
semulanya agak keruh menjadi agak
kuning lebih jernih sedikit dari
sebelumnya.
3. Air sampel dimasukkan ke dalam 3 buah Sampel air dipindah kan kedalam 3 buah
botol erlenmeyer masing-masing erlenmeyer yang masing-masing berisi 50
sebanyak 50 mL, dan masing-masing ml kemudian ditetesi amilum sebanyak 2
sampel ditetesi dengan indikator amilum tetes amilum sehingga terjadi
kedalam larutan tersebut perubahanwarna dari agak kuning sedikit
jernih dengan partikel yang melayang-
layang menjadi warna biru tua sedikit
kelabu.
4. Larutan dititrasi dengan Na2S2O3 hingga Sampel ditambahkan Na2S2O3 sebanyak
warna biru pada larutan kembali seperti 1,1 ml dan larutan berubah marna
semula. Volume Na2S2O3 dicatat dan menjadi kning bening seperti semula.
hitung nilai DO. Sampel 2 ditambahkan Na2S2O3 sebanyak
0,5 ml dan lartn berubah warna menjadi
kuning bening seperti semula.
Sampel 3 ditambahkan Na2S2O3 sebanyak
1,7 ml dan larutan berubah warna menjadi
kuning bening seperti semula.

4.2 Pembahasan

Dari praktikum yang kami lakukan pada hari kamis 8 november 2018 pagi hari pada
pukul 08:00 wib pertama kami mengambil sampel air di parit perdana yang letaknya di tepi
jalan sedikit pemukiman dan tepi aliran air terdapat beberapa tumbuhan sejenis lumut dan
pakis.Dalam pengambilan ini meskipun pagi tetapi cuaca terik dan bersuhu panas. Saat
pengambilan sampel air kami menggunakan teknik khusus agar menghindari turbulensi yang
terjadi pada air tersebut ager tiadak mengangggu kualitas oksigen terlarut yang terdapat pada
perairan tersebut agar kita bisa mengambil sampel pengujian dengan baik.

Botol winkler harus dimaksukan dengan teknik khusus agar tidak terjadi terkontiminasi
oleh udara atau oksigen luar dan makhluk-makhluk lain (SNI,2008:6989.59.)

Ketika melakukan praktikum kami telah memilih prosedur kerja sehinga kami bisa
meminimalisir kesalahan pada saat melakukan perhitungan dan percobaan yang dilakukan.
Dimana proseedur kerja yang kami lakukan saat pertama kali adalah dengan mengambil sapel
air pada parit dengan botol winkler yang telah disediakan dan mengambbil di bagian titik
tengah pada perairan tersebut serta meneggelamkannya hinga ½ dari kedalaman air parit
tersebut. Dalam hal ini yang paling penting adalah kita harus menghindari pemasukannya
oksigen dari luar yang membentuk gelembung udara pada botol winkler ketika tersupsensi
maka secara langsung air yang kita ambil dapata terkontaminasi sehingga mengakibatkan
turbulensi dimana turbulensi ini akan mempengaruhi kadar dan nilai DO. Selain itu setelah
melakukan pengambilan botol winkler harus tertutup rapat.ketiika sampel telah siap maka
kita akan meneliti ke laboratorim. Langkah awal yang kami lakukan adalah membagi sampel
untuk di inkubasi da nada yang langsung di teliti pada hari itu saat pengambilan sampel
disistu yang disebut pengujian DO.

penggunaan larutan MnSO4 dalam sebuah reaksi yang diantaranya adalah mengikat
oksigen dan menjadikan Mn(OH2) yang kemudian akan dioksidasi menjadi MnO2 berhidrat
serta diperhatikan sebelum mengambil larutan MnSO4 yang mana kita menggunakan pipet
volume dengan pipet yang berbentuk bolal diatasnya . pipet volume saat menggunakan alat
ini kita harus memahami terlebih dahulu bagaimana cara penggunaan yang baik dan benar
agar tidak ada terjadi kesalahan dalam melakukan percobaan. Pada pipet ini terdapat 3 huruh
yang berada pada masing-masing letaknya. Yang pertama huruf (A) apabila di tekan akan
mengosongkan udara pada letak tengah yang berbentuk bola dan berfungsi juga sebagai
pembantu mengempiskan bentuk bola tersebut agar gaya tarik yang di hasilkan dapat dengan
baik bekerja dalam menarik larutan, (S) berfungsi sebagai menyimpan atau menyedot air atau
larutan. (E) berfungsi sebagai pengeluaran larutan yang telah mmasuk pada pipet volume
tersebut. Ketika melakukan pemindahan larutan hindari kontak langsung antara sampel dan
zat-zat yang lain dengan pipet volume karena akan mempengaruhi kinerja larutan yang akan
di teliti karena semua laruttan sudah di porsikan dengan kadar yang efektif tanpa ada lagi
gangguan dari factor lain. Setelah itu mulailah bekerja dengan langkah awal air sampel kita
campur dengan larutan 3ml Mn2SO4 dan 3ml alkali iodide azida. Stelah itu tutup botol
kemmudian kocok dengan membolak-belikan botol winkler tersebut dengan baik. Kemudian
letakkan botol tersebut pada meja lab dan tunggu hingga kurang lebih 10-15 menit.
Kemudian amati secara saksama larutan tersebut akan menimbulkan endapan yang berwarna
coklat.kemudian apabila sudah membentuk endapan kita campuri lagi dengan H2SO4 yang
berfungsi sebagai salah satu sarana melarutkan endapan tersebut dan penambahan ini sangat
penting kita harus menggunakan masker dan sarung tangan guna menghindari bau tajam dan
mengindari tumpahan pada laarutan tersebut karena bersifat korosif.setelah penambahan
dilakukan kita dapat mengamati bahwa larutan yang tadinya mengalami endapan akan
menjadi larutan yang kembali kewujud awal tidak ada lagi endapan. Kemudian selanjutnya
kita memindahkan ke tabung elemenyer dengan alat bantu pipet volume dengan ukuran
masing-masing larutan di tiga botol sampel adalah 50 ml. selanjutnya apbila semua sudah
dilakukan kita langsung mencampuri ke-3 larutan tersebut dengan larutan Mn2SO4 sebanyak
masing-masing 3ml dan menambahkan juga alkali iodida azida sebanyak masing-masing 3ml
dan amati perubahan warna yang terjadi pada ke-3 larutan tersebut dengan saksama akan
menjadi warna biru dan yang kami dapatakn adalah berwarna biru pekat kehitaan kemudian,
kita mentitrasi air larutan tersebut dengan larutan kanji Na2S2O3 sebanyak yang kita
perlukan sampai air larutan yang kita amati menjadi kembali kewujud semula. Dalam
kelompok kami menadapatkan hasil dimasing-masing pemberian tetesan yaitu:

volume 1 = 1,1 ml

volume 2 = 0,9 ml

volume 3 = 1,7 ml

pada proses reaksi berlangsung dapat diamati sebagai berikut :

Mn2+ + 2OH- + ½ O2 MnO2 +H2O

MnO2 + 2I- + 4H+ Mn2+ +2I2 + H2O

I2 + S2O3 S4O62- + 2I-

Dalam perhitungan hasil DO dapat kita amati dalam table berikut :

(menurut peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2001)

Kadar DO Status kualitas


>6 Tidak tercemar
4,5-5,4 Ringan
2,0-4,4 Sedang
<2,0 Berat

Dan dalam muatan hasil penggolongan berdasarkan peraturan pemerintah nomor 82 tahun
2001 dinyatakan bahwa:
Golongan air DO (ppm)
1 6
2 4
3 3
4 0

Keterangan :

Kelas 1 = dapat digunakan baku air minum

Kelas 2 = dapat digunakan sebagai rekreasi

Kelas 3 = dapat digunakan sebagai irigasi untuk sawah

Kelas 4 = diolah perusahan kota.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum, dapat diketahui bahwa kadar DO sampel air


parit Perdana adalah 2,52 mg/L dimana tergolong dalam kualitas kelas tiga dengan
tingkat pencemaran sedang.

5.2 Saran

Pada saat praktikum sebaiknya dilakukan dengan lebih serius dan dapat
menyesuaikan dengan keadaan.
DAFTAR PUSTAKA

Androva AK dan Harjanto I. 2017. Studi Peningkatan Kadar Dissolved Oxygen Air, Setelah
di Injeksi dengan Aerator Kincir Angin Savonius Arreus, Menggunakan DO Meter Type
Lutron DO-5510:Jurnal Ilmiah Teknosains. Vol 3. No 2

Anonim. 2011. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD). Universitas
Indonesia : Jakarta

Arizuna M. 2014. Kandungan Nitrat dan Fosfat dalam Air Pori Sedimen di Sungai dan Muara
Sungai Wedung Demak:Diponegoro Journal Of Maquares. Vol 3. No 1. 7-16

Mardhiya. 2017. Sistem Akuisisi Data Pengukuran Kadar DO pada Air Tambak Udang
Menggunakan Sensor DO. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Lampung. Bandar Lampung

Megawati G dkk. 2014. Sebaran Kualitas Perairan Ditinjau dari Zat Hara, Oksigen Terlarut
dan pH di Perairan Selat Bali Bagian Selatan:Jurnal Oseanografi. Vol 3. No 2. 142-150

Mubarak dkk. 2010. Korelasi antara Konsentrasi Oksigen Terlarut pada Kepadatan yang
Berbeda dengan Skoring Warna Daphina Spp:Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol
2. No 1

Patty SL. 2018. Dissolved Oxygen and Apparent Oxygen Utilization in Lembah Strait
Waters, North Sulawesi:Jurnal Ilmiah Platax. Vol 6: (1)

Puspitasari. 2013. Praktikum Pengelolaan Limbah Industri. Bandung: Program Studi Diploma
III Analisis Kimia. Politeknik Negeri Bandung

Vandra B. 2016. Studi Analisis Kemampuan Self Purification pada Sungai Progo Ditinjau
dari Parameter BOD dan DO: Jurnal Teknik Kingkungan. Vol 5. No 4

Anda mungkin juga menyukai