Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PENCEMARAH LINGKUNGAN
(Analisa Derajat Keasaman (pH)Larutan)

KELOMPOK 8

RAJA M.HATTA ILLAH 10011281520229

OLA SEPTIANA 10011181520040

FADHILA FEBRIANI 10011181520043

TITI PERMATASARI 10011181520056

INDAH MEILA RAHMI 10011181520062

YULI YANTI 10011181520073

AULIA RISKI RAMADHANTI 10011281520222

Kelas B

Pembimbing Laporan : Dessy Widiyaristi,S.Si

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2017
I NOMOR PERCOBAN

Percobaan 1

II NAMA PERCOBAAN

Analisa Derajat Keasaman (pH) Larutan

III TUJUAN PERCOBAAN

3. Mampu menggunakan pH meter untuk analisis sampel

2. Mengetahui derajat keasaman (pH) berbagai larutan

IV DASAR TEORI

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat


hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena
itu sumber daya air tersebut harus dilindungi agar tetap dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh manusia dan makhluk hidup lainnya.
Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang
dan generasi mendatang (Nugroho, dalam Purnomo Mangku dkk.,
2013).

Salah satu sumber air yang banyak dimanfaatkan untuk memenuhi


kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya yaitu sungai.
Sungai merupakan ekosistem yang sangat penting bagi manusia.
Sungai juga menyediakan air bagi manusia baik untuk berbagai
kegiatan seperti pertanian, industri maupun domestik Siahaan dkk.,
(dalam Purnomo Mangku dkk., 2013).

Air sungai yang keluar dari mata air biasanya mempunyai kualitas
yang sangat baik. Namun dalam proses pengalirannya air tersebut
akan menerima berbagai macam bahan pencemar Sofia dkk, (dalam
Purnomo Mangku dkk., 2013). Beberapa tahun terakhir ini, kualitas
air sungai di Indonesia sebagian besar dalam kondisi tercemar,
terutama setelah melewati daerah pemukiman, industri dan pertanian
Simon dan Hidayat, (dalam Purnomo Mangku dkk, 2013).
Meningkatnya aktivitas domestik, pertanian dan industri akan
mempengaruhi dan memberikan dampak terhadap kondisi kualitas air
sungai terutama aktivitas domestik yang memberikan masukan
konsentrasi BOD terbesar ke badan sungai Priyambada dkk, (dalam
Purnomo Mangku dkk., 2013).

Suatu sungai dikatakan terjadi penurunan kualitas air, jika air


tersebut tidak dapat digunakan sesuai dengan status mutu air secara
normal. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang
menunjukan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air
dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air
yang ditetapkan. Penentuan status mutu air dapat dilakukan salah
satunya dengan menggunakan Metode Indeks Pencemaran. Indeks
Pencemaran (Pollution Index) digunakan untuk menentukan tingkat
pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan.
Indeks Pencemaran (IP) ditentukan untuk suatu peruntukan, kemudian
dapat dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh bagian
badan air atau sebagian dari suatu sungai KLH, (dalam Purnomo
Mangku dkk., 2013).

Berdasarkan peruntukannya tentunya diharapkan bahwa


kualitas air yang ada disungai tersebut masih dalam batas-batas
toleransi. Kriteria kualitas air, apakah masih layak untuk dimanfaatkan
atau tidak, dalam artian kualitas air di gunakan untuk mengetahui
apakah air itu cukup aman untuk dikonsumsi atau dipergunakan untuk
kegiatan tertentu Mary Selintung, (dalam Latif 2012).

Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan diuji
berdasarkan parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115: Tahun 2003), kualitas
air tersebut dapat dinyatakan dengan parameter fisik karakteristik air
dan kualitas air sungai. Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air
atau keberadaan bahan-bahan yang dapat diamati secara visual/kasat
mata. Parameter fisik tersebut adalah kandungan partikel/padatan,
warna, rasa, bau, dan suhu. Sedangkan yang termasuk dalam
karakteristik air sungai ini yaitu sedimentasi dan salinitas. (Arianty
Gandika dkk, 2012).

Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan suatu kota


berakibat pula pada pola perubahan konsumsi masyarakat yang cukup
tinggi dari tahun ke tahun, dengan luas lahan yang tetap akan
mengakibatkan tekanan terhadap lingkungan semakin berat. Aktivitas
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berasal dari
pertanian, industri dan kegiatan rumah tangga akan menghasilkan
limbah yang memberi sumbangan pada penurunan kualitas air
sungai.Meningkatnya aktivitas manusia, perubahan guna lahan dan
semakin beragamnya pola hidup masyarakat perkotaan yang
menghasilkan limbah domestik menjadikan beban pencemar di sungai
semakin besar dari waktu ke waktu. Penurunan kualitas air terjadi
sebagai akibat pembuangan limbah yang tidak terkendali dariaktivitas
pembangunan di sepanjang sungai sehingga tidak sesuai dengan daya
dukung sungai. Maka dari itu perlu adanya pengolahan air yang baik
dari sumber air.

Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini mata air, sungai,
rawa, danau, situ, waduk, dan muara. Sumber Daya Air dikelola
berdasarkan asas kelestarian, kesimbangan, kemanfaat umum,
keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi
dan akuntabilitas

Menurut UU.No 7 Tahun 2004 menyebutkan bahwa,


Pengelolaan Sumber Daya Air adalah upaya merencanakan,
melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi pelenggaraan konservasi
sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian
daya rusak air. Secara umum, Pengelolaan Sumber Daya Air meliputi ;
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengkoordinasian,
pengendalian, pengawasan, penganggaran dan keuangan.

Pengeloaan Sumber Daya Air juga dapat didefinisikan sebagai aplikasi


dari cara struktural dan non-struktural, untuk mengendalikan system
sumber daya air alam dan buatan manusia untuk kepentingan/manfaat
manusia dan tujuan-tujuan lingkungan. Tindakan-tindakan struktur
(structural measure) untuk pengelolaan air adalah fasilitas-fasilitas
terbangun (constructed facilities) yang digunakan untuk
mengendalikan aliran air baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Tindakan-tindakan non-struktural (non-structual measure) untuk
pengelolaan air adalah program-program atau aktifitas-aktifitas yang
tidak membutuhkan fasilitas-fasilitas terbangun. (Grigg, 1996)

Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga


tercapai kualitas yang diinginkan sesuai fungsi peruntukannya untuk
menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisis alamiahnya.
Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan
penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk
menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air.

Tindakan-tindakan pengelolaan dalam upaya pengaturan kualitas


air menurut Brooks dkk, (1994), dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
pengaturan, fiscal, dan pengelolaan serta investasi public secara
langsung. Dalam pengaturan hal-hal yang berkaitan dengan kualitas
air meliputi zooning, regulasi, peraturan-peraturan spesifik tentang air
dan tanah, pengendalian, perijinan, larangan dan lisensi. Untuk
kategori fiscal meliputi harga, pajak, subsidi, denda, dan bantuan.
Sedangkan yang masuk dalam kategori pengelolaan dan investasi
publik antara lain bantuan teknis, riset, pendidikan dan pengelolaan
tanah dan air, instansi dan infrstuktur.

Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di
uji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1
keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun
2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air.
Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan
mikrobiologis(Masduqi,2009).

Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan


melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang
dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau
dan warna). Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemaliharaan air
sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya
untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya

PH merupakan karakteristik penting dari air limbah karena pH


mempengaruhi reaksi-reaksi. Besar dan kecilnya nilai pH suatu limbah
dipengaruhi oleh bahan-bahan kimia yang terkandung. Karena itu pH
air atau air limbah akan berbeda-beda sesuai kandungan senyawa
kimianya. Pengolahan air limbah baik secara biologis maupun
kimiawi, dapat berjalan dengan baik jika dilakukan pada pH yang
tepat. Karena itu mengetahui pH air limbah sangatlah penting. Untuk
dapat mengetahui pH air limbah dengan baik, maka mahasiswa perlu
mempraktikkan dan membiasakan diri dalam pengukuran secara
langsung (Sugeng Triyono,2010).

Nilai pH merupakan salah satu parameter yang praktis bagi


pengukuran kesuburan suatu perairan. Banyak reaksi kimia penting
yang terjadi pada tingkatan pH yang sulit. Menurut jenis dan aktivitas
biologisnya, suatu perairan dapat berubah pH dari unit penanganan
limbahnya. Tetapi umumnya batas toleransi ikan adalah berkisar pada
pH 6,5 – 8,5 (Mahida, 1984).

Derajat keasaman perairan merupakan suatu parameter paling


penting dalam pemantauan kualitas air. Dengan mengetahui jumlah
kadar pH disuatu perairan kita dapat mengetahui tingkat produktivitas
perairan tersebut. Kandungan pH dalam suatu perairan dapat berubah-
ubah sepanjang hari akibat proses fotosintesis tumbuhan air. Derajat
keasaman suatu perairan juga sangat menentukan kelangsungan hidup
suatu organisme perairan (Wlech, 1952).

Jumlah ion hidrogen dalam suatu larutan merupakan suatu tolak


ukur keasaman. Lebih banyak ion H+ berarti lebih asam suatu larutan
dan begitupun sebaliknya. Larutan yang bersifat basa banyak
mengandung ion OH- dan sendikit mengandung ion H+. Keasaman
dan kebasaan dihitung dalam skala logaritma antara 1 sampai 14
satuan. Satuan inilah yang disebut dengan pH (Nybakken, 1988).

Faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas yaitu penguapan dan


curah hujan. Makin besar tingkat penguapan air laut disuatu wilayah
maka salinitasnya akan semakin tinggi. Sebaliknya, pada daerah
dengan tingkat penguapan yang rendah maka rendah pula kadar
garamnya. Makin besar curah hujan disuatu wilayah maka salinitas air
laut itu akan rendah dan namun makin rendah curah hujan maka
semakin tinggi salinitasnya (Annisa, 2008).

Salinitas suatu wilayah menentukan dominansi mahluk hidup pada


daerah tersebut. Suatu wilayah dengan salinitas tertentu didominasi
oleh satu spesies tertentu terkait dengan tingkat toleransi spesies
tersebut terhadap salinitas yang ada. Tumbuhan ialah salah satu
mahluk hidup tingkat tinggi yang dipengaruhi oleh nilai salinitas
tempat ia tumbuh (Ngarai, 1992).

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut di dalam


air. Nilai salinitas juga dapat mengacu kepada kandungan garam
dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian besar danau,sungai dan
saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan
sebagai air tawar (Djoko, 2011).

Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana saat tekanan uap jenuh
cairan itu sama dengan tekanan di luar. Dari defenisi ini dapat
diketahui bahwa titik didih cairan tergantung pada tekanan udara pada
permukaan cairan. Itulah yang menjadi sebab mengapa titik didih air
di gunung berbeda dengan titik didih air yang berada di daerah pantai.
(Atkins, 2001).

Titik didih dapat digunakan untuk memperikirakan secara tidak


langsung betapa kuatnya gaya tarik antar molekul cairan. Cairan yang
gaya antar molekulnya kuat titik didih tinggi dan sebaliknya jika gaya
tariknya lemah maka titik didihnya rendah. Kerapatan suatu molekul
sangat mempengaruhi nilai titik didih. Umunya molekul dengan
kerapatan tinggi akan lebih cepat mendidih atau panas daripada
molekul dengan tingkat kerapatan rendah (Petrucci, 2010).

Cairan memiliki volume tetap. Hanya sedikit yang dipengaruhi


oleh tekanan serta viskositasnya jauh lebih besar daripada gas. Dua zat
dapat tercampur secara sempurna apabila kriteria dari kedua zat
tersebut sama atau hampir sama. Cairan memiliki daya tarik tarik antar
molekul yang lebih kuat daripada gas (Sukardjo, 2004).

V ALAT DAN BAHAN

Alat :

1. pH meter
2. Beaker gelas 100ml
3. Batang Pengaduk

Bahan:

1. Air Mineral
2. Larutan asam cuka, gula, garam dan susu fermentasi
3. Sampel air berbagai sumber

VI PROSEDUR KERJA

1. Lepaskan tutup elektroda sebelum pengukuran,


2. Hubungkan elektroda pH ke konektor alat. Hubungkan probe suhu
ke konektor (penghubung)
3. Hidupkan alat dengan menekan “ ON/OFF”
4. Pilih pH mode dengan menekan tombol “OK”
5. Untk pengukuran pH batang elektroda harus tercelup minimal 4 cm
dan probe temperatur diletakan juga di dalam cairan sampel yang
akan dianalisis
VII DATA HASIL PENGAMATAN

Waktu : pukul 08:30-10:20

Taggal : 13 novmber 2017

Tempat : ruang kelas B1,07

Reaksi dan perhitungan :

Kertas lakmus : PH 6

PH meter : PH 6,86 dengan suhu 28,5 %

VIII PEMBAHASAN

Pada hari senin, 13November 2017 telah dilaksanakan praktikum


analisa derajat keasaman (Ph) air,praktikum ini dilaksanakan di kelas
B1,07. Tujuan dari praktikum ini adalah dapat menggunaan ph meter
untuk mengukur derajat keasaman air dan mengetahui derajat
keasaman berbagai sampel air. Alat yang digunakan dalam praktikum
ini antara lain terdiri dari; pH meter, beaker gelas, batang pengaduk,
serta kertas lakmus universal. Adapun terdapat 10 sampel berbagai
macam air yang diuji. Sampel kelompok kami adalah sampel yang
berasal dari air galon.

Sebelum melakukan praktikum pastikan semua tempat dan alat


steril dari kotoran. Mengingat kita ingin mengukur ph maka alat yang
harus benar-benar diperhatikan adalah ph meter. Hal pertama yang
harus dilakukan terlebih dahulu adalah dilakukan kalibrasi terhadap pH
meter. Kalibrasi merupakan suatu proses pengecekan akurasi alat ukur
dengan cara membandingkannya dengan standar atau tolak ukur. PH
meter dikatakan akurat apabila hasil tidak berubah lagi. Proses
kalibrasi ini membutuhkan beberapa bahan seperti larutan buffer pH 4,
pH 7 dan aqudes.

Adapun langkah yang dilakukan dalam proses kalibrasi ini yaitu


dimulai dengan melepaskan tutup elektroda, lalu menghubungkan
elektroda pH ke konektor alat kemudian probe suhu ke konektor
(penghubung). Setelah itu hidupkan pH meter dengan menekan tombol
ON, lalu memilih menu calibration. Proses selanjutnya yaitu
menuangkan larutan buffer pH 4, pH 7 serta aquades ke dalam beaker
gelas. Kemudian probe pH meter dimasukkan ke dalam larutan buffer
(misal digunakan larutan buffer pH 4 terlebih dahulu), lalu di lakukan
proses kalibrasi. Setelah proses kalibrasi dengan larutan buffer pH 4
selesai, selanjutnya probe pH meter di bersihkan dengan aquades yang
bertujuan untuk menetralkan probe tersebut dari larutan pH 4 tadi.
Setelah itu dilakukan proses yang sama pada larutan buffer berikutnya,
yakni larutan buffer pH 7. Apabila hasil kalibrasi menunjukkan angka
dengan rentang 90 – 110, maka hal tersebut menunjukkan bahwa pH
meter sudah terkalibrasi dan siap untuk digunakan dalam menentukan
analisis derajat keasaman (pH).

Nilai pH juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi


produktifitas perairan. Nilai pH pada suatu perairan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap organisme perairan sehingga seringkali
dijadikan petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan.
Biasanya angka pH dalam suatu perairan dapat dijadikan indikator dari
adanya keseimbangan unsur-unsur kimia dan dapat mempengaruhi
ketersediaan unsur-unsur kimia dan unsur-unsur hara yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan vegetasi akuatik. Tinggi rendahnya pH
dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2 maupun CO2. Tidak semua
mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam
telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi
atau terjadi tetapi dengan cara perlahan . Tingkat pH lebih kecil dari 4,
8 dan lebih besar dari 9, 2 sudah dapat dianggap tercema

Dalam praktikum analisis derajat PH larutan air galon ini kami


memperoleh data seperti diatas,yakni PH kertas lakmus 6 berarti air
galon yang kami analiis bersifat asam (0 < pH < 7). Dan air galon
diukur menggunakan PH meter dengan cara PH meter tersebut
dicelupkan kedalam air selama 30 detik kemudian diangin-anginkan
untuk memperjelas warna dan didapatlah PH air galon tersebut 6,86
dengan suhu 28,5%.larutan kurang daripada 7 disebut dengan asam
dan larutan lebih daripada 7 disebt basa,air minum diindonesia harus
memiliki kadar PH yang lebih tinggi dari 6 dan lebih rendah dari 8. Air
galon yang kami analisis pada saat praktikum ini didapatkan hasil
pengukuran dengan pH >6 berarti air galon ini bersifat basa dan layak
dikonsumsi sesuai dengan standar air minum di indonesia.

IX KESIMPULAN

1. dalam praktikum analisis derajat PH larutan (dalam hal ini air galon)
didapat pH kertas lakmus 6
2. dalam praktikum analisis derajat PH larutan (dalam hal ini air galon)
dengan menggunakan PH meter didapat PH 6,86 dengan suhu 28,50 C
3. dalam praktikum analisis derajat PH larutan (dalam hal ini air galon)
PH meter yang digunakan adalah centoll Cl 400
4. dalam praktikum analisis derajat PH larutan, didapatkan hasil
pengukuran bahwa air galon yang kami analisis bersifat asam
5. dalam praktikum analisis derajat PH larutan (dalam hal ini air galon)
didapatkan hasil pengukuran dengan pH >6 berarti air galon ini layak
dikonsumsi sesuai dengan standar air minum di indonesia

X DAFTAR PUSTAKA

Ngarai. 1992. Kimia Dasar. Jakarta : Djambatan

Nontji. 2001. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan

Nybakken. 1988. BiologiLaut dan Pendekatan Ekologi. Jakarta : LIB

press

Petrucci. 2010. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga

Stewart. 2010. Pengamatan Kualitas Air. Bandung : ITB Press


XI LAMPIRAN

Pengukuran pH air galon menggunakan pH meter

menggunakan pH indikator

Anda mungkin juga menyukai