Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH HIDRILOGI

“KUALITAS AIR”

OLEH :
KELOMPOK 10

1. YAKUN HAYAT (M1A120037)


2. GEBIARSI (……………..)
3. SAIDALMING ZHUINCENG MESU (…………….)

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang
memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60
liter per hari. Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat
penting adalah kebutuhan untuk minum (termasuk untuk masak) air harus
mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan
penyakit bagi manusia
Pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat saat ini sangat
bervariasi. Di kota besar, dalam hal pemenuhan kebutuhan air minum
masyarakat juga mengkonsumsi air minum dalam kemasan (AMDK),
karena praktis dan dianggap lebih higienis. AMDK diproduksi oleh
industri melalui proses otomatis dan disertai dengan pengujian kualitas
sebelum diedarkan ke masyarakat. Akan tetapi, pada beberapa tahun
terakhir ini masyarakat merasa bahwa AMDK semakin mahal, sehingga
muncul alternatif lain yaitu air minum yang diproduksi oleh depot air
minum isi ulang (DAMIU). DAMIU adalah badan usaha yang mengelola
air minum untuk keperluan masyarakat dalam bentuk curah dan tidak
dikemas. Ditinjau dari harganya air minum isi ulang (AMIU) lebih murah
dari AMDK, bahkan ada yang mematok harga hingga 1/4 dari harga
AMDK.

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat


hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu,
sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan
baik oleh manusia serta mahkluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk
berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana,dengan
memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi
mendatang (Effendi, 2003).
Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi
kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus
meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestic yang semakin
menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak
negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan
kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan
bahaya bagi semua mahkluk hidup yang bergantung pada sumber daya air
tersebut (Effendi,2003).
Pembangunan di negara ini semakinhari semakin pesat. Pesatnya
laju pembangunan ini menimbulkan dampak negatif yang tidak dapat
dihindarkan terhadap kualitas lingkungan, antara lain terjadinya degradasi
kualitas air. Dampak suatu kegiatan terhadap keseimbangan lingkungan
memang merupakan suatu hal yang sulit dihilangkan sepenuhnya.Satu-
satunya upaya yan dapat dilakukan adalah meminimumkan pengaruh yang
mungkin muncul.Sumber daya air yang strategis dan banyak dimanfaatkan
untuk berbagai aktivitas adalah air sungai.Air sungai merupakan sumber
daya alam yang potensial menerima beban pencemaran limbah kegiatan
manusia. Akibatnya kualitas dan kuantitas air menjadi berkurang (Effendi,
2003).
Kegiatan manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan
sisa yang dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga diperlakukan
sebagai barang buangan, yaitu sampah dan limbah. Sampah adalah
buangan berupa padat merupakan polutan umum yang dapat menyebabkan
turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit,
menurunkan sumber daya, menimbulkan polusi, menyumbat saluran air
dan berbagai akibat negative lainnya (Bahar, 1985).
Menurut Johanis (2002) di negara berkembang, sampah seharusnya
ditampung pada lokasi pembuangan dengan menggunakan sistem sanitary
landfill. TPA-TPA yang ada di Indonesia masih menerapkan sistem open
dumping, yaitu sampah ditumpuk menggunung tanpa ada lapisan
geotekstil dan saluran lindi. Akibatnya adalah terjadi pencemaran air dan
udara di sekitar TPA.
Berdasarkan hasil penelitian Tanauma (2000) bahwa banyak air
yang digunakan masyarakat tidak layak  lagi digunakan karena telah
tercemar akibat kegiatan manusia seperti membuang sampah di aliran
sungai (sampah mengandung senyawasenyawa kimia anorganik antara
lain, nitrit, nitrat, ammonia, kalsium , kalium, magnesium, kesadahan,
klorida, sulfat, BOD, COD, pH dan mikrobiologi / total koliform
kosentrasinya sangat tinggi),kegiatan pertambangan,industry,kegiatan
ruma tangga dll (Putra, 2012).Adapun menjadi permasalahan dala
penelitian ini adalah terjadinya penurunan kualitas air yang digunakan
masyarakat di Indonesia yang dapat berakibat pada kesehatan masyarakat.

Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang
dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu Dengan demikian,
kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai
contoh: kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air
untuk keperluan air minum. Ikan hidup dalam lingkungan air dan
melakukan interaksi aktif antara keduanya. Ikan-air boleh dikatakan
sebagai suatu sistem terbuka dimana terjadi pertukaran materi (dan
energi), seperti oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), garamgaraman, dan
bahan buangan. Pertukaran materi ini terjadi pada antarmuka (Interface)
ikanair pada bahan berupa membran semipermeabel yang terdapat pada
ikan. Kehadiran bahanbahan tertentu dalam jumlah tertentu akan
mengganggu mekanisme kerja dari membran tersebut, sehingga ikan pada
akhirnya akan terganggu dan bisa tewas. Kualitas Air adalah istilah yang
menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan
tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri,
rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air
untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam penggunaannya.
Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap
air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik,
biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna).
Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup
orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup
dan kehidupan manusia serta mahkluk hidup lainnya. Untuk menjaga atau
mencapai kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan
sesuai dengan tingkat mutu air yang diinginkan, maka perlu upaya
pelestarian dan pengendalian. Pelestarian kualitas air merupakan upaya
untuk memelihara fungsi air agar kualitasnya tetap pada kondisi alamiah.
Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan upaya pengendalian
pencemaran air, yaitu dengan upaya memelihara fungsi air sehingga
kualitas air memenuhi baku mutu. Suatu sungai dikatakan tercemar jika
kualitas airnya sudah tidak sesuai dengan peruntukkannya. Kualitas air ini
didasarkan pada baku mutu kualitas air sesuai kelas sungai berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Menurut Bahtiar (2007),
Lingkungan dapat dikatakan tercemar jika dimasuki atau kemasukan
bahan pencemar yang dapat mengakibatkan gangguan pada makhluk hidup
yang ada didalamnya.
Sungai pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk
membersihkan polutan yang masuk secara alamiah yang disebut dengan
Kapasitas Asimilasi (assimilative cappacity). Kapasitas asimilasi setiap
sungai tidak sama karena bergantung pada karakteristik hidrologi
sungainya masing-masing dan aktifitas penggunaan lahan di sekitar
sungai. Secara umum, kualitas air sungai sangat bergantung dengan
kondisi vegetasi pada catchment area, besaran dan jenis kegiatan yang
akan bermuara ke sumber air, serta kemampuan asimilasi sumber air
terhadap input pencemar yang diterimanya (Bangyou, et al 2011).
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, pencemaran lingkungan hidup adalah
masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
Dan pada pasal 17 ayat 2 dijelaskan bahwa apabila daya dukung dan daya
tampung lingkungan telah terlampaui maka kebijakan, rencana dan
program yang memberikan tekanan terhadap lingkungan harus diperbaiki.
Dengan demikian, jika beban limbah yang masuk ke sungai telah
melampaui daya tampung sungai, maka pencegahan penurunan kualitas
sungai harus dilakukan dengan strategi pengelolaan yang baik. Penilaian
terhadap kualitas badan air untuk suatu peruntukan didasarkan kepada
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003
tentang Pedoman penentuan status mutu air.

2. Rumusan Masalah
 Pengertian Kualitas Air
 Faktor-Faktor Penentuh Kualitas Air
 Pengukuran Kualitas Air
 Standar Baku Mutu Air

3. Tujuan Penulisan
 Untuk mengetahui Faktor-Faktor Penentuh Kualitas Air
 Untuk mengetahui Pengukuran Kualitas Air
 Untuk mengetahui Standar Baku Mutu Air
4. Manfaat Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kualitas Air

Menurut Yuliastuti (2011), kualitas air yaitu sifat air dan


kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam
air. Kualitas air juga merupakan istilah yang menggambarkan
kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya air
minum, perikanan, perairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya.
Meningkatnya aktivitas domestik, pertanian dan industri akan
mempengaruhi dan memberikan dampak terhadap kondisi kualitas air
sungai terutama aktivitas domestik yang memberikan masukan
konsentrasi BOD terbesar ke badan sungai (priyambada, 2008). Daerah
hulu dengan pola pemanfaatan lahan yang relatif seragam, mempunyai
kualitas air yang lebih baik dari daerah hilir dengan pola penggunaan
lahan yang beragam. Semakin kecil tutupan hutan dalam sub DAS
serta semakin beragamnya jenis penggunaan lahan dalam sub DAS
menyebabkan kondisi kualitas air sungai yang semakin buruk,
terutama akibat adanya aktivitas pertanian dan pemukiman (Supangat,
2008). Menurut Effendi (2003), Air merupakan kebutuhan yang sangat
penting bagi mahluk hidup, sehingga komunitas tempat tinggal
dimanapun baik di desa maupun kota selalu ditemukan dekat dengan
sumber air yaitu sungai, danau dan pantai. Semakin bertambah jumlah
penduduk, kebutuhan air menjadi semakin banyak. Dari seluruh air
yang berada dipermukaan bumi, 97,3% adalah air laut dan sisanya
2.7% adalah air tawar dan dari komposisi wujud air tawar tersebut
hanya kurang dari 1% yang dapat dimanfaatkan langsung oleh
manusia. Dilain pihak jumlah penduduk dimuka bumi semakin
bertambah, sehingga kebutuhan air menjadi semakin banyak.
Bersamaan dengan bertambahnya jumlah penduduk, akan bertambah
pula kegiatan pembangunan yang akan mempunyai dampak terhadap
keberadaan air yang ada, sehingga kuantitas dan kualitas semakin
menurun, yaitu masuknya bahan organik dan anorganik ke dalam air.
Agar perairan dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya maka
diperlukan batas atau kadar maksimum pencemar yang dapat
ditenggang keberadaannya dalam perairan tersebut. Batas atau kadar
maksimum itu disebut baku mutu air. Baku mutu air dibedakan
menjadi 2 jenis dimana dapat menentukan tindakan pengendalian yang
berbeda Effendi (2003): 
 Baku mutu badan air : untuk kadar air sesuai dengan
peruntukannya dalam upaya pengendalian pencemaran
 Baku mutu limbah cair : untuk membatasi beban limbah
dari sumber pencemar
Menurut Effendi (2003), karakteristik limbah cair sangat dipengaruhi
oleh sifat substansinya yang terbagi menjadi 2 golongan berdasarkan
sifatnya:
- Sifat konservatif : substansi yang relatif tidak berubah di alam, mis:
logam berat, pestisida yang waktu tinggal di alam sangat lama.
- Sifat non konservatif : substansi yang dapat berubah di alam, mis:
bahanbahan organik yang mudah terurai, nitrogen dll. Parameter-
parameter kualitas air sungai dapat berubah berdasarkan kondisi alami
maupun adanya aktivitas antropogenik. Aktivitas antropogenik yang
mempengaruhi kualitas air sungai berasal dari perubahan pola
pemanfaatan lahan, kegiatan pertanian, permukiman serta industri.
Kegiatan pertanian dan permukiman pada dasarnya merubah bentang
alam melalui pengolahan tanah, sehingga akan mempengaruhi kualitas
air sungai (Asdak, 2010).
Analisa atau analisis atau analisis adalah suatu usaha untuk
mengamati secara detail sesuatu hal atau benda dengan cara
menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau penyusunnya
untuk di kaji lebih lanjut. Analisa berasal dari kata Yunani kuno
analisis yang artinya melepaskan. Analusis terbentuk dari dua suku
kata, yaitu ana yang berarti kembali, dan luein yang berarti melepas
sehingga jika di gabungkan maka artinya adalah melepas kembali atau
menguraikan. Kata analisis ini di serap kedalam bahasa inggris
menjadi analysis yang kemudian di serap juga ke dalam bahasa
Indonesia menjadi analisis.
Kata analisa atau analisis atau analysis digunakan dalam
berbagai bidang. Baik dalam bidang ilmu bahasa, ilmu sosial maupun
ilmu alam (sains) dan lain-lain. Dalam ilmu bahasa atau linguistik
analisa didefinisikan sebagai suatu kajian yang dilaksanakan terhadap
sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara
mendalam. Dalam ilmu sosial, analisis dimengerti sebagai upaya dan
proses untuk menjelaskan sebuah permasalahan dan berbagai hal yang
ada di dalamnya. Sedangkan dalam ilmu pasti (sains) pengertian dan
definisi analisa adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menguraikan suatu bahan menjadi senyawa-senyawa penyusunnya.
Dalam ilmu kimia, analisa di gunakan untuk menentukan komposisi
suatu bahan atau zat. Contoh bidang yang paling terkenal dengan
kegiatan analisanya adalah bidang Kesehatan. Dalam ilmu Kesehatan
digunakan dalam Analisis berbagai factor penyebab
kesehatan.Misalnya Analisis Kualitas Air,udara dan Makanan.
Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi
air dilihat dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas
air juga menunjukkan ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan
biota air dan manusia. Kualitas air seringkali menjadi ukuran standar
terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia
terhadap air minum.Berbagai lembaga negara di dunia bersandar
kepada data ilmiah dan keputusan politik dalam menentukan standar
kualitas air yang diizinkan untuk keperluan tertentu.Kondisi air
bervariasi seiring waktu tergantung pada kondisi lingkungan setempat.
Air terikat erat dengan kondisi ekologi setempat sehingga kualitas air
termasuk suatu subjek yang sangat kompleks dalam ilmu lingkungan.
Aktivitas industri seperti manufaktur, pertambangan, konstruksi,
dan transportasi merupakan penyebab utama pencemaran air,
juga limpasan permukaan dari pertanian dan perkotaan.

Jens-Jenis Analisis Kualitas Air dan Parameter Kualitas Air


Parameter diartikan sebagai peubah bebas yang menjadi petunjuk
(indikator) karakteristik air. Parameter kualitas air dikelompokkan
berdasarkan sifat, jenis dan peran fungsionalnya (Wardoyo, 1992:)
Kualitas air ditenttukan oleh berbagai parameter antara lain
parameter fisik (warna, suhu, total padatan tersuspensi) dan parameter
kimia (pH, DO, BOD, COD). Jenis dan jumlah parameter yang dianalisis
terhadap suatu badan air sangat tergantung pada jenis kegiatan yang
diprakirakan memberikan dampak terhadap badan air tersebut.
Menurut sifatnya, parameter kualitas air terdiri atas:
a.       Parameter fisika, meliputi (suhu, kecerahan dan turbiditas, padatan dan
warna)
b.      Parameter kimia, meliputi (DO, pH, salinitas, NO3-N, PO4-P, bahan
organik)
c.       Parameter biologi, meliputi (mikroorganisme seperti bakteri, virus),
plankton, fungi, hewan bentik, ikan, tumbuhan air.
Menurut jenisnya, parameter kualitas air terdiri atas:
a.       Masking parameter, yaitu parameter yang menunjukkan gejala umum(pH,
alkalinitas, salinitas, kekeruhan)
b.      Controlling parameter, yaitu parameter yang mengendalikan sifat atau
modus operandi parameter lain (suhu, intensitas cahaya, pH)
c.       Limiting parameter, yaitu parameter yang menjadi pembatas parameter
lain, khususnya terhadap parameter biologis (DO, bahan beracun)
d.      Derivative parameter, yaitu parameter turunan dari parameter lain (BOD,
COD, keragaman jenis).
Menurut peran fungsionalnya, parameter kualitas air terdiri atas:
a.        Key parameter, yaitu parameter yang relative menentukan peruntukan air
(untuk kelas 1, kelas 2, dan lain-lain).
b.        Supplement parameter, yaitu parameter yang menunjang fungsi parameter
kunci bagi suatu peruntukan (alkalinitas terhadap pH).
c.        Complement parameter, yaitu parameter yang melengkapi fungsi suatu
parameter lain (BOD terhadap DO bagi peruntukan perikanan).
Parameter Fisik
Ada beberapa parameter fisik yang menentukan kualitas air, antara lain:
a.       Warna
            Air alami, yang sama sekali belum mengalami pencemaran,
berwarna bening, atau sering dikatakan tak berwarna. Timbulnya warna
disebabkan oleh kehadiran bahan-bahan tersuspensi yang berwarna,
ekstrak senyawa-senyawa organik ataupun tumbuh-tumbuhan dan karena
terdapatnya mikro organisme seperti plankton, disamping itu juga akibat
adanya ion-ion metal alami seperti besi dan mangan. Komponen penyebab
warna, khususnya yang berasal dari limbah industri kemungkinan dapat
membahayakan bagi manusia mau bagi biota air. Disamping itu warna air
juga memberi indikasi terdapatnya senyawa-senyawa organik, yang
melalui proses klorinasi dapat meningkatkan pertumbuhan mikro
organisme air.
b.      Bau dan Rasa
Air alami yang sama sekali belum tercemar dikatakan tidak berbau
dan tidak berasa. Air yang berbau sudah pasti menimbulkan rasa yang
tidak menyenangkan.Adanya bau dan rasa pada air, menunjukkan
terdapatnya organisme penghasil bau dan juga adanya bahan-bahan
pencemar yang dapat mengganggu kesehatan.
c.       Suhu
Dalam setiap penentuan kualitas air, pengukuran suhu merupakan
hal yang mutlak dilakukan. Pengukuran suhu air biasanya dilakukan
langsung di lapangan. Suhu air yang normal berkisar ± 3 0C dari suhu
udara. Peningkatan suhu air bisa disebabkan oleh berbagai hal, antara lain,
air (sungai) yang dekat dengan gunung berapi, ataupun akibat adanya
pembuangan limbah cair yang panas ke badan air. Disamping itu adanya
limbah bahan organik, yang lebih lanjut mengalami proses degradasi baik
secara biologis maupun kima, seringkali meningkatkan suhu air. Kenaikan
suhu air dapat mengakibatkan kelarutan oksigen dalam air menjadi
berkurang, sehingga konsumsi oksigen oleh biota air juga menjadi
terganggu .

d.      Total padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid,TSS)


Total padatan tersuspensi adalah bahan-bahan tersuspensi
(diameter >1μm) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter
pori 0,45 μm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad
renik terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa
ke dalam badan air. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk
terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam
badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan
pertumbuhan bagi organisme produser.
Parameter Kimia
Ada banyak parameter kimia yang menentukan kualitas air, namun
yang umum ada beberapa parameter, diantaranya:
a.       pH
pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan melalui
konsentrasi/aktifitas ion hidrogen (H+). Secara matematis dinyatakan
sebagai: pH = - log (H+).H+ selalu ada dalam keseimbangan yang dinamis
dengan air(H2O) yang membentuk suasana untuk semua reaksi kimiawi
yang berkaitan dengan masalah pencemaran air, dimana sumber ion
hidrogen tidak pernah habis.  H+ tidak hanya merupakan unsur molekul
H2O saja, tetapi juga merupakan unsur banyak senyawa lain. Dalam air
murni, banyaknya molekul H2O yang terionkan ada sebanyak 10-7,
sehingga pH air dikatakan 7. Bila konsentrasi ion hidrogen bertambah,
maka nilai pH akan turun dan larutan disebut bersifat asam. Sebaliknya,
jika konsentrasi ion hidrogen berkurang, menyebabkan nilai pH naik dan
larutan disebut bersifat basa.  pH yang ideal bagi kehidupan biota air
adalah antara 6,8 sampai 8,5. pH yang sangat rendah, menyebabkan
kelarutan logam-logam dalam air makin besar, yang bersifat toksik bagi
organisme air, sebaliknya pH yang tinggi dapat meningkatkan konsentrasi
amoniak dalam air yang juga bersifat toksik bagi organisme air.  pH air
biasanya ditentukan langsung di lapangan dengan alat pH-meter, atau
dapat juga dengan kertas pH.
b.      Oksigen terlarut (DO)
Adanya oksigen terlarut dalam air adalah sangat penting untuk
kelangsungan kehidupan ikan dan organisme air lainnya yaitu untuk
proses respirasi. Kemampuan air untuk membersihkan pencemaran secara
alamiah banyak tergantung pada cukup tidaknya kadar oksigen terlarut.
Adanya oksigen terlarut dalam air berasal dari udara dan dari proses
fotosintesa tumbuh-tumbuhan air. Kelarutan oksigen dalam air, tergantung
pada temperatur, tekanan atmosfer dan kandungan mineral dalam air.
Kelarutan maksimum oksigen dalam air, pada suhu 00C yaitu sebesar
14,16 mg/L. Sejalan dengan meningkatnya suhu, maka konsentrasi
oksigen dalam air akan berkurang.  Ada dua metode yang umum
digunakan untuk analisa oksigen terlarut dalam air yaitu dengan metode
titrasi cara Winkler dan metode elektrokimia dengan alat DO-meter.
c.       BOD
Angka BOD (Biochemical Oxygen Demand) atau disebut juga
Kebutuhan Oksigen Biokimiawi adalah suatu analisa empiris yang
mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang
sebenarnya terjadi di dalam air.  Angka BOD adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobik untuk menguraikan hampir
semua zat organik yang terlarut maupun yang tersuspensi di dalam air.
Pengukuran BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat
air buangan penduduk ataupun industri dan untuk mendesain sistim
pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zat
organik adalah proses alamiah, yang kalau suatu badan air dicemari oleh
zat organik maka selama proses penguraiannya mikroorganisme dapat
menghabiskan oksigen terlarut dalam air tersebut. Hal ini dapat
mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air. Disamping itu kehabisan
oksigen dapat mengubah keadaan menjadi anaerobik sehingga dapat
menimbulkan bau busuk.  Pengukuran BOD didasarkan atas reaksi
oksidasi zat organik oleh oksigen dalam air, dan proses tersebut
berlangsung disebabkan adanya bakter aerobik. Menurut penelitian, untuk
supaya 100% bahan organik terurai, diperlukan waktu kira-kira 20 hari.
Namun dalam waktu 5 hari, pada temperatur inkubasi 20 0C, bahan
organik yang dapat diuraikan mencapai 75%, sehingga waktu ini sudah
dianggap cukup. Maka timbullah istilah BOD520 dapat ditentukan dengan
mencari selisih antara harga DO0-DO5 dengan metode Azida modifikasi.
d. COD
Angka COD (Chemical Oxygen Demand) atau Kebutuhan Oksigen
Kimiawi adalah jumlah O2 (mg) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
total zat-zat organik yang terdapat dalam 1 liter sampel air. Angka COD
merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh total zat-zat organik baik
yang dapat diuraikan secara biologis, maupun yang hanya dapat diuraikan
dengan proses kimia. Analisa COD berbeda dengan analisa BOD, namun
perbandingan antara angka COD dengan angka BOD dapat ditetapkan.
Secara umum perbandingan BOD5/COD = 0,40 – 0,60. Pengukuran COD
dilakukan dengan metode refluks – titrimtri.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air
dilihat dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga
menunjukkan ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia.
Kualitas air seringkali menjadi ukuran standar terhadap kondisi
kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia terhadap air minum.Berbagai
lembaga negara di dunia bersandar kepada data ilmiah dan keputusan politik
dalam menentukan standar kualitas air yang diizinkan untuk keperluan
tertentu.Kondisi air bervariasi seiring waktu tergantung pada kondisi lingkungan
setempat. Air terikat erat dengan kondisi ekologi setempat sehingga kualitas air
termasuk suatu subjek yang sangat kompleks dalam ilmu lingkungan. Aktivitas
industriseperti manufaktur, pertambangan, konstruksi, dan transportasi merupakan
penyebabutama pencemaranair,juga limpasanpermukaan dari pertanian dan perkot
aan.
Kualitas air yang menurun dapat berakibat terhadap banyak hal baik
terhadap biota air,lingkungan dan kesehatan manusia.Salah saatu dampaknya
terhadap biota air adalah akan banyaknya biota air yang mati,sedangkan pada
manusia banyak penyakit yang dapat disebabkan seperti diare,penyakit kulit,dan
banyak penyakit lain.
B.     Saran
Air merupakan konponen terpenting dalam kehidupan makhluk hidup
maka dari itu sangat penting untuk menghemat penggunaan air dan menjaga
sumber air dari pencemaran karena air yang tercemar tidak layak diguanakan hal
ini akan berdampak berkurangnya sumber air bersih untuk kehidupan sehari-hari.
DAFTAR ISI

Standard Methods for Examination of Water and Wastewater, American Public


Health Association (APHA) 21st ed. (2005), Method 2540 C (Total Dissolved
Solids Dried at 180oC)

Standard Method for Examination of Water and Wastewater, American Public


Health Association (APHA) 21st.   Edition (2005), Method 2540 D (Total
Suspended Solid Dried at 103-105oC).

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaann Sumberdaya dan


Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Vantha. 2012. Penentuan Kadar Fosfat (PO4).http://rosyidputra98.blog spot.com/


2012/03/penentuankadar- fosfatpo4.html?m=1

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air


dan Pengendalian Pencemaran Air

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai Keputusan Menteri


Negara lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan
Status Mutu Air Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup

Anda mungkin juga menyukai