Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

IRIGASI DAN DRAINASE


ACARA IX
MENGUKUR KUALITAS AIR IRIGASI

Disusun oleh :
Nama : Batsyeba Nurmeta Panggabean
NPM : E1J017060
Shift : C-1 ( Selasa, 13.00- 15.00)
Dosen : Sigit Sudjatmiko, Dr., Ir., M.Sc
Coas : Depo Duwi Saputra (E1J015034)
Welmi Sasmita (E1J016027)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk  
penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan & irigasi, industri, rekreasi
dan sebagainya. Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan
dan kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat di ketahui dengan melakukan
pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa di lakukan adalah uji kimia,
fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Kualitas air secara umum menunjukkan
mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan
demikian, kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh:
kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air
minum (Idris, M. 2013).

Di dalam suatu sistem Daerah Aliran Sungai, sungai yang berfungsi sebagai wadah
pengaliran air selalu berada di posisi paling rendah dalam landskap bumi, sehingga kondisi
sungai tidak dapat dipisahkan dari kondisi Daerah Aliran Sungai (PP 38 Tahun 2011).
Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah tangkapan
sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan aktivitas manusia
yang ada di dalamnya.

Perubahan kondisi kualitas air pada aliran sungai merupakan dampak dari buangan
dari penggunaan lahan yang ada. Perubahan pola pemanfaatan lahan menjadi lahan pertanian,
tegalan dan permukiman serta meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak
terhadap kondisi hidrologis dalam suatu Daerah Aliran Sungai. Selain itu, berbagai aktivitas
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berasal dari kegiatan industri, rumah
tangga, dan pertanian akan menghasilkan limbah yang memberi sumbangan pada penurunan
kualitas air sungai. Pada acara praktikum kali ini, dilakukan pengujian kualitas air dar
berbagai sumber air dibengkulu dengan melihat dari segi fisik.

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah mengukur dan menbandingkan kualitas air irigasi
dari berbagai tempat di Bengkulu
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Air yang digunakan sebagai sumber irigasi harus memenuhi syarat atau baku mutu
kualitas air tertentu agar tidak membahayakan tanaman dan tidak mempengaruhi hasil
tanaman dalam jangka waktu tertentu. Kualitas air irigasi ini dipengaruhi oleh kandungan
sedimen dan unsur-unsur kimia yang terkandung di air (Schwab dkk, 1981 dalam Kurnia,
2004). Selain itu, karakter fisik seperti suhu juga memiliki pengaruh yang cukup besar bagi
pertumbuhan tanaman. Sedimen dalam tanah akan berpengaruh terhadap permeabilitas tanah
dan menurunkan kesuburan tanah. Apabila sedimen ini terkandung dan mengendap dalam
saluran irigasi, maka akan berpengaruh pada kapasitas pengaliran air dan air akan menjadi
keruh. Selain kandungan sedimen, unsur kimia juga dapat berpengaruh terhadap kualitas air
irigasi. Sifat-sifat kimia dalam air sebagai sumber irigasi pertanian yang penting diketahui
meliputi konsentrasi garam terlarut, proporsi garam terhadap kation lain, konsentrasi unsur
beracun, konsentrasi bikarbonat, dan kandungan logam berat.

Irigasi adalah kegiatan penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi kepentingan
pertanian dengan memanfaatkan air yang berasal dari permukaan dan air tanah
(Kartasapoetra dan Sutedjo 1994). Sumber irigasi dapat berupa air permukaan dan air tanah.
Sumber irigasi permukaan meliputi sungai, waduk, dan danau. Air irigasi yang digunakan
untuk pertanian sebaiknya memenuhi baku mutu air irigasi sesuai Peraturan Pemerintah
Nomor 82 tahun 2001 termasuk dalam kelas IV sehingga kualitas air irigasi hanya layak
dijadikan pengairan untuk tanaman.

Berdasarkan (Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001), sumber air


diklasifikasikan kedalam 4 (empat) kelas mutu air. Sahabuddin, dkk., Analisa Status Mutu
Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Wanggu Kota Kendari 21 Kelas satu,
yaitu air yang dapat digunakan untuk air minum, dan atau peruntukkan lain yang
mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas dua, yaitu air yang dapat
digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan tawar, peternakan, air
untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut. Kelas tiga, yaitu air yang dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan ,air untuk mengairi tanaman dan atau peruntukan lain yang
mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas empat, air yang dapat
digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Secara umum, kualitas air dapat diamati atau diukur dengan melihat kejernihan dan
mencium baunya. Namun terkadang ada bahan- bahan pencemar yang tidak dapat diketahui
hanya dari bau dan warna, melainkan harus dilakukan serangkaian pengujian. Ada 3 jenis
parameter pengujian kualitas air yaitu fisik, kimia, dan biologi.

Parameter pengujian fisika meliputi suhu merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyerapan organisme. Proses kehidupan vital
yang sering disebut proses metabolisme. Hanya berfungsi dalam kisaran suhu yang relatif
sempit. Biasanya 00C-40C. Dalam buku Irawan (2009), suhu air normal adalah suhu air yang
memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan berkembang biak. Suhu
merupakan faktor fisika yang sangat penting di air. Dalam Pengukuran suhu, alat yang
digunakan adalah Thermometer (Wardoyo, S.  1981).
Parameter pengujian Kimia meliputi Derajat Keasaman (pH), Oksigen Terlarut (DO)
dan Salinitas. Derajat keasaman (pH) merupakan suatu parameter penting untuk menentukan
kadar asam/basa dalam air. Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu
larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepas sejumlah ion Hidrogen akan
menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam/ basa. Di dalam air yang bersih jumlah
konsentrasi ion H+ dan OH- berada dalam keseimbangan, sehingga air yang bersih akan
bereaksi normal. Peningkatan ion hidrogen akan menyebabkan nilai pH turun dan disebut
sebagai larutan asam. Sebaliknya apabila ion hidrogen berkurang akan menyebabkan nilai pH
naik dan keadaan ini disebut sebagai larutan basa. Nilai pH yang ideal untuk mendukung
kehidupan organisme aquatik pada umumnya terdapat antara 7-8,5 (Sudaryono 2004).
Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter yang penting dalam menentukan kualitas
perairan. DO berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik,
seperti diketahui bahwa DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses
metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan
dan pembiakan. Kandungan oksigen terlarut di dalam air merupakan salah satu penentu
karakteristik kualitas air yang terpenting dalam kehidupan organisme aquatik. Pada saat
pengambilan sampel air, konsentrasi oksigen terlarut mewakili status kualitas air tersebut.
Oksigen terlarut juga diperlukan untuk mendekomposisi limbah organik dalam
perairan. Kadar oksigen terlarut di perairan yang baik untuk budidaya adalah < 3 mg/l.
Namun untuk merombak/ mengurai 1 kg limbah organik pakan diperlukan oksigen terlarut
sebesar 0,2 kg. Sedangkan menurut  (Lukman, 2011), diperlukan 1,42 gr oksigen untuk
melakukan perombakan limbah organik, baik yang tersuspensi maupun yang mengendap di
dasar perairan (Sitti. 2011).
Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi proses
biologi dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme antara lain yaitu
mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan,
dan daya kelangsungan hidup. Salinitas air dapat dilakukan pengukuran dengan
menggunakan alat yang disebut dengan Refraktometer atau salinometer ( Alat Pengukur
SalinitasAir ). Satuan untuk pengukuran salinitas air adalah satuan gram per kilogram (ppt)
atau promil (o/oo). Nilai salinitas air untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0–5 ppt
( Salinitas air Tawar ), perairan payau biasanya berkisar antara 6–29 ppt ( Salinitas air
Payau ), dan perairan laut berkisar antara 30–35 ppt ( Salinitas air Laut ) ( Effendi, H. 2003).
BAB III

METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan

 Water sample  Timbangan analitik


 Conductivity meter  Stopwacth
 Pengaduk  Kertas saring
 Oven  Gelas beaker
 Cawan aluminim  Gelas ukur

3.2. Cara Kerja

1. Mengambil sampel air pada saluran irigasi primer, sekunder, dan saluran drainase.
Pada praktikum ini sampel air yang digunakan adalah Air Kemumu, Air Laboratorium
TIP, Air Danau Dendam, Air Tanjung Agung, dan Air Danau UNIB.
2. Mengambil contoh air disaluran dimasing- masing titik dengan menggunakan water
sampler.
3. Menimbang berat dari kertas saring dengan timbangan analitik.
4. Memasukkan masing-masing sampel air kedalam gelas beaker sebanyak 100 ml.
5. Mengaduk masing-masing air menggunakan batang pengaduk selama 5 menit.
6. Mengukur pH, Ec, serta suhu dari masing-masing air.
7. Menimbang kembali kertas saring yang sebelum digunakan (a).
8. Menuangkan air dari gelas beaker kedalam gelas ukur dengan menggunakan corong
yang atasanya telah dilapisi kertas saring
9. Mengoven kertas saring dengan suhu 1050C selama 48 jam dan menimbangnya
kembali (b).
10. Menghitung berat sendimen dengan rumus (b-a) (gram).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Sumber air Suhu Ec Berat kertas warna Bau


(g) (a)

Kemumu 28,90C 3,59 mg/ L 1,13 Jernih Amis


2,07 μs
Danau 30,010C 8,13mg/L 1,11 Putih Lumpur
13,48 μs
UNIB kekuningan
T. Agung 29,70C 5,56 mg/L 1,14 Putih
9,57 μs
Danau 29,70C 2,43mg/L 1,08 Kuning
4,08 μs
Dendam
Sawah TIP 29,80C 3,88mg/L 1,12 Kuning
6,47 μs
kecoklatan

Gambar 1. Air dari berbagai sumber.

4.2. Pembahasan
Kualitas air adalah mutu air yang memenuhi standar untuk tujuan tertentu. Syarat
yang ditetapkan sebagai standar mutu air berbeda-beda, tergantung tujuan penggunaannya
baik untuk dikonsumsi, untuk rekreasi (renang), untuk perikanan dan untuk tanaman. Kualitas
air dapat diketahui nilainya dengan mengukur parameter fisika dan parameter kimia.
Berdasarkan acara praktikum pengkuran kualitas air irigasi yang ada di Bengkulu digunakan.
5 sumber yaitu air Kemumu, Danau UNIB, T. Agung, Danau Dendam dan sawah TIP.
Pengkuran kualitas air dilakukan secara fisika dan kimia.

Pada pengukuran kualitas air irigasi dari segi fisik adalah pengukuran suhu,
konduktiviti, warna dan bau. Menurut (Santika, 2003), pada daerah tropis suhu perairan
berkisar 25-32˚C dan masih layak untuk kehidupan organisme perairan. Suhu perairan
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain zona iklim, altitude, suhu udara, musim dan
pemasukan aliran sungai. Dari keselurahan sampel air suhu masih termasuk dalam kategori
layak untuk kehidupan organisme perairan. Suhu dari ke-5 sampel air berkisar 29- 300C.

Pada pengamatan warna air hanya air dari sumber irigasi kemumu yang memiliki
warna jernih atau bisa kita pakai untuk masak dan kebutuhan sehari- hari. Sedangkan ke-4
airnya menunjukkan sudah ada pencemaran. Pada air dari sawah TIP airnya sudah kuning
kecoklatan. Hal ini menandakan pada sawah TIP sudah banyak pencemaran karena
pemakaian pupuk- pupuk kimia. Danau dendam airnya sudah menguning sedangkan danau
UNIB air putih kekuningan dan air T. Agung airnya putih.

Berdasarkan dari pengamatan kualitas air ini dapat diketahui bahwa pada sumber air
irigasi tersebut, memiliki organisme yang tinggal didalamnya. Seperti sampel air yang dekat
dengan kita adalah air danau UNIB. Didalam danau UNIB masih banyak organirme yang
hidup didalamnya seperti ikan- ikan kecil, ikan mujahir, biawak dan lain- lain. Dari hal dapat
kita simpulkan bahwa air danau UNIB masih belum terlalu tercemar, walaupun dalam sehari-
harinya air danau selalu tampak keruh.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kualitas air tidak bisa dinilai dari warnanya saja, ,melainkan harus diuji sesuai alat
atau teknologi penguji kualitas air. Seperti pada 5 air tersebut kebanyakan berwarna keruh,
tetapi berdarkan suhu yang terkandung dalam air, ke-5 sampel air tersebut masih layak untuk
ditempati oleh organisme hidup. Pengujian ini berdasarkan pengujian dari parameter fisika
Parameter pengujian fisika meliputi suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam mengatur proses kehidupan dan penyerapan organisme.

5.2. Saran

Sebaiknya pada praktikum kualitas air ini dilakukan pengujian terhadap air-air galon,
agar mahasiwa mengetahui kualitas air galon mana yang layak untuk diminum. Dan
sebaiknya lat pengujiannya lebih dicanggihkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Alaerts , G. dan S.S. Santika, 2003. Metode Pengukuran Kualitas Air. Surabaya:Usaha
Nasional.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang pengelolaan


Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Kurnia, U. 2004. Prospek Pengairan Pertanian Tanaman Semusim Lahan Kering. Jurnal
Litbang Pertanian, 4(23): 130-138.

Sudaryono 2004. Pemantauan Kualitas Air Tanah Kawasan Pantai Glagah, Kabupaten Kulon
Progo, DI. Jogjakarta. J. Teknik Lingkungan. 5 (3) : 198-204

Sitti. 2011. Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai Satuan Unit Perencanaan Pembangunan
Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan. Bogor: IPB

Wardoyo, S.  1981. Pengelolaan Kualitas Air. Fakultas Perikanan IPB.  Bogor

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan.


Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Idris, M. 2013. Diktat Kuliah Manajemen Kualitas Air. Jurusan Perikana, Fakultas


Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Haluoleo. Kendari. 

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai