Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN INDUSTRI


“PERSIAPAN LAHAN TANAMAN KOPI”

Disusun oleh :

KELOMPOK 2 :
1. CHRISTINE SARAH N. SIHOMBING (E1J017048)
2. ALFANI KURNIASIH SIREGAR (E1J017052)
3. BATSYEBA PANGGABEAN (E1J017060)
4. ALIN SHANIA DAMAYANTHI (E1J017064)
5. JOSUA VALENTINO HUTAPEA (E1J017092)
6. KRISTINA SIANTURI (E1J017132)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunianya maka makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman Industrui oleh Bapak Ir. Hermansyah,
M.P. Makalah ini berjudul “Persiapan Lahan Tanaman Kopi”
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini banyak sekali kekurangannya.
Dan kami mengharapkan bagi pembaca untuk memberikan kritikan yang membangun agar
kedepannya bisa lebih baik lagi. Dan saya berharap agar makalah ini juga berguna dan digunakan
dengan baik.

Bengkulu, 05 Maret 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyiapan lahan untuk tujuan budidaya tanaman, khususnya tanaman kopi, merupakan
upaya untuk menyiapkan kondisi lingkungan fisik yang sesuai dengan persyaratan tumbuh
kembang tanaman. Faktor iklim, topografi, tanah dan lingkungan fisik pendukung lainnya seperti
ketersediaan dan cadangan air harus menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan apakah
lahan tersebut sudah memenuhi syarat untuk digunakan sebagai lahan usahatani kopi yang
berkelanjutan. Beberapa faktor mungkin sudah sesuai tetapi beberapa faktor lainnya memerlukan
sentuhan teknologi untuk memodifikasinya sehingga sesuai atau paling tidak telah mendekati
kebutuhan sesuai persyaratan tumbuh kembang tanaman kopi yang akan dibudidayakan.
Berbagai faktor akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usahatani tanaman kopi,
bukan sekedar dapat tumbuh tetapi juga harus menghasilkan buah dengan kualitas baik yang
menjadi tujuan utama budidaya tanaman kopi. Unsur iklim, relative tidak dapat dimodifikasi oleh
manusia sehingga referensi keadaan iklim suatu tempat harus dicari berdasarkan data iklim dari
stasiun terdekat. Faktor tanah yang harus dipertimbangkan meliputi letak geografis, topografi,
kemudahan untuk mengolah tanah, maupun akses terhadap berbagai sarana dan prasarana
pendukung lainnya. Ketersediaan dan cadangan air merupakan faktor penting untuk mendukung
usahatani kopi secara berkelanjutan.
Kopi merupakan komoditas penting perkebunan di Indonesia. Indonesia merupakan
negara penghasil kopi keempat terbesar di dunia. Saat ini, produksi kopi Indonesia telah
mencapai 600 ribu ton pertahun dan lebih dari 80% berasal dari perkebunan rakyat. Kopi sebagai
salah satu aset produk Indonesia yang terkenal di dunia, Ada dua spesies dari tanaman kopi
yaitu: arabika dan robusta. Arabika adalah kopi tradisional dan dianggap paling enak rasanya.
Robusta memiliki kafein yang lebih tinggi dan dapat dikembangkan dalam lingkungan di mana
Arabika tidak akan tumbuh (Wahyudin, 2009).
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber
devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan juga
merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani kopi di
Indonesia (Rahardjo, 2012).
Oeh karena itu, penyiapan lahan untuk budidaya tanaman kopi harus dilakukan secara
bijaksana agar lingkungan dengan segala aspeknya terjaga kelestariannya dan usahatani kopi
dapat dilakukan secara berkelanjutan. Dalam makalah ini dibahas penyiapan lahan untuk
budidaya tanaman kopi di lahan kering dan lahan rawa pasang surut meliputi pembukaan lahan,
pengolahan tanah, pengaturan tata ruang, pengajiran dan pembuatan lubang tanam. Tanaman
kopi, sepanjang hidupnya memerlukan naungan, oleh karena itu penyiapan tanaman penaung
merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam budidaya kopi.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana persiapan lahan dalam budidaya tanaman kopi.
1.3. Manfaat
Untuk mengetahui persiapan lahan dalam budidaya tanaman kopi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemilihan Lahan
Ketinggian tempat, suhu udara, dan curah hujan  yang sesuai untuk pertumbuhan dan
produksi tanaman kopi kondisinya disesuaikan dengan jenis kopi yang akan ditanam. 
Ketinggian tempat untuk kopi Robusta, Arabika dan Liberika bervariasi yaitu masing-masing
berkisar: 100 – 600; 1.000 – 2.000 dan 0 – 900 m dpl.  Kondisi tersebut menyebabkan suhu
udara untuk ke tiga jenis kopi berbeda sama sama lainnya yaitu masing-masing berkisar 21 – 24; 
15 – 25 dan 21 – 30°C. Curah hujan yang dibutuhkan kopi Robusta dan Arabika sama yaitu
berkisar 1.250 – 2.500 mm/tahun sedangkan untuk kopi Liberika nilainya lebih tinggi yaitu
berkisar 1.250 – 3.500 mm/tahun.  Bulan kering (curah hujan kurang dari 60 mm/bulan) untuk
kopi Robusta dan Liberika sama yaitu sekitar 3 bulan/tahun sedangkan untuk kopi Arabika
berkisar 1- 3 bulan/tahun.
Secara umum lahan (tanah) untuk tanaman kopi Robusta, Arabika maupun Liberika
mempunyai karakteristik/sifat yang hampir sama yaitu : (1) kemiringan tanah kurang dari 30 %,
(2) kedalaman tanah efektif lebih dari 100 cm, (3) tekstur tanah berlempung (loamy) dengan
struktur tanah lapisan atas remah, (4) kadar bahan organik di atas 3,5 % atau kadar karbon(C)di
atas 2 %, (5) nisbah C dan nitrogen (N) antara 10 — 12, (6) kapasitas tukarkation (KTK) di atas
15 me/100 g, (6) kejenuhan basa (KB)di atas 35 %, (7) kemasaman (pH) tanah berkisar 5,5 —
6,5 dan (8) kadar unsur hara N, posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca) serta magnesium(Mg)
cukup sampai tinggi.
2.2. Pembukaan Lahan
Langkah awal dari pembukaan lahan adalah melakukan penebangan dan pembongkaran
terhadap pohon, perdu dan tunggul beserta perakarannya. Kayu dan serasah (sisa-sisa tanaman,
perdu dan tunggul)  hasilnya ditumpuk di satu tempat di pinggir kebun. Pembukaan lahan harus
dilakukan tanpa adanya pembakaran (zero burning) dan penggunaan herbisida dilakukan secara
terbatas bijaksana.
Menurut Majid (1997), manfaat pembukaan lahan tanpa bakar antara lain (1) melindungi
humus dan mulsa yang telah terbentuk bertahun-tahun, (2) mempertahankan kelembabam tanah,
(3) meningkatkan kandungan bahan organic, (4) mempertahankan kelestarian lingkungan,
terutama tidak menyebabkan polusi udara, (5) menjaga kemasaman (pH) tanah dan mengurangi
biaya pemeliharaan setelah penanaman. Tanaman kayu-kayuan yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi seperti eucalyptus, suren dan  sengon yang diameternya kurang dari 30 cm,  dapat
dijadikan sebagai penaung tetap dengan populasi 200-500 pohon/ha dan ditata dalam arah utara-
selatan.
Pembersihan gulma dapat dilakukan secara manual menggunakan cangkul, arit dan
parang maupun kimiawi menggunakan herbisida sistemik maupun kontak tergantung jenis
gulmanya secara terbatas dan bijaksana.Untuk memudahkan kontrol kebun dibuat  jalan produksi
(jalan setapak) dan agar kebun tidak tergenang air dibuat saluran drainase.Lahan yang
mempunyai kemiringan lebih dari 30% dibuat teras.
2.3. Pengajiran

Pengajiran bertujuan untuk  (1) mengatur jarak tanam di lapangan, (2) mempermudah
pembuatan lubang tanam, (3) membantu agar benih yang ditanam membentuk garis lurus 
sehingga mempermudah dalam pengelolaan dan pemeliharaan tanaman.  Pada lahan datar
pengajiran dilakukan secara larikan  dengan arah barisan mengikuti arah mata angin.  Ajir
induk/kepala  ditempatkan pada arah utara – selatan sedangkan ajir anakan (pengisi) pada arah
timur – barat.  Ajir induk ditempatkan di tengah apabila lahannya luas dan diletakkan di pinggir
apabila luasnya kurang dari 1 ha. Pada lahan miring (kemiringan lahan di atas 30%)
pemancangan ajir dilakukan sesuai kontur dengan mengikuti prinsip titik-titik pada ketinggian
yang sama.  Alat yang dipakai untuk tanah datar adalah bambu-bambu yang telah dibelahdengan
ukuran panjang sekitar 1 m, sedangkan pada tanah berkontur menggunakan segitiga kontur.
(Budi et al., 2008; Wibawa, 2008). Kegiatan pengajiran di lapang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kegiatan pengajiran di lapang


Jarak tanam untuk tanaman kopi bervariasi tergantung kepada jenis kopi dan kondisi
lahan.   Jarak tanam kopi Arabika untuk tipe katai, agak katai dan jangkung terdapat pada Tabel
2.
Tabel 2. Jarak tanam kopi Arabika untuk tipe katai, agak katai dan jangkung
Tipe kopi Jarak tanam
Katai 2,0 x 1,5 m
(Kartika 1 dan Kartika 2)
Agak Katai 2,5 x 2 m
(Andung Sari (AS) 1, AS 2k, Komposit Andung Sari
Tiga (Komasti), dan Sigarar Utang)
Jangkung 2,5 x 2,5 m atau 3,0 x 2,0 m
(Gayo 1, Gayo 2, Kopyol, S 795, Abessinia (AB 3),
USDA 762)
Pada lahan miring,  jarak tanam dalam teras untuk kopi Arabika tipe katai berkisar 2,00 –
2,25 m sedangkan untuk tipe jangkung 2,50 – 2,75 m. Jarak tanam kopi Robusta pada lahan datar
2,5 m x 2,5 m atau 3,0 m x 2,0 m, sedangkan pada lahan miring 2,0 x 2,5 m.Jarak tanam kopi
Liberika 3,0 m x 3,0 m atau 4,0 m x 2,5 m (Gambar 2).

Gambar 2. Tata tanam kopi pada lahan berkontur


Keterangan :
Ο : tanaman kopi
— : jarak tanam
(DINJENBUN, 2014)

2.4. Lubang Tanam


Lubang tanam untuk tanaman kopi sebaiknya dibuat 6 bulan sebelum tanam. Ukuran
lubang tanam tergantung kepada kondisi tanah (tekstur dan struktur tanah), makin berat tanah
maka  ukuran lubang tanam makin besar. Lubang tanam yang baik untuk tanaman kopi
berukuran 60 x 60 cm pada bagian permukaan dan 40 x 40 cm pada bagian dasar dengan
kedalaman 60 cm.  Pada lahan miring yang dibuat teras kontur, lubang tanam dibuat dekat sisi
miring sebelah atas. Makin terjal kemiringan tanah, makin dekat sisi miring sebelah atasnya.

Tanah galian lapisan atas (top soil) dengan kedalaman 20 cm dari permukaan tanah,
dipisahkan dari tanah lapisan bawah (sub soil).  Tanah lapisan atas di sebelah barat, sedangkan
tanah lapisan bawah di sebelah timur supaya tanah lapisan bawah dapat tersinari cahaya matahari
dengan tujuan untuk mematikan mikroorganisme.  Tanah bekas galian dibiarkan minimal selama
1 bulan. Tanah lapisan atas dapat dicampur dengan pupuk organik. Kebun yang  tanahnya 
kurang subur dan kadar bahan organiknya rendah (di bawah 3%), ke dalam lubang tanam
ditambahkan pupuk organik (pupuk hijau dan pupuk kandang), 4 – 5 bulan sebelum penanaman
kopi dengan dosis 5 – 10 kg per lubang. Lubang tanam sebaiknya ditutup dengan tanah lapisan
atas, 3 bulan sebelum tanam kopi. Ajir harus berada pada posisi di tengah lubang tanam.

2.5 Pembuatan teras bangku

Pembuatan teras bangku dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :


1. Teras bangku dapat dibuat dengan interval vertikal 0,5 sampai 1 m.
2. Pembuatan teras dimulai dari lereng atas dan terus ke lereng bawah untuk menghindarkan
kerusakan teras yang sedang dibuat oleh air aliran permukaan bila terjadi hujan.
3. Tanah bagian atas digali dan ditimbun ke bagian lereng bawah sehingga terbentuk bidang
olah baru. Tampingan teras dibuat miring; membentuk sudut 200% (63 0 ) dengan bidang
horizontal. Kalau tanah stabil tampingan teras bisa dibuat lebih curam (sampai 300% atau
710 ).
4. Kemiringan bidang olah berkisar 0 sampai 3 % mengarah ke saluran teras.
5. Guludan (bibir teras) dan bidang tampingan teras ditanami dengan tanaman berakar rapat,
cepat tumbuh, dan menutup tanah dengan sempurna. Untuk petani yang memiliki ternak
ruminansia dapat ditanami rumput pakan ternak. Seperti  rumput bahia (Paspalum
notatum),  rumput bede (Brachiaria decumbens), rumput gajah (Penisetum purpureum)
atau akar wangi (Vetiveria zizanioides) dan serai wangi. Guludan teras dapat juga ditanami
dengan salah satu tanaman legum  seperti gamal (Gliricidia sepium) dan lamtoro yang
sekaligus berfungsi sebagai penaung tetap tanaman kopi. Pada tanah Latosol, teras bangku
yang diperkuat dengan rumput bede dapat menurunkan erosi dari 1,2 ton/ha menjadi 0,4
ton/ha.
6. Sebagai kelengkapan teras perlu dibuat saluran teras dengan ukuran  lebar 15-25 cm,
dalam 20-25 cm.
7. Untuk mengurangi erosi dan meningkatkan infiltrasi, rorak bisa dibuat di dalam saluran
teras.

Sketsa dan kondisi teras bangku di lapang terdapat pada Gambar 3.

Gambar 3. Sketsa dan kondisi teras bangku di lapang


Pembuatan teras individu
Teras individu adalah teras yang dibuat secara terpisah-pisah; satu teras untuk satu pohon
(tanaman tahunan). Teras individu tidak perlu searah garis kontur, tetapi menurut arah yang
paling cocok untuk penanaman tanaman (misalnya arah timur-barat untuk mendapatkan cahaya
matahari maksimal).
Teknik Pembuatan Teras Individu
1. Ratakan bidang teras pada titik-titik tempat penanaman dengan luas sama atau lebih kecil
dari proyeksi tajuk pohon,sesuai kondisi lapangan.Buat lubang tanam di bagian tengah
teras.
2. Tanami areal kosong di antara barisan tanaman dengan rumput/legum penutup tanah.

2.6 Pembuatan rorak


Rorak adalah lubang atau penampung yang ditujukan untuk : (1) menampung dan
meresapkan air aliran permukaan ke dalam tanah, (2) memperlambat laju aliran permukaan, (3)
pengumpul sedimen yang memudahkan untuk mengembalikannya ke bidang olah dan (4)  media
penampung bahan organik, yang merupakan sumber hara bagi tanaman. Rorak dibuat setelah
benih di tanam di lapangan, dan pada tanaman yang sudah produktif dibuat setiap tahun.
Pembuatan rorak pada lahan datar dilakukan pada jarak 40 – 60 cm dari batang tanaman kopi,
dengan ukuran panjang 120 cm, lebar 40 cm dan dalam 40 cm.  Jarak rorak dari batang tanaman
kopi dapat berubah sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Pada lahan miring rorak dibuat
memotong lereng, atau searah dengan terasan (sejajar garis kontur), dibuat pada bidang olah atau
di saluran teras. Serasah kebun, hasil pangkasan ranting kopi dan penaung, hasil penyiangan
gulma, kompos, serta pupuk kandang dapat dimasukkan ke dalam rorak untuk dijadikan pupuk
organik.
2.7 Penanaman Penaung
Tanaman penaung sementara dan penaung tetap sebaiknya ditanam satu tahun sebelum
penanaman kopi, dengan tujuan agar tanaman penaung sudah tumbuh cukup lebat, sehingga
dapat menaungi tanaman kopi.  Tanaman penaung sementara ditanam dalam barisan pada selang
jarak 2 — 4 m atau mengikuti kontur, sedangkan tanaman penaung tetap di tanaman dengan
jarak tanam 2 x 2,5 m, 4 x 5 m atau 5 x 5 m. Tanaman penaung sementara yang dapat digunakan
antara lain : Moghania sp. (di dataran rendah), Teprosia sp. dan Crotalaria sp. (didataran tinggi).
Sedangkan untuk tanaman penaung tetap dapat digunakan gamal (glirisidia), lamtoro dan lain-
lain (Evrizal, 2012).

Gambar 5. Tanaman penaung Teprosia sp. dan gamal/glirisidia

BAB III
KESIMPULAN

Penyiapan lahan untuk budidaya tanaman kopi harus dilakukan secara bijaksana agar
lingkungan dengan segala aspeknya terjaga kelestariannya dan usahatani kopi dapat dilakukan
secara berkelanjutan. Berbagai faktor akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usahatani
tanaman kopi, bukan sekedar dapat tumbuh tetapi juga harus menghasilkan buah dengan kualitas
baik yang menjadi tujuan utama budidaya tanaman kopi. Unsur iklim, relative tidak dapat
dimodifikasi oleh manusia sehingga referensi keadaan iklim suatu tempat harus dicari
berdasarkan data iklim dari stasiun terdekat. Faktor tanah yang harus dipertimbangkan meliputi
letak geografis, topografi, kemudahan untuk mengolah tanah, maupun akses terhadap berbagai
sarana dan prasarana pendukung lainnya

DAFTAR PUSTAKA
[DITJENBUN] Kementrian Pertanian- Derektorat Jendral Perkebunan. 2014. Derektorat
tanaman rempah dan penyegar. Prospek kopi dunia masih cerah. [internet]. [diunggah
2014 November 27] tersedia pada: http://ditjenbun.pertanian. go.id.
Evizal R, Tohari, Prijambada ID, Widada J. 2012 . Peranan Pohon Pelindung dalam Menentukan
Produktivitas Kopi. Jurnal agrotropika 17(1): 19-23
Majid,R.A. 1997. Pembukaan areal baru perkebunan kelapa sawit dengan tehnik tanpa bakar
(zero burning), in: poeloengan, Z., K. Pamin, P.Purba, Y.T. Adiwiganda, P.L.Tobing,
dan M.L. Fadli (Ed.). pembukaan areal dengan cara zero burning. Prosiding pertemuan
teknis kelapa sawit.. 22 april 1997. Medan. Pusat penelitian kelapa sawit, medan. P.1
-13.
Mawardi S, Hulupi R, Wibawa A, Wiryadiputra S, Yusianto. 2008. Panduan Budidaya dan
Pengolahan Kopi Arabika Gayo. (ID): Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia &
Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute (ICCRI).
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Wahyudin, Y. 2009. Budidaya Kopi. Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan.

Anda mungkin juga menyukai