Anda di halaman 1dari 8

PENGOLAHAN AIR LINDI (LEACHATES) SAMPAH KOTA DENGAN KOMBINASI

SISTEM BIOFILTER ANAEROBIK-AEROB DAN CONSTRUCTED WETLAND

Pendahuluan
Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitasnya, jumlah sampah yang
dihasilkan oleh kegiatan perkotaan bertambah dari waktu ke waktu. Jenisnya pun semakin
beragam. Oleh karena jumlah dan volume sampah yang besar serta jenisnya yang
beranekaragam, maka jika tidak dikelola dengan benar, sampah perkotaan akan menimbulkan
dampak negatif berupa permasalahan lingkungan yang kompleks, seperti pencemaran air, tanah
dan udara. Salah satu masalah yang cukup serius adalah adanya air lindi sampah. Menurut
Wahyu Purwanto (2006), lindi (leachate) adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air
eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut atau
merupakan hasil proses dekomposisi sampah berbentuk cair yang berwarna coklat kehijauan
dan merupakan pencemar potensial ke lingkungan apabila TPA tidak dikelola secara maksimal.
Untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh lindi diperlukan suatu metode
pengolahan limbah yang inovatif, murah, dan efektif sebelum limbah cair tersebut dibuang ke
lingkungan. Metode biofilter dan wetland merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
untuk mendegradasi parameter-parameter pencemar yang ada di air lindi. Dengan
mengkombinasikan kedua metode pengolahan ini diharapkan efluen yang dihasilkan dapat
sesuai dengan baku mutu air.

ISI
A. Lindi (Leachate)
Air lindi ( leachate) adalah

cairan yang dikeluarkan dari sampah akibat proses

degradasi biologis (Irmanto,2012). Lindi bersifat toksik karena adanya zat pengotor dalam
timbunan yang mungkin berasal dari buangan limbah industri, debu, lumpur hasil pengolahan
limbah, limbah rumah tangga yang berbahaya, atau dari dekomposisi yang normal terjadi pada

sampah (Diah dan Mardiyanto, 2012). Menurut Ali (2011), Adanya Air lindi yang berada di
permukaan tanah dapat menimbulkan polusi pada air tanah dan air permukaan, yaitu :
1. Air permukaan yang terpolusi oleh air lindi dengan kandungan zat organik tinggi, pada
proses penguraian secara biologis akan menghabiskan kandungan oksigen daam air dan
akhirnya seluruh kehidupan dalam air yang tergantung oleh keberadaan oksigen terlarut akan
mati.
2. Air tanah yang terpolusi oleh air lindi dengan konsentrasi tinggi, polutan tersebut akan
berada dan tetap ada pada air tanah tersebut dalam jangka waktu yang lama, karena
terbatasnya oksigen terlarut sehingga sumber air yang berasal dari air tanah tidak sesuai lagi
untuk air bersih.
B. Komposisi dan Karakteristik Air Lindi
Air lindi dapat digolongkan sebagai senyawa yang sulit didegradasi, yang
mengandung bahan-bahan polimer (makro molekul) dan bahan organik sintetik. Menurut
Tchobanoglous (1993) dalam Hadiwidodo et al. (2012), air lindi mempunyai komposisi berupa
sisa makanan (organik), kayu dan kertas, plastik dan karet, kain dan tekstil serta komponen
logam yang terlarut dalam air lindi. Senyawa lignin pada limbah kayu merupakan salah satu
senyawa yang ada pada air lindi yang memiliki struktur kimia yang sangat kompleks dan sulit
didegradasi oleh bakteri hidrolitik sehingga kemungkinan makanan yang dihasilkan pada fase
hidrolisis untuk diteruskan ke proses acidogenesis dan acetogenesis berkurang.
Pada umumnya air lindi memiliki nilai rasio BOD 5/COD sangat rendah (<0,4). Nilai
rasio yang sangat rendah ini mengindikasikan bahwa bahan organik yang terdapat dalam air
lindi bersifat sulit untuk didegradasi secara biologis. Angka perbandingan yang semakin rendah
mengindikasikan bahan organik yang sulit terurai tinggi. Selain itu sulinda (2004) dalam ali
(2011) menyatakan bahwa proses penguraian bahan organik menjadi komponen yang lebih
sederhana oleh mikroorganisme aerobik dan anaerobik pada lokasi pembuangan sampah dapat
menjadi penyebab terbentuknya gas dan air lindi.
Selain itu, zat toksik seperti logam berat juga terdapat pada air lindi. Menurut Saleh
(2012), zat toksik dapat menyebabkan kegagalan pada proses penguraian limbah pada proses

anaerobik. Logam berat yang ditemukan dalam air limbah dari industri dapat menghambat
penguraian limbah anaerobik. Mengingat karakteristik sampah di Indonesia yang sangat
bervariasi dan tidak optimalnya pemisahan antara limbah B3 dan domestik, maka air lindi akan
mengandung bahan-bahan beracun.
C. Metode Pengolahan Air Lindi
Salah satu metode pengolahan yang bisa digunakan dalam upaya untuk menurunkan
kadar pencemar hingga pada level yang tidak membahayakan kesehatan manusia adalah dengan
kombinasi antara metode biofilter anaerob-aerob dan metode Constructed wetland.
1) Metode Biofilter anaerob-aerob
Metode biofilter merupakan sistem yang menggunakan reaktor dimana mikroorganisme
yang digunakan dan dibiakkan pada suatu media sehingga mikroorganisme tersebut melekat
pada media (Joko et.al., 2004). Biofilter yang baik adalah menggunakan prinsip biofiltrasi yang
memiliki struktur menyerupai saringan dan tersusun dari tumpukan media penyangga yang
disusun baik secara teratur maupun acak didalam suatu biofilter (Hadiwidodo et.al., 2012).
Adapun fungsi dari media penyangga yaitu sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya bakteri
yang akan melapisi permukaan media membentuk lapisan massa yang tipis (biofilm). Menurut
Marilsa (2012), Biofilm adalah kumpulan sel mikroorganisme, khususnya bakteri, yang melekat
di suatu permukaan dan diselimuti oleh pelekat karbohidrat yang dikeluarkan oleh bakteri.
Senyawa polutan yang ada di dalam air limbah, misalnya senyawa organik (BOD, COD),
amonia,fosfor dan lainnya akan terdifusi ke dalam lapisan atau film biologis yang melekat pada
permukaan medium. Pada saat yang bersamaan dengan menggunakan oksigen yang terlarut di
dalam air limbah , senyawa polutan tersebut akan diuraikan oleh mikroorganisme yang ada di
dalam lapisan biofilm dan energi yang dihasilkan akan diubah menjadi biomassa. Media
biofilter yang digunakan secara umum dapat berupa bahan organik seperti dalam bentuk jaring,
bentuk butiran tak teratur, bentuk paparan, dan bentuk sarang tawon. Selain itu, juga dapat
digunakan media dari bahan anorganik seperti batu pecah, kerikil, batu marmer, dan batu
tembikar.

Biofilter memiliki kelebihan utama yaitu membentuk biofilm sebagai tempat hidup
bakteri dan menahan bakteri sehingga tidak ikut keluar bersama efluen. Said dan wahjono
(1999) dalam Bernadette (2012), menyatakan beberapa keunggulan proses pengolahan air
limbah dengan biofilter anaerob-aerob antara lain: pengelolaannya mudah, biaya operasinya
rendah, lumpur yang dihasilkan relatif sedikit (dibanding proses lumpur aktif), suplai udara
untuka aerasi relatif kecil, dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup
besar, dan dapat menghilangkan tersuspensi (SS) dengan baik.
2) Metode Constructed Wetland
Metode wetlands merupakan sistem yang termasuk pengolahan alami, dimana terjadi
aktivitas pengolahan sedimentasi, filtrasi, transfer gas, adsorpsi, pengolahan kimiawi dan
biologis (Risnawati dan Damanhuri, 2013). Metode wetlands ini dipilih sebagai proses
pengolahan lanjutan setelah biofilter karena biayanya relatif murah, mudah, memiliki
kemampuan untuk memperbaiki kualitas air dan mengurangi efek berbahaya dari limbah,
menyumbang upaya konservasi air, penyediaan keragaman habitat dan satwa liar, dan
menambah nilai estetika lingkungan tetapi kemampuan terbatas hanya untuk mengolah limbah
dengan nilai COD yang tidak terlalu tinggi (maksimal 1.000 mg/L) (Anna, 2013). Kemampuan
Constructed wetlands untuk pengolahan air limbah, terutama didaerah tropis sangat tinggi.
Pengurangan BOD dengan menggunakan proses ini bisa mencapai 65-85% (Nugroho, 2010).
Pada umumnya tumbuhan akan menyerap unsur-unsur hara yang larut dalam air maupun
dalam tanah melalui akarnya baik sebagai bahan nutrisi untukpertumbuhannya maupun unsur
lain yang merupakan bahan pencemar. Tumbuhan air memberi tempat sebagai medium bagi
mikrobia untuk melekat dan tumbuh pada akar dan batangnya yang berfungsi mengurai
senyawa organic yang terkandung dalam limbah cair. Secara alami mikrobia pathogen perusak
akan terhambat pertumbuhannya karena adanya panas yang dihasilkan oleh tumbuhan air
(Sutanto, 2015). Beberapa jenis tanaman air dikatakan mampu menurunkan kadar Biological
Oxygen Demand (BOD),Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS),
Phospat dan lain lain (Rachmaulin dan Mangkoediharjo, 2013). Diantara tanaman air tersebut
adalah : Bambu air, Melati Air, Canna, Papyrus, bambu air, teratai dan lain lain.

3) Metode Kombinasi biofilter anaerob aerob dan Constructed Wetland


Dari beberapa hasil penelitian tentang penggunaan metode pengolahan biofilter atau
constructed wetland saja diketahui bahwa kedua metode tersebut memiliki kemampuan yang
belum maksimal dalam mengolah lindi. Kandungan organik lindi (COD) yang tinggi (dapat
mencapai 10.000 mg/L) menjadi masalah ketika lindi tersebut diolah, karena pengolahan
tersebut tidak mampu mengolah lindi dengan efisiensi 100% (Risnawati dan Damanhuri, 2013).
Nilai COD ini masih harus diolah dengan pengolahan lanjutan sehingga kualitas efluen lindi
memenuhi baku mutu untuk dibuang ke badan air. Kemampuan Constructed Wetlands terbatas
dalam mengolah lindi dengan konsentrasi pencemar yang tinggi, maka diperlukan pengolahan
pendahuluan sebelum lindi tersebut diolah menggunakan Constructed Wetlands.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Bernadette, et al (2012) pengolahan air lindi
dengan metode kombinasi anaerob-aerob memiliki efisiensi yang lebih baik dibandingkan
pengolahan hanya dengan metode aerob atau anaerob saja. jika proses pengolahan digabungkan
menjadi anaerob-aerob, efisiensi penyisihan menjadi paling besar yaitu BOD5 sebesar 65%
dengan range influen sebesar 400-640 mg/L, COD 29,21 % dengan range influen sebesar 29443104 mg/L dan TSS 39,50% untuk range influen 595-680 mg/L. Di sini terlihat bahwa
kemampuan biofilter anaerob-aerob hanya mampu menurunkan kandungan BOD5 kurang dari
70%. Effluen yang dihasilkan masih belum memenuhi baku mutu air untuk di buang ke badan
air. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan lanjutan. Salah satu metode yang bisa
dilakukan adalah dengan metode pengolahan menggunakan taman tanaman air atau construcred
wetlands
Dengan mengkombinasikan proses pengolahan biofilter anaerob-aerob dengan metode
constructed wetland maka air efluen yang dihasilkan diharapkan sesuai dengan baku mutu untuk
dibuang ke badan air.
Proses pengolahan lindi dengan reaktor biofilter dapat dijelaskan sebagai berikut
(Bernadette et al.,(2012) dan Hasti (2014) :
1. Air lindi dimasukkan ke dalam bak efluen yang sebelumnya telah disaring terlebih dahulu
2. Dari bak influen, air lindi dialirkan secara gravitasi ke dalam bak anaerob. Debit influen
diatur menggunakan selang sebesar 91,3 ml/menit

3. Pada bak anaerob, senyawa organik pada air lindi yang masuk akan diuraikan oleh
mikroorganisme pada biofilm yang melekat pada media biofilter dengan waktu tinggal
yang sudah ditentukan dan kemudian mengalir ke bawah dan masuk ke dalam bak aerasi
4. Bak aerasi berguna untuk melarutkan oksigen ke dalam air untuk meningkatkan kadar
oksigen terlarut dalam air dan melepaskan kandungan gas-gas yang terlarut dalam air, serta
membantu pengadukan air
5. Setelah mengalami proses aerasi, air lindi mengalir secara gravitasi menuju bak aerob.
Pada bak aerob ini juga terjadi penguraian oleh mikroorganisme secara aerob
menggunakan oksigen dengan pengaturan waktu tinggal yang ditentukan.
6. Setelah dari bak aerob. Air lindi akan keluar melalui saluran outlet dan ditampung dalam
bak efluen.
7. Air dari bak efluen ini tidak langsung dibuang kebadan air tetapi masuk ke dalam
pengolahan metode constructed wetland tipe SSF-Wetlands. Di dalam sistem ini terdapat
aktivitas mikroganisme maupun tanaman dalam penyediaan oksigen.
8. Setelah 5-7 hari dalam kolam constructed wetland, air telah dapat dialirkan ke badan
sungai

Kesimpulan
Metode kombinasi biofilter anaerob-aerob dan constructed wetland merupakan salah
satu metode yang dapat digunakan untuk mengurangi bahan pencemar pada air lindi. Metode ini
cukup efisien untuk mengolah air lindi yang mengandung kandungan senyawa organik yang
tinggi dan kadar COD yang mencapai 10.000 mg/L. Air efluen yang dihasilkan dapat langsung
dibuang ke badan air tanpa menimubulkan masalah bagi lingkungan dan dapat dipergunakan
kembali.

Daftar Pustaka
Ali, Munawar. 2011. Rembesan air lindi (leachate) Dampak pada tanaman pangan dan
kesehatan. https://core.ac.uk/download/files/458/16662761.pdf (diakses Maret 2016)
Anna dan Wibisono, G. 2013. Pengolahan Limbah Domestik dengan Teknologi Taman
Tanaman Air (Constructed Wetlands). Indonesian Green Technology Journal Vol. 2, No.

2, 2013: 70-77. http://igtj.ub.ac.id/index.php/igtj/article/viewFile/117/110 (diakses maret


2016)
Anonim. 2008. Pengelolaan Leachate (Lindi). Diktat Landfilling Limbah.
http://hmtl.itb.ac.id/wordpress/wp-content/uploads/2011/03/Bag7P-PenangananLindi.pdf.
Bernadette et al. 2012. Studi Pengaruh Waktu Tinggal terhadap Penyisihan Parameter BOD5,
COD dan TSS Lindi Menggunakan Biofilter Secara Anaerob-Aerob. Universitas
Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/40915/1/Jurnal_TA_Bernadette_N.P.docx.
(diakses maret 2016)
Diah, Nuke dan mardiyanto. 2013. Penelitian Pengolahan Air Kolam Penampungan Lindi
dengan Granular Filter karbon Aktif Pada Tipe Reaktor Vertikal.
digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-11073-Paper.pdf (diakses Maret 2016)
Hadiwidodo et al. 2012. Pengolahan Air Lindi dengan Proses Kombinasi Biofilter AnaerobAerob dan Wetland. Jurnal Presipitasi Vol.9, No.2 september 2012: 84-95.
http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/presipitasi/article/viewFile/4931/4468.
(diakses maret 2016)
Hardianto, N dan Huboyo. 2009. Evaluasi Instalasi Pengolahan Lindi Tempat Pembuangan
Akhir Putri Cempo Kota Surakarta. Jurnal Presipitasi, Vol. 6 No.1 Maret 2009; 52-56.
http://www.lingkungan.ft.undip.ac.id/ (diakses Maret 2016)
Herlambang, A. 2003. Proses denitrifikasi dengan sistem biofilter untuk pengolahan air limbah
yang mengandung nitrat. Jurnal Teknologi Lingkungan,Vol. 4 no. 1, tahun 2003: 46-55.
ejurnal.bppt.go.id
Idaman, Nusa. 2007. Teknologi Biofilter Anaerob-aerob Tercelup untuk pengolahan Air Limbah
Domestik.
Direktorat
Teknologi
Lingkungan,
BPTP.
http://www.iaea.org/inis/collection/NCLCollectionStore/_Public/40/004/40004019.pdf
(diakses maret 2016)
Irmanto, Dadang. 2012. Lindi. http://www.scribd.com/doc/89721042/LINDI#scribd (diakses

Maret 2016)
Kombinasi
Biofilter
dan
Tanaman
Bambu
http://ukdw.ac.id/repository/index.php/repo/get_file/256 (diakses maret 2016)

Air.

Made, Desak dan Sugito.2013. Penurunan TSS dan Phospat Air Limbah Puskesmas Janti Kota
Malang dengan wetland. Jurnal Teknik Waktu Vol. 11, No. 01, Januari 2013: 93-101.
digilib.unipasby.ac.id/download.php?id=631 (diakses Maret 2016)
Marlisa, D. F. 2012. Potensi Fito-biofilm dalam Penurunan Kadar BOD dan COD pada Limbah
Domestik dengan Tanaman Kangkung Air (Ipomoea aquatica) Media Biofilter Sarang
Tawon (Studi kasus: Perumahan Graha Mukti, Tlogosari Semarang). Jurnal Teknik
Lingkungan, Vol.1, No.1, tahun 2012. ejournal-s1.undip.ac.id (diakses Maret 2016
Nayono, S. E. 2010. Metode Pengolahan air limbah alternatif
berkembang. INERSIA. eprints.uny.ac.id (diakses maret 2016)

untuk

Negara

Purwanta, Wahyu. 2007. Tinjauan Teknologi Pengolahan Leachate di Tempat Pembuangan


Akhir (TPA) Sampah Perkotaan. JAI, Vol. 2, No. 1, tahun 2007 : 57-63.
ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/download/127/65 (diakses Maret 2016)

Rachmaulin, sity dan Mangkoediharjo. 2013. Pengaruh Waktu Pemaparan Dan Jumlah
Tumbuhan Terhadap Efisiensi Pengolahan Lindi Tpa Sidoarjo Menggunakan Scirpus
Grossus. Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 1, (2013): 1-4. (diakses maret 2016)
Rismawati dan Tri Damanhuri. 2013. Penyisihan logam pada lindi menggunakan constructed
wetland.
Teknik
Lingkungan,
Institute
Teknologi
Bandung.
www.ftsl.itb.ac.id/kk/air_waste/wp.../PI_SW5_Imas_15305079.pdf (diakses Maret
2016)
Riza Primadani, Alloysius .2012. Studi pengaruh waktu tinggal dan pengolahan ganda terhadap
parameter amoniak, nitrit dan nitrat lindi dengan biofilter sistem anaerob-aerob.
Thesis :Universitas Diponegoro. eprints.undip.ac.id/40865/ (diakses Maret 2016)
Saleh, Chairil. 2012. Studi Perencanaan Instalasi Pengolahan Limbah Lindi sebagai Kontrol
Pemenuhan Baku Mutu sesuai dengan Kepmen 03/91 (Studi Kasus pada TPA Supit
Urang Malang). Media teknik Sipil, Vol. 10 no. 2, Agustus 2012 : 87-94.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jmts/article/viewFile/1782/3094 (diakses Maret
2016)
Suprihatin, Hasti. 2014. Penurunan Konsentrasi BOD Limbah Domestik dengan menggunakan
sistem wetland dengan Tanaman Bintang Air (cyprus alternitolius). Jurnal dinamika
Lingkungan
Indonesia
Vol.
1
No.2,
Tahun
2014
hal:
80-87.
ejournal.unri.ac.id/index.php/DL/article/download/2301/2267 (diakses maret 2016)
Susanto et al. 2011. Pengolahan Lindi (Leachate) dari TPA dengan sistem Koagulasi-Biofilter
Anaerobik. Jurnal Teknologi Lingkungan vol.5, No.3, tahun 2011: 167-173.
ejurnal.bppt.go.id/index.php/JTL/article/view/550/380 (diakses maret 2016)
Sutanto, haryati. 2015. Studi Pengolahan Air Limbah Industri Jasa Laundry menggunakan
Kombinasi
Biofilter
dan
Tanaman
Bambu
Air.
http://ukdw.ac.id/repository/index.php/repo/get_file/256

Anda mungkin juga menyukai