TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Air adalah pelarut universal, artinya hampir semua dapat larut di dalam air. Garam dan
oksigen adalah contoh senyawa yang mudah larut dalam air, sedangkan oli dan minyak sulit
larut dalam air. Kandungan air di bumi sangat berlimpah, volume seluruhnya mencapai
1.400.000.000 km3. Lebih kurang 97% merupakan air laut (air asin) yang tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung dalam kehidupan manusia. Kemudian 3% sisanya, 2% berupa
gunung-gunung es di kedua kutub bumi. Selebihnya 0,75% merupakan air tawar yang
mendukung kehidupan makhluk hidup di darat, terdapat di danau, sungai dan di dalam tanah
(Al-layla, 1978).
Fungsi utama sistem penyediaan air minum adalah dapat menyediakan air minum dengan
kualitas baik dan tekanan yang cukup dalam menyediakan air dengan kuantitas yang cukup ke
dalam bangunan atau rumah sesuai kebutuhan. Pelestarian kualitas air dilakukan pada sumber
air yang terdapat di hutan lindung. Sedangkan pengelolaan kualitas air pada sumber air di luar
hutan lindung dilakukan dengan upaya pengendalian pencemaran air, yaitu upaya memelihara
fungsi air sehingga kualitas air memenuhi baku mutu air (Soewarno, 2000).
Kuantitas air merupakan suatu faktor kontrol dalam pemilihan sumber dan menentukan
volume tangki penyimpanan air. Angka pemakaian air, dengan memperhatikan beban puncak
pemakaian, seperti diperlukan untuk menentukan kapasitas pompa dan ukuran pipa. Pipa pada
sistem Penyediaan Air Minum (PAM) harus dapat mengalirkan air dengan normal pada saat
jam puncak. Dan yang terpenting adalah memperhatikan pipa transmisi dan distribusinya
untuk dapat menyediakan air minum dengan kualitas baik (Soewarno, 2000).
Dilihat dari bentuk dan tekniknya maka sistem penyediaan air minum dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu (Al-layla, 1978):
1.
2.
Suatu sistem penyediaan air minum dapat terdiri dari sebagian atau keseluruhan dari tiga
komponen utama yaitu (Al-layla, 1978):
1.
saja
ataupun
dapat
pula
dilengkapi
suatu
sistem
pengolahan
(purification/treatment works).
2.
Sistem Transmisi, yang digunakan untuk transportasi air baku dan air bersih dari
sumber ke bangunan pengolahan. Pengaliran dilakukan dengan cara gravitasi dan
pemompaan.
3.
Beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan Sistem Penyediaan Air
Bersih, yaitu (Al-layla, 1978):
1.
Aspek Teknis
Sistem penyediaan air bersih harus dapat melayani dan menjangkau seluruh daerah
pelayanan dengan tekanan yang cukup.
2.
Bebas dari warna, kekeruhan, suhu, tidak berasa dan tidak berbau;
Bebas dari unsur unsur yang akan mengganggu jaringan pipa, baik jaringan
transmisi maupun jaringan distribusi yang dapat menyebabkan terjadinya korosi
pada pipa dan juga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran dari luar ke dalam
pipa.
d. Aspek Biaya
Sistem penyediaan air bersih yang dibangun haruslah ekonomis baik dalam
pembangunan, pengoperasian maupun dalam pemeliharaan, sehingga harga air hasil
olahan relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat.
Faktor - faktor yang mempengaruhi perhitungan kebutuhan air dalam perencanaan sistem
penyediaan air bersih, antara lain (Al-layla, 1978):
1. Proyeksi penduduk;
2. Kebutuhan air untuk kepentingan domestik dan non domestik berdasarkan keadaan
eksisting;
3. Kehilangan air di sepanjang sistem berdasarkan kondisi eksisting;
4. Fluktuasi pemakaian air;
5. Data pendukung lainnya, seperti daerah pelayanan dan tata guna lahan, keadaan sosial
ekonomi masyarakat serta kemungkinan untuk pengembangan dimasa yang akan datang.
2.2 Sumber Air
Sebelum menentukan sumber air baku yang akan dimanfaatkan, perlu dilakukan analisa teknis
dan ekonomis dari semua sumber air baku yang berpotensi untuk dimanfaatkan. Hal ini perlu
dilakukan, karena akan berpengaruh untuk langkah selanjutnya, apakah harus dilakukan
pengolahan lengkap atau pengolahan sederhana saja. Selain itu juga mempertimbangkan
bagaimana kontiniuitas aliran sumber air tersebut pada musim kemarau (Al-layla, 1978).
2.2.1
Air Permukaan
Air permukaan merupakan sumber air yang banyak dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan air bersih. Air permukaan ini terdiri dari; air sungai, danau, laut
dan rawa. Air permukaam secara fisik akan mudah tercemar, terutama air sungai yang
rentan tercemar oleh limbah/ Lumpur yang berasal dari buangan aktifitas rumah tangga,
industri dan aktifitas sosial ekonomi lainnya. Sebelum digunakan sebagai sumber air
untuk sistem penyediaan air minum, harus dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu.
II-3
2. Air tanah adalah sumber air yang berasal dari air hujan atau air permukaan yang meresap
ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan air tanah yang biasa disebut aquife.
Pemanfaatan air tanah sangat baik digunakan untuk sistem penyediaan air minum karena
cukup hanya dengan membutuhkan sedikit pekerjaan dan biaya untuk perawatan. Air
tanah umumnya tidak memerlukan pengolahan kecuali yang diperlukan adalah
desinfeksi, apabila digunakan sebagai air minum. Air tanah dapat dibagi menjadi air
tanah dangkal, air tanah dalam dam mata air.
3.
Mata Air
II-4
Mata air didefinisikan sebagai tempat air yang muncul dari tanah yang berasal dari dalam
tanah dimana aliran keluar secara alami. Sebenarnya mata air ini adalah bagian dari air
tanah yang banyak ditemukan pada daerah-daerah pegunungan.
4.
2.2.2
b.
c.
Berfungsi sebagai reservoir bawah tanah dan tidak perlu biaya instalasi
reservoir.
b. Air tanah dalam: air tanah yang terletak di antara dua lapisan kedap air.
2.2.3
Di Indonesia air yang diproduksi untuk didistribusikan ke konsumen harus memenuhi standar
yang ditetapkan oleh pemerintah. Standar air minum yang digunakan adalah Keputusan
Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/ MenKes/ SK/ VII/ 2010 mengenai standar
Kualitas Air Minum dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tanggal 14 Desember
2001 tentang Kriteria mutu air kelas I. Menurut Keputusan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 492/ MenKes/ SK/ VII/ 2010, penyediaan air bersih, selain kuantitasnya,
kualitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Dalam hal air bersih, sudah
merupakan praktek umum bahwa dalam menetapkan kualitas dan karakteristik dikaitkan
dengan suatu baku mutu air tertentu (standar kualitas air).Untuk memperoleh gambaran yang
nyata tentang karakteristik air baku, seringkali diperlukan pengukuran sifat-sifat air atau biasa
disebut
dikemukakan dalam angka-angka standar tentu saja memerlukan penilaian yang kritis dalam
menetapkan sifat-sifat dari tiap parameter kualitas air.
Standar kualitas air adalah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan sifat-sifat fisik, kimia,
radioaktif maupun bakteriologis yang menunjukkan persyaratan kualitas air tersebut.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001Tentang Pengelolaan Kualitas
Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, air menurut kegunaannya digolongkan menjadi:
Kelas I : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
Kelas II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, Peternakan, air untuk mengairi pertanaman atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas III : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.
II-6
Kelas IV : Air yang Peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan/atau
peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
sistem transmisi dalam sistem penyediaan air bersih dengan sumber mata air antara lain:
a.
Menentukan Bak Pelepas Tekan (BPT)
II-7
Sistem gravitasi diterapkan bila beda tinggi yang tersedia antara sumber air dan lokasi
bangunan pengolahan mencukupi. Namun bila beda tinggi (tekanan) yang tersedia
berlebihan maka memerlukan bangunan yang disebut bak pelepas tekan (BPT). Bak
pelepas tekan dibuat untuk menghindari tekanan yang tinggi, sehingga tidak akan
merusak sistem perpipaan yang ada. Idealnya bak ini dibuat bila maksimal mempunyai
beda tinggi 60-70 m, namun kadang sampai beda tinggi 100 m tergantung dari kualitas
pipa transmisinya. Bak ini dibuat di tempat dimana tekanan tertinggi mungkin terjadi
atau pada stasiun penguat (boaster pump) sepanjang jalur pipa transmisi.
b.
c.
Jalur pipa
Jalur pipa sebaiknya mengikuti jalan raya dan dipilih jalur yang tidak memerlukan
banyak perlengkapan untuk mengurangi biaya konstruksi dan pemeliharaan. Pemilihan
jalur transmisi semestinya ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jalur transmisi, yaitu :
i.
Kondisi topografi sepanjang jalur yang akan dilalui saluran transmisi, sedapat
ii.
iii.
mungkin.
Kualitas tanah sepanjang jalur sehubungan dengan perlindungan saluran, misalnya
iv.
v.
Pelaksanaan dan pemeliharaan dipilih yang semudah mungkin baik dalam konstruksi
pelaksanaan maupun pemeliharaannya.
3.
Sistem distribusi merupakan sistem pengaliran air yang sudah diolah dan telah memenuhi
standar baku mutu ke konsumen dengan volume air yang memenuhi dan tekanan yang cukup
melalui suatu jaringan pipa dan reservoar. Sistem distribusi terdiri atas sistem perpipaan,
pelengkapan dan peralatan distribusi serta reservoar distribusi atau semua peralatan dan
perlengkapan air meninggalkan stasiun pompa atau distribusi reservoar distribusi (Al-Layla,
1978):
1. Reservoar Distribusi
Reservoar dalam sistem penyediaan air berguna untuk mengurung air, menyimpan,
meratakan aliran dan ketahanan pada sistem distribusi. Penyimpanan sangat diperlukan
dalam sistem distribusi jika penggunaan pompa pada debit yang beragam tidak ekonomis.
Reservoar distribusi sebaiknya
II-9
Proyeksi penduduk dapat dianalisis luas wilayah kota, potensi ekonomi dan potensi lainnya
yang berkembang.
6. Aspek sosial ekonomi masyarakat.
Sosial ekonomi dianalisis untuk perencanaan fasilitas seperti perkantoran dan institusi
lainnya.
2.4.1 Reservoar
Kriteria desain reservoir (Al-Layla, 1978):
1.
Saringan
a.
b.
c.
d.
2.
Sumber Pengumpul
a.
b.
c.
d.
3.
4.
Pipa Hisap
a.
b.
5.
Backwash
a.
b.
Jumlah
air
yang
digunakan
pada
Pemerataan aliran
Pemerataan aliran untuk menyeimbangkan aliran air yang masuk dan keluar.
2.
Penyimpanan
Penyimpanan untuk menutupi kebutuhan saat terjadi gangguan, kebutuhan puncak dan
kehilangan air. Penyimpanan harus sebanding dengan pemakaian.
3. Pengatur tekanan
Muka air yang bebas di permukaan reservoar berfungsi untuk menghentikan gradien
tekanan. Adanya reservoar ini akan dapat digunakan untuk membatasi tekanan di
perpipaan.
c. Saat pemakaian tinggi, air dipompakan ke daerah pelayanan dan dialirkan dari
reservoar;
d. Kondisi hidrolis dan pengukuran teknis sulit dan tidak jelas;
e. Tidak diperkenankan sumber air yang berbeda-beda.
Keuntungan:
a.
b.
c.
pressure reservoar)
a. Pengaliran dilakukan dengan pompa;
b. Reservoar terletak pada elevasi tinggi;
c. Dapat berupa ground reservoar atau menara air tergantung kondisi tanah.
2. Reservoar bertekanan rendah (low pressure reservoar)
a. Pengaliran dilakukan dengan pompa;
b. Reservoar terletak di atas tanah dan harus memenuhi tambahan tenaga (energi).
Penentuan kapasitas reservoar berdasarkan grafik fluktuasi pemakaian air dapat dihitung
dengan persamaan (Al-Layla, 1978):
VR = (Q x fmaks x A% x 86400 ) + Vkebakaran ..........................................................................(2.1)
II-12
A% =
surplus + defisit
2
....(2.2 )
dimana: VR
P
Vkebakaran
= l/menit
Feeder System
a. Sistem ini berfungsi sebagai pipa transmisi yang menggunakan tapping;
b. Sistem ini digunakan dari titik ke titik, dari rumah ke rumah.
Feeder system ini mempunyai 3 pola, yaitu:
1) Pola cabang (branch pattern)
a.
b.
c.
d.
e.
R
A
B
II-13
Keterangan:
R = Reservoar
A = Daerah pelayanan A
B = Daerah pelayanan B
C = Daerah pelayanan C
A
R
B
C
Keterangan:
R = Reservoar
A = Daerah pelayanan A
B = Daerah pelayanan B
C = Daerah pelayanan C
II-14
Keuntungan dari pola grid adalah jika terdapat kerusakan pada suatu bagian jaringan
pipa maka pada bagian jaringan yang lain masih mendapat air.
Kerugian dari pola grid:
Diameter yang digunakan bukan diameter yang minimal;
a. Membutuhkan banyak katup;
b. Perhitungannya lebih sulit.
3) Pola Kombinasi (Combination Pattern)
a. Gabungan pola cabang dengan loop;
b. Bisa digunakan pada daerah layanan dengan karakteristik:
Jaringan jalan yang tidak seluruhnya berhubungan satu dengan yang lainnya;
Keterangan:
R = Reservoar
A = Daerah pelayanan A
B = Daerah pelayanan B
Secondary distributor
II-15
Menurut kedalamannya, bangunan pengambilan air tanah dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu (Permen PU No. 18, 2007):
1.
Sumur Dangkal
Bangunan sumur dangkal dibuat untuk mendapatkan air tanah bebas/air tanah dangkal
pada zona akuifer bebas yang jenuh dengan air tanah (tidak terganggu dengan musim).
Kedalaman sumur dangkal untuk tiap-tiap daerah tidak sama, hal ini tergantung dari
kondisi muka air tanah bebas. Pembuatan sumur dangkal sebaiknya dilakukan pada saat
akhir musim kemarau, hal ini dimaksudkan agar dapat memanfaatkan muka air tanah
dangkal terendah. Penggalian sumur dangkal dapat dihentikan apabila sudah mencapai
lapisan kedap air (impermeable). Diameter efektif sumur direncanakan antara 1-2 m, hal
ini untuk mempermudah dalam pelaksanaan penggalian. Struktur bangunan pengambilan
II-16
air tanah dangkal yang umum digunakan adalah konstruksi beton bertulang yang berbentuk
lingkaran (ring). Ring beton dibuat dengan panjang 0,5-1 meter untuk tiap-tiap ruas dengan
ketebalan ring antara 10-15, hal ini tergantung dari diameter ring beton yang akan
digunakan. Salah satu contoh sumur dangkal adalah sumur gali (Permen PU No.18, 2007).
2.
Sumur Dalam
Bangunan sumur dalam dibuat untuk mendapatkan air tanah tertekan air/air tanah dalam.
Sama seperti sumur dangkal, kedalaman sumur dalam untuk tiap-tiap daerah tidah sama,
hal ini tergantung dari kondisi geologi lapisan bawah permukaan yaitu dibawah lapisan
kedap air dan kedalaman letak akuifer yang potensial untuk dimanfaatkan (Permen PU
No.18, 2007). Salah satu contoh sumur dalam adalah sumur bor. Diameter sumur bor
berkisar antara 250 mm s/d 600 mm (Al-Layla, 1978).
Sumur juga harus dilokasikan dan dikonstruksikan supaya kuantitas dan kualitas air tetap
baik. Kontaminan air sumur umumnya terjadi ketika rembesan dari sistem pembuangan
atau air permukaan masuk kedalam sumur. Kontaminan bisa masuk sumur melalui atas
maupun dari rembesan melalui dinding sumur. Dari beberapa tes selalu menunjukkan
bakteri kontaminan biasanya tereliminasi setelah air di filtrasi 10 ft dari padatan normal.
Sumur harus dikonstruksikan untuk memastikan bahwa 10 ft dari atas selubung adalah
kedap air. Sumur tidak boleh berlokasi dekat dengan air buangan (>10 ft), dan >50 ft dari
septik tank atau >75 ft dari daerah rembesan air buangan. Batas kedalaman sumur bor
antara 60 sampai dengan 100 ft. Sketsa sumur bor dapat dilihat pada Gambar 2.9.
II-17
Sungai bawah tanah adalah aliran air melalui rongga atau celah yang berada di bawah
permukaan tanah sebagai akibat tetesan/rembesan dari tanah di sekelilingnya. Secara fisik
aliran sungai bawah tanah termasuk aliran air tanah melalui akuifer beberapa rongga/ celah,
sebagai akibat pelarutan batu gamping koral, sehingga lama kelamaan terbentuk suatu alur/
sungai yang berfungsi sebagai pengering lingkungan sekitarnya.(Permen PU No.18, 2007).
Hujan tidak ada (musim kemarau), sungai bawah tanah mengalirkan air yang berasal dari
tetesan dan rembesan-rembesan air tanah yang terdapat disekitarnya. Stalaktit-stalaktit yang
banyak dijumpai pada atap gua-gua batu gamping, merupakan bukti dari tetesan-tetesan
tersebut. Sedangkan pada saat turun hujan, selain mengalirkan air yang berasal dari tetesantetesan atau rembesan-rembesan sungai bawah tanah, juga menerima pasokan dari luar/air
hujan yang mengalir masuk ke dalam tanah melalui lubang-lubang pemasukan (SinkHole).
Bangunan Pengambilan untuk sungai bawah tanah dapat berupa: bendung (dengan bangunan
penyadap bebas atau free intake), tyroll (dialirkan ke tepi), sumuran/cekungan di dalam tubuh
sungai (Permen PU No.18, 2007).
Mata air adalah air tanah yang muncul di permukaan pada jalur rembesan karena suatu lapisan
yang kedap yang mengalasi pehantar tersingkap di permukaan. Menurut Petunjuk Praktis
Pembangunan, bangunan penangkap mata air adalah bangunan untuk menangkap dan
melindungi mata air terhadap pencemaran dan dapat juga dilengkapi dengan bak penampung
yang sering disebut brouncaptering (Permen PU No.18, 2007).
2.4.3 Energy Grade Line (EGL) dan Hydraulic Grade Line (HGL)
1. Energy Grade Line (EGL)
II-18
Garis gradien energi (Energy Grade Line) adalah garis yang menghubungkan sederatan titiktitik yang menandakan energi tersedia dalam meter-newton per newton untuk titik sepanjang
pipa sebagai ordinat yang digambarkan terhadap jarak sepanjang pipa sebagai absis.Jika di
setiap titik sepanjang suatu sistem pipa, suku p/ ditentukan serta digambar sebagai jarak
vertikal di atas sumbu pipa, maka tempat kedudukan titik-titik adalah garis gradien
hidrolik.Secara lebih umum, penggambaran grafik kedua suku, sebagai ordinat terhadap
panjang sepanjang pipa sebagai absis, menghasilkan garis gradien hidrolik.
Garis gradien hidrolik merupakan garis tempat kedudukan ketinggian naiknya cairan di dalam
tabung-tabung kaca vertikal yang dihubungkan dengan lubang-lubang pieziometer pada jalur.
Bila tekanan di dalam jalur lebih kecil daripada tekanan atmosfir, p/ negatif dan garis gradien
energi terletak di bawah jalur pipa (pipeline) (Al-Layla, 1978).
P
Z
...................................................................................................................................
(2.3)
Secara lebih umum, penggambaran persamaan:
2
V p
+ + Z . (2.4)
2g
V2
dimana: 2g
= .g
= Tekanan (Newton)
Berdasarkan definisi, garis gradien energi selalu terletak vertikal diatas garis gradien hidrolik
pada jarak V2/2g, dengan faktor energi kinetik diabaikan.Untuk lebih jelasnya garis gradien
hidrolik dan garis gradien energi dapat dilihat pada Gambar 2.10.
Untuk suatu jalur pipa sederhana dengan lubang masuk bertepi siku, sebuah katup, dan sebuah
nosel di ujung jalur. Guna melukiskan garis-garis ini bila permukaan reservoar diketahui,
terlebih dahulu kita perlu menerapkan persamaan energi dari reservoar sampai lubang keluar,
dengan menyertakan segenap kerugian kecil maupun gesekan pipa, dan menyelesaikan untuk
tinggi kecepatan V2/2g. Kemudian, guna mencari ketinggian garis gradien hidrolik di setiap
titik, persamaan energi diterapkan dari reservoar sampai titik yang bersangkutan, dengan
mengikutsertakan segenap kerugian antara kedua titik. Persamaan tersebut diselesaikan untuk
P/ + Z, yang digambarkan diatas datum sembarangan (Al-Layla, 1978).
Untuk mendapatkan garis gradien energi yang sama persamaan tersebut diselesaikan untuk
memperoleh V2/2g + P/ + Z, yang digambarkan diatas datum sembarangan tempat (Al-Layla,
1978).
2. Hydraulic Grade Line (HGL)
Garis gradien hidrolik (HGL) adalah suatu garis yang menunjukkan taraf/level muka cairan
(Al-Layla, 1978).
HGL=EGL-
V2
(2. 5 )
2g
Untuk pipa yang mempunyai jalur yang panjang maka kerugian-kerugian kecil dapat
diabaikan (bila lebih kecil dari 5 persen dari kerugian gesekan pipa). Atau dapat dimasukkan
sebagai panjang pipa ekuivalen yang ditambah pada panjang nyata. Untuk keadaan seperti ini
maka V2/2g kecil dibandingkan f(L/D)V2/2g maka diabaikan (Al-Layla, 1978).
d(z+p/+ V2 /2g
.....(2. 6 )
dL
Garis gradien hidrolik dan garis gradien energi yang berimpit ditunjukkan pada Gambar 2.11.
Gambar 2.11 Garis Gradien Energi Untuk Jalur Pipa yang Panjang dengan
Kerugian-kerugian Kecil yang Diabaikan atau Dimasukkan sebagai Panjang Pipa Ekuivalen
Sumber: Al-Layla, 1978
Dalam ikhwal yang khusus tetapi amat lazim ini, bila efek-efek kecil diabaikan, maka garis
gradien hidrolik dan garis gradien energi berimpit. Biasanya disebut garis gradien hidrolik.
Untuk kerugian kecil tidak ditunjukkan perubahan garis gradien hidrolik. Untuk situasi ini
II-20
dengan jalur pipa yang panjang maka gradien hidrolik menjadi hf/L, dengan hf yang
ditentukan dari persamaan Darcy Weisbach (Al-Layla, 1978).
2.4.4 Program (Software) yang Dapat Digunakan dalam Menentukan Sistem Distribusi
Penentuan dan penggambaran sistem distribusi dapat dilakukan dengan penggunaan beberapa
macam program komputer (software), diantaranya (Sholeh, 1998):
1.
Epanet
Epanet merupakan suatu program komputer yang membuat kondisi hidrolik dalam pipa
serta mampu menampilkan kualitas air dalam jaringan distribusi akibat tekanan jaringan
pipa. Suatu jaringan pipa terdiri dari pipa dengan berbagai dimensi, katup, tangki
penyimpanan atau reservoar dan pompa. Dengan program epanet mampu mengkaji debit
aliran air di masing-masing pipa, sisa tekan pada masing-masing node tinggi muka air pada
reservoar dan konsentrasi kimia pada jaringan selama periode simulasi (Sholeh, 1998).
Cara penggunaan Epanet guna mensimulasikan kondisi hidrolik pada jaringan distribusi
yaitu (Sholeh, 1998) :
a. Gambarkan jaringan pipa dari sistem distribusi yang dirancang meliputi objek reservoar,
node, junction, pipa, pompa katup sehingga nantinya terbentuk suatu jaringan perpipaan
distribusi;
b. Input data-data guna melengkapi dimensi ataupun ukuran dari objek yang telah diinput
misalnya pada node diinputkan elevasi dan debit;
c. Uraikan bagaimana sistem akan dioperasikan meliputi berapa kebutuhan air, periode
waktu, dan kurva editor;
d. Pilih metode analisis yang akan digunakan meliputi satuan yang akan digunakan, rumus
headloss yang dipakai, lama durasi simulasi, pola interval waktu simulasi;
e. Operasikan hasil analisis hidrolik;
f. Tampilkan hasil analisis.
2. WaterCAD
Program WaterCAD ini sangat powerful, sangat membantu dalam perencanaan dan
menganalisa simulasi jaringan pipa yang sangat komplek. program WaterCAD ini dapat
digunakan untuk (Sholeh, 1998):
a.
Menganalisis distribusi air dari jaringan pada aliran tetap dengan mengunakan pompa,
tangki dan pintu pengontrol (katup).
b.
c.
d.
Melakukan analisa aliran untuk hidrant (Fire Flow Analysis) dan menunjukan
bagaimana perilaku jaringan perpipaan tersebut pada kondisi ekstrim.
e.
Melakukan perkiraan biaya terperinci berdasarkan analisa biaya yang terintegrasi dari
suatu sistem pemodelan.
3. Hardy Cross
Analisis aliran air pada jaringan pipa dengan menggunakan metode Hardy Cross harus
memenuhi syarat-syarat berikut (Sholeh, 1998):
a.
Aliran yang memasuki suatu titik pertemuan harus sama besarnya dengan aliran air
yang meninggalkan titik tersebut;
b.
Jumlah kehilangan tekanan pada setiap putaran loop tertutup harus sama dengan nol.
Darcy
dimana
koefisiennya
hanya
tergantung
pada
kekasaran
relatif
pipanya(Schaum, 1986).
Untuk lebih jelasnya analisis aliran air pada jaringan pipa dengan metode Hardy Cross
dapat dilihat pada Gambar 2.12.
Q1
(+)
Q2
(-)
Q
Gambar 2.12 Loop sederhana
Sumber: Schaum, 1986
Analisis dimulai dengan asumsi Q1 (+) dan Q2 (-). Jika asumsi benar, maka hf1 hf2 = 0,
jika tidak maka dilakukan koreksi dengan Q sehingga menjadi Q 1 + Q dan Q2 - Q,
maka syarat kehilangan tinggi tekan pada loop setelah dikoreksi harus sama dengan nol,
yaitu hf1 hf2 = 0.
Persamaan koreksi aliran :
hf K Q
hf n' K Q
n'
Q
n'
' n 1
............................................................................................(2.7)
II-22
dimana :
= koreksi aliran
Q = debit air (m3/ dt)
hf = kehilangan tinggi tekan (m)
K = konstanta
n = faktor kekasaran pipa
Koreksi yang sama harus diterapkan untuk setiap pipa yang terdapat di dalam putaran
loop yang bersangkutan. Bila arah yang berlawanan dengan arah jarum jam dianggap
negatif, maka arah sebaliknya dianggap positif.
2.5 Penentuan Kebutuhan Air
2.5.1 Proyeksi Penduduk
Kebutuhan air semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, oleh
karena itu dibutuhkan proyeksi jumlah penduduk yang akan datang untuk memperkirakan
kebutuhan air yang akan digunakan sebagai gambaran perencanaan sistem penyediaan air
minum (Soewarno, 1995).
Metoda-metoda untuk menghitung proyeksi penduduk ada beberapa macam, antara lain
(Soewarno, 1995):
1. Metoda aritmatika/linier;
1. Metoda geometri;
2. Metoda least Square;
3. Metoda eksponensial;
4. Metoda decreasing rate of Increase;
5. Metoda logaritma;
6. Metoda rasio & korelasi.
Pada desain ini, praktikan menggunakan metoda aritmatika, metoda eksponensial, metoda
logaritma dan metoda geometri.
2.5.2 Metode Proyeksi Penduduk
2.5.2.1 Metoda Aritmatika/Linier
Metoda ini didasarkan pada angka kenaikan penduduk rata-rata setiap tahun. Metode ini
digunakan jika data berkala menunjukkan jumlah penambahan yang relatif sama setiap
tahunnya. Persamaan umumnya adalah (Soewarno, 1995):
Y = a + Bx ..........................................................................................................................(2.8)
II-23
( Yi ) ( Xi2 ) - ( Xi )( XiYi )
a=
2
2
n ( Xi ) - ( Xi )
(2.9)
n ( XiYi ) -
( Xi )( Yi )
. (2.10 )
2
2
n ( Xi ) - ( Xi )
b=
= Konstanta
......................................................................................................................
(2.12)
Apabila diambil X = ln X, maka diperoleh bentuk linier Y = a + b.X, dengan mengganti nilai
X = lnXi.
a=
b=
Yi - b ( ln ( Xi ) )
n
n ( ln ( Xi ) Yi ) -
....(2.13)
( ln ( Xi ) ) ( Yi )
n ( ( ln Xi 2 ) ( ln Xi )2
..(2.14)
= Konstanta
= Jumlah data
ln a =
b=
ln Yi - b( Xi)
........................................................................................... (2.16)
n ( Xi ln Yi) - ( Xi ln Yi)
......................................................................(2.17)
n ( X i ) - ( Xi )
2
dimana: X
= Jumlah penduduk
= Jumlah data
= Konstanta
= 10a
= 10b
= Jumlah data
ln a =
b=
ln Yi - b( ln (Xi))
(2.20 )
n ( ( ln Xi ln Yi)) - (( ln ( Xi ) ( ln Yi))
n ( ln Xi ) - ( ln (Xi))
2
...(2.2 1)
= Konstanta
= Jumlah data
Pemilihan metoda proyeksi dilakukan dengan menghitung standar deviasi (simpangan baku)
dan koefisien korelasi.
S=
( Xi2 ) - ( Xi )
n ( n-1 )
..(2.22)
R=
( Yi-Y' )
12
( Yi- y )
dimana: s
. .(2.23)
=Standar deviasi
=Koefisien korelasi
Xi = P P
Yi = P= Jumlah penduduk awal
air
domestik
dihitung
berdasarkan
jumlah
penduduk
tahun
perencanaan.Kebutuhan air untuk daerah domestik ini dilayani dengan sambungan rumah
II-26
(SR, yang merupakan sambungan dari pipa distribusi yang langsung dihubungkan ke
rumahrumah) dan hidran umum (HU). Kebutuhan air bersih untuk daerah domestik ini dapat
dihitung dan dilihat berdasarkan persamaan berikut ini (Al-Layla, 1978):
Kebutuhan air = % pelayanan x a x b ..............(2.24)
dimana: a = Jumlah pemakaian air (liter/orang/hari)
b = Jumlah penduduk daerah pelayanan (jiwa)
2.
3.
Uraian
4
5
>1.000.00
0
Metro
500.000
s/d
1.000.000
Besar
100.000 s/d
500.000
Sedang
>150
150-120
90-120
80-120
60-80
20-40
20-40
20-40
20-40
20-40
600-900
1000-5000
600-900
1000-5000
600
1500
0,2-0,8
0,2-0,8
0,2-0,8
0,1-0,3
20-30
1,15-1,25
*harian
0,1-0,3
20-30
1,15-1,25
*harian
20-30
1,15-1,25
*harian
20.000 s/d
100.000
Kecil
0,1-0,3
20-30
1,15-1,25
*harian
< 20.000
Desa
20
1,15-1,25
*harian
II-27
Uraian
7
8
9
10
11
12
1,75-2,0
*hari maks
5
100
500.000
s/d
1.000.000
Besar
1,75-2,0
*hari maks
5
100
10
10
10
10
10
24
24
24
24
24
15-25
15-25
15-25
15-25
15-25
>1.000.00
0
Metro
100.000 s/d
500.000
Sedang
20.000 s/d
100.000
Kecil
< 20.000
Desa
1,75-2,0
*hari maks
5
100
1,75
*hari maks
5
100-200
1,75
*hari maks
5
200
50:50
50:50
s/d
s/d
80:20
70:30
80:20
80:20
13 Cakupan pelayanan(%)
90
90
90
90
Sumber: Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2004
70:30
70
..........................................................................................................
(2.25)
dimana: a = Jumlah pemakaian air (liter/orang/hari)
b = Jumlah karyawan, luas wilayah, tempat tidur atau tempat duduk
Kriteria perencanaan sistem penyediaan air minum untuk kebutuhan non domestik
berdasarkan Standar Pelayanan Bidang Air Minum yang dikeluarkan oleh Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kriteria Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum untuk Kebutuhan Non Domestik
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis Fasilitas
Rumah Tangga
a. Sambungan rumah
b. Hidran umum
Sekolah
Peribadatan
Kesehatan
Industri
Perdagangan
a. Pasar
Tahap
Pelayanan
Kapasitas
100
30
20
70
250
160
5
L/o/h
L/o/h
L/o/h
L/o/h
L/o/h
L/o/h
L/m2/h
II-28
Toko
5
15
50
7.
8.
L/m2/h
L/m2/h
L/o/h
Perkantoran
Lain-lain
Hotel
200 L/tt/h
Biosop
5 L/td/h
Stadion Olahraga
5 L/td/h
Kolam renang
40 L/o/h
Lapangan tennis
5 L/o/h
Terminal bus
2,5 L/o/h
Sumber: Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jendral Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan,
2004
P ( 1 - 0,01 P )
....................................................................................................
(2.26)
dimana: Q = Debit kebakaran (L/menit)
P = Jumlah penduduk dalam ribuan
Atau dengan persamaan:
Q=1020
P ( 1 - 0,01 P )
........
(2.27)
dimana: Q = Debit kebakaran (gallon/menit)
P = Jumlah penduduk dalam ribuan
Atau (John R Freman):
Q=250
( P5 + 10) ..(2.2 8 )
Kehilangan air yang dianggap wajar atau masih dalam batas toleransi adalah sebesar 15% 20% dari total produksi. Kehilangan air dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu (Groupa, 2010):
1.
2.
Berhubungan dengan fluktuasi pemakaian air ini terdapat 4 macam pengertian, yaitu (AlLayla, 1978):
1. Pemakaian rata-rata perhari
a.
b.
................................................................................
Qmax day = Q rata-rata x fd
(2.29)
dimana fd = 0,6 1,5(Al-Layla, 1978);
b. Qmax day mempengaruhi sistem PAM dalam penentuan kapasitas maksimum dan
sistem transmisi.
3. Pemakaian sejam rata-rata (average hour demands)
a.
b.
a.
b.
Q puncak terjadi karena adanya pemakaian yang bersamaan pada saat tertentu;
c. Q puncak ini berpengaruh dalam menetapkan besarnya jaringan pipa distribusi dan
reservoar distribusi.
2.6 Metoda Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk (population projections) dan peramalan penduduk (population forecast)
sering dipergunakan sebagai dua istilah yang sering dipertukarkan. Meskipun demikian,
kedua istilah ini sebenarnya memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Berbagai literatur
menyatakan proyeksi penduduk sebagai prediksi atau ramalan yang didasarkan pada asumsi
rasional tertentu yang dibangun untuk kecenderungan masa yang akan datang dengan
II-31
Mengetahui keadaan penduduk pada masa kini, yaitu berkaitan dengan penentuan
kebijakan kependudukan serta perbandingan tingkat pelayanan yang diterima penduduk
saat ini dengan tingkat pelayanan yang ideal
2.
3.
Mengetahui pengaruh berbagai kejadian tehadap keadaan penduduk di masa lalu, masa
kini, dan masa yang akan datang.
diterapkan pada wilayah, dimana pada tahun-tahun awal observasi pertambahan absolut
penduduknya sedikit dan menjadi semakin banyak pada tahun-tahun akhir.
3. Model Eksponensial.
Metode eksponensial memiliki asumsi bahwa persentase pertumbuhan penduduk sama
setiap hari. Hasil proyeksi penduduk dengan menggunakan metode eksponensial akan
berbentuk garis lengkung yang lebih terjal daripada garis lengkung pada metode
geometrik.
2.7 Peraturan Terkait Sistem Penyediaan Air Minum
PDAM Kota Padang merupakan perusahaan milik pemerintah yang berfungsi dalam
penyediaan air bersih kepada masyarakat yang diawasi langsung oleh walikota. Berdasarkan
tingkatan, peraturan ini dapat dikelompokkan:
1.
Tingkat Internasional
Universal accesss, merupakan komitmen pemerintah untuk dapat memenuhi kebutuhan
dasar air minum dan sanitasi masyarakat yang telah wajib disediakan pemerintah pada
tahun 2019. Dimana pemantapan dan penyempurnaannya akan dilakukan hingga akhir
RPJPN 2025.
2.
Tingkat Nasional
a. Peraturan Pekerjaan Umum No.12 Tahun 2010 tentang pedoman dan kerjasama
pengusahaan pengembangan SPAM. Pengembangan Spam menurut peraturan ini
dengan mengidentifikasi rencana pengembangan spam sesuai yang terdapat pada
RPJMN, sehingga bisa dilaksanakan proyek pengembangan SPAM oleh badan terkait.
b. Peraturan Menteri PU tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM Nomor
18/PRT/M/2007.
c. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat
dan Pengawasan Kualitas Air Minum menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk
pengawasan kualitas air minum yang di konsumsioleh masyarakat agar tidak
menimbulkan gangguan kesehatan;
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/VI/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum menyatakan bahwa agar air minum yang dikonsumsi
masyarakat tidak menimbulkan gangguan kesehatan perlu ditetapkan persyaratan
kesehatan kualitas air minum.
3.
Tingkat Regional
II-33
Peraturan regional yang terkait yaitu Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 5 Tahun
2008 tentang Penetapan Kriteria Mutu Air Sungai di Provinsi Sumatera Barat.
II-34