Anda di halaman 1dari 25

BAB III

KRITERIA PERENCANAAN

3.1 Sumber Air Minum


Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi.
Sesuai dengan kegunaannya, air digunakan sebagai air minum, air untuk
mandi dan mencuci, air untuk pengaliran pertanian, air untuk sanitasi, dan
lain-lain. Kegunaan air seperti disebut di atas termasuk sebagai kegunaan
air secara konvensional.
Sumber air merupakan salah satu komonen utama yang ada pada
suatu sistem penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu
sisitem penyediaaan air besih tidak akan berfungsi ( sutrisno, 2000:13).
Macam – macam sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air
minun adalah sebagai berikut:
1. Air Laut
Mempunyai sifat asinkarena mengandung garam NaCl. Kadar
NaCl dalam air laut 3% dengan keadaan ini air laut tidak memenuhi
syarat sebagai air minum.
2. Air Atmosfer (Air Hujan)
Cara untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hrndaknya
jangan saat air hujanbaru mulai turun, karena masih mengandung
banyak kotoran. Air hujan jugamempunyai sifat agresif terutama
terhadap pipa – pipa penyalur maupun bak – bakreservoir, sehingga hal
ini akan mempercepat terjadinya korosi atau pengaratan. Air hujan juga
mempunyai sifat lunak sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.
3. Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi.
Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama
pengalirannya, misalnya olehlumpur, batang – batang kayu, daun –
daun, kotoran industri dan lain – lain. Air permukaan ada dua macam
yaitu air sungai dan air rawa.
Air sungai yang digunakan sebagai air minum hendaknya melewati
pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada
umumnya mempunyai derajat pengotor yang tinggi. Debit yang tersedia
untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat
mencukupi.
Air rawa kebanyakan berwarna disebabkan adanya zat – zat
organik yang telah membusuk, yang menyebabkan warna kuing coklat,
sehingga untuk pengambilan air sebaiknya dilakukan pada kedalaman
tertentu di tengah – tengah. Air permukaan yang lazim digunakan ialah
air sungai atau air danau atau air dari waduk dan bangunan
pengambilan air baku yang lebih dikenal dengan “intake”. Penempatan
bangunan tidak ditempatkan yang menyempit dari sungai, kecuali bila
kedua sisi sungai terbatas, hal tersebut untuk menghindari terjadinya
pengikisan terhadap bangunan intake atau sekitarnya sehingga
mengganggu keamanan bangunan. Penempatan bangunan pada
umumnya ditempatkan pada lokasi sudut yang tepat di aliran sungai,
dimana kandungan endapannya paling sedikit, terutama pada musim
hujan atau banjir serta untuk menghindari terjadinya erosi.
Bagi kualitas air baku dari sungai yang kurang baik pada umumnya
bangunan pengambil (intake) harus dilengkapi dengan fasilitas
pencegah sampah kasar/partikel kasar antara lain lumut, batang pohon,
daun, plastik dan lain – lain. Air baku yang bebas sampah, lumpur
kasar, pasir dialirkan/ dikirim ke unit pengolahan melalui saluran
pembawa (transmisi).
4. Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di permukaan tanah di dalam
zonajenuh dimana tekanan hidrostatisnya sama atau lebih besar dari
tekanan atmosfer (suyono,1993:1). Air tanah terbagi atas air tanah
dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal, terjadi karena adanya
daya proses resapan air dari permukaan tanah. Air tanah dangkal ini
pada kedalaman 15 m2 sebagai sumur air minum, air dangkal ini
ditinjau dari segi kualitas agar baik, segi kuantitas kurang cukup dan
tergantung pada musim. Air tanah dalam, terdapat setelah lapisan rapat
air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam tidak semudah air
dangkal karena harus digunakan bor dan memasukkan pipa
kedalamannya sehingga dalam suatu kedalaman biasanya antara 100-
300 m2. Air tanah terutama berasal dari air hujan yang jatuh di
permukaan tanah/bumi dan sebagian besar meresap ke dalam tanahdan
mengisi rongga – rongga atau pori – pori di dalam tanah. Kandungan
air tanah di dalam tanah tergantung dari struktur tanahnya, apakah
tanah yang rembes air atau mempunyai lapisan air yang kedap air.
Air artesis apabila air tanah terletak di dalam lapisan kedap air,
disebut positif apabila keluar sendirinya ke permukaan tanah, dan
disebut air artesis negatif apabila kelar ke permukaan tanah dengan
bantuan pompa. Mata air terjadi apabila terdapat lubang pada
permukaan tanah dan terjadi aliran air yang keluar ke permukaan tanah
baik secara gravitasi atau secara artesisi.
5. Mata Air
Yaitu air tanah yang keluardengan sendirinya ke permukaan tanah
dengan hampir tidak dipengaruhi oleh musim, sedangkan kualitas atau
kuantitasnya sama dengan air dalam. Berdasarkan keluarnya
(munculnya ke permukaan tanah) terbagi atas:
a. Rembesan, dimana air ke luar dari lereng – lereng.
b. Umbul, dimana air keluar ke permukaan pada suatu dataran.
Winarni dalam Diktat Sistem Penyediaan Air Minum (2003:8-9)
menyebutkan konsumsi air di perkotaan dapat diklasifikasikan
dalam beberapa penggunaan, seperti dijelaskan dibawah ini :
a. Kebutuhan domestik
Adalah air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga, misalnya untuk minum, masak, mencuci, mandi,
membersihkan, mencuci baju, penggelontoran toilet, dll.
Kebutuhan domestik memepunyai rentang yang lebar, sesuai
dengan standar hidup konsumen, kebiasaan, adat istiadat dan
musim.
b. Kebutuhan publik atau umum
Adalah air yang digunakan untuk keperluan public dan dapat
dikelompokkan untuk :
1) Institusi, misalnya pemakaian air di gedung milik
publik,seperti kantor pemerintahan, kantor sarana kota,
sekolah serta untuk sarana sosial lainnya seperti rumah
sakit, panti asuhan, rumah jompo, dll.
2) Perkotaan, yaitu air yang dipakai untuk pemeliharaan
kota, misalnya pembersihan jalan, penyiraman tanaman,
penggelontoran saluran kota, air mancur, pemadam
kebakaran.
3) Kebutuhan komersial, dikonsumsi pada sarana komersial
seperti gedung perkantoran, restaurant, pertokoan,
departemen store, hotel. Selain dipengaruhi oleh jumlah
pekerja pada gedung tersebut, konsumsi air juga
dipengaruhi oleh luas lantai gedung.
4) Kebutuhan industri, industri umumnya mengkonsumsi air
dalam jumlah yang besar. Kualitas yang digunakan
tergantung dari besar pabrik dan juga tipe industri. Air
digunakan untuk proses industri, air pendingin dan juga
kebutuhan karyawan (domestik). Selain itu penggunaan
air resirkulasi dalam industri juga dapat menekan atau
mereduksi kebutuhan air industri.
5) Lain-lain, misalnya untuk memenuhi kebihan air di
pelabuhan. Selain air digunakan untuk memenuhi
kebutuhan domestik karyawan (kantor di pelabuhan),
juga konsumsi air di pelabuhan termasuk supplai air
bersih ke kapal yang akan berlayar.
Pemakaian kebutuhan air maksimum ini mempertimbangkan
peningkatan jumlah penduduk, pemakaian air untuk keperluan instalasi
itu sendiri serta memperhatikan kebocoran air yang terjadi sehingga
instalasi tersebut dapat memenuhi kapasitas permintaan konsumen.
3.2 Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum
3.2.1 Unit-unit dalam distribusi air minum
Dalam perencanaan sistem penyediaan air minum terdapat unit – unit
dalam distribusi air minum yaitu:
1. Unit air baku
Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air
bersih yang mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa
diambil dari air tanah, air permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai
dengan yang diperlukan.
2. Unit produksi
Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya
memenuhi kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan fisika,
kimia, dan bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum
memenuhi syarat kesehatan akan berubah menjadi air bersih atau
minum yang aman bagi manusia.
3. Unit distribusi
Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang
menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang layak
didistribusikan ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem
pengaliran gravitasi atau pompanisasi.
4. Unit transmisi
Unit transmisi merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis
sumber air menjadi air bersih. Teknologi pengolahan disesuaikan
dengan sumber air yang ada.
5. Unit pelayanan
Unit distribusi dan Unit konsumsi adalah unit penyaluran sumber air
baku kepada warga melalui pipa yang dihubungkan dari reservoar
sampai ke rumah warga agar bisa dimanfaatkan warga.
3.2.2 Kualitas air baku
Baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah didasarkan pada
standar kualitas air minum yang dikeluarkan Menteri Lingkungan
Hidup yaitu PP No.82 tahun 2001. Menurut PP No.82 tahun 2001, air
dapat digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu :
1. Kelas I, air yang digunakan sebagai air minum secara langsung
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Kelas II, air yang digunakan sebagai air baku air minum.
3. Kelas III, air yang digunakan untuk perikanan dan peternakan.
4. Kelas IV, air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan
dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan PLTA.
Selain baku mutu yang dikeluarkan oleh Menteri Lingkungan
Hidup tersebut ada juga Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syaratdan
Pengawasan Kualitas Air Minum. Parameter air sungai yang harus
diperhatikan yaitu:
1. Parameter Fisika
- Temperatur : 10oC – 25oC. Direkomendasikan 25oC
- Warna
- Kekeruhan
- TDS
2. Parameter Kimia
- pH : mempengaruhi tingkat keasaman pada air
- Klorida : akan menyebabkan korosi
- CO2 dan Sulfat : dapat bersifat agresif dan menurunkan nilai pH
- Flourida : menyebabkan keracunan
- Besi : menyebabkan noda pada kain
- Kesadahan : mempengaruhi kesehatan
- BOD dan COD : mengganggu kesehatan
- Oksigen terlarut : mengganggu kesehatan
- Amonia bebas : mengganggu kesehatan dan berbau
- Nitrat dan Nitrit : mengganggu kesehatan
- Mangan : menyebabkan keracunan
- Timbal : menyebabkan kanker
- Kadmium : mempengaruhi ginjal dan menyebabkan kanker
- Raksa : mempengaruhi kerja syaraf sehingga dapat lumpuh
- Deterjen : mengganggu kesehatan dan estetika
3. Parameter Bakteriologis
ColiformGroup adalah bakteri yang menyebabkan gangguan kesehatan
pada perut.

3.3 Langkah – Langkah Perencanaan


Sistem Distribusi Air Minum mempunyai fungsi pokok
mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke seluruh daerah
pelayanan. Pada perencanaan jaringan pipa distribusi air minum di
Kecamatan Mergangsan, analisa jaringan akan menggunakan program
EPANET 2.0.0.12 yang dinilai mudah dan praktis dalam menganalisa
jaringan perpipaan distribusi. Dibutuhkannya perkiraan batas zona-zona
pelayanan pada daerah pelayanan agar dapat mengidentifikasi subyek
pemakai air dan seluruh kebutuhan air.
a. Kajian Terhadap Peta
Kajian terhadap topografi lokasi perencanaan dilakukan dengan
menggunakan peta skala 1 : 10.000 sampai 1 : 25.000. Adapun yang
harus diamati pada peta ini antara lain :
1. Lokasi pemukiman dan daerah pelayanan
2. Jalur jalan
3. Elevasi tanah (Dharmasetiawan2004:V 2-3)
b. Menentuan Proyeksi Penduduk
Dalam suatu pengaliran air di sistem distribusi kebutuhan air dalam
keadaan tidak selalu sama dari waktu ke waktu. Karakteristik
pemakaian air ini sangat tergantung dari budaya pemakaian air. Karena
suatu jaringan pipa perlu direncanakan suatu kurun waktu tertentu
kedepan maka kebutuhan air perlu diproyeksikan 20 tahun ke depan.
Berdasarkan kebutuhan ini kemudian direncanakan diameter pipanya
(Dharmasetiawan 2004:III-1).
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi proyeksi penduduk
- Jumlh populasi dalam suatu wilayah
- Kecepatan pertambahan atau pertumbuhan penduduk
- Kurun waktu proyeksi
2. Metode proyeksi
- Metode geometri

Pn=Po(1+r )n

Dimana : Pn = jumlah penduduk tahun proyeksi


Po = jumlah penduduk tahun awal proyeksi
r = pertumbuhan penduduk
n = selisih tahun proyeksi

n . ∑ XY −∑ X . ∑ Y
r=
[(n . ∑ Y −(∑ Y ) )] . [(n . ∑ X −(∑ X ) )]
2 2 0,5 2 2 0,5

Keterangan : X = nomor tahun data


Y = jumlah penduduk
r = nilai korelasi (AKATIRTA 2007:18-21)

c. Pembuatan Zona
Pembuatan zona pelayanan dilakukan agar dapat mengetahui
daerah mana yang dapat dilayani oleh sebuah jalur pipa dan antisipasi
apabila data sekunder berupa peta tidak ada dimana harus melakukan
pemetaan sendiri dari hasil pengukuran di lapangan.
d. Perhitungan Kebutuhan Air
Dalam kehidupan sehari – hari penggunaan air sangat beragam
tergantung dari jenis pemakaiannya. Kebutuhan air total untuk suatu
daerah perencanaan merupakan penjumlahan dari kebutuhan air
domestik, non domestik ditambah sejumlah air untuk kehilangan air
(kebocoran), pemadam kebakaran, serta perkalian dengan faktor hari
maksimum atau faktor jam puncak.
1) Kebutuhan Domestik
Kebutuhan domestik merupakan penggunaan air untuk
kebutuhan sehari-hari atau rumah tangga. Perkiraan kebutuhan air
domestik dapat dianalisa dari kriteria kebutuhan air atau pemakaian
air yang tercatat pada rekening air setiap bulannya dengan
mengambil sampel secara proporsional di suatu daerah pelayanan.
Kebutuhan air domestik terdiri dari kebutuhan sambungan rumah
(SR) dan hidran umum (HU).
2) Kebutuhan Non Domestik
Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air untuk
memenuhi sarana-sarana kota, seperti sarana sosial, sarana ibadah,
industri, niaga dan sarana umum lainnya (Dharmasetiawan 2004:III
18-19).
Dalam melakukan perhitungan kebutuhan air, digunakan
kriteria kebutuhan air domestik dan non domestik seperti tercantum
dalam Tabel 5 dan Tabel 6. Penentuan kriteria kebutuhan air
didasarkan atas jumlah penduduk daerah yang akan didistribusi.
(Perhitungan detail kebutuhan air pada lampiran 1)
Tabel 1. Kriteria Kebutuhan Air Domestik
Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk ( Jiwa )
500.000 – 100.000 – 20.000 – <
No URAIAN > 1.000.000
1.000.000 500.000 100.000 20.000
METRO
BESAR SEDANG KECIL DESA
Konsumsi Unit Sambungan Rumah
1. 190 170 150 130 100
( L/orang/hari)
Konsumsi unit Hidran Umum
2. 30 30 30 30 30
(L/org/hari)
3. Konsumsi unit Non Domestik (%) 20 -30 20 – 30 20 – 30 20 – 30 10 – 20
4. Kehilangan Air (%) 20 – 30 20 – 30 20 – 30 20 – 30 20
5. Faktor Hari Maksimum 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
0
2

6. Faktor Jam Puncak 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5


7. Jumlah Jiwa per SR 5 5 6 6 10
8. Jumlah Jiwa per HU 100 100 100 100 – 200 200
Sisa Tekan di Jaringan Distribusi
9. 10 10 10 10 10
(mka)
10
Jam Operasi 24 24 24 24 24
.
11 SR : HU 50 : 50 s.d. 80 : 50 : 50 s.d. 80 : 20 70 : 30 70 : 30
. 20
80 : 20
12
Cakupan pelayanan * 90 90 90 90 **70
.
Keterangan : *) 60% perpipaan ; 30% non perpipaan
**) 25% perpipaan ; 45% non perpipaan (KIMPRASWIL 2002:470)

Setiap 10000 jiwa : 1L /det


5%
Tabel 2. Kriteria Kebutuhan Air Non Domestik
Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk ( Jiwa )
> 500.000 – 100.000 – 20.000 –
No URAIAN < 20.000
1.000.000 1.000.000 500.000 100.000
DESA
METRO BESAR SEDANG KECIL
1. Sekolah (L/murid/hari) 10 10 10 10 5
2. Rumah Sakit (L/tempat tidur/hari) 200 200 200 200 200
3. Puskesmas/BKIA (m3/hari) 2 2 2 2 1,2
4. Masjid/gereja (m3/hari) 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2
5. Kantor (L/pegawai/hari) 10 10 10 10 10
6. Pasar (m3/ha/hari) 12 12 12 12 12
7. Hotel/losmen (L/tempat tidur/hari) 150 150 150 150 90
Rumah makan (L/tempat
8. 100 100 100 100 100
duduk/hari)
9. Komplek Militer (L/orang/hari) 60 60 60 60 60
10 10
Kawasan industri (L/detik/hektar) 0,2 – 0,8 0,2 – 0,8 0,2 – 0,8 0,2 – 0,8
. L/pekerja/hari
11 Kawasan Pariwisata
0,1 – 0,3 0,1 – 0,3 0,1 – 0,3 0,1 – 0,3 0,1 – 0,3
. (L/detik/hektar)
Sumber : Dirjen Cipta Karya DPU, 1994 dalam AKATIRTA III, 2011:6
3.4 Sistem Distribusi Air Minum
Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan
konsumen, yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang
telah memenuhi syarat ke seluruh daerah pelayanan. Sistem ini meliputi
unsur sistem perpipaan dan perlengkapannya, hidran kebakaran,
tekanan tersedia, sistem pemompaan (bila diperlukan), dan reservoir
distribusi. (Agustina 2007: ii-6)
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah
tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi
(kontinuitas pelayanan), ketersediaan air setiap waktu, serta menjaga
keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi pengolahan.
a. Sistem Pengaliran
- Sistem gravitasi
Sistem pengaliran gravitasi diterapkan apabila elevasi sumber air
mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan,
sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan. Cara ini
dianggap cukup ekonomis, karena hanya memanfaatkan beda
ketinggian lokasi.
Rumus umum :

2,63 0,54
Q ¿ 0,2785. C HW . D .S

Keterangan : Q = debit aliran (m3/detik)


S (slope) = h/L
L = panjang pipa (m)
h = sisa tekan (m) = H – hf
H = beda tinggi (m)
hf = kehilangan tekanan air disepanjang jalur pipa
- Sistem pemompaan
Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang
diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke
konsumen. Sistem ini digunakan jika elevasi antara sumber air atau
instalasi pengolahan dan daerah pelayanan tidak dapat memberikan
tekanan yang cukup. Cara ini sering digunakan pada daerah yang datar
dan tidak ada daerah yang berbukit.
Rumus umum yang dipakai :
QHγ QHγ
D= Atau D= (hp)
η 75 η
Dimana :
D = daya pompa
Q = debit aliran (m3/detik)
H = tinggi tekanan efektif (m)
γ = berat jenis zat cair (kgf/m3)
hp = head pompa
η = efisiensi pompa
h = sisa tekan (m)
hm1 = kehilangan tekanan akibat acesoris (A-B)
hm2 = kehilangan tekanan akibat acesoris (P-B)
- Cara gabungan
Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan
tekanan yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada
kondisi darurat, misalnya saat terjadi kebakaran, atau tidak adanya
energi.Selama periode pemakaian rendah, sisa air dipompakan dan
disimpan dalam reservoir distribusi. Karena reservoir distribusi
digunakan sebagai cadangan air selama periode pemakaian tinggi dan
pemakaian puncak,maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas
debit rata-rata.
Catatan :
Rumus yang dipakai dari Pompa ke Reservoir adalah rumus
sistem pengaliran pompa, sedangkan dari Reservoir ke
pelanggan memakai rumus sistem pengaliran gravitasi.
b. Sistem Perpipaan Distribusi
1) Sistem pipa feeder/pipa hantar
- Pipa induk atau pipa primer (Supply main pipe)
Pipa primer adalah pipa yang berfungsi membawa air minum dari
instalasi pengolahan atau reservoirdistribusi ke daerah pelayanan. Pipa
primer ini memiliki diameter yang relatif besar.
- Pipa sekunder (Arterial main pipe)
Pipa sekunder merupakan cabang dari pipa primer tersebut, dimana
pipa ini dapat disambungkan ke konsumen. Pipa sekunder ini
mempunyai diameter sama atau kurang dari pipa primer.
2) Sistem pipa pelayanan
- Jaringan pipa tersier
Pipa tersier merupakan pipa yang dapat disambungkan dari pipa
primer maupun sekunder untuk melayani pipa servis. Tetapi
pemasangan langsung pada pipa primer tidak menguntungkan karena
dapat mengganggu pengaliran dalam pipa.
- Pipa servis atau pipa pemberi air (Service connection)
Pipa servis merupakan pipa yang dihubungkan langsung dengan
konsumen dan dapat langsung disambungkan pada pipa sekunder
maupun tersier. Pipa servis ini memiliki diameter yang relatif kecil
dibandingkan dengan pipa sekunder dan tersier.
3) Sistem waktu distribusi
- Sistem Intermitten
Merupakan sistem dimana air minum yang ada disuplai dan
didistribusikan kepada konsumen hanya beberapa jam dalam satu hari.
Biasanya 2 sampai 4 jam pagi hari dan 2 sampai 4 jam pada sore hari.
Sistem ini dipilih terutama apabila kuantitas dan tekanan air tidak
cukup tersedia dalam sistem. Penggunaan sistem ini cocok untuk
daerah dengan sumber air yang terbatas.
- Sistem Continuous
Merupakan sistem dimana air minum yang ada akan disuplai dan
distribusikan secara terus-menerus selama 24 jam. Keuntungan dari
sistem ini adalah konsumen setiap saat dapat memperoleh air dan
kerugiannya adalah pemakaian air cenderung akan lebih boros serta
jumlah air yang hilang sangat besar jika terjadi sedikit kebocoran pada
pipa. (Akatirta 2007:9-13)
4) Jaringan distribusi
- Sistem cabang (branch)
Sistem cabanga dalah jaringan berbentuk cabang dengan jalur buntu
(dead-end) menyerupai cabang sebuah pohon. Pada pipa induk utama
(primary feeders), tersambung pipa induk sekunder (secondary
feeders), dan pada pipa induk sekunder tersambung pipa pelayanan
utama (small distribution mains) yang terhubung dengan penyediaan
air minum dalam gedung. Dalam pipa dengan jalur buntu, arah aliran
air selalu sama dan suatu areal mendapat suplai air dari satu pipa
tunggal.

Reservoir

Pipa Sekunder
Pipa Induk

Pipa Tersier

Gambar 4. Sistem Cabang (Branch)

Persamaan persegi :

L1V 1²
ZA−hT =hf 1=f 1
D 12 g

L 2V 2 ²
ZB−hT =hf 2=f 2
D2 2 g

L3V 3²
hT −hf 3=f 3
D32g
Persamaan kontinuitas :

Q1 + Q2 = Q3

Dari persamaan di atas, jika ZA, ZB, dan sifat-sifat pipa diketahui maka
hT, Q1, Q2 dan Q3 dapat di hitung.(Triadmodjo 2003:84-85)

- Sistem melingkar (Loop)


Merupakan sistem jaringan pipa induk distribusi, dimana antar pipa
saling berhubungan satu dengan yang lain membentuk lingkaran,
sehingga pada pipa distribusinya tidak ada titik mati (dead end) dan
bersifat bolak balik.

Reservoir

Pipa Induk

Pipa Sekunder

Pipa Tersier

Gambar 5. Sistem Melingkar (Loop)

Untuk menyelesaikan perhitungan sistem melingkar (loop) dapat


digunakan Metode Hardy Cross. Metode Hardy Cross ini dilakukan secara
literatif. Pada jaringan pipa dipenuhi persamaan kontinuitas dan tenaga
yaitu :
1. Aliran dalam pipa harus memenuhi hukum-hukum gesekan pipa untuk
aliran dalam pipa
2
8.Q f . L
H= 2
x 5
π .g D
Dimana : H = kehilangan energi (m)
f = koefisien gesekan (Darcy)
L = panjang pipa (m)
Q = debit aliran (m3/detik)
D = diameter pipa (m)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
π = 3,14
2. Aliran masuk ke dalam tiap-tiap simpul harus sama dengan aliran yang
keluar (ΣQ =0)
3. Jumlah aljabar dari kehilangan tenaga dalam satu jaringan tertuttup
harus sama dengan nol (Σhf = 0)

- Sistem gabungan (Loop and Branch System)


Sistem gabungan adalah gabungan dari sistem cabang dan sistem
melingkar yang kelebihannya adalah dapat mendesain pipa secara
fleksibel dalam pengembangan jaringan distribusi baru. Akan tetapi
kekurangannya adalah apabila terdapat kebocoran, tekanan pada
jaringan loop terganggu dan tidak berjalan sempurna. (AKATIRTA,
2007)

Reservoir
Pipa Induk

Pipa Sekunder
Pipa Sekunder

Pipa Tersier
Pipa Induk

Pipa Tersier

Gambar 6. Sistem Gabungan


Catatan :
Rumus yang digunakan adalah rumus sistem cabang seperti pada
halaman 25, sedangkan yang dipakai dalam sistem melingkar ada pada
halaman 26.
- Sistem gridiron
Pipa induk utama (primary feeders) dan pipa induk sekunder
(secondary feeders) terletak dalam kotak, dengan pipa induk utama,
pipa induk sekunder, serta pipa pelayanan utama (small distribution
mains) saling terhubung. Sistem ini paling banyak digunakan. Salah
satu kelebihannya adalah air dalam sistem mengalir bebas ke beberapa
arah dan tidak terjadi stagnasi seperti bentuk cabang. Kekurangan
menggunakan sistem ini adalah perhitungan ukuran pipa lebih rumit
serta membutuhkan biaya lebih banyak sehingga lebih mahal.

Keterangan :
Saluran utama (Primer)

Saluran cabang (sekunder)

Gambar 7. Sistem Gridiron

(Joko 2010 : 17-19)

3.5 Kriteria Perencanaan Dimensi Pipa Distribusi Air Minum


Tabel 3. Kriteria Perencanaan Dimensi Pipa Distribusi Air Minum
No. Uraian Notasi Kriteria
Kebutuhan air jam
puncak (Q.peak) =
1 Debit Perencanaan Q.peak
F.peak x Q.rata-
rata
(1,5 – 2) hari rata-
2 Faktor Jam Puncak F.peak
rata

3 Kecepatan Aliran dalam Pipa V.min 0,3 m/detik


No. Uraian Notasi Kriteria
a. Kecepatan Minimum V.max 3,0 m/detik
b. Kecepatan Maksimum V.min 6,0 m/detik
 Pipa PVC atau ACP
 Pipa Baja atau DCIP
4 Tekanan Air dalam Pipa
a. Tekanan Minimum h.min 1 atm, pada titik
jangkauan
pelayanan terjauh
b. Tekanan Maksimum
 Pipa PVC atau ACP h.max 8 atm
 Pipa Baja atau DCIP h.max 10 atm
 Pipa PE 100 h.max 12,4 Mpa
 Pipa PE 80 h.max 9,0 Mpa

(DPU Cipta Karya dalam AKATIRTA III 2007:1)

1) Tekanan Air dan Kecepatan Aliran


Tekanan kerja maksimum pada perpipaan tidak boleh melebihi
batas yang diizinkan untuk setiap jenis pipa. Namun tekanan kerja
minimum pada konsumen terjauh yang diizinkan adalah 1,0 kg/cm2. Sebab
jika tekanan air kurang, akan menyebabkan kesulitan dalam pemakaian
air.Sedangkan tekanan air yang berlebih dapat menimbulkan kebocoran,
rusaknya peralatan plumbing, dan memungkinkan terjadinya water
hammer.
Pada umumnya, batas kecepatan dalam pipa yang sering digunakan
berada pada kisaran 0,3 m/detik – 3,0 m/detik. Batasan tersebut dimaksud
untuk menghindari adanya endapan/kerak dan korosi yang ditimbulkan
akibat rendahnya kecepatan aliran dalam pipa.
2) Kehilangan Tekanan (Head Loss)
Pada zat cair yang mengalir di dalam bidang batas (pipa, saluran
terbuka, atau bidang datar) akan terjadi tegangan geser dan gradien
kecepatan pada seluruh medan aliran karena adanya kekentalan. Tegangan
geser tersebut akan menyebabkan terjadinya kehilangan tenaga selama
pengaliran. (triatmodjo 2003:25)
a. Major losses
Major losses terjadi akibat adanya gesekan air dengan dinding pipa.
- Hazen Williams
Rumus umum :

( )
1,85
Q
hf = 2,63 ×L
0,2785 ×Chw × D
Dimana : hf = major losses sepanjang pipa lurus (m)
Q = debit aliran (m3/detik)
Chw = koefisien hazen williams
D = diameter pipa (m)
L = panjang pipa (m) (Dharmasetiawan 2004:II-8)
- Darcy-Weisbach

L V2
hf =f . .
D 2g

Keterangan : hf = kehilangan tekanan/major losses (m)


f = faktor gesekan (koefisien gesekan) grafik Moody
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
v = kecepatan aliran (m/detik)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
catatan :
f = dengan rumus Reynold
dimana :
Re = bilangan Reynold VD
Re =
v
v = viskositas kinematik air (m2/detik)
b. Minor losses
Kehilangan tekanan yang disebabkan oleh perubahan penampang pipa,
sambungan, belokan dan katup.
Persamaan :
( )
2
V
2
A1
hm = K× 1 , dengan K= 1−
2g A2

Dimana : D1 = diameter awal pipa (m)


D2 = diameter akhir pipa setelah perbesaran (m)
V1 = kecepatan awal (m/detik)
V2 = kecepatan akhir (m/detik)
P1 = tekanan awal pipa (atm)
P2 = tekanan akhir pada pipa (atm)
K = koefisien kehilangan tenaga
A1 = luas penampang awal (m2)
A2 = luas penampang akhir (m2)
3) Kehilangan Air
Dalam suatu sistem penyediaan air minum tidak seluruhnya air
yang diproduksi instalasi sampai kepada konsumen. Biasanya terdapat
kebocoran di sana–sini yang disebut dengan kehilangan air. Kehilangan air
dari data pengamatan umumnya adalah antara 25 % sampai 40 %, hal ini
sangat tergantung dari pola pengelolaannya. (Dharmasetiawan 2004:III-
21)

Q=v×A

Qkebocoran = % kebocoran × (Qdomestik + Qnon domestik)

Dimana : Q = debit (m3/detik)


v = kecepatan aliran (m/detik)
A = luas penampang pipa (m2)
4) Kebutuhan Jam Puncak
Dalam periode satu hari, terdapat jam-jam tertentu dimana
pemakaian airnya maksimum. Keadaan ini dicapai karena adanya
pengaruh pola pemakaian air harian. Besarnya faktor puncak didasarkan
pada pengamatan karakteristik daerah tersebut sekitar 140 % - 170 %
dikalikan debit rata-rata. Kapasitas pipa induk dan retikulasi direncanakan
sama dengan kebutuhan puncak.(Dharmasetiawan, 2004:III-22).

Q Rata-rata harian= Q domestik + Q non domestik + Q kebocoran

Q Hari maksimum= Q Rata-rata × faktor hari maksimum

Q Jam puncak= Q Rata-rata × faktor jam puncak

Dengan Q = debit (m3/detik) (AKATIRTA 2007:21)


5) Reservoir
Reservoir distribusi merupakan bangunan penampungan air minum
sebelum dilakukan pendistribusian ke pelanggan yang umumnya
diletakkan di dekat jaringan distribusi pada ketinggian yang cukup untuk
mengalirkan secara merata ke seluruh konsumen. Peletakkan reservoir
sendiri ada yang berada di bawah tanah (ground reservoir) dan berada di
atas dengan bentuk bangunan menara dengan ketinggian tertentu agar
pengaliran air dapat dilakukan secara gravitasi yang biasa disebut
reservoir menara air (elevated reservoir). Berdasarkan fungsinya, reservoir
dapat dibedakan menjadi :
a. Reservoir penyeimbang (Balancing reservoir)
Reservoir yang menampung kelebihan air pada saat pemakaian air
oleh konsumen (relatif) lebih kecil daripada air yang masuk/suplai,
kemudian didistribusikan kembali pada saat pemakaian air oleh
konsumen (relatif) lebih besar dari pada air yang masuk/suplai.
b. Reservoir distribusi
Reservoir yang menampung air bersih dari instalasi pengolahan air
atau mata air untuk kemudian didistribusikan ke daerah pelayanan
melalui pipa distribusi. (Joko 2010:237)
3.6 Simulasi Jaringan Perpipaan
Alat bantu yang akan membantu untuk simulasi jaringan peripaan
distribusi menggunakan EPANET 2.0.0.12dimana merupakan program
komputer yang berbasis windows untuk program simulasi dan
perkembangan waktu dari profil hidrolis dan perlakuan kualitas air
bersih dalam suatu jaringan pipa distribusi, yang didalamnya terdiri dari
titik/node/junction pipa, pompa, valve (aksesoris), dan reservoir.
Program ini didesain sebagai alat untuk mengetahui perkembangan dan
pergerakan air serta degradasi unsur kimia yang terkandung dalam air di
pipa distribusi, yang dapat digunakan untuk analisa berbagai macam
sistem distribusi detail desain, model kalibrasi hidrolis, analisa sisa
khlor, dan beberapa unsur lainnya.
Output yang dihasilkan dari program ini antara lain debit yang
mengalir dalam pipa, tekanan air dari masing-masing
titik/node/junction yang dapat dipakai sebagai analisa dalam
menentukan operasi instalasi, pompa dan reservoir serta besarnya
konsentrasi unsur kimia yang terkandung dalam air yang akan
didistribusikan dan dapat digunakan sebagai simulasi penentuan lokasi
sumber sebagai arah pengembangan. (Agustina 2007 : ii-20)
a. Input data
Dalam menganalisis sistem hidrolis pada jaringan pipa diperlukan
input data berupa :
1. Panjang pipa
2. Diameter pipa
3. Kekasaran pipa
4. Elevasi
5. Kebutuhan air (base demand)
6. Fluktuasi pemakaian air
7. Head di titik pengambilan
b. Hasil analisis
Hasil analisis EPANET 2.0.0.12dari input dasar jaringan dapat
ditampilkan berupa peta, grafik, serta tabel. Hasil analisis tersebut
berupa :
1. Data elevasi
2. Data tekanan dan sisa tekan
3. Demand dan base demand
4. Diameter serta panjang pipa
5. Debit aliran dan kecepatan aliran
6. Kehilangan tekanan (Rossman 2004)

Note: berurusan dengan transmi

Intake, pompa, IPA, teservor induk ,Qmak (debit maksimum)

Distribusi : Qpeac / punyak

Resrvoar, pipa distribusi, dll

Anda mungkin juga menyukai