TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Air bersih berperan penting kehidupan manusia dalam berbagai macam bentuk kegiatan sehari-
hari. Misalnya saja dalam keperluan rumah tangga, air bersih banyak digunakan untuk
keperluan mencuci, memasak makanan, dan minuman serta keperluan-keperluan mandi cuci
kakus dan lain sebagainya. Berdasarkan berbagai kebutuhan itulah maka dilakukan usaha-usaha
guna memenuhi kebutuhan air bersih yang dapat digunakan oleh masyarakat luas. Manusia
melakukan berbagai upaya untuk mendapatkannya dan dalam usaha pemenuhan kebutuhan air
bersih untuk masyarakat ini tidak akan terlepas dari proses penyediaan atau produksi air bersih,
analisa dari kebutuhan tiap-tiap daerah yang akan disalurkan air bersih hingga perhitungan
dimensi pipa penyalur serta jaringan pipa distribusi yang menjadi media pendistribusian air
bersih ke masyarakat (Tampubolon, 2020).
Penyediaan air bersih sendiri merupakan suatu kegiatan menyediakan air bersih untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat dan bersih.
Pendistribusian air bersih merupakan penyaluran atau pembagian air bersih melalui sistem
perpipaan dari bangunan bagi. Seiring perkembangan zaman yang semakin maju dan semakin
bertambahnya jumlah penduduk di dunia, maka ketersediaan air bersih merupakan salah satu
objek kepentingan yang harus diutamakan (Tampubolon, 2020).
Peraturan Menteri Kesehatan No. 32 tahun 2017 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan air
adalah standar baku mutu kesehatan lingkungan untuk media air untuk keperluan higiene
sanitasi, meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia yang dapat berupa parameter wajib dan
parameter tambahan. Air untuk keperluan higiene sanitasi tersebut digunakan untuk
memeliharaan kebersihan perorangan seperti mandi dan sikat gigi, serta untuk keperluan cuci
bahan pangan, peralatan makan, dan pakaian. Selain itu, air untuk keperluan higiene sanitasi
dapat digunakan sebagai air baku air minum (Partini, 2018).
Air bersih akhir-akhir ini sulit untuk didapatkan. Penyebab susah mendapatkan air bersih adalah
adanya pencemaran air yang disebabkan oleh limbah industri, rumah tangga, limbah pertanian.
Selain itu, adanya pembangunan dan penjarahan hutan merupakan penyebab berkurangnya
kualitas mata air dari pegunungan karena banyak tercampur dengan lumpur yang terkikis
terbawa aliran air sungai. Akibatnya, air bersih terkadang menjadi barang langka (Damayanti,
2018).
Skala nasional ketersediaan air bersih hingga kini baru mencapai sekitar 60%. Artinya masih
ada sekitar 40% atau kurang lebih sebanyak 90 juta rakyat Indonesia terpaksa menggunakan air
yang tak layak dari segi kesehatan untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
seharusnya menjadi perhatian semua pihak untuk memperhatikan kualitas lingkungan dan
mengembalikan fungsi hutan sebagai penyimpan cadangan air, melakukan revitalisasi air tanah
sebagai sumber air bersih bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dan sebagainya
(Tampubolon, 2020).
Berbagai macam upaya tersebut diharapkan mampu menjamin ketersediaan air yang memadai
bagi masyarakat baik dalam kualitas maupun kuantitas air bersih yang menjadi syarat bagi
kehidupan yang sehat dan produktif. Kelangkaan air dapat dijelaskan sebagai suatu kondisi
dimana sebagian besar pengguna air yang utama, termasuk untuk kepentingan lingkungan
hidup tidak dapat dipenuhi kebutuhannya baik kuantitas dan kualitasnya oleh institusi yang
kompeten dan bertanggung jawab terhadap upaya pengelolaan dan penyediaan air tersebut
(Tampubolon, 2020).
Air merupakan elemen yang paling melimpah di atas bumi yang meliputi 70 % permukaannya,
dan berjumlah kira-kira 1,4 ribu juta km3. Air juga merupakan kebutuhan utama bagi semua
makhluk hidup terutama manusia, karena tanpa air tidak ada satu makhluk hidup pun yang
dapat bertahan hidup. Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu sistem penyediaan air minum
yang memenuhi syarat secara kuantitas, kualitas dan tersedia secara terus-menerus. Tanpa
kualitas dan kuantitas yang cukup, akan menjadi ancaman terhadap kesehatan manusia. Tujuan
utama sistem penyediaan air dulunya adalah untuk menyediakan air yang cukup dan berlebihan.
Terdapat pembatasan dalam jumlah air yang dapat diperoleh pada masa kini, karena
pertimbangan penghematan energi dan adanya keterbatasan sumber air. Kuantitas air
merupakan suatu faktor kontrol dalam pemilihan sumber dan menentukan volume tangki
penyimpanan air. Angka pemakaian air, dengan mempertahankan beban puncak pemakaian,
seperti diperlukan untuk menentukan kapasitas pompa dan ukuran pipa (Kawamura, 1991).
Menurut Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan
air Minum pasal 1 ayat (6) dan ayat (7), Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) merupakan
satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum.
Sedangkan pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas
dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen,
keuangan, peran serta masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan
penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
1. Proyeksi penduduk;
Kebutuhan air untuk kepentingan domestik dan non domestik berdasarkan keadaan
eksisting;
2. Kehilangan air di sepanjang sistem berdasarkan kondisi eksisting;
3. Fluktuasi pemakaian air;
4. Data pendukung lainnya, seperti daerah pelayanan dan tata guna lahan, keadaan sosial
ekonomi masyarakat serta kemungkinan untuk pengembangan dimasa yang akan datang.
Ketersediaan air minum pada suatu daerah tergantung kepada bagaimana sistem penyediaan air
minum di daerah tersebut. Adapun sistem penyediaan air minum jika dilihat dari bentuk dan
tekniknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (Kawamura, 1991):
1. Air minum komunitas/ perkotaan (Community water supply system)
Sistem ini digunakan untuk pelayanan diperkotaan yang meliputi keperluan domestik,
perkotaan maupun industri. Sistem ini mempunyai kelengkapan komponen yang
menyeluruh dan kadang-kadang sangat kompleks, baik dilihat dari sudut teknik maupun
sifat pelayanannya. Sistem ini bisa mempergunakan satu atau lebih sumber untuk melayani
satu atau beberapa komunitas dan dengan pelayanan yang berbeda-beda.
2. Penyediaan air minum individual (Individual water supply system)
Sistem ini penggunaannya untuk individual dan untuk pelayanan yang terbatas.Pada
umumnya sistem ini sangat sederhana mulai dari sistem yang hanya terdiri dari satu sumur
atau satu sumber saja sebagai sistem, seperti sumur-sumur yang digunakan dalam satu
rumah tangga, sampai pada sistem yang dilihat dari komponennya lengkap, tetapi sistemnya
kecil baik dalam bentuk maupun kapasitasnya dan untuk pelayanan terbatas. Terbatas untuk
suatu lingkungan/kompleks perumahan tertentu ataupun suatu industri.
Menurut Chandra (dalam Damayanti, 2018), air yang diperuntukan bagi konsumsi manusia
harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan
aman tersebut, antara lain (Damayanti, 2018):
a. Bebas dari kontaminan atau bibit penyakit;
b. bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun;
c. tidak berasa dan berbau;
d. dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga;
HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY (2110943013) 3
e. memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen Kesehatan RI.
Menurut Sutrisno (dalam Tampubolon, 2020), sumber air bersih merupakan salah satu
komponen utama yang ada pada suatu sistem penyediaan air bersih, karena tanpa adanya
sumber air maka suatu sistem penyediaan air bersih tidak akan berfungsi. Sumber air bersih
yang terjaga dan dalam kondisi yang baik akan menghasilkan air bersih dengan kualitas yang
baik pula meskipun harus diolah terlebih dahulu untuk dikonsumsi. Menurut Sutrisno, ada
berbagai macam sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih, diantaranya
(Tampubolon, 2020):
1. Air atmosfir
Air atmosfir atau air hujan dalam keadaan murni sangat bersih, air menjadi tidak bersih
dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan
lain sebagainya. Maka untuk menjadikan hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada
waktu menampung air hujan jangan saat hujan mulai turun karena masih mengandung
banyak kotoran.
2. Air permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air
permukaan ini akan mengandung banyak kotoran selama mengalir di atas permukaan.
Kotoran-kotoran tersebut dapat berasal dari tanah, lumpur, dedaunan kering dan sebagainya.
Air permukaan terbagi menjadi dua macam, yaitu air sungai dan air rawa atau danau. Air
sungai yang digunakan sebagai air bersih dan air minum harus melewati proses pengolahan
terlebih dahulu dengan sempurna, karena air sungai umumnya memiliki kandungan kotoran
yang cukup tinggi. Air rawa atau danau juga harus melewati pengolahan yang sama karena
biasanya dalam air rawa atau danau banyak terkandung zat-zat organik yang telah
membusuk yang menyebabkan warna air rawa atau danau menjadi kuning kecokelatan.
3. Air tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah dalam zona jenuh dimana
tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer. Air tanah terbagi ke
dalam air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal adalah air tanah yang terjadi
karena adanya proses peresapan air ke dalam tanah. Sementara air tanah dalam adalah air
tanah yang terdapat setelah lapisan rapat air tanah yang pertama. Air tanah memiliki
karakteristik-karateristik yang dapat diuraikan seperti berikut:
a. Kualitas air tergantung pada air tanah yang dilaluinya;
b. umumnya jernih dan tidak mengandung tumbuh-tumbuhan mati;
c. kualitas air tanah dangkal umumnya kurang baik karena sudah terkontaminasi oleh air
permukaan yang berada di sekitarnya;
Menurut Depkes RI (dalam Partini, 2018), air untuk keperluan sehari-hari dapat diperoleh dari
beberapa macam sumber sebagai berikut (Partini, 2018):
a. Air hujan
Air hujan merupakan air angkasa dan ketika turun melalui udara akan melarutkan benda-
benda yang terdapat di udara. Benda-benda yang terlarut dari udara tersebut adalah Gas O2,
gas CO2, gas H2S, nitrogen, jasad-jasad renik dan debu. Kelarutan gas CO2 di dalam air hujan
akan membentuk asam karbamat (H2CO3) yang menjadikan air hujan bereaksi dengan asam.
Beberapa macam gas oksida dapat berada pula di dalam udara, diantaranya yang penting
adalah oksida belerang dan oksida nitrogen (S2O2 dan N2O2). Kedua oksida ini bereaksi
dengan air hujan akan membentuk larutan asam sulfat (H2SO4) dan larutan asam nitrat
(H2NO3). Setelah sampai ke permukaan bumi, air hujan bukan merupakan air bersih lagi.
b. Air permukaan
Air permukaan merupakan salah satu sumber yang dapat dipakai untuk sumber bahan baku
air bersih. Penyediaan air bersih terutama untuk air minum dalam sumbernya perlu
diperhatikan tiga segi yang penting yaitu kualitas, kuantitas dan kontinuitas air baku. Adapun
yang termasuk ke dalam kelompok air permukaan adalah air yang berasal dari sungai,
selokan, rawa, parit, bendungan, danau, laut, dan air tanah.
c. Air tanah
Air tanah adalah air hujan yang mencapai permukaan bumi akan menyerap kedalam tanah
dan akan menjadi air tanah. Beberapa lapisan tanah sambil berubah sifat air tanah adalah
lapisan tanah atas (top soil), lapisan tanah bawah (sub soil) dan lapisan batu kapur
(limestone).
Menurut Sutrisno (dalam Tampubolon, 2020), ada beberapa persyaratan dalam penyediaan air
bersih yaitu:
1. Persyaratan Kualitatif
Persyaratan kualitatif adalah persyaratan yang menggambarkan mutu atau kualitas air bersih.
Persyaratan kualitatif ini meliputi:
HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY (2110943013) 5
a. Syarat fisik
Syarat fisik dalam hal ini adalah indikator yang menunjukkan tingkat kejernihan, bau,
rasa dan juga suhu air bersih. Syarat fisik yang harus dimiliki oleh air bersih adalah harus
jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Syarat fisik yang harus dimiliki yaitu air tidak boleh
berwarna, air tidak boleh berasa, air tidak boleh berbau, suhu air hendaknya dibawah
udara (sejuk ± 25ºC) dan air harus jernih.
b. Syarat kimia
Syarat kimia air bersih adalah syarat yang membatasi air bersih dari kandungan jumlah
zat kimia di dalamnya. Air bersih yang layak tidak boleh mengandung bahan-bahan
kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa kandungan zat kimia yang selalu
teradapat dalam air antara lain adalah pH, total solid, zat organik, CO2 agresif,
kesadahan, Kalsium (Ca), Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Klorida
(Cl), Nitrit (NO2), Flourida (F), serta logam berat. Semua kandungan zat kimia tersebut
harus dibatasi komposisinya di dalam air bersih yang siap digunakan oleh masyarakat,
baik itu untuk keperluan sehari-hari maupun untuk keperluan makan dan minum.
c. Syarat radiologis
Syarat radiologis dalam air bersih adalah persyaratan yang mengharuskan air bersih
bebas dari kandungan bahan-bahan yang tercemar zat radioaktif seperti sinar alfa, beta
dan gamma dan juga limbah pembuangan seperti akibat dari pembangkit listrik tenaga
nuklir.
2. Persyaratan Kuantitatif
Persyaratan kuantitatif dalam penyediaan air bersihadalah persyaratan yang menjelaskan
tentang kuantitas dari air baku yang kemudian akan diolah menjadi air bersih siap guna.
Kuantitas air baku tersebut berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan air bersih penduduk
di suatu daerah yang dilayani. Selain ditinjau dari banyaknya jumlah air baku yang akan
diolah menjadi air bersih, persyaratan kuantitatif juga dapat ditinjau dari standar debit air
bersih yang dialirkan ke konsumen yang menggunakan air bersih tersebut. Kebutuhan air
bersih masyarakat umum bervariasi tergantung pada letak geografis, kebudayaan, tingkat
ekonomi, dan lingkungan tempat tinggal.
3. Persyaratan Kontinuitas
Persyaratan kontinuitas yang dimaksud adalah bahwa air baku yang merupakan sumber air
bersih harus dapat diambil secara terus menerus dengan besar debit yang relatif tetap.
4. Persyaratan Tekanan Air
Sistem transmisi merupakan cara untuk mengalirkan air baku dari sumber ke bangunan
pengolahan air minum, atau dari sumber ke pipa induk distribusi atau dari sumber ke reservoir.
Penetapan jalur pipa transmisi ditentukan berdasarkan jalur yang paling menguntungkan
ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis, dimana kondisi topografi maupun jarak saluran
adalah yang paling optimal ditinjau dari segi konstruksi pemasangan maupun biaya. Saluran
transmisi dapat berupa saluran alamiah maupun buatan (McGhee, 1991).
Sistem transmisi air bersih adalah sistem perpipaan dari bangunan pengambilan air baku ke
bangunan pengolahan air bersih atau suatu jaringan yang berfungsi untuk menyalurkan air
bersih dari sumber air ke resevoar. Saluran transmisi untuk aliran yang bertekanan biasanya
menggunakan pipa sebagai saluran pipa transmisi. Saluran transmisi untuk aliran yang
bertekanan dapat membawa air melalui jalur yang turun-naik mengikuti kontour permukaan
tanah yang dilewatinya. Pipa transmisi pada aliran bertekanan perlu memperhatikan titik yang
paling tinggi dan titik yang paling rendah. Pada titik yang paling tinggi, udara akan terjebak
didalamnya, yang akan menyebabkan penyumbatan aliran airnya. Untuk mengatasi hal tersebut,
maka diperlukan penempatan katup pelepas udara (air release valve). Air release valve juga
berfungsi untuk memasukkan udara ke dalam pipa agar dapat mempercepat aliran air pada saat
pengurasan pipa. Sedangkan pada titik yang paling rendah pada jalur pipa bertekanan akan
terkumpul kotoran yang terbawa oleh aliran air. Untuk mengatasi hal tersebut maka dibutuhkan
penempatan katup penguras (drain valve) (BPSDM PU, 2018).
Jaringan pipa transmisi di bagi menjadi dua, yaitu (BPSDM PU, 2018):
1. Jaringan pipa transmisi air baku, yang berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber air baku
ke instalasi pengolahan air minum.
2. Jaringan pipa transmisi air minum, berfungsi untuk mengalirkan air minum hasil olahan ke
reservoir penampungan hasil pengolahan air atau dari reservoar induk (penampung hasil
olahan) ke reservioir pembagi sebelum distribusi.
Sistem transmisi merupakan suatu sistem yang mengalirkan air baku dari sumber air ke
distribusi atau dari sumber ke unit pengolahan/Instalasi Pengolahan Air (IPA) dan diteruskan
ke reservoar. Dalam perencanaan dibuat beberapa jalur alternatif dan dipilih jalur yang paling
menguntungkan ditinjau dari segi teknis dan ekonomis. Saluran transmisi ini dapat berupa
Saluran transmisi dapat berupa saluran alamiah dan buatan. Ada tiga macam saluran transmisi,
yaitu (Triatmadja, 2016):
1. Saluran terbuka (open channel)
Saluran terbuka adalah saluran yang mengalirkan air dari suatu permukaan dan
permukaannya langsung berhubungan dengan udara bebas. Karakteristik dari saluran
terbuka adalah dipengaruhi oleh tekanan udara, penampang saluran umumnya tidak teratur,
dan berpengaruh terhadap kekasaran kedudukan permukaan aliran bebas dan cenderung
berubah sesuai bentuk dan ruang. Keuntungan saluran terbuka yaitu kapasitasnya besar,
ukurannya bervariasi, dan bentuk saluran yang umumnya dipakai adalah berbentuk
trapesium karena perubahan kecepatan tidak terlalu berfluktuasi dan dapat mengurangi
pengendapan. Kerugian dari saluran terbuka yaitu harus mengikuti kontur, kemungkinan
kehilangan air sangat besar, kemungkinan terjadinya gangguan, dan kecepatan dipengaruhi
oleh kemiringan saluran.
2. Saluran Tertutup
Biasanya saluran tertutup ini berupa bangunan yang dapat mengalirkan air dari intake ke unit
pengolahan dan bekerja pada tekanan atmosfer. Berdasarkan letaknya, ada dua tipe saluran
tertutup yaitu pada permukaan tanah dan di atas permukaan tanah (Triatmadja, 2016).
Debit yang masuk ke saluran tertutup dan terbuka dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut (Triatmadja, 2016):
Debit yang masuk ke saluran tertutup dan terbuka dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:
Q = A x v ....................................................................................................................(2.1)
……………
dimana:
Q = Debit air (m3/dtk)
A = Luas penampang saluran (m2)
v = Kecepatan aliran (m/dt)
Sedangkan untuk menghitung kecepatan air dapat dapat dihitung dengan rumus Manning,
yaitu:
1
= r 2/3 s 1/2
v .................................................................................................................................... (2.2)
n
dimana:
v = Kecepatan aliran (m/dtk)
3. Perpipaan
Sistem perpipaan merupakan saluran tertutup yang bekerja di bawah tekanan atmosfer dan
kapasitasnya terbatas. Karakteristik dari sistem perpipaan ini adalah (Triatmadja, 2016):
a) Tidak dipengaruhi oleh tekanan udara, tapi dipengaruhi oleh tekanan hidrolis;
b) Permukaan aliran tidak dipengaruhi oleh ruang dan waktu;
c) Dimensi pipa dihitung berdasarkan debit maksimum. Bahan pipa yang digunakan dapat
berupa: besi tuang, besi baja campur, besi baja, asbes, PVC, polyethylen dan semen.
Pemilihan bahan pipa berdasarkan (Triatmadja, 2016):
a) Diameter;
b) Kekuatan dan daya tahan;
c) Tekanan;
d) Ketahanan terhadap lingkungan (korosifitas);
e) Kemudahan dalam pengadaan, pengangkutan, dan pemasangan;
f) Harga dan biaya pemeliharaan;
g) Kekasaran pipa.
Dimensi dan tekanan dari pipa transmisi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
(Triatmadja, 2016):
1. Hazen William:
Q = 0,2785 x C x D2, 63 x S0, 54....................................................................................... (2.3)
2. Darcy Weisbach:
L v2
hf = f ………………………………………………………………………….…..(2.4)
D 2g
dimana: hf = Kehilangan tekanan (m)
f = Koefisien kekasaran pipa
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
v = Kecepatan aliran (m/detik)
g = Kecepatan gravitasi (m/detik2)
Sistem distribusi air bersih adalah pendistribusian atau pembagian air melalui sistem perpipaan
dari bangunan pengolahan (reservoir) ke daerah pelayanan (konsumen). Beberapa faktor yang
harus diperhatikan dalam perencanaan sistem distribusi air bersih antara lain daerah layanan
dan jumlah penduduk yang akan dilayani, kebutuhan air, letak topografi daerah layanan, jenis
sambungan sistem, pipa distribusi, tipe pengaliran, pola jaringan, perlengkapan sistem
distribusi air bersih, dan dekteksi kebocoran (Sepmita, 2017).
Sistem penyediaan air bersih harus dapat menyediakan jumlah air yang cukup untuk kebutuhan
yang diperlukan. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Sistem Pengembangan Air
Minum menyebutkan bahwa sistem penyediaan air minum terdiri dari (Sepmita, 2017):
1. Unit air baku;
2. unit produksi;
3. unit distribusi;
4. unit pelayanan.
Sistem distribusi merupakan sistem pengaliran air yang sudah diolah dan telah memenuhi
standar ke konsumen dengan volume air yang memenuhi dan tekanan yang cukup melalui suatu
jaringan pipa dan reservoir (Triatmadja, 2016).
1. Perpipaan distribusi
Perpipaan sangat diperlukan dalam sistem distribusi untuk mengalirkan air menuju daerah
distribusi. Desain perpipaan disesuaikan dengan kondisi ketahanan yang dihasilkan dan
berbagai jenis kebutuhan air. Jika tidak memenuhi maka ukuran pipa dapat diganti sehingga
sesuai dengan kondisi tekanan yang diinginkan.
2. Reservoir distribusi
Reservoir dalam sistem penyediaan air berguna untuk mengurung air, menyimpan,
meratakan aliran dan ketahanan pada sistem distribusi. Penyimpanan sangat diperlukan
dalam sistem distribusi jika penggunaan pompa pada debit yang beragam tidak ekonomis.
Reservoir distribusi sebaiknya ditempatkan di tengah-tengah daerah pelayanan atau sedikit
mungkin dengan daerah pelayanan.
Sistem pipa distribusi adalah sistem pembagian air kepada konsumen dengan menggunakan
pipa. Jaringan yang dipakai pada jaringan pipa distribusi adalah sambungan keran umum.
Kriteria teknis yang perlu diperhatikan dalam menggunakan sistem pipa distribusi, yaitu
(Kristia, 2016):
Jaringan pipa distribusi air bersih/air minum berfungsi untuk mengalirkan air dari unit produksi
(reservoar) ke pelanggan. Jaringan distribusi menggunakan pipa dengan aliran yang bertekanan,
dimana disepanjang perpipaannya dihubungkan dengan sambungan pelanggan. Jenis
sambungan pelanggan dapat berupa Sambungan Rumah (SR), sambungan Hidran Umum (HU)
maupun sambungan untuk pelanggan usaha komersial. Jalur pipa distribusi biasanya ditanam
mengikuti jalur jalan yang ada. (BPSDM PU, 2018)
Kebutuhan unit SR
1. 190 170 150 130 60
(l/o/hr)
Konsumsi unit Hu
2. 30 30 30 30 30
(l/o/hr)
Faktor maksimum
4. 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
(Fmd/Fmh)
Faktor
5. 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
puncak(Fph/Fmj)
Akumulasi orang
6. 5 5 5 5 5
yang dilayani/SR
Akumulasi orang
7. yang dilayani 100 100 100 100-200 200
HU/KU
Sisa tekanan
8. dijaringan 10 10 10 10 10
distribusi (m)
Perbandingan
9. 80:20:00 80:20:00 80:20:00 70:30:00 70:30:00
SR:HU
Cakupan
10. 90 90 90 90 70
pelayanan
Pada perencanaan SPAM suatu daerah, diperlukan perhitungan jumlah kebutuhan air total.
Sehingga diperlukan beberapa asumsi untuk mendukung perhitungan kebutuhan air tersebut.
Kebutuhan air adalah jumlah air yang dibutuhkan secara wajar untuk pemenuhan kebutuhan
Kebutuhan air bersih penduduk juga dibagi berdasarkan jenis kota dan jumlah penduduk
di suatu wilayah tertentu seperti yang tertera pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Jenis Kota dan Jumlah Penduduk
Pemakaian Air
No. Kategori Jumlah Penduduk (jiwa)
(liter/hari/jiwa)
1. Metropolitan >1.000.000 150
2. Kota Besar 500.000-1.000.000 120
3. Kota Kecil 100.000-500.000 100
4. Kota Sedang 25.000-100.000 90
5. Ibukota Kecamatan 10.000-25.000 60
6. Pedesaan <10.000 50
Sumber: Tampubolon, 2020
Kebutuhan air (water requitments) merupakan kebutuhan air yang digunakan untuk menunjang
segala kegiatan manusia, meliputi air bersih domestik dan non domestik, air irigasi baik
pertaniaan maupun perikanan dan air untuk pengelontoran kota. Jenis pelayanan air yang
banyak dikenal yaitu sambungan rumah dan kran umum. Sambungan rumah dicirikan adanya
kran yang tesedia didalam rumah. Penggunaan sambungan rumah terutama ditentukan oleh
jumlah populasi rata-rata dalam satu rumah tangga yang dikategorikan rumah permanen. Untuk
sambungan umum/kran umum berupa kran atau tempat pengambilan air secara kolektif yang
disediakan pada sekelompok rumah (Sepmita, 2017).
Dalam memilih suatu pompa untuk jaringan distribusi air minum harus tersedia data-data
mengenai sistem pemompaan maupun data-data pompa yang ada di pasaran yang dapat
diperoleh dari brosur pompa. Data mengenai sistem pemompaan yang harus tersedia adalah
sebagai berikut (Brafiadi, 2017).
a. Kapasitas Sistem
Dalam menentukan kapasitas pompa, perlu diketahui kondisi sistem pemompaan. Pada
sistem distribusi air minum, kapasitas yang harus dialirkan tergantung dari kebutuhan air
suatu daerah pelayanan di mana kebutuhan air ini berfluktuasi tergantung dari
pemakaiannya. Dalam merencanakan sistem pompa distribusi dan menentukan kapasitas
pompa distribusi diperlukan data perkiraan kebutuhan air maksimum, kebutuhan air rata-
rata dan kebutuhan air minimum sehingga diharapkan sistem dapat melayani kebutuhan air
daerah pelayanan.
b. Head Sistem
Head menunjukkan energi atau kemampuan untuk usaha persatuan massa. Dalam pompa
head adalah ukuran energi yang diberikan ke air pada kapasitas dan kecepatan operasi
tertentu, sehingga air dapat mengalir dari tempat rendah ke tempat tinggi. Dalam sistem
pompa ada beberapa macam head, yaitu:
- Head statik
- Head yang bekerja pada kedua permukaan zat cair
- Head kecepatan
- Head loss
c. Daya Pompa
Daya pompa yang diperlukan dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
𝑃 = 𝑄. 𝜌. 𝑔. ℎ …………………………………………………………………………(2.6)
Merencanakan perkembangan penduduk di suatu kota untuk kedepannya adalah salah satu
faktor yang sangat penting, karena akan adanya keterkaitan dengan permintaan air bersih untuk
kedepannya. Kebutuhan air bersih di suatu kota akan meningkat sesuai dengan meningkatnya
jumlah penduduk dan kegiatan yang dilakukan dari tahun ke tahun. Perkembangan penduduk
adalah salah satu faktor yang penting dalam merencanakan kebutuhan air minum di masa yang
akan datang. Untuk mengatasi kebutuhan air yang terus meningkat, maka perlunya antisipasi
dengan merencanakan prediksi laju pertumbuhan penduduk dan prediksi kebutuhan air bersih.
Metode yang digunakan untuk memproyeksikan penduduk di masa yang akan datang adalah
metode matematika ada beberapa metode proyeksi secara matematika, yaitu (Sepmita, 2017):
1. Metode Geometrik
Metode ini menganggap bahwa perkembangan pemakai akan berganda selaras dengan
pertambahan pemakai. Metode ini juga menganggap laju pertumbuhan penduduk (rate of
growth) dianggap sama untuk setiap tahun. Rumus yang digunakan:
Dimana:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal perencanaan
n = Periode waktu perencanaan (Tahun)
r = Tingkat pertumbuhan penduduk
Y = a + bX .................................................................................................................. (2.8)
∑ y ∑ x2 - ∑ x ∑ (xy)
a= ................................................................................................ (2.9)
n ∑ x2 -( ∑ x)2
n ∑ (xy)- ∑ x ∑ y
b= .................................................................................................... (2.10)
n ∑ x2 -( ∑ x)2
Dengan:
y = Populasi dengan tahun ke x setelah tahun dasar (tahun ke0)
x = Tahun dihitung dari tahun dasar
a & b = Variabel data
3. Metode Eksponensial
Metode ini memberikan variasi pertambahan dari pertambahan pertumbuhan penduduk
secara kontan. Rumus yang digunakan:
Dimana:
Pt = Jumlah penduduk pada tahun yang direncanakan
Po = Jumlah penduduk awal rencana
e = Bilangan pokok dari sistem logaritma natural (e = 2,7182818)
n = Periode waktu dalam tahun
Peraturan terkait sistem penyediaan air minum sudah di atur dalam beberapa peraturan.
Beberapa peraturan tersebut yaitu:
1. PP nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum. Dalam pasal 1 PP No
122 tahun 2015 dijelaskan bahwa Penyediaan Air Minum adalah kegiatan menyediakan Air
Minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih,
dan produktif. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disingkat SPAM merupakan satu
kesatuan sarana dan prasarana penyediaan Air Minum. Penyelenggaraan SPAM adalah
serangkaian kegiatan dalam melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana
yang mengikuti proses dasar manajemen untuk penyediaan Air Minum kepada masyarakat.