DASAR TEORI
dengan:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n perencanaan (jiwa)
Po = jumlah penduduk pada awal tahun perencanaan (jiwa)
i = ratio angka pertumbuhan tiap tahun (%)
n = periode tahun perencanaan
b. Metode Aritmatik
Pn = Po + (1 + in).............................................................................(2.2)
dengan :
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n perencanaan (jiwa).
Po = jumlah penduduk pada awal tahun perencanaan (jiwa).
i = ratio angka pertumbuhan tiap tahun (%).
n = periode tahun perencanaan.
c. Metode Eksponensial
Perkembangan penduduk berdasarkan metode eksponensial dapat didekati
dengan persamaan berikut :
dengan :
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n perencanaan (jiwa).
Po = jumlah penduduk pada awal tahun perencanaan (jiwa).
e = bilangan logaritma natural besarnya sama dengan 2.7182818
i = ratio angka pertumbuhan tiap tahun (%).
n = jumlah tahun proyeksi (tahun)
dengan :
qT = kebutuhan air total (lt/hari)
Untuk besarnya kebutuhan air bersih kriterianya dapat di lihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 2.3 Kriteria kebutuhan air bersih
Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk ( Jiwa )
Kota Kota Kota Kota
Desa
No. Uraian Metropolitan Besar Sedang Kecil
Q1 = Q2...........................................................................................................(2.11)
A1 V1 = A2 V2................................................................................................(2.12)
2. Persamaan energi
Setiap benda atau zat mempunyai energi atau dengan kata lain setiap benda
mempunyai kemampuan untuk melakukan kerja, begitu juga
airmempunyai energi. Tinggi energi pada sistem hidraulika diwakili dengan
tiga bagian, yaitu tekanan, elevasi, dan kecepatan. Keseimbangan energi antara
dua titik dalam sistem diterangkan dalam persamaan Bernaulli (Triatmodjo,
1993) :
2 2
Z + p1 + V1 = Z + p2 + V2 + hf............................................................(2.13)
1 γ 2g 2 γ 2g
dimana:
Z = energi potensial
p
= tinggi tekanan
γ
V2
= energi kecepatan
2g
hf = kehilangan energi
Persamaan Darcy-Weisbach
2
hf = f. L . V
…….……….…….………………………................ (2.14)
D 2g
dengan :
hf = kehilangan energi (m),
L = panjang pipa (m),
D = diameter pipa (m),
g = percepatan gravitasi (m/detik²)
V = kecepatan aliran pada pipa (m/detik)
f = koefisien gesek
Koefisien tahanan permukaan untuk aliran turbulen tergantung pada ketinggian
rata-rata proyeksi kekasaran, ԑ, dari dinding pipa.Kekasaran rata-rata dinding pipa
untuk pipa komersial ditunjukkan pada Tabel 2.4.Nilai-nilai ini disarankan untuk
dicek di pabrik pembuat pipa setempat.
Tabel 2.4 Tinggi Kekasaran rata-rata pipa komersial
No Jenis Pipa Roughess Height (mm)
Dimana T = temperature air dalam °C. Untuk aliran turbulen (Re ≥ 4000),
Colebrook (1938) menemukan persamaan implisit berikut untuk nilai f:
f = 1,325[ln � ε
+ 2,51
�]−2 ............................................................................................................(2.17)
3,7D Re√f
Untuk aliran laminar (Re ≤ 2000), nilai f hanya tergantung pada nilai Re dan
diberikan dalam persamaan Hagen – Poiseuille:
f=
64 ……………………………………………………................. (2.18)
Re
Untuk nilai Re antara 2.000 dan 4.000 (disebut aliran transisi), tidak terdapat
informasi untuk menghitung nilai f. Swamee (1993) memberikan persamaan
berikut untuk nilai f yang berlaku pada aliran laminar, turbulen, dan transisi:
64 8 ε 5,74 2500 6 −16 0,125
f{�
= �� } ……………...…..... (2.19)
�� + 9,5 �ln � + 0,9
�−
Re 3,7D Re Re
Persamaan Hazen-Williams
Q = 0,278. C . D2,63. I0,54.........................................................................(2.20)
hw
hf
I= L ……………………........................................................ (2.21)
Q
hf = (
)1,85 . L.........................................................................(2.22)
0,2785.C.D2,63
Q Q
V= =
1
………………………………………………….…….(2.23)
A 𝜋𝜋D2
4
dengan :
Q = debit aliran pada pipa (mᶟ/dt)
Chw = koefisien kekasaran Hazen-Williams (tabel)
D = diameter pipa (m)
I = kemiringan garis energy
hf = kehilangan tinggi tekan mayor
L = panjang pipa (m)
V = kecepatan lairan pada pipa (m/dt)
dengan :
hf = kehilangan energi (m),
V = kecepatan (m/s),
A = luas penampang pipa (m²),
g = percepatan gravitasi (m/s²),
Q = debit pipa (m³/d),
k = koefisien kehilangan energi minor.
Koefisien k tergantung pada bentuk fisik belokan, penyempitan, katup,
dan sambungannya. Namun, nilai k masih berupa nilai pendekatan, karena
sangat dipengaruhi oleh bahan, kehalusan membuat sambungan, serta umur
sambungan itu sendiri (Triatmodjo, 1993).