TINJAUAN PUSTAKA
Air permukaan terdiri dari air sungai dan air danau.Air sungai adalah air
hujan yang jatuh ke permukaan bumi dan mengalir melewati daerah aliran
sungai.Daerah aliran sungai merupakan daerah yang dianggap sebagai wilayah
dari suatu titik tertentu pada suatu sungai dan dipisahkan dari daerah aliran sungai
sebelahnya oleh suatu pembagi atau punggung bukit yang dapat ditelusuri pada
peta topografi.Air danau adalah air permukaan berasal dari air hujan atau air tanah
yang keluar ke permukaan tanah dan terkumpul pada suatu titik yang relatif
rendah dan cekung.(H. Abditya,2010)
1
Gambar 2.1 Siklus Hidrologi
Sumber: Suripin,2004
2
3. Sebagian air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan meresap dalam tanah
dan membentuk filtrasi, perkolasi, kapiler dan akan muncul ke permukaan
sebagai mata air yang disebut sebagai air dari dalam tanah.
Sedangkan menurut PEDC Bandung (Penyediaan Air Bersih, 1983)
menggolongkan menjadi tiga jenis sumber air berdasarkan pemakaiannya yaitu:
1. Air Hujan / Air Atmosfer
Menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu
menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan turun, karena masih
banyak mengandung kotoran yang disebabkan oleh kotoran – kotoran
industri/debu dan lain sebagainya. Air hujan juga mempunyai sifat agresif
terutama pada pipa – pipa penyalur maupun reservoir, sehingga hal ini dapat
mempercepat terjadinya korosi (karatan).
Air hujan yang biasanya digunakan untuk keperluan rumah tangga dengan
kualitas air hujan sebagai berikut:
a) Pada saat uap air terkondensasi menjadi hujan, maka air hujan merupakan
air murni (H2O), oleh karena itu air hujan yang jatuh ke bumi mengandung
mineral relatif rendah yang bersifat lunak.
b) Gas-gas yang ada di atmosfir umumnya larut dalam butir-butir air hujan
terkontaminasi dengan gas seperti CO2, menjadi agresif. Air hujan yang
bereaksi dengan gas SO2 dari daerah vulkanik atau daerah industri akan
menghasilkan senyawa asam (H2SO4), sehingga dikenal dengan ”acid
rain” yang bersifat asam atau agresif.
c) Kontaminan lainnya adalah partikel padat seperti : debu, asap, partikel
cair, mikroorganisme seperti virus dan bakteri.
Dari segi kuantitas air hujan tergantung pada tinggi rendahnya curah
hujan, sehingga air hujan tidak bisa mencukupi persediaan air bersih karena
jumlahnya fluktuatif. Begitu pula jika dilihat dari segi kontinuitasnya, air
hujan tidak dapat digunakan secara terus menerus karena tergantung pada
musim.
2. Air Permukaan
Air permukaan adalah air baku biasanya digunakan untuk keperluan air
minum, irigasi, dan industri. Air permukaan berasal dari:
3
a) Air waduk (berasal dari air hujan dan air sungai)
b) Air sungai (berasal dari air hujan dan mata air)
c) Air danau (berasal dari air hujan, air sungai dan mata air)
Pada umumnya air permukaan telah terkontaminasi oleh zat-zat yang
berbahaya bagi kesehatan, sehingga memerlukan pengolahan terlebih dahulu
sebelum dikonsumsi oleh masyarakat yang ada di Indonesia. Menurut Ditjen
Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (1984), sumber air terdiri dari:
a) Air permukaan dengan tingkat kekeruhan tinggi.
b) Air permukaan dengan tingkat kekeruhan rendah sampai sedang.
c) Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang temporer.
d) Air permukaan dengan kandungan warna sedang sampai tinggi.
e) Air permukaan dengan tingkat kesadahan tinggi.
f) Air permukaan dengan tingkat kesadahan rendah.
3. Air tanah
Air tanah biasanya diperoleh dari sumur dangkal, sumur dalam atau sumur
pompa dan digunakan untuk keperluan rumah tangga, industri dan
perkebunan. Air tanah banyak mengandung garam dan mineral yang terlarut
pada waktu air melewati lapisan-lapisan tanah. Tetapi tidak menutup
kemungkinan air tanah dapat tercemar oleh zat-zat seperti Ferum (Fe),
Mangan (Mn) dan kesadahan yang terbawa oleh aliran permukaan tanah.
Khusus untuk keperluan air minum maka sumber-sumber air yang dapat
digunakan adalah:
a) Mata air
b) Sumur Bor
c) Air tanah dangkal
d) Air permukaan
e) Air hujan
Diantara sumber air diatas, dari hasil penelitian secara prioritas lebih banyak
digunakan adalah sumur bor karena selain kualitasnya yang lebih baik juga karena
penyediaanya lebih mudah dan ekonomis.
4
Dalam kegiatan penyediaan air bersih pekerjaan yang sangat penting adalah
mengetahui jumlah air (debit air). Pengukuran debit air sebaiknya dilakukan pada
musim kemarau agar diperoleh debit andalan dari sumber air tersebut.
Potensi sumur bor pada suatu daerah dipengaruhi oleh curah hujan sehingga
dalam proses perencanaan penyediaan air bersih harus memperhatikan:
1. Distribusi curah hujan yang berbeda-beda sesuai dengan jangka waktu dan
tempat yang ditinjau.
2. Intensitas curah hujan.
Selain itu, curah hujan suatu daerah juga dipengaruhi oleh iklim setempat dan
kecepatan angin. Hal ini menyebabkan curah hujan menjadi sangat bervariasi.
Semakin tinggi elevasi suatu daerah maka semakin tinggi angka curah
hujannya.
5
Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat menunjukkan awal dari kualitas air.
b. Jumlah zat padat terlarut (TDS)
TDS umumnya terdiri dari zat organik, garam organik, garam anorganik dan
gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. Efeknya
terhadap kesehatan tergantung pada senyawa kimia penyebab masalah
tersebut.
c. Kekeruhan
Disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang sifatnya organik
maupun anorganik
d. Rasa
Air minum tidak memiliki rasa atau tawar, sehingga air yang tidak tawar
dapat menunjukkan adanya kandungan berbagai zat yang berbahaya bagi
kesehatan.
e. Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas, terutama agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang terdapat dalam pipa atau saluran.
f. Warna
Warna pada air disebabkan adanya tanin atau asam humat dan
keberadaannya secara alamiah di alam.Karena itu air minum sebaiknya tidak
berwarna.
2. Parameter Kimia
Selain parameter fisis tersebut diatas, yang tidak kalah penting adalah
melakukan penelitian terhadap kandungan kimia air sumber yang akan
dijadikan sumber air baku untuk pengolahan selanjutnya. Parameter kimia
tersebut diantaranya meliputi :
a. Kimia Anorganik
Parameter kimia anorganik meliputi antara lain : Air Raksa (Hg),
Alumunium (Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi atau Ferrum (Fe), Flourida
(F), Cadmium (Cd), Kesadahan, Khlorida (Cl), Mangan (Mn), dan pH
(derajat keasaman).
b. Kimia Organik
6
Parameter kimia organik meliputi : Zat Organik, Detergen, Chloroform
(CHCl3), serta parameter mikrobiologis.
dimana :
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah Data
x = jumlah penduduk sesuai data yang langsung diperoleh
y = jumlah pendududk sesuai metode proyeksi
Nilai koefesien korelasi yang dipakai adalah yang paling mendekati 1,
yang menggambarkan bahwa rumus yang dipakai adalah yang mewakili nilai
pendekatan pertumbuhan penduduk secara optimum terhadap pola pertumbuhan
7
yang terjadi sebenarnya di masa mendatang. (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 18/PRT/M/2007, 2007)
Metode untuk menentukan proyeksi pertumbuhan penduduk antara lain :
1) Metode Geometrik
Rumus umum yang digunakan dalam metode tersebut adalah :
Pn = Po (1+ r)n………………...………………………..…………….(2.3)
dimana :
Pn =Jumlah penduduk pada proyeksi tahun rencana
Po =Jumlah penduduk pada awal tahun data
Pt = Jumlah penduduk pada akhir tahun data
r = Laju pertumbuhan penduduk (%)
n = Jumlah Interval Waktu
2) Metode Aritmatika
Rumus umum yang digunakan dalam metode tersebut adalah :
Pn = Po + Ka(Tn-T0):Ka= (P2- P1)/(T2-T1) ………..……………..…(2.4)
dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun rencana
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
Tn = Tahun Rencana
To = Tahun Dasar
Ka = Konstanta aritmatika
P1 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun pertama
P2 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir
T1 = Tahun Pertama yang diketahui
T2 = Tahun terakhir yang diketehui
8
air menentukan besaran sistem dan ditetapkan besaran pemakaian air.Kebutuhan
air yang diperlukan seseorang untuk minum saja adalah kecil.Kebutuhan
perorangan untuk berbagai kegiatan domestik lainnya seperti untuk mandi,
mencuci, memasak dan peralatan lainnya jauh lebih besar. Kebutuhan yang
demikian akan berbeda dari satu rumah tangga dengan rumah tangga yang
lainnya, tergantung dari fasilitas air minum yang mereka punya. Dilain pihak,
dalam keadaaan surplus air kebutuhan air akan berangsur-angsur meningkat
sampai tercapai pemenuhan kebutuhan yang memuaskan.
Banyaknya kebutuhan air air bagi setiap orang tergantung dari beberapa
faktor seperti:
1. Pada daerah panas pemakaian airnya akan lebih banyak dibandingkan di
daerah dingin.
2. Keadaan sosial, dimana semakin tinggi tingkat kebutuhan sosialnya maka
akan semakin tinggi pula kebutuhan akan air. Hal ini terlihat seperti pada
pembuatan pancuran mandi, pancuran di taman, kolam renang, mencuci
mobil dan lain-lain.
3. Tingkat kebiasaan hidup dalam rumah tangga yang lebih tinggi seperti
masak, mandi dan cuci.
Dalam perencanaan jaringan air bersih, untuk memperhitungkan jumlah
air yang akan didistribusikan dihitung tidak berdasarkan kebutuhan sekarang
tetapi juga kebutuhan dimasa yang akan datang serta perhitungan berdasarkan
umur bangunan yaitu 15-20 tahun beserta bangunan lainnya. Kebutuhan air
didasarkan atas kebutuhan domestik, kebutuhan non domestik, kehilangan air..
Kebutuhan domestik berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani, kategori
daerah pelayanan dan tingkat pelayanan. Sedangkan kebutuhan non domestik
dihitung secara detail setiap kegiatan yang dianggap turut mempengaruhi
perhitungan jumlah kebutuhan air bersih. Sedangkan untuk daerah yang statis
dihitung berdasarkan prosentase saja.
1) Kebutuhan Air Domestik
Pemenuhan kebutuhan air untuk domestik memiliki bagian terbesar dalam
kebutuhan dasar perencanaan unit pengolahan. Berikut beberapa penjelasan
mengenai kebutuhan air domestik antara lain:
9
a. Merupakan kebutuhan akan air bersih tiap-tiap rumah tangga yang meliputi
kebutuhan memasak, minum, mandi, cuci dan sebagainya yang digunakan
dalam rumah tangga.
b. Kebutuhan akan air bersih tiap orang (liter/orang/hari) tergantung dari daerah
pelayanan berdasarkan kategori wilayah, seperti kota metropolitan atau kota
besar dan sebagainya.
c. Perhitungan kebutuhan air dipengaruhi oleh tingkat pertambahan penduduk
apakah secara aritmatik atau geometrik atau lainnya tentu saja akan
memperngaruhi terhadap proyeksi pertambahan penduduk yang berkaitan
dengan perancangan sistem penyediaan air bersih didaerah tersebut.
Faktor kebiasaan, pola dan tingkat kehidupan yang didukung oleh adanya
perkembangan sosial ekonomi memberikan pengaruh terhadap peningkatan
kebutuhan dasar air. Dikenal ada 2 (dua) kategori fasilitas penyediaan air bersih
atau minum, yaitu :
1. Fasilitas Perpipaan terdiri dari: Sambungan Rumah (SR), Sambungan Halaman,
dan Sambungan Umum.
2. Fasilitas Non Perpipaan terdiri dari: Sumur Umum, Hidran Umum/Kran Umum
(HU/KU), kendaraan tangki air (water tank/TA) serta mata air. Perlu diketahui
pula adalah jumlah kebutuhan rata-rata air bersih per orang per hari, dimana
dibedakan atas kategori kota dan perdesaan. Tingkat pemakaian air bersih
secara umum ditentukan berdasarkan kebutuhan manusia untuk kehidupan
sehari-hari.
Tabel 2.1 Tabel Kebutuhan air menurut jenis kota
10
Untuk menghitung kebutuhan air domestik, maka rumus yang digunakan
adalah:
D = Pn x Pa x Tp ……………………………………………….………
(2.5)
dimana :
D = Kebutuhan Air Domestik (liter/detik)
Pn = Jumlah penduduk ( jiwa)
Pa = pemakain air ( liter/orang/hari)
Tp = tingkat pelayanan (%)
2) Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan air non domestik merupakan tahap berikutnya dalam
perhitungan kebutuhan air bersih, besaran pemakaiannya ditentukan oleh jumlah
konsumen non domestik yang terdiri dari fasilitas-fasilitas yang telah
disebutkan.Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa ada beberapa faktor yang
dapat menentukan perkembangan jumlah fasilitas tersebut, yaitu pertambahan
penduduk, jenis dan perluasan fasilitas serta perkembangan sosial ekonomi.
a. Merupakan kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat diluar rumah tangga,
yang meliputi kebutuhan untuk sosial, ibadah, industri, rekreasi, pelabuhan,
niaga dan lain-lain.
b. Kebutuhan air bersih bagi tiap orang (liter/orang/hari) tergantung dari jenis
kegiatan yang dilakukan misalnya kebutuhan untuk rumah sakit akan berbeda
dengan sekolah atau di rumah-rumah ibadah begitu juga dengan tempat
rekreasi dengan industri atau pertokoan dan sebagainya.
c. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007,
Kebutuhan air bersih non domestik dapat ditentukan 15% dari kebutuhan
domestik, tetapi untuk memperoleh hasil yang lebih tetap diperhitungkan
secara detail berdasarkan data hasil survey dan pengolahan data yang
dilakukan. Sebagai pedoman untuk menghitung kebutuhan tersebut dapat
digunakan data-data dari hasil penelitian para ahli, yang telah menetapkan
kebutuhan tiap orang (liter/orang/hari) pada tiap-tiap kegiatan seperti kegiatan
sosial, industri, niaga dan lain-lain.
11
Tabel 2.2 Kebutuhan air non domestik untuk perkotaan
Pemakaian Air rata-rata
No Jenis Kebutuhan Keterangan
perhari (liter/orang/hari)
1. Kantor 100-200 Per karyawan
2. Setiap tempat tidur pasien
Rumah Sakit 250-1000 Pasien Luar = 8 liter
Pegawai = 60 liter
3 Gedung Bioskop 10 Per pengunjung
4. Sekolah dasar/ SLTP 40-50 Per murid, Guru =100 liter
5. SLTA dan lebih tinggi 80 Per murid, Guru =100 liter
6. Laboratorium 100-200 Per karyawan
7. Toserba 3 Per pengunjung
Karyawan = 105 liter
8. Industri/ Pabrik 30 Per orang per sift
9. Stasiun/ Terminal 3 Setiap Penumpang
10. Restoran 30 Penghuni 160 liter
11. Hotel 250-300 Untuk setiap tamu
12. Perkumpulan Sosial 30 Untuk tamu
13. Tempat Ibadah 10 Jumlah jemaah setip hari
12
nilai Q rata-rata harian. Diperlukan faktor fluktuasi kebutuhan harian
maksimum dalam perhitungannya. Kebutuhan air harian maksimum
digunakan untuk mengetahui berapa kapasitas pengolahan ( produksi) dan
dihitung berdasarkan kebutuhan air rata-rata sebagi berikut :
Ss =f1 x Sr ………………………………………………...………...….(2.7)
dimana :
Ss = Kebutuhan air harian maksimum (liter/detik)
f1= Faktor harian maksimum ( 1,10 – 1,25)
Sr = Jumlah total kebutuhan air (liter/detik)
c. Mengitung total kebutuhan air
Total kebutuhan air merupakan jumlah dari kebutuhan air domestik dan
kebutuhan air non domestik, seperti pada rumus berikut ini:
Qt = D + ND +KA…......…………………………...……………….…..(2.8)
dimana :
Qt = Kebutuhan total air (liter/detik)
D = Kebutuhan Domestik (liter/detik)
ND = Kebutuhan Non Domestik (liter/detik)
KA = Kehilangan air (liter/detik)
d. Analisis kebutuhan air pada waktu jam puncak
Adalah jumlah air terbesar yang diperlukan pada jam-jam tertentu dalam
satu hari. Kebutuhan air pada waktu jam puncak digunakan untuk
mengetahui beberapa kapasitas distribusi dari besarnya diameter pipa dan
dihitung berdasarkan kebutuhan air rata-rata sebagai berikut :
Qp= f2 x Sr………………………………….……………………...….(2.9)
dimana :
Qp = Kebutuhan air jam maksimum (liter/detik)
f2 = Faktor fluktuasi jam maksimum ( 1 ,15 - 2 )
Sr = Kebutuhan air harian maksimum (liter/detik)
Banyak faktor yang mempengaruhi fluktuasi pemakaian air jam per jam,
dan untuk mendapatkan data ini diperlukan survey dan penelitian terhadap
aktivitas, kebiasaan serta kebutuhan air konsumen.Selain kapasitas produksi
13
pada unit pengolahan, perlu diperhitungkan juga faktor-faktor lain yang
berpengaruh terhadap perencanaan unit pengolahan.
e. Mengitung total kebutuhan air
Total kebutuhan air merupakan jumlah dari kebutuhan air domestik dan
kebutuhan air non domestik, seperti pada rumus berikut ini:
Qt = D + ND +KA…...………...……………………………….….…..(2.10)
dimana :
Qt = Kebutuhan total air(liter/detik)
D = Kebutuhan Domestik(liter/detik)
ND = Kebutuhan Non Domestik(liter/detik)
KA = Kehilangan air(liter/detik)
f. Tingkat pelayanan masyarakat
Cakupan pelayanan air bersih kepada masyarakat rata-rata tingkat nasional
adalah 80% dari jumlah penduduk, dengan rumus:
Cp = 80% x Pn.......................................................................................(2.11)
dimana :
Cp = Cakupan pelayanan air bersih (jiwa)
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n proyeksi penduduk (jiwa)
g. Pelayanan sambungan rumah
umlah penduduk yang mendapat air bersih melalui sambungan rumah
adalah, dengan rumus:
S1 = 80% x Cp .....................................................................................(2.12)
dimana :
S1 = Jumlah Penduduk pelayanan sambungan rumah (jiwa)
h. Konsumsi air bersih
Konsumsi kebutuhan air bersih sesuai dengan Departemen Permukiman
dan Prasarana wilayah 2002 diasumsikan sebagai berikut :
1) Konsumsi air bersih untuk sambungan rumah/ sambungan langsung
sebanyak 100 liter/orang/hari.
2) Konsumsi air bersih untuk sambungan tak langsung atau bak umum
untuk masyarakat kurang mampu sebanyak 30 liter/orang/hari.
14
3) Konsumsi air non rumah tangga ( kantor, sekolahan, tempat ibadah,
industry, pemadam kebakaran dan lain-lain) ditentukan sebesar 15% dari
jumlah pemakaian air untuk sambungan dan bak umum dengan rumus:
Kn = 15% x (S1+Sb) ……………………………….………...……..(2.13)
dimana :
Kn = Konsumsi air untuk non rumah tangga (liter/detik)
S1 = Konsumsi air dengan sambungan rumah (liter/detik)
Sb = Konsumsi air bak umum (liter/detik)
i. Kehilangan air
Yaitu selisih antara jumlah air yang diproduksi di unit pengolahan dengan
jumlah air yang dikonsumsi dari jaringan distribusi. Berdarkan kenyataan
dilapangan, kejadian akan kehilangan air dapat bersifat teknis dan non
teknis. Besarnya nilai kehilangan air tersebut berkisar antara 15-25% dari
total kebutuhan air bersih baik domestik maupun non domestik, disebabkan
karena adanya pipa yang bocor, pipa yang retak akibat kurang sempurnanya
pemasangan, kerusakan water meter, pelimpah di tangki penyimpanan
(reservoir ) dan lain – lain. Kehilangan air dapat dihitung dengan rumus :
L0= 20% x Qt…...…………………………………….……...….…..(2.14)
dimana :
L0 = kehilangan air (liter/detik)
Qt = produksi air (liter/detik)
j. Fluktuasi kebutuhan air bersih
Yaitu fluktuasi kebutuhan air bersih terjadi karena pemakaian air yang tidak
tetap sepanjang waktu.Pada umumnya masyarakat melakukan aktivitas
penggunaan air pada waktu pagi dan sore hari. Fluktuasi adalah presentase
pemakaian air pada tiap jam yang tergantung dari : aktivitas penduduk, adat
istiadat atau kebiasaan penduduk serta pola tata kota. Sedangkan fluktuasi
kebutuhan air ditentukan berdasarkan pada pemakaian harian maksimum
dan pemakaian jam maksimum dengan referensi kebutuhan rata-rata harian.
15
ke pelanggan yang memenuhi syarat baku mutu air minum. Untuk dapat
memperoleh sistem jaringan air bersih, maka perlu ditetapkan jenis ukuran pipa,
jumlah hidran, dan panjang pipa antar hidran (Mawey, 2015).
Menurut (Tambingon, 2016) sistem jaringan air bersih dibagi menjadi dua,
yaitu sistem transmisi dan sistem distribusi air bersih.
1) Sistem Transmisi Air Bersih
Sistem transmisi air bersih adalah sistem perpipaan yang berfungsi untuk
menyalurkan air baku dari bangunan pengambilan air baku menuju bangunan
pengolahan air bersih, atau jaringan yang berfungsi untuk menyalurkan air bersih
dari sumber air ke resevoir.
Tabel 2.3 Kriteria Pipa Transmisi
No Uraian Notasi Kriteria
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dilakukan untuk menentukan sistem
transmisi adalah :
a. Tipe pengaliran jaringan pipa transmisi
b. Menentukan tempat bak pelepas tekan
c. Menghitung panjang dan diameter pipa
d. Jalur pipa.
Berdasarkan kondisi tinggi tekan yang tersedia yang merupakan syarat
pengaliran air dalam pipa, maka sistem transmisi dibagi menjadi Sistem
16
Transmisi Gravitasi dan Sistem Transmisi Pompa.
1) Sistem Transmisi Gravitasi
Pada sistem gravitasi, letak sumber atau bonkaptering lebih tinggi dari letak
reservoir atau lokasi konsumen sehingga air dapat mrngalir dengan prinsip
gravitasi oleh karena tersedia tinggi tekan yang cukup. Akan tetapi tinggi tekan
yang tersedia akan lebih banyak hilang karena gesekan pada pipa transmisi.
Bronkaptering
h0
Q
hf
Z0
Z1
Q=0,965. D
2
√ g.D.hf
L
ln(ε
+
3,7.D D
1,78.ν
√ ) L ………...……..….....
g.D.hf
(2.16)
dimana :
H0 = Tinggi air pada sumber
Hf = Kehilangan tinggi (m)
Z0 = Elevasi sumber
Z1 = Elevasi titik tinjau
F = Koefisien gesek Darcy-Weisbach (faktor gesekan) yang
nilainya ditentukan oleh bilangan Reynold
17
L = Panjang Pipa
Q = Debit aliran (m/detik)
g = Percepatan Gravitasi (m/detik2)
D = Diamater pipa transmisi
Ε = Kekasaran Pipa
ν = Kekentalan kinematik (m2/detik) yang ditentukan oleh suhu
2) Sistem Transmisi Pompa
Dalam sistem pompa, elevasi outlet lebih rendah dari elevasi tangki
penyimpanan (reservoir), sehingga jika kehilangan tinggi minor ditiadakan naka
persamaan dasar yang digunakan untuk sistem transmisi pompa adalah:
8f.L. Q2
Ho+Zo-Z1-H = .…………………................................................
π2 .g. D5
(217)
h0 Q
Pompa
Z1
Z0
18
2. Kecepatan Maksimum
1) Pipa PVC, GIP Vmax 3,0 m/dtk
2) Pipa HDPE Vmax 6,0 m/dtk
4 Tekanan Air dalam Pipa
1. Tekanan minimum Hmin 10-15 mwg pada titik
jangkauan pelayanan terjauh
Hmax
(pada titik sambungan rumah
Hmax
terjauh)
Hmax
2. Tekanan maksimum
1) Pipa PVC atau ACP 80 meter
2) Pipa PE 100 meter
3) Pipa GIP 200 meter
Sumber : PPRI No 16,2005
Pada dasarnya ada 3 pola sistem jaringan distribusi yaitu:
1. Sistem cabang (Branch)
Sistem jaringan distribusi ini biasa digunakan didaerah pedesaan yang letak
perumahan penduduknya tidak padat.Pada sistem ini distribusinya dilakukan
dari sebuah saluran utama dan didistribusikan ke tempat konsumsi yang
berbeda.Sistem ini kadang menyebabkan aliran air terhenti pada ujung-
ujung pipa yang buntu, sehingga dapat menyebabkan tekanan balik pada
aliran dalam pipa.
2
1 5
3 9
8
4
2. Jaringan Tertutup
Sistem ini biasanya diterapkan didaerah perkotaan seperti perumahan yang
letak rumahnya berdekatan dan tata letaknya telah didesain dengan
baik.Pada sistem ini selain sirkulasi airnya baik juga meminimalisir
kerusakan-kerusakan kecil yang terjadi pada jaringan. Kalaupun ada
19
kerusakan pada saat perbaikan aliran air pada konsumen lain tidak perlu
dihentikan.
3 6
2 4 7
5 8
1
11 9
13
12 10
3 4
2 8 5
7 6
1
10 14
9 16
15
17
11 12
13
20
1) Pengaliran Gravitasi
Air bersih didistribusikan ke daerah layanan dengan memanfaatkan
tenaga/tekanan gaya grafitasi pada daerah tersebut. Prinsipnya adalah beda tinggi
antara sumber air baku dan area pelayanan yang cukup.
2) Pengaliran Pemompaan dengan Elevated Reservoir
Air dari sebelum didistribusikan ke daerah layanan terlebih dahulu dipompa
dan ditampung di reservoir kemudian didistribusikan dengan memanfaatkan tinggi
tekanan dari elevasi reservoir tersebut.
3) Pengaliran Pemompaan Langsung
Air bersih didistribusikan ke daerah layanan dengan mengandalkan tekanan
dari pompa, yang disesuaikan dengan tinggi tekanan minimum.
Adapun tekanan air dalam suatu sistem jaringan distribusi dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu:
a. Kecepatan aliran.
b. Diameter pipa.
c. Perbedaan ketinggian pipa.
d. Jenis dan umur pipa.
e. Panjang pipa.
Dalam pendistribusian air bersih tekanan air juga bisa mengalami
penurunan. Faktor-faktor penyebab penurunan tekanan adalah:
1. Terjadinya gesekan antara aliran air dengan dinding pipa.
2. Jangkauan pelayanan.
3. Kebocoran pipa.
4. Konsumen menggunakan mesin hisap (pompa).
21
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memperhitungkan kehilangan tekanan
yaitu:
1. Kualitas air yang diperlukan
2. Pipa yang digunakan harus kuat menahan tekanan dari dalam dan luar pipa
3. Pipa yang digunakan harus tahan lama
a
v12
2g
hL = hf + hm
P1
a'
v22
v1 2g
P2
h1
v2
h2
b b'
22
Kehilangan tinggi tekan sendiri dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang
secara umum dibagi atas kehilangan tinggi tahanan oleh permukaan pipa (hf) dan
karena tahanan oleh bentuk pipa (hm). Sehingga tahanan total hL adalah :
hL= hf + hm .......................................................................................(2.20)
Keterangan:
hL = Kehilangan tinggi total (m)
hf = Gesekan air dengan pipa selama pengaliran (major losses) (m)
hm = Perubahan besar dan arah kecepatan aliran selama perjalanan
(minor loses) (m)
23
2) Kehilangan Tekan Dalam Pipa
Aliran fluida yang melalui pipa akan selalu mengalami penurunan tinggi
tekanan. Hal ini disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara fluida dengan
dinding pipa atau perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran fluida. Penurunan
tinggi tekanan akibat gesekan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan-
persamaan berikut:
1. Darcy-Weisbach membuat sebuah persamaan kehilangan tinggi tekanan yaitu:
2
L v
hf =f ......................................................................................(2.21)
D 2g
Keterangan :
hf = Kehilangan tinggi karena gesekan (m)
f =Faktor gesekan Darsy-Weisbach yang nilainya ditentukan oleh
bilangan Reynolds
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
V = Kecepatan aliran rerata (m/det)
G = percepatan gravitasi (m/det2)
faktor gesekan (f) dapat ditentukan dengan persamaan:
{( [( )] }
0,125
6 −16
) )(
8
64 ε 5,74 2.500
f= +9,5 ln + 0.9 − ......................(2.22)
R 3,7 xD R R
Nilai ε adalah tinggi kekasaran mutlak dapat dilihat pada tabel berikut ini:
24
Kuningan, timah, gelas, semen yang diaduk secara 0,0015
sentrifugal, lapisan batubara
Baja yang diperdagangkan atau besi tempa, pipa 0,046
baja yang dilas
Poly vinyl chloride (pvc) 0,05
Besi cor diaspal 0,12
Besi berlapis seng (galvanis) 0,15
Besi cor 0,26
Papan dan Kayu 0,18-0,9
Beton 0,3-3
Baja dikeling 9
Sumber: Klaas,Dua 2009.
Jika diketahui komponen debit (Q) dan Luas penampang pipa (A) maka
persamaan 2.16 menjadi:
8f.L. Q2
hf = 2 ..........................................................................................
π .g. D5
(2.23)
Dalam penerapan praktis digunakan diagram Station yang dibuat oleh
L.F.Moody 1950 untuk menyelesaikan permasalahan aliran fluida didalam pipa
dengan menggunakan faktor gesekan pipa (f) dari rumus Darcy-Weisbach.
Persamaan dengan kriteria bilangan Reynolds (R) saat aliran fluida memenuhi
saluran, gaya gravitasi tidak memenuhi pola aliran. Parameter kapilaritas juga
dalam penerapannya tidak berpengaruh sehingga gaya yang diperhitungkan adalah
gaya innersia dan gesekan fluida oleh karena kekentalannya.
Bilangan Reynolds merupakan perbandingan gaya-gaya inersia dengan
gaya-gaya kekentalan.Bilangan ini pertama kali ditemukan oleh Obsone Reynold.
Pada tahun 1982 yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Load Rayleigh
ditahun 1892. Nilai bilangan tanpa dimensi ini (dimensionless) ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut:
R= ( v .νD )...........................................................................................(2.24)
Keterangan :
R = Bilangan Reynolds
v = kecepatan aliran (m/det)
D = diameter pipa (m)
25
ν = Kekentalan kinematik (m2/det)
nilai ν diperoleh dari persamaan:
ν = ( μρ )............................................................................................(2.25)
Keterangan:
ρ = Rapat massa fluida (kg/m3
μ = Kekentalan absolute (kg/m.det) atau (N.det/m2)
26
Tabel 2.6 Kerapatan, Viskositas Dinamik dan Viskositas Kinematik untuk Air.
Temperatur Kerapatan Massa, Viskositas Dinamik, Viskositas Kinematik,
[ oC ] [ kg/m3 ] [ kg/m.s ] [ m2/s ]
0 999,8 1,787 1,787
4 1000,0 1,562 1,562
10 999,7 1,305 1,307
15 999,1 1,133 1,135
20 998,2 1,002 1,004
25 997,1 0,892 0,895
30 995,6 0,797 0,801
35 994,1 0,721 0,725
40 992,2 0,653 -3
0,658 -6
45 990,2 0,598 10 0,604 10
50 988,1 0,548 0,554
60 983,2 0,467 0,475
70 977,7 0,404 0,413
80 971,8 0,355 0,365
90 965,3 0,315 0,326
100 958,4 0,282 0,295
150 916,9 0,186 0,205
200 864,6 0,136 0,161
150 799,2 0,109 0,140
300 712,4 0,089 0,132
Sumber:JackB.Evett,C.engLiu.1
Dengan bilangan Reynolds ini kita dapat menentukan sifat pengaliran di
pipa dengan aturan sebagai berikut:
Tabel 2.7Aliran berdasarkan Nilai Bilangan Reynolds
Jenis Aliran Nilai R
Laminer < 2000
Transisi 2000<R<4000
>4000
Sumber: Klaas, Dua, 2009.
Swame menjabarkan nilai ν dengan korelasi dengan suhu (T) sebagai
berikut:
( [ ] )
1,165 −1
T
ν= 1,792 x 10 -6
1+ ...........................................................(2.26)
25
Keterangan:
ν = Kekentalan kinematik (m2/det)
T = Suhu (0C)
27
2. Dalam perencanaan ini digunakan rumus Hazen-William
Persamaan ini umumnya dipakai untuk menghitung kehilangan tinggi
tekanan dalam pipa yang relatif panjang seperti jalur pipa penyalur air minum.
Bentuk umum persamaan Hazen Wiliams adalah:
sebagai berikut:
Q 1,851
∆H=( 2,63
¿ ..…………………..……………….….…..
0,2785 xCx D
(2.27)
Keterangan :
C = Koefisien Hazen-William
D = Diameter pipa dalam (m)
S = Kemiringan lahan
∆H = Headloss Mayor (m)
L = Panjang pipa (m)
Berikut ini adalah besarnya koefisien kekasaran pipa menurut HazenWilliam
Tabel 2.8 Koefisien Kekasaran Pipa Menurut Hazzen-William
Material C
Asbes semen 140 Sumber: (Direktorat Jenderal
Cipta Karya Departemen
Kuningan 135 Pekerjaan Umum, 2007)
Batu Bata 100
Besi Tuang Baru 130 3. Rumus Kecepatan Aliran (v)
Concrete 140 v = 0,85 CHW R0,63 S0,54
Cetakan Baja 120
..............................................
HDPE 150
Semen 120 ...........................(2.29)
Tembaga 140 dimana:
Logam Bergelombang 135
v = kecepatan
Besi Galvanis (GIP) 150
Plastik (PVC) 145 aliran rerata (m/det)
Baja 110 S = Garis
kemiringan energi (hf/L)
R = Jari-jari hidrolis (m)
A = Luas penampang pipa (m2)
P = Keliling basah lingkaran (m)
D = Diameter pipa (m)
CHW = Koefisien kekasaran pipa Hazen Wiliams
28
4. Rumus Debit Aliran Dalam Pipa (Q)
Q = 0,2785 c S0,63 d0,54 .............................................................................(2.30)
dimana:
Q = Debit Aliran (m3/det)
c = Koefisien kekasaran pipa Hazen Wiliams
d = Diamater pipa (m)
S = Kemiringan hidrolis (hf/L)
Secara praktis kehilangan tinggi tekanan dapat ditentukan dengan diagram
Hazen Wiliams (Nomograph).
29
Besarnya kehilangan tinggi kecil akibat adanya kelengkapan pipa ada
beberapa macam antara lain:
1) Penyempitan/pengecilan tiba-tiba (sudden contraction)
Kehilangan tinggi akibat pengecilan tiba-tiba sebagai berikut:
[ ]
2
Hm = Kc
( v 2−v 1) ..............................................................................
2g
(2.31)
Keterangan:
Hm = Kehilangan tinggi pada pengecilan tiba-tiba (m)
V1 = Kecepatan aliran pipa di hulu (m/det)
V2 = Kecepatan aliran pipa di hilir (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
Kc = Koefisien kehilangan merupakan fungsi dari D2/D1 sebagaimana
dilihat dalam tabel 2.7.
D1 = diameter pipa di hulu (m)
D2 = diameter pipa di hilir (m)
V1 V2
30
1 0,49 0,49 0,48 0,45 0,42 0,38 0,28 0,18 0,07 0,03
2 0,48 0,48 0,47 0,44 0,41 0,37 0,28 0,18 0,09 0,04
3 0,47 0,46 0,45 0,43 0,40 0,36 0,28 0,18 0,10 0,04
6 0,44 0,43 0,42 0,40 0,37 0,33 0,27 0,19 0,11 0,05
12 0,38 0,36 0,35 0,33 0,31 0,29 0,25 0,20 0,13 0,06
Sumber: Klaas, Dua, 2009.
[ ]
2
Hm =
( v 1−v 2) .............................................................................(2.32)
2g
dimana:
Hm = Kehilangan tinggi pada pembesaran tiba-tiba (m)
V1 = Kecepatan aliran pipa di hulu (m/det)
V2 = Kecepatan aliran pipa di hilir (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
V1 V2
31
a) Lubang masuk ujung persegi f = 0,5
Hc=Kc [ v 22−v 12
2g ]
............................................................................(2.34)
Keterangan:
Hc = Kehilangan tinggi pada pengecilan tiba-tiba (m)
32
V1 = Kecepatan aliran pipa di hulu (m/det)
V2 = Kecepatan aliran pipa di hilir (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
d1 = Diamater pipa di hulu (m)
d2 = Diamater pipa di hilir (m)
Kc = Koefisien kehilangan pada bagian keluar pipa yang ditetapkan
sebagai berikut:
Kc =4,5[ ]D
d
− 3,5 .................................................................(2.35)
D d
33
Q
34
Tabel 2.11 Koefisien Kehilangan Tinggi pada kelengkapan Pipa
Jenis Perlengkapan Pipa F
Katup terbuka penuh
Bola 1
0,2
Swing-Check 2
Sudut 2
Fogt 0,8
Tikungan Balik 1,5
Siku
900 1,5
450 0,4
Bentuk T
Aliran Induk 0,9
Aliran Cabang 2
Sumber: Klaas, Dua, 2009.
dimana:
Q = Debit (m3/det)
H = Tinggi Saluran (meter)
α = 900
35
b = 2.H
C = 0,60
g = 9,81 m/s2
2. Pengukuran Debit Sederhana
Pengukuran debit dengan cara sederhana dapat dibedakan dalam dua macam
metode yaitu:
a. Metode Wadah
Metode ini hanya bisa digunakan bila seluruh aliran air bisa ditampung
dalam wadah tertentu yang sudah diketahui volumenya, misalnya air yang keluar
dari mata air melalui sebuah pipa dapat ditampung dalam wadah dengan catatan
waktu menggunakan stop watch. Langkah-langkah cara pengukuran sederhana
melalui wadah yaitu:
1. Hidupkan stop watch tepat pada saat wadah yang disimpan untuk
menampung air.
2. Matikan stop watch tepat pada saat wadah terisi penuh.
Cara perhitungan pengukuran debit dengan wadah adalah sebagai berikut:
V
Q= ...................................................................................................(2.39)
t
dimana:
Q = Debit (liter/detik)
V = Volume wadah (liter)
t = Waktu (detik)
Wadah / Ember
Tanggul buatan
Stop Watch
36
b. Metode Benda Apung
Pengukuran melalui Metode Benda Apung dapat terjadi jika pada lokasi
yang baik pada beban air dengan lebar, kedalaman dan kecepatan yang dianggap
tetap sepanjang 5 meter. Disamping itu juga harus diperhatikan agar tidak ada
rintangan, halangan atau gangguan lainnya sampai tempat pengamatan dihilir.
Cara pengukuran debit dengan Metode Benda Apung yaitu :
- Jatuhkan bola pingpong yang diisi air seperempatnya atau ranting kering
ditengah sungai pada bagian hulu bersamaan dengan itu hidupkan stop
watch.
- Kemudian hentikan stop watch ketika bola pingpong atau ranting kering
melewati titik pengamatan dihilir, disamping itu juga jarak antara bagian
hulu dan hilir harus diukur.
- Terakhir ukur lebar dan kedalaman air di beberapa titik penampang
aliran. Cara perhitungan pengukuran debit dengan benda apung adalah
sebagai berikut:
Q = A.V .............................................................................................(2.40)
dimana:
Q = Debit (liter/detik)
A = Luas Penampang (meter)
V = Kecepatan aliran (meter/detik)
Bola Pingpong
5m
Stop Watch
37
2.3 Klasifikasi Jaringan Perpipaan
Menurut Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2016)
Jaringan perpipaan air bersih dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
38
- Meratakan sisa tekanan dalam jaringan perpipaan, sehingga setiap daerah
pelayanan mendapatkan sisa tekanan relatif tidak jauh berbeda.
- Mempermudah pengembangan jaringan perpipaan, sehingga jika
dilakukan perluasan dan pengembangan tidak perlu mengganti jaringan
yang sudah ada, dengan catatan masih memenuhi syarat kriteria hidrolis.
39
Gambar 2.20 Pipa Galvanis (Galvanised Iron Pipe )
Sumber: Google.com, 2020
40
HDPE sudah diuji dan terbukti efektif untuk diletakkan diatas tanah,
dikubur, dipasang pada gedung maupun dipergunakan dilaut. Pipa HDPE
(high density polyethylene) dapat mengalirkan air, lumpur, cairan kimia,
limbah berbahaya dan gas bertekanan rendah. Biaya perawatan polypipe
sangat rendah dibandingkan penggunaan pipa bertekanan lainnya,
terutama untuk distribusi gas diperumahan. Polyethylene sangat kuat, dan
tahan lama baik digunakan untuk cairan zat kimia mapun kegunaan
lainnya. Biaya perawatan yang rendah, karena:
1. Tidak berkarat, membusuk atau korosi.
2. Penyambungan pipa HDPE menggunakan pemanasan bertekanan
sehingga hasil sambungan lebih kuat dibandingkan dengan pipanya
sendiri.
3. Permukaan yang halus memungkinkan aliran air semakin optimal.
Tidak terjadi turbulansi karena ketahanannya serta memiliki
ketahanan terhadap perkembangan organism dalam pipa. Pipa HDPE
memiliki karakteristik yang bagus dalam menghadapi air balik (water
hammer).
4. Pipa HDPE mengurangi kemungkinan pecah karena terjadinya
pembekuan air didalamnya.
5. Perawatan yang sangat rendah, dengan demikian terjadi penghematan
yang luar biasa dalam biaya perbaikan.
41
Dalam perencanaan ini akan digunakan jenis Pipa Galvanis (GIP), dan
HDPE karena sangat efektif digunakan sebagai solusi masalah perpipaan di kota,
industri, Maritim, Pertambangan, Tempat Pembuangan Sampah, irigasi dan
pertanian. Penggunaan pipa HDPE dan GIP sudah diuji dan terbukti efektifuntuk
diletakkan diatas tanah, dikubur, dipasang pada gedung.
H 1−H 4
I=
L
dimana :
I : Gradien Hidrolis.
H1 : Elevasi sumber air.
H4 : Elevasi titik akhir pipa transmisi di 20 m.
L : Panjang jalur pipa transmisi utama.
2.3.3 Bagian-bagian Sarana Air Bersih
1. Bak penangkap air(Bronkaptering)
1) Mata Air atau Sumber Air
a. Bak penangkap air berfungsi sebagai perlindungan air
b. Direncanakan sederhana ekonomis dan bebas dari pencemaran
c. Disarankan menggunakan beton campuran 1pc:2ps:3kr karena bersifat
kedap air
d. Tinggi maksimal bangunan didasarkan pada tinggi muka air maksimum
ditambah ruang/tinggi bebas minimal 25 cm.
e. Bak penangkap air dilengkapi dengan pipa pengumpul air.
2) Air permukaan
a. Bak penangkap air ditempatkan pada lokasi yang bebas dari penggerusan
aliran air
42
b. Direncanakan sederhana, ekonomis dan bebas dari pencemaran
c. Disarankan menggunakan beton campuran 1pc:2ps:3kr karena bersifat
kedap air
d. Tinggi maksimal bangunan didasarkan pada tinggi muka air maksimum
ditambah ruang/tinggi bebas minimal 25 cm.
e. Bak penangkap air dilengkapi dengan saringan kasar dan halus.
2. Sistem reservoir distribusi adalah sistem pembagian air kepada konsumen
dengan menggunakan reservoir, baik menggunakan sistem transmisi
gravitasi maupun sistem transmisi pompa yang dapat ditempatkan diatas
permukaan tanah maupun dibawah permukaan tanah. Bangunan reservoir
umumnya diletakkan di dekat jaringan distribusi pada ketinggian yang
cukup untuk mengalirkan air secara baik dan merata ke seluruh daerah. Jenis
pompa penyediaan air yang banyak digunakan adalah jenis putar (pompa
sentrifugal, pompa diffuser atau pompa turbin meliputi pompa turbin untuk
sumur dan pompa submersibel untuk sumur dalam), pompa jenis langkah
positif (pompa torak, pompa tangan, pompa khusus meliputi pompa vortex
atau pompa kaskade, pompa gelembung udara atau air lift pump, pompa jet,
dan pompa bilah) (Putri, 2013)
1) Tujuan dasar reservoir
a. Sebagai sarana vital penyaluran air ke masyarakat dan sebagai cadangan
air.
b. Sebagai tempat menyimpan kelebihan air agar dapat terjadi
kesinambungan antara ketersediaan dan kebutuhan.
c. Sebagai tempat pembubuhan alum.
d. Sebagai tempat penyimpanan air disaat desinfektan
2) Fungsi Reservoir.
Reseervoir berfungsi sebagai penampung/ penyimpanan air untuk mengatasi
problem naik turunnya kebutuhan air dan kecilnya sumber air, juga dapat
memperbaiki mutu air melalui pengendapan, serta berfungsi sebagai bak
pelepas tekan.
3) Kapasitas reservoir
43
Kapasitas reservoir distribusi direncanakan sebesar 20-30% dari kebutuhan
air maksimum harian.
4) Penempatan Reservoir
Reservoir ditempatkan berdasarkan pertimbangan berikut:
a. Reservoir pelayanan ditempatkan sedekat mungkin dengan pusat daerah
pelayanan, kecuali jika keadaan tidak memungkinkan selain itu
dipertimbangkan pemasangan pipa paralel.
b. Tinggi reservoir pada sistem gravitasi ditentukan sedemikian rupa
sehingga tekanan minimum sesuai hasil perhitungan hidrolis di jaringan
pipa distribusi adalah 10 meter. Muka air reservoir rencana
diperhitungkan berdasarkan tinggi muka air minimum.
c. Elevasi muka air tanah wilayah pelayanan bervariasi maka wilayah
pelayanan dapat dibagi menjadi beberapa zona wilayah pelayanan yang
dilayani masing-masing dengan satu reservoir.
d. Reservoir berdasarkan posisi penempatannya dibagi menjadi dua yaitu:
Ground Reservoir yaitu reservoir yang penempatannya pada permukaan
tanah Dan Elevated reservoir yaitu reservoir yang penempatannya diatas
menara.
44
lumpur menuju pipa keluar (outlet) dengan ukuran yang cukup sehingga
memudahkan pembersihan.
6) Perlengkapan reservoir
Pada reservoir harus dilengkapi dengan sistem perpipaan yang terdiri dari
pipa masuk (inlet), pipa keluar (outlet), pipa peluap (over flow) dan pipa
penguras (blow out).
Perlengkapan reservoir adalah sebagai berikut:
a. Pipa masuk dan keluar
b. Pipa peluap
c. Pipa penguras
d. Alat monitor
e. Manhole
f. Ventilasi udara
g. Tangga Kontrol
7) Perhitungan dimensi Reservoir
Dalam perencanaan dimensi reservoir ditentukan dari kapasitas reservoir
yaitu 20-30% dari kebutuhan maksimum harian.Perhitungan dimensi
reservoir harus ditambah dengan ruang untuk volume air mati dan ruang
udara.
Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam perecanaan reservoir dapat
dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.12 Kriteria Perencanaan Reservoir
No Uraian Kriteria
1. Kapasitas bersih (efektif)
reservoir distribusi
1) Kapasitas air untuk konsumen Berdasarkan :
1) Fluktuasi pemakaian air oleh
konsumen
2) Fluktuasi pengaliran air dari
sistem transmisi
2) Kapasitas air untuk sistem Berdasarkan:
pemadam kebakaran kota (bila
45
penduduk diatas 500.000 jiwa) 3) Debit aliran 250 lt/dtk
4) Periode 30 menit
5) Kapasitasnya menjadi 450 m3
ditentukan dalam
perencanaan instalasi
pengelolaan air (IPA)
2. Kapasitas bersih (efektif)
reservoir penyeimbang
1) Debit perencanaan 1) Tergantung pada fluktuasi
pemakaian air oleh
konsumen
2) Waktu dimensi 2) Tergantung pada lama waktu
saat pemakaian air oleh
konsumen lebih kecil dari
ketersediaan.
3. Dimensi reservoir
1) Perbandingan panjang, lebar 1) 1:1:1 / 2:2:1 / 3:3:2 (tidak
dan tinggi (bila bentuk segi mengikat)
empat)
2) Tinggi muka air minimum 2) 30 cm
3. Pipa Transmisi
46
Pipa transmisi adalah suatu jaringan yang berfungsi membawa air baku dari
sumber ke lokasi pengolahan atau dari bangunan pengumpul ke titik awal
jaringan distribusi.
47
f. Sumur Pompa tangan
g. Bangunan Penampung air Hujan (PAH)
7. Asesoris Pipa
1) Water Meter
Water meter mempunyai fungsi untuk mengukur besarnya aliran air yang
mengalir dalam pipa. Jenis water meter biasanya ditentukan berdasarkan
penempatan water meter itu sendiri misalnya:
a. Water meter yang dipasang didekat instalasi biasanya disebut water
meter induk.
b. Water meter yang dipasang pada zona pelayanan tertentu biasanya
disebut dengan water meter zoning.
c. Water meter yang dipasang pada sambungan rumah disebut water
meter pelanggan. Pemasangan water meter induk biasanya dilengkapi
dengan chamber guna menghindari gangguan dari luar dan dilengkapi
bypass dengan maksud jika water meter tersebut rusak atau ada
gangguan, air dapat dialirkan melalui bypass.
48
permanen/terus-menerus atau dapat juga dipasang secara temporer
tergantung dari fungsi dan tujuannya.
4) Katup Isolasi
Katup isolasi menggunakan standard gate valve. Katup butterfly
mempunyai katup yang lebih kecil dan mudah dioperasikan, tetapi bila
tidak dapat ditempatkan maka gate valve yang dipergunakan. Pada pipa
49
induk aliran secara gravitasi perlu dilengkapi gate valve dengan
penutupan lambat agar dapat melindungi (mengurangi) gelombang air
(water hammer).
5) Regulating Valves
Regulating valves diperlukan bila aliran air atau besarnya tekanan perlu
dikontrol. Katup ini merupakan jenis disc valve atau butterfly valves.
Disc valves dipergunakan dalam mengurangi besarnya tekanan tetapi
pada bak pelepas tekan dipergunakan butterfly valves.
50
Gambar 2.30 Air Resease Valve
Sumber: Google.com,2020
8) Wash out
Wash out dipasang pada jalur pipa distribusi induk dengan lokasi pada
profil memanjang yang memperlihatkan adanya depresi, seperti
perlintasan sungai dan sebelum bak pelepas tekan. Pada sistem distribusi
dipasang pada setiap titik terendah untuk semua diameter pipa distribusi
51
lebih besar dari 25mm, dengan jarak maksimum 2 km. Manfaat dari wash
out adalah untuk membersihkan pipa dari endapan sedimen.
52
2.4.2 Perhitungan Volume Pekerjaan
A. Pengertian Volume
Menurut pendapat H.Bachtiar Ibrahim penulis buku Rencana danEstimate
Real Of Cost volume pekerjaan dalam bidang konstruksi adalah cara
menghitung banyaknya suatu volume pekerjaan dalam suatu satuan. Volume
pekerjaaan dalam arti sesungguhnya bukanlah volume yang menunjukan isi
sesungguhnya, melainkan jumlah suatu volume yang terdapat dalam bagian
pekerjaan dalam satu kesatuan dalam bidang konstruksi.
B. Perhitungan Volume Dalam Satuan Unit Pekerjaan
Dalam melakukan pekerjaan perencanaan anggaran biaya pada suatu
proyek, haruslah dilakukan perhitungan volume terhadap bangunan tersebut
agar dapat menentukan jumlah anggaran yang diperlukan.
53
begrooting (dalam bahasa Belanda) dan construction cost estimate (bahasa
Inggris).
54
KEGIATAN :
PEKERJAAN :
JURUSAN :
PROGRAM STUDI :
SEMESTER :
Tabel 2. 13 Bentuk Tabel Penyusunan Item Pekerjaan.
1 2 3 4
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
- Pembersihan Lokasi Ls 1.00
- Pengukuran dan Pemasangan Bowplank Ls 1.00
- Pemasangan Papan Proyek Ls 1.00
A. Total Jumla
B. PEMASANGAN PIPA TRANSMISI
I. PEMASANGAN PIPA TRANSMISI
DARI SUMBER KE RESERVOIR DENGAN PIPA GIP dia 4"
1 Penyediaan Material GIP dia 4 " dan assesoris
- Pipa GIP dia 4" M' 3,636.00
- Bend GIP dia 4" - 90 º Buah 3.00
0
- Bend GIP dia 4" - 45 Buah 2.00
0
- Bend GIP dia 4" - 22,5 Buah 2.00
0
- Bend GIP dia 4" - 11,5 Buah 50.00
Tee dia 4X2½" Buah 1.00
- Socket GIP dia 4" Buah 594.00
- Water Mur dia 4" Buah 12.00
- Double Nipple dia 4" Buah 12.00
Sub Jumlah 1
2 Kontruksi Pemasangan pipa GIP dia 4"
Pekerjaan tanah
- Galian Tanah M3 436.32
- Urugan Tanah Kembali M3 305.42
- Kontruksi Pemasangan pipa GIP dia 4" M' 3,636.00
- Lansir Material ke Sumber LS 1.00
- Uji Coba Pengaliran M' 3,636.00
Sub Jumlah 2
I. Total Jumlah 1
55
KEGIATAN :
PEKERJAAN :
JURUSAN :
PROGRAM STUDI :
SEMESTER :
Tabel 2. 14 Bentuk Tabel Volume Pekerjaan
Harga
No. Uraian Pekerjaan Satuan Volume Satuan
(Rp.)
1 2 3 4 5
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
- Pembersihan Lokasi Ls 1.00 500,00
- Pengukuran dan Pemasangan Bowplank Ls 1.00 2,000,00
- Pemasangan Papan Proyek Ls 1.00 250,00
A. Total Jumlah
B. PEMASANGAN PIPA TRANSMISI
I. PEMASANGAN PIPA TRANSMISI
DARI SUMBER KE RESERVOIR DENGAN PIPA GIP dia 4"
1 Penyediaan Material GIP dia 4 " dan assesoris
- Pipa GIP dia 4" M' 3,636.00 268,10
- Bend GIP dia 4" - 90 º Buah 3.00 585,10
0
- Bend GIP dia 4" - 45 Buah 2.00 559,70
0
- Bend GIP dia 4" - 22,5 Buah 2.00 407,00
0
- Bend GIP dia 4" - 11,5 Buah 50.00 483,00
Tee dia 4X2½" Buah 1.00 225,00
- Socket GIP dia 4" Buah 594.00 110,00
- Water Mur dia 4" Buah 12.00 385,00
- Double Nipple dia 4" Buah 12.00 100,00
Sub Jumlah 1
2 Kontruksi Pemasangan pipa GIP dia 4"
Pekerjaan tanah
- Galian Tanah M3 436.32 29,66
- Urugan Tanah Kembali M3 305.42 22,87
- Kontruksi Pemasangan pipa GIP dia 4" M' 3,636.00 30,41
- Lansir Material ke Sumber LS 1.00 1,500,0
- Uji Coba Pengaliran M' 3,636.00 1,0
Sub Jumlah 2
I. Total Jumlah 1+2
56
berpedoman pada harga satuan bahan dan upah tenaga kerja di pasaran dan lokasi
pekerjaan(Ibrahim B. H., 2012). Upah tenaga kerja didapatkan di lokasi,
dikumpulkan dan dicatat dalam satu daftar yang dinamakan Daftar Harga Satuan
Upah.Untuk menentukan upah pekerja dapat diambil standar harga yang berlaku
di pasaran atau daerah sekitar proyek dikerjakan yang sesuai dengan spesifikasi
dari Dinas PU.Pada analisa ini sudah termasuk peralatan kerja atau setiap pekerja
harus mempunyai peralatan kerja sendiri yang mendukung keahlian masing-
masing. Untuk menentukan harga satuan alat dapat diambil standar harga yang
berlaku di pasar atau daerah tempat proyek dikerjakan sesuai dengan spesifikasi
dari dinas PU setempat yang dinamakan Daftar Harga Satuan Alat. Secara umum
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Harga Satuan Pekerjaan= H . S . Bahan+ H . S Upah+ H . S . Alat .......(2.41)
Analisa harga satuan pekerjaan merupakan analisa material, upah, tenaga
kerja, dan peralatan membuat satu-satuan pekerjaan tertentu yang diatur dalam
pasal-pasal analisa AHSP , dari hasilnya ditetapkan koefisien pengali untuk
material, upah tenaga kerja dan peralatan segala jenis pekerjaan. Sedangkan
analisis lapangan ditetapkan berdasarkan perhitungan kontraktor pelaksana.
Tabel 2. 15. Bentuk Perhitungan Analisa Harga Satuan Pekerjaan
HARGA JUMLAH
N KOEFISIE
URAIAN KODE SATUAN SATUAN HARGA
O N
( Rp. ) ( Rp. )
1 2 3 4 5 6 7
A. TENAGA KERJA
1 Pekerja
Tukang pipa/operator
2 pompa
3 Kepala Tukang
4 Mandor
Jumlah Harga Tenaga Kerja
B. B A H A N
Pipa GIP Med. SNI
1 Dia. 1"
2 Perlengkapan Pipa
Jumlah Harga Bahan
C. A L A T
Jumlah Harga Peralatan
57
Jumlah Harga Tenaga, Bahan dan
D. Peralatan (A+B+C)
Overhead + Profit (Contoh
E. 15%)
Harga Satuan Pekerjaan
F. per - m3 (D+E)
Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
28/PRT/M/2016 Tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan
Umum).
58
3) Harga biaya peralatan
Biaya peralatan dihitung dengan sewa atau memperhitungkan harga
penyusutan, perbaikan, operasi dan pemeliharaan serta biaya lainnya.
4) Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas atau kapasitas tenaga kerja adalah kemampuan tenaga kerja
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan volume tertentu dalam batas
waktu tertentu dalam kondisi standar dan diukur dalam satuan volume/hari-
orang. Pengertian produktivitas bila dituliskan dalam suatu bentuk
perumusan matematis adalah sebagai berikut :
Produktivitas=Satuan Hasil Kerja /Satuan waktu…….........(2.44)
5) Menghitung Jumlah Biaya Pekerjaan
Setelah volume dan harga satuan kerja sudah bisa didapatkan, maka langkah
selanjutnya adalah mengalikan angka tersebut sehingga dapat ditentukan
jumlah biaya dari masing-masing pekerjaan.
59
persiapan, pekerjaan pondasi, atau pekerjaan beton. Kedua sub pekerjaan tersebut
dapat diuraikan lagi secara lebih detail. Setiap pekerjaan kemudian ditotalkan
sehingga didapatkan jumlah total biaya pekerjaan. Di dalam menghitung biaya
rekapitulasi ini, kita juga bisa memasukkan biaya tambahan dan pajak.
Rekapitulasi
60
Tabel 2. 17 Daftar Analisa Harga Satuan
ANALISA HARGA SATUAN
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
A.1. Mobilisasi Demobilisasi
HARG
A
N KO SAT KOEFI SATUA JUMLAH
URAIAN
O DE UAN SIEN N HARGA
( Rp. ) ( Rp. )
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja *)
1 Pekerja
2 Supir truk Roda 4 - 10
3 Pengemudi Roda 4
Jumlah Harga Tenaga Kerja
B Bahan
1 Pertamina Dex 4 nov
2019 ( non subsidi )
Jumlah Harga Bahan
C Peralatan
1 Kapal laut
2 Kendaraan Roda 4 - 6
3 Kendaraan Roda 4
Jumlah Harga Peralatan
D Jumlah Harga tenaga, Bahan
dan Peralatan (A+B+C)
E Overhead + Profit (Contoh 15%) 15% xD
F Harga Satuan Pekerjaan per - m 1
(D+E)
Sumber: Permen PU,2016
61
Tabel 2. 18 Daftar Rincian Rencana Anggaran Biaya (RAB)
REKAPITULASI ANALISA HARGA SATUAN
Balai :
Satuan Kerja :
Kegiatan :
Pekerjaan :
Sumber Dana :
Tahun Anggaran :
KOD
HARGA
SATU E
NO URAIAN SATUAN DASAR
AN AHS
(HSD)
P
PEKERJA
AN
PERSIAPA
A. N
Mobilisasi dan Demobilisasi LA,0
Keg
1 Personil dan Peralatan 4
Dokumentasi (foto, video) dan LA.0
Keg
2 Sosialisasi 5
Pembuatan Papan Nama Proyek
Lks L,03b
3
PENYELENGGARAAN
KEAMANANDAN
B KESEHATAN KERJA SERTA Ls
KESELAMATAN
KONSTRUKSI (K3)
PEMBANGUNAN
C
PENGADAANBAHAN
1.1 MATERIAL
Pengadaan
Material
1 Sirkulasi
62
a. Bentonite Zak M.21
b.
Polyphosph
ate Zak M,22
Pengisian Mortar (grouting) dan AT.1
2 Pondasi (concrete slab) m3 2
Pengadaan dan Pemasangan AT.
3 Bottom Plug Bh 9a.
Pengadaan dan Pemasangan Patok AT.1
4 Nomor Sumur Bh 7d
PEKERJAAN PEMBORAN
1.2 SUMUR
Pemindahan, Pemasangan, AT.2
1 Pembongkaran Rig dan Alat Bantu Lokasi 1
Persiapan dan
Pemulihan AT.2
2 Lokasi Lokasi 0
Pemboran pada segala formasi AT.0
3 diameter 8-3/4" m' 2
Pelebaran Lubang Bor (Reaming) AT.0
4 dia. 8-3/4" menjadi 14-3/4" M 1
4
Bongkar pasang Temporary AT.0
5 Cassing (ID)12 " M 1
5
Bongkar pasang Temporary AT.0
6 Cassing (ID)14 " M 1
6
Pengambilan dan Deskripsi Sampel AT.
7 Batuan (termasuk laporan) m' 01
Elektrik AT.1
8 Loging Titik 8
Air Life
Test/Bailer AT.1
9 Test Jam 9
Pelebaran Lubang Bor (Reaming) AT.0
10 dia. 8-3/4" menjadi 12, 1/4" m' 3
Pengadaan dan Pemasangan AT.0
11 Cassing Pipa GIP 6" m' 7
Pengadaan dan Pemasangan AT.0
12 Stainless steel Screen 6" m' 8
Pengadaan dan Pemasangan Pipa AT.0
13 GIP. Med. SNI Dia.8" M1 9
Pengadaan dan Pemasangan AT.1
14 Stainless steel Screen Dia. 8" M1 0
Pengadaan dan Pemasangan Pipa AT.1
15 Sounding GIP medium SNI dia 1" M1 1
Pengadaan dan Pemasangan Gravel AT.1
16 Pack M³ 2
63
Uji
Ketegakluru AT.1
17 san Sumur Buah 5
Well Development (Metode Water AT.1
18 Jetting ) Jam 3
Well Development (Metode Air AT.1
19 Jetting ) Jam 3a
PEKERJAA
N UJI
PEMOMPAA
1.3 N
Pemasangan Pompa untuk Uji AT.1
1 Pemompaan Lokasi 5
Uji Susut AT.1
2 Bertahap Jam 7.
Uji Debit AT.1
3 Tetap Jam 7.a
Pengukuran AT.1
4 Recovery Jam 7.c
PEKERJAAN ANALISA
1.4 KUALITAS AIR
Analisa AT.1
1 Kualitas Air Lokasi 6
PEKERJA
2 AN SIPIL m2
Galian
m3
1 tanah biasa T,06
Galian
tanah m3
2 berbatu T,07
Pasang 1 m' T.02.
3 bouwplank m' b.
Galian tanah biasa dan pasang T.06.
m3
4 bouwplank a
Galian Tanah berbatu dan pasang T.02.
m3
5 bouwplank b.
Timbunan Pasir Sebagai Bahan M.14.
m3
6 Pengisi a
Urugan Tanah Kembali Bekas T.
m3
7 Galian 14.b
Timbunan Tanah Termasuk T.
m3
8 Pemadatan dan Perapihan 14.a
Pasangan Batu Belah
m3 P.01
9 (kali/gunung)1 Pc : 3 Psr
Pasangan Bata merah 1 pc : 3
P.02.a
10 pp m2
11 Pasangan Batako 1 pc : 3 m3 P.02.
64
pp b
Plesteran 1.5 cm campuran 1 pc : P.04.
12 2 pp m2 d
Plesteran 1.5 cm campuran 1 pc :
P.04.e
13 3 pp m2
P.04.
14 Pekerjaan Acian m2
g
65
Beton Bertulang K-80 s/d K-100
22 setara 1PC : 2PB : 3 KR , termasuk
Bekisting m3 B.01
Pengadaan & Pemasangan Keramik A.2.1.
23
20cm x 20 cm Campuran 1pc : 2 pp m2 12
Pengadaan & Pemasangan Paving A.2.1.
24
Blok m2 13
Pengecatan 1 m2 A.4.7
25
tembok/dinding m2 .1
A.4.7.
26
Pengecatan Besi m2 2
Pengecatan 1 m2 Water A.4.7
27
Proof m2 .3
Pengadaan dan Pemasangan A.5.1.
21
Tangga dari Pipa GIP dia 1" m' 3a
Pengadaan dan Pemasangan A.5,1,
22
Tangga dari Pipa GIP dia 1,5" m' 4a
Pengadaan dan Pemasangan Pipa A.5,1,
23
GIP Med. SNI Dia. 1/2" m' 1
Pengadaan dan Pemasangan Pipa A.5,1,
23
GIP Med. SNI Dia. 3/4" m' 2
Pengadaan dan Pemasangan Pipa A.5,1,
24
GIP Med. SNI Dia. 1" m' 3
Pengadaan dan Pemasangan Pipa A.5,1,
25
GIP Med. SNI Dia. 1,1/2" m' 4
Pengadaan dan
26 Pemasangan Pipa GIP A.5,1,
Med. SNI Dia. 2" m' 5
Pipa udara dan penguras GIP Med. A.5.1.
27
SNI Dia. 1,1/2" m' 4a
Pengadaan dan Pemasangan Pipa A.5,1,
28
Penguras GIP Med. SNI Dia. 2" m' 5a
Kosen Pintu, Daun Pintu Ukuran A.5.2.
28
100cm x 100 cm (Besi) m' 4
Kosen Pintu, Daun Pintu Ukuran A.5.2.
28
120 x 210 cm (Besi) Unit 4a
Plat besi penutup bak ukuran 60 x A.5.2.
23
60 cm Unit 4b
66
Tenaga Surya Q. 70 m3/hari -
Head 50 meter
Pengadaan & Pemasangan Pompa
27 Submersible Tenaga Surya Q. 60
m3/hari - Head 130 meter Unit P.03
Pengadaan dan Pemasangan Pagar
29 Kawat Duri Pagar Rumah
Pompa/Rumah Panel m' R.01
Pengadaan dan Pemasangan Lampu
29
rumah pompa 60 watt Unit LP.01
Pengadaan dan Pemasangan Ram-
24
Ram Pengaman Kaca Solar Cell m2 R.02
M,77.
24
Knee GIP dia 1/2 " Bh b
M,77.
25
Knee GIP dia 3/4 " Bh c
M,77.
25
Knee GIP dia 1 " Bh d
M,77.
26
Knee GIP dia 1,5 " Bh f
M,77.
28
Knee GIP dia 2 " Bh g
M,84.
28
Water Mur GIP dia.1 " Bh b
M,84.
30
Water Mur GIP dia.1.5 " Bh d
M,84.
25
Water Mur GIP dia. 2 " Bh e
M,79,
25
Double Neple GIP dia.1 " Bh c
M,79,
26
Double Neple GIP dia.1,5 " Bh e
M,79,
26
Double Neple GIP dia. 2 " Bh f
M,81.
27
Stop Kran dia 1/2 " Bh a
M,81.
29
Stop Kran dia 3/4 " Bh b
M,81.
29
Stop Kran dia 1 " Bh c
M,81.
31
Stop Kran dia 2 " Bh f
M,83.
26
Tee GIP dia. 1.5 " Bh e
M,80.
26
Reduser GIP 1.5 - 1 " Bh c
67
M,87.
27
Dop Pipa GIP dia 1,5" Bh e
Kran Pelampung dia 1 " ( foating m,75.
27
valve ) bh e
M,61.
28
Klam dia 2,0 " Bh e
Pengadaan dan pemasangan flow M,98.
30
meter diameter 2" Bh c
68
Daftar Pustaka
Agustina, D. (2007). Analisa Kinerja Sistem Distribusi Air Bersih PDAM Kecamatan
Banyumanik di Perumnas Banyumanik (Studi Kasus Perumnas Banyumanik Kel.
Srondol Wetan). Doctoral dissertation, program Pascasarjana Universitas
Diponegoro.
Al Layla, M. A. (1980). Water Supply Engineering Design. Michigan, USA.: Ann Arbor
Science Publishers.
Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. (2007). Buku Panduan
Pengembangan air minum. jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya .
Ibrahim, B. H. (2012). Rencana dan Estimate Real Of Coast. Jakarta: Bumi Aksara.
Putri, D. T. (2013). Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Air Bersih. Institut Pertanian.
Sutrisno. (2004).
69