Anda di halaman 1dari 69

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Bersih


Air bersih adalah zat cair yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
berasa.Semua air biasanya tidak bersih sempurna, selalu mengandung senyawa
pencemar. Bahkan tetes air hujan mengandung debu dan karbondioksida (CO2)
waktu jatuh ke bumi. Keberadaan air berhubungan dengan siklus hidrologi. Air
yang bergerak dengan siklus hidrologi akan bersentuhan dengan bahan baku atau
senyawa lain sehingga tidak ada air yang benar-benar murni.
Sebagaimana kita ketahui bahwa makhluk hidup tanpa terkecuali
membutuhkan air. Dimana air dapat tersedia dalam bentuk padat (es), cairan (air)
dan (penguapan).Air tanah yang mengalir ke permukaan tanah membawa zat
padat terlarut, air hujan yang mengalir melalui permukaan tanah membawa zat-zat
penyebab kekeruhan dan zat organik, seperti juga bakteri patogen. Pada air
permukaan partikel-partikel mineral air yang terlarut akan tetap tidak berubah
tetapi zat organik diuraikan secara kimia dan mikrobiologi serta pengendapan di
danau atau sungai-sungai yang mempunyai kecepatan rendah menyebabkan
hilangnya zat padat yang melayang dan bakteri patogen akan mati karena
kurangnya makanan.

Air permukaan terdiri dari air sungai dan air danau.Air sungai adalah air
hujan yang jatuh ke permukaan bumi dan mengalir melewati daerah aliran
sungai.Daerah aliran sungai merupakan daerah yang dianggap sebagai wilayah
dari suatu titik tertentu pada suatu sungai dan dipisahkan dari daerah aliran sungai
sebelahnya oleh suatu pembagi atau punggung bukit yang dapat ditelusuri pada
peta topografi.Air danau adalah air permukaan berasal dari air hujan atau air tanah
yang keluar ke permukaan tanah dan terkumpul pada suatu titik yang relatif
rendah dan cekung.(H. Abditya,2010)

1
Gambar 2.1 Siklus Hidrologi
Sumber: Suripin,2004

2.1.1 Sumber-sumber Air Bersih


Sumber air adalah suatu komponen utama yang harus ada pada sistem
perencanaan air bersih, sebab tanpa sumber air maka suatu penyediaan air bersih
tidak akan berfungsi (Sutrisno, 2004)
Dalam memilih sumber baku air bersih harus diperhatikan persyaratan
utama yang meliputi kualitas, kuantitas, kontinuitas dan biaya yang murah dalam
proses pengambilan sampai pada proses pengolahannya.
Menurut Robert J. Kodoatie, Phd dalam bukunya tentang Pegelolaan
Sumber Daya Air Terpadu menyebutkan bahwa:
1. Air bumi yang mengalami proses evaporasi kemudian bergerak di atmosfir
(udara) dan berubah menjadi cair (from air to liquid state) setelah mengalami
kondensasi. Tetesan air kecil (tiny droplet) ini berbenturan dengan tetesan air
lainnya terbawa oleh gerakan udara turbulen sampai pada kondisi yang cukup
besar menjadi butir-butir air. Setelah cukup banyak dan juga berat sendiri
(secara gravitasi) butir-butir air ini kemudian turun ke bumi yang disebut air
hujan.
2. Secara gravitasi (alami) air mengalir dari daerah tinggi ke rendah. Aliran ini
biasanya akan memasuki daerah tangkapan atau disebut aliran sungai, sistem
danau atau waduk. Aliran air yang mengalir ini disebut air permukaan tanah.

2
3. Sebagian air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan meresap dalam tanah
dan membentuk filtrasi, perkolasi, kapiler dan akan muncul ke permukaan
sebagai mata air yang disebut sebagai air dari dalam tanah.
Sedangkan menurut PEDC Bandung (Penyediaan Air Bersih, 1983)
menggolongkan menjadi tiga jenis sumber air berdasarkan pemakaiannya yaitu:
1. Air Hujan / Air Atmosfer
Menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu
menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan turun, karena masih
banyak mengandung kotoran yang disebabkan oleh kotoran – kotoran
industri/debu dan lain sebagainya. Air hujan juga mempunyai sifat agresif
terutama pada pipa – pipa penyalur maupun reservoir, sehingga hal ini dapat
mempercepat terjadinya korosi (karatan).
Air hujan yang biasanya digunakan untuk keperluan rumah tangga dengan
kualitas air hujan sebagai berikut:
a) Pada saat uap air terkondensasi menjadi hujan, maka air hujan merupakan
air murni (H2O), oleh karena itu air hujan yang jatuh ke bumi mengandung
mineral relatif rendah yang bersifat lunak.
b) Gas-gas yang ada di atmosfir umumnya larut dalam butir-butir air hujan
terkontaminasi dengan gas seperti CO2, menjadi agresif. Air hujan yang
bereaksi dengan gas SO2 dari daerah vulkanik atau daerah industri akan
menghasilkan senyawa asam (H2SO4), sehingga dikenal dengan ”acid
rain” yang bersifat asam atau agresif.
c) Kontaminan lainnya adalah partikel padat seperti : debu, asap, partikel
cair, mikroorganisme seperti virus dan bakteri.
Dari segi kuantitas air hujan tergantung pada tinggi rendahnya curah
hujan, sehingga air hujan tidak bisa mencukupi persediaan air bersih karena
jumlahnya fluktuatif. Begitu pula jika dilihat dari segi kontinuitasnya, air
hujan tidak dapat digunakan secara terus menerus karena tergantung pada
musim.
2. Air Permukaan
Air permukaan adalah air baku biasanya digunakan untuk keperluan air
minum, irigasi, dan industri. Air permukaan berasal dari:

3
a) Air waduk (berasal dari air hujan dan air sungai)
b) Air sungai (berasal dari air hujan dan mata air)
c) Air danau (berasal dari air hujan, air sungai dan mata air)
Pada umumnya air permukaan telah terkontaminasi oleh zat-zat yang
berbahaya bagi kesehatan, sehingga memerlukan pengolahan terlebih dahulu
sebelum dikonsumsi oleh masyarakat yang ada di Indonesia. Menurut Ditjen
Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (1984), sumber air terdiri dari:
a) Air permukaan dengan tingkat kekeruhan tinggi.
b) Air permukaan dengan tingkat kekeruhan rendah sampai sedang.
c) Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang temporer.
d) Air permukaan dengan kandungan warna sedang sampai tinggi.
e) Air permukaan dengan tingkat kesadahan tinggi.
f) Air permukaan dengan tingkat kesadahan rendah.
3. Air tanah
Air tanah biasanya diperoleh dari sumur dangkal, sumur dalam atau sumur
pompa dan digunakan untuk keperluan rumah tangga, industri dan
perkebunan. Air tanah banyak mengandung garam dan mineral yang terlarut
pada waktu air melewati lapisan-lapisan tanah. Tetapi tidak menutup
kemungkinan air tanah dapat tercemar oleh zat-zat seperti Ferum (Fe),
Mangan (Mn) dan kesadahan yang terbawa oleh aliran permukaan tanah.
Khusus untuk keperluan air minum maka sumber-sumber air yang dapat
digunakan adalah:
a) Mata air
b) Sumur Bor
c) Air tanah dangkal
d) Air permukaan
e) Air hujan
Diantara sumber air diatas, dari hasil penelitian secara prioritas lebih banyak
digunakan adalah sumur bor karena selain kualitasnya yang lebih baik juga karena
penyediaanya lebih mudah dan ekonomis.

4
Dalam kegiatan penyediaan air bersih pekerjaan yang sangat penting adalah
mengetahui jumlah air (debit air). Pengukuran debit air sebaiknya dilakukan pada
musim kemarau agar diperoleh debit andalan dari sumber air tersebut.
Potensi sumur bor pada suatu daerah dipengaruhi oleh curah hujan sehingga
dalam proses perencanaan penyediaan air bersih harus memperhatikan:
1. Distribusi curah hujan yang berbeda-beda sesuai dengan jangka waktu dan
tempat yang ditinjau.
2. Intensitas curah hujan.
Selain itu, curah hujan suatu daerah juga dipengaruhi oleh iklim setempat dan
kecepatan angin. Hal ini menyebabkan curah hujan menjadi sangat bervariasi.
Semakin tinggi elevasi suatu daerah maka semakin tinggi angka curah
hujannya.

2.1.2 Standar Kualitas Air Minum


Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau.Air minum juga harus tidak mengandung kuman patogen.Tidak
mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima
secara estetis dan dapat merugikan secara ekonomis.Air juga seharusnya tidak
korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusi yang
ada.Atas dasar pemikiran tersebut, maka dibuat standar air minum yaitu suatu
peraturan yang memberikan petunjuk tentang konsentrasi berbagai parameter
yang sebaiknya diperbolehkan ada pada air minum agar tujuan pengolahan air
bersih dapat tercapai. Standar tersebut akan berbeda untuk tiap negara, tergantung
pada keadaan sosial kultural temasuk kemajuan teknologinya.
Indonesia standar air minum yang berlaku pertama kali dibuat pada tahun
1975, kemudian terakhir kali direvisi melalui Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002.
1. Parameter Fisis
Parameter fisis yang harus diketahui untuk sumber air yang akan dijadikan air
baku atau untuk pengolahan selanjutnya adalah meliputi:
a. Bau

5
Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat menunjukkan awal dari kualitas air.
b. Jumlah zat padat terlarut (TDS)
TDS umumnya terdiri dari zat organik, garam organik, garam anorganik dan
gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. Efeknya
terhadap kesehatan tergantung pada senyawa kimia penyebab masalah
tersebut.
c. Kekeruhan
Disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang sifatnya organik
maupun anorganik
d. Rasa
Air minum tidak memiliki rasa atau tawar, sehingga air yang tidak tawar
dapat menunjukkan adanya kandungan berbagai zat yang berbahaya bagi
kesehatan.
e. Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas, terutama agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang terdapat dalam pipa atau saluran.
f. Warna
Warna pada air disebabkan adanya tanin atau asam humat dan
keberadaannya secara alamiah di alam.Karena itu air minum sebaiknya tidak
berwarna.
2. Parameter Kimia
Selain parameter fisis tersebut diatas, yang tidak kalah penting adalah
melakukan penelitian terhadap kandungan kimia air sumber yang akan
dijadikan sumber air baku untuk pengolahan selanjutnya. Parameter kimia
tersebut diantaranya meliputi :
a. Kimia Anorganik
Parameter kimia anorganik meliputi antara lain : Air Raksa (Hg),
Alumunium (Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi atau Ferrum (Fe), Flourida
(F), Cadmium (Cd), Kesadahan, Khlorida (Cl), Mangan (Mn), dan pH
(derajat keasaman).
b. Kimia Organik

6
Parameter kimia organik meliputi : Zat Organik, Detergen, Chloroform
(CHCl3), serta parameter mikrobiologis.

2.2 Kebutuhan Air Baku


2.2.1 Proyeksi Jumlah Penduduk
Data kependudukan merupakan satu faktor penting disalam penyusunan
suatu rencana, mengingat bahwa setiap perencanaan. Peningkatan jumlah
penduduk akan mempengaruhi peningkatan kebutuhan fasilitas termasuk
peningkatan pelayanan air bersih. Proyeksi penduduk adalah suatu metode yang
dipakai untuk memperkirakan jumlah penduduk dimasa yang akan datang dengan
dasar kondisi perkembangan penduduk dari tahun ke tahun. Perhitungan
presentase pertumbuhan penduduk dihitung dengan rumus sebagai berikut:
P n−Pn−1
rn = x 100…………………...……….……..………….(2.1)
Pn
dimana :
rn = Presentase pertumbuhan penduduk tahun ke n
Pn = Jumlah penduduk tahun ke n
Pn-1 = Jumlah penduduk tahun sebelumnya
Untuk memperoleh nilai proyeksi yang akurat, maka perlu dilakukan analisis
dengan menghitung standar deviasi dan nilai koefesien korelasi (r) sebagai
berikut :
Rumus Koefesien Korelasi :
n ( Σ x . y )− ( Σ x ) .( Σ y )
r= ……........………….……………….(2.2)
¿¿

dimana :
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah Data
x = jumlah penduduk sesuai data yang langsung diperoleh
y = jumlah pendududk sesuai metode proyeksi
Nilai koefesien korelasi yang dipakai adalah yang paling mendekati 1,
yang menggambarkan bahwa rumus yang dipakai adalah yang mewakili nilai
pendekatan pertumbuhan penduduk secara optimum terhadap pola pertumbuhan

7
yang terjadi sebenarnya di masa mendatang. (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 18/PRT/M/2007, 2007)
Metode untuk menentukan proyeksi pertumbuhan penduduk antara lain :
1) Metode Geometrik
Rumus umum yang digunakan dalam metode tersebut adalah :
Pn = Po (1+ r)n………………...………………………..…………….(2.3)
dimana :
Pn =Jumlah penduduk pada proyeksi tahun rencana
Po =Jumlah penduduk pada awal tahun data
Pt = Jumlah penduduk pada akhir tahun data
r = Laju pertumbuhan penduduk (%)
n = Jumlah Interval Waktu
2) Metode Aritmatika
Rumus umum yang digunakan dalam metode tersebut adalah :
Pn = Po + Ka(Tn-T0):Ka= (P2- P1)/(T2-T1) ………..……………..…(2.4)

dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun rencana
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
Tn = Tahun Rencana
To = Tahun Dasar
Ka = Konstanta aritmatika
P1 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun pertama
P2 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir
T1 = Tahun Pertama yang diketahui
T2 = Tahun terakhir yang diketehui

2.2.2 Kebutuhan Air Bersih


Yang dimaksud dengan jumlah kebutuhan air dalah banyaknya air yang
dibutuhkan manusia per hari serta banyaknya debit air yang dibutuhkan untuk
melayani jumlah pemakai tersebut.(Mawey, 2015)
Kebutuhan air merupakan jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk
keperluan pokok manusia dan kegiatan lainnya yang memerlukan air.Kebutuhan

8
air menentukan besaran sistem dan ditetapkan besaran pemakaian air.Kebutuhan
air yang diperlukan seseorang untuk minum saja adalah kecil.Kebutuhan
perorangan untuk berbagai kegiatan domestik lainnya seperti untuk mandi,
mencuci, memasak dan peralatan lainnya jauh lebih besar. Kebutuhan yang
demikian akan berbeda dari satu rumah tangga dengan rumah tangga yang
lainnya, tergantung dari fasilitas air minum yang mereka punya. Dilain pihak,
dalam keadaaan surplus air kebutuhan air akan berangsur-angsur meningkat
sampai tercapai pemenuhan kebutuhan yang memuaskan.
Banyaknya kebutuhan air air bagi setiap orang tergantung dari beberapa
faktor seperti:
1. Pada daerah panas pemakaian airnya akan lebih banyak dibandingkan di
daerah dingin.
2. Keadaan sosial, dimana semakin tinggi tingkat kebutuhan sosialnya maka
akan semakin tinggi pula kebutuhan akan air. Hal ini terlihat seperti pada
pembuatan pancuran mandi, pancuran di taman, kolam renang, mencuci
mobil dan lain-lain.
3. Tingkat kebiasaan hidup dalam rumah tangga yang lebih tinggi seperti
masak, mandi dan cuci.
Dalam perencanaan jaringan air bersih, untuk memperhitungkan jumlah
air yang akan didistribusikan dihitung tidak berdasarkan kebutuhan sekarang
tetapi juga kebutuhan dimasa yang akan datang serta perhitungan berdasarkan
umur bangunan yaitu 15-20 tahun beserta bangunan lainnya. Kebutuhan air
didasarkan atas kebutuhan domestik, kebutuhan non domestik, kehilangan air..
Kebutuhan domestik berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani, kategori
daerah pelayanan dan tingkat pelayanan. Sedangkan kebutuhan non domestik
dihitung secara detail setiap kegiatan yang dianggap turut mempengaruhi
perhitungan jumlah kebutuhan air bersih. Sedangkan untuk daerah yang statis
dihitung berdasarkan prosentase saja.
1) Kebutuhan Air Domestik
Pemenuhan kebutuhan air untuk domestik memiliki bagian terbesar dalam
kebutuhan dasar perencanaan unit pengolahan. Berikut beberapa penjelasan
mengenai kebutuhan air domestik antara lain:

9
a. Merupakan kebutuhan akan air bersih tiap-tiap rumah tangga yang meliputi
kebutuhan memasak, minum, mandi, cuci dan sebagainya yang digunakan
dalam rumah tangga.
b. Kebutuhan akan air bersih tiap orang (liter/orang/hari) tergantung dari daerah
pelayanan berdasarkan kategori wilayah, seperti kota metropolitan atau kota
besar dan sebagainya.
c. Perhitungan kebutuhan air dipengaruhi oleh tingkat pertambahan penduduk
apakah secara aritmatik atau geometrik atau lainnya tentu saja akan
memperngaruhi terhadap proyeksi pertambahan penduduk yang berkaitan
dengan perancangan sistem penyediaan air bersih didaerah tersebut.
Faktor kebiasaan, pola dan tingkat kehidupan yang didukung oleh adanya
perkembangan sosial ekonomi memberikan pengaruh terhadap peningkatan
kebutuhan dasar air. Dikenal ada 2 (dua) kategori fasilitas penyediaan air bersih
atau minum, yaitu :
1. Fasilitas Perpipaan terdiri dari: Sambungan Rumah (SR), Sambungan Halaman,
dan Sambungan Umum.
2. Fasilitas Non Perpipaan terdiri dari: Sumur Umum, Hidran Umum/Kran Umum
(HU/KU), kendaraan tangki air (water tank/TA) serta mata air. Perlu diketahui
pula adalah jumlah kebutuhan rata-rata air bersih per orang per hari, dimana
dibedakan atas kategori kota dan perdesaan. Tingkat pemakaian air bersih
secara umum ditentukan berdasarkan kebutuhan manusia untuk kehidupan
sehari-hari.
Tabel 2.1 Tabel Kebutuhan air menurut jenis kota

Jumlah Jumlah Pemakaian Air Cakupan


Kategori Kehilangan
No Penduduk Rumah rata-rata Pelayanan
Wilayah Air (%)
(jiwa) (buah) (liter/orang/hari) (%)
1. Kota
Metropolitan 1.000.000 200.000 190 100 20
2. 500.000 – 100.000 –
Kota Besar
1.000.000 200.000 170 100 20
3. 100.000 – 20.000 –
Kota sedang
500.000 100.000 150 100 20
4. 10.000 – 2.000 –
Kota Kecil
100.000 20.000 130 80 20
5. 3.000 –
Desa
10.000 600 – 2.000 100 80 20

Sumber : (Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, 2007)

10
Untuk menghitung kebutuhan air domestik, maka rumus yang digunakan
adalah:
D = Pn x Pa x Tp ……………………………………………….………
(2.5)
dimana :
D = Kebutuhan Air Domestik (liter/detik)
Pn = Jumlah penduduk ( jiwa)
Pa = pemakain air ( liter/orang/hari)
Tp = tingkat pelayanan (%)
2) Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan air non domestik merupakan tahap berikutnya dalam
perhitungan kebutuhan air bersih, besaran pemakaiannya ditentukan oleh jumlah
konsumen non domestik yang terdiri dari fasilitas-fasilitas yang telah
disebutkan.Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa ada beberapa faktor yang
dapat menentukan perkembangan jumlah fasilitas tersebut, yaitu pertambahan
penduduk, jenis dan perluasan fasilitas serta perkembangan sosial ekonomi.
a. Merupakan kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat diluar rumah tangga,
yang meliputi kebutuhan untuk sosial, ibadah, industri, rekreasi, pelabuhan,
niaga dan lain-lain.
b. Kebutuhan air bersih bagi tiap orang (liter/orang/hari) tergantung dari jenis
kegiatan yang dilakukan misalnya kebutuhan untuk rumah sakit akan berbeda
dengan sekolah atau di rumah-rumah ibadah begitu juga dengan tempat
rekreasi dengan industri atau pertokoan dan sebagainya.
c. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007,
Kebutuhan air bersih non domestik dapat ditentukan 15% dari kebutuhan
domestik, tetapi untuk memperoleh hasil yang lebih tetap diperhitungkan
secara detail berdasarkan data hasil survey dan pengolahan data yang
dilakukan. Sebagai pedoman untuk menghitung kebutuhan tersebut dapat
digunakan data-data dari hasil penelitian para ahli, yang telah menetapkan
kebutuhan tiap orang (liter/orang/hari) pada tiap-tiap kegiatan seperti kegiatan
sosial, industri, niaga dan lain-lain.

11
Tabel 2.2 Kebutuhan air non domestik untuk perkotaan
Pemakaian Air rata-rata
No Jenis Kebutuhan Keterangan
perhari (liter/orang/hari)
1. Kantor 100-200 Per karyawan
2. Setiap tempat tidur pasien
Rumah Sakit 250-1000 Pasien Luar = 8 liter
Pegawai = 60 liter
3 Gedung Bioskop 10 Per pengunjung
4. Sekolah dasar/ SLTP 40-50 Per murid, Guru =100 liter
5. SLTA dan lebih tinggi 80 Per murid, Guru =100 liter
6. Laboratorium 100-200 Per karyawan
7. Toserba 3 Per pengunjung
Karyawan = 105 liter
8. Industri/ Pabrik 30 Per orang per sift
9. Stasiun/ Terminal 3 Setiap Penumpang
10. Restoran 30 Penghuni 160 liter
11. Hotel 250-300 Untuk setiap tamu
12. Perkumpulan Sosial 30 Untuk tamu
13. Tempat Ibadah 10 Jumlah jemaah setip hari

Sumber : (Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, 2007)

Untuk menghitung kebutuhan air non domestik berdasarkan Permen PU


Nomor 18 Tahun 2007 Dalam perencanaan ini dipakai 15 %dari total kebutuhan
domestik.
ND = 15% x D……………………………………………………….....(2.6)
dimana :
D = Kebutuhan Air Domestik (liter/detik)
ND = Kebutuhan Air Domestik (liter/detik)

1. Perkiraan Kebutuhan Air Bersih


Sesuai dengan Millenium Development Goals (MDGs) pedoman yang
perlu diketahui selain proyeksi jumlah penduduk dalam memprediksi jumlah
kebutuhan air bersih.
Penentuan kebutuhan air menurut (Al Layla, 1980) mengacu kepada
kebutuhan air harian maksimum (Qmax) serta kebutuhan air jam maksimum
(Qpeak) dengan referensi kebutuhan air rata-rata.
a. Kebutuhan air rata-rata harian (Qav) Adalah jumlah air yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan domestik, non domestik dan kehilangan air.
b. Kebutuhan air harian maksimum (Qmax) Merupakan jumlah air terbanyak
yang diperlukan pada satu hari dalam kurun waktu satu tahun berdarkan

12
nilai Q rata-rata harian. Diperlukan faktor fluktuasi kebutuhan harian
maksimum dalam perhitungannya. Kebutuhan air harian maksimum
digunakan untuk mengetahui berapa kapasitas pengolahan ( produksi) dan
dihitung berdasarkan kebutuhan air rata-rata sebagi berikut :
Ss =f1 x Sr ………………………………………………...………...….(2.7)
dimana :
Ss = Kebutuhan air harian maksimum (liter/detik)
f1= Faktor harian maksimum ( 1,10 – 1,25)
Sr = Jumlah total kebutuhan air (liter/detik)
c. Mengitung total kebutuhan air
Total kebutuhan air merupakan jumlah dari kebutuhan air domestik dan
kebutuhan air non domestik, seperti pada rumus berikut ini:
Qt = D + ND +KA…......…………………………...……………….…..(2.8)
dimana :
Qt = Kebutuhan total air (liter/detik)
D = Kebutuhan Domestik (liter/detik)
ND = Kebutuhan Non Domestik (liter/detik)
KA = Kehilangan air (liter/detik)
d. Analisis kebutuhan air pada waktu jam puncak
Adalah jumlah air terbesar yang diperlukan pada jam-jam tertentu dalam
satu hari. Kebutuhan air pada waktu jam puncak digunakan untuk
mengetahui beberapa kapasitas distribusi dari besarnya diameter pipa dan
dihitung berdasarkan kebutuhan air rata-rata sebagai berikut :
Qp= f2 x Sr………………………………….……………………...….(2.9)
dimana :
Qp = Kebutuhan air jam maksimum (liter/detik)
f2 = Faktor fluktuasi jam maksimum ( 1 ,15 - 2 )
Sr = Kebutuhan air harian maksimum (liter/detik)
Banyak faktor yang mempengaruhi fluktuasi pemakaian air jam per jam,
dan untuk mendapatkan data ini diperlukan survey dan penelitian terhadap
aktivitas, kebiasaan serta kebutuhan air konsumen.Selain kapasitas produksi

13
pada unit pengolahan, perlu diperhitungkan juga faktor-faktor lain yang
berpengaruh terhadap perencanaan unit pengolahan.
e. Mengitung total kebutuhan air
Total kebutuhan air merupakan jumlah dari kebutuhan air domestik dan
kebutuhan air non domestik, seperti pada rumus berikut ini:
Qt = D + ND +KA…...………...……………………………….….…..(2.10)
dimana :
Qt = Kebutuhan total air(liter/detik)
D = Kebutuhan Domestik(liter/detik)
ND = Kebutuhan Non Domestik(liter/detik)
KA = Kehilangan air(liter/detik)
f. Tingkat pelayanan masyarakat
Cakupan pelayanan air bersih kepada masyarakat rata-rata tingkat nasional
adalah 80% dari jumlah penduduk, dengan rumus:
Cp = 80% x Pn.......................................................................................(2.11)
dimana :
Cp = Cakupan pelayanan air bersih (jiwa)
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n proyeksi penduduk (jiwa)
g. Pelayanan sambungan rumah
umlah penduduk yang mendapat air bersih melalui sambungan rumah
adalah, dengan rumus:
S1 = 80% x Cp .....................................................................................(2.12)
dimana :
S1 = Jumlah Penduduk pelayanan sambungan rumah (jiwa)
h. Konsumsi air bersih
Konsumsi kebutuhan air bersih sesuai dengan Departemen Permukiman
dan Prasarana wilayah 2002 diasumsikan sebagai berikut :
1) Konsumsi air bersih untuk sambungan rumah/ sambungan langsung
sebanyak 100 liter/orang/hari.
2) Konsumsi air bersih untuk sambungan tak langsung atau bak umum
untuk masyarakat kurang mampu sebanyak 30 liter/orang/hari.

14
3) Konsumsi air non rumah tangga ( kantor, sekolahan, tempat ibadah,
industry, pemadam kebakaran dan lain-lain) ditentukan sebesar 15% dari
jumlah pemakaian air untuk sambungan dan bak umum dengan rumus:
Kn = 15% x (S1+Sb) ……………………………….………...……..(2.13)
dimana :
Kn = Konsumsi air untuk non rumah tangga (liter/detik)
S1 = Konsumsi air dengan sambungan rumah (liter/detik)
Sb = Konsumsi air bak umum (liter/detik)
i. Kehilangan air
Yaitu selisih antara jumlah air yang diproduksi di unit pengolahan dengan
jumlah air yang dikonsumsi dari jaringan distribusi. Berdarkan kenyataan
dilapangan, kejadian akan kehilangan air dapat bersifat teknis dan non
teknis. Besarnya nilai kehilangan air tersebut berkisar antara 15-25% dari
total kebutuhan air bersih baik domestik maupun non domestik, disebabkan
karena adanya pipa yang bocor, pipa yang retak akibat kurang sempurnanya
pemasangan, kerusakan water meter, pelimpah di tangki penyimpanan
(reservoir ) dan lain – lain. Kehilangan air dapat dihitung dengan rumus :
L0= 20% x Qt…...…………………………………….……...….…..(2.14)
dimana :
L0 = kehilangan air (liter/detik)
Qt = produksi air (liter/detik)
j. Fluktuasi kebutuhan air bersih
Yaitu fluktuasi kebutuhan air bersih terjadi karena pemakaian air yang tidak
tetap sepanjang waktu.Pada umumnya masyarakat melakukan aktivitas
penggunaan air pada waktu pagi dan sore hari. Fluktuasi adalah presentase
pemakaian air pada tiap jam yang tergantung dari : aktivitas penduduk, adat
istiadat atau kebiasaan penduduk serta pola tata kota. Sedangkan fluktuasi
kebutuhan air ditentukan berdasarkan pada pemakaian harian maksimum
dan pemakaian jam maksimum dengan referensi kebutuhan rata-rata harian.

2.2.3 Sistem Perpipaan Transmisi dan Distribusi Air Bersih


Sistem jaringan air bersih merupakan suatu sistem yang digunakan untuk
menyalurkan air bersih yang dimulai dari pengambilan air baku sampai pelayanan

15
ke pelanggan yang memenuhi syarat baku mutu air minum. Untuk dapat
memperoleh sistem jaringan air bersih, maka perlu ditetapkan jenis ukuran pipa,
jumlah hidran, dan panjang pipa antar hidran (Mawey, 2015).
Menurut (Tambingon, 2016) sistem jaringan air bersih dibagi menjadi dua,
yaitu sistem transmisi dan sistem distribusi air bersih.
1) Sistem Transmisi Air Bersih
Sistem transmisi air bersih adalah sistem perpipaan yang berfungsi untuk
menyalurkan air baku dari bangunan pengambilan air baku menuju bangunan
pengolahan air bersih, atau jaringan yang berfungsi untuk menyalurkan air bersih
dari sumber air ke resevoir.
Tabel 2.3 Kriteria Pipa Transmisi
No Uraian Notasi Kriteria

1 Debit Perencanaan Qmax Kebutuhan Air Maksimum


Qmax = Fmax x Qtotal

2 Faktor hari maksimum Fmax 1,10-1,25

3 Jenis Saluran Pipa atau saluran terbuka

4 Kecepatan Aliran dalam pipa


1. Kecepatan minimum Vmin 0,3 m/dtk
2. Kecepatan Maksimum
1) Pipa PVC, GIP Vmax 3,0 m/dtk
2) Pipa HDPE Vmax 6,0 m/dtk
5 Tekanan Air dalam Pipa Hmin 10 mwg

Sumber : PPRI No 16,2005

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dilakukan untuk menentukan sistem
transmisi adalah :
a. Tipe pengaliran jaringan pipa transmisi
b. Menentukan tempat bak pelepas tekan
c. Menghitung panjang dan diameter pipa
d. Jalur pipa.
Berdasarkan kondisi tinggi tekan yang tersedia yang merupakan syarat
pengaliran air dalam pipa, maka sistem transmisi dibagi menjadi Sistem

16
Transmisi Gravitasi dan Sistem Transmisi Pompa.
1) Sistem Transmisi Gravitasi
Pada sistem gravitasi, letak sumber atau bonkaptering lebih tinggi dari letak
reservoir atau lokasi konsumen sehingga air dapat mrngalir dengan prinsip
gravitasi oleh karena tersedia tinggi tekan yang cukup. Akan tetapi tinggi tekan
yang tersedia akan lebih banyak hilang karena gesekan pada pipa transmisi.
Bronkaptering

h0
Q
hf

Z0
Z1

Gambar 2.2 Sistem Transmisi Gravitasi


Sumber: Klaas, Dua,2009
Persamaan dasar yang digunakan untuk mendefenisikan sistem transmisi
gravitasi adalah:
2
8f.L. Q
Ho+Zo-Z1= ..…..…………........................................................
π2 .g. D5
(2.15)
dan kemudian dijabarkan kembali menjadi :

Q=0,965. D
2

√ g.D.hf
L
ln(ε
+
3,7.D D
1,78.ν
√ ) L ………...……..….....
g.D.hf
(2.16)
dimana :
H0 = Tinggi air pada sumber
Hf = Kehilangan tinggi (m)
Z0 = Elevasi sumber
Z1 = Elevasi titik tinjau
F = Koefisien gesek Darcy-Weisbach (faktor gesekan) yang
nilainya ditentukan oleh bilangan Reynold

17
L = Panjang Pipa
Q = Debit aliran (m/detik)
g = Percepatan Gravitasi (m/detik2)
D = Diamater pipa transmisi
Ε = Kekasaran Pipa
ν = Kekentalan kinematik (m2/detik) yang ditentukan oleh suhu
2) Sistem Transmisi Pompa
Dalam sistem pompa, elevasi outlet lebih rendah dari elevasi tangki
penyimpanan (reservoir), sehingga jika kehilangan tinggi minor ditiadakan naka
persamaan dasar yang digunakan untuk sistem transmisi pompa adalah:
8f.L. Q2
Ho+Zo-Z1-H = .…………………................................................
π2 .g. D5
(217)

h0 Q
Pompa

Z1

Z0

Gambar 2.3 Sistem Transmisi Pompa


Sumber: Klaas,Dua,2009

3) Sistem Distribusi Air Bersih


Adalah sistem yang mampu membagikan air pada setiap konsumen dengan
berbagai cara, baik dengan sambungan rumah (house connection) atau sambungan
melalui Hidran umum/kran umum (public tap).
Tabel 2.4 Kriteria Pipa Distribusi

No Uraian Notasi Kriteria

1 Debit Perencanaan Qpuncak Kebutuhan Air puncak


Qmax = Fpuncak x Qtotal
2 Faktor jam puncak Fpuncak 1,15-2
3 Kecepatan Aliran dalam pipa
1. Kecepatan minimum Vmin 0,3 m/dtk

18
2. Kecepatan Maksimum
1) Pipa PVC, GIP Vmax 3,0 m/dtk
2) Pipa HDPE Vmax 6,0 m/dtk
4 Tekanan Air dalam Pipa
1. Tekanan minimum Hmin 10-15 mwg pada titik
jangkauan pelayanan terjauh
Hmax
(pada titik sambungan rumah
Hmax
terjauh)
Hmax
2. Tekanan maksimum
1) Pipa PVC atau ACP 80 meter
2) Pipa PE 100 meter
3) Pipa GIP 200 meter
Sumber : PPRI No 16,2005
Pada dasarnya ada 3 pola sistem jaringan distribusi yaitu:
1. Sistem cabang (Branch)
Sistem jaringan distribusi ini biasa digunakan didaerah pedesaan yang letak
perumahan penduduknya tidak padat.Pada sistem ini distribusinya dilakukan
dari sebuah saluran utama dan didistribusikan ke tempat konsumsi yang
berbeda.Sistem ini kadang menyebabkan aliran air terhenti pada ujung-
ujung pipa yang buntu, sehingga dapat menyebabkan tekanan balik pada
aliran dalam pipa.

2
1 5

3 9
8
4

Gambar 2.4 Sistem Distribusi Bercabang


Sumber: Klaas,Dua,2009

2. Jaringan Tertutup
Sistem ini biasanya diterapkan didaerah perkotaan seperti perumahan yang
letak rumahnya berdekatan dan tata letaknya telah didesain dengan
baik.Pada sistem ini selain sirkulasi airnya baik juga meminimalisir
kerusakan-kerusakan kecil yang terjadi pada jaringan. Kalaupun ada

19
kerusakan pada saat perbaikan aliran air pada konsumen lain tidak perlu
dihentikan.

3 6

2 4 7

5 8
1

11 9
13

12 10

Gambar 2.5 Sistem Distribusi Tertutup


Sumber: Klaas,Dua,2009
3. Sistem distribusi campuran
Sistem distribusi campuran merupakan gabungan dari sistem distribusi
bercabang dan sistem distribusi tertutup.Sistem distribusi ini diterapkan
pada daerah dengan pelayanan yang luas dimana sebagian dipakai pada
perumahan yang telah didesain dengan baik dan sebagian lagi untuk
melayani daerah-daerah yang lokasi pelayanannya terpencar.

3 4

2 8 5
7 6
1

10 14
9 16
15

17

11 12
13

Gambar 2.6 Sistem Distribusi Campuran


Sumber: Klaas,Dua,2009

Metode dari pendistribusian air tergantung pada kondisi topografi dari


sumber air dan posisi para konsumen berada. Howard S Peavy et.al (1985) dalam
(Agustina, 2007)) sistem pengaliran dalam mendistribusikan air bersih ada
beberapa cara pengaliran, dimana yang perlu diperhatikan dalam pemilihan sistem
pengaliran tersebut adalah keadaan topografi, lokasi sumber air baku, beda tinggi
daerah pengaliran atau Daerah layanan serta faktor-faktor lain. Sistem pengaliran
tersebut antara lain :

20
1) Pengaliran Gravitasi
Air bersih didistribusikan ke daerah layanan dengan memanfaatkan
tenaga/tekanan gaya grafitasi pada daerah tersebut. Prinsipnya adalah beda tinggi
antara sumber air baku dan area pelayanan yang cukup.
2) Pengaliran Pemompaan dengan Elevated Reservoir
Air dari sebelum didistribusikan ke daerah layanan terlebih dahulu dipompa
dan ditampung di reservoir kemudian didistribusikan dengan memanfaatkan tinggi
tekanan dari elevasi reservoir tersebut.
3) Pengaliran Pemompaan Langsung
Air bersih didistribusikan ke daerah layanan dengan mengandalkan tekanan
dari pompa, yang disesuaikan dengan tinggi tekanan minimum.
Adapun tekanan air dalam suatu sistem jaringan distribusi dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu:
a. Kecepatan aliran.
b. Diameter pipa.
c. Perbedaan ketinggian pipa.
d. Jenis dan umur pipa.
e. Panjang pipa.
Dalam pendistribusian air bersih tekanan air juga bisa mengalami
penurunan. Faktor-faktor penyebab penurunan tekanan adalah:
1. Terjadinya gesekan antara aliran air dengan dinding pipa.
2. Jangkauan pelayanan.
3. Kebocoran pipa.
4. Konsumen menggunakan mesin hisap (pompa).

2.2.4 Kehilangan Tekanan Dalam Pipa


Pada aliran gravitasi terdapat kehilangan energi yang diakibatkan yang
diakibatkan oleh perbedaan ketinggian pada suatu daerah. Kehilangan energi
dapat berakibat pada semakin kecilnya nilai tinggi atau kecepatan yang berkurang
dan debit yang semakin kecil. Pada penerapan praktis teknik sipil, kehilangan
energi lebih sering disebut kehilangan tinggi tekan air.

21
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memperhitungkan kehilangan tekanan
yaitu:
1. Kualitas air yang diperlukan
2. Pipa yang digunakan harus kuat menahan tekanan dari dalam dan luar pipa
3. Pipa yang digunakan harus tahan lama

a
v12
2g
hL = hf + hm

P1
 a'
v22
v1 2g

P2

h1
v2
h2
b b'

Gambar 2.7 Skema Persamaan Kontinuitas


Sumber: Klaas,Dua, 2009

1) Kehilangan Tinggi (Head Loss)


Perbedaan ketinggian antara titik a dan a’ merupakan kehilangan tinggi
(head loss) hL antara tampang 1 dan 2. Hubungan energi antara dua tampang
tersebut mengikuti persamaan Bernoulli sebagai berikut:
H1 = H2 atau
2 2
v 1 P1 v 2 P2
+ +h1 = + +h2+hL...................................................................
2g 2g
(2.18)
Konsep dasar lain yang berlaku dalam aliran yang tidak termampatkan
(incompressible) adalah persamaan “kontinuitas” sebagai berikut:
Q = A.V = A1.V1 = A2.V2 .....................................................................(2.19)
Keterangan:
Q = Debit aliran air (liter/detik)
A = Luas penampang pipa (m2)
V = Kecepatan aliran air (m/detik)

22
Kehilangan tinggi tekan sendiri dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang
secara umum dibagi atas kehilangan tinggi tahanan oleh permukaan pipa (hf) dan
karena tahanan oleh bentuk pipa (hm). Sehingga tahanan total hL adalah :
hL= hf + hm .......................................................................................(2.20)
Keterangan:
hL = Kehilangan tinggi total (m)
hf = Gesekan air dengan pipa selama pengaliran (major losses) (m)
hm = Perubahan besar dan arah kecepatan aliran selama perjalanan
(minor loses) (m)

23
2) Kehilangan Tekan Dalam Pipa
Aliran fluida yang melalui pipa akan selalu mengalami penurunan tinggi
tekanan. Hal ini disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara fluida dengan
dinding pipa atau perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran fluida. Penurunan
tinggi tekanan akibat gesekan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan-
persamaan berikut:
1. Darcy-Weisbach membuat sebuah persamaan kehilangan tinggi tekanan yaitu:
2
L v
hf =f ......................................................................................(2.21)
D 2g
Keterangan :
hf = Kehilangan tinggi karena gesekan (m)
f =Faktor gesekan Darsy-Weisbach yang nilainya ditentukan oleh
bilangan Reynolds
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
V = Kecepatan aliran rerata (m/det)
G = percepatan gravitasi (m/det2)
faktor gesekan (f) dapat ditentukan dengan persamaan:

{( [( )] }
0,125
6 −16

) )(
8
64 ε 5,74 2.500
f= +9,5 ln + 0.9 − ......................(2.22)
R 3,7 xD R R

Nilai ε adalah tinggi kekasaran mutlak dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.5 Koefisien Kekasaran Mutlak ε


Bahan Nilai ε dalam mm

24
Kuningan, timah, gelas, semen yang diaduk secara 0,0015
sentrifugal, lapisan batubara
Baja yang diperdagangkan atau besi tempa, pipa 0,046
baja yang dilas
Poly vinyl chloride (pvc) 0,05
Besi cor diaspal 0,12
Besi berlapis seng (galvanis) 0,15
Besi cor 0,26
Papan dan Kayu 0,18-0,9
Beton 0,3-3
Baja dikeling 9
Sumber: Klaas,Dua 2009.

Jika diketahui komponen debit (Q) dan Luas penampang pipa (A) maka
persamaan 2.16 menjadi:
8f.L. Q2
hf = 2 ..........................................................................................
π .g. D5
(2.23)
Dalam penerapan praktis digunakan diagram Station yang dibuat oleh
L.F.Moody 1950 untuk menyelesaikan permasalahan aliran fluida didalam pipa
dengan menggunakan faktor gesekan pipa (f) dari rumus Darcy-Weisbach.
Persamaan dengan kriteria bilangan Reynolds (R) saat aliran fluida memenuhi
saluran, gaya gravitasi tidak memenuhi pola aliran. Parameter kapilaritas juga
dalam penerapannya tidak berpengaruh sehingga gaya yang diperhitungkan adalah
gaya innersia dan gesekan fluida oleh karena kekentalannya.
Bilangan Reynolds merupakan perbandingan gaya-gaya inersia dengan
gaya-gaya kekentalan.Bilangan ini pertama kali ditemukan oleh Obsone Reynold.
Pada tahun 1982 yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Load Rayleigh
ditahun 1892. Nilai bilangan tanpa dimensi ini (dimensionless) ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut:

R= ( v .νD )...........................................................................................(2.24)
Keterangan :
R = Bilangan Reynolds
v = kecepatan aliran (m/det)
D = diameter pipa (m)

25
ν = Kekentalan kinematik (m2/det)
nilai ν diperoleh dari persamaan:

ν = ( μρ )............................................................................................(2.25)
Keterangan:
ρ = Rapat massa fluida (kg/m3
μ = Kekentalan absolute (kg/m.det) atau (N.det/m2)

Gambar 2.8 Diagram Moody


Sumber: Jack B. Evett, Cheng Liu. 1987.

26
Tabel 2.6 Kerapatan, Viskositas Dinamik dan Viskositas Kinematik untuk Air.
Temperatur Kerapatan Massa,  Viskositas Dinamik,  Viskositas Kinematik, 
[ oC ] [ kg/m3 ] [ kg/m.s ] [ m2/s ]
0 999,8 1,787 1,787
4 1000,0 1,562 1,562
10 999,7 1,305 1,307
15 999,1 1,133 1,135
20 998,2 1,002 1,004
25 997,1 0,892 0,895
30 995,6 0,797 0,801
35 994,1 0,721 0,725
40 992,2 0,653 -3
0,658 -6
45 990,2 0,598 10 0,604 10
50 988,1 0,548 0,554
60 983,2 0,467 0,475
70 977,7 0,404 0,413
80 971,8 0,355 0,365
90 965,3 0,315 0,326
100 958,4 0,282 0,295
150 916,9 0,186 0,205
200 864,6 0,136 0,161
150 799,2 0,109 0,140
300 712,4 0,089 0,132
Sumber:JackB.Evett,C.engLiu.1
Dengan bilangan Reynolds ini kita dapat menentukan sifat pengaliran di
pipa dengan aturan sebagai berikut:
Tabel 2.7Aliran berdasarkan Nilai Bilangan Reynolds
Jenis Aliran Nilai R
Laminer < 2000
Transisi 2000<R<4000
>4000
Sumber: Klaas, Dua, 2009.
Swame menjabarkan nilai ν dengan korelasi dengan suhu (T) sebagai
berikut:

( [ ] )
1,165 −1
T
ν= 1,792 x 10 -6
1+ ...........................................................(2.26)
25

Keterangan:
ν = Kekentalan kinematik (m2/det)
T = Suhu (0C)

27
2. Dalam perencanaan ini digunakan rumus Hazen-William
Persamaan ini umumnya dipakai untuk menghitung kehilangan tinggi
tekanan dalam pipa yang relatif panjang seperti jalur pipa penyalur air minum.
Bentuk umum persamaan Hazen Wiliams adalah:
sebagai berikut:
Q 1,851
∆H=( 2,63
¿ ..…………………..……………….….…..
0,2785 xCx D
(2.27)
Keterangan :
C = Koefisien Hazen-William
D = Diameter pipa dalam (m)
S = Kemiringan lahan
∆H = Headloss Mayor (m)
L = Panjang pipa (m)
Berikut ini adalah besarnya koefisien kekasaran pipa menurut HazenWilliam
Tabel 2.8 Koefisien Kekasaran Pipa Menurut Hazzen-William
Material C
Asbes semen 140 Sumber: (Direktorat Jenderal
Cipta Karya Departemen
Kuningan 135 Pekerjaan Umum, 2007)
Batu Bata 100
Besi Tuang Baru 130 3. Rumus Kecepatan Aliran (v)
Concrete 140 v = 0,85 CHW R0,63 S0,54
Cetakan Baja 120
..............................................
HDPE 150
Semen 120 ...........................(2.29)
Tembaga 140 dimana:
Logam Bergelombang 135
v = kecepatan
Besi Galvanis (GIP) 150
Plastik (PVC) 145 aliran rerata (m/det)
Baja 110 S = Garis
kemiringan energi (hf/L)
R = Jari-jari hidrolis (m)
A = Luas penampang pipa (m2)
P = Keliling basah lingkaran (m)
D = Diameter pipa (m)
CHW = Koefisien kekasaran pipa Hazen Wiliams

28
4. Rumus Debit Aliran Dalam Pipa (Q)
Q = 0,2785 c S0,63 d0,54 .............................................................................(2.30)
dimana:
Q = Debit Aliran (m3/det)
c = Koefisien kekasaran pipa Hazen Wiliams
d = Diamater pipa (m)
S = Kemiringan hidrolis (hf/L)
Secara praktis kehilangan tinggi tekanan dapat ditentukan dengan diagram
Hazen Wiliams (Nomograph).

Gambar 2.9 Diagram Hazen Wiliams (Nomograph)


Sumber: Jack B. Evett, 1987.

3) Kehilangan Tinggi Kecil (Minor Losses)


Kehilangan yang kecil akibat gesekan pada jalur pipa yang terjadi pada
komponen-komponen tambahan seperti katup, sambungan, belokan, reducer dan
lain- lain disebut dengan kehilangan tinggi kecil (minor losses)

29
Besarnya kehilangan tinggi kecil akibat adanya kelengkapan pipa ada
beberapa macam antara lain:
1) Penyempitan/pengecilan tiba-tiba (sudden contraction)
Kehilangan tinggi akibat pengecilan tiba-tiba sebagai berikut:

[ ]
2
Hm = Kc
( v 2−v 1) ..............................................................................
2g
(2.31)
Keterangan:
Hm = Kehilangan tinggi pada pengecilan tiba-tiba (m)
V1 = Kecepatan aliran pipa di hulu (m/det)
V2 = Kecepatan aliran pipa di hilir (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
Kc = Koefisien kehilangan merupakan fungsi dari D2/D1 sebagaimana
dilihat dalam tabel 2.7.
D1 = diameter pipa di hulu (m)
D2 = diameter pipa di hilir (m)

V1 V2

Gambar 2.10 Kehilangan Tinggi karena Penyempitan tiba-tiba


Sumber: Klaas,Dua, 2009

Tabel 2.9 Nilai Koefisien Konstraksi Kc.


V2 D2/D1
(m/s) 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9

30
1 0,49 0,49 0,48 0,45 0,42 0,38 0,28 0,18 0,07 0,03
2 0,48 0,48 0,47 0,44 0,41 0,37 0,28 0,18 0,09 0,04
3 0,47 0,46 0,45 0,43 0,40 0,36 0,28 0,18 0,10 0,04
6 0,44 0,43 0,42 0,40 0,37 0,33 0,27 0,19 0,11 0,05
12 0,38 0,36 0,35 0,33 0,31 0,29 0,25 0,20 0,13 0,06
Sumber: Klaas, Dua, 2009.

2) Pembesaran tiba-tiba (sudden expansion)


Kehilangan tinggi pada pembesaran tiba-tiba adalah sebagai berikut:

[ ]
2
Hm =
( v 1−v 2) .............................................................................(2.32)
2g
dimana:
Hm = Kehilangan tinggi pada pembesaran tiba-tiba (m)
V1 = Kecepatan aliran pipa di hulu (m/det)
V2 = Kecepatan aliran pipa di hilir (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)

V1 V2

Gambar 2.11 Kehilangan Tinggi karena Pembesaran tiba-tiba


Sumber: Klaas,Dua, 2009

3) Lubang Masuk Pipa


Kehilangan tinggi pada lubang masuk pipa sebagai berikut:
v2
Hm = Km .................................................................................(2.33)
2g
Keterangan:
Hm = Kehilangan tinggi pada lubang masuk pipa (m)
V = Kecepatan aliran (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
Km = Koefisien kehilangan ditetapkan

31
a) Lubang masuk ujung persegi f = 0,5

Gambar 2.12 Macam-macam lubang masuk aliran air


Sumber: Klaas,Dua, 2009

b) Lubang masuk ujung menonjol keluar f = 0,8

Gambar 2.13 Macam-macam lubang masuk aliran air


Sumber: Klaas,Dua, 2009

c) Lubang masuk ujung bulat radius kecil f = 0,04

Gambar 2.14 Macam-macam lubang masuk aliran air


Sumber: Klaas,Dua, 2009

4) Lubang keluar pipa (outlet)


Bagian keluar pipa outlet juga mengakibatkan kehilangan tinggi energi.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan kehilangan tinggi pada
bagian ini adalah sebagai berikut:

Hc=Kc [ v 22−v 12
2g ]
............................................................................(2.34)

Keterangan:
Hc = Kehilangan tinggi pada pengecilan tiba-tiba (m)

32
V1 = Kecepatan aliran pipa di hulu (m/det)
V2 = Kecepatan aliran pipa di hilir (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
d1 = Diamater pipa di hulu (m)
d2 = Diamater pipa di hilir (m)
Kc = Koefisien kehilangan pada bagian keluar pipa yang ditetapkan
sebagai berikut:

Kc =4,5[ ]D
d
− 3,5 .................................................................(2.35)

D d

Gambar 2.15 Lubang Keluar Pipa


Sumber: Klaas,Dua, 2009

5) Belokan Pipa dan Pipa Lengkung


Perhitungan kehilangan tinggi pada belokan pipa menggunakan rumus:
2
v
Hm=Km .....................................................................................(2.36)
2g
dimana:
Hm = Kehilangan tinggi pada belokan pipa (m)
V = Kecepatan aliran (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
Km = Koefisien kehilangan pada belokan pipa merupakan jenis
dinding dari α dilihat pada tabel 2.6
α = sudut belokan terhadap sudut horisontal

33
Q

Gambar 2.16 Belokan Pipa


Sumber: Klaas,Dua, 2009

Tabel 2.10 Koefisien Kehilangan pada Belokan Pipa Km.


Α
Dinding 150 300 450 600 900
50
Halus 0,034 0,042 0,130 0,236 0,471 1,129
F
Kasar 0,024 0,062 0,165 0,320 0,684 1,265
Sumber: Klaas, Dua, 2009.
6) Perlengkapan Pipa (pipe fittings)
Perhitungan kehilangan tinggi pada perlengkapan pipa menggunakan
rumus:
2
v
Hm=Km ......................................................................................(2.37)
2g
dimana:
Hm = Kehilangan tinggi pada Perlengkapan pipa (m)
V = Kecepatan aliran (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
Km = Koefisien kehilangan terlihat pada tabel 2.6

34
Tabel 2.11 Koefisien Kehilangan Tinggi pada kelengkapan Pipa
Jenis Perlengkapan Pipa F
Katup terbuka penuh
Bola 1
0,2
Swing-Check 2
Sudut 2
Fogt 0,8
Tikungan Balik 1,5
Siku
900 1,5
450 0,4
Bentuk T
Aliran Induk 0,9
Aliran Cabang 2
Sumber: Klaas, Dua, 2009.

2.2.5 Pengukuran Debit Air


1. Alat pengukur debit Thomson
Alat ukur debit Thomson adalah pengukur debit yang berdasarkan peluapan
sempurna ambang tipis berbentuk segi tiga siku-siku. Alat ukur ini kecil, biasanya
digunakan pada laboratorium atau di perkebunan.

Gambar 2.17 Alat Ukur Debit Thomson


Sumber: Klaas,Dua, 2009

Pengukuran debit Thomson dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:


Q = 1,40 H 5/2…………………………………………………(2.38)

dimana:
Q = Debit (m3/det)
H = Tinggi Saluran (meter)
α = 900

35
b = 2.H
C = 0,60
g = 9,81 m/s2
2. Pengukuran Debit Sederhana
Pengukuran debit dengan cara sederhana dapat dibedakan dalam dua macam
metode yaitu:
a. Metode Wadah
Metode ini hanya bisa digunakan bila seluruh aliran air bisa ditampung
dalam wadah tertentu yang sudah diketahui volumenya, misalnya air yang keluar
dari mata air melalui sebuah pipa dapat ditampung dalam wadah dengan catatan
waktu menggunakan stop watch. Langkah-langkah cara pengukuran sederhana
melalui wadah yaitu:
1. Hidupkan stop watch tepat pada saat wadah yang disimpan untuk
menampung air.
2. Matikan stop watch tepat pada saat wadah terisi penuh.
Cara perhitungan pengukuran debit dengan wadah adalah sebagai berikut:
V
Q= ...................................................................................................(2.39)
t
dimana:
Q = Debit (liter/detik)
V = Volume wadah (liter)
t = Waktu (detik)

Level Air Pancuran

Wadah / Ember

Tanggul buatan

Stop Watch

Gambar 2.18 Cara Pengukuran Debit dengan Wadah


Sumber : Google, 2019

36
b. Metode Benda Apung
Pengukuran melalui Metode Benda Apung dapat terjadi jika pada lokasi
yang baik pada beban air dengan lebar, kedalaman dan kecepatan yang dianggap
tetap sepanjang 5 meter. Disamping itu juga harus diperhatikan agar tidak ada
rintangan, halangan atau gangguan lainnya sampai tempat pengamatan dihilir.
Cara pengukuran debit dengan Metode Benda Apung yaitu :
- Jatuhkan bola pingpong yang diisi air seperempatnya atau ranting kering
ditengah sungai pada bagian hulu bersamaan dengan itu hidupkan stop
watch.
- Kemudian hentikan stop watch ketika bola pingpong atau ranting kering
melewati titik pengamatan dihilir, disamping itu juga jarak antara bagian
hulu dan hilir harus diukur.
- Terakhir ukur lebar dan kedalaman air di beberapa titik penampang
aliran. Cara perhitungan pengukuran debit dengan benda apung adalah
sebagai berikut:
Q = A.V .............................................................................................(2.40)

dimana:
Q = Debit (liter/detik)
A = Luas Penampang (meter)
V = Kecepatan aliran (meter/detik)

Bola Pingpong

Saluran yang diketahui dimensinya


b

5m

Stop Watch

Gambar 2.19 Pengukuran Debit dengan Benda Apung


Sumber : Google, 2020

37
2.3 Klasifikasi Jaringan Perpipaan
Menurut Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2016)
Jaringan perpipaan air bersih dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Pipa induk (pipa utama/primer)


Pipa induk utama merupakan pipa distribusi yang mempunyai jangkauan
terluas dan diameter terbesar. Pipa ini melayani dan membagikan ke tiap
blok-blok pelayanan di daerah pelayanan, dan disetiap blok memiliki satu
atau dua titik penyadapan (tapping) yang dihubungkan dengan pipa induk
sekunder (secondary feeder). Secara fisik pipa induk utama dibatasi dengan
Dimensinya direncanakan untuk dapat mengalirkan air sampai dengan akhir
perencanaan dengan debit jam puncak, Tidak melayani penyadapan
langsung ke konsumen dan Jenis pipa yang dipilih harus mempunyai
ketahanan tinggi.
2. Pipa cabang (pipa sekunder)
Merupakan jenis hantaran yang kedua dari suatu sistem jaringan. Pipa ini
meneruskan air dari pipa induk utama ke tiap-tiap blok pelayanan. Pipa ini
selanjutnya mempunyai percabangan terhadap pipa service.Secara fisik pipa
induk sekunder dibatasi sebagai berikut.
3. Pipa pelayanan (pipa tersier)
Pipa pelayanan adalah pipa yang menyadap dari pipa induk sekunder dan
langsung melayani konsumen.Diameter yang dipakai tergantung pada
besarnya pelayanan terhadap konsumen. Sistem pipa ini dibedakan menjadi:
a. Pipa Cabang (Small Distribution Main) Dapat mengalirkan langsung ke
rumah dan dapat mengalirkan ke pipa yang lebih kecil.
b. Pipa Service (Service Line) Pipa ini merupakan pipa untuk sambungan
rumah.
Tujuan pengklasifikasian jaringan perpipaan ini adalah untuk memisahkan
bagian jaringan menjadi suatu sistem hidrolis tersendiri sehingga memberikan
keuntungan seperti:
- Kemudahan dalam pengoperasian, sesuai dengan debit yang mengalir.
- Mempermudah perbaikan jika terjadi kerusakan

38
- Meratakan sisa tekanan dalam jaringan perpipaan, sehingga setiap daerah
pelayanan mendapatkan sisa tekanan relatif tidak jauh berbeda.
- Mempermudah pengembangan jaringan perpipaan, sehingga jika
dilakukan perluasan dan pengembangan tidak perlu mengganti jaringan
yang sudah ada, dengan catatan masih memenuhi syarat kriteria hidrolis.

2.3.1 Jenis-jenis Pipa Air Bersih


Menurut Dekoruma 2019, pekerjaan jaringan air bersih jenis pipa yang
digunakan dapat dibedakan berdasarkan kegunaannya:
1) Pipa Air CPVC
Pipa CPVC atau dikenal juga dengan Chlorinate Poly Vinyl Chloride
memiliki ketahanan suhu hingga 1.800 derajat Celsius. Ketahanan ini
disebabkan oleh ketebalan pipa (schedule) yang menjadi keunggulan
dari pipa yang satu ini. Pipa CPVC disarankan untuk instalasi air panas
dan dingin karena sifatnya yang tahan terhadap perubahan suhu.
2) Pipa Air PEX
Pipa air PEX yang merupakan kepanjangan dari Cross-linked
Polyethylene. Pipa ini bisa dimanfaatkan untuk saluran air panas dan air
dingin ke hunian, serta instalasi hidrolik karena sifatnya yang tahan
terhadap suhu ekstrim. Instalasi pipa jenis PEX pun tergolong sederhana
jika dibandingkan dengan jenis pipa lainnya karena cukup menggunakan
cincin penghalang khusus untuk mengamankan sambungan. Warnanya
yang berbeda akan memudahkan identifikasi saluran air panas dari air
dingin.
3) Pipa GIP (Galvanised Iron Pipe)
Pipa Galvanis biasanya dikenal dengan nama GIP (Galvanised Iron
Pipe) adalah sebuah pipa yang menggunakan material seng (Zn) sebagai
bahan tambahan maupun sebagai pelapis pipa utamanya dengan
menggunakan metode galvanisasi seperti dijelaksan di atas baik dengan
menggunakan pencelupan panas atau elektrokimia dan lain sebagainya.
Panjang pipa GIP biasanya 6 m dengan kekuatan terhadap tekanan rata-
rata 50 mwg.Klasifikasi pipa GIP terdiri atas tiga bagian yaitu Lights,
Medium dan Heavy.

39
Gambar 2.20 Pipa Galvanis (Galvanised Iron Pipe )
Sumber: Google.com, 2020

4) Pipa PVC (Polyvnil Cloride)


PVC adalah salah satu material sintetis dengan sejarah industrial yang
panjang.Panjang pipa PVC biasanya 4 m dan 6 m, kuat tekan pipa atau
Nominal Pressure (NP) antara lain 8, 10, 12, dan 16 mwg.
Keistimewaan PVC antara lain:
1. Tahan terhadap cahaya
2. Tahan terhadap bahan kimia korosif
3. Tahan terhadap suhu yang cukup ekstrim

Gambar 2.21 Pipa PVC (Polyvinyl Cloride)


Sumber: Google.com, 2020

5) Pipa HDPE (High Density Polyethylene)


Pipa HDPE atau high density polyethylene adalah pipa plastik bertekanan
yang mulai banyak digunakan untuk pipa air dan pipa gas rumah tangga.
Bahan dasarnya adalah polymer minyak bumi, yaitu polyethylene (PE).
Pipa yang dibuat dari bahan (material) poly ethylene dapat menekan
biaya produksi dan pipa HDPE ini sangat efektif digunakan sebagai
solusi masalah perpipaan di kota, industri, Maritim, Pertambangan,
Tempat Pembuangan Sampah, irigasi dan pertanian. Penggunaan pipa

40
HDPE sudah diuji dan terbukti efektif untuk diletakkan diatas tanah,
dikubur, dipasang pada gedung maupun dipergunakan dilaut. Pipa HDPE
(high density polyethylene) dapat mengalirkan air, lumpur, cairan kimia,
limbah berbahaya dan gas bertekanan rendah. Biaya perawatan polypipe
sangat rendah dibandingkan penggunaan pipa bertekanan lainnya,
terutama untuk distribusi gas diperumahan. Polyethylene sangat kuat, dan
tahan lama baik digunakan untuk cairan zat kimia mapun kegunaan
lainnya. Biaya perawatan yang rendah, karena:
1. Tidak berkarat, membusuk atau korosi.
2. Penyambungan pipa HDPE menggunakan pemanasan bertekanan
sehingga hasil sambungan lebih kuat dibandingkan dengan pipanya
sendiri.
3. Permukaan yang halus memungkinkan aliran air semakin optimal.
Tidak terjadi turbulansi karena ketahanannya serta memiliki
ketahanan terhadap perkembangan organism dalam pipa. Pipa HDPE
memiliki karakteristik yang bagus dalam menghadapi air balik (water
hammer).
4. Pipa HDPE mengurangi kemungkinan pecah karena terjadinya
pembekuan air didalamnya.
5. Perawatan yang sangat rendah, dengan demikian terjadi penghematan
yang luar biasa dalam biaya perbaikan.

Gambar 2.22 Pipa HDPE (High Density Polyethylene)


Sumber: Google, 2020

41
Dalam perencanaan ini akan digunakan jenis Pipa Galvanis (GIP), dan
HDPE karena sangat efektif digunakan sebagai solusi masalah perpipaan di kota,
industri, Maritim, Pertambangan, Tempat Pembuangan Sampah, irigasi dan
pertanian. Penggunaan pipa HDPE dan GIP sudah diuji dan terbukti efektifuntuk
diletakkan diatas tanah, dikubur, dipasang pada gedung.

2.3.2 Rumus Data Jaringan Dimensi Pipa


Untuk mengetahui diameter pipa ada beberapa metode yang digunakan,
salah satunya adalah berdasarkan Petunjuk Teknis Peleksanaan Pengembangan
SPAM. Variabel yang diperlukan adalah nilai kemiringan atau Gradien Hidrolis
dan panjang jaringan air yang dibutuhkan. Jika perbedaan tinggi ini lebih kecil
dari 100 meter, diperlukan BPT, dipasang pada daerah yang sesuai, pada
ketinggian 100 meter diatas titik terendah. Berikut adalah persamaannya :

H 1−H 4
I=
L

dimana :
I : Gradien Hidrolis.
H1 : Elevasi sumber air.
H4 : Elevasi titik akhir pipa transmisi di 20 m.
L : Panjang jalur pipa transmisi utama.
2.3.3 Bagian-bagian Sarana Air Bersih
1. Bak penangkap air(Bronkaptering)
1) Mata Air atau Sumber Air
a. Bak penangkap air berfungsi sebagai perlindungan air
b. Direncanakan sederhana ekonomis dan bebas dari pencemaran
c. Disarankan menggunakan beton campuran 1pc:2ps:3kr karena bersifat
kedap air
d. Tinggi maksimal bangunan didasarkan pada tinggi muka air maksimum
ditambah ruang/tinggi bebas minimal 25 cm.
e. Bak penangkap air dilengkapi dengan pipa pengumpul air.
2) Air permukaan
a. Bak penangkap air ditempatkan pada lokasi yang bebas dari penggerusan
aliran air

42
b. Direncanakan sederhana, ekonomis dan bebas dari pencemaran
c. Disarankan menggunakan beton campuran 1pc:2ps:3kr karena bersifat
kedap air
d. Tinggi maksimal bangunan didasarkan pada tinggi muka air maksimum
ditambah ruang/tinggi bebas minimal 25 cm.
e. Bak penangkap air dilengkapi dengan saringan kasar dan halus.
2. Sistem reservoir distribusi adalah sistem pembagian air kepada konsumen
dengan menggunakan reservoir, baik menggunakan sistem transmisi
gravitasi maupun sistem transmisi pompa yang dapat ditempatkan diatas
permukaan tanah maupun dibawah permukaan tanah. Bangunan reservoir
umumnya diletakkan di dekat jaringan distribusi pada ketinggian yang
cukup untuk mengalirkan air secara baik dan merata ke seluruh daerah. Jenis
pompa penyediaan air yang banyak digunakan adalah jenis putar (pompa
sentrifugal, pompa diffuser atau pompa turbin meliputi pompa turbin untuk
sumur dan pompa submersibel untuk sumur dalam), pompa jenis langkah
positif (pompa torak, pompa tangan, pompa khusus meliputi pompa vortex
atau pompa kaskade, pompa gelembung udara atau air lift pump, pompa jet,
dan pompa bilah) (Putri, 2013)
1) Tujuan dasar reservoir
a. Sebagai sarana vital penyaluran air ke masyarakat dan sebagai cadangan
air.
b. Sebagai tempat menyimpan kelebihan air agar dapat terjadi
kesinambungan antara ketersediaan dan kebutuhan.
c. Sebagai tempat pembubuhan alum.
d. Sebagai tempat penyimpanan air disaat desinfektan
2) Fungsi Reservoir.
Reseervoir berfungsi sebagai penampung/ penyimpanan air untuk mengatasi
problem naik turunnya kebutuhan air dan kecilnya sumber air, juga dapat
memperbaiki mutu air melalui pengendapan, serta berfungsi sebagai bak
pelepas tekan.
3) Kapasitas reservoir

43
Kapasitas reservoir distribusi direncanakan sebesar 20-30% dari kebutuhan
air maksimum harian.
4) Penempatan Reservoir
Reservoir ditempatkan berdasarkan pertimbangan berikut:
a. Reservoir pelayanan ditempatkan sedekat mungkin dengan pusat daerah
pelayanan, kecuali jika keadaan tidak memungkinkan selain itu
dipertimbangkan pemasangan pipa paralel.
b. Tinggi reservoir pada sistem gravitasi ditentukan sedemikian rupa
sehingga tekanan minimum sesuai hasil perhitungan hidrolis di jaringan
pipa distribusi adalah 10 meter. Muka air reservoir rencana
diperhitungkan berdasarkan tinggi muka air minimum.
c. Elevasi muka air tanah wilayah pelayanan bervariasi maka wilayah
pelayanan dapat dibagi menjadi beberapa zona wilayah pelayanan yang
dilayani masing-masing dengan satu reservoir.
d. Reservoir berdasarkan posisi penempatannya dibagi menjadi dua yaitu:
Ground Reservoir yaitu reservoir yang penempatannya pada permukaan
tanah Dan Elevated reservoir yaitu reservoir yang penempatannya diatas
menara.

Gambar 2.23 Tangki Penyimpanan (reservoir)


Sumber: Google.com,2020
5) Konstruksi reservoir
Konstruksi reservoir direncanakan berdasarkan standar-standar yang
berlaku di Indonesia.Reservoir ini harus tertutup untuk mencegah masuknya
kotoran ke dalamnya.Pada bagian tengah Reservoir harus dibuat ruang

44
lumpur menuju pipa keluar (outlet) dengan ukuran yang cukup sehingga
memudahkan pembersihan.

6) Perlengkapan reservoir
Pada reservoir harus dilengkapi dengan sistem perpipaan yang terdiri dari
pipa masuk (inlet), pipa keluar (outlet), pipa peluap (over flow) dan pipa
penguras (blow out).
Perlengkapan reservoir adalah sebagai berikut:
a. Pipa masuk dan keluar
b. Pipa peluap
c. Pipa penguras
d. Alat monitor
e. Manhole
f. Ventilasi udara
g. Tangga Kontrol
7) Perhitungan dimensi Reservoir
Dalam perencanaan dimensi reservoir ditentukan dari kapasitas reservoir
yaitu 20-30% dari kebutuhan maksimum harian.Perhitungan dimensi
reservoir harus ditambah dengan ruang untuk volume air mati dan ruang
udara.
Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam perecanaan reservoir dapat
dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.12 Kriteria Perencanaan Reservoir
No Uraian Kriteria
1. Kapasitas bersih (efektif)
reservoir distribusi
1) Kapasitas air untuk konsumen Berdasarkan :
1) Fluktuasi pemakaian air oleh
konsumen
2) Fluktuasi pengaliran air dari
sistem transmisi
2) Kapasitas air untuk sistem Berdasarkan:
pemadam kebakaran kota (bila

45
penduduk diatas 500.000 jiwa) 3) Debit aliran 250 lt/dtk
4) Periode 30 menit
5) Kapasitasnya menjadi 450 m3
ditentukan dalam
perencanaan instalasi
pengelolaan air (IPA)
2. Kapasitas bersih (efektif)
reservoir penyeimbang
1) Debit perencanaan 1) Tergantung pada fluktuasi
pemakaian air oleh
konsumen
2) Waktu dimensi 2) Tergantung pada lama waktu
saat pemakaian air oleh
konsumen lebih kecil dari
ketersediaan.
3. Dimensi reservoir
1) Perbandingan panjang, lebar 1) 1:1:1 / 2:2:1 / 3:3:2 (tidak
dan tinggi (bila bentuk segi mengikat)
empat)
2) Tinggi muka air minimum 2) 30 cm

3) Tinggi bebas / free board


3) 20 – 50 cm
minimum
4) 2 – 3 m
4) Tinggi air maksimum
4. Dimensi ruang lumpur
1) Kedalaman 1) 10cm – 30cm dibawah dasar
reservoir
2) Lebar 2) 30cm – 80cm
3) Panjang 3) Sesuai panjang reservoir
4) Lokasi 4) Di dasar reservoir, pada pipa
penguras.
Sumber: Departemen KIMPRASWIL Badan Pengembangan Sumber Daya manusia.
PenyediaanAir Bersih

3. Pipa Transmisi

46
Pipa transmisi adalah suatu jaringan yang berfungsi membawa air baku dari
sumber ke lokasi pengolahan atau dari bangunan pengumpul ke titik awal
jaringan distribusi.

Gambar 2.24 Jaringan Pipa Transmisi


Sumber: Google.com, 2020
4. Pipa distribusi
Pipa distribusi adalah suatu jaringan perpipaan yang berfungsi mengalirkan
air bersih dari titik akhir pipa transmisi menuju daerah pelayanan.
5. Jembatan Pipa
Konstruksi jembatan pipa yang biasa digunakan untuk air bersih dapat
memberikan beda ketinggian yang kecil, yang dapat mengurangi tekanan
yang terjadi dalam pipa. Hal ini diharapkan umur konstruksi jaringan pipa
akan semakin tinggi. Dari rumus Hazzen-Wiliams bila I() besar maka debit
air yang ter-suply akan semakin besar. Jenis konstruksi untuk jembatan pipa
adalah:
1) Tiang rangka beton pasangan batu kali.
2) Tiang beton cover pasangan bata.
3) Konstruksi tiang beton
4) Konstruksi tiang pipa
6. Bangunan Pelengkap lainnya untuk Air Bersih
a. Pengolahan air dengan Instalasi Pengolahan Air Sederhana
b. Saringan Pasir Lambat (SPL) dan Bahan Kimia
c. Pompa Air
d. Bangunan Perlindungan Mata air
e. Sumur Gali

47
f. Sumur Pompa tangan
g. Bangunan Penampung air Hujan (PAH)

7. Asesoris Pipa
1) Water Meter
Water meter mempunyai fungsi untuk mengukur besarnya aliran air yang
mengalir dalam pipa. Jenis water meter biasanya ditentukan berdasarkan
penempatan water meter itu sendiri misalnya:
a. Water meter yang dipasang didekat instalasi biasanya disebut water
meter induk.
b. Water meter yang dipasang pada zona pelayanan tertentu biasanya
disebut dengan water meter zoning.
c. Water meter yang dipasang pada sambungan rumah disebut water
meter pelanggan. Pemasangan water meter induk biasanya dilengkapi
dengan chamber guna menghindari gangguan dari luar dan dilengkapi
bypass dengan maksud jika water meter tersebut rusak atau ada
gangguan, air dapat dialirkan melalui bypass.

Gambar 2.25 Water Meter


Sumber: Google.com Asesoris Pipa,2020
2) Meter Pengukur Aliran (Flow Meter)
Flow meter berfungsi untuk mengukur debit aliran air didalam pipa, flow
meter dipasang pada pipa utama distribusi dan transmisi sebagai
kelengkapan untuk kontrol debit dan kontrol pompa atau dapat juga
dipasang pada sistem dosing dengan maksud alat pelengkap untuk dapat
menetukan dosing rate yang akurat. Flow meter dapat dipasang secara

48
permanen/terus-menerus atau dapat juga dipasang secara temporer
tergantung dari fungsi dan tujuannya.

Gambar 2.26 Flow Meter


Sumber: Google.com ,2020

3) Pressure gauges (manometer)


Pressure gauges berfungsi untuk mengatur tekanan air yang ada didalam
pipa, biasanya dipasang pada:
a. Rumah pompa, untuk kontrol bekerjanya pompa agar sesuai
b. Pada bak pelepas tekan dan perlengkapan kontrol debit lainnya
dengan sistem gravitasi.

Gambar 27. Pressure Gauges


Sumber: Google.com,2020

4) Katup Isolasi
Katup isolasi menggunakan standard gate valve. Katup butterfly
mempunyai katup yang lebih kecil dan mudah dioperasikan, tetapi bila
tidak dapat ditempatkan maka gate valve yang dipergunakan. Pada pipa

49
induk aliran secara gravitasi perlu dilengkapi gate valve dengan
penutupan lambat agar dapat melindungi (mengurangi) gelombang air
(water hammer).

Gambar 2.28 Katup Isolasi


Sumber: Google.com,2020

5) Regulating Valves
Regulating valves diperlukan bila aliran air atau besarnya tekanan perlu
dikontrol. Katup ini merupakan jenis disc valve atau butterfly valves.
Disc valves dipergunakan dalam mengurangi besarnya tekanan tetapi
pada bak pelepas tekan dipergunakan butterfly valves.

Gambar 2.29 Regulating Valves


Sumber: Google.com,2020

6) Air Resease Valve


Asesoris ini dipasang pada belokan pipa yang mengarah kebawah untuk
menghindari terjebaknya udara didalam pipa. Katup yang digunakan
merupakan desain standar (flosing balls).

50
Gambar 2.30 Air Resease Valve
Sumber: Google.com,2020

7) Pelampung (Float valve)


Pelampung dipasang pada bak pelepas tekan dan pada
reservoir.Pelampung berfungsi untuk menutup aliran air secara otomatis
apabila bak sudah penuh sehingga air tidak meluap pada bak pelepas
tekan atau reservoir.

Gambar 2.31 Pelampung


Sumber: Google.com,2020

8) Wash out
Wash out dipasang pada jalur pipa distribusi induk dengan lokasi pada
profil memanjang yang memperlihatkan adanya depresi, seperti
perlintasan sungai dan sebelum bak pelepas tekan. Pada sistem distribusi
dipasang pada setiap titik terendah untuk semua diameter pipa distribusi

51
lebih besar dari 25mm, dengan jarak maksimum 2 km. Manfaat dari wash
out adalah untuk membersihkan pipa dari endapan sedimen.

2.4 Rencana Anggaran Biaya


2.4.1 Pengertian Rencana Anggaran Biaya
Menurut Ervianto Wulfarm I tentang Rencana Anggaran Biaya di waktu
akan membangun bangunan rumah tinggal adalah suatu bangunan atau proyek
adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta
biaya- biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek.
1. Angka Biaya Kasar
Sebagai Pedoman dalam menyusun anggaran biaya kasar digunakan harga
satuan tiap meter persegi (m²) luas lantai. Anggaran kasar dipakai sebagai
pedoman terhadap anggaran biaya yang dihitung secara teliti.Walaupun
namanya anggaran biaya kasar, namun harga satuan tiap m 2 luas lantai tidak
terlalu jauh berbeda dengan harga yang dihitung secara teliti.
2. Angka Biaya Teliti
Yang dimaksud anggaran biaya teliti adalah Anggaran Biaya Bangunan atau
proyek yang dihitung dengan teliti dan cermat sesuai dengan ketentuan dan
syarat- syarat penyusunan anggaran biaya. Pada anggaran biaya kasar
sebagaimana diuraiakan terdahulu, harga satuan dihitung berdasarkan harga
taksiran setiap luas lantai m2.Taksiran tersebut haruslah berdasarkan harga
yang wajar dan tidak terlalu jauh berbeda dengan harga yang dihitung secara
teliti..
Sedangkan penyusunan anggaran biaya yang dihitung secara teliti,didasarkan
atau didukung oleh :
a. Bestek gunanya untuk menentukan spesifikasi bahan dan syarat- syarat
teknis.
b. Gambar bestek gunanya untuk menentukan atau menghitung besarnya
masing- masing volume pekerjaan.
c. Harga Satuan pekerjaan didapat dari harga satuan bahan dan harga satuan
upah berdasarkan perhitungan analisa Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 11 tahun 2013 tentang Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP).

52
2.4.2 Perhitungan Volume Pekerjaan
A. Pengertian Volume
Menurut pendapat H.Bachtiar Ibrahim penulis buku Rencana danEstimate
Real Of Cost volume pekerjaan dalam bidang konstruksi adalah cara
menghitung banyaknya suatu volume pekerjaan dalam suatu satuan. Volume
pekerjaaan dalam arti sesungguhnya bukanlah volume yang menunjukan isi
sesungguhnya, melainkan jumlah suatu volume yang terdapat dalam bagian
pekerjaan dalam satu kesatuan dalam bidang konstruksi.
B. Perhitungan Volume Dalam Satuan Unit Pekerjaan
Dalam melakukan pekerjaan perencanaan anggaran biaya pada suatu
proyek, haruslah dilakukan perhitungan volume terhadap bangunan tersebut
agar dapat menentukan jumlah anggaran yang diperlukan.

2.4.3 Rencana Anggaran Biaya


1) Pengertian Rancangan Anggaran Biaya
Yang dimaksud dengan Rencana Anggaran Biaya suatu bangunan atau
proyek adalah perhitungan banyaknya biaya diperlukan untuk bahan dan upah,
serta biaya-biaya lain yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya
lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek tersebut.
Dalam kegiatan proyek konstruksi dikenal beberapa tahap dan merupakan suatu
urutan kegiatan-kegiatan berulang, yang biasa disebut siklus proyek. (Ibrahim,
2012)
Dalam hal ini perhitungan rencana Anggaran Biaya ( RAB ), adalah
termasuk bagian dalam kelompok kegiatan perencanaan. Seperti diketahui
perencanaan memegang peranan penting dalam siklus proyek, karena keberhasilan
proyek akan sangat ditentukan oleh kualitas dari perencana. Terjadinya
perubahan-perubahan dalam pelaksanaan akibat perencanaan kurang mantap,
selain menambah panjang waktu pelaksanaan juga menyebabkan pemborosan.
Dalam perencanaan pula ditetapkan besar kecilnya tujuan dan sasaran dari
proyek. RAB merupakan istilah dan singkatan yang popular dan sudah lama
digunakan di Indonesia. Ada beberapa istilah yang dipakai untuk itu, antara lain :
rencana biaya konstruksi, taksiran biaya, estimasi biaya, atau dalam bahasa asing

53
begrooting (dalam bahasa Belanda) dan construction cost estimate (bahasa
Inggris).

Gambar 2. 32 Siklus Proyek Konstruksi


Sumber : (Wulfram, 2005)
2) Langkah-langkah Menghitung RAB Secara Umum
1. Mempersiapkan Gambar Kerja
Gambar kerja yang dibuat ternyata sangat bermanfaat untuk beberapa
keperluan proyek.Mulai dari keperluan pembuatan Izin Mendirikan Bangunan
(IMB), pembuatan Surat Perjanjian Kontrak Kerja (SPK), sampai tahap
pembuatan RAB.Penggunaan gambar kerja pada RAB diperlukan untuk
menentukan berbagai jenis pekerjaan, spesifikasi dan ukuran material bangunan.
Gambar kerja inilah yang menjadi rujukan dalam menentukan item-item pekerjaan
yang akan dihitung dalam pembuatan RAB. Setelah itu, jangan lupa untuk
melakukan pengecekan harga material bangunan ke toko-toko bangunan dan rate
upah pekerja yang berlokasi di wilayah proyek.
2. Menyusun Item Pekerjaan
Tahapan ini menguraikan item-item pekerjaan yang akan dikerjakan. Uraian
pekerjaan disajikan dalam bentuk pokok-pokok pekerjaan yang menjelaskan
mengenai lingkup besar pekerjaan.

54
KEGIATAN :
PEKERJAAN :
JURUSAN :
PROGRAM STUDI :
SEMESTER :
Tabel 2. 13 Bentuk Tabel Penyusunan Item Pekerjaan.

No. Uraian Pekerjaan Satuan

1 2 3 4
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
- Pembersihan Lokasi Ls 1.00
- Pengukuran dan Pemasangan Bowplank Ls 1.00
- Pemasangan Papan Proyek Ls 1.00
A. Total Jumla
B. PEMASANGAN PIPA TRANSMISI
I. PEMASANGAN PIPA TRANSMISI
DARI SUMBER KE RESERVOIR DENGAN PIPA GIP dia 4"
1 Penyediaan Material GIP dia 4 " dan assesoris
- Pipa GIP dia 4" M' 3,636.00
- Bend GIP dia 4" - 90 º Buah 3.00
0
- Bend GIP dia 4" - 45 Buah 2.00
0
- Bend GIP dia 4" - 22,5 Buah 2.00
0
- Bend GIP dia 4" - 11,5 Buah 50.00
Tee dia 4X2½" Buah 1.00
- Socket GIP dia 4" Buah 594.00
- Water Mur dia 4" Buah 12.00
- Double Nipple dia 4" Buah 12.00
Sub Jumlah 1
2 Kontruksi Pemasangan pipa GIP dia 4"
Pekerjaan tanah
- Galian Tanah M3 436.32
- Urugan Tanah Kembali M3 305.42
- Kontruksi Pemasangan pipa GIP dia 4" M' 3,636.00
- Lansir Material ke Sumber LS 1.00
- Uji Coba Pengaliran M' 3,636.00
Sub Jumlah 2
I. Total Jumlah 1

Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat


28/PRT/M/2016 Tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan
Umum).

3. Menghitung Volume Pekerjaan


Langkah berikutnya adalah menghitung volume pekerjaan. Perhitungan ini
dilakukan dengan cara menghitung banyaknya volume pekerjaan dalam satu
satuan, misalnya per m2, m3, atau per unit. Volume pekerjaan nantinya dikalikan
dengan harga satuan pekerjaan, sehingga didapatkan jumlah biaya pekerjaan.

55
KEGIATAN :
PEKERJAAN :
JURUSAN :
PROGRAM STUDI :
SEMESTER :
Tabel 2. 14 Bentuk Tabel Volume Pekerjaan
Harga
No. Uraian Pekerjaan Satuan Volume Satuan
(Rp.)
1 2 3 4 5
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
- Pembersihan Lokasi Ls 1.00 500,00
- Pengukuran dan Pemasangan Bowplank Ls 1.00 2,000,00
- Pemasangan Papan Proyek Ls 1.00 250,00
A. Total Jumlah
B. PEMASANGAN PIPA TRANSMISI
I. PEMASANGAN PIPA TRANSMISI
DARI SUMBER KE RESERVOIR DENGAN PIPA GIP dia 4"
1 Penyediaan Material GIP dia 4 " dan assesoris
- Pipa GIP dia 4" M' 3,636.00 268,10
- Bend GIP dia 4" - 90 º Buah 3.00 585,10
0
- Bend GIP dia 4" - 45 Buah 2.00 559,70
0
- Bend GIP dia 4" - 22,5 Buah 2.00 407,00
0
- Bend GIP dia 4" - 11,5 Buah 50.00 483,00
Tee dia 4X2½" Buah 1.00 225,00
- Socket GIP dia 4" Buah 594.00 110,00
- Water Mur dia 4" Buah 12.00 385,00
- Double Nipple dia 4" Buah 12.00 100,00
Sub Jumlah 1
2 Kontruksi Pemasangan pipa GIP dia 4"
Pekerjaan tanah
- Galian Tanah M3 436.32 29,66
- Urugan Tanah Kembali M3 305.42 22,87
- Kontruksi Pemasangan pipa GIP dia 4" M' 3,636.00 30,41
- Lansir Material ke Sumber LS 1.00 1,500,0
- Uji Coba Pengaliran M' 3,636.00 1,0
Sub Jumlah 2
I. Total Jumlah 1+2

Sumber:(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat


28/PRT/M/2016 Tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan
Umum).
4. Membuat Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Yang dimaksud dengan harga satuan pekerjaan ialah, jumlah harga bahan
dan upah tenaga kerja berdasarkan perhitungan analisis.Harga dan bahan didapat
di pasaran, dikumpulkan dalam satu daftar yang dinamakan Daftar Harga Satuan
Bahan.Upah tenaga kerja didapatkan di lokasi dikumpulkan dan dicatat dalam satu
daftar yang dinamakan Daftar Harga Satuan Upah.Setiap bahan atau material
mempunyai jenis dan kualitas sendiri.Hal ini menjadi harga material tersebut
beragam. Untuk itu sebagai patokan harga biasanya didasarkan pada lokasi daerah
bahan tersebut berasal dan sesuai dengan harga patokan pemerintah.Misalnya
untuk harga semen harus berdasarkan kepada harga patokan semen yang
ditetapkan.
Harga satuan bahan dan upah tenaga kerja di setiap daerah berbeda-beda.
Jadi dalam menghitung dan menyusun anggaran biaya suatu pekerjaan harus

56
berpedoman pada harga satuan bahan dan upah tenaga kerja di pasaran dan lokasi
pekerjaan(Ibrahim B. H., 2012). Upah tenaga kerja didapatkan di lokasi,
dikumpulkan dan dicatat dalam satu daftar yang dinamakan Daftar Harga Satuan
Upah.Untuk menentukan upah pekerja dapat diambil standar harga yang berlaku
di pasaran atau daerah sekitar proyek dikerjakan yang sesuai dengan spesifikasi
dari Dinas PU.Pada analisa ini sudah termasuk peralatan kerja atau setiap pekerja
harus mempunyai peralatan kerja sendiri yang mendukung keahlian masing-
masing. Untuk menentukan harga satuan alat dapat diambil standar harga yang
berlaku di pasar atau daerah tempat proyek dikerjakan sesuai dengan spesifikasi
dari dinas PU setempat yang dinamakan Daftar Harga Satuan Alat. Secara umum
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Harga Satuan Pekerjaan= H . S . Bahan+ H . S Upah+ H . S . Alat .......(2.41)
Analisa harga satuan pekerjaan merupakan analisa material, upah, tenaga
kerja, dan peralatan membuat satu-satuan pekerjaan tertentu yang diatur dalam
pasal-pasal analisa AHSP , dari hasilnya ditetapkan koefisien pengali untuk
material, upah tenaga kerja dan peralatan segala jenis pekerjaan. Sedangkan
analisis lapangan ditetapkan berdasarkan perhitungan kontraktor pelaksana.
Tabel 2. 15. Bentuk Perhitungan Analisa Harga Satuan Pekerjaan

HARGA JUMLAH
N KOEFISIE
URAIAN KODE SATUAN SATUAN HARGA
O N
( Rp. ) ( Rp. )
1 2 3 4 5 6 7
A. TENAGA KERJA
1 Pekerja
Tukang pipa/operator
2 pompa
3 Kepala Tukang
4 Mandor
Jumlah Harga Tenaga Kerja
B. B A H A N
Pipa GIP Med. SNI
1 Dia. 1"
2 Perlengkapan Pipa
Jumlah Harga Bahan
C. A L A T
Jumlah Harga Peralatan

57
Jumlah Harga Tenaga, Bahan dan
D. Peralatan (A+B+C)
Overhead + Profit (Contoh
E. 15%)
Harga Satuan Pekerjaan
F. per - m3 (D+E)
Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
28/PRT/M/2016 Tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan
Umum).

Dengan perhitungan analisa harga yang sama, maka didapatkan jumlah


harga untuk setiap satuan analisa item pekerjaan.
1) Analisa bahan
Yang dimaksud dengan analisa bahan suatu pekerjaan, ialah menghitung
banyaknya/ volume masing-masing bahan, serta besarnya biaya yang
dibutuhkan.
Biaya bahan merupakan biaya pada penggunaan bahan dalam hal ini
pekerjaan drainase (semen, pasir, air, batu kali, batu kerikil, besi beton, dan
gorong-gorong)(Ibrahim B. H., 2012).Kebutuhan bahan/material ialah
besarnya jumlah bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian
pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan. Kebutuhan bahan dapat dicari
dengan rumus sebagai berikut:
∑ Bahan=VolumePekerjaan × KoefisienAnalisaBahan........(2.42)
2) Analisa upah
Yang dimaksud dengan analisa upah suatu pekerjaan ialah, menghitung
banyaknya tenaga yang diperlukan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan
untuk pekerjaan tersebut (Ibrahim B. H., 2012).
Biaya upah merupakan biaya bagi para pekerja (mandor, kepala tukang,
tukang dan lain-lain sesuai kebutuhan) sedangkan bahan merupakan
kebutuhan atau bahan yang digunakan untuk pekerjaan konstruksi drainase
(semen, pasir, kerikil, batu kali dan lain-lain sesuai kebutuhan). Kebutuhan
tenaga kerja adalah besarnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
suatu volume pekerjaan tertentu yang dapat dicari dengan menggunakan
rumus:
∑ TenagaKerja=VolumePekerjaan+ KoefisienTenagaKerja ......(2.43)

58
3) Harga biaya peralatan
Biaya peralatan dihitung dengan sewa atau memperhitungkan harga
penyusutan, perbaikan, operasi dan pemeliharaan serta biaya lainnya.
4) Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas atau kapasitas tenaga kerja adalah kemampuan tenaga kerja
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan volume tertentu dalam batas
waktu tertentu dalam kondisi standar dan diukur dalam satuan volume/hari-
orang. Pengertian produktivitas bila dituliskan dalam suatu bentuk
perumusan matematis adalah sebagai berikut :
Produktivitas=Satuan Hasil Kerja /Satuan waktu…….........(2.44)
5) Menghitung Jumlah Biaya Pekerjaan
Setelah volume dan harga satuan kerja sudah bisa didapatkan, maka langkah
selanjutnya adalah mengalikan angka tersebut sehingga dapat ditentukan
jumlah biaya dari masing-masing pekerjaan.

Tabel 2. 16 Bentuk Tabel Perhitungan Jumlah Biaya Pekerjaan


HARGA
N VOLUM
SATUAN
O URAIAN PEKERJAAN SAT. E
Rp.
1 2 3 4 5
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
Mobilisasi dan Demobilisasi Personil dan
1 Peralatan Keg
2 Dokumentasi (foto, video) dan Sosialisasi Keg
3 Pembuatan Papan Nama Proyek Lks
PENYELENGGARAAN KEAMANAN
DAN KESEHATAN KERJA SERTA
B KESELAMATAN KONSTRUKSI (K3) Keg
PEMBANGUNA
C N
1 PEMBORAN SUMUR UJI PRODUKSI Sumur
1.1 PENGADAAN BAHAN MATERIAL Sumur
1 Pengadaan Material Sirkulasi
a. Bentonite Zak
Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat 28/PRT/M/2016
Tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum).
5. Rekapitulasi
Langkah terakhir dalam membuat RAB adalah membuat bagian rekapitulasi.
Rekapitulasi adalah jumlah total masing-masing sub pekerjaan, seperti pekerjaan

59
persiapan, pekerjaan pondasi, atau pekerjaan beton. Kedua sub pekerjaan tersebut
dapat diuraikan lagi secara lebih detail. Setiap pekerjaan kemudian ditotalkan
sehingga didapatkan jumlah total biaya pekerjaan. Di dalam menghitung biaya
rekapitulasi ini, kita juga bisa memasukkan biaya tambahan dan pajak.

6. Bagan Alir Rencana Anggaran Biaya


Diagram alir rencana anggaran biaya dapat dilihat pada gambar 2.36

Mempersiapkan Gambar Kerja

Menyusun Item Pekerjaan

Menghitung Volume Pekerjaan

Membuat Analisa Harga Satuan Pekerjaan

Menghitung Jumlah Biaya Pekerjaan

Rekapitulasi

Gambar 2.33 Bagan alir perhitungan Rencana Anggaran Biaya

Standar analisa yang digunakan dalam perencanaan ini adalah Standar


Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) 2016, sesuai dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 28 Tahun 2016. Analisa harga satuan tiap item
pekerjaan adalah sebagai berikut:

60
Tabel 2. 17 Daftar Analisa Harga Satuan
ANALISA HARGA SATUAN

A. PEKERJAAN PERSIAPAN
A.1. Mobilisasi Demobilisasi
HARG
A
N KO SAT KOEFI SATUA JUMLAH
URAIAN
O DE UAN SIEN N HARGA
( Rp. ) ( Rp. )
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja *)
1 Pekerja
2 Supir truk Roda 4 - 10
3 Pengemudi Roda 4
Jumlah Harga Tenaga Kerja
B Bahan
1 Pertamina Dex 4 nov
2019 ( non subsidi )
Jumlah Harga Bahan
C Peralatan
1 Kapal laut
2 Kendaraan Roda 4 - 6
3 Kendaraan Roda 4
Jumlah Harga Peralatan
D Jumlah Harga tenaga, Bahan
dan Peralatan (A+B+C)
E Overhead + Profit (Contoh 15%) 15% xD
F Harga Satuan Pekerjaan per - m 1

(D+E)
Sumber: Permen PU,2016

Daftar analisa pada tabel adalah contoh penulisan analisa.Daftar analisa


seluruhnya dapat dilihat pada lampiran penulisan ini.

3) Daftar Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Pada daftar RAB ini dilihat rincian besar biaya yang dibutuhkan dalam
Perencanaan Sistem Jaringan Air Bersih.

61
Tabel 2. 18 Daftar Rincian Rencana Anggaran Biaya (RAB)
REKAPITULASI ANALISA HARGA SATUAN

Balai :

Satuan Kerja :
Kegiatan :
Pekerjaan :

Sumber Dana :

Tahun Anggaran :

KOD
HARGA
SATU E
NO URAIAN SATUAN DASAR
AN AHS
(HSD)
P
PEKERJA
AN
PERSIAPA
A. N
Mobilisasi dan Demobilisasi LA,0
Keg
1 Personil dan Peralatan 4
Dokumentasi (foto, video) dan LA.0
Keg
2 Sosialisasi 5
Pembuatan Papan Nama Proyek
Lks L,03b
3

PENYELENGGARAAN
KEAMANANDAN
B KESEHATAN KERJA SERTA Ls
KESELAMATAN
KONSTRUKSI (K3)
PEMBANGUNAN
C

PEMBORAN SUMUR UJI


1
PRODUKSI

PENGADAANBAHAN
1.1 MATERIAL
Pengadaan
Material
1 Sirkulasi

62
a. Bentonite Zak M.21
b.
Polyphosph
ate Zak M,22
Pengisian Mortar (grouting) dan AT.1
2 Pondasi (concrete slab) m3 2
Pengadaan dan Pemasangan AT.
3 Bottom Plug Bh 9a.
Pengadaan dan Pemasangan Patok AT.1
4 Nomor Sumur Bh 7d
PEKERJAAN PEMBORAN
1.2 SUMUR
Pemindahan, Pemasangan, AT.2
1 Pembongkaran Rig dan Alat Bantu Lokasi 1
Persiapan dan
Pemulihan AT.2
2 Lokasi Lokasi 0
Pemboran pada segala formasi AT.0
3 diameter 8-3/4" m' 2
Pelebaran Lubang Bor (Reaming) AT.0
4 dia. 8-3/4" menjadi 14-3/4" M 1
4
Bongkar pasang Temporary AT.0
5 Cassing (ID)12 " M 1
5
Bongkar pasang Temporary AT.0
6 Cassing (ID)14 " M 1
6
Pengambilan dan Deskripsi Sampel AT.
7 Batuan (termasuk laporan) m' 01
Elektrik AT.1
8 Loging Titik 8
Air Life
Test/Bailer AT.1
9 Test Jam 9
Pelebaran Lubang Bor (Reaming) AT.0
10 dia. 8-3/4" menjadi 12, 1/4" m' 3
Pengadaan dan Pemasangan AT.0
11 Cassing Pipa GIP 6" m' 7
Pengadaan dan Pemasangan AT.0
12 Stainless steel Screen 6" m' 8
Pengadaan dan Pemasangan Pipa AT.0
13 GIP. Med. SNI Dia.8" M1 9
Pengadaan dan Pemasangan AT.1
14 Stainless steel Screen Dia. 8" M1 0
Pengadaan dan Pemasangan Pipa AT.1
15 Sounding GIP medium SNI dia 1" M1 1
Pengadaan dan Pemasangan Gravel AT.1
16 Pack M³ 2

63
Uji
Ketegakluru AT.1
17 san Sumur Buah 5
Well Development (Metode Water AT.1
18 Jetting ) Jam 3
Well Development (Metode Air AT.1
19 Jetting ) Jam 3a
PEKERJAA
N UJI
PEMOMPAA
1.3 N
Pemasangan Pompa untuk Uji AT.1
1 Pemompaan Lokasi 5
Uji Susut AT.1
2 Bertahap Jam 7.
Uji Debit AT.1
3 Tetap Jam 7.a
Pengukuran AT.1
4 Recovery Jam 7.c
PEKERJAAN ANALISA
1.4 KUALITAS AIR
Analisa AT.1
1 Kualitas Air Lokasi 6
PEKERJA
2 AN SIPIL m2
Galian
m3
1 tanah biasa T,06
Galian
tanah m3
2 berbatu T,07
Pasang 1 m' T.02.
3 bouwplank m' b.
Galian tanah biasa dan pasang T.06.
m3
4 bouwplank a
Galian Tanah berbatu dan pasang T.02.
m3
5 bouwplank b.
Timbunan Pasir Sebagai Bahan M.14.
m3
6 Pengisi a
Urugan Tanah Kembali Bekas T.
m3
7 Galian 14.b
Timbunan Tanah Termasuk T.
m3
8 Pemadatan dan Perapihan 14.a
Pasangan Batu Belah
m3 P.01
9 (kali/gunung)1 Pc : 3 Psr
Pasangan Bata merah 1 pc : 3
P.02.a
10 pp m2
11 Pasangan Batako 1 pc : 3 m3 P.02.

64
pp b
Plesteran 1.5 cm campuran 1 pc : P.04.
12 2 pp m2 d
Plesteran 1.5 cm campuran 1 pc :
P.04.e
13 3 pp m2
P.04.
14 Pekerjaan Acian m2
g

15 Pasangan batu kosong* m3 P.05


Campuran Beton fc' = 5,6 . s.d.
16 7,4 MPa K-80 s.d. K-100 setara B.02.
1PC : 2PB : 3 KR Manual m3
a
Campuran Beton fc' = 5,6 . s.d.
17 7,4 MPa K-80 s.d. K-100 setara B.02.
1PC : 2PB : 3 KR Molen m3 b
Campuran beton mutu f’c=14,5
18 MPa (K175), slump (12±2) cm, w/c B.05.
= 0,66 Manual m3
a
Campuran beton mutu f’c=14,5
19 MPa (K175), slump (12±2) cm, w/c B.05.
= 0,66 Molen m3 b
1 m2 Bekisting balok beton biasa
20 menggunakan multiflex 12 mm B.23.
atau 18 mm, JAT < 1,0m m2
b
1 m2 Bekisting kolom beton biasa
21 menggunakan multiflex 12 mm B.24.
atau 18 mm, (TP) m2 b
1 m2 Perancah bekisting kolom B.24.
22
beton menggunakan kayu 5/7 cm, m2 d
1 m2 Bekisting dinding beton B.25.
23
expose dengan multiflex 18 mm m2 a
1 m2 Perancah/penyokong
bekisting dinding beton
24
menggunakan kayu 5/7, tinggi B.25.
maksimum 2,5 m m2 d
1 m2 Bekisting fondasi dan sloof
25 beton biasa menggunakan multiflex B.26.
12 mm atau 18 mm (TP) m2
a
Bongkar 1 m² bekisting secara
26 biasa (membersihkan dan B.27.
membereskan puing-puing) m2 a
Pasang Bongkar bekisting
20 B.23-
m2 27
Beton Bertulang mutu f’c=14,MPa
21
(K175), Termasuk Bekisting m3 B.05

65
Beton Bertulang K-80 s/d K-100
22 setara 1PC : 2PB : 3 KR , termasuk
Bekisting m3 B.01
Pengadaan & Pemasangan Keramik A.2.1.
23
20cm x 20 cm Campuran 1pc : 2 pp m2 12
Pengadaan & Pemasangan Paving A.2.1.
24
Blok m2 13
Pengecatan 1 m2 A.4.7
25
tembok/dinding m2 .1
A.4.7.
26
Pengecatan Besi m2 2
Pengecatan 1 m2 Water A.4.7
27
Proof m2 .3
Pengadaan dan Pemasangan A.5.1.
21
Tangga dari Pipa GIP dia 1" m' 3a
Pengadaan dan Pemasangan A.5,1,
22
Tangga dari Pipa GIP dia 1,5" m' 4a
Pengadaan dan Pemasangan Pipa A.5,1,
23
GIP Med. SNI Dia. 1/2" m' 1
Pengadaan dan Pemasangan Pipa A.5,1,
23
GIP Med. SNI Dia. 3/4" m' 2
Pengadaan dan Pemasangan Pipa A.5,1,
24
GIP Med. SNI Dia. 1" m' 3
Pengadaan dan Pemasangan Pipa A.5,1,
25
GIP Med. SNI Dia. 1,1/2" m' 4
Pengadaan dan
26 Pemasangan Pipa GIP A.5,1,
Med. SNI Dia. 2" m' 5
Pipa udara dan penguras GIP Med. A.5.1.
27
SNI Dia. 1,1/2" m' 4a
Pengadaan dan Pemasangan Pipa A.5,1,
28
Penguras GIP Med. SNI Dia. 2" m' 5a
Kosen Pintu, Daun Pintu Ukuran A.5.2.
28
100cm x 100 cm (Besi) m' 4
Kosen Pintu, Daun Pintu Ukuran A.5.2.
28
120 x 210 cm (Besi) Unit 4a
Plat besi penutup bak ukuran 60 x A.5.2.
23
60 cm Unit 4b

24 Pekerjaan pintu pagar besi ukuran A.5.2.


140 x 120 Unit 2
Pengadaan Pompa Submersible
25 Tenaga Surya Q. 45 m3/hari -
Head 70 meter Unit P.01
Pemasangan Pompa Submersible
26
dan aseasoris Unit P.05
27 Pengadaan Pompa Submersible Unit P.02

66
Tenaga Surya Q. 70 m3/hari -
Head 50 meter
Pengadaan & Pemasangan Pompa
27 Submersible Tenaga Surya Q. 60
m3/hari - Head 130 meter Unit P.03
Pengadaan dan Pemasangan Pagar
29 Kawat Duri Pagar Rumah
Pompa/Rumah Panel m' R.01
Pengadaan dan Pemasangan Lampu
29
rumah pompa 60 watt Unit LP.01
Pengadaan dan Pemasangan Ram-
24
Ram Pengaman Kaca Solar Cell m2 R.02
M,77.
24
Knee GIP dia 1/2 " Bh b
M,77.
25
Knee GIP dia 3/4 " Bh c
M,77.
25
Knee GIP dia 1 " Bh d
M,77.
26
Knee GIP dia 1,5 " Bh f
M,77.
28
Knee GIP dia 2 " Bh g
M,84.
28
Water Mur GIP dia.1 " Bh b
M,84.
30
Water Mur GIP dia.1.5 " Bh d
M,84.
25
Water Mur GIP dia. 2 " Bh e
M,79,
25
Double Neple GIP dia.1 " Bh c
M,79,
26
Double Neple GIP dia.1,5 " Bh e
M,79,
26
Double Neple GIP dia. 2 " Bh f
M,81.
27
Stop Kran dia 1/2 " Bh a
M,81.
29
Stop Kran dia 3/4 " Bh b
M,81.
29
Stop Kran dia 1 " Bh c
M,81.
31
Stop Kran dia 2 " Bh f
M,83.
26
Tee GIP dia. 1.5 " Bh e
M,80.
26
Reduser GIP 1.5 - 1 " Bh c

67
M,87.
27
Dop Pipa GIP dia 1,5" Bh e
Kran Pelampung dia 1 " ( foating m,75.
27
valve ) bh e
M,61.
28
Klam dia 2,0 " Bh e
Pengadaan dan pemasangan flow M,98.
30
meter diameter 2" Bh c

68
Daftar Pustaka
Agustina, D. (2007). Analisa Kinerja Sistem Distribusi Air Bersih PDAM Kecamatan
Banyumanik di Perumnas Banyumanik (Studi Kasus Perumnas Banyumanik Kel.
Srondol Wetan). Doctoral dissertation, program Pascasarjana Universitas
Diponegoro.

Al Layla, M. A. (1980). Water Supply Engineering Design. Michigan, USA.: Ann Arbor
Science Publishers.

Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. (2007). Buku Panduan
Pengembangan air minum. jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya .

Ibrahim, B. H. (2012). Rencana dan Estimate Real Of Coast. Jakarta: Bumi Aksara.

Mawey, b. f. (2015). Perencanaan Pengembangan Sistem Jaringan Air Bersih di


Kelurahan. Jurnal Sipil Statik, 268-280.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2007. (2007). Penyelenggaraan


pengembangan sistem penyediaan air minum. jakarta.

Putri, D. T. (2013). Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Air Bersih. Institut Pertanian.

Sutrisno. (2004).

Tambingon, D. P. (2016). PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR.


Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.9 September 2016, 541-550.

Wulfram, E. (2005). Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: Andi.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Republik Indonesia.


NOMOR 27/PRT/M/2016. Tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air
Minum.

Anonimous, (2018). Modul 6 Kehilangan Tekanan Pada Pipa.

Anonimous. (2019). Jenis Pipa Air dan Kegunaanya

69

Anda mungkin juga menyukai