Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu kebutuhan pokok sehari – hari makhluk hidup di dunia ini yang
tidak dapat terpisahkan adalah air. Air merupakan zat yang terpenting dalam
kehidupan setelah udara. Hampir tiga per empat bagian dari tubuh kita adalah air
dan tidak ada seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4 – 5 hari tanpa minum
air. Selain bisa untuk diminum, air juga bisa dipergunakan untuk memasak,
mencuci, mandi, membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah, maupun
kebutuhan lainnya. Air juga bisa digunakan untuk keperluan dalam bidang
pertanian, perikanan dan pariwisata. Melalui air pula penyakit – penyakit bisa saja
menyerang tubuh manusia.
Jaringan hidup air merupakan medium untuk berbagai reaksi dan proses
ekskresi. Air merupakan komponen utama baik dalam tanaman maupun hewan
termasuk manusia. Tubuh manusia terdiri dari 60 – 70 % air. Transportasi zat –
zat makanan dalam tubuh semuannya dalam bentuk larutan dengan pelarut air,
juga terdapat unsur hara dalam tanah hanya dapat diserap oleh akar dalam bentuk
larutannya. Oleh karena itu kehidupan ini tidak mungkin dapat dipertahankan
tanpa adanya air.
Sebagian besar kebutuhan air sehari-hari berasal dari sumber air tanah dan
sungai, air yang berasal dari PDAM (air ledeng) juga bahan bakunya berasal dari
sungai, oleh karena itu kuantitas dan kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan
manusia merupakan faktor penting yang menentukan kesehatan hidupnya. Sungai
merupakan sumber utama penyediaan air bersih bagi penduduk yang tinggal di
daerah pedesaan maupun perkotaan Indonesia. Masalah yang sering dihadapi oleh
masyarakat yaitu tingginya kadar kekeruahan, Zat padat terlarut TDS (total
dissolved solid) dan E-coli yang menyebabkan kualitas fisik air menurun, air
menjadi keruh dan berbau amis.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah
adalah sebagai berikut:
a. Apakah air itu ?
b. Dari mana saja sumber air ?
c. Bagaimana saja karakteristik air yang bagus, serta parameter-parameter apa
saja yang sudah ditetapkan pemerintah ?
d. Bagaimana proses pengolahan air menjadi air minum dengan kualitas yang
sangat baik ?
e. Bagaimana proses pengoperasian dan pemeliharaan alat pada depot air
minum?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun yang menjadi tujuan dari permasalahan ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui pengertian air
b. Mengetahui sumber air
c. Mengetahui karakteristik air dan parameter pemeriksaan untuk mengetahui
kualitas air
d. Mengetahui proses pengolahan air minum
e. Mengetahui proses operasi dan penjagaan pembuatan air minum

2
BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Pengertian Air
Air adalah unsur yang sangat enting dalam kehidupan seorang manusia dan
makhluk hidup lainnya. Fungsi ini tidak dapat digantikan oleh unsurlainnya.
Segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh manusia membutuhkan air, mulai
dari mandi, makan dan minum serta aktivitas sehari-hari. Air yang memiliki
kualitas yang baik diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.492/MENKES/PER/IV2010, meliputi persyaratan fisika, kimia dan
mikrobiologi dimana air harus terbebas dari segala macam mikroorganisme baik
yang patogen maupun yang non patogen serta bahan kimia yang lainnya (Aryani,
2017).

2.2 Sumber Air


Sumber air dapat berasal dari air permukaan, yaitu air sungai, dan danau.
Menurut peraturan pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang sumber air dibagi
menjadi 4 kelompok, yaitu air permukaan, air tanah, air hujan dan mata air (Gafur,
Kartini and Rahman, 2017).
1. Air Permukaan
Air Permukaan adalah air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber atau
bahan baku air minum, antara lain :
a. air waduk (berasal dari air hujan)
b. Air sungai (berasal dari air hujan dan mata air)
c. Air danau (berasal dari air hujan, mata air dan air sungai)
Air Permukaan merupakan air huja yang mengalir di atas permukaan bumi.
Selama pengairannya, air permukaan mendapat pengotoran dari lumpur, batang-
batang kayu, daun-daun dan sebagainya.
2. Air Tanah
Air tanah adalah air yang keberadaannya dibawah permukaan. Aor tanah
adalah sumber air yang utama namun bukan satu-satunya untuk sumber air

3
minum. Kelayakan air tanah inilah yang menjadi masalah utama. Air tanah adalah
air yang keluar dengan sendirinya kepermukaan. Mata air yang bersumber dari
tanah dalam tidak dipengaruhi dan kualitas serta kuantitasnya sama
dengankeadaan air dalam tanah.
Air tanah yang berada dalam tanah harus digali atau dibor untuk
mendapatkanya agar air keluar kepermukaan tanah. Pada umumnya, air tanah
yang berasal dari airhujan yang melalui proses infiltrasi secara langsung atau tidak
langsung dari air sungai, danau rawa dan genangan air lainnya.
3. Air Hujan
Terjadinya air hujan dikarenakan adanya proses penguapan terutama air
permukaan laut yang naik ke atmoser dan mengalami pendinginan kemudian jatuh
kepermukaan bumi. Selama proses penguapan tersebut berlangsung, misalnya saat
butiran hujan jatuh kepermukaan bumi, sebagian butiran hujan lainnya akan
menguap sebelum sampai di permukaan bumi. Sebagian lainnya akan tertahan
pada tumbuhan dan oleh matahari akan diuapkan kembai ke atmosfer. Air hujan
yang sampai di bumi, akan mengisi cekungan, kubangan yang ada di permukaan
bumi dan sebagian akan mengalir di permukaannya.
4. Mata Air
Mata air adalah air tanah yang dapat mencapai permukaan tanah melalui
celah bebatuan karena adanya perbedaan tekanan. Mata air bersumber dari deposi
air tanah yang memiliki tekanan tertentu dan kluar melalui dasar permukaan tanah
melalui celah batuan, karakteristik air dari mata air ini meliputi air tanah yaitu
bebas dari bakteri pao=togen bila cara pengambilannya baik, dpaat langsung
diminum tanpa pengolahan khusus, dan banyak mengandung mineral. Pada
pengelolaan mata air sebagai sumber air bersih, perlindungan mata air dari
pencemaran sangat penting, demikian pula cara pendistribusiannya (Gafur, Kartini
and Rahman, 2017).

2.3 Karakteristik Air Baku


Penyediaan air bersih, selain kuantitas, kualitasnya pun harus memenuhi
standar yang berlaku. Untuk ini perusahaan air minum selalu memeriksa kualitas

4
air bersih sebelum didistribusikan kepada pelanggan sebagai air minum. Air
minum yang ideal seharsnya jernih, tidak berbau,tidak berwarna tidak berasa. Air
minum pun seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan segala makhluk
yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat
merubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis dan dapat merugikan
secara ekonomis.
Untuk dapat memperoleh gambaran yahng nyata tentang karakteristik air
baku, seringkali diperlukan pengukuran sifat0sifatair atau biasa disebut dengan
parameter kualitas air, yang beraneka ragam. Formulasi-formulasi yang
dikemukakan dalam angka-angka standar tentu saja memerlukan penilaian yang
kritis dalam menetapkan sifat-sifat dari tiap parameter kualitas air (Gusril, 2010).
Standar kualitas air adalah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan sifat-sifat
fisik, kimia, radioaktif maupun bakteriologis yang menunjukkan persyaratan
kualitas air tersebut. Peraturan pemerintak Republik Indonesia No. 20 Tahun
1990 tetang pengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut
peruntukkannya, sebagai berikut :
a. Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
b. Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum
c. Golongan C : Air yang dpaat digunakan untuk keprluan perikanan
dan peternakan
d. Golongan D : Air yang dapat diguanakan untuk keperluan
pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan
pembangkit listrik tenaga air.
Adapun beberapa parameter-parameter yang biasanya digunakan untuk
menentukan kualitas air adalah sebagai berikut :
1. Parameter Fisika
Sifat-sifat fisik air adalah relatif mudah untuk diukur dan beberapa
diantaranya mungkin dengan cepat dapat dinilai oleh orang awam.
a. Bau

5
Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat memberikan petunjuk akan kuaitas air. Misalnya,
bau amis dapat disebabkan oleh tumbuhan algae.

b. Rasa.
Air minum biasanya tidak ada rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat
menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.
Rasa logam/ais, pahit, asin dan sebagainya. Efeknya tergantung pula pada
penyebab timbulnya rasa tersebut.
c. Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar :
a) Tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran pipa, yang
dapat membahayakan kesehatan.
b) Menghambat reaksi-reaksi biokimia didalam saluran pipa
c) Mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak
d) Bila diminum dapat meghilangkan dahaga.
e) Warna
Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang
berwarna. Warna dapat isebabkan oleh adanya tannin dan sama humat yang
terdapat secara alamiahdi air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai
urine, oleh karenaitu orang tidak mau mengggunakannya.selain itu, zat
organik ini bila terkena klor dapat membentuk senyawa-senyawa kloroform
yang beracun. Warna pun dapat berasal dari buangan industri.
d. Jumlah zat padat tersuspensi TSS (Total Suspended Solid)
Materi yang tersuspensi adalah materi yang mempunyai ukuran lebih
kecil dari pada molekul/ ion yang terlarut. Materi tersuspensi ini dapat
digolongkan menjadi dua, yakni zat padat dan koloid. Zat padat tersuspensi
dapat mengendap apabila keadaan air ciikup tenang, ataupun mengapung
apabila sangat ringan; materi inipun dapat disaring. Koloid sebaliknya sulit
mengendap dan tidak dapat disaring dengan (filter) air biasa.

6
Materi tersuspensi mempunyai efek yang kurang baik terhadap kualitas
air karena menyebabkan kekeruhan dan mengurangi cahaya yang dapat
masuk kedalam air. Oleh karenanya, manfaat air dapat berkurang, dan
orgartisme yang butuh cahaya akan mati. Setiap kematian organisme akan
menyebabkan terganggunya ekosistem akuatik. Apabila jumlah materi
tersuspensi ini banyak dan kemudian mengendap, maka pembentukan lumpur
dapat sangat mengangu dalam saluran, pendangkalan cepat terjadi, sehingga
diperiukan pengerukan lumpur yartg lebih sering. Apabila zat-zat ini sampai
dimuara sungai dari bereaksi dengan air yaiig asiri, maka baik koloid maupun
zat terlarut dapat mengendap di muara muara dan proses inilah yang
menyebabkan terbentuknya delta delta. Dapat dimengerti, bahwa
pengaruhnya terhadap kesehatanpun menjadi tidak langsung.
e. Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh adanya zat padat yang tersuspensi, baik
yang bersifat anorganik maupun yang organic. Zat anorganik, biasanya
berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organic dapat berasal
dari lapukan lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga
menyebabkan sumber kekeruhan. Zat organic dapat menjadi makanan bakteri,
sehingga mendukung perkerhbangbiakannya. Bakteri ini juga merupakart zat
tersuspensi, sehingga pertambahannya akan menambah pula kekeruhan air.
Demikian pula dengan algae yang berkembang biak karena adanya zat hara
N, P, Kakdh mertambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit didesinfeksi,
karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini tentu
berbahaya bagi kesehatan, bila mikroba itu pathogen (Aryani, 2017).
2. Parameter Kimia
Karakteristik kimia cenderung lebih khusus sifatnya dibandingkan dengan
karakteristik fisik dan oleh karenganya lebih cepat dan tepat untuk mengetahui
nilai nilai sifat air dari suatu sampel (Aryani, 2017).
1. Kimia Anorganis
a. Air raksa
b. Aluminium

7
c. Arsen
d. Barium
e. Besi
f. Kesedahan
g. Klorida
h. Mangan
i. pH
j. Perak
k. Nitrat, Nitrit
l. Seng
m. Sulfat
n. Tembaga
o. Tibal
p. Sianida
2. Kimia Organik
a. Aldrin dan dieldrin
b. Benzo (a) pyrene (B(a)P)
c. Chlordane
d. Chloroform
e. Dichloro – diphenyl – trichloroetane (DDT)
f. Detergen
g. Zat organik
3. Parameter Biologis
Analisis bakteriologi suatu sampel air bersih biasanya merupakan parameter
kualitas yang paling sensitif. Kedalam parameter mikrobiologis ini hanya
dicantumkan koliform tinja dan total koliform. Sebetulnya kedua macam
parameter ini hanya berupa indikator bagi berbagai mikroba yang dapat berupa
parasit (Wandrivel, Suharti and Lestari, 2012).
Jumlah perkiraan terdekat (JPT) bakteri coliform/100 cc air digunakan
sebagai indikator kelompok mikrobiologis. Hal ini tentunya tidak terialu tepat,

8
tetapi sampai saat ini bakteri inilah yang paling ekonomis dapat digunakan untuk
kepentikngan tersebut.
Untuk membuat air menjadi aman untuk diminum, tidak hanya tergantung
pada pemeriksaan mikrobiologis, tetapi biasanya juga ditunjang oleh pemeriksaan
residu khlor misalnya.
2.4 Air Minum
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes RI No.492/MenKes/Per/IV/ 2010).
Berdasarkan peraturan tersebut air minum yang aman bagi kesehatan apabila
memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif yang dimuat
dalam parameter wajib dan parameter tambahan. Parameter wajib merupakan
persyaratan kualitas air minum yang wajib diikuti dan ditaati oleh seluruh
penyelenggara air minum (Rosita, 2014).
Untuk menjaga kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat dilakukan
pengawasan kualitas air minum secara eksternal dan internal. Pengawasan kualitas
air minum secara eksternal merupakan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota yang meliputi Inspeksi Sanitasi (IS), pengambilan
sampel air, pengujian kualitas air, analisis hasil laboratorium, rekomendasi, dan
tindak lanjut. Pengawasan kualitas air minum secara internal merupakan
pengawasan yang dilaksanakan oleh penyelenggara air minum untuk menjamin
kualitas air minum yang diproduksi sesuai dengan peraturan. Pengawasan kualitas
secara eksternal dan internal dilakukan dengan cara pemeriksaan kualitas air
minum dengan uji laboratorium untuk mengetahui cemaran bakteri Coliform
(bakteri jenis coli) ataupun cemaran Eschersia coli (E.coli). Metode yang lazim
digunakan dalam uji laboratorium untuk pemeriksaan mikrobiologi adalah dengan
Metode tabung ganda. Berdasarkan Permenkes RI No.492/MenKes/Per/IV/2010
setiap 100 ml sampel yang diperiksa tidak boleh mengandung bakteri jenis coli
(Renngiwur, Lasaiba and Mahulauw, 2016).
Berdasarkan Permenkes RI No.492/MenKes/Per/IV/2010 Penyelenggara air
minum adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi,

9
badan usaha swasta, usaha perseorangan, kelompok masyarakat, dan atau
individual yang melakukan penyelenggaraan penyediaan air minum.
Penyelenggara air minum menggunakan air dari berbagai sumber air bersih
sebagai bahan baku untuk penyediaan air minum. Pengolahan air bersih menjadi
air minum dapat dilakukan dengan cara yang sederhana dan dengan teknologi
pengolahan air minum (Yulianti, Mukarromah and Sunarno, 2016). Pengolahan
air minum dengan cara sederhana yaitu dengan cara merebus air baku sampai
mendidih kemudian mendinginkannya. Pengolahan air bersih menjadi air minum
dengan teknologi dengan proses penyaringan (Filtrasi), proses desinfeksi
menggunakan ozonisasi, penyinaran ultraviolet, teknologi membran atau dikenal
dengan teknologi Reverse Osmosis (RO) telah digunakan oleh penyelenggara air
minum dalam kemasan dan penyelenggara air minum isi ulang atau Depot air
minum (DAM) (Masthura and Jumiati, 2017).
Depot Air Minum yang selanjutnya disingkat DAM adalah usaha industri
yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual
langsung kepada konsumen (PerMenkes RI No 43 Tahun 2014 tentang Hygiene
Sanitasi Depot Air Minum). Dimana setiap DAM wajib:
1 Menjamin air minum yang dihasilkan memenuhi standar baku mutu atau
persyaratan kualitas air minum sesuai ketentuan peraturan perundang–
undangan.
2 Memenuhi persyaratan hygiene sanitasi dalam pengelolaan air minum.
Proses pengolahan air pada Depot Air Minum (DAM) pada prinsipnya adalah
filtrasi (penyaringan) dan desinfeksi. Proses filtrasi dimaksudkan selain untuk
memisahkan kontaminan tersuspensi juga memisahkan campuran yang berbentuk
koloid termasuk mikroorganinsme dari dalam air. Desinfeksi bertujuan untuk
membunuh mikroorganisme yang tidak tersaring pada proses sebelumnya
(Vaniandyani and Widyastuti, 2012).
Peralatan yang digunakan pada Depot Air Minum (DAM) untuk mengolah air
baku menjadi air minum adalah :
1 Storage tank berguna untuk penampungan air baku.
2 Stainless water pump yang mempunyai 3 fungsi :

10
a. Tabung yang pertama aktif sand media filter untuk menyaring partikel –
partikel yang kasar dengan bahan dari pasir atau jenis lain yang efektif
dengan fungsi yang sama.
b. Tabung yang kedua adalah anthracite filter berfungsi untuk
menghilangkan kekeruhan dengan hasil yang maksimal dan efisien.
c. Tabung yang ketiga adalah granula karbon aktif , karbon yang berfungsi
untuk menyerap debu, rasa, warna, sisa chlor dan bahan organik.
3. Micro filter merupakan saringan yang terbuat dari polyprophilene fiber
berguna untuk menyaring air dengan diameter 10 mikron , 5 mikron, 1
mikron dan 0,4 mikron dengan maksud untuk memenuhi persyaratan air
minum.
4. Flow meter untuk mengukur air yang mengalir ke dalam galon isi ulang.
5. Lampu ultraviolet atau ozon berguna untuk desinfeksi sterilisasi pada air yang
telah diolah.
6. Galon isi ulang digunakan sebagai tempat menampung air minum

2.5 Pengoperasian dan Pemeliharaan Alat Pengelolahan Air Minum pada


DAM
Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 tentang
Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, urutan proses
produksi (pengoperasian) air minum di Depot Air Minum (DAM) adalah sebagai
berikut (Naudita et al., 2020):
1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung.
Air baku yang digunakan bisa berasal dari sumber air bersih (SGL, PDAM,
Mata Air) diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki
selanjutnya ditampung dalam bak penampung (reservoir). Bak penampung harus
terbuat dari bahan tara pangan (food grade), tahan korosif agar terbebas dari
bahan yang mencemari air Timah hitam (Pb), Zeng (Zn) , Tembaga (Cu) dan
Cadmium (Cd). Tertutup mudah dibersihkan dan disterilisasi luar serta dalam
minimal 3 bulan sekali.
2. Penyaringan

11
Penyaringan bertahap terdiri atas :
a. Saringan berasal dari pasir yang efektif dan berfungsi sama. Fungsi
saringan pasir adalah menyaring partikel yang kasar. Bahan yang
digunakan biasanya adalah silika (SiO2) 80%
b. Saringan karbon aktif yang berasal dari batubara atau arang batok kelapa
berfungsi menyerap bau, rasa, warna sisa klor dan bahan organik.
c. Saringan lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran 10
mikron.
Sistem pencucian terbalik (back washing) adalah cara pembersihan tabung
filter dengan cara mengalirkan air tekanan tinggi secara terbalik sehingga kotoran
atau residu yang selama ini tersaring dapat terbuang keluar. Untuk DAM yang
tidak menggunakan sistem back washing maka harus memiliki jadwal
penggantian tabung mikro filter secara rutin.
3. Desinfeksi
Desinfeksi dilakukan untuk membunuh kuman patogen yang tidak tersaring
pada proses sebelumya dengan menggunakan Ozon (O3) atau dengan penyinaran
ultra violet dengan panjang gelombang 254 nm. Atau kekuatan 2537 0A degan
intensitas minimum 10.000 mw detik per cm 2. Alat sterilisasi/desinfeksi yang
digunakan harus berfungsi dan digunakan secara benar, contohnya jika
kemampuan peralatan tersebut 8 GPM (gallon per minute) berarti kran pengisian
depot digunakan untuk mengisi maksimal 1,5 botol galon per menit nya.
4. Pembilasan, pencucian dan sterilisasi wadah
Wadah yang digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara pangan
(food grade) dan bersih. Depot Air Minum (DAM) wajib memeriksa wadah yang
dibawa konsumen dan menolak wadah yang dianggap tidak layak sebagai tempat
air minum. Wadah yang akan diisi harus dibersihkan dengan air minum produk
atau bila harus dicuci dengan deterjen harus digunakan deterjen untuk alat makan
(food grade) kemudian membilasnya dengan air minum produk sampai bersih.
Bila pembersihan menggunakan mesin sikat harus berhati-hati dan hanya sekitar
30 detik. Hal ini untuk menghindari tergoresnya bagian dalam botol/galon.
5. Pengisian

12
Pengisian wadah air minum dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin
serta dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis dan tertutup.

13
BAB III
PENUTUP

2
3.1 Kesimpulan
1. Air adalah unsur yang sangat penting dalam kehidupan seorang manusia dan
makhluk hidup lainnya. Segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh manusia
membutuhkan air, mulai dari mandi, makan dan minum serta aktivitas sehari-
hari.
2. Menurut peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang sumber air
dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu air permukaan, air tanah, air hujan dan
mata air.
3. Penyediaan air bersih, selain kuantitas, kualitasnya pun harus memenuhi
standar yang berlaku. Air minum yang ideal seharsnya jernih, tidak berbau,
tidak berwarna tidak berasa. Formulasi-formulasi yang dikemukakan dalam
angka-angka standar tentu saja memerlukan penilaian yang kritis dalam
menetapkan sifat-sifat dari tiap parameter kualitas air. Standar kualitas air
adalah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan sifat – sifat fisik, kimia,
radioaktif maupun bakteriologis yang menunjukkan persyaratan kualitas air
tersebut.
4. Untuk menjaga kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat dilakukan
pengawasan kualitas air minum secara eksternal dan internal. Pengawasan
kualitas air minum secara internal merupakan pengawasan yang dilaksanakan
oleh penyelenggara air minum untuk menjamin kualitas air minum yang
diproduksi sesuai dengan peraturan. Metode yang lazim digunakan dalam uji
laboratorium untuk pemeriksaan mikrobiologi adalah dengan Metode tabung
ganda. Berdasarkan Permenkes RI No.492/MenKes/Per/IV/2010
penyelenggara air minum adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik
daerah, koperasi, badan usaha swasta, usaha perseorangan, kelompok
masyarakat, dan atau individual yang melakukan penyelenggaraan
penyediaan air minum. Pengolahan air bersih menjadi air minum dapat

14
dilakukan dengan cara yang sederhana dan dengan teknologi pengolahan air
minum. Pengolahan air bersih menjadi air minum dengan teknologi dengan
proses penyaringan , proses desinfeksi menggunakan ozonisasi, penyinaran
ultraviolet, teknologi membran atau dikenal dengan teknologi Reverse
Osmosis telah digunakan oleh penyelenggara air minum dalam kemasan dan
penyelenggara air minum isi ulang atau Depot air minum. Proses filtrasi
dimaksudkan selain untuk memisahkan kontaminan tersuspensi juga
memisahkan campuran yang berbentuk koloid termasuk mikroorganinsme
dari dalam air. Desinfeksi bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang
tidak tersaring pada proses sebelumnya
5. Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 tentang
Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, urutan proses
produksi (pengoperasian) air minum di Depot Air Minum (DAM) adalah
sebagai berikut :
a. Penampungan air baku dan syarat penampungannya
b. Penyaringan
c. Desinfeksi
d. Pembilasan, pencucian, dan sterilisasi wadah
e. Pengisian

3.2 Saran
Dengan hasil pembahasan yang ada maka diharapkan kedepannya setiap
usaha air minum yang baru dirintis agar dapat memperhatikan semua hal-hal
yang telah ditetapkan pemerintah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aryani, T. (2017) ‘ANALISIS KUALITAS AIR MINUM KEMASAN


DITINJAU DARI PARAMETER FISIKA DAN KIMIA’, media ilmu
kesehatan, 6(April), p. `1-12. doi: 10.30989/mik.v6i1.172.
Gafur, A., Kartini, A. D. and Rahman (2017) ‘Studi Kualitas Fisik Kimia dan
Biologis pada Air Minum Dalam Kemasan Berbagai Merek yang Beredar
di Kota Makassar Tahun 2106’, higiene, 3(1), pp. 1–10.
Gusril, H. (2010) ‘STUDI KUALITAS AIR MINUM PDAM DI KOTA DURI
RIAU’, Jurnal Geografi, 8(2), pp. 190–197.
Masthura and Jumiati, E. (2017) ‘PENINGKATAN KUALITAS AIR
MENGGUNAKAN METODE ELEKTROKOAGULASI DAN FILTER
KARBON’, Jurnal Ilmu Fisika dan Teknologi, 1(2), pp. 1–6.
Naudita, R. et al. (2020) ‘GAMBARAN KUALITAS AIR BERSIH KAWASAN
DOMESTIK DI JAWA TIMUR PADA TAHUN 2019 DESCRIPTION
OF QUALITY OF CLEAN WATER IN DOMESTIC AREA IN EAST
JAVA IN 2019’, Journal Ikesma, 16(2), pp. 87–94.
Renngiwur, J., Lasaiba, I. and Mahulauw, A. (2016) ‘ANALISIS KUALITAS
AIR YANG DIKONSUMSI WARGA DESA BATU MERAH KOTA
AMBON’, Jurnal Biology Science & Education, 5(2), pp. 101–111.
Rosita, N. (2014) ‘Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang Beberapa Depot Air
Minum Isi Ulang ( DAMIU ) di Tangerang Selatan’, Jurnal Kimia, 4(2),
pp. 134–141.
Vaniandyani, N. and Widyastuti, M. (2012) ‘ANALISI KUALITAS AIR PDAM
TIRTA MANGGAR KOTA BALIKPAPAN’, (492), pp. 1–8.
Wandrivel, R., Suharti, N. and Lestari, Y. (2012) ‘Penelitian Kualitas Air Minum
Yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Bungus
Padang Berdasarkan Persyaratan Mikrobiologi’, jurnal kesehatan
andalas, 6(3), pp. 129–133.
Yulianti, I., Mukarromah, R. and Sunarno (2016) ‘ANALISIS SIFAT FISIS
KUALITAS AIR DI MATA AIR SUMBER ASEM DUSUN

16
KALIJERUK, DESA SIWURAN, KECAMATAN GARUNG,
KABUPATEN WONOSOBO’, Journal Fisika, 5(1), pp. 1–6.

17

Anda mungkin juga menyukai