Anda di halaman 1dari 64

Bab

4
Konsep Desain

4.1

Pengertian Air Bersih

Berdasarkan

Keputusan

1405/menkes/sk/xi/2002

Menteri
tentang

Kesehatan
Persyaratan

Republik
Kesehatan

Indonesia
Lingkungan

Nomor
Kerja

Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang
dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan
kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan dapat diminum apabila dimasak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, didapat beberapa
pengertian mengenai :
1. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku
adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah
dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk
air minum.
2. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
3. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tinja
manusia dari lingkungan permukiman.
4. Penyediaan

air

minum

adalah

kegiatan

menyediakan

air

minum

untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat,


bersih, dan produktif.
5. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu
kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air
minum.

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-1

BAB 4 Konsep Desain

6. Pengembangan
memperluas

SPAM

dan/atau

adalah

kegiatan

meningkatkan

yang

bertujuan

sistemfisik

(teknik)

membangun,
dan

non

fisik

(kelembagaan, manajemen,keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam


kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada
masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
7. Penyelenggaraan

pengembangan

SPAM

adalah

kegiatan

merencanakan,

melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau,


dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air
minum.
8. Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut Penyelenggara
adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan
usaha

swasta,

dan/atau

kelompok

masyarakat

yang

melakukan

penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum.

4.1.1

Sumber Air Bersih

Berdasarkan petunjuk Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu perihal


Pedoman Perencanaan dan Desain Teknis Sektor Air Bersih, disebutkan bahwa
sumber air baku yang perlu diolah terlebih dahulu adalah:
1. Mata air, Yaitu sumber air yang berada di atas permukaan tanah. Debitnya sulit
untuk diduga, kecuali jika dilakukan penelitian dalam jangka beberapa lama.
2. Sumur dangkal (shallow wells), Yaitu sumber air hasil penggalian ataupun
pengeboran yang kedalamannya kurang dari 40 meter.
3. Sumur dalam (deep wells), Yaitu sumber air hasil penggalian ataupun
pengeboran yang kedalamannya lebih dari 40 meter.
4. Sungai, Yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di daerah
pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau. Secara umum air baku yang
didapat dari sungai harus diolah terlebih dahulu, karena kemungkinan untuk
tercemar polutan sangat besar.
5. Danau dan Penampung Air (lake and reservoir), Yaitu unit penampung air dalam
jumlah tertentu yang airnya berasal dari aliran sungai maupun tampungan dari
air hujan.
Sumber-sumber air yang ada dapat dimanfaatkan untuk keperluan air minum
adalah (Budi D. Sinulingga, Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal, 1999):
1. Air hujan. Biasanya sebelum jatuh ke permukaan bumi akan mengalami
pencemaran sehingga tidak memenuhi syarat apabila langsung diminum.

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-2

BAB 4 Konsep Desain

2. Air permukaan tanah (surface water). Yaitu rawa, sungai, danau yang tidak
dapat diminum sebelum melalui pengolahan karena mudah tercemar.
3. Air dalam tanah (ground water). Yang terdiri dari air sumur dangkal dan air
sumur dalam. Air sumur dangkal dianggap belum memenuhi syarat untuk
diminum karena mudah tercemar. Sumber air tanah ini dapat dengan mudah
dijumpai seperti yang terdapat pada sumur gali penduduk, sebagai hasil
budidaya manusia. Keterdapatan sumber air tanah ini sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti topografi, batuan, dan curah hujan yang jatuh di
permukaan tanah. Kedudukan muka air tanah mengikuti bentuk topografi, muka
air tanah akan dalam di daerah yang bertopografi tinggi dan dangkal di daerah
yang bertopografi rendah.
Di lain pihak sumur dalam yang sudah mengalami perjalanan panjang adalah air
yang jauh lebih murni, dan pada umumnya dapat langsung diminum, namun
memerlukan

pemeriksaan

laboratorium

untuk

memastikan

kualitasnya.

Keburukan dari pemakaian sumur dalam ini adalah apabila diambil terlalu
banyak akan menimbulkan intrusi air asin dan air laut yang membuat sumber
air jadi asin, biasanya daerah-daerah sekitar pantai.
4. Mata air (spring water). Sumber air untuk penyediaan air minum berdasarkan
kualitasnya dapat dibedakan atas :
a. Sumber yang bebas dari pengotoran (pollution).
b. Sumber yang mengalami pemurniaan alamiah (natural purification).
c. Sumber yang mendapatkan proteksi dengan pengolahan buatan (artificial
treatment).

4.1.2

Standar Kualitas Air Baku

Air bersifat universal dalam pengertian bahwa air mampu melarutkan zat-zat yang
alamiah dan buatan manusia. Untuk menggarap air alam, meningkatkan mutunya
sesuai tujuan, pertama kali harus diketahui dahulu kotoran dan kontaminan yang
terlarut di dalamnya. Pada umumnya kadar kotoran tersebut tidak begitu besar.
Dengan berlakunya baku mutu air untuk badan air, air limbah dan air bersih, maka
dapat dilakukan penilaian kualitas air untuk berbagai kebutuhan. Di Indonesia
ketentuan mengenai standar kualitas air bersih mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 416 tahun 1990 tentang SyaratSyarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan
1990 Kriteria penentuan standar baku mutu air dibagi dalam tiga bagian yaitu:

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-3

BAB 4 Konsep Desain

1. Persyaratan kualitas air untuk air minum.


2. Persyaratan kualitas air untuk air bersih.
3. Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah beroperasi.
Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka kualitas
air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu :
1. Syarat fisik, antara lain:
a. Air harus bersih dan tidak keruh.
b. Tidak berwarna
c. Tidak berasa
d. Tidak berbau
e. Suhu antara 10o-25 o C (sejuk)
2. Syarat kimiawi, antara lain:
a. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun.
b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan.
c. Cukup yodium.
d. pH air antara 6,5 9,2.
3. Syarat bakteriologi, antara lain:
Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan
bakteri patogen penyebab penyakit.
Pada umumnya kualitas air baku akan menentukan besar kecilnya investasi
instalasi penjernihan air dan biaya operasi serta pemeliharaannya. Sehingga
semakin jelek kualitas air semakin berat beban masyarakat untuk membayar harga
jual air bersih.
Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.

173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan air harus memenuhi kuantitas dan kualitas,


yaitu:
1. Aman dan higienis.
2. Baik dan layak minum.
3. Tersedia dalam jumlah yang cukup.
4. Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-4

BAB 4 Konsep Desain

Mengenai parameter kualitas air baku, Depkes RI telah menerbitkan standar


kualitas air bersih tahun 1977 (Ryadi Slamet, 1984:122). Dalam peraturan tersebut
standar air bersih dapat dibedakan menjadi tiga kategori (Menkes No. 173/per/VII
tanggal 3 Agustus 1977) :
1. Kelas A. Air yang dipergunakan sebagai air baku untuk keperluan air minum.
2. Kelas B. Air yang dipergunakan untuk mandi umum, pertanian dan air yang
terlebih dahulu dimasak.
3. Kelas C. Air yang dipergunakan untuk perikanan darat.

4.1.3

Sistem Penyediaan Air Bersih

Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok antara lain: unit
sumber air baku, unit pengolahan, unit produksi, unit transmisi, unit distribusi dan
unit konsumsi.
1. Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih yang
mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air
tanah,

air

permukaan,

air

hujan

yang

jumlahnya

sesuai

dengan

yang

diperlukan.
2. Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi
kualitas

air bersih atau minum,

dengan pengolahan fisika,

kimia, dan

bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi syarat kesehatan
akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman bagi manusia.
3. Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang
menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang layak didistribusikan
ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem pengaliran gravitasi atau
pompanisasi. Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenisjenis sumber air menjadi air bersih. Teknologi pengolahan disesuaikan dengan
sumber air yang ada.
4. Unit transmisi berfungsi sebagai pengantar air yang diproduksi menuju ke
beberapa tandon atau reservoir melalui jaringan pipa.
5. Unit distribusi adalah merupakan jaringan pipa yang mengantarkan air bersih
atau minum dari tandon atau reservoir menuju ke rumah-rumah konsumen
dengan tekanan air yang cukup sesuai dengan yang diperlukan konsumen.
6. Unit konsumsi adalah merupakan instalasi pipa konsumen yang telah disediakan
alat pengukur jumlah air yang dikonsumsi pada setiap bulannya.

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-5

BAB 4 Konsep Desain

4.2

Proyeksi Kebutuhan Air Bersih

Semakin padat jumlah penduduk dan semakin tinggi tingkat kegiatan akan
menyebabkan semakin besarnya tingkat kebutuhan air. Variabel yang menentukan
besaran kebutuhan akan air bersih antara lain adalah sebagai berikut:
a. Jumlah penduduk
b. Jenis kegiatan
c. Standar konsumsi air untuk individu
d. Jumlah sambungan
Target

pelayanan

kebijaksanaan

dapat

nasional.

merupakan

potensi

Asumsi-asumsi

pasar

atau

yang

digunakan

lain

mengacu

pada

mengikuti

kecenderungan data yang ada di lapangan serta kriteria dan standar yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, yaitu seperti:
a. Cakupan pelayanan
b. Jumlah pemakai untuk setiap jenis sambungan
c. Jenis sambungan
d. Tingkat kebutuhan konsumsi air
e. Perbandingan SR/HU
f.

Kebutuhan Domestik dan Non Domestik

g. Angka kebocoran
h. Penanggulangan kebakaran
Perencanaan

pengadaan

sarana

prasarana

air

bersih

dilakukan

dengan

memperhitungkan jumlah kebutuhan air yang diperlukan bagi daerah perencanaan.


Proyeksi kebutuhan air dihitung dengan menggunakan data proyeksi jumlah
penduduk, standar kebutuhan air bersih, cakupan pelayanan, koefisien kehilangan
air, dan faktor puncak yang diperhitungkan untuk keamanan hitungan perencanaan.

4.2.1

Satuan Kebutuhan Air Bersih

Kebutuhan air terbagi atas kebutuhan untuk:


a. Rumah Tangga
b. Non Rumah Tangga
Pemerintah Indonesia telah menyusun program pelayanan air bersih sesuai dengan
kategori daerah yang dikelompokkan berdasarkan jumlah penduduk.

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-6

BAB 4 Konsep Desain

Tabel 4.1
N
o

Tingkat Pemakaian Air Rumah Tangga Sesuai Kategori Kota

Kategori Kota

1
2

Kota Metropolitan
Kota Besar

Kota Sedang

4
5
6

Kota Kecil
Kota Kecamatan
Kota
Pusat
Pertumbuhan
Sumber : SK-SNI Air Bersih

Tabel 4.2

Non Standar

150

Standar BNA
Standar IKK
Standar DPP

130
100
30

Sistem

> 1.000.000
500.000
1.000.000
100.000
500.000
20.000 100.000
< 20.000
< 3.000

Tingkat Pemakaian Air Non Rumah Tangga

No

Non Rumah Tangga


(fasilitas)
1
Sekolah
2
Rumah Sakit
3
Puskesmas
4
Peribadatan
5
Kantor
6
Toko
7
Rumah Makan
8
Hotel/Losmen
9
Pasar
10 Industri
11 Pelabuhan/Terminal
12 SPBU
13 Pertamanan
Sumber : SK-SNI Air Bersih

4.2.2

Non Standar
Non Standar

Tingkat
Pemakaian
Air
190
170

Jumlah
Penduduk

Tingkat Pemakaian Air


10 liter/hari
200 liter/hari
(0,5 - 1) m3/unit/hari
(0,5 - 2) m3/unit/hari
(1 - 2) m3/unit/hari
(1 - 2) m3/unit/hari
1 m3/unit/hari
(100 - 150) m3/unit/hari
(6 - 12) m3/unit/hari
(0,5 - 2) m3/unit/hari
(10 - 20) m3/unit/hari
(5 - 20) m3/unit/hari
25 m3/unit/hari

Kehilangan Air

Kehilangan air merupakan banyaknya air yang hilang. Hilang yang diperlukan bagi
penjagaan tujuan penyediaan air bersih, yaitu tercukupinya kualitas, kuantitas, dan
kontinuitasnya dan yang disebabkan aktivitas penggunaan dan pengolahan air.
Kehilangan ini ditentukan dengan mengalikan faktor tertentu (15-20%) dengan
angka total produksi air.
Kehilangan air dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu:
a. Kehilangan air rencana (unacounted for water)
Kehilangan air rencana memang dialokasikan khusus untuk kelancaran operasi
dan pemeliharaan fasilitas, faktor ketidaksempurnaan komponen fasilitas dan
hal lain yang direncanakan beban biaya.
b. Kehilangan air insidentil

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-7

BAB 4 Konsep Desain

Penggunaan air yang sifatnya insidentil, misalnya penggunaan air yang tidak
dialokasikan khusus, seperti pemadam kebakaran.
c. Kehilangan air secara administratif
Kehilangan air secara administratif adalah dapat disebabkan oleh:

Kesalahan pencatatan meteran

Kehilangan air akibat sambungan liar

Kehilangan akibat kebocoran dan pencurian illegal

Perencanaan kebutuhan air bersih yang aman biasanya memperhitungkan kondisi


pada

saat

terjadinya

kebutuhan

maksimum

(puncak).

Untuk

keamanan

perencanaan jalur transmisi dan instalasi pengolahan, digunakan faktor hari


puncak, sedangkan untuk keamanan rancangan reservoir dan distribusi, digunakan
faktor jam puncak.

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-8

BAB 4 Konsep Desain

Tabel 4.3

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

Hasil Proyeksi Kebutuhan Air di Kecamatan Sangkulirang dan Kaliurang

4-9

BAB 4 Konsep Desain

4.2.3

Kriteria Penyediaan Air Bersih

Untuk mendapatkan hasil perencanaan sistem penyediaan air bersih yang baik,
yaitu supply air tersedia setiap saat dengan debit dan tekanan yang cukup, serta
kualitas memenuhi syarat, maka diperlukan kriteria perencanaan agar sistem
berikut dimensi dan spesifikasi komponen sistem mempunyai kinerja yang baik.
Kriteria perencanaan yang digunakan berpedoman pada kriteria perencanaan dan
petunjuk teknik bidang air bersih. Secara umum kriteria perencanaan yang
digunakan dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih ini meliputi hal-hal
sebagai berikut:

Penentuan daerah pelayanan disesuaikan dengan kondisi setempat berdasarkan


kepadatan penduduk.

Cakupan pelayanan atau banyaknya penduduk yang dilayani sistem air bersih.

Tingkat pelayanan atau cara penyampaian air ke konsumen.

Usaha pelayanan air bersih ke konsumen pada umumnya melalui 2 cara yaitu
melalui

Sambungan

Rumah

(SR)

dan

Hydrant

Umum

(HU),

dengan

perbandingan berkisar antara 50:50 atau 80:20 dimana faktor cost recovery
merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan. Besarnya angka perbandingan
tersebut ditetapkan berdasarkan hasil survey dilapangan.

Kebutuhan dasar atau besarnya pemakaian air perhari, tergantung pada jenis
kawasan kota kecil, sedang dan metropolitan. Di daerah perkotaan, pemakaian
air untuk sambungan rumah adalah 100-120 l/org/hari sedangkan untuk
hydrant umum adalah 30 l/org/hari.

Pelayanan

fasilitas

non

domestik

diperhitungkan

sebesar

10-30%

dari

kebutuhan domestik.

Kebocoran/kehilangan air, biasanya diasumsikan sebesar 20% dari total


produksi.

Fluktuasi pemakaian air.

Pemakaian air pada hari maksimum = (1,10-1,15) x Qtotal.

Pemakaian air pada jam maksimum = (1,50-2,00) x Qtotal.

Pipa transmisi direncanakan untuk pengaliran air pada saat debit hari
maksimum.

Pipa distribusi direncanakan untuk pengaliran air pada saat debit jam puncak.

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-10

BAB 4 Konsep Desain

Kapasitas reservoir pada umumnya berkisar antara 15-20% dari total produksi
(Qmax).

Tekanan air dalam pipa:


o

Tekanan maksimum direncanakan sebesar 75 m kolom air

Tekanan minimum direncanakan sebesar 10 m kolom air

Kecepatan pengaliran dalam pipa


o

Transmisi 0,6 4,0 m/detik

Distribusi 0,6 2,0 m/detik

Koefisien kekasaran pipa


Untuk perhitungan hidrolis baik untuk pipa transmisi maupun distribusi,
koefisien kekasaran pipa (koefisien Hazen William) digunakan nilai sebagai
berikut:

Pipa PVC : 120 -140

Pipa Steel : 120

Pipa GIP : 110

Pipa distribusi, pengaliran pada konsumen dengan menggunakan jaringan pipa


yang direncanakan dapat mengalirkan air dengan jumlah sesuai kebutuhan jam
puncak dengan waktu pengaliran sepanjang 24 jam.

Tekanan dan kecepatan pengaliran di dalam pipa, tekanan statis maksimum


sebesar 75 mka atau tergantung pada spesifikasi komponen sistem. Kecepatan
pengaliran 0,3-3 m/detik.

Kriteria perencanaan didasarkan pada pedoman perencanaan sektor air bersih yang
dikeluarkan oleh Direktorat Air Bersih PU Cipta Karya.

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-11

BAB 4 Konsep Desain

Tabel 4.4
No
1

Uraian
Hidran Umum

Sambungan
Rumah

Pemadam
kebakaran

Alokasi dan Prosentase Pelayanan

Prosentase Pelayanan
Tergantung dari hasil studi dan
kebijakan
daerah
yaitu
berkisar
antara
20-40%
daerah pelayanan
Tergantung dari hasil studi dan
kebijakan
daerah
yaitu
berkisar
antara
60-80%
pelayanan

Tingkat Pelayanan
Tergantung dari hasil studi dan
kebijakan daerah yaitu berkisar
antara 50-100 jiwa/HU
Tingkat pemakaian air berdasarkan
kategori kota yaitu :
Metropolitan 190 l/org/hari
Kota Besar 170 l/org/hari
Kota Sedang 150 l/org/hari
Kota Kecil 130 l/org/hari
Kecamatan 100 l/org/hari
Dengan perkiraan 1 SR melayani 4-6
jiwa.

Kebutuhan
pemadam
kebakaran diambil 20% dari
kapasitas reservoir atau 5%
dari kebutuhan domestik
Sumber : Juknis Sistem Penyediaan Air Bersih Kimpraswil 1998

Tabel 4.5

No
1

Uraian

Pedoman Perencanaan Air Bersih PU Cipta Karya


Kategori Kota Berdasarkan Jumlah
Penduduknya
Kota Sedang
Kota Kecil
Perdesaan
100.000
20.000
3.000
500.000
100.000
20.000
100-150
100-150
90-100

Konsumsi unit Sambungan


Rumah (SR) l/org/hari
2
Persentase konsumsi unit
25-30
20-25
non domestik terhadap
konsumsi domestik
3
Persentase kehilangan air
15-20
15-20
(%)
4
Faktor Hari Maksimum
1.1
1.1
5
Faktor jam puncak
1.5-2.0
1.5-2.0
6
Jumlah jiwa per SR
6
5
7
Jumlah jiwa per Hidrant
100
100-200
Umum (HU)
8
Sisa tekan minimum di
10
10
titik
kritis
jaringan
distribusi (meter kolom
air)
9
Volume reservoir (%)
20-25
15-20
10 Jam operasi
24
24
11 SR/HU (dalam % jiwa)
80-20
70-30
Sumber : Juknis Sistem Penyediaan Air Bersih Kimpraswil 1998

4.2.4

10-20
15-20
1.1-1.25
1.5-2.0
4-5
100-200
10

12-15
24
70-30

Fluktuasi Penggunaan Air Bersih

Fluktuasi penggunaan air bersih adalah variasi penggunaan air yang dilakukan oleh
konsumen dari waktu ke waktu dalam skala jam, hari, minggu, bulan, dan tahun

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-12

BAB 4 Konsep Desain

yang hampir secara terus-menerus. Penggunaan air bersih ada kalanya lebih kecil
daripada kebutuhan rata-ratanya dan ada kalanya sama atau lebih besar daripada
rata-ratanya. Ada dua pengertian berkaitan dengan fluktuasi penggunaan air
bersih.
A. Faktor Hari Maksimum
Faktor

hari

maksimum

yaitu

faktor

perbandingan

antara

penggunaan

hari

maksimum dengan penggunaan air rata-rata harian selama setahun.


Q hari maks = fmd * Q hari rata-rata
Q hari maks = 1,1 * Q hari rata-rata
B. Faktor Jam Puncak
Faktor jam puncak yaitu perbandingan antara penggunaan air jam terbesar dengan
penggunaan air rata-rata selama hari maksimum.
Q jam puncak = fjp * Q hari maks
Q jam puncak = 1,5 * Q hari maks
Dimana:
Q hari maks

= kebutuhan air maksimum pada suatu hari

Q jam puncak = kebutuhan air maksimum pada saat tertentu dalam sehari

4.3
4.3.1

Unit-Unit Penyediaan Air Bersih


Bangunan Sumber Air Bersih

Bangunan air bersih merupakan unit bagian awal pada sistem penyediaan air
bersih. Bangunan ini terdiri dari dua bagian yaitu :
1. Bak Penangkapan
Bak penangkapan berfungsi sebagai tempat penangkap air yang keluar dari
sumber

air.

Mata

air

ada

pada

bagian

tengah

bangunan.

Bangunan

penangkapan terbuat dari beton dan pada bagian atas tertutup oleh plat untuk
tetap menjaga kebersihan air
2. Bak Pompa
Bak pompa berfungsi sebagai tempat pengisapan air sumber oleh pompa.
Ukuran bak pompa lebih kecil dibandingkan dengan ukuran bak penangkapan.
Bak pompa dan bak penangkapan dipisahkan oleh dinding pemisah. Pada bak

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-13

BAB 4 Konsep Desain

pompa terdapat pompa-pompa yang berfungsi untuk memompakan air ke


reservoir yang berada di kota.

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Tampak Atas Bak Sumber Air Bersih

Potongan Memanjang Bak Sumber Air Bersih

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-14

BAB 4 Konsep Desain

4.3.2

Reservoir

Kegunaan reservoir adalah sebagai tampungan untuk memenuhi kebutuhan air


konsumen yang naik turun dan sebagai pemantap tekanan dalam sistem distribusi.
Penyediaan
kapasitas

produksi
berdasarkan

reservoir

dilaksanakan

persamaan

dengan

tampungan

yaitu

menentukan
aliran

keluar

penetapan
reservoir

(produksi) sama dengan aliran masuk ditambah atau dikurangi dengan perubahan
tampungan. Atau dengan kata lain aliran keluar harus sama dengan aliran masuk
dikurangi buangan-buangan serta kehilangan-kehilangan yang terjadi. Yang juga
harus diperhatikan adalah letak reservoir ini harus sedekat mungkin ke pusat
pemakaian. Permukaan air reservoir harus cukup tinggi dan bertekanan cukup
sehingga aliran air bisa sampai ke sistem yang dilayani. Kapasitas reservoir
ditentukan berdasarkan ciri-ciri daerah yang dilayani. Reservoir di tempat yang
tinggi sangat baik digunakan untuk memantapkan tekanan.

Gambar 4.3

Reservoir yang Terletak Salah

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-15

BAB 4 Konsep Desain

Gambar 4.4

4.3.3

Reservoir yang Baik Letaknya

Sistem Transmisi

Air dari bak pengumpul disalurkan ke reservoir melalui pipa transmisi. Ada
beberapa cara penyaluran air melalui pipa transmisi menuju reservoir yang ada
dalam kota, antara lain :

Sistem transmisi dari sumber ke reservoir dengan sistem gravitasi

Sistem transmisi dari sumber ke reservoir dengan sistem pompa

Gambar 4.5

Transmisi dari Sumber Air ke Reservoir dengan Sistem Pompa


Elevated tank

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-16

BAB 4 Konsep Desain

Gambar 4.1

Transmisi dari Sumber Air ke Reservoir Menggunakan Sistem


Gravitasi

Keterangan :
H : beda tinggi antara sumber air terhadap reservoir
L

4.3.4

: jarak antara sumber air terhadap reservoir

Bangunan Penyadap

Untuk sumber air yang kualitas airnya kurang memenuhi syarat diperlukan adanya
sistem pengolahan air bersih sebelum siap dikonsumsi.
Sistem transmisi pengolahan air bersih ini dimulai dari sumber penyediaan air yang
diambil dengan bantuan penyadap untuk diteruskan ke bangunan pengolahan air
selanjutnya
1. Bangunan penyadap terbuka
Bangunan penyadap dalam bentuk yang paling sederhana ini terbuat dari
konstruksi batu kali atau beton. Bangunan ini berbentuk saluran pembagi aliran
dan biasanya dipakai untuk menyadap air pada sungai. Saluran ini dilengkapi
dengan pintu sorong yang apabila dibuka, maka air akan masuk ke saluran yang
akan membawa air yang disadap ke unit pengolahan air.
2. Bangunan penyadap sandar
Bangunan penyadap sandar adalah bangunan penyadap yang bagian pengaturnya
terdiri dari terowongan miring yang berlubang- lubang dan bersandar pada tebing
sungai. Untuk itu dibutuhkan pondasi batuan atau pondasi yang terdiri dari lapisan
yang cukup kokoh, agar dapat dihindari kemungkinan keruntuhan pada konstruksi
sandaran.

Untuk

menghindari

kelongsoran

pada

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

konstruksi

tersebut

maka

4-17

BAB 4 Konsep Desain

pembuatan penyangga dapat dilakukan pada tiap jarak 5 sampai 10 meter. Selain
itu sudut kemiringan pondasi sandaran tidak lebih dari 60.

4.4
4.4.1

Sistem Distribusi
Definisi Sistem Distribusi

Sistem distribusi air bersih adalah pendistribusian atau pembagian air melalui
sistem perpipaan dari bangunan pengolahan (reservoir) ke daerah pelayanan
(konsumen)
Dalam perencanaan sistem distribusi air bersih, beberapa faktor yang harus
diperhatikan antara lain adalah :

Daerah layanan dan jumlah penduduk yang akan dilayani daerah layanan ini
meliputi wilayah IKK (Ibukota Kecamatan) atau wilayah Kabupaten/ kotamadya.
Jumlah penduduk yang akan dilayani tergantung pada:
o

Kebutuhan

Kemauan/minat

Kemampuan atau tingkat sosial ekonomi masyarakat

Sehingga dalam satu daerah layanan belum tentu semua penduduk terlayani.

Kebutuhan air
Kebutuhan air adalah debit air yang harus disediakan untuk distribusi daerah
pelayanan

Letak topografi daerah layanan yang akan menentukan sistem jaringan dan pola
aliran yang sesuai

Jenis sambungan sistem


Jenis sambungan dalam sistem distribusi air bersih dibedakan meliputi:
o

Sambungan halaman : yaitu sambungan pipa distribusi dari pipa induk/ pipa
utama ke tiap-tiap rumah atau halaman

Sambungan rumah : yaitu sambungan pipa distribusi dari pipa induk/pipa


utama ke masing-masing utilitas rumah tangga

Hidran umum : merupakan pelayanan air bersih yang digunakan secara


komunal pada suatu daerah tertentu untuk melayani 100 orang dalam setiap
hidran umum

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-18

BAB 4 Konsep Desain

Terminal air: adalah distribusi air melalui pengiriman tangki-tangki air yang
diberikan pada daerah-daerah kumuh, daerah terpencil atau daerah yang
rawan air bersih.

Kran umum : merupakan pelayanan air bersih yang digunakan secara


komunal pada kelompok masyarakat tertentu, yang mempunyai minat tetapi
kurang mampu dalam membiayai penyambungan pipa ke masing-masing
rumah. Biasanya 1 kran umum dipakai untuk melayani kurang lebih 20
orang.

4.4.2

Pipa Distribusi

Pipa distribusi adalah pipa yang membawa air ke konsumen yang terdiri dari:

Pipa induk : yaitu pipa utama pembawa air yang membawa air kekonsumen

Pipa cabang : yaitu pipa cabang dari pipa induk

Pipa dinas : yaitu pipa pembawa air yang langsung melayani konsumen

4.4.3

Tipe Pengaliran

Tipe pengaliran sistem distribusi air bersih meliputi aliran gravitasi dan aliran secara
perpompaan. Tipe pengaliran secara gravitasi diterapkan bila tekanan air pada titik
terjadi yang diterima konsumen masih mencukupi. Jika kondisi ini tidak terpenuhi
maka pengaliran harus menggunakan sistem perpompaan.

4.4.4

Pola Jaringan

Macam pola jaringan sistem distribusi air bersih:


1. Sistem cabang
Adalah sistem pendistribusian air bersih yang bersifat terputus membentuk
cabang-cabang sesuai dengan daerah pelayanan.
Keuntungan:

Tidak membutuhkan perhitungan dimensi pipa yang rumit karena debit


dapat dibagi berdasarkan cabang-cabang pipa pelayanan.

Untuk pengembangan daerah pelayanan lebih mudah karena hanya tinggal


menambah sambungan pipa yang telah ada.

Kerugian:

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-19

BAB 4 Konsep Desain

Jika terjadi kebocoran atau kerusakan pengaliran pada seluruh daerah akan
terhenti

Pembagian debit tidak merata

Operasional lebih sulit karena pipa yang satu dengan yang lain saling
berhubungan

2. Sistem Loop
Sistem loop adalah sistem perpipaan melingkar dimana ujung pipa yang satu
bertemu dengan ujung pipa yang lain
Kentungan:

Debit terbagi rata karena perencanaan diameter berdasarkan pada jumlah


kebutuhan total

Jika terjadi kebocoran atau kerusakan atau perubahan diameter pipa maka
hanya daerah tertentu yang tidak mendapat pengaliran, sedangkan untuk
daerah yang tidak mengalami kerusakan aliran air tetap berfungsi.

Pengoperasian jaringan lebih mudah

Kerugian:

Perhitungan dimensi perpipaan membutuhkan kecermatan agar debit yang


masuk pada setiap pipa merata.

4.4.5

Perlengkapan Sistem Distribusi Air Bersih

1. Reservoir
Fungsi reservoir adalah untuk menampung air bersih yang telah diolah dan
memberi tekanan. Jenis-jenis reservoir :

Ground Reservoir
Adalah bangunan penampungan air bersih di bawah permukaan tanah

Elevated Reservoir
Adalah bangunan penampungan air yang terletak di atas permukaan tanah
dengan ketinggian tertentu sehingga tekanan air pada titik terjauh masih
tercapai.

2. Bahan pipa

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-20

BAB 4 Konsep Desain

Bahan pipa yang biasa digunakan untuk pipa induk adalah pipa galvanis, bahan
pipa cabang adalah PVC sedangkan untuk pipa dinas dapat digunakan pipa dari
jenis PVC atau galvanis.

Gambar 4.6

Pipa PDAM yang menggunakan pipa galvanis

3. Valve
Berfungsi untuk mengatur arah aliran air dalam pipa dan menghentikan air
pada suatu daerah apabila terjadi kerusakan.

Gambar 4.7

Valve (Box Pengatur)

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-21

BAB 4 Konsep Desain

4. Meter air
Berfungsi untuk mengukur besar aliran air yang melalui suatu pipa.

Gambar 4.8

Meter air

5. Flow restrictor
Berfungsi untuk pembatas air baik untuk rumah maupun kran umum agar aliran
merata.
6. Assesoris perpipaan
Terdapat beberapa assesoris perpipaan, antara lain Sok, Flens, Water mul dan
nipel, Penyambung gibault, Dop dan plug, Bend serta tee

Gambar 4.9

Penyambung gibault

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-22

BAB 4 Konsep Desain

4.5

Analisa Hidrolika

4.5.1

Dasar Hidrolika Terapan

Hidrolika adalah ilmu yang mepelajari perilaku air secara fisik dalam arti perilaku
perilaku yang ditelaah harus terukur secara fisik. Perilaku yang dipelajari meliputi
hubungan antara debit air yang mengalir dalam pipa dikaitkan dengan diameter
pipanya sehingga dapat diketahui gejala gejala yang timbul seperti tekanan,
kehilangan energi dan gaya-gaya lainnya. Hubungan gejala gejala akan dijelaskan
dalam formulasi empiris yang lazim dipakai dalam praktek.
Pada dasarnya dalam menelaah aspek hidrolika dalam pipa kita selalu beranggapan
atau berasumsi bahwa air adalah fluida yang mempunyai sifat incompresible atau
diasumsikan tidak mengalami perubahan volume / isi apabila terjadi tekanan.
Fluida yang bergerak di dalam pipa dianggap dalam kondisi steady state atau air
dianggap mempunyai kecepatan yang konstan dari waktu ke waktu apabila melalui
suatu pipa dengan diameter yang sama.
Fluida yang bergerak di dalam pipa juga dianggap dalam kondisi uniform flow
atau air dianggap mempunyai kecepatan yang seragam sepanjang pipa apabila
melalui suatu pipa dengan diameter yang sama.
Pada kenyataannya dilapangan kondisi yang dijelaskan dalam asumsi ini tidak
selalu tercapai terutama kondisi steady flow dan uniform flow. Penyimpangan
keadaan tersebut disebut keadaan transient yang umum terjadi pada saat awal
pembukaan dan penutupan valve. Efek yang timbul disebut sebagai water hammer
yang terefleksi dengan kejadian pengempisan pipa, pecahnya pipa atau dalam
keadaan yang ringan adalah terdengarnya suara ketukan ketukan palu dipipa besi.
Setiap aliran air dalam pipa juga harus memenuhi azas kontinuitas dimana
Q1 = Q2
Dimana :
Q1= Debit masuk di sisi 1 (m3/dt)
Q2 = Debit keluar di sisi 2 (m3/dt)
debit aliran yang masuk dalam sisi 1 akan keluar pada sisi 2 dengan debit yang
sama.
Debit air adalah volume air per satuan waktu. Debit air adalah luas penampang
pipa dikalikan dengan kecepatannya. Debit air yang masuk ke dalam pipa
mempunyai kecepatan aliran yang berbeda beda tergantung dari diameter pipanya

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-23

BAB 4 Konsep Desain

Kalau luas penampang pipa adalah sebanding kuadrat dengan diamaternya,


Q A v

2
d
4

Maka

2
d v
4

dimana :
v

= kecepatan aliran air pipa (m/dt)

= Luas penampang pipa m2

= diameter pipa di sisi (m)

= konstanta phi atau 22/7=3.14

/4

= 414.3 = 0,785 atau bila dibulatkan 0.8

Gambar 4.10

Model hidrolika pipa

Air masuk pipa bergerak dari sisi 1 dan keluar di sisi 2 sesuai dengan azas
kontiuitas energi yang ada di sisi 1 juga harus sama di sisi 2 . Maka Energi total 1
sama dengan Energi total 2 atau Etot1=Etot2.
Energi yang ada di sisi 1 apabila diuraikan lagi terdiri dari :
1. Energi Potensial

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-24

BAB 4 Konsep Desain

2. Energi Kinetik
3. Kehilangan Energi
Energi secara formal mempunyai satuan joule tetapi untuk sederhananya kajian
dinyatakan dengan tinggi kolom air.
Energi Potensial disini terdiri dari :
z

= muka tanah terhadap muka laut (m)

= beda tinggi dari muka air ke muka tanah

(m)

Energi kinetic air yang mengalir dipipa dinyatakan dengan

dimana v adalah kecepatan aliran air (m/dt) dan g adalah gravitasi (m/dt2).
z1+H1+ v1 /2g =z2+H2+ v2 /2g+hL ,
Etot1 = Etot2 ,
Sehingga persamaan ini lazim disebut sebagai persamaan Bernaulli.
Di sini dapat disimpulkan untuk menghitung sisa tekanan dalam realita, faktor
faktor penting untuk diketahui adalah:

Elevasi tanah dimana pipa diletakkan

(z)

Tenaga pendorong awal seperti menara air atau pompa (h1)

Kehilangan Energi atau Kehilangan Tekanan (hL)

Elevasi tanah didapat hari hasil pengukuran tanah yang baik. Tenaga pendorong
adalah kondisi menara atau per pompaan yang diperkirakan ketinggian tekannya
dengan baik sedangkan headloss dihitung berdasarkan rumusan rumusan empiris

4.5.2

Kehilangan Tekanan

Salah satu faktor yang penting dalam perhitungan hidrolis perpipaan adalah
perhitungan kehilangan tekanan. Ada beberapa rumusan yang dapat dipakai
dalam menghitung kehilangan tekanan yaitu :

Hazen William

Darcy Weisbach

De Chezy Manning

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-25

BAB 4 Konsep Desain

A. Persamaan Hazen William


Persamaan Hazen william adalah yang paling umum dipakai, persamaan ini lebih
cocok untuk menghitung kehilangan tekanan untuk pipa dengan diameter besar
yaitu diatas 100 mm. Selain itu rumus ini sering dipakai karena mudah dipakai.
Persamaan Hazen William secara empiris menyatakan bahwa debit yang mengalir
didalam pipa adalah sebanding dengan diameter pipa dan kemiringan hidrolis (S)
yang di nyatakan sebagai
Kehilangan tekanan (hL) dibagi dengan panjang pipa (L) atau

Disamping itu ada faktor C yang menggambarkan kodisi fisik dari pipa seperti
kehalusan dinding dalam pipa yang menggambarkan jenis pipa dan umur.
Secara umum rumus Hazen William adalah sebagai berikut:

Dimana ;

Dimana
L = adalah panjang pipa dari node 1 ke node 2
Apabila kehilangan tekanan atau hL yang akan dihitung maka :

C adalah (koefisien Hazen William) berbeda untuk berbagai jenis pipa sedangkan
untuk jenis pipa High Density Poly Ethylene (HDPE) nilai C (koefisien Hazen
William) adalah 130.
B. Persamaan Darcy Weisbach
Persamaan Darcy dapat di ditulis secara matematis

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-26

BAB 4 Konsep Desain

Kemudian secara empiris ditentukan faktor f

Dimana:
HL

= headloss

(m)

= faktor gesekan

= panjang pipa

(m)

= diameter pipa

(m)

= kecepatan aliran

(m/s)

= percepatan gravitasi

(m/s
)

Perumusan koefisien f yang paling lazim dipakai adalah dengan metoda Colebrook ,
nilai untuk koefisien Colebrook pada pipa jenis HDPE adalah 0,007.
Perumusan ini dipakai untuk aliran yang lebih laminer sehingga lebih cocok untuk
pipa dengan diameter kecil (< 50 mm). Tetapi untuk diamater yang lebih besar
biasa dipakai perumusan Hazen William.
C. Persamaan De Chezy denganKoofisien Manning
Persamaan ini umum dipakai di saluran terbuka, tetapi dapat pula dipakai di
jaringan perpipaan.

Dimana :
v

= kecepatan aliran (m/s)

= koefisien Manning

= jari-jari hidrolis (m)

= slope/kemiringan (m/km) HL = headloss (m)

= panjang saluran (m)

= luas penampang basah saluran (m2) P = keliling penampang basah


saluran (m)

Persamaan ini biasa digunakan untuk saluran terbuka (irigasi / drainase).

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-27

BAB 4 Konsep Desain

4.5.3

Tekanan Penggerak Air

Tekanan penggerak air yang ada di alam adalah gaya gravitasi sehingga air yang
diletakkan didalam suatu penampung atau reservoir pada suatu ketinggian
tertentu, tentunya akan mengalir ke bawah searah dengan gaya gravitasi. Pada
kasus ini tekanan awal penggerak yang biasa disebut
sebagai head awal (initial head) atau tekanan awal akan selalu sama walaupun
debit yang dialirkan berubah - ubah.
Selain mengunakan gaya gravitasi air dalam pipa juga dapat digerakkan oleh mesin
penggerak air atau pompa. Karakteristik pengaliran air oleh pompa sangat berbeda
dengan pengaliran dengan gravitasi. Tekanan pompa akan tidak sama dengan debit
air yang dihasilkan.
Misalnya kita tinjau suatu sistem perpipaan yang pada sisi 1 di pasang
pompa dan disisi 2 dipasang valve. Pada suatu Debit rencana (Qr) tekanan pompa
akan tertentu (h1r).

Gambar 4.11

Model hidrolika pipa dengan tekanan pompa

Pada saat valve di putar kecil atau di cek, tekanan pompa akan naik terus sampai
bila valve tertutup dan pompa tetap hidup, maka tekanan pompa akan berhenti
pada tekanan h10.
Tetapi sebaliknya pada saat pompa diputar lebih besar dari debit rencana (Q>Qr)
maka tekanan pompa akan turun (h1< h10).
Pada Gambar 4.13. ditunjukkan grafik tekanan pompa vs Debit yang dihasilkan.

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-28

BAB 4 Konsep Desain

Gambar 4.12
Bandingkan

kondisi

ini

Kurva Debit Air (Q) dengan tekanan pompa (h)


dengan

apabila

menggunakan

menara

air,

yang

menggunakan beda tinggi sebagai pendorong aliran air dalam pipa (lihat gambar
3.4.). Dari gambar ini dapat dilihat bahwa walaupun valve dibuka lebih besar
hingga debit air yang keluar besar maupun diperkecil hingga debit yang keluar
kecil, tekanan awal akan tetap sama

Gambar 4.13

Kurva Debit Air(Q) dengan Tekanan air (h) di Menara Air

Dalam praktek kedua sistem penggerak aliran ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Untuk dapat memahami perbedaan ini maka pengertian tentang
hidrolika jaringan pipa perlu di telaah

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-29

BAB 4 Konsep Desain

4.5.4

Hidrolika Jaringan Perpipaan

Jaringan perpipaan merupakan suatu rangkaian pipa yang saling terhubung satu
sama lain secara hidrolis, sehingga apabila di satu pipa mengalami perubahan debit
aliran maka akan terjadi penyebaran pengaruh ke pipa pipa yang lain. Pengaruh ini
dapat di deteksi dari segi perubahan tekanan yang ada di pipa.
Pipa yang tergabung dalam suatu jaringan pipa dapat dibedakan satu dengan yang
lain dari segi :

Panjang Pipa

Diamater Pipa

Jenis Pipa

Kedudukan pipa dalam jaringan


Kedudukan pipa dalam suatu jaringan dapat dinyatakan dengan :
o

Nomor pipa

Simpul atau node yang dihubungkan oleh pipa tersebut

Dalam suatu sistem jaringan air yang keluar dari node dikendalikan oleh sebuah
valve yang menghubungkan antara satu bagian jaringan dengan bagian lainnya.
Sedangkan secara kolektif air yang keluar dari satu node jaringan tergantung dari
perilaku konsumen atau pemakai air memakai air. Pemakaian air sendiri secara
hidrolis tergantung dari sisa tekanan pada node tersebut sedangkan faktor lain
yang mempengaruhi adalah tingkat kebutuhan konsumen akan air.
Sebagai asumsi misalnya 1 orang per hari memakai air 200 L/org/hari, bila sebuah
node melayani 500 orang maka satu node itu mengeluarkan air sebanyak 200
L/org/hari x 500 org = 100.000 L/hari atau 100 m3/hari atau atau rata rata dalam
1 detik adalah 100.000/3600/24=1,1574 L atau Q = 1,1574 L/dt. Hal ini berarti
debit air yang keluar dari node tersebut adalah 1,1574 L/dt.

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-30

BAB 4 Konsep Desain

4.6

Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Sangatta

Semakin padat jumlah penduduk dan semakin tinggi tingkat kegiatan akan
menyebabkan semakin besarnya tingkat kebutuhan air. Variabel yang menentukan
besaran kebutuhan akan air bersih antara lain adalah sebagai berikut:

a.

Jumlah penduduk

b.

Jenis kegiatan

c.

Standar konsumsi air untuk individu

d.

Jumlah sambungan

Proyeksi kebutuhan air sudah ditampilkan pada Tabel 4. dihitung perkiraan


kebutuhan air baku seperti yang disajikan dibawah ini.
Tabel 4.6

Kebutuhan Air Baku (liter/det)

No

Tahun

Hari Maksimum

Jam Maksimum

2014

11,96

16,31

2020

56,60

77,18

2028

101,73

138,72

2038

219,89

299,85

Perencanaan pipa transmisi berdasarkan Kebutuhan Hari Maksimum sedangkan


perencanaan pipa distribusi berdasarkan Kebutuhan Jam Maksimum. Karena sistem
penyediaan air baku di Kaliorang dang Sangkulirang mencapuk transmisi dan
distribusi maka perencanaan pipa diambil berdasarkan Kebutuhan Jam Maksimum
atau kebutuhan jam puncak. Maka sistem pelayanan air baku direncanakan dalam
3 tahap. Ketiga tahapan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini.
Tabel 4.7

4.7

Tahapan Pelayanan Air Baku Merauke.

Jangka Pendek

Sampai 2020

70 Liter/detik

Jangka Menengah

Sampai 2028

100 Liter/detik

Jangka Panjang

Sampai 2038

220 Liter/detik

Perencanaan Intake

Intake untuk air baku yang akan disuplai ke Kecamatan Kaliorang dan Sangkulirang
adalah kolam yang berada di dekat bekas bangunan PT API pada elevasi. Air baku
dari kolam ini dialirkan secara gravitasi menuju WTP yang terletak di Desa
Kaliorang. Setelah air diolah di WTP maka dialirkan ke dua buah Tandon. Masingmasing untuk mensuplai kebutuhan air bersih di Kecamatan Kaliorang dan
Kecamatan Sangkulirang. Pompa menuju Tandon Kaliorang berkapasitas 20 l/det

LAPORAN INTERIM Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-31

BAB 4 Konsep Desain

sedangkan untuk Tandon Sangkulirang berkapasitas 50 l/det. menggunakan


pompa.

4.7.1

Perencanaan Perpipaan

Pipa yang akan dipakai pada system transmisi air baku adalah Pipa HDPE dengan
panjang sekitar 27.789,7 m. Dalam perencanaan pipa digunakan persamaan Hazen
Wiliams sebagai dasar perhitungan yang mana digunakan rumus:

V 0,354CI 0 ,54 D 0 , 63
dimana :
V

: kecepatan aliran (m/dt)

: koefisien kekerasan relatif Hazen-Williams

: garis tengah pipa (m)

: kemiringan gradien hidraulik

Hf
L

Hf

: Kehilangan Tinggi Tekan akibat gesekan dengan dinding pipa.

: panjang pipa (m)

Hf

10,434 L Q1,85
C 1,85 D 4,8655

Q = Debit Pompa dalam liter/detik


Kecepatan aliran dalam pipa transmisi berkisar antara 0,6 m/dt s/d 4,0 m/det
sedangkan pada pipa distribusi 0,3 m/det s/d 2,0 m/det.
Perhitungan Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Gesekan (Hf).

Hf

10,434 L Q1,85
C 1,85 D 4,8655

Head Loss Minor bisa diabaikan karena Sistem transmisi yang panjang.
Di bawah ini beberapa perhitungan yang dilakukan untuk mendapatkan dimensi
pipa yang sesuai untuk jarak dan criteria pipa yang dibutuhkan.
L = 27.789,7 m
Q = 70 LPS
C = 130 (HDPE)
D = 12 in 305 mm
Hf = 86,0 m.

Tabel 4.8

Perhitungan dimensi pipa

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-32

BAB 4 Konsep Desain

in

Jenis
Pipa

Q
LPS

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

hf
m

m/km

m/det

4-33

BAB 4 Konsep Desain

27789

HDPE

130

70

618.2

22.2

2.2

27789

GIP

100

70

1004.5

36.1

2.2

27789

PVC

150

70

474.4

17.1

2.2

27789

10

HDPE

130

70

208.7

7.5

1.4

27789

10

GIP

100

70

339.2

12.2

1.4

27789

10

PVC

150

70

160.2

5.8

1.4

27789

12

HDPE

130

70

86.0

3.1

1.0

27789

12

GIP

100

70

139.7

5.0

1.0

27789

12

PVC

150

70

66.0

2.4

1.0

27789

15

HDPE

130

70

29.0

1.0

0.6

27789

15

GIP

100

70

47.2

1.7

0.6

27789

15

PVC

150

70

22.3

0.8

0.6

27789

20

HDPE

130

70

7.2

0.3

0.3

27789

20

GIP

100

70

11.6

0.4

0.3

27789

20

PVC

150

70

5.5

0.2

0.3

Daya pompa yang dibutuhkan dihitung dengan formula:

QH
HP
75
Keterangan :
P

: Daya pompa (tenaga kuda)

: Debit = 70 LPS = 0,07 m3/detik

: Densitas atau kepadatan (density) (kg/m3) = 1.000 kg/det3

: Total tekanan (m)

: Efisiensi pompa ( 60 % - 75 %)

HP

: Daya kuda (Horse Power)

0,3 86 1000
= 78.560 Watt = 78,6 KWatt
75 0,75

Jika system memakai satu pompa maka untuk mengatasi Hf paling tidak diperlukan
pompa dengan Tinggi Tekan 86 m dengan debit 300 LPS. Hal tersebut tidak dapat
dipenuhi karena tinggi tekan yang direncanakan tidak dapat lebih dari 75 m. Maka
system akan memakai satu pompa booster diposisikan di pertengahan jalur
transmisi yaitu di KM +26,6, tepatnya di antara Desa Senayu dan Sermayam 2.
Lokasi pompa booster dapat dilihat pada Gambar 2.
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas maka diameter pipa yang akan dipakai adalah 12
inci atau 305 mm.

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-34

BAB 4 Konsep Desain

Air setelah dipompa dan masuk ke dalam pipa akan mengalami perubahan tekanan.
Kriteria tekanan dalam pipa tidak boleh lebih dari 75 m karena pipa HDPE yang
akan digunakan hanya dapat menahan tekanan sekitar 8 Bar atau 80 m kolom air.
Sebagai alat bantu dipakai EPANET Versi 2.0 untuk mensimulasikan perubahan
tinggi tekan di sepanjang pipa. Dari hasil perangkat lunak tersebut didapat bahwa
kecepatan aliran rata-rata dalam pipa transmisi adalah sekitar 1,03 m/detik, hal ini
masih masuk kriteria yang diizinkan yaitu antara 0,6 sampai 4,0 m/det. Sedangkan
kehilangan tinggi tekan per 1 km adalah antara 1,55 sampai 1,68.
Untuk mengatasi sedimentasi di dalam pipa transmisi maka di setiap perlintasan
sungai dipasang Wash Out.
Berikut di bawah ini gambar yang menunjukan profil elevasi permukaan tanah dan
tekanan air di sepanjang pipa transmisi dari Kolam sampai Sangkulirang sepanjang
27.789,7.

4.8
4.8.1

Penggunaan Software EPANET


Tampilan Epanet

Tampilan dasar epanet dapat dilihat pada gambar berikut yang terdiri dari elemen elemen :
1. Menu bar
2. 2 buah tool bar
3. Status bar
4. Network map windows
5. Browser window, dan Property Editor window
Penjelasan masing-masing elemen dapat dilihat pada gambar berikut ini :

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-35

BAB 4 Konsep Desain

Gambar 4.14
Epanet

memodelkan

sistem

Tampilan pada Software Epanet 2.0


distibusi

air

sebagai

kumpulan

garis

yang

menghubungkan node node. Garis menggambarkan pipa, pompa dan katub kontrol.
Sedangkan node menggambarkan sambungan (Junction), tangki, dan reservoir.
Gambar di bawah mengilustrasikan bagaimana node - node dan garis dapat
dihubungkan satu dengan lainnya untuk membentuk sebuah jaringan.

Gambar 4.15

Komponen fisik pada sistem distribusi air

Epanet mengandung dua buah objek fisik yang dapat muncul pada peta jaringan,
dan objek nonfisik yang mencakup design dan informasi operasional.

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-36

BAB 4 Konsep Desain

TANDON
SANGKULIRANG
X = 607803.15
Y = 108320.62
Z = 50
TANDON KALIORANG
TANDON
X = 596822.58
Y = 98505.44
Z = 118

X = 596822.58
Y = 596822.58
Z = 90

POMPA BOOSTER
X = 594077.78
Y = 101807.97
Z = 55

RESERVOIR
X = 588999.40
Y = 97213.40
Z = 265

WTP
X = 592678.95
Y = 101369.99
Z = 51
Gambar 4.16

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

POMPA BOOSTER
X = 594039.70
Y = 101764.21
Z = 88

Skema jaringan air baku Kabupaten Sangatta.

4-37

BAB 4 Konsep Desain

Gambar 4.17

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

Profil elevasi trache pipa transmisi

4-38

BAB 4 Konsep Desain

Gambar 4.18

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

Profil tekanan di sepanjang pipa transmisi

4-39

BAB 4 Konsep Desain

TANDON
SANGKULIRANG

WTP

POMPA
BOOSTER

BPT

TANDON
KALIORANG

RESERVOIR
Gambar 4.19

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

Debit pengaliran di sepanjang pipa transmisi.

4-40

BAB 4 Konsep Desain

TANDON
SANGKULIRANG

TANDON
KALIORANG

POMPA
BOOSTER
WTP

BPT
REVERVOIR
Gambar 4.20

Kecepatan pengaliran di sepanjang pipa transmisi.

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-41

BAB 4 Konsep Desain

4.8.2

Objek Fisik

Objek fisik yang muncul pada epanet adalah node dan link , node tersebut terdiri
dari Junction ( Sambungan ), Reservoir, Tanki dan Link terdiri dari Pipa, Pompa,
Valve.
.A

Sambungan (junction)

Sambungan (junction) adalah titik pada jaringan dimana garis-garis bertemu dan
dimana air masuk atau meninggalkan jaringan. informasi yang dibutuhkan bagi
sambungan (junction) adalah:

Junction ID ( Nomor sambungan )

Coordinate (X,Y)

Description

Tag ( Tambahan teks tanpa spasi)

Elevation

Base Demand ( Kebutuhan dasar nominal )

Demand Pattern ( Kebutuhan dengan Pola Waktu )

Demand Categories

Emitter Coefficient

Initial Quality ( Level kualitas air )

Source Quality

Hasil komputasi ( analisa ) untuk sambungan (junction) pada seluruh periode


waktu simulasi adalah :

Demand Actual ( total demand )

Head Hidrolis ( Penjumlahan elevasi dengan head pressure )

Tekanan (pressure)

Kualitas Air

.B

Reservoir

Reservoir adalah node yang menggambarkan sumber eksternal yang terus menerus
mengalir ke jaringan. Diasumsikan untuk menggambarkan seperti danau, sungai,
akuifer air tanah, dan koneksi dari sistem lain. Reservoir juga dijadikan titik sumber
kualitas air. Informasi yang dibutuhkan Reservoir adalah

Reservoir ID ( Nomor reservoir )

Coordinate (X,Y)

Description

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-42

BAB 4 Konsep Desain

Tag ( Tambahan teks tanpa spasi)

Total Head

Head Pattern

Initial Quality ( Level kualitas air )

Source Quality

Hasil komputasi ( analisa ) pada Reservoir seluruh periode waktu simulasi adalah
Net Inflow , Pressure dan Kualitas Air
.C

Tanki

Tanki membutuhkan node dengan data kapasitas, dimana volume air yang
tersimpan dapat bervariasi berdasar waktu selama semulasi berlangsung. Informasi
yang dibutuhkan Tanki adalah:

Tank ID ( Nomor tangki )

Coordinate (X,Y)

Description

Tag ( Tambahan teks tanpa spasi)

Elevation

Initial Level

Minimum Level

Maximum Level

Diameter

Minimum Volume

Volume Curve

Mixing Model ( Model Pengadukan )

Mixing Fraction

Reaction Coefficient

Initial Quality ( Level kualitas air )

Source Quality

Hasil komputasi ( analisa ) pada Reservoir seluruh periode waktu simulasi adalah
Tekanan Hidrolis (elevasi permukaan air), Kualitas air.
.D

Pipa

Pipa adalah penghubung yang membawa air dari satu poin ke poin lainnya dalam
jaringan. epanet mengasumsikan bahwa semua pipa adalah penuh berisi air setiap

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-43

BAB 4 Konsep Desain

waktunya. Arah aliran adalah dari titik dengan tekanan hidrolik tertinggi menuju
titik dengan tekanan rendah. Informasi yang dibutuhkan pipa adalah :

Pipe ID ( Nomor pipa )

Start Node

End Node

Tag ( Tambahan teks tanpa spasi)

Length ( Panjang pipa )

Diameter

Roughness ( Koefesien kekasaran pipa )

Loss Coefficient ( Minor Losses )

Initial Status

Bulk Coefficient

Wall Coefficient

Hasil komputasi ( analisa ) Pipa pada periode waktu simulasi adalah:

Flow ( Laju aliran )

Velocity ( Kecepatan )

Unit Headloss ( Kehilangan Tekanan )

Faktor friksi Darcy-Weisbach

Rata-rata Laju reaksi (sepanjang pipa)

Rata-rata Kualitas air (sepanjang pipa)

Quality

Status pipa ( terbuka / tertutup

.E

Pompa

Pompa adalah link yang memberi tenaga ke fluida untuk menaikkan head
hidrolisnya. Informasi yang dibutuhkan pump ( pompa ) adalah :

Pump ID ( Nomor pompa )

Start Node

End Node

Tag ( Tambahan teks tanpa spasi)

Pump Curve ( Label ID dari Curve pompa )

Power ( Tenaga yang disupplay pompa )

Speed ( Pengaturan kecepatan relatif dari pompa )

Pattern ( pola waktu )

Initial Status

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-44

BAB 4 Konsep Desain

Efficiency Curve ( Label ID dari kurva effiseinsi pompa )

Energy Price

Price Pattern

Hasil komputasi ( analisa ) Pompa pada periode waktu simulasi adalah :

Flow ( Laju aliran )

Headloss

Quality

Status.

.F

Valves

Valve adalah sebuah link yang membatasi tekanan atau flow , pada suatu node
sebuah jaringan. Informasi yang dibutuhkan Valve adalah :

Valve ID ( Nomor Valve )

Start Node

End Node

Description

Tag ( Tambahan teks tanpa spasi)

Diameter

Type Valve ( PRV, PSV, PBV, FCT, TCV )

Setting Valve

Loss Coefficinct

Fixed Status

Hasil komputasi ( analisa ) Valve pada periode waktu simulasi adalah :

Flow

Velocity

Headloss

Quality

Status

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-45

BAB 4 Konsep Desain

4.8.3

Objek Non Fisik.

Objek nonfisik yang mencakup design dan informasi operasional, yang terdiri dari
Time Pattern ( Pola Waktu ), Curve ( Kurva ).
.A

Time pattern ( Pola Waktu )

Pola Waktu (time pattern) berupa kumpulan faktor pengali yang dapat diaplikasikan
sebagai kuantitas yang bervariasi terhadap waktu. Kebutuhan di tiap node, Head
Reservoar, pompa, dan input sumber kualitas air dapat terikat pada pola waktu.
Interval waktu yang digunakan dalam seluruh pola merukapan nilai yang tetap,
diatur dalam Time Options. Dengan Interval tersebut kuantitas berlangsung secara
konstan, sebanding dengan hasil dari nilai nominal dan faktor pengali dalam
periode waktu. Meskipun pola waktu harus dilakukan dalam interval waktu yang
sama, setiap periode dapat berupa angka yang berbeda. Ketika periode simulasi
melebihi dari jumlah periode dalam pola, maka pola akan kembali ke periode awal
lagi.

Gambar 4.21

Pattren Editor

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-46

BAB 4 Konsep Desain

.B

Kurva

Kurva adalah obyek yang mengandung rangkaian data yang menjelaskan tentang
hubungan antara dua besaran, model dalam epanet dapat menyediakan tipe kurva
sebagai berikut :
a) Kurva Pompa
b) Kurva Effisiensi c) Kurva Volume
c) Kurva Head Loss

4.8.4

Analisis Running

Dalam pemodelan ini sumber air yang di gunakan adalah sumber air GMP yang di
modelkan sebagai reservoir,dari reservoir kemudian dialirkan menggunakan pipa
12

hingga

WTP

(T-232)

kemudian

dari

WTP

ke

kecamatan

Kali

Orang

menggunakan pipa dengan 8 dilengkapi dengan 1 buah pompa dan tangki air
dengan kapasitas 500 m sedangkan untuk kecamataan Sangkulirang pipa yang
digunakan adalah 10 dilengkapi dengan 1 buah pompa, 1 buah boster dan
tangki air dengan kapasitas 500 m.
Dari hasil analisis pemodelan EPANET 2.0 diketahuai bahwa dengan pemodelan
tersebut air dapat mencapai ke kecamatan Sangkulirang dan Kaliorang dengan
kecepatan mengalir air 6.5 L/S dan kecepatan aliran 0.58 m/s pada Kec.Kaliorang
dan kecepatan mengalir 16.5 L/S dan kecepatan aliran 0.32 m/s pada Kecamatan
Sangkulirang

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-47

BAB 4 Konsep Desain

4.9

Konsep Pengolahan Air Bersih

4.9.1

Umum

Pada umumnya Instalasi Pengolahan Air bersih merupakan suatu sistem yang
mengkombinasikan proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan disinfeksi
serta dilengkapi dengan pengontrolan proses juga instrumen pengukuran yang
dibutuhkan. Instalasi ini harus didesain untuk menghasilkan air yang layak
dikonsumsi masyarakat bagaimanapun kondisi cuaca dan lingkungan. Selain itu,
sistem dan subsistem dalam instalasi yang akan didesain harus sederhana, efektif,
dapat diandalkan, tahan lama, dan murah dalam pembiayaan (Kawamura, 1991).
Tujuan dari sistem pengolahan air bersih yaitu untuk mengolah sumber air baku
menjadi air bersih yang sesuai dengan standar kualitas, kuantitas, dan kontinuitas.
Tingkat pengolahan air bersih ini tergantung pada karakteristik sumber air baku
yang digunakan. Sumber air baku berasal dari air permukaan dan air tanah. Air
permukaan cenderung memiliki tingkat kekeruhan yang cukup tinggi dan adanya
kemungkinan kontaminasi oleh mikroba yang lebih besar. Untuk pengolahan
sumber air baku yang berasal dari air permukaan ini, unit filtrasi hampir selalu
diperlukan.

Sedangkan

air

tanah

memiliki

kecenderungan

untuk

tidak

terkontaminasi dan adanya padatan tersuspensi yang lebih sedikit. Akan tetapi, gas
terlarut

yang

ada

pada

air

tanah

ini

harus

dihilangkan,

demikian

juga

kesadahannya (ion-ion kalsium dan magnesium).


Eksplorasi

air

tanah

secara besar-besaran sebagai

sumber

air

baku

tidak

memungkinkan lagi karena selain air tanah dangkal telah banyak terpakai,
pemakaian air tanah dalam akan membahayakan masyarakat sekitar. Penggunaan
air tanah dalam akan menimbulkan ruang kosong di dalam tanah. Ruang kosong ini
akan sangat rentan terhadap goyangan lempeng bumi yang akan mengakibatkan
kelongsoran. Dengan pertimbangan tersebut, eksplorasi air ditekankan pada
peningkatan eksplorasi air permukaan dari sungai-sungai yang ada.
Secara umum, proses pengolahan air minum dengan sumber air baku yang berasal
dari air permukaan dapat digambarkan sebagai berikut:

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-48

BAB 4 Konsep Desain

Gambar 4.22

4.9.2

Skema Pengolahan Air Minum

Unit Instalasi Pengolahan Air Bersih

A. Bangunan Penangkap Air (Intake)


Intake merupakan bangunan penangkap atau pengumpul air baku dari suatu
sumber sehingga air baku tersebut dapat dikumpulkan dalam suatu wadah untuk
selanjutnya diolah. Unit ini berfungsi untuk:

Mengumpulkan air dari sumber untuk menjaga kunatitas debit air yang
dibutuhkan oleh instalasi pengolahan.

Menyaring benda-benda kasar dengan menggunakan bar screen.

Mengambil air baku sesuai dengan debit yang diperlukan oleh instalasi
pengolahan yang direncanakan demi menjaga kontinuitas penyediaan dan
pengambilan air dari sumber.

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-49

BAB 4 Konsep Desain

Bangunan intake dilengkapi dengan screen, pintu air, dan saluran pembawa.

B. Bak Penenang
Bak penenang digunakan dengan tujuan untuk menstabilkan tinggi muka air baku
yang dialirkan melalui sistem perpipaan dari intake. Unit ini juga mengatur dan
menampung air baku, sehingga jumlah air baku yang akan diproses pada instalasi
pengolahan air minum bisa dilaksanakan dengan mudah dan akurat.
Kriteria desain dari bak penenang ini adalah sebagai berikut :

Bak penenang dapat berbentuk bulat maupun persegi panjang.

Overflow berupa pipa atau pelimpah diperlukan untuk mengatasi terjadinya


tinggi muka air yang melebihi kapasitas bak. Pipa overflow harus dapat
mengalirkan minimum 1/5 x debit inflow

Freeboard dari bak penenang sekurang-kurangnya 60 cm.

Waktu detensi bak penenang > 1,5 menit

C. Koagulasi
Koagulasi didefinisikan sebagai destabilisasi muatan pada koloid dan partikel
tersuspensi, termasuk bakteri dan virus, oleh suatu koagulan. Pengadukan cepat
(flash mixing) merupakan bagian terintegrasi dari proses ini. Destabilisasi partikel
dapat diperoleh melalui mekanisme:
1. Pemanfaatan lapisan ganda elektrik
2. Adsorpsi dan netralisasi muatan
3. Penjaringan partikel koloid dalam presipitat
4. Adsorpsi dan pengikatan antar partikel
Secara umum proses koagulasi berfungsi untuk:
1. Mengurangi kekeruhan akibat adanya partikel koloid anorganik maupun organik
di dalam air.
2. Mengurangi warna yang diakibatkan oleh partikel koloid di dalam air.
3. Mengurangi bakteri-bakteri patogen dalam partikel koloid, algae, dan organisme
plankton lain.
4. Mengurangi rasa dan bau yang diakibatkan oleh partikel koloid dalam air.

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-50

BAB 4 Konsep Desain

Pemilihan koagulan sangat penting untuk menetapkan kriteria desain dari sistem
pengadukan, serta sistem flokulasi dan klarifikasi yang efektif. Koagulan sebagai
bahan kimia yang ditambahkan ke dalam air tentunya memiliki beberapa sifat atau
kriteria tertentu, yaitu :
1. Kation trivalen (+3)
Koloid bermuatan negatif, oleh sebab itu dibutuhkan suatu kation untuk
menetralisir muatan ini. Kation trivalen merupakan kation yang paling efektif.
2. Non toksik
3. Tidak terlarut pada batasan pH netral
Koagulan yang ditambahkan harus berpresipitasi di luar larutan sehingga ion tidak
tertinggal dalam air. Presipitasi seperti ini sangat membantu dalam proses
penyisihan koloid.
Koagulan yang paling umum digunakan adalah koagulan yang berupa garam logam,
seperti alumunium sulfat, ferri klorida, dan ferri sulfat. Polimer sintetik juga sering
digunakan sebagai koagulan. Perbedaan antara koagulan yang berupa garam logam
dan polimer sintetik adalah reaksi hidrolitiknya di dalam air. Garam logam
mengalami hidrolisis ketika dicampurkan ke dalam air, sedangkan polimer tidak
mengalami hal tersebut. Pembentukan produk hidrolisis tersebut terjadi pada
periode yang sangat singkat, yaitu kurang dari 1 detik dan produk tersebut
langsung teradsorb ke dalam partikel koloid serta menyebabkan destabilisasi
muatan listrik pada koloid tersebut, setelah itu produk hidrolisis secara cepat
terpolimerisasi melalui reaksi hidrolitik. Oleh sebab itu, pada pembubuhan koagulan
yang berupa garam logam, proses pengadukan cepat (flash mixing/rapid mixing)
sangat penting, karena:
1. Hidrolisis dan polimerisasi adalah reaksi yang sangat cepat
2. Suplai

koagulan

dan

kondisi

pH

yang

merata

sangat

penting

untuk

pembentukan produk hidrolitik


3. Adsorpsi spesies ini ke dalam partikel koloid berlangsung cepat.
Sedangkan pada penggunaan koagulan polimer hal tersebut tidak terlalu kritis
karena reaksi hidrolitik tidak terjadi dan adsorpsi koloid terjadi lebih lambat karena
ukuran fisik polimer yang lebih besar, yaitu sekitar 2-5 detik.
Pada penggunaan alumunium sulfat sebagai koagulan, air baku harus memiliki
alkalinitas yang memadai untuk bereaksi dengan alumunium sulfat

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-51

BAB 4 Konsep Desain

menghasilkan flok hidroksida. Umumnya, pada rentang pH dimana proses koagulasi


terjadi alkalinitas yang terdapat dalam bentuk ion bikarbonat. Reaksi kimia
sederhana pada pembentukan flok adalah sebagai berikut :
Al2(SO4)3 14 H2O + 3 Ca(HCO3)2 2 Al(OH)3 + 3 CaSO4 + 14 H2O + 6 CO2
Apabila air baku tidak mengandung alkalinitas yang memadai, maka harus
dilakukan

penambahan

alkalinitas.

Umumnya

alkalinitas

dalam

bentuk

ion

hidroksida diperoleh dengan cara menambahkan kalsium hikdrosida, sehingga


persamaan reaksi koagulasinya menjadi sebagai berikut :
Al2(SO4)3 14 H2O + 3 Ca(OH)2 2 Al(OH)3 + 3 CaSO4 + 14 H2O
Sebagian besar air baku memiliki alkalinitas yang memadai sehingga tidak
diperlukan penambahan bahan kimia lain selain alumunium sulfat. Rentang pH
optimum untuk alum adalah 4.5 sampai dengan 8.0, karena alumunium hidroksida
relatif tidak larut pada rentang tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi antara lain :
1. Intensitas pengadukan
2. Gradien kecepatan
3. Karakteristik koagulan, dosis, dan konsentrasi
4. Karakteristik air baku, kekeruhan, alkalinitas, pH, dan suhu
Pendekatan rasional untuk mengevaluasi pengadukan dan mendesain bak tempat
pengadukan dilakukan telah dikembangkan oleh T.R. Camp (1955). Derajat
pengadukan didasarkan pada daya (power) yang diberikan ke dalam air,dalam hal
ini diukur oleh gradien kecepatan. Laju tabrakan partikel proporsional terhadap
gradien

kecepatan

ini,

sehingga

gradien

tersebut

harus

mencukupi

untuk

menghasilkan laju tabrakan partikel yang diinginkan.


Dikarenakan proses koagulasi dipengaruhi oleh faktor nomor 3 dan 4 di atas, maka
dosis koagulan yang akan digunakan pada proses koagulasi ditentukan melalui
prosedur jar tes di laboratorium. Pada dasarnya prosedur jar tes tersebut
merupakan simulasi dari proses koagulasi dimana sampel air baku dituangkan pada
satu seri gelas reaksi dan dibubuhkan koagulan dalam berbagai dosis, kemudian
diberi putaran dengan kecepatan tinggi dan rendah untuk meniru proses koagulasi
dan flokulasi. Aspek terpenting yang harus diperhatikan pada proses ini adalah
waktu terbentuk flok, ukuran flok, karakteristik sedimentasi, persentase turbiditas
dan warna yang dihilangkan, dan pH akhir air yang telah terkoagulasidan
terendapkan.

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-52

BAB 4 Konsep Desain

Pengadukan Cepat (Rapid Mixing)


Tipe alat yang biasanya digunakan untuk memperoleh intensitas pengadukan dan
gradien kecepatan yang tepat bisa diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Pengaduk Mekanis
Pengadukan secara mekanis adalah metode yang paling umum digunakan karena
metode ini dapat diandalkan, sangat efektif, dan fleksibel pada pengoperasiannya.
Biasanya pengadukan cepat menggunakan turbine impeller, paddle impeller, atau
propeller untuk menghasilkan turbulensi (Reynolds, 1982). Pengadukan tipe ini pun
tidak terpengaruh oleh variasi debit dan memiliki headloss yang sangat kecil.
Apabila terdapat beberapa bahan kimia yang akan dibubuhkan, aplikasi secara
berurutan lebih dianjurkan, sehingga akan membutuhkan kompartemen ganda.
Untuk menghasilkan pencampuran yang homogen, koagulan harus dimasukkan ke
tengah-tengah impeller atau pipa inlet.
2. Pengaduk Pneumatis
Pengadukan tipe ini mempergunakan tangki dan peralatan aerasi yang kirakira
mirip dengan peralatan yang digunakan pada proses lumpur aktif. Rentang waktu
detensi dan gradien kecepatan yang digunakan sama dengan pengadukan secara
mekanis. Variasi gradien kecepatan bisa diperoleh dengan memvariasiakan debit
aliran udara. Pengadukan tipe ini tidak terpengaruh oleh variasi debit memiliki
headloss yang relatif kecil.
3. Pengaduk Hidrolis
Pengadukan secara hidrolis dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain
dengan menggunakan baffle basins, weir, flume, dan loncatan hidrolis. Hal ini dapat
dilakukan karena masing-masing alat tersebut menghasilkan aliran yang turbulen
karena terjadinya perubahan arah aliran secara tiba-tiba. Sistem ini lebih banyak
dipergunakan di negara berkembang terutama di daerah yang jauh dari kota besar,
sebab pengadukan jenis ini memanfaatkan energi dalam aliran yang menghasilkan
nilai gradient kecepatan (G) yang tinggi, serta tidak perlu mengimpor peralatan,
mudah dioperasikan, dan pemeliharaan yang minimal (Schulz/Okun, 1984). Tetapi
metode ini memiliki kekurangan antara lain tidak bisa disesuaikan dengan keadaan
dan aplikasinya sangat terbatas pada debit yang spesifik.
D. Flokulasi
Flokulasi adalah tahap pengadukan lambat yang mengikuti unit pengaduk cepat.
Tujuan dari proses ini adalah untuk mempercepat laju tumbukan partikel, hal ini

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-53

BAB 4 Konsep Desain

menyebabkan aglomerasi dari partikel koloid terdestabilisasi secara elektrolitik


kepada ukuran yang terendapkan dan tersaring.
Flokulasi

dicapai

dengan

mengaplikasikan

pengadukan

yang

tepat

untuk

memperbesar flok-flok hasil koagulasi. Pengadukan pada bak flokulasi harus diatur
sehingga kecepatan pengadukan semakin ke hilir semakin lambat, serta pada
umumnya waktu detensi pada bak ini adalah 20 sampai dengan 40 menit. Hal
tersebut dilakukan karena flok yang telah mencapai ukuran tertentu tidak bisa
menahan gaya tarik dari aliran air dan menyebabkan flok pecah kembali, oleh
sebab itu kecepatan pengadukan dan waktu detensi dibatasi. Hal lain yang harus
diperhatikan pula adalah konstruksi dari unit flokulasi ini harus bisa menghindari
aliran mati pada bak.
Terdapat beberapa kategori sistem pengadukan untuk melakukan flokulasi
ini, yaitu :
1. Pengaduk Mekanis
2. Pengadukan menggunakan baffle channel basins
Pada instalasi pengolahan air minum umumnya flokulasi dilakukan dengan
menggunakan horizontal baffle channel (around-the-end baffles channel). Pemilihan
unit

ini

didasarkan

pada

kemudahan

pemeliharaan

peralatan,

ketersediaan

headloss, dan fluktuasi debit yang kecil


E. Sedimentasi
Sedimentasi

adalah

pemisahan

padatan

dan

cairan

dengan

menggunakan

pengendapan secara gravitasi untuk memisahkan partikel tersusupensi yang


terdapat dalam cairan tersebut (Reynols,1982). Proses ini sangat umum digunakan
pada instalasi pengolahan air minum. Aplikasi utama dari sedimentasi pada instalasi
pengolahan air minum adalah :
1. Pengendapan awal dari air permukaan sebelum pengolahan oleh unit saringan
pasir cepat.
2. Pengendapan air yang telah melalui proses koagulasi dan flokulasi sebelum
memasuki unit saringan pasir cepat.
3. Pengendapan air yang telah melalui proses koagulasi dan flokulasi padainstalasi
yang menggunakan sistem pelunakan air oleh kapur-soda.
4. Pengendapan air pada instalasi pemisahan besi dan mangan.
Menurut Coe dan Clevenger (1916), yang kemudian dikembangkan oleh Camp
(1946) dan Fitch (1956) dan dikutip dari Reynolds (1982), pengendapan yang

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-54

BAB 4 Konsep Desain

terjadi pada bak sedimentasi bisa dibagi menjadi empat kelas. Pembagian ini
didasarkan pada konsentrasi dari partikel dan kemampuan dari partikel tersebut
untuk berinteraksi
Penjelasan mengenai ke empat jenis pengendapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengendapan Tipe I, Free Settling
Pengendapan Tipe I adalah pengendapan dari partikel diskrit yang bukan
merupakan flok pada suatu suspensi. Partikel terendapkan sebagai unit terpisah
dan tidak terlihat flokulasi atau interaksi antara partikel-partikel tersebut. Contoh
pengendapan tipe I adalah prasedimentasi dan pengendapan pasir pada grit
chamber.
2. Pengendapan Tipe II, Flocculent Settling
Pengendapan Tipe II adalah pengendapan dari partikel-partikel yang berupa flok
pada suatu suspensi. Partikel-partkel tersebut akan membentuk flok selama
pengendapan terjadi, sehingga ukurannya akan membesar dan mengendap dengan
laju yang lebih cepat. Contoh pengendapan tipe ini adalah pengendapan primer
pada air buangan dan pengendapan pada air yang telah melalui proses koagulasi
dan flokulasi.
3. Pengendapan Tipe III, Zone/Hindered Settling
Pengendapan tipe ini adalah pengendapan dari partikel dengan konsentrasi sedang,
dimana partikel-partikel tersebut sangat berdekatan sehingga gaya antar partikel
mencegah pengendapan dari partikel di sekelilingnya. Partikel-partikel tersebut
berada pada posisi yang tetap satu sama lain dan semua mengendap dengan
kecepatan konstan. Sebagai hasilnya massa partikel mengendap dalam satu zona.
Pada bagian atas dari massa yang mengendap akan terdapat batasan yang jelas
antara padatan dan cairan.
4. Pengendapan Tipe IV, Compression Settling
Pengendapan tipe ini adalah pengendapan dari partikel yang memiliki konsentrasi
tinggi dimana partikel-partikel bersentuhan satu sama lain dan pengendapan bisa
terjadi hanya dengan melakukan kompresi terhadap massa tersebut.
Bak sedimentasi yang ideal dibagi menjadi 4 zona yaitu zona inlet, zona outlet,
zona lumpur, dan zona pengendapan. Ada 3 bentuk dasar dari bak pengendapan
yaitu rectangular, circular, dan square. Ada beberapa cara untuk meningkatkan
performa dari proses sedimentasi, antara lain:

Peralatan aliran laminar yang meningkatkan performa dengan membuat kondisi


aliran mendekati kondisi ideal. Alat yang digunakan antara lain berupa tube

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-55

BAB 4 Konsep Desain

settler ataupun plate settler yang dipasang pada outlet bak. Alat tersebut
menigkatkan penghilangan padatan karena jarak pengendapan ke zona lumpur
berkurang, sehingga surface loading rate berkurang dan padatan mengendap
lebih cepat (Qasim, Motley, & Zhu, 2000).

Peralatan solid-contact yang didesain untuk meningkatkan efisiensi flokulasi dan


kesempatan yang lebih besar untuk partikel berkontak dengan sludge blanket
sehingga memungkinkan pembentukan flok yang lebih besar.

F. Filtrasi
Filtrasi adalah proses pemisahan padatan dan larutan, dimana larutan tersebut
dilewatkan melalui suatu media berpori atau materi berpori lainnya untuk
menyisihkan partikel tersuspensi yang sangat halus sebanyak mungkin. Proses ini
digunakan pada instalasi pengolahan air minum untuk menyaring air yang telah
dikoagulasi dan diendapkan untuk menghasilkan air minum dengan kualitas yang
baik. Filtrasi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis filter, antara
lain: saringan pasir lambat, saringan pasir cepat, bahkan dengan menggunakan
teknologi membran. Pada pengolahan air minum umumnya dipergunakan saringan
pasir cepat, karena filter jenis ini memiliki debit pengolahan yang cukup besar,
penggunaan lahan yang tidak terlalu besar, biaya operasi dan pemeliharaan yang
cukup rendah, dan tentunya kemudahan dalam pengoperasian dan pemeliharaan.

Gambar 4.23

Unit Aselator pada Water Treatment Plant

G. Desinfeksi

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-56

BAB 4 Konsep Desain

Desinfeksi air bersih dilakukan untuk menonaktifkan dan menghilangkan bakteri


pathogen untuk memenuhi baku mutu air minum. Desinfeksi sering menggunakan
khlor sehingga desinfeksi dikenal juga dengan khlorinasi. Keefektifan desinfektan
dalam

membunuh

dan

menonaktifkan

mikroorganisme

berdasar

pada

tipe

disinfektan yang digunakan, tipe mikroorganisme yangdihilangkan, waktu kontak


air dengan disinfektan, temperatur air, dan karakter kimia air (Qasim, Motley, &
Zhu, 2000). Khlorin biasanya disuplai dalam bentuk cairan. Ukuran dari wadah
khlorin biasanya bergantung pada kuantitas khlorin yang digunakan, teknologi yang
dipakai, ketersediaan tempat, dan biaya transportasi dan penanganan. Salah satu
khlorin yang umum digunakan adalah sodium hipoklorit. Sodium hipoklorit hanya
bisa berada dalam fase liquid, biasanya mengandung konsentrasi klorin sebesar
12,517 % saat dibuat (Tchobanoglous, 2003). Sodium hipoklorit bersifat tidak
stabil, mudah terbakar, dan korosif. Sehingga perlu perhatian ekstra dalam
pengangkutan, penyimpanan, dan penggunaannya. Selain itu larutan sodium
hipoklorit dapat dengan mudah terdekomposisi karena cahaya ataupun panas,
sehingga harus disimpan di tempat yang dingin dan gelap, dan juga tidak disimpan
terlalu lama. Metode yang dapat digunakan untuk mencampur khlorin dengan air
adalah metode mekanis, dengan penggunaan baffle, hydraulic jump, pompa
booster pada saluran.

4.9.3

Reservoir

Reservoir adalah tanki penyimpanan air yang berlokasi pada instalasi (Qasim,
Motley, & Zhu, 2000). Air yang sudah diolah disimpan pada tanki ini untuk
kemudian ditransfer ke sistem distribusi. Desain dari reservoir meliputi pemilihan
dari ukuran dan bentuknya, pertimbangan lain meliputi proteksi terhadap air yang
disimpan, proteksi struktur reservoir, dan proteksi pekerja pemeliharaan reservoir.
Reservoir terdiri dari dua jenis yaitu ground storage reservoir dan elevated storage
reservoir. Ground storage reservoir biasa digunakan untuk menampung air dengan
kapasitas besar dan membutuhkan pompa dalam pengoperasiannya, sedangkan
elevated storage reservoir menampung air dengan kapasitas relative lebih kecil
dibandingkan ground storage reservoir dan dalam pengoperasian distribusinya
dilakukan dengan gravitasi. Kapasitas reservoir untuk kebutuhan air bersih dihitung
berdasarkan pemakaian dalam 24 jam (mass diagram). Selain untuk kebutuhan air
bersih, kapasitas reservoir juga meliputi kebutuhan air untuk operasi instalasi dan
kebutuhan air pekerja instalasi
Kriteria Desain

Jumlah unit atau kompartemen > 2

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-57

BAB 4 Konsep Desain

Kedalaman (H) = (3 6) m

Tinggi jagaan (Hj) > 30 cm

Tinggi air minimum (Hmin) = 15 cm

Waktu tinggal (td) > 1 jam

Gambar 4.24

Proses Pengolahan Air Bersih

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-58

BAB 4 Konsep Desain

Gambar 4.25

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

Tampak Atas WTP (Water Treatment Plan)

4-59

BAB 4 Konsep Desain

Gambar 4.26

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

Tampak Samping WTP (Water Treatment Plan)

4-60

BAB 4 Konsep Desain

Gambar 4.27

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

Tampak Samping WTP (Water Treatment Plan)

4-61

BAB 4 Konsep Desain

Gambar 4.28

Tampak Belakang dan Depan WTP (Water Treatment Plan)

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-62

BAB 4 Konsep Desain

Gambar 4.29

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

Alur Pengolahan WTP (Water Treatment Plan)


4-63

BAB 4 Konsep Desain

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang

4-64

Anda mungkin juga menyukai