4
Konsep Desain
4.1
Berdasarkan
Keputusan
1405/menkes/sk/xi/2002
Menteri
tentang
Kesehatan
Persyaratan
Republik
Kesehatan
Indonesia
Lingkungan
Nomor
Kerja
Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang
dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan
kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan dapat diminum apabila dimasak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, didapat beberapa
pengertian mengenai :
1. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku
adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah
dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk
air minum.
2. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
3. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tinja
manusia dari lingkungan permukiman.
4. Penyediaan
air
minum
adalah
kegiatan
menyediakan
air
minum
untuk
4-1
6. Pengembangan
memperluas
SPAM
dan/atau
adalah
kegiatan
meningkatkan
yang
bertujuan
sistemfisik
(teknik)
membangun,
dan
non
fisik
pengembangan
SPAM
adalah
kegiatan
merencanakan,
swasta,
dan/atau
kelompok
masyarakat
yang
melakukan
4.1.1
4-2
2. Air permukaan tanah (surface water). Yaitu rawa, sungai, danau yang tidak
dapat diminum sebelum melalui pengolahan karena mudah tercemar.
3. Air dalam tanah (ground water). Yang terdiri dari air sumur dangkal dan air
sumur dalam. Air sumur dangkal dianggap belum memenuhi syarat untuk
diminum karena mudah tercemar. Sumber air tanah ini dapat dengan mudah
dijumpai seperti yang terdapat pada sumur gali penduduk, sebagai hasil
budidaya manusia. Keterdapatan sumber air tanah ini sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti topografi, batuan, dan curah hujan yang jatuh di
permukaan tanah. Kedudukan muka air tanah mengikuti bentuk topografi, muka
air tanah akan dalam di daerah yang bertopografi tinggi dan dangkal di daerah
yang bertopografi rendah.
Di lain pihak sumur dalam yang sudah mengalami perjalanan panjang adalah air
yang jauh lebih murni, dan pada umumnya dapat langsung diminum, namun
memerlukan
pemeriksaan
laboratorium
untuk
memastikan
kualitasnya.
Keburukan dari pemakaian sumur dalam ini adalah apabila diambil terlalu
banyak akan menimbulkan intrusi air asin dan air laut yang membuat sumber
air jadi asin, biasanya daerah-daerah sekitar pantai.
4. Mata air (spring water). Sumber air untuk penyediaan air minum berdasarkan
kualitasnya dapat dibedakan atas :
a. Sumber yang bebas dari pengotoran (pollution).
b. Sumber yang mengalami pemurniaan alamiah (natural purification).
c. Sumber yang mendapatkan proteksi dengan pengolahan buatan (artificial
treatment).
4.1.2
Air bersifat universal dalam pengertian bahwa air mampu melarutkan zat-zat yang
alamiah dan buatan manusia. Untuk menggarap air alam, meningkatkan mutunya
sesuai tujuan, pertama kali harus diketahui dahulu kotoran dan kontaminan yang
terlarut di dalamnya. Pada umumnya kadar kotoran tersebut tidak begitu besar.
Dengan berlakunya baku mutu air untuk badan air, air limbah dan air bersih, maka
dapat dilakukan penilaian kualitas air untuk berbagai kebutuhan. Di Indonesia
ketentuan mengenai standar kualitas air bersih mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 416 tahun 1990 tentang SyaratSyarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan
1990 Kriteria penentuan standar baku mutu air dibagi dalam tiga bagian yaitu:
4-3
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
4-4
4.1.3
Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok antara lain: unit
sumber air baku, unit pengolahan, unit produksi, unit transmisi, unit distribusi dan
unit konsumsi.
1. Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih yang
mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air
tanah,
air
permukaan,
air
hujan
yang
jumlahnya
sesuai
dengan
yang
diperlukan.
2. Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi
kualitas
kimia, dan
bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi syarat kesehatan
akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman bagi manusia.
3. Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang
menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang layak didistribusikan
ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem pengaliran gravitasi atau
pompanisasi. Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenisjenis sumber air menjadi air bersih. Teknologi pengolahan disesuaikan dengan
sumber air yang ada.
4. Unit transmisi berfungsi sebagai pengantar air yang diproduksi menuju ke
beberapa tandon atau reservoir melalui jaringan pipa.
5. Unit distribusi adalah merupakan jaringan pipa yang mengantarkan air bersih
atau minum dari tandon atau reservoir menuju ke rumah-rumah konsumen
dengan tekanan air yang cukup sesuai dengan yang diperlukan konsumen.
6. Unit konsumsi adalah merupakan instalasi pipa konsumen yang telah disediakan
alat pengukur jumlah air yang dikonsumsi pada setiap bulannya.
4-5
4.2
Semakin padat jumlah penduduk dan semakin tinggi tingkat kegiatan akan
menyebabkan semakin besarnya tingkat kebutuhan air. Variabel yang menentukan
besaran kebutuhan akan air bersih antara lain adalah sebagai berikut:
a. Jumlah penduduk
b. Jenis kegiatan
c. Standar konsumsi air untuk individu
d. Jumlah sambungan
Target
pelayanan
kebijaksanaan
dapat
nasional.
merupakan
potensi
Asumsi-asumsi
pasar
atau
yang
digunakan
lain
mengacu
pada
mengikuti
kecenderungan data yang ada di lapangan serta kriteria dan standar yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, yaitu seperti:
a. Cakupan pelayanan
b. Jumlah pemakai untuk setiap jenis sambungan
c. Jenis sambungan
d. Tingkat kebutuhan konsumsi air
e. Perbandingan SR/HU
f.
g. Angka kebocoran
h. Penanggulangan kebakaran
Perencanaan
pengadaan
sarana
prasarana
air
bersih
dilakukan
dengan
4.2.1
4-6
Tabel 4.1
N
o
Kategori Kota
1
2
Kota Metropolitan
Kota Besar
Kota Sedang
4
5
6
Kota Kecil
Kota Kecamatan
Kota
Pusat
Pertumbuhan
Sumber : SK-SNI Air Bersih
Tabel 4.2
Non Standar
150
Standar BNA
Standar IKK
Standar DPP
130
100
30
Sistem
> 1.000.000
500.000
1.000.000
100.000
500.000
20.000 100.000
< 20.000
< 3.000
No
4.2.2
Non Standar
Non Standar
Tingkat
Pemakaian
Air
190
170
Jumlah
Penduduk
Kehilangan Air
Kehilangan air merupakan banyaknya air yang hilang. Hilang yang diperlukan bagi
penjagaan tujuan penyediaan air bersih, yaitu tercukupinya kualitas, kuantitas, dan
kontinuitasnya dan yang disebabkan aktivitas penggunaan dan pengolahan air.
Kehilangan ini ditentukan dengan mengalikan faktor tertentu (15-20%) dengan
angka total produksi air.
Kehilangan air dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu:
a. Kehilangan air rencana (unacounted for water)
Kehilangan air rencana memang dialokasikan khusus untuk kelancaran operasi
dan pemeliharaan fasilitas, faktor ketidaksempurnaan komponen fasilitas dan
hal lain yang direncanakan beban biaya.
b. Kehilangan air insidentil
4-7
Penggunaan air yang sifatnya insidentil, misalnya penggunaan air yang tidak
dialokasikan khusus, seperti pemadam kebakaran.
c. Kehilangan air secara administratif
Kehilangan air secara administratif adalah dapat disebabkan oleh:
saat
terjadinya
kebutuhan
maksimum
(puncak).
Untuk
keamanan
4-8
Tabel 4.3
4-9
4.2.3
Untuk mendapatkan hasil perencanaan sistem penyediaan air bersih yang baik,
yaitu supply air tersedia setiap saat dengan debit dan tekanan yang cukup, serta
kualitas memenuhi syarat, maka diperlukan kriteria perencanaan agar sistem
berikut dimensi dan spesifikasi komponen sistem mempunyai kinerja yang baik.
Kriteria perencanaan yang digunakan berpedoman pada kriteria perencanaan dan
petunjuk teknik bidang air bersih. Secara umum kriteria perencanaan yang
digunakan dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih ini meliputi hal-hal
sebagai berikut:
Cakupan pelayanan atau banyaknya penduduk yang dilayani sistem air bersih.
Usaha pelayanan air bersih ke konsumen pada umumnya melalui 2 cara yaitu
melalui
Sambungan
Rumah
(SR)
dan
Hydrant
Umum
(HU),
dengan
perbandingan berkisar antara 50:50 atau 80:20 dimana faktor cost recovery
merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan. Besarnya angka perbandingan
tersebut ditetapkan berdasarkan hasil survey dilapangan.
Kebutuhan dasar atau besarnya pemakaian air perhari, tergantung pada jenis
kawasan kota kecil, sedang dan metropolitan. Di daerah perkotaan, pemakaian
air untuk sambungan rumah adalah 100-120 l/org/hari sedangkan untuk
hydrant umum adalah 30 l/org/hari.
Pelayanan
fasilitas
non
domestik
diperhitungkan
sebesar
10-30%
dari
kebutuhan domestik.
Pipa transmisi direncanakan untuk pengaliran air pada saat debit hari
maksimum.
Pipa distribusi direncanakan untuk pengaliran air pada saat debit jam puncak.
4-10
Kapasitas reservoir pada umumnya berkisar antara 15-20% dari total produksi
(Qmax).
Kriteria perencanaan didasarkan pada pedoman perencanaan sektor air bersih yang
dikeluarkan oleh Direktorat Air Bersih PU Cipta Karya.
4-11
Tabel 4.4
No
1
Uraian
Hidran Umum
Sambungan
Rumah
Pemadam
kebakaran
Prosentase Pelayanan
Tergantung dari hasil studi dan
kebijakan
daerah
yaitu
berkisar
antara
20-40%
daerah pelayanan
Tergantung dari hasil studi dan
kebijakan
daerah
yaitu
berkisar
antara
60-80%
pelayanan
Tingkat Pelayanan
Tergantung dari hasil studi dan
kebijakan daerah yaitu berkisar
antara 50-100 jiwa/HU
Tingkat pemakaian air berdasarkan
kategori kota yaitu :
Metropolitan 190 l/org/hari
Kota Besar 170 l/org/hari
Kota Sedang 150 l/org/hari
Kota Kecil 130 l/org/hari
Kecamatan 100 l/org/hari
Dengan perkiraan 1 SR melayani 4-6
jiwa.
Kebutuhan
pemadam
kebakaran diambil 20% dari
kapasitas reservoir atau 5%
dari kebutuhan domestik
Sumber : Juknis Sistem Penyediaan Air Bersih Kimpraswil 1998
Tabel 4.5
No
1
Uraian
4.2.4
10-20
15-20
1.1-1.25
1.5-2.0
4-5
100-200
10
12-15
24
70-30
Fluktuasi penggunaan air bersih adalah variasi penggunaan air yang dilakukan oleh
konsumen dari waktu ke waktu dalam skala jam, hari, minggu, bulan, dan tahun
4-12
yang hampir secara terus-menerus. Penggunaan air bersih ada kalanya lebih kecil
daripada kebutuhan rata-ratanya dan ada kalanya sama atau lebih besar daripada
rata-ratanya. Ada dua pengertian berkaitan dengan fluktuasi penggunaan air
bersih.
A. Faktor Hari Maksimum
Faktor
hari
maksimum
yaitu
faktor
perbandingan
antara
penggunaan
hari
Q jam puncak = kebutuhan air maksimum pada saat tertentu dalam sehari
4.3
4.3.1
Bangunan air bersih merupakan unit bagian awal pada sistem penyediaan air
bersih. Bangunan ini terdiri dari dua bagian yaitu :
1. Bak Penangkapan
Bak penangkapan berfungsi sebagai tempat penangkap air yang keluar dari
sumber
air.
Mata
air
ada
pada
bagian
tengah
bangunan.
Bangunan
penangkapan terbuat dari beton dan pada bagian atas tertutup oleh plat untuk
tetap menjaga kebersihan air
2. Bak Pompa
Bak pompa berfungsi sebagai tempat pengisapan air sumber oleh pompa.
Ukuran bak pompa lebih kecil dibandingkan dengan ukuran bak penangkapan.
Bak pompa dan bak penangkapan dipisahkan oleh dinding pemisah. Pada bak
4-13
Gambar 4.1
Gambar 4.2
4-14
4.3.2
Reservoir
produksi
berdasarkan
reservoir
dilaksanakan
persamaan
dengan
tampungan
yaitu
menentukan
aliran
keluar
penetapan
reservoir
(produksi) sama dengan aliran masuk ditambah atau dikurangi dengan perubahan
tampungan. Atau dengan kata lain aliran keluar harus sama dengan aliran masuk
dikurangi buangan-buangan serta kehilangan-kehilangan yang terjadi. Yang juga
harus diperhatikan adalah letak reservoir ini harus sedekat mungkin ke pusat
pemakaian. Permukaan air reservoir harus cukup tinggi dan bertekanan cukup
sehingga aliran air bisa sampai ke sistem yang dilayani. Kapasitas reservoir
ditentukan berdasarkan ciri-ciri daerah yang dilayani. Reservoir di tempat yang
tinggi sangat baik digunakan untuk memantapkan tekanan.
Gambar 4.3
4-15
Gambar 4.4
4.3.3
Sistem Transmisi
Air dari bak pengumpul disalurkan ke reservoir melalui pipa transmisi. Ada
beberapa cara penyaluran air melalui pipa transmisi menuju reservoir yang ada
dalam kota, antara lain :
Gambar 4.5
4-16
Gambar 4.1
Keterangan :
H : beda tinggi antara sumber air terhadap reservoir
L
4.3.4
Bangunan Penyadap
Untuk sumber air yang kualitas airnya kurang memenuhi syarat diperlukan adanya
sistem pengolahan air bersih sebelum siap dikonsumsi.
Sistem transmisi pengolahan air bersih ini dimulai dari sumber penyediaan air yang
diambil dengan bantuan penyadap untuk diteruskan ke bangunan pengolahan air
selanjutnya
1. Bangunan penyadap terbuka
Bangunan penyadap dalam bentuk yang paling sederhana ini terbuat dari
konstruksi batu kali atau beton. Bangunan ini berbentuk saluran pembagi aliran
dan biasanya dipakai untuk menyadap air pada sungai. Saluran ini dilengkapi
dengan pintu sorong yang apabila dibuka, maka air akan masuk ke saluran yang
akan membawa air yang disadap ke unit pengolahan air.
2. Bangunan penyadap sandar
Bangunan penyadap sandar adalah bangunan penyadap yang bagian pengaturnya
terdiri dari terowongan miring yang berlubang- lubang dan bersandar pada tebing
sungai. Untuk itu dibutuhkan pondasi batuan atau pondasi yang terdiri dari lapisan
yang cukup kokoh, agar dapat dihindari kemungkinan keruntuhan pada konstruksi
sandaran.
Untuk
menghindari
kelongsoran
pada
konstruksi
tersebut
maka
4-17
pembuatan penyangga dapat dilakukan pada tiap jarak 5 sampai 10 meter. Selain
itu sudut kemiringan pondasi sandaran tidak lebih dari 60.
4.4
4.4.1
Sistem Distribusi
Definisi Sistem Distribusi
Sistem distribusi air bersih adalah pendistribusian atau pembagian air melalui
sistem perpipaan dari bangunan pengolahan (reservoir) ke daerah pelayanan
(konsumen)
Dalam perencanaan sistem distribusi air bersih, beberapa faktor yang harus
diperhatikan antara lain adalah :
Daerah layanan dan jumlah penduduk yang akan dilayani daerah layanan ini
meliputi wilayah IKK (Ibukota Kecamatan) atau wilayah Kabupaten/ kotamadya.
Jumlah penduduk yang akan dilayani tergantung pada:
o
Kebutuhan
Kemauan/minat
Sehingga dalam satu daerah layanan belum tentu semua penduduk terlayani.
Kebutuhan air
Kebutuhan air adalah debit air yang harus disediakan untuk distribusi daerah
pelayanan
Letak topografi daerah layanan yang akan menentukan sistem jaringan dan pola
aliran yang sesuai
Sambungan halaman : yaitu sambungan pipa distribusi dari pipa induk/ pipa
utama ke tiap-tiap rumah atau halaman
4-18
Terminal air: adalah distribusi air melalui pengiriman tangki-tangki air yang
diberikan pada daerah-daerah kumuh, daerah terpencil atau daerah yang
rawan air bersih.
4.4.2
Pipa Distribusi
Pipa distribusi adalah pipa yang membawa air ke konsumen yang terdiri dari:
Pipa induk : yaitu pipa utama pembawa air yang membawa air kekonsumen
Pipa dinas : yaitu pipa pembawa air yang langsung melayani konsumen
4.4.3
Tipe Pengaliran
Tipe pengaliran sistem distribusi air bersih meliputi aliran gravitasi dan aliran secara
perpompaan. Tipe pengaliran secara gravitasi diterapkan bila tekanan air pada titik
terjadi yang diterima konsumen masih mencukupi. Jika kondisi ini tidak terpenuhi
maka pengaliran harus menggunakan sistem perpompaan.
4.4.4
Pola Jaringan
Kerugian:
4-19
Jika terjadi kebocoran atau kerusakan pengaliran pada seluruh daerah akan
terhenti
Operasional lebih sulit karena pipa yang satu dengan yang lain saling
berhubungan
2. Sistem Loop
Sistem loop adalah sistem perpipaan melingkar dimana ujung pipa yang satu
bertemu dengan ujung pipa yang lain
Kentungan:
Jika terjadi kebocoran atau kerusakan atau perubahan diameter pipa maka
hanya daerah tertentu yang tidak mendapat pengaliran, sedangkan untuk
daerah yang tidak mengalami kerusakan aliran air tetap berfungsi.
Kerugian:
4.4.5
1. Reservoir
Fungsi reservoir adalah untuk menampung air bersih yang telah diolah dan
memberi tekanan. Jenis-jenis reservoir :
Ground Reservoir
Adalah bangunan penampungan air bersih di bawah permukaan tanah
Elevated Reservoir
Adalah bangunan penampungan air yang terletak di atas permukaan tanah
dengan ketinggian tertentu sehingga tekanan air pada titik terjauh masih
tercapai.
2. Bahan pipa
4-20
Bahan pipa yang biasa digunakan untuk pipa induk adalah pipa galvanis, bahan
pipa cabang adalah PVC sedangkan untuk pipa dinas dapat digunakan pipa dari
jenis PVC atau galvanis.
Gambar 4.6
3. Valve
Berfungsi untuk mengatur arah aliran air dalam pipa dan menghentikan air
pada suatu daerah apabila terjadi kerusakan.
Gambar 4.7
4-21
4. Meter air
Berfungsi untuk mengukur besar aliran air yang melalui suatu pipa.
Gambar 4.8
Meter air
5. Flow restrictor
Berfungsi untuk pembatas air baik untuk rumah maupun kran umum agar aliran
merata.
6. Assesoris perpipaan
Terdapat beberapa assesoris perpipaan, antara lain Sok, Flens, Water mul dan
nipel, Penyambung gibault, Dop dan plug, Bend serta tee
Gambar 4.9
Penyambung gibault
4-22
4.5
Analisa Hidrolika
4.5.1
Hidrolika adalah ilmu yang mepelajari perilaku air secara fisik dalam arti perilaku
perilaku yang ditelaah harus terukur secara fisik. Perilaku yang dipelajari meliputi
hubungan antara debit air yang mengalir dalam pipa dikaitkan dengan diameter
pipanya sehingga dapat diketahui gejala gejala yang timbul seperti tekanan,
kehilangan energi dan gaya-gaya lainnya. Hubungan gejala gejala akan dijelaskan
dalam formulasi empiris yang lazim dipakai dalam praktek.
Pada dasarnya dalam menelaah aspek hidrolika dalam pipa kita selalu beranggapan
atau berasumsi bahwa air adalah fluida yang mempunyai sifat incompresible atau
diasumsikan tidak mengalami perubahan volume / isi apabila terjadi tekanan.
Fluida yang bergerak di dalam pipa dianggap dalam kondisi steady state atau air
dianggap mempunyai kecepatan yang konstan dari waktu ke waktu apabila melalui
suatu pipa dengan diameter yang sama.
Fluida yang bergerak di dalam pipa juga dianggap dalam kondisi uniform flow
atau air dianggap mempunyai kecepatan yang seragam sepanjang pipa apabila
melalui suatu pipa dengan diameter yang sama.
Pada kenyataannya dilapangan kondisi yang dijelaskan dalam asumsi ini tidak
selalu tercapai terutama kondisi steady flow dan uniform flow. Penyimpangan
keadaan tersebut disebut keadaan transient yang umum terjadi pada saat awal
pembukaan dan penutupan valve. Efek yang timbul disebut sebagai water hammer
yang terefleksi dengan kejadian pengempisan pipa, pecahnya pipa atau dalam
keadaan yang ringan adalah terdengarnya suara ketukan ketukan palu dipipa besi.
Setiap aliran air dalam pipa juga harus memenuhi azas kontinuitas dimana
Q1 = Q2
Dimana :
Q1= Debit masuk di sisi 1 (m3/dt)
Q2 = Debit keluar di sisi 2 (m3/dt)
debit aliran yang masuk dalam sisi 1 akan keluar pada sisi 2 dengan debit yang
sama.
Debit air adalah volume air per satuan waktu. Debit air adalah luas penampang
pipa dikalikan dengan kecepatannya. Debit air yang masuk ke dalam pipa
mempunyai kecepatan aliran yang berbeda beda tergantung dari diameter pipanya
4-23
2
d
4
Maka
2
d v
4
dimana :
v
/4
Gambar 4.10
Air masuk pipa bergerak dari sisi 1 dan keluar di sisi 2 sesuai dengan azas
kontiuitas energi yang ada di sisi 1 juga harus sama di sisi 2 . Maka Energi total 1
sama dengan Energi total 2 atau Etot1=Etot2.
Energi yang ada di sisi 1 apabila diuraikan lagi terdiri dari :
1. Energi Potensial
4-24
2. Energi Kinetik
3. Kehilangan Energi
Energi secara formal mempunyai satuan joule tetapi untuk sederhananya kajian
dinyatakan dengan tinggi kolom air.
Energi Potensial disini terdiri dari :
z
(m)
dimana v adalah kecepatan aliran air (m/dt) dan g adalah gravitasi (m/dt2).
z1+H1+ v1 /2g =z2+H2+ v2 /2g+hL ,
Etot1 = Etot2 ,
Sehingga persamaan ini lazim disebut sebagai persamaan Bernaulli.
Di sini dapat disimpulkan untuk menghitung sisa tekanan dalam realita, faktor
faktor penting untuk diketahui adalah:
(z)
Elevasi tanah didapat hari hasil pengukuran tanah yang baik. Tenaga pendorong
adalah kondisi menara atau per pompaan yang diperkirakan ketinggian tekannya
dengan baik sedangkan headloss dihitung berdasarkan rumusan rumusan empiris
4.5.2
Kehilangan Tekanan
Salah satu faktor yang penting dalam perhitungan hidrolis perpipaan adalah
perhitungan kehilangan tekanan. Ada beberapa rumusan yang dapat dipakai
dalam menghitung kehilangan tekanan yaitu :
Hazen William
Darcy Weisbach
De Chezy Manning
4-25
Disamping itu ada faktor C yang menggambarkan kodisi fisik dari pipa seperti
kehalusan dinding dalam pipa yang menggambarkan jenis pipa dan umur.
Secara umum rumus Hazen William adalah sebagai berikut:
Dimana ;
Dimana
L = adalah panjang pipa dari node 1 ke node 2
Apabila kehilangan tekanan atau hL yang akan dihitung maka :
C adalah (koefisien Hazen William) berbeda untuk berbagai jenis pipa sedangkan
untuk jenis pipa High Density Poly Ethylene (HDPE) nilai C (koefisien Hazen
William) adalah 130.
B. Persamaan Darcy Weisbach
Persamaan Darcy dapat di ditulis secara matematis
4-26
Dimana:
HL
= headloss
(m)
= faktor gesekan
= panjang pipa
(m)
= diameter pipa
(m)
= kecepatan aliran
(m/s)
= percepatan gravitasi
(m/s
)
Perumusan koefisien f yang paling lazim dipakai adalah dengan metoda Colebrook ,
nilai untuk koefisien Colebrook pada pipa jenis HDPE adalah 0,007.
Perumusan ini dipakai untuk aliran yang lebih laminer sehingga lebih cocok untuk
pipa dengan diameter kecil (< 50 mm). Tetapi untuk diamater yang lebih besar
biasa dipakai perumusan Hazen William.
C. Persamaan De Chezy denganKoofisien Manning
Persamaan ini umum dipakai di saluran terbuka, tetapi dapat pula dipakai di
jaringan perpipaan.
Dimana :
v
= koefisien Manning
4-27
4.5.3
Tekanan penggerak air yang ada di alam adalah gaya gravitasi sehingga air yang
diletakkan didalam suatu penampung atau reservoir pada suatu ketinggian
tertentu, tentunya akan mengalir ke bawah searah dengan gaya gravitasi. Pada
kasus ini tekanan awal penggerak yang biasa disebut
sebagai head awal (initial head) atau tekanan awal akan selalu sama walaupun
debit yang dialirkan berubah - ubah.
Selain mengunakan gaya gravitasi air dalam pipa juga dapat digerakkan oleh mesin
penggerak air atau pompa. Karakteristik pengaliran air oleh pompa sangat berbeda
dengan pengaliran dengan gravitasi. Tekanan pompa akan tidak sama dengan debit
air yang dihasilkan.
Misalnya kita tinjau suatu sistem perpipaan yang pada sisi 1 di pasang
pompa dan disisi 2 dipasang valve. Pada suatu Debit rencana (Qr) tekanan pompa
akan tertentu (h1r).
Gambar 4.11
Pada saat valve di putar kecil atau di cek, tekanan pompa akan naik terus sampai
bila valve tertutup dan pompa tetap hidup, maka tekanan pompa akan berhenti
pada tekanan h10.
Tetapi sebaliknya pada saat pompa diputar lebih besar dari debit rencana (Q>Qr)
maka tekanan pompa akan turun (h1< h10).
Pada Gambar 4.13. ditunjukkan grafik tekanan pompa vs Debit yang dihasilkan.
4-28
Gambar 4.12
Bandingkan
kondisi
ini
apabila
menggunakan
menara
air,
yang
menggunakan beda tinggi sebagai pendorong aliran air dalam pipa (lihat gambar
3.4.). Dari gambar ini dapat dilihat bahwa walaupun valve dibuka lebih besar
hingga debit air yang keluar besar maupun diperkecil hingga debit yang keluar
kecil, tekanan awal akan tetap sama
Gambar 4.13
Dalam praktek kedua sistem penggerak aliran ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Untuk dapat memahami perbedaan ini maka pengertian tentang
hidrolika jaringan pipa perlu di telaah
4-29
4.5.4
Jaringan perpipaan merupakan suatu rangkaian pipa yang saling terhubung satu
sama lain secara hidrolis, sehingga apabila di satu pipa mengalami perubahan debit
aliran maka akan terjadi penyebaran pengaruh ke pipa pipa yang lain. Pengaruh ini
dapat di deteksi dari segi perubahan tekanan yang ada di pipa.
Pipa yang tergabung dalam suatu jaringan pipa dapat dibedakan satu dengan yang
lain dari segi :
Panjang Pipa
Diamater Pipa
Jenis Pipa
Nomor pipa
Dalam suatu sistem jaringan air yang keluar dari node dikendalikan oleh sebuah
valve yang menghubungkan antara satu bagian jaringan dengan bagian lainnya.
Sedangkan secara kolektif air yang keluar dari satu node jaringan tergantung dari
perilaku konsumen atau pemakai air memakai air. Pemakaian air sendiri secara
hidrolis tergantung dari sisa tekanan pada node tersebut sedangkan faktor lain
yang mempengaruhi adalah tingkat kebutuhan konsumen akan air.
Sebagai asumsi misalnya 1 orang per hari memakai air 200 L/org/hari, bila sebuah
node melayani 500 orang maka satu node itu mengeluarkan air sebanyak 200
L/org/hari x 500 org = 100.000 L/hari atau 100 m3/hari atau atau rata rata dalam
1 detik adalah 100.000/3600/24=1,1574 L atau Q = 1,1574 L/dt. Hal ini berarti
debit air yang keluar dari node tersebut adalah 1,1574 L/dt.
4-30
4.6
Semakin padat jumlah penduduk dan semakin tinggi tingkat kegiatan akan
menyebabkan semakin besarnya tingkat kebutuhan air. Variabel yang menentukan
besaran kebutuhan akan air bersih antara lain adalah sebagai berikut:
a.
Jumlah penduduk
b.
Jenis kegiatan
c.
d.
Jumlah sambungan
No
Tahun
Hari Maksimum
Jam Maksimum
2014
11,96
16,31
2020
56,60
77,18
2028
101,73
138,72
2038
219,89
299,85
4.7
Jangka Pendek
Sampai 2020
70 Liter/detik
Jangka Menengah
Sampai 2028
100 Liter/detik
Jangka Panjang
Sampai 2038
220 Liter/detik
Perencanaan Intake
Intake untuk air baku yang akan disuplai ke Kecamatan Kaliorang dan Sangkulirang
adalah kolam yang berada di dekat bekas bangunan PT API pada elevasi. Air baku
dari kolam ini dialirkan secara gravitasi menuju WTP yang terletak di Desa
Kaliorang. Setelah air diolah di WTP maka dialirkan ke dua buah Tandon. Masingmasing untuk mensuplai kebutuhan air bersih di Kecamatan Kaliorang dan
Kecamatan Sangkulirang. Pompa menuju Tandon Kaliorang berkapasitas 20 l/det
4-31
4.7.1
Perencanaan Perpipaan
Pipa yang akan dipakai pada system transmisi air baku adalah Pipa HDPE dengan
panjang sekitar 27.789,7 m. Dalam perencanaan pipa digunakan persamaan Hazen
Wiliams sebagai dasar perhitungan yang mana digunakan rumus:
V 0,354CI 0 ,54 D 0 , 63
dimana :
V
Hf
L
Hf
Hf
10,434 L Q1,85
C 1,85 D 4,8655
Hf
10,434 L Q1,85
C 1,85 D 4,8655
Head Loss Minor bisa diabaikan karena Sistem transmisi yang panjang.
Di bawah ini beberapa perhitungan yang dilakukan untuk mendapatkan dimensi
pipa yang sesuai untuk jarak dan criteria pipa yang dibutuhkan.
L = 27.789,7 m
Q = 70 LPS
C = 130 (HDPE)
D = 12 in 305 mm
Hf = 86,0 m.
Tabel 4.8
4-32
in
Jenis
Pipa
Q
LPS
hf
m
m/km
m/det
4-33
27789
HDPE
130
70
618.2
22.2
2.2
27789
GIP
100
70
1004.5
36.1
2.2
27789
PVC
150
70
474.4
17.1
2.2
27789
10
HDPE
130
70
208.7
7.5
1.4
27789
10
GIP
100
70
339.2
12.2
1.4
27789
10
PVC
150
70
160.2
5.8
1.4
27789
12
HDPE
130
70
86.0
3.1
1.0
27789
12
GIP
100
70
139.7
5.0
1.0
27789
12
PVC
150
70
66.0
2.4
1.0
27789
15
HDPE
130
70
29.0
1.0
0.6
27789
15
GIP
100
70
47.2
1.7
0.6
27789
15
PVC
150
70
22.3
0.8
0.6
27789
20
HDPE
130
70
7.2
0.3
0.3
27789
20
GIP
100
70
11.6
0.4
0.3
27789
20
PVC
150
70
5.5
0.2
0.3
QH
HP
75
Keterangan :
P
: Efisiensi pompa ( 60 % - 75 %)
HP
0,3 86 1000
= 78.560 Watt = 78,6 KWatt
75 0,75
Jika system memakai satu pompa maka untuk mengatasi Hf paling tidak diperlukan
pompa dengan Tinggi Tekan 86 m dengan debit 300 LPS. Hal tersebut tidak dapat
dipenuhi karena tinggi tekan yang direncanakan tidak dapat lebih dari 75 m. Maka
system akan memakai satu pompa booster diposisikan di pertengahan jalur
transmisi yaitu di KM +26,6, tepatnya di antara Desa Senayu dan Sermayam 2.
Lokasi pompa booster dapat dilihat pada Gambar 2.
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas maka diameter pipa yang akan dipakai adalah 12
inci atau 305 mm.
4-34
Air setelah dipompa dan masuk ke dalam pipa akan mengalami perubahan tekanan.
Kriteria tekanan dalam pipa tidak boleh lebih dari 75 m karena pipa HDPE yang
akan digunakan hanya dapat menahan tekanan sekitar 8 Bar atau 80 m kolom air.
Sebagai alat bantu dipakai EPANET Versi 2.0 untuk mensimulasikan perubahan
tinggi tekan di sepanjang pipa. Dari hasil perangkat lunak tersebut didapat bahwa
kecepatan aliran rata-rata dalam pipa transmisi adalah sekitar 1,03 m/detik, hal ini
masih masuk kriteria yang diizinkan yaitu antara 0,6 sampai 4,0 m/det. Sedangkan
kehilangan tinggi tekan per 1 km adalah antara 1,55 sampai 1,68.
Untuk mengatasi sedimentasi di dalam pipa transmisi maka di setiap perlintasan
sungai dipasang Wash Out.
Berikut di bawah ini gambar yang menunjukan profil elevasi permukaan tanah dan
tekanan air di sepanjang pipa transmisi dari Kolam sampai Sangkulirang sepanjang
27.789,7.
4.8
4.8.1
Tampilan dasar epanet dapat dilihat pada gambar berikut yang terdiri dari elemen elemen :
1. Menu bar
2. 2 buah tool bar
3. Status bar
4. Network map windows
5. Browser window, dan Property Editor window
Penjelasan masing-masing elemen dapat dilihat pada gambar berikut ini :
4-35
Gambar 4.14
Epanet
memodelkan
sistem
air
sebagai
kumpulan
garis
yang
menghubungkan node node. Garis menggambarkan pipa, pompa dan katub kontrol.
Sedangkan node menggambarkan sambungan (Junction), tangki, dan reservoir.
Gambar di bawah mengilustrasikan bagaimana node - node dan garis dapat
dihubungkan satu dengan lainnya untuk membentuk sebuah jaringan.
Gambar 4.15
Epanet mengandung dua buah objek fisik yang dapat muncul pada peta jaringan,
dan objek nonfisik yang mencakup design dan informasi operasional.
4-36
TANDON
SANGKULIRANG
X = 607803.15
Y = 108320.62
Z = 50
TANDON KALIORANG
TANDON
X = 596822.58
Y = 98505.44
Z = 118
X = 596822.58
Y = 596822.58
Z = 90
POMPA BOOSTER
X = 594077.78
Y = 101807.97
Z = 55
RESERVOIR
X = 588999.40
Y = 97213.40
Z = 265
WTP
X = 592678.95
Y = 101369.99
Z = 51
Gambar 4.16
POMPA BOOSTER
X = 594039.70
Y = 101764.21
Z = 88
4-37
Gambar 4.17
4-38
Gambar 4.18
4-39
TANDON
SANGKULIRANG
WTP
POMPA
BOOSTER
BPT
TANDON
KALIORANG
RESERVOIR
Gambar 4.19
4-40
TANDON
SANGKULIRANG
TANDON
KALIORANG
POMPA
BOOSTER
WTP
BPT
REVERVOIR
Gambar 4.20
4-41
4.8.2
Objek Fisik
Objek fisik yang muncul pada epanet adalah node dan link , node tersebut terdiri
dari Junction ( Sambungan ), Reservoir, Tanki dan Link terdiri dari Pipa, Pompa,
Valve.
.A
Sambungan (junction)
Sambungan (junction) adalah titik pada jaringan dimana garis-garis bertemu dan
dimana air masuk atau meninggalkan jaringan. informasi yang dibutuhkan bagi
sambungan (junction) adalah:
Coordinate (X,Y)
Description
Elevation
Demand Categories
Emitter Coefficient
Source Quality
Tekanan (pressure)
Kualitas Air
.B
Reservoir
Reservoir adalah node yang menggambarkan sumber eksternal yang terus menerus
mengalir ke jaringan. Diasumsikan untuk menggambarkan seperti danau, sungai,
akuifer air tanah, dan koneksi dari sistem lain. Reservoir juga dijadikan titik sumber
kualitas air. Informasi yang dibutuhkan Reservoir adalah
Coordinate (X,Y)
Description
4-42
Total Head
Head Pattern
Source Quality
Hasil komputasi ( analisa ) pada Reservoir seluruh periode waktu simulasi adalah
Net Inflow , Pressure dan Kualitas Air
.C
Tanki
Tanki membutuhkan node dengan data kapasitas, dimana volume air yang
tersimpan dapat bervariasi berdasar waktu selama semulasi berlangsung. Informasi
yang dibutuhkan Tanki adalah:
Coordinate (X,Y)
Description
Elevation
Initial Level
Minimum Level
Maximum Level
Diameter
Minimum Volume
Volume Curve
Mixing Fraction
Reaction Coefficient
Source Quality
Hasil komputasi ( analisa ) pada Reservoir seluruh periode waktu simulasi adalah
Tekanan Hidrolis (elevasi permukaan air), Kualitas air.
.D
Pipa
Pipa adalah penghubung yang membawa air dari satu poin ke poin lainnya dalam
jaringan. epanet mengasumsikan bahwa semua pipa adalah penuh berisi air setiap
4-43
waktunya. Arah aliran adalah dari titik dengan tekanan hidrolik tertinggi menuju
titik dengan tekanan rendah. Informasi yang dibutuhkan pipa adalah :
Start Node
End Node
Diameter
Initial Status
Bulk Coefficient
Wall Coefficient
Velocity ( Kecepatan )
Quality
.E
Pompa
Pompa adalah link yang memberi tenaga ke fluida untuk menaikkan head
hidrolisnya. Informasi yang dibutuhkan pump ( pompa ) adalah :
Start Node
End Node
Initial Status
4-44
Energy Price
Price Pattern
Headloss
Quality
Status.
.F
Valves
Valve adalah sebuah link yang membatasi tekanan atau flow , pada suatu node
sebuah jaringan. Informasi yang dibutuhkan Valve adalah :
Start Node
End Node
Description
Diameter
Setting Valve
Loss Coefficinct
Fixed Status
Flow
Velocity
Headloss
Quality
Status
4-45
4.8.3
Objek nonfisik yang mencakup design dan informasi operasional, yang terdiri dari
Time Pattern ( Pola Waktu ), Curve ( Kurva ).
.A
Pola Waktu (time pattern) berupa kumpulan faktor pengali yang dapat diaplikasikan
sebagai kuantitas yang bervariasi terhadap waktu. Kebutuhan di tiap node, Head
Reservoar, pompa, dan input sumber kualitas air dapat terikat pada pola waktu.
Interval waktu yang digunakan dalam seluruh pola merukapan nilai yang tetap,
diatur dalam Time Options. Dengan Interval tersebut kuantitas berlangsung secara
konstan, sebanding dengan hasil dari nilai nominal dan faktor pengali dalam
periode waktu. Meskipun pola waktu harus dilakukan dalam interval waktu yang
sama, setiap periode dapat berupa angka yang berbeda. Ketika periode simulasi
melebihi dari jumlah periode dalam pola, maka pola akan kembali ke periode awal
lagi.
Gambar 4.21
Pattren Editor
4-46
.B
Kurva
Kurva adalah obyek yang mengandung rangkaian data yang menjelaskan tentang
hubungan antara dua besaran, model dalam epanet dapat menyediakan tipe kurva
sebagai berikut :
a) Kurva Pompa
b) Kurva Effisiensi c) Kurva Volume
c) Kurva Head Loss
4.8.4
Analisis Running
Dalam pemodelan ini sumber air yang di gunakan adalah sumber air GMP yang di
modelkan sebagai reservoir,dari reservoir kemudian dialirkan menggunakan pipa
12
hingga
WTP
(T-232)
kemudian
dari
WTP
ke
kecamatan
Kali
Orang
menggunakan pipa dengan 8 dilengkapi dengan 1 buah pompa dan tangki air
dengan kapasitas 500 m sedangkan untuk kecamataan Sangkulirang pipa yang
digunakan adalah 10 dilengkapi dengan 1 buah pompa, 1 buah boster dan
tangki air dengan kapasitas 500 m.
Dari hasil analisis pemodelan EPANET 2.0 diketahuai bahwa dengan pemodelan
tersebut air dapat mencapai ke kecamatan Sangkulirang dan Kaliorang dengan
kecepatan mengalir air 6.5 L/S dan kecepatan aliran 0.58 m/s pada Kec.Kaliorang
dan kecepatan mengalir 16.5 L/S dan kecepatan aliran 0.32 m/s pada Kecamatan
Sangkulirang
4-47
4.9
4.9.1
Umum
Pada umumnya Instalasi Pengolahan Air bersih merupakan suatu sistem yang
mengkombinasikan proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan disinfeksi
serta dilengkapi dengan pengontrolan proses juga instrumen pengukuran yang
dibutuhkan. Instalasi ini harus didesain untuk menghasilkan air yang layak
dikonsumsi masyarakat bagaimanapun kondisi cuaca dan lingkungan. Selain itu,
sistem dan subsistem dalam instalasi yang akan didesain harus sederhana, efektif,
dapat diandalkan, tahan lama, dan murah dalam pembiayaan (Kawamura, 1991).
Tujuan dari sistem pengolahan air bersih yaitu untuk mengolah sumber air baku
menjadi air bersih yang sesuai dengan standar kualitas, kuantitas, dan kontinuitas.
Tingkat pengolahan air bersih ini tergantung pada karakteristik sumber air baku
yang digunakan. Sumber air baku berasal dari air permukaan dan air tanah. Air
permukaan cenderung memiliki tingkat kekeruhan yang cukup tinggi dan adanya
kemungkinan kontaminasi oleh mikroba yang lebih besar. Untuk pengolahan
sumber air baku yang berasal dari air permukaan ini, unit filtrasi hampir selalu
diperlukan.
Sedangkan
air
tanah
memiliki
kecenderungan
untuk
tidak
terkontaminasi dan adanya padatan tersuspensi yang lebih sedikit. Akan tetapi, gas
terlarut
yang
ada
pada
air
tanah
ini
harus
dihilangkan,
demikian
juga
air
tanah
sumber
air
baku
tidak
memungkinkan lagi karena selain air tanah dangkal telah banyak terpakai,
pemakaian air tanah dalam akan membahayakan masyarakat sekitar. Penggunaan
air tanah dalam akan menimbulkan ruang kosong di dalam tanah. Ruang kosong ini
akan sangat rentan terhadap goyangan lempeng bumi yang akan mengakibatkan
kelongsoran. Dengan pertimbangan tersebut, eksplorasi air ditekankan pada
peningkatan eksplorasi air permukaan dari sungai-sungai yang ada.
Secara umum, proses pengolahan air minum dengan sumber air baku yang berasal
dari air permukaan dapat digambarkan sebagai berikut:
4-48
Gambar 4.22
4.9.2
Mengumpulkan air dari sumber untuk menjaga kunatitas debit air yang
dibutuhkan oleh instalasi pengolahan.
Mengambil air baku sesuai dengan debit yang diperlukan oleh instalasi
pengolahan yang direncanakan demi menjaga kontinuitas penyediaan dan
pengambilan air dari sumber.
4-49
Bangunan intake dilengkapi dengan screen, pintu air, dan saluran pembawa.
B. Bak Penenang
Bak penenang digunakan dengan tujuan untuk menstabilkan tinggi muka air baku
yang dialirkan melalui sistem perpipaan dari intake. Unit ini juga mengatur dan
menampung air baku, sehingga jumlah air baku yang akan diproses pada instalasi
pengolahan air minum bisa dilaksanakan dengan mudah dan akurat.
Kriteria desain dari bak penenang ini adalah sebagai berikut :
C. Koagulasi
Koagulasi didefinisikan sebagai destabilisasi muatan pada koloid dan partikel
tersuspensi, termasuk bakteri dan virus, oleh suatu koagulan. Pengadukan cepat
(flash mixing) merupakan bagian terintegrasi dari proses ini. Destabilisasi partikel
dapat diperoleh melalui mekanisme:
1. Pemanfaatan lapisan ganda elektrik
2. Adsorpsi dan netralisasi muatan
3. Penjaringan partikel koloid dalam presipitat
4. Adsorpsi dan pengikatan antar partikel
Secara umum proses koagulasi berfungsi untuk:
1. Mengurangi kekeruhan akibat adanya partikel koloid anorganik maupun organik
di dalam air.
2. Mengurangi warna yang diakibatkan oleh partikel koloid di dalam air.
3. Mengurangi bakteri-bakteri patogen dalam partikel koloid, algae, dan organisme
plankton lain.
4. Mengurangi rasa dan bau yang diakibatkan oleh partikel koloid dalam air.
4-50
Pemilihan koagulan sangat penting untuk menetapkan kriteria desain dari sistem
pengadukan, serta sistem flokulasi dan klarifikasi yang efektif. Koagulan sebagai
bahan kimia yang ditambahkan ke dalam air tentunya memiliki beberapa sifat atau
kriteria tertentu, yaitu :
1. Kation trivalen (+3)
Koloid bermuatan negatif, oleh sebab itu dibutuhkan suatu kation untuk
menetralisir muatan ini. Kation trivalen merupakan kation yang paling efektif.
2. Non toksik
3. Tidak terlarut pada batasan pH netral
Koagulan yang ditambahkan harus berpresipitasi di luar larutan sehingga ion tidak
tertinggal dalam air. Presipitasi seperti ini sangat membantu dalam proses
penyisihan koloid.
Koagulan yang paling umum digunakan adalah koagulan yang berupa garam logam,
seperti alumunium sulfat, ferri klorida, dan ferri sulfat. Polimer sintetik juga sering
digunakan sebagai koagulan. Perbedaan antara koagulan yang berupa garam logam
dan polimer sintetik adalah reaksi hidrolitiknya di dalam air. Garam logam
mengalami hidrolisis ketika dicampurkan ke dalam air, sedangkan polimer tidak
mengalami hal tersebut. Pembentukan produk hidrolisis tersebut terjadi pada
periode yang sangat singkat, yaitu kurang dari 1 detik dan produk tersebut
langsung teradsorb ke dalam partikel koloid serta menyebabkan destabilisasi
muatan listrik pada koloid tersebut, setelah itu produk hidrolisis secara cepat
terpolimerisasi melalui reaksi hidrolitik. Oleh sebab itu, pada pembubuhan koagulan
yang berupa garam logam, proses pengadukan cepat (flash mixing/rapid mixing)
sangat penting, karena:
1. Hidrolisis dan polimerisasi adalah reaksi yang sangat cepat
2. Suplai
koagulan
dan
kondisi
pH
yang
merata
sangat
penting
untuk
4-51
penambahan
alkalinitas.
Umumnya
alkalinitas
dalam
bentuk
ion
kecepatan
ini,
sehingga
gradien
tersebut
harus
mencukupi
untuk
4-52
4-53
dicapai
dengan
mengaplikasikan
pengadukan
yang
tepat
untuk
memperbesar flok-flok hasil koagulasi. Pengadukan pada bak flokulasi harus diatur
sehingga kecepatan pengadukan semakin ke hilir semakin lambat, serta pada
umumnya waktu detensi pada bak ini adalah 20 sampai dengan 40 menit. Hal
tersebut dilakukan karena flok yang telah mencapai ukuran tertentu tidak bisa
menahan gaya tarik dari aliran air dan menyebabkan flok pecah kembali, oleh
sebab itu kecepatan pengadukan dan waktu detensi dibatasi. Hal lain yang harus
diperhatikan pula adalah konstruksi dari unit flokulasi ini harus bisa menghindari
aliran mati pada bak.
Terdapat beberapa kategori sistem pengadukan untuk melakukan flokulasi
ini, yaitu :
1. Pengaduk Mekanis
2. Pengadukan menggunakan baffle channel basins
Pada instalasi pengolahan air minum umumnya flokulasi dilakukan dengan
menggunakan horizontal baffle channel (around-the-end baffles channel). Pemilihan
unit
ini
didasarkan
pada
kemudahan
pemeliharaan
peralatan,
ketersediaan
adalah
pemisahan
padatan
dan
cairan
dengan
menggunakan
4-54
terjadi pada bak sedimentasi bisa dibagi menjadi empat kelas. Pembagian ini
didasarkan pada konsentrasi dari partikel dan kemampuan dari partikel tersebut
untuk berinteraksi
Penjelasan mengenai ke empat jenis pengendapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengendapan Tipe I, Free Settling
Pengendapan Tipe I adalah pengendapan dari partikel diskrit yang bukan
merupakan flok pada suatu suspensi. Partikel terendapkan sebagai unit terpisah
dan tidak terlihat flokulasi atau interaksi antara partikel-partikel tersebut. Contoh
pengendapan tipe I adalah prasedimentasi dan pengendapan pasir pada grit
chamber.
2. Pengendapan Tipe II, Flocculent Settling
Pengendapan Tipe II adalah pengendapan dari partikel-partikel yang berupa flok
pada suatu suspensi. Partikel-partkel tersebut akan membentuk flok selama
pengendapan terjadi, sehingga ukurannya akan membesar dan mengendap dengan
laju yang lebih cepat. Contoh pengendapan tipe ini adalah pengendapan primer
pada air buangan dan pengendapan pada air yang telah melalui proses koagulasi
dan flokulasi.
3. Pengendapan Tipe III, Zone/Hindered Settling
Pengendapan tipe ini adalah pengendapan dari partikel dengan konsentrasi sedang,
dimana partikel-partikel tersebut sangat berdekatan sehingga gaya antar partikel
mencegah pengendapan dari partikel di sekelilingnya. Partikel-partikel tersebut
berada pada posisi yang tetap satu sama lain dan semua mengendap dengan
kecepatan konstan. Sebagai hasilnya massa partikel mengendap dalam satu zona.
Pada bagian atas dari massa yang mengendap akan terdapat batasan yang jelas
antara padatan dan cairan.
4. Pengendapan Tipe IV, Compression Settling
Pengendapan tipe ini adalah pengendapan dari partikel yang memiliki konsentrasi
tinggi dimana partikel-partikel bersentuhan satu sama lain dan pengendapan bisa
terjadi hanya dengan melakukan kompresi terhadap massa tersebut.
Bak sedimentasi yang ideal dibagi menjadi 4 zona yaitu zona inlet, zona outlet,
zona lumpur, dan zona pengendapan. Ada 3 bentuk dasar dari bak pengendapan
yaitu rectangular, circular, dan square. Ada beberapa cara untuk meningkatkan
performa dari proses sedimentasi, antara lain:
4-55
settler ataupun plate settler yang dipasang pada outlet bak. Alat tersebut
menigkatkan penghilangan padatan karena jarak pengendapan ke zona lumpur
berkurang, sehingga surface loading rate berkurang dan padatan mengendap
lebih cepat (Qasim, Motley, & Zhu, 2000).
F. Filtrasi
Filtrasi adalah proses pemisahan padatan dan larutan, dimana larutan tersebut
dilewatkan melalui suatu media berpori atau materi berpori lainnya untuk
menyisihkan partikel tersuspensi yang sangat halus sebanyak mungkin. Proses ini
digunakan pada instalasi pengolahan air minum untuk menyaring air yang telah
dikoagulasi dan diendapkan untuk menghasilkan air minum dengan kualitas yang
baik. Filtrasi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis filter, antara
lain: saringan pasir lambat, saringan pasir cepat, bahkan dengan menggunakan
teknologi membran. Pada pengolahan air minum umumnya dipergunakan saringan
pasir cepat, karena filter jenis ini memiliki debit pengolahan yang cukup besar,
penggunaan lahan yang tidak terlalu besar, biaya operasi dan pemeliharaan yang
cukup rendah, dan tentunya kemudahan dalam pengoperasian dan pemeliharaan.
Gambar 4.23
G. Desinfeksi
4-56
membunuh
dan
menonaktifkan
mikroorganisme
berdasar
pada
tipe
4.9.3
Reservoir
Reservoir adalah tanki penyimpanan air yang berlokasi pada instalasi (Qasim,
Motley, & Zhu, 2000). Air yang sudah diolah disimpan pada tanki ini untuk
kemudian ditransfer ke sistem distribusi. Desain dari reservoir meliputi pemilihan
dari ukuran dan bentuknya, pertimbangan lain meliputi proteksi terhadap air yang
disimpan, proteksi struktur reservoir, dan proteksi pekerja pemeliharaan reservoir.
Reservoir terdiri dari dua jenis yaitu ground storage reservoir dan elevated storage
reservoir. Ground storage reservoir biasa digunakan untuk menampung air dengan
kapasitas besar dan membutuhkan pompa dalam pengoperasiannya, sedangkan
elevated storage reservoir menampung air dengan kapasitas relative lebih kecil
dibandingkan ground storage reservoir dan dalam pengoperasian distribusinya
dilakukan dengan gravitasi. Kapasitas reservoir untuk kebutuhan air bersih dihitung
berdasarkan pemakaian dalam 24 jam (mass diagram). Selain untuk kebutuhan air
bersih, kapasitas reservoir juga meliputi kebutuhan air untuk operasi instalasi dan
kebutuhan air pekerja instalasi
Kriteria Desain
4-57
Kedalaman (H) = (3 6) m
Gambar 4.24
4-58
Gambar 4.25
4-59
Gambar 4.26
4-60
Gambar 4.27
4-61
Gambar 4.28
4-62
Gambar 4.29
4-64