1 BAB – 1
PENDAHULUAN
Negara Republik Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan banyak diantaranya merupakan daerah
yang terisolir, terpencil, tertinggal dan belum berkembang serta belum terjangkau oleh sarana
transportasi. Transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi nasional perlu
dikembangkan dalam rangka mewujudkan wawasan nusantara yang mempersatukan semua
wilayah Indonesia, di mana transportasi merupakan masalah yang vital dalam mendukung
perekonomian suatu bangsa. Dengan semakin meningkatnya kualitas sistem dan jaringan
transportasi, akan meningkat pula interaksi antar pelaku ekonomi di suatu wilayah yang pada
kelanjutannya akan dapat meningkatkan perekonomian secara keseluruhan.
Pembangunan pelabuhan dilaksanakan sebagai pengembangan dari fasilitas yang sudah ada untuk
mendukung perkembangan ekonomi setempat, maupun pada lokasi yang baru untuk membuka
jalan bagi kegiatan transportasi warga sehari?hari yang bersifat mendasar. Oleh karena itu,
pembangunan pelabuhan di Indonesia dalam lingkup Sub Sektor Perhubungan akan terus
dilaksanakan dalam rangka menunjang transportasi penumpang dan barang dalam skema
pelayaran yang bersifat komersial.
Dalam rangka menunjang kegiatan pembangunan pelabuhan, diperlukan sebuah studi yang
mampu memberikan gambaran secara komprehensif tentang kelayakan pada beberapa aspek yang
dianggap penting sebelum dimulainya pembangunan pelabuhan tersebut. Di samping itu,
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 31 Tahun 2006 tentang Pedoman dan Proses
Perencanaan di lingkungan Kementerian Perhubungan mengamanatkan adanya pelaksanaan Studi
Kelayakan sebagai salah satu syarat pembangunan suatu infrastruktur transportasi, termasuk dalam
hal ini pelabuhan.
Dalam rangka mempersiapkan pengembangan pelabuhan yang baik dan memenuhi syarat untuk
operasional kapal?kapal dengan selamat, aman dan lancar, maka Pemerintah Kabupaten Belitung
Timur melalui Dinas Perhubungan perlu mengadakan Feasibility Study (FS) Pengembangan
Pelabuhan Manggar sebagai pelabuhan penyeberangan.
Hasil dari kegiatan ini pada prinsipnya untuk dijadikan acuan bagi para pelaksana studi lanjutan
maupun pelaksana pembangunan serta para pengambil kebijakan. Dalam skala yang lebih besar,
kegiatan ini juga dimaksudkan untuk melindungi masyarakat sekitar dan para pelaku usaha dari
dampak yang mungkin timbul dari pelaksanaan pembangunan suatu pelabuhan. Hal ini mengingat
untuk dapat dianggap layak, suatu lokasi pembangunan pelabuhan harus memenuhi berbagai
kriteria pada aspek - aspek berikut ini:
a. kelayakan teknis;
c. kelayakan lingkungan;
Berdasarkan hasil Studi Kelayakan yang merupakan bagian dari tahap pra‐desain dalam studi
perencanaan, selanjutnya dapat disusun studi lanjutan berupa Rencana Induk Pelabuhan dan Studi
Lingkungan maupun dokumen‐dokumen studi Survey, Investigasi dan Rancangan Dasar maupun
Rancangan Rinci yang merupakan tahapan desain dalam pembangunan pelabuhan.
Hasil kegiatan ini pada prinsipnya untuk dijadikan acuan bagi para pelaksana studi lanjutan
maupun pelaksana pembangunan serta para pengambil kebijakan. Dalam skala yang lebih besar,
kegiatan ini juga dimaksudkan untuk melindungi masyarakat sekitar dan para pelaku usaha dari
dampak yang mungkin timbul dari pelaksanaan pembangunan suatu pelabuhan.
Pelaksanaan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Manggar ini adalah berada
di Kabupaten Belitung Timur, khususnya di kawasan Kecamatan Manggar, Kecamatan Damar dan
Kecamatan Kalapa Kampit, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Lokasi tersebut dapat dilihat
pada peta-peta di bawah ini.
Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Belitung Timur Provinsi Bangka Belitung.
Kecamatan Damar
Kecamatan Manggar
Gambar 1.2 Peta lokasi studi kelayakan Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Manggar, Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung berdasarkan peta Google Earth.
Gambar 1.3 Peta penunjukan lokasi Pelabuhan Sikeli berdasarkan Google Earth.
1.5.1 Persiapan
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, konsultan harus mempelajari secara seksama Kerangka
Acuan Kerja sebagai pedoman pekerjaan, dan selanjutnya membuat tanggapan terhadap Kerangka
Acuan Kerja (KAK) ini serta menyusun Rencana Kerja yang mencakup:
3. Pembuatan program kerja, meliputi: urutan kegiatan, jadwal pelaksanaan pekerjaan, organisasi
pelaksana pekerjaan, penyediaan tenaga ahli, penyediaan perlengkapan/ peralatan kerja.
4. Studi literatur/kepustakaan.
5. Penyusunan daftar kebutuhan data, rencana survey lapangan, dan formulir-formulir yang
diperlukan.
Sebagai bahan dasar analisa, konsultan harus mengumpulkan berbagai data lapangan baik dari
instansi, masyarakat maupun observasi lapangan. Kegiatan survey lapangan adapun lokasi yang
dijadikan survey untuk kelayakan teknis kegiatan feasibility study :
1. Survey pengumpulan data sekunder : instansi terkait, penyebaran kuesioner, wawancara dan
observasi lapangan.
2. Survey pengukuran :
b. Hydro Ocenaografi (wilayah perairan) pada masing- masing calon lokasi alternatif.
Tata ruang merupakan suatu input utama timbulnya pergerakan. Perkembangan tata ruang dapat
menghasilkan pergerakan yang lebih besar, semakin besar intensitas ekonomi suatu wilayah maka
semakin besar pula bangkitan dan tarikan yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Bangkitan dan
tarikan tersebut akan menghasilkan suatu distribusi pergerakan ke wilayah-wilayah lain yang
mempunyai hubungan ekonomi dengan wilayah studi.
Hambatan ruang merupakan suatu masalah besar dalam menghubungkan ruang dan aktifitas.
Prasarana transportasi digunakan untuk mengatasinya. Perbedaan ruang, hambatan antar ruang,
perbedaan waktu dan jarak dapat diatasi dengan penyediaan prasarana transportasi dengan jenis
moda tertentu.
Analisa struktur ruang pelabuhan itu sendiri akan melihat pada struktur ruang pelabuhan, penataan
ruang kawasan pelabuhan akan lebih' diarahkan pada optimalisasi lahan. Fungsi kegiatan dan
fungsi masing-masing bagian yang mendukung kelancaran kegiatan pelabuhan perlu
diperhitungkan sedemikian rupa dan lebih diarahkan pada optimalisasi lahan.
Hasil analisis tata ruang wilayah studi dapat memberikan arahan terhadap pola penataan
pengembangan kawasan pelabuhan pada wilayah studi dengan tujuan meminimalisir dampak
lingkungan yang negatip seperti terhadap lingkungan fisik, sosial dan ekonomi. Termasuk juga
analisis terhadap kesesuaian peruntukan lokasi dengan tata ruang secara nasional (mengacu pada
Blu Print Pelabuhan Penyeberangan dan Rencana Induk Pelabuhan Nasional – RIPN) dan tata
ruang pada wilayah studi (kabupaten/kota dan provinsi) serta kesiapan dan status lahan yang akan
dijadikan pelabuhan;
Analisis ini antara lain berdasarkan hasil Survey Hidrografi dan Topografi berupa:
1. Membuat 2 (satu) buah Bench Mark (BM) pada masing-masing calon lokasi alternatif, di cor
dan dicat warna biru dengan indentitas pemberi tugas yang jelas. Tinggi dari permukaan tanah
30 cm ditanam minimal 60 cm dan dipasang telapak agar tidak mudah hilang. Fungsinya
sebagai titik acuan dalam melaksanakan Survey Batimetri
3. Pengamatan pasang surut selama 15 hari piantan pada salah satu dari 3 (tiga) calon alternatif
lokasi.
Analisis kelayakan ekonomi menitik beratkan pada manfaat ekonomi sekunder, meliputi dampak
ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan optimalisasi dan pengembangan/pembangunan
pelabuhan.
Yang menjadi arah sasaran kajian analisis ekonomi meliputi antara lain:
5. Terbukanya pasar.
Kelayakan ekonomi dihitung minimal dengan metode Benefit-Cost Ratio (BCR) dengan
memperhitungkan multiplier effect keberadaan pelabuhan penyeberangan terhadap kegiatan
ekonomi wilayah.
Sedangkan analisis kelayakan finansial diperlukan untuk melihat apakah rencana investasi suatu
proyek kawasan pelabuhan penyeberangan secara finansial cukup layak atau menguntungkan.
Dari analisa yang dilakukan dapat diketahui tingkat kelayakan terhadap rencana pembangunan
pelabuhan penyeberangan.
Aspek lingkungan harus memperhatikan daya dukung lokasi, zona pemanfaatan lahan dan perairan
(apakah rencana lokasi telah sesuai untuk pemanfaatannya), tidak berlokasi di hutan lindung,
daerah konservasi fauna dan flora, bukan merupakan zona perlindungan pesisir dan laut yang
terdiri dari:
3. Kawasan perlindungan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil (taman laut, kawasan
perlindungan bagi mamalia laut, suaka perikanan, daerah migrasi biota laut dan daerah
perlindungan laut, terumbu karang, kawasan pemilahan dan perlindungan biota lainnya).
Komponen lingkungan yang perlu dipertimbangkan akan terkena dampak oleh kegiatan
kepelabuhanan antara lain: air dan kondisi dasar perairan, hidrologi pantai, topografi, kualitas
udara, kebisingan dan getaran, bau, fauna dan flora, pemandangan alam (view), sampah dan
limbah, sosial budaya, sosio-ekonomi masyarakat. Di samping itu, perlu dikaji kemungkinan
pemindahan (relokasi) penduduk terkait dengan pembebasan lahan ataupun perlunya pengadaan
lahan kompensasi untuk mengganti lahan konservasi yang akan digunakan untuk aktivitas
kepelabuhanan.
Kajian terhadap aspek lingkungan dalam Studi Kelayakan hanya bersifat indikatif dan tetap harus
ditindaklanjuti dengan studi lingkungan seperti AMDAL atau UKL/UPL sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.
Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial yang berdampak pada peningkatan aktifitas
penumpang, barang dan hewan dari dan ke luar pelabuhan, serta hubungan saling mendukung bagi
pertumbuhan dan perkembangan kegiatan kepelabuhanan yang telah berjalan di sekitarnya.
Keberadaan pelabuhan harus didukung keterpaduan dengan moda transportasi lainnya seperti
angkutan darat, kereta api, angkutan sungai dan sebagainya yang menghubungkan pelabuhan
dengan pusat-pusat distribusi dan konsumsi di sekitarnya.
Adanya aksesibilitas terhadap hinterland, seperti ketersediaan jalan darat yang memadai untuk
kelancaran distribusi serta aksesibilitas dari dan menuju pelabuhan penyeberangan dari arah
perairan (alur pelayaran dan daya dukung alamiah mencukupi). Di samping itu, keberadaan
industri di sekitar pelabuhan penyeberangan juga merupakan potensi yang harus diperhitungkan
untuk kebutuhan fasilitas pelabuhan.
Lokasi pelabuhan harus dapat menjamin keamanan dan keselamatan pelayaran sehingga kegiatan
kepelabuhanan dapat berjalan dengan aman, nyaman, dan lancar. Setiap halangan dan rintangan
navigasi yang ada harus ditandai dengan sarana bantu navigasi sesuai ketentuan yang berlaku
secara nasional dan internasional.
Fasilitas pelabuhan dalam kondisi darurat dapat dimanfaatkan untuk pertahanan dan keamanan
Negara, dalam kondisi damai dapat dimanfaatkan untuk mendukung kesejahteraan masyarakat
sehingga keamanan dan pertahanan Negara senantiasa terjamin.
Landasan hukum pelaksanaan kegiatan penyusunan studi kelayakan dalam rangka pembangunan
pelabuhan penyeberangan ini adalah sebagai berikut:
5. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
9. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KP 432 Tahun 2017 tentang Rencana Induk
Pelabuhan Nasional;
10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 85 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Otoritas Pelabuhan Penyeberangan;
11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 2006 tentang Pedoman Perencanaan
di Lingkungan Departemen Perhubungan;
12. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor PM 104 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Angkutan Penyeberangan;
14. Peraturan Menteri LH Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
yang Wajib Dilengkapi dengan Amdal;
15. Keputusan Presiden, Keputusan Menteri dan Peraturan Pemerintah lainnya yang khusus
mengatur wilayah studi tertentu.
Tim pelaksana dalam tahap ini harus menyusun Laporan Pendahuluan sebanyak 10 (sepuluh)
eksemplar, yang diserahkan kepada pemberi tugas 21 (dua puluh satu) hari setelah berlakunya
SPMK untuk pembahasan laporan pendahuluan dengan tim evaluasi.
Laporan Pendahuluan mencakup pemahaman konsultan tentang kerangka acuan yang diberikan,
tanggapan terhadap Kerangka Acuan Pekerjaan yang berisi masukan untuk penyempurnaannya,
metodologi pendekatan yang digunakan, produk akhir kegiatan, ruang lingkup, jadwal rencana
kegiatan maupun jadwal diskusi/ pembahasan dan koordinasi dengan masyarakat dan pemerintah
daerah serta tugas dan tanggung jawab tenaga ahli yang terlibat dalam kegiatan. Laporan ini
merupakan acuan dalam pengendalian kegiatan secara keseluruhan. Selain itu, pada tahap ini
diharapkan konsultan telah merumuskan informasi dan data yang perlu di‐inventarisir serta konsep
kuesioner yang akan digunakan dalam kegiatan selanjutnya.
Laporan ini diselesaikan 90 (sembilan puluh) hari kerja setelah berlakunya SPMK dan diserahkan
sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.
Laporan Antara memuat seluruh data sekunder dan informasi lainnya yang diperoleh dari hasil
kunjungan lapangan serta analisis sementara study kelayakan berdasarkan data yang diperoleh
terhadap alternative lokasi yang telah ditinjau. Laporan ini dilengkapi dengan sketsa awal lokasi
dan foto dokumentasi yang menggambarkan kondisi daratan dan perairan pada seluruh alternative
lokasi (minimal 3 alternatif lokasi).
Didalam Laporan Antara juga telah dikeluarkan kesimpulan sementara tentang kelayakan lokasi
berdasarkan kajian matrik penilaian lokasi pelabuhan.
Laporan ini diselesaikan 120 (seratus dua puluh hari) setelah berlakunya SPMK dan diserahkan
sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar. Konsep laporan akhir memuat hasil analisis, rangkuman potensi
permasalahan dan rancangan rekomendasi.
Laporan ini lebih bersifat penyempurnaan maupun pemantapan dari konsep laporan akhir.
Penyempurnaan laporan ini didasarkan pada beberapa masukan dari berbagai pihak di tingkat
pusat dan daerah, swasta maupun masyarakat yang telah dilibatkan dalam pembahasan
sebelumnya. Laporan ini harus diselesaikan oleh Tim Konsultan dalam waktu 150 (seratur lima
puluh) hari kerja setelah berlakunya SPMK dengan jumlah Laporan Akhir yang harus diserahkan
kepada pemberi tugas sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar dan berisi:
1. Penjelasan keseluruhan hasil studi berdasarkan analisis gabungan dari aspek‐aspek kelayakan
teknis, kelayakan ekonomi dan finansial, kelayakan lingkungan, pertumbuhan ekonomi dan
6. Hard disk eksternal berisikan softcopy seluruh laporan yang telah diselesaikan sebanyak 2
(dua) buah.
Sistematika penulisan Laporan Pendahuluan dibagi dalam beberapa bab, sebagai berikut.
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, lokasi pekerjaan,
lingkup pekerjaan dan lingkup tugas, landasan hukum, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan, dan
produk yang dihasilkan dari kegiatan ini.
Bab ini menggambarkan kondisi eksisting wilayah kajian yang meliputi kondisi hinterland yang
mempengaruhi pelabuhan, baik kondisi ekonomi, sosial, budaya, maupun sistem transportasi
secara umum, beserta rencana tata ruang wilayah studi.
Bab ini berisi tentang tinjauan kebijakan yang berlaku pada lokasi pekerjaan sehingga dapat
dipakai sebagai acuan pada tahap pekerjaan selanjutnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah
kesimpangsiuran kebijakan yang nantinya menjadi dasar pengambilan keputusan.
Bab ini berisi tanggapan dan pemahaman terhadap Kerangka Acuan Kerja yang telah diberikan
dalam rangka pelaksanaan pekerjaan ini.
Bab ini menguraikan pendekatan dan metodologi pelaksanaan pekerjaan yang akan diterapkan
dalam kegiatan ini.
Bab ini menjabarkan tugas dan tanggung jawab tenaga ahli yang terlibat dalam studi ini beserta
struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan.
Bab ini menerangkan jadwal pelaksanaan pekerjaan dan penjelasan hal-hal yang akan dikerjakan