dalam satu sistem Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Perak dan Sekitarnya secara Terintegrasi yang untuk jangka panjang
diarahkan ke Pelabuhan Tanjung Bulupandan di Kabupaten Bangkalan.
2.3 Pelabuhan Utama Gresik Pantai dan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut No: PU.62/1/7/DJPL.06 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis
o o Kegiatan Pengerukan dan Reklamasi.
Pelabuhan Utama Gresik terletak pada posisi 112 39’30,60’’ BT dan 7 9’27,40’’ LS, tepatnya pada Selat Madura atau
sebelah Utara Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.Wilayah kerja Pelabuhan Gresik diatur berdasarkanSurat Keputusan
Kegiatan reklamasi telah mendapat ijin dari:
Bersama Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri nomor KM. 63 tahun 1996 dan nomor 169 tahun 1996 tentang
1. Bupati Bangkalan melalui surat No. 582/096/433.303/2009 tanggal 13 Februari 2009, perihal persetujuan prinsip
Batas-batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Gresik, dengan luas Batas Daerah
pembangunan sarana pelabuhan industri di Desa Pemajuh, Petaonan, Dakiring di Kecamatan Socah, Kabupaten
Lingkungan Kerja Daratan Pelabuhan Gresik 236 ha (dua ratus tiga puluh enam hektar), dimulai dari muara Kali Lamong.
Bangkalan;
Sementara Batas Daerah Lingkungan Kerja Perairan Pelabuhan Gresik luasnya lebih kurang 8.136 Ha (delapan ribu seratus
2. Dirjen Perhubungan Laut melalui Keputusan Dirjen Perhubungan No. B.XXXIV.201/PU.60 tanggal 3 April 2009 tentang
tiga puluh enam hektar). Sedangkan Batas Daerah Lingkungan Kepentingan Perairan Pelabuhan Gresik luasnya lebih
Pemberian Ijin Pembangunan kepada PT. Madura Industrial Seaport City untuk membangun terminal khusus di
kurang 35.125 Ha (tiga puluh lima ribu seratus dua puluh lima hektar) dimulai dari Tanjung Sawo.
Kecamatan Socah;
3. Pemerintah Provinsi Jawa Timur Cq. Unit Pelayanan Perijinan Terpadu melalui Suratnya No. P2T/02/17.01/III/2010
2.4 Pelabuhan Teluk Lamong
tanggal 15 Maret 2010 dengan perihal persetujuan kelayakan lingkungan.
2.4.1 Profil Pelabuhan Teluk Lamong
2.5.2 Wilayah Kerja Pelabuhan Socah
Teluk lamong terletak di 7° 11’ 32,85’’ LS dan 112° 40’ 41,18’’ BT. Dibangun di tengah laut sekitar 2 km dari bibirpantai
teluk tersebut (bukan di muara Sungai Kali Lamong).Lokasi proyek berbasis reklamasi itu dihubungkan dengan jembatan Pada hari Senin tanggal 30 Mei 2011 telah dilakukan peninjauan lokasi pembangunan pelabuhan Socah. Dalam rangka
(1,5 Km – 2 Km) yang berbasis di pantai Tambak Osowilangun. Konsep pengembangan Pelabuhan direncanakan di lokasi rekomendasi pekerjaan reklamasi tahap I, area yang akan direklamasi terletak pada koordinat:
Teluk Lamong (Lamong Bay), didasarkan atas pertimbangan ekonomi yang mendukung program pemerintah daerah dalam 1. Titik A1: 7° 4’ 7,53’’ LS dan 112° 40’ 21,57’’ BT;
mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu yang lebih penting lagi, sebagai upaya untuk memudahkan jarak 2. Titik A2: 7° 4’ 31,51’’ LS dan 112° 40’ 20,94’’ BT;
transportasi dalam pendistribusian barang dari pelabuhan Teluk Lamong keseluruh wilayah Jawa Timur maupun sebaliknya 3. Titik A3: 7° 4’ 36,39’’ LS dan 112° 40’ 32,85’’ BT;
lebih dekat. Sehingga dapat mengurangi biaya transportasi karena juga didorong akses jalan menuju tol. Sehingga konsep 4. Titik A4: 7° 4’ 32,48’’ LS dan 112° 40’ 36,69’’ BT;
pengembangan pelabuhan akan diarahkan pada pengembangan relokasi industri barang-barang ekspor maupun impor 5. Titik A5: 7° 4’ 27,77’’ LS dan 112° 40’ 29,70’’ BT;
selain untuk kelancaran barang ke wilayah Indonesia Timur. 6. Titik A6: 7° 4’ 20,63’’ LS dan 112° 40’ 25,08’’ BT;
7. Titik A7: 7° 4’ 11,96’’ LS dan 112° 40’ 27,19’’ BT;
Kondisi yang sangat mendesak untuk dibangun adalah penyediaan infrastruktur untuk kebutuhan barang antar pulau, 8. Titik A8: 7° 4’ 8,00’’ LS dan 112° 40’ 32,15’’ BT.
mengingat pertumbuhan cukup pesat, sehingga dibutuhkan pelabuhan yang memadai. Selama ini terjadi antrian yang
cukup lama di pelabuhan Tanjung Perak, ada antrian yang menunggu barang ada yang menunggu dermaga. 2.6 Pelabuhan Tanjung Bulupandan
2.6.1 Profil Pelabuhan Tanjung Bulupandan
Tujuhpekerjaan yang direncanakan di proyek tersebut, antara lain dermaga internasional ber ukuran 500 x 80 meter,
sudah selesai. Setidaknya, dermaga itu bisa digunakan untuk bersandar lebih dari 10 kapal besar. Dermaga dibangun Lokasi Tanjung Bulupandan terletak di 6° 54’ 41,39’’ LS dan 112° 50’ 2,31’’ BT yaitu di Pantai Utara Kabupaten Bangkalan
dengan kedalaman 14 LWS (low water spring). Dengan demikian, kapal-kapal besar tak akan lagi terhambat untuk dan merupakan koridor untuk pelabuhan pintu gerbang regional yang ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah
bersandar. Jembatan dermaga yang direncanakan se panjang 1 kmsebentar lagi juga terhubung dengan jalan lintasan provinsi. Tanjung Bulupandan menguntungkan dalam hal lokasi yang dekat dengan Tanjung Perak.
sepanjang 1,3 km.
Pembangunan pelabuhan disiapkan untuk kebutuhan angkutan tahun 2030 seperti panjang dermaga 2.550 meter dengan
2.4.2 Wilayah Kerja Pelabuhan Teluk Lamong 8 dermaga, kedalaman 14 – 15 meter, lebar apron 64,5 meter, lapangan penumpukan 30,4 ha, dan halaman belakang 0,9
ha, dengan mempertimbangkan kondisi setempat, posisi pelabuhan, lapangan petikemas, alur pendekat, pemecah
Pelabuhan Teluk Lamong dibangun sebagai pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak dalam satu sistem dengan
gelombang, dan area labuh. Rencana layout konseptual meliputi lahan 1.600 Ha diluar wilayah pelabuhan dan terdapat
pengembangan pelabuhan di wilayah Teluk Lamong, oleh karena itu wilayah kerja Pelabuhan Teluk Lamong merupakan
kawasan industri 320 ha yang merupakan separuh dari daerah pengembangan yang potensial di Kabupaten Bangkalan.
bagian dari wilayah kerja Pelabuhan Tanjung Perak.
Penyiapan skenario pengembangan Pelabuhan Tanjung Bulupandan diarahkan pada 2 faktor utama yaitu:
2.5 Pelabuhan Socah
1. Penyiapan kapasitas dan trafik kapal di pelabuhan;
2.5.1 Profil Pelabuhan Socah 2. Penyiapan strategi penyediaan fasilitas utama pelabuhan tanjung bulupandan. Strategi pengembangan diarahkan
pada fungsi ganda Pelabuhan yaitu sebagai terminal petikemas dan terminal curah (kering dan cair).
Pelabuhan Socah di Tanjung Junganyar, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur saat ini masih dalam
proses pembangunan oleh PT. Madura Industrial Seaport City (MISI). Pembangunan ini dilakukan dalam beberapa tahap.
Untuk penyiapan strategi pengembangan kapasitas dan trafik, faktor utama dirujuk yaitu faktor kedalaman pelabuhan,
Pembangunan tahap I yang sedang dilakukan berada di lahan seluas 17,3 ha (173.000 m 2).
jumlah unit kapal yang dapat dilayani termasuk dimensi dan kapasitas tonase kapalnya.Sedangkan untuk strategi
pengembangan fasilitas utama pelabuhan terdapat beberapa faktor yang direkomendasikan yaitu jumlah dermaga yang
Pembangunan dilakukan di area reklamasi yang akan dikerjakan di Desa Dakiring, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan
dibutuhkan, jumlah lapangan penumpukan, lebar alur (channel) navigasi pelayaran, serta skenario penyediaan jasa pandu
yang merupakan Alur Pelayaran Barat Surabaya. Jarak tepi areal reklamasi dengan alur pelayaran adalah 1.530 m. Sumber
dan tunda di wilayah layanan Pelabuhan Tanjung Bulupandan.
material reklamasi berasal dari daratan pada jarak 10 – 15 km dari lokasi. Material reklamasi diangkut dengan truk melalui
jalan akses yang tersedia.Kegiatan ini dilakukan dengan syarat tidak mengganggu alur pelayaran dan kegiatan operasional
2.6.2 Wilayah Kerja Pelabuhan Tanjung Bulupandan
pelabuhan, memenuhi peraturan dan ketentuan teknis yang berlaku, memenuhi dokumen AMDAL yang telah disetujui,
serta memelihara kondisi jalan akses yang dilalui oleh truk pengangut material reklamasi. Pelabuhan Tanjung Bulupandan untuk jangka panjang direncanakan guna menyokong Pelabuhan Tanjung Perak dalam
satu sistem dengan pengembangan pelabuhan di wilayah Tanjung Bulupandan, maka wilayah kerja Pelabuhan Tanjung
Reklamasi dilakukan dengan berpedoman pada Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Peraturan Bulupandan masih ada dalam kawasan Pelabuhan Tanjung Perak.
Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan, Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian,
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 40/PRT/M/2007 tentang Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi
3 Kajian Literatur Wilayah DLKr dan DLKp Pelabuhan f. Fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal;
g. Pengembangan pelabuhan jangka panjang.
3.1 Umum
3. Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan ditetapkan oleh:
Wilayah Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) suatu pelabuhan disebutkan dalan a. Menteri untuk pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul dengan terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari
UU No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran serta PP No. 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan dimana penjabaran singkat gubernur dan bupati/walikota mengenai kesesuaian dengan tata ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota;
mengenai wilayah Wilayah Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) suatu pelabuhan b. Gubemur untuk pelabuhan pengumpan regional dengan terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari
di masing-masing perundangan tersebut diberikan dalam uraian sub bab di bawah. bupati/walikota mengenai kesesuaian dengan tata ruang wilayah kabupaten/kota;
c. Bupati/walikota untuk pelabuhan pengumpan lokal serta pelabuhan sungai dan danau.
Kajian literatur terhadap wilayah Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan 4. Penetapan batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan paling sedikit memuat:
Tanjung Perak dan sekitarnya meliputi kajian terhadap dokumen-dokumen yang menyatakan mengenai batas-batas a. Luas lahan daratan yang digunakan sebagai Daerah Lingkungan Kerja;
wilayah Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) tersebut, yakni: b. Luas perairan yang digunakan sebagai Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan;
1. Surat Keputusan Bersama Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri untuk Pelabuhan Tanjung Perak dan c. Titik koordinat geografis sebagai batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan.
Pelabuhan Gresik; 5. Daratan dan/atau perairan yang ditetapkan sebagai Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan
2. RTRW wilayah Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Bangkalan; pelabuhan dikuasai oleh negara dan diatur oleh penyelenggara pelabuhan, serta diberikan hak pengelolaan atas tanah
3. Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Perak dan Sekitarnya secara Terintegrasi 2011 – 2031. dan/atau pemanfaatan perairan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
6. Kewajiban penyelenggara pelabuhan pada Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan
3.2 Peraturan Perundangan adalah sebagai berikut:
a. Pada Daerah Lingkungan Kerja (DLKr):
3.2.1 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
i. Memasang tanda batas sesuai dengan batas Daerah Lingkungan Kerja daratan yang telah ditetapkan;
Hal-hal yang berkaitan dengan Wilayah Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) suatu ii. Memasang papan pengumuman yang memuat informasi mengenai batas Daerah Lingkungan Kerja daratan
pelabuhan tercantum dalam pasal 75 – pasal 76, yakni: pelabuhan;
1. Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan merupakan bagian dari Rencana Induk iii. Melaksanakan pengamanan terhadap aset yang dimiliki;
Pelabuhan; iv. Menyelesaikan sertifikat hak pengelolaan atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
2. Batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan ditetapkan oleh: undangan;
a. Menteri untuk pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul setelah mendapat rekomendasi dari gubernur dan v. Memasang tanda batas sesuai dengan batas Daerah Lingkungan Kerja perairan yang telah ditetapkan;
bupati/walikota akan kesesuaian dengan tata ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota; vi. Menginformasikan mengenai batas Daerah Lingkungan Kerja perairan pelabuhan kepada pelaku kegiatan
b. Gubernur atau bupati/walikota untuk pelabuhan pengumpan. kepelabuhanan;
3. Batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan ditetapkan dengan koordinat vii. Menyediakan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran;
geografis untuk menjamin kegiatan kepelabuhanan, yang terdiri dari: viii. Menyediakan dan memelihara kolam pelabuhan dan alur pelayaran;
a. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) wilayah daratan yang digunakan untuk kegiatan fasilitas pokok dan fasilitas ix. Menjamin dan memelihara kelestarian lingkungan;
penunjang; x. Melaksanakan pengamanan terhadap aset yang dimiliki berupa fasilitas pelabuhan di perairan.
b. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) wilayah perairan yang digunakan untuk kegiatan alur pelayaran, tempat labuh, b. Pada Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp):
tempat alih muat antar kapal, kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal, kegiatan i. Menjaga keamanan dan ketertiban;
pemanduan, tempat perbaikan kapal, dan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan; ii. Menyediakan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran;
c. Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan merupakan perairan pelabuhan di luar Daerah Lingkungan Kerja iii. Menyediakan dan memelihara alur pelayaran;
perairan yang digunakan untuk alur-pelayaran dari dan ke pelabuhan, keperluan keadaan darurat, pengembangan iv. Memelihara kelestarian lingkungan;
pelabuhan jangka panjang, penempatan kapal mati, percobaan berlayar, kegiatan pemanduan, fasilitas v. Melaksanakan pengawasan dan pengendalianterhadap penggunaan daerah pantai.
pembangunan, dan pemeliharaan kapal.
4. Daratan dan/atau perairan yang ditetapkan sebagaiDaerah Lingkungan Kerja dan Daerah LingkunganKepentingan 3.3 Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan
pelabuhan dikuasai oleh negara dan diatur oleh penyelenggara pelabuhan, serta diberikan hak pengelolaan atas
3.3.1 SKB Pelabuhan Tanjung Perak
tanahdan/atau pemanfaatan perairan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.
Wilayah kerja Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Gresik didasarkan pada Surat Keputusan Bersama Menteri
3.2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhan Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri No. KM.110/AL.106/Phb’81 dan No. 93 Tahun 1981 tanggal 29 April 1981 tentang
Batas-batas Lingkungan Kerja Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, memutuskan wilayah kerja Pelabuhan Tanjung Perak
Hal-hal yang berkaitan dengan Wilayah Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) suatu
terdiri dari DLKR daratan seluas 542,53 ha, DLKR perairan seluas 4.675,50 ha, serta DLKP perairan pelabuhan yang
pelabuhan tercantum dalam pasal 30 – pasal 36, yakni:
dipergunakan bersama-sama Pelabuhan Gresik sebagai Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) seluas 35.125 ha.
1. Daerah Lingkungan Kerja pelabuhan terdiri atas wilayah daratan yang digunakan untuk kegiatan fasilitas pokok dan
fasilitas penunjang serta wilayah perairan yang digunakan untuk kegiatan alur pelayaran, tempat labuh, tempat alih
Sejalan dengan berjalannya waktu sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri Perhubungan dan Menteri
muat antar kapal, kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal, kegiatan pemanduan, tempat
Dalam Negeri No. KM.110/AL.106/Phb’81 dan No. 93 Tahun 1981 tanggal 29 April 1981 tentang Batas-batas Lingkungan
perbaikan kapal, dan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan;
Kerja Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, maka terjadi penyesuaian batas wilayah DLKr dan DLKp Pelabuhan Tanjung
2. Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan merupakan perairan pelabuhan di luar Daerah Lingkungan Kerja perairan
Perak dengan kondisi saat ini di lapangan setelah melakukan serangkaian diskusi dengan para pemangku kepentingan,
yang digunakan untuk:
yakni PT. Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjung Perak, Kantor Kesyahbandaran Pelabuhan Utama Tanjung Perak,
a. Alur pelayaran dari dan ke pelabuhan;
Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak, dan KSOP Gresik, serta verifikasi melalui survei dengan menggunakan alat GPS
b. Keperluan keadaan darurat;
Geodetik yang dilakukan konsultan. Batas-batas wilayah DLKr Daratan dan Perairan serta DLKp Pelabuhan Tanjung Perak
c. Penempatan kapal mati;
berdasarkan SKB diberikan dalam Tabel 1 dan Gambar 2.
d. Percobaan berlayar;
e. Kegiatan pemanduan kapal;
Tabel 1 Daftar Koordinat dan Revisi Koordinat Titik Batas Wilayah DLKr Daratan dan Perairan Pelabuhan Tanjung Perak Koordinat
No. Titik Letak/Batas Wilayah
LS BT
No. Titik Koordinat SKB Revisi Koordinat SKB
4 D Jembatan Kayu PT. Sumber Mas Plywood 007° 11’ 09,20” 112° 39’ 47,60”
I Perairan 5 E Sebelah Timur pabrik PT. Sumber Mas Plywood 007° 10’ 52,00” 112° 39’ 50,60”
1 A 007° 11’ 35” S 112° 39’ 20’’ T 007° 11’ 36,16” S 112° 39’ 20,01’’ T 6 F Perbatasan tanah milik PT. Sumber Mas Plywood dengan PT. Nusantara Plywood 007° 10’ 44,30” 112° 39’ 51,30”
2 B 007° 09’ 20’’ S 112° 41’ 45’’ T 007° 09’ 17,67’’ S 112° 41' 43,30" T 7 G Sebelah Timur bangunan pabrik PT. Nusantara Plywood 007° 10’ 40,00” 112° 40’ 08,00”
3 C 007° 10’ 15’’ S 112o 44’ 55’’ T 007° 10’ 12,62’’ S 112° 44' 53,81" T 8 H Di log pond PT. Nusantara Plywood 007° 10’ 36,00” 112° 39’ 38,00
4 D 007° 11’ 35’’ S 112° 44’ 55’’ T 007° 11’ 39,23’’ S 112° 44' 51,42" T 9 I Di tepi pantai 007° 10’ 31,00” 112° 04’ 14,30”
5 E 007° 11’ 40’’ S 112° 44’ 05’’ T 007°11'45,43"S 112°44'8,71" T 10 J Perbatasan antara tanah PT. Nusantara Plywood dengan PT. Manggala Pratama 007° 10’ 27,30” 112° 39’ 50,00”
6 G 007° 13’ 15’’ S 112° 44’ 12’’ T 007° 13' 19,88" S 112° 44' 16,44" T 11 K Titik ujung Selatan reklamasi PT. Manggala Pratama 007° 10’ 26,70” 112° 40’ 13,90”
7 P 007° 13’ 10’’ S 112° 42’ 51’’ T 007° 12’ 48,70’’ S 112° 42’ 56,44’’ T 12 L Titik ujung Utara reklamasi PT. Manggala Pratama 007° 10’ 17,30” 112° 40’ 12,30”
II Daratan 13 M Titik ujung darat PT. Kodeco 007° 10’ 14,60” 112° 39’ 50,90”
1 E 007° 11’ 40’’ S 112° 44’ 05’’ T 007°11'46,31"S 112°44'03,42" T 14 N Batas tanah PT. Kodeco dan tanah PT. Semen Gresik 007° 10’ 12,60” 112° 39’ 42,30”
2 F 007° 14’ 11’’ S 112° 44’ 17’’ T 007°14' 11,95"S 112°44' 17,31" T As dermaga PT. Semen Gresik sampai di titik P yang terletak di batas tanah PT.
15 O 007° 10’ 09,30” 112° 40’ 10,60”
3 H 007° 13’ 20’’ S 112° 43’ 40’’ T 007° 13' 24,48" S 112° 43' 55,73" T Semen Gresik, menyusur jalan masuk dermaga PT. Semen Gresik
4 I 007° 13’ 27’’ S 112° 43’ 26’’ T 007° 13' 27,03" S 112° 43' 34,97" T 16 P Batas tanah PT. Semen Gresik dan tanah PLTGU 007° 10’ 07,90” 112° 39’ 45,90”
5 J 007° 13’ 34,5’’ S 112° 43’ 20’’ T 007° 13' 42,41" S 112° 43' 21,32" T 17 Q Batas darat reklamasi PLTGU 007° 10’ 08,90” 112° 39’ 52,60”
6 K 007° 13’ 59’’ S 112° 43’ 15’’ T 007° 13' 56,27" S 112° 43' 19,71" T 18 R Titik ujung Selatan reklamasi PLTGU 007° 10’ 03,30” 112° 40’ 05,70”
7 L 007° 13’ 56’’ S 112° 43’ 11’’ T 007° 13' 52,48" S 112° 43' 16,06" T 19 S Titik ujung Utara reklamasi PLTGU 007° 09’ 52,00” 112° 40’ 01,30”
8 M 007° 13’ 41’’ S 112° 43’ 12’’ T 007° 13' 43,74" S 112° 43' 15,93" T 20 T Titik ujung reklamasi PLTGU 007° 09’ 52,00” 112° 40’ 06,30”
9 N 007° 13’ 30’’ S 112° 43’ 04’’ T 007° 13' 27,50" S 112° 43' 13,47" T 21 U As dermaga PLTGU 007° 09’ 58,00” 112° 40’ 05,00”
10 N’ 007° 13’ 25’’ S 112° 43’ 01’’ T 007° 13' 19,99" S 112° 43' 11,13" T 22 V Titik ujung Utara reklamasi PLTGU 007° 09’ 35,70” 112° 39’ 46,30”
11 O 007° 13’ 20’’ S 112° 43’ 01’’ T 007° 13' 00,57" S 112° 43' 05,22" T 23 W Batas tanah PLTGU dan tanah Pertamina Aspal 007° 09’ 46,00” 112° 39’ 35,00”
24 X Titik ujung darat reklamasi dermaga Pertamina 007° 09’ 36,40’” 112° 39’ 51,00”
Sumber: SKB Menhub dan Mendagri No. KM.110/AL.106/Phb’81 dan No. 93 Tahun 1981, PT. Pelindo III Cab. Tjg. Perak, Kantor
Kesyahbandaran Pelabuhan Utama Tanjung Perak, Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak, dan KSOP Gresik 25 Y As dermaga Pertamina Aspal 007° 09’ 32,50” 112° 39’ 49,00”
26 Z Titik ujung dermaga umum Pelabuhan Gresik 007° 09’ 29,40” 112° 39’ 47,60”
27 ZA Titik ujung darat Selatan dermaga umum Pelabuhan Gresik 007° 09’ 27,70” 112° 39’ 38,30”
3.3.2 SKB Pelabuhan Gresik
Titik ujung darat Utara dermaga umum Pelabuhan Gresik, sebelah Barat dermaga
28 ZB 007° 09’ 22,00” 112° 39’ 39,00”
Wilayah kerja Pelabuhan Gresik didasarkan pada Surat Keputusan Bersama Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam kayu Pelabuhan Umum Gresik
Negeri No. KM. 63 Tahun 1996 dan No. 169 Tahun 1996 tentang Batas-batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah 29 ZC As dermaga Pelabuhan Umum Gresik 007° 09’ 27,40” 112° 39’ 30,60”
Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Gresik yang memutuskan Batas-batas Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan Gresik. 30 ZD Trestle dermaga Pelabuhan Umum Gresik 007° 09’ 14,10” 112° 39’ 45,00”
Batas-batas wilayah kerja dan wilayah kepentingan Pelabuhan Gresik yang dipergunakan bersama dengan Pelabuhan 31 ZE Tepi Jalan Lingkar Utara (R. E. Martadinata) 007° 09’ 13,60” 112° 39’ 34,50”
Tanjung Perak berdasarkan SKB diberikan dalam Tabel 2 dan Gambar 3 – Gambar 6.
32 ZF Desa Kroman 007° 08’ 59,40” 112° 39’ 29,30”
Tabel 2 Koordinat DLKr Daratan dan Perairan dan DLKp Pelabuhan Utama Gresik 33 ZG Batas tanah PT. (Persero) Petro Kimia 007° 08’ 44,00” 112° 39’ 06,10”
Koordinat 34 ZH Trestle dermaga PT. (Persero) Petro Kimia 007° 08’ 37,00” 112° 39’ 09,00”
No. Titik Letak/Batas Wilayah
LS BT 35 ZI Tepi pantai sebelah Barat Laut dermaga PT. (Persero) Petro Kimia 007° 08’ 37,60” 112° 39’ 03,00”
I Perairan 36 ZJ Tepi pantai sebelah Utara TItik ZI 007° 08’ 29,20” 112° 38’ 51,70”
1 A1 Muara Kali Lamong 007° 11’ 42,30” 112° 39’ 24,21” 37 ZK Desa Pojok 007° 08’ 32,80” 112° 38’ 48,70”
2 B1 Tanjung Tajungan 007° 09’ 21,00” 112° 41’ 25,00” 38 ZL Jalan kawasan industri PT. (Persero) Petro Kimia 007° 08’ 40,00” 112° 38’ 56,30”
3 C1 Muara Kali Geladak Landung 007° 08’ 36,00” 112° 42’ 08,80” 39 ZM Bekas Stasiun Kereta Api 007° 09’ 08,06” 112° 39’ 28,00”
4 D1 Desa Ujung Piring 007° 02’ 05,00” 112° 40’ 54,10” 40 ZN Pertigaan Jalan Yos Sudarso dan Jalan Harun Tohir 007° 09’ 22,30” 112° 39’ 30,50”
5 E1 Tanjung Sawo 007° 01’ 24,15” 112° 38’ 46,20” 41 ZO Desa Kramat 007° 09’ 57,00” 112° 39’ 25,50”
6 F1 Muara Kali Mertani 007° 05’ 03,34” 112° 38’ 32,00” 42 ZP Ujung sebelah Tenggara Jalan Harun Tohir 007° 10’ 19,70” 112° 39’ 39,70”
7 G1 Muara Kali Miring 007° 06’ 09,50” 112° 37’ 08,00” 43 ZQ Barat Daya pos jaga PT. Sumber Mas Plywood 007° 10’ 56,20” 112° 39’ 39,70”
8 H1 Dermaga Pelabuhan Umum Gresik 007° 09’ 27,40” 112° 39’ 30,60” 44 ZR Tepi Jalan Darmo Sugondo 007° 11’ 24,50” 112° 39’ 20,70”
II Daratan 45 ZS Tepi Kali Lamong sebelah rel KA 007° 11’ 40,50” 112° 38’ 39,80”
1 A Muara Kali Lamong 007° 11’ 27,40” 112° 39’ 33,50” Sumber: SKB Menhub dan Mendagri No. KM. 63 Tahun 1996 dan No. 169 Tahun 1996
2 B Sebelah Barat Mess PT. Sumber Mas Plywood 007° 11’ 06,30” 112° 39’ 37,00”
3 C Titik ujung reklamasi dermaga PT. Sumber Mas Plywood 007° 11’ 09,20” 112° 39’ 47,60”
Gambar 2 Wilayah DLKR Daratan dan Perairan Pelabuhan Tanjung Perak berdasarkan Uraian SKB Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri No. KM.110/AL.106/Phb’81 dan No. 93 Tahun 1981 tanggal 29 April 1981
Gambar 3 Wilayah DLKr Daratan Pelabuhan Gresik berdasarkan Uraian SKB Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri No. KM. 63 Tahun 1996 dan No. 169 Tahun 1996
Gambar 4 Wilayah DLKr Perairan Pelabuhan Gresik berdasarkan Uraian SKB Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri No. KM. 63 Tahun 1996 dan No. 169 Tahun 1996
Gambar 5 Wilayah DLKr Daratan dan Perairan Pelabuhan Gresik berdasarkan Uraian SKB Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri No. KM. 63 Tahun 1996 dan No. 169 Tahun 1996
Gambar 6 Wilayah DLKp Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Gresik berdasarkan Uraian SKB Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri
3.4 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 3. Hal tersebut di atas diperkuat dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP.137A tanggal 4 Mei 2001 tentang
Persetujuan ANDAL, RKL dan RPL Pengembangan PelabuhanTanjung Perak ke Arah Muara Kali Lamong dan Teluk
3.4.1 RTRW Provinsi Jawa Timur
Lamong;
RTRW Provinsi Jawa Timur mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata 4. Pengembangan pelabuhan ini mencakup Pengembangan Terminal Peti Kemas dan Rencana Pengembangan Pelabuhan
Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011 – 2031, dimana Pelabuhan Tanjung Perak terintegrasi termasuk dalam salah satu Penumpang;
indikasi program utama lima tahunan perwujudan sistem prasarana jaringan transportasi laut di Jawa Timur. Rencana 5. Surabaya memiliki armada perikanan dan intensitas penangkapan ikan dalam jumlah besar, sementara di lokasi
struktur ruang wilayah dan pola ruang wilayah Provinsi Jawa Timur diberikan dalam Gambar 7 dan Gambar 8. Indikasi eksisting Pelabuhan Tanjung Perak saat ini belum terdapat dukungan prasarana infrastruktur berupa lokasi khusus
program lima tahunan perwujudan sistem prasarana jaringan transportasi laut di Jawa Timur adalah sebagai berikut: untuk sentra atau pangkalan pendaratan ikan (PPI), termasuk di dalamnya tempat pelelangan ikan. Oleh karena itu
1. Pemantapan pelabuhan pelayanan penyeberangan antar provinsi yaitu Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya; untuk menunjang potensi tersebut maka lokasi PPI – TPI direncanakan berada di muara Kali Lamong, Kelurahan
2. Pengembangan pelabuhan pelayanan penyeberangan antar kabupaten/kota, yaitu: Romokalisari, Benowo;
a. Pelabuhan Ujung, Kota Surabaya; 6. Beberapa pertimbangan yang mendasari penentuan lokasi tersebut diarahkan pada kriteria kelayakan meliputi
b. Pelabuhan Kamal, Kabupaten Bangkalan; kelayakan sosial, teknis dan ekonomis berdasarkan studi kelayakan oleh Lemlit ITS tahun 1995, yakni:
c. Pelabuhan Bawean, Kabupaten Gresik; a. Kelayakan Sosial
d. Pelabuhan Jangkar, Kabupaten Situbondo; Mencakup pengaruh masyarakat terhadap pelaksanaan proyek, meliputi pembebasan lahan dan ketertarikan
e. Pelabuhan Kalianget, Pelabuhan Raas, Pelabuhan Kangean, dan Pelabuhan Sapudi di Kabupaten Sumenep; nelayan dan pengusaha untuk memanfaatkannya;
f. Pelabuhan Gili Ketapang, Kabupaten Probolinggo; Masalah pembebasan lahan dapat dieliminir, dalam pengertian lahan tidak sulit untuk dibebaskan;
g. Pelabuhan Probolinggo, Kota Probolinggo; Terdapat prospek yang baik dari segi biaya dan kedekatan terhadap lokasi fasilitas penyangga berdasarkan
h. Pelabuhan Paciran, Kabupaten Lamongan. segi pemakai prasarana.
3. Pemantapan pelabuhan penyeberangan dalam wilayah kabupaten/kota, meliputi:
b. Kelayakan Teknis
a. Pelabuhan Kangean dan Pelabuhan Sapudi di Kabupaten Sumenep;
b. Pelabuhan Gresik, Kabupaten Gresik. Kondisi perairan memiliki kedalaman perairan mencapai 3 m pada saat surut terendah, sehingga kondisi
4. Pemantapan pelabuhan utama yaitu Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya; perairan ini masih memenuhi syarat untuk draft kapal ± 0,80m sampai ± 1,50m;
5. Pengembangan Pelabuhan Utama Tanjung Perak dalam satu sistem dengan rencana pengembangan pelabuhan di Kapasitas alur masih cukup tinggi.
sekitarnya, yakni sebagai berikut: c. Kelayakan Ekonomis
a. Pelabuhan di wilayah antara Teluk Lamong sampai Kabupaten Gresik; Sangat prospektif;
b. Pelabuhan Socah, Kabupaten Bangkalan; PPI – TPI di muara Kali Lamong ini direncanakan menjadi Pelabuhan Nusantara.
c. Pelabuhan Tanjung Bulupandan, Kabupaten Bangkalan.
Kawasan perairan lepas sejauh 4 mil merupakan wewenang pemerintahan kota/kabupaten sesuai dengan UU Pengelolaan
3.4.2 RTRW Kota Surabaya Wilayah Pesisir dan Pantai, oleh karena itu mengacu pada hal tersebut maka arahan untuk masing-masing kawasan adalah
RTRW Kota Surabaya tertuang dalam Perda Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2007 tentang RTRW Kota Surabaya. Struktur sebagai berikut:
Ruang Kota Surabaya yang meliputi ruang darat dan laut direncanakan berdasarkan kondisi dan potensi pemanfaatan 1. Kawasan Perairan Pantai Utara
lahan, fungsi kegiatan, perkembangan wilayah dan pusat-pusat pertumbuhan dan diarahkan secara merata dan terstruktur Kawasan perairan lepas sejauh 4 mil di sebelah Utara diperuntukkan sebagai kawasan pengembangan pelabuhan
pada seluruh wilayah Kota Surabaya. Penggunaan lahan wilayah, rencana struktur tata ruang kota, daratan dan perairan, sekaligus industri strategis.
serta rencana pola ruang, daratan dan perairan di wilayah Kota Surabaya diberikan dalam Gambar 9 – Gambar 15, 2. Kawasan Perairan Pantai Timur
sedangkan berkaitan dengan wilayah Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) Daratan dan Perairan serta Daerah Lingkungan Kawasan perairan lepas sejauh 4 mil (pada bagian yang menghadap Pulau Madura, lebar perairannya adalah separuh
Kepentingan (DLKp) Pelabuhan Tanjung Perak diberikan dalam Gambar 16. jarak pantai Surabaya – Madura) dari garis pantai, dialokasikan untuk eksploitasi dan eksplorasi sumber kekayaan
alam, jalur pelayaran laut, penyelidikan ilmiah, penempatan infrastruktur dengan mengindahkan kepentingan
Kawasan Pelabuhan Tanjung Perak berada di wilayah Unit Pengembangan V Tanjung Perak dan Pelabuhan Terminal Peti pertahanan keamanan nasional, perhubungan telekomunikasi dan transmisi listrik bawah laut, perikanan,
Kemas Surabaya. Kawasan pelabuhan diklasifikasikan sebagai kawasan khusus dalam pola struktur ruang Kota Surabaya. penyelidikan oceanografi, cagar alam dan pariwisata sejalan dengan arahan pada RTRK Unit Distrik Tambak Wedi.
Penataan dan pelaksanaan pembangunan fasilitas umum, fasilitas sosial dan utilitas kota di kawasan khusus harus
diintegrasikan dengan pengembangan ruang kota dan dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah. Tanjung Perak – 3.4.3 RTRW Kabupaten Gresik
Morokrembangan juga masuk dalam kawasan khusus, yaitu kawasan yang mempunyai sifat spesifik karena penting secara RTRW Kabupaten Gresik Tahun 2010 – 2030 memuat rencana pengembangan pelabuhan, dimana pengembangan
fungsi dan juga memerlukan perlakuan spesifik. Kawasankhusus di Kota Surabaya meliputi kawasan militer, pelabuhan, diutamakan dengan mengembangkan pelabuhan baru atau meningkatkan kondisi pelabuhan yang ada dan memiliki
dan industri strategis. potensi yang baik. Rencana struktur ruang dan pola ruang di wilayah Kabupaten Gresik diberikan dalam Gambar 17 –
Gambar 21, sedangkan berkaitan dengan wilayah Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) Daratan dan Perairan serta Daerah
Sejalan dengan semakin intensifnya perkembangan kegiatan bongkar muat barang maupunarus penumpang di Pelabuhan Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan Gresik diberikan dalam Gambar 22 – Gambar 23. Rencana pengembangan
Tanjung Perak, dan pengembangan ekstensif di lokasi. Saat ini sudah tidak memungkinkan karena faktor lahan, maka PT. pelabuhan ke depan di Kabupaten Gresik adalah sebagai berikut:
Pelindo III (Persero) merencanakan memperluas Pelabuhan Tanjung Perak ke arah Kali Lamong dengan pertimbangan hal- 1. Rencana pengembangan Pelabuhan Kalimireng;
hal sebagai berikut: 2. Meningkatkan kondisi pelabuhan yang sudah ada.
1. Kapasitas terpasang di Pelabuhan Tanjung Perak sebesar ± 35 juta ton/m perlu dikembangkan karena kondisi saat ini
sudah hampir terlampaui sehingga membutuhkan perluasan pelabuhan ke arah Barat; Arahan pengembangan jaringan transportasi laut Kabuoaten Gresik yang tercantum dalam dokumen RTRW KAbupaten
2. Arah pengembangan pelabuhan Tanjung Perak tidak mungkin lagi menambah di lokasi yang ada sekarang ataupun Gresik meliputi pengembangan Pelabuhan Nasional Gresik, Pelabuhan Nasional Bawean, dan Pelabuhan Perikanan di
menggunakan tanah daratan dikarenakan lokasi yang sudah padat penduduk, sehingga jalan satu-satunya adalah Campurejo, Kecamatan Panceng, sedangkan rencana pola ruang wilayah kabupaten terdiri atas rencana kawasan lindung,
dengan cara mereklamasi perairan dangkal di daerah-daerah yang telah mendapat ijin Menteri Perhubungan; rencana kawasan budidaya, dan rencana kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, serta zona tangkap nelayan di wilayah
Ujung Pangkah.
Gambar 9 Penggunaan Ruang Wilayah Darat dan Laut Eksisting Kota Surabaya
Gambar 16 Wilayah DLKr Daratan dan Perairan serta DLKp Pelabuhan Tanjung Perak berdasarkan RTRW Kota Surabaya 2007 – 2027
Gambar 19 Gambar 3.27 Rencana Pola Ruang Wilayah Daratan Kabupaten Gresik (Lokasi Bungah)
Gambar 20 Rencana Pola Ruang Wilayah Daratan Kabupaten Gresik (Lokasi Sidayu)
Gambar 21 Rencana Pola Ruang Wilayah Daratan Kabupaten Gresik (Lokasi Ujung Pangkah)
Gambar 22 Wilayah DLKr Daratan dan Perairan serta DLKp Pelabuhan Gresik berdasarkan RTRW Kabupaten Gresik 2010 - 2030 (Lokasi Kebomas dan Gresik)
Gambar 23 Wilayah DLKr Daratan dan Perairan serta DLKp Pelabuhan Gresik berdasarkan RTRW Kabupaten Gresik 2010 – 2030 (Lokasi Manyar)
3.4.4 RTRW Kabupaten Bangkalan dukung lingkungannya. Lokasi ini memiliki kesesuaian tata ruang berdasarkan RTRW Pemerintah Provinsi Jawa
Timur dan Pemerintah Kabupaten Bangkalan. Ketersediaan lahan di belakang pelabuhan membuat lokasi ini
Rencana sistem jaringan prasarana wilayah ini merupakan frame pembentuk struktur ruang wilayah Kabupaten Bangkalan
potensial dikembangkan menjadi pelabuhan penunjang kawasan industri (integrated port with industrial
yang utuh antara pusat kegiatan dan infrastruktur yang menunjang dan dibutuhkan. Dalam sistem jaringan prasarana ini,
zone/SEZ).
yang dibahas bukan hanya dalam lingkup kabupaten, namun salah satunya sangat terkait dengan sistem Nasional dan
d. Tanjung Bulupandan
Provinsi. Sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Bangkalan meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan
Kawasan ini berada di luar kawasan perairan Pelabuhan Perak maupun Gresik, dimana lokasi ini dapat
energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air, dan prasarana lingkungan.
dikembangkan sampai dengan 2.000 ha dengan waterfront 300 meter. Diperlukan kajian mendalam pada aspek
Secara keseluruhan pengembangan prasarana ini akan mendukung struktur dan pola ruang di masa yang akan datang.
penyediaan infrastruktur dasar seperti alur pelayaran dan kolam pelabuhan serta jalan akses pelabuhan. Lokasi ini
Rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah Kabupaten Bangkalan diberikan dalam Gambar 24 – Gambar 25,
memiliki kesesuaian tata ruang berdasarkan RTRW Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten
sedangkan berkaitan dengan wilayah rencana Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) Daratan dan Perairan serta Daerah
Bangkalan. Ketersediaan lahan di belakang pelabuhan membuat lokasi ini potensial dikembangkan menjadi
Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan Socah dan Pelabuhan Tanjung Bulupandan diberikan dalam Gambar 26 –
pelabuhan penunjang kawasan industri (integrated port with industrial zone/SEZ).
Gambar 27.
RTRW Kabupaten Bangkalan Tahun 2009 – 2029 memuat rencana pengembangan pelabuhan. Pengembangan transportasi Tabel 3 Lokasi Pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak dan Sekitarnya
laut diutamakan dengan mengembangkan pelabuhan baru atau meningkatkan kondisi pelabuhan yang ada dan memiliki Kondisi Teknis Perairan dan Peruntukan
potensi yang baik, dimana pada masa yang akan datang pengembangan pelabuhan di Kabupaten Bangkalan adalah sebagai No. Lokasi Posisi Geografis Arah Pengembangan
Lahan Tata Ruang
berikut: Berada di Selat Madura,
1. Pelabuhan Petikemas Tanjung Bulupandan di Kecamatan Klampis sebagai Pelabuhan Internasional; perairan terlindung,
Pelabuhan multi-terminal
2. Pelabuhan Telaga Biru di Kecamatan Tanjung Bumi yang dikembangkan menjadi pelabuhan regional; Pelabuhan kedalaman alur saat ini -10 Pelabuhan
1 Tanjung Perak penunjang perdagangan
3. Pelabuhan khusus di Socah sebagai area pelayanan kawasan industri Socah; eksisting mLWS. laut
(kedalaman s/d -13 mLWS).
4. Pelabuhan Sepulu dengan pengembangan sebagai pelabuhan lokal. Lahan daratan terbatas untuk
pengembangan.
Berada di Selat Madura,
3.5 Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjung Perak dan Sekitarnya Secara Terintegrasi
perairan terlindung,
3.5.1 Rencana Lokasi Pengembangan Pelabuhan kedalaman alur saat ini -10 Pelabuhan multipurpose dan
Pelabuhan Pelabuhan
2 Gresik mLWS. curah penunjang industri
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjung Perak yang berlaku sampai saat ini adalah berdasarkan dokumen Pengesahan eksisting laut
Lahan pengembangan (kedalaman s/d -13 mLWS).
Rencana Induk Pelabuhan (Master Plan) oleh Menteri Perhubungan, melalui Peraturan Menteri Perhubungan Nomor dengan reklamasi di utara
KM.54 tahun 2006 tanggal 6 Oktober 2006, dimana dikatakan bahwa Pelabuhan Tanjung Perak berpotensi dikembangkan Gresik/Kalimireng (Manyar).
sebagai pusat perdagangan Indonesia bagian tengah dan timur. Sebagai tranship peti kemas, terminal transit utama BBM, Berada di Selat Madura,
± 2 Km barat
Grain Distribution Centre dan pusat industri berbasis CPO. perairan terlindung,
Pelabuhan Gresik Pelabuhan multipurpose
kedalaman alur saat ini -10 Pelabuhan
3 Teluk Lamong eksisting, di penunjang perdagangan
mLWS. laut
Untuk memenuhi perkembangan permintaan layanan pelabuhan di masa depan, maka kebutuhan lahan pengembangan pantai utara (kedalaman s/d -13 mLWS).
Lahan pengembangan
pelabuhan menjadi besar dan keterbatasan lahan pelabuhan eksisting menuntut ketersediaan lahan pengembangan di Jawa
dengan reklamasi.
lokasi sekitarnya, sehingga Pelabuhan Tanjung Perak direncanakan dikembangkan di 6 (enam) lokasi pengembangan Berada di Selat Madura,
berdasarkan Studi JICA tahun 2007 dan diresumekan dalam Tabel 3, yaitu: ± 1,5 Km utara perairan terlindung,
1. Pelabuhan eksisting sebanyak 2 (dua) lokasi Pelabuhan curah dan
Pelabuhan Gresik kedalaman alur saat ini -10 Pelabuhan
4 Manyar penunjang industri (kedalaman
Lokasi pelabuhan eksisting memiliki keterbatsan lahan untuk pengembangan pelabuhan, Namun dari aspek tata ruang eksiting, di utara mLWS. laut
s/d -15 mLWS).
tidak memiliki kendala karena peruntukannya sudah jelas untuk kepelabuhan. Rencana lokasi pengembangan di Kalimireng Tersedia lahan untuk
pelabuhan eksisting adalah: pengembangan.
a. Pelabuhan Tanjung Perak; Berada di Selat Madura,
± 6 Km barat laut
b. Pelabuhan Gresik. perairan terlindung,
pelabuhan Pelabuhan peti kemas dan
kedalaman alur saat ini -10 Pelabuhan
2. Lahan peruntukan baru sebanyak 4 (empat) lokasi, yakni: 5 Socah eksisting, di curah penunjang industri
mLWS. laut
a. Teluk Lamong pantai barat
Tersedia lahan untuk
(kedalaman s/d -13 mLWS).
Kawasan ini masih berada dalam kawasan perairan Pelabuhan Tanjung Perak, dimana dapat dikembangkan Madura
pengembangan.
sampai dengan 500 ha dengan waterfront 2.000 meter. Kendala saat ini adanya rekomendasi Gubernur untuk Berada di pantai lepas,
pengembangan pelabuhan hanya sampai dengan 50 Ha. Untuk itu perlu dukungan kesesuaian tata ruang dari ± 20 Km barat
perairan tidak terlindung,
laut pelabuhan Pelabuhan peti kemas dan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota Surabaya. Tanjung kedalaman laut -18 mLWS Pelabuhan
6 eksisting, di curah penunjang industri
b. Utama Gresik Bulupandan
pantai barat
sekitar 600 m dari pantai. laut
(kedalaman s/d -13 mLWS).
Kawasan ini masih berada dalam kawasan perairan Pelabuhan Gresik. Ketersediaan lahan di belakang pelabuhan Tersedia lahan untuk
Madura
membuat lokasi ini potensial dikembangkan menjadi pelabuhan penunjang kawasan industri (integrated port with pengembangan.
industrial zone/SEZ) yang dapat dikembangkan sampai dengan 1.200 ha dengan waterfront 300 meter. Lokasi ini Sumber: RIP Tanjung Perak dan Sekitarnya secara Terintegrasi 2011 – 2031
memiliki kesesuaian tata ruang berdasarkan RTRW Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten
Gresik. Tetapi diperlukan kajian mendalam aspek lingkungan mengingat lokasinya yang dekat dengan mulut selat.
c. Socah
Kawasan ini masih berada dalam kawasan perairan Pelabuhan Gresik, dimana lokasi ini dapat dikembangkan
sampai dengan 500 ha dengan waterfront 300 meter dan memerlukan kajian lingkungan yang mendalam karena
lokasinya dekat dengan mulut selat dalam hal pengembangan pelabuhan dengan reklamasi sesuai dengan daya
Gambar 26 Rencana Wilayah DLKr Daratan dan Perairan serta DLKp Pelabuhan Socah berdasarkan RTRW Kabupaten Bangkalan 2009 – 2029
Gambar 27 Rencana Wilayah DLKr Daratan dan Perairan serta DLKp Pelabuhan Socah berdasarkan RTRW Kabupaten Bangkalan 2009 – 2029
Gambar 28 Wilayah Eksisting DLKr Daratan dan Perairan serta DLKp Pelabuhan Tanjung Perak dan Sekitarnya secara Terintegrasi
Gambar 29 Rencana Wilayah DLKr Daratan Pelabuhan Tanjung Perak dan Sekitarnya secara Terintegrasi (Lokasi Tanjung Perak) berdasarkan RIP
Gambar 30 Rencana Wilayah DLKr Daratan Pelabuhan Tanjung Perak dan Sekitarnya secara Terintegrasi (Lokasi Gresik) berdasarkan RIP
Gambar 31 Rencana Wilayah DLKr Daratan Pelabuhan Tanjung Perak dan Sekitarnya secara Terintegrasi (Lokasi Manyar) berdasarkan RIP
Gambar 32 Rencana Wilayah DLKr Daratan Pelabuhan Tanjung Perak dan Sekitarnya secara Terintegrasi (Lokasi Teluk Lamong) berdasarkan RIP
Gambar 33 Rencana Wilayah DLKr Daratan Pelabuhan Tanjung Perak dan Sekitarnya secara Terintegrasi (Lokasi Socah) berdasarkan RIP
Gambar 34 Rencana Wilayah DLKr Daratan Pelabuhan Tanjung Perak dan Sekitarnya secara Terintegrasi (Lokasi Tanjung Bulupandan) berdasarkan RIP
Gambar 35 Rencana Wilayah DLKr Perairan dan DLKp Pelabuhan Tanjung Perak dan Sekitarnya secara Terintegrasi berdasarkan RIP
Koordinat ( X, Y, Z) Beberapa pengecekan yang harus dilakukan sebelum pengamatan GPS dilaksanakan adalah sebagai
berikut:
- Semua receiver GPS beserta antena dan catudaya telah ditest dan siap untuk digunakan;
- Semua batere telah di isi (charged) sampai penuh;
Analisa
- Memori dalam setiap receiver telah dikosongkan.
Tanjung Perak (Patok Batas TP-DLKR.01), Pelabuhan Utama Gresik (Patok Batas GSK-DLKR.01), dan Terminal Teluk Lamong
(Patok Batas LMG-DLKR.01).
Lokasi penempatan alat GPS Geodetik berupa base dan rover diberikan dalam Gambar 40 – Gambar 43, dimana lokasi
tepatnya masing-masing titik adalah sebagai berikut:
1. Titik base, ditempatkan di depan Terminal Nilam (depan PLTU), Tanjung Perak, Surabaya;
2. Titik sampel Pelabuhan Tanjung Perak, yakni Titik G SKB Pelabuhan Tanjung Perak yang terletak di Jembatan Petekan;
3. Titik sampel Pelabuhan Gresik, yakni Titik ZR SKB Pelabuhan Gresik yang terletak di rel kereta api dekat lokasi PLN
Hulu Energi WMO;
4. Titik sampel Terminal Teluk Lamong, yakni di gerbang terminal yang berbatasan dengan Jln. Osowilangun.
Gambar 38 Model Pengukuran Tinggi Antena
4.1.3 Hasil Survei
- Prosedur saat pengamatan, meliputi: Hasil survei GPS Geodetik ini adalah berupa titik-titik koordinat referensi batas wilayah DLKr Daratan dan Perairan di
Setelah tim-tim lapangan lainnya siap, tekan tombol tertentu untuk memulai pengamatan GPS; Pelabuhan Gresik, Terminal Teluk Lamong, dan Pelabuhan Tanjung Perak, dimana titik referensi ini diberikan pada Tabel 4.
Selama pengamatan berlangsung harus selalu ada personil survei yang berjaga di sekitar lokasi Tabel 4 Titik Koordinat Referensi Hasil Survei GPS Geodetic (dalam Koordinat UTM)
titik untuk memastikan bahwa receiver GPS selalu beroperasi dengan baik dan tidak terganggu;
Easting Northing
Di akhir pengamatan, pastikan bahwa receiver GPS telah berhenti beroperasi dan semua data No. Benchmark
(E) (N)
terekam dengan baik.
1 BSBY 690317,437 9202561,542
- Prosedur setelah pengamatan, meliputi:
Beritahukan tim lainnya bahwa receiver telah selesai melakukan pengamatan; 2 TP-DLKR.01 691889,345 9201322,810
Cek tinggi antena dan centering dari antena; 3 GSK-DLKR.01 683622,714 9206862,556
Melengkapi bagian setelah pengamatan pada formulir pengamatan titik; 4 LMG-DLKR.01 682626,294 9202142,762
Membereskan peralatan dan menempatkan kembali receiver secara baik dan aman ke dalam Sumber: Survei dan Analisa Konsultan, 2014
box casing.
d. Pengolahan Data Keterangan: Benchmark BSBY adalah BM dengan orde 0 yang dibuat oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) yang menjadi kontrol
pada pengukuran geodetik saat ini
Pengolahan data dengan menggunakan pengolah data GPS GNSS Solutions, dengan mengikuti tahapan di bawah
ini dan diilustrasikan dalam suatu diagram alir yang diberikan pada Gambar 39.
4.2 Identifikasi Wilayah DLKr dan DLKp
Survei identifikasi wilayah DLKr Daratan dan Perairan serta DLKp pada SKB dan eksisting untuk Pelabuhan Tanjung Perak,
Pelabuhan Gresik, dan Terminal Teluk Lamong dilakukan dengan mencatattitik koordinat dan batas alam pada setiap batas
riil yang disebutkan dalam SKB dan dipergunakan kegiatan kepelabuhanan serta pendukungnya dengan dilengkapi
dokumentasi, sedangkan untuk rencana Pelabuhan Socah dan Pelabuhan Tanjung Bulupandan, Kabupaten Bangkalan,
Madura, survei dilakukan di area perencanaan berdasarkan dokumen RIP Tanjung Perak dan Sekitarnya Secara
Terintegrasi, dimana di lokasi rencana Pelabuhan Socah telah dilakukan pembatasan area rencana reklamasi tahap I.
Gambar 41 Titik Sampel Pelabuhan Tanjung Perak Survei GPS Geodetik (Patok Batas TP-DLKR.01)
Sumber: Survei Lapangan Konsultan, 2014 Sumber: Survei Lapangan Konsultan, 2014
Gambar 42 Titik Sampel Pelabuhan Gresik Survei GPS Geodetik (Patok Batas GSK-DLKR.01) Gambar 43 Titik Sampel Terminal Teluk Lamong Survei GPS Geodetik (Patok Batas LMG-DLKR.01)
Gambar 44 DLKr Daratan dan Perairan Eksisting Pelabuhan Tanjung Perak Lokasi Tanjung Perak dan Terminal Teluk Lamong
4.3 Usulan Alternatif Wilayah DLKr dan DLKp c. Penyesuaian batas wilayah DLKr perairan dengan DLKr perairan Pelabuhan Gresik.
3. Wilayah DLKr Daratan Pelabuhan Gresik seluas ha, meliputi:
Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam pengusulan wilayah DLKr Daratan dan Perairan serta DLkp Pelabuhan Tanjung
a. Wilayah DLKr yang tercantum dalam uraian SKB Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri No. KM. 63
Perak dan Pelabuhan Gresikantara lain:
Tahun 1996 dan No. 169 Tahun 1996 tentang Batas-batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
1. Wilayah DLKr Daratan dan Perairan serta DLKp pelabuhan yang tercantum dalam uraian SKB Menteri Perhubungan
Kepentingan Pelabuhan Gresik;
dan Menteri Dalam Negeri masing-masing pelabuhan;
b. Perencanaan ultimate pengembangan Pelabuhan Manyar dalam dokumen RIP Tanjung Perak dan Sekitarnya
2. Dokumen perencanaan wilayah di masing-masing wilayah kota dan kabupaten, meliputi Kota Surabaya, Kabupaten
secara Terintegrasi 2011 – 2031, yakni di perairan sebelah Timur daratan Kecamatan Manyar seluas 350 ha;
Gresik, dan Kabupaten Bangkalan, meliputi:
c. Wilayah industri dan dermaga milik PT. Maspion di sebelah Utara Pelabuhan Utama Gresik berbatasan dengan
a. Wilayah konservasi lahan bakau untuk nelayan di wilayah Ujung Pangkah yang terlampir dalam Lampiran VI
Kecamatan Manyar;
dokumen RTRW Kabupaten Gresik.
d. Perubahan garis pantai mengikuti garis pantai saat ini dan daratan hasil reklamasi.
3. Kondisi eksisting wilayah yang dipergunakan untuk kegiatan kepelabuhanan, meliputi:
4. Wilayah DLKr Daratan Pelabuhan Gresik seluas ha, meliputi:
a. Pelabuhan Tanjung Perak, terdiri dari:
a. Seluruh wilayah DLKr yang tercantum dalam uraian SKB Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri No. KM.
1) Adanya reklamasi di lokasi Kalianak/Greges pada tahun 1990-an seluas ± 1,9 ha.
63 Tahun 1996 dan No. 169 Tahun 1996 tentang Batas-batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
b. Pelabuhan Gresik, terdiri dari:
Kepentingan Pelabuhan Gresik dikurangi dengan seluruh luasan perencanaan wilayah DLKr Daratan yang
1) DLKp Pelabuhan Gresik sampai ke Ujung Pangkah;
dilakukan di lokasi Gresik, PT. Maspion, Manyar, dan Socah;
2) Adanya pekerjaan reklamasi yang dilakukan perusahaan-perusahaan yang memiliki Teminal untuk
b. Batas dengan seluruh wilayah DLKr Daratan Pelabuhan Gresik;
Kepentingan Sendiri (TuKS) di wilayah Pelabuhan Gresik, dimana salah satunya PT. Wilmar yang wilayah
c. Penyesuaian batas wilayah DLKr perairan dengan DLKr perairan Pelabuhan Tanjung Perak.
perairannya terbagi oleh garis batas DLKr perairan Pelabuhan Gresik dan Pelabuhan Tanjung Perak.
5. Wilayah DLKp Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Gresik merupakan area yang sama sesuai dengan perencanaan
4. Perencanaan pengembangan pelabuhan seperti yang tertuang pada dokumen RIP Pelabuhan Tanjung Perak dan
yang tercantum dalam dokumen RIP Tanjung Perak dan Sekitarnya secara Terintegrasi 2011 – 2031, yakni di wilayah
Sekitarnya secara Terintegrasi Tahun 2011 – 2031 serta dokumen perencanaan yang dimiliki PT. Pelindo III Surabaya,
pintu masuk Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) ke arah Utara seluas dengan mengeluarkan wilayah perikanan
meliputi:
tangkap nelayan di Ujung Pangkah mengikuti perencanaan RTRW Kabupaten Gresik;
a. Perencanaan pengembangan dan pembangunan ultimate Terminal Teluk Lamong dilakukan dengan cara
6. Daftar koordinat serta peta usulan alternatif wilayah DLKr daratan dan perairan serta DLKp Pelabuhan Tanjung Perak
mereklamasi lautan Teluk Lamong seluas 386,12 ha dan akses masuk dari Jln. Osowilangun di sebelah Barat Daya
dan Pelabuhan Gresik, yang meliputi Terminal Teluk Lamong, rencana Pelabuhan Socah, serta rencana Pelabuhan
dermaga, dimana saat ini telah terealisasi seluas ± 100 ha;
Tanjung Bulupandan berdasarkan pertimbangan hal-hal di atas diberikan pada Tabel 5 – Tabel 7 dan dalam Gambar
b. Perencanaan pengembangan dan pembangunan ultimatePelabuhan Manyar dilakukan dengan cara mereklamasi
49 – Gambar 57.
perairan sebelah Timur wilayah daratan Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, seluas 350 ha, dimana saat ini
telah terealisasi seluas 152 ha yang merupakan pembangunan Tahap I berdasarkan izin Menteri Perhubungan; Tabel 5 Koordinat Usulan Alternatif Wilayah DLKr Daratan dan Perairan Pelabuhan Tanjung Perak
c. Rencana wilayah DLKr Daratan Pelabuhan Socah dan Pelabuhan Tanjung Bulupandan masuk ke dalam bagian
Koordinat Usulan Koordinat Usulan
wilayah DLKr Daratan Pelabuhan Tanjung Perak, sedangkan rencana wilayah DLKr Perairannya masuk ke dalam No. Titik No. Titik
LS BT LS BT
wilayah DLKr Perairan Pelabuhan Gresik;
d. Masuknya Pulau Karang Jamuan seluas ± 5,6 ha sebagai bagian dari wilayah DLKr Daratan Pelabuhan Tanjung A DLKr Daratan A DLKr Perairan
Perak. I Tanjung Perak I Tanjung Perak
1 A 7°11'46,31"S 112°44'3,42"E 1 AA 7°11'51,41"S 112°39'52,39"E
Beberapa hal yang menjadi usulan alternatif wilayah DLKr daratan dan perairan serta DLKp Pelabuhan Tanjung Perak dan 2 B 7°13'19,88"S 112°44'16,44"E 2 BB 7°11'37,87"S 112°39'57,68"E
Pelabuhan Gresik atas dasar pertimbangan-pertimbangan di atas antara lain:
3 B1 7°13'53,65"S 112°44'17,24"E 3 CC 7° 9'47,08"S 112°42'4,45"E
1. Wilayah DLKr Daratan Pelabuhan Tanjung Perak seluas ha, meliputi:
4 B2 7°14'11,95"S 112°44'17,31"E 4 DD 7°10'12,06"S 112°44'56,76"E
a. Lokasi Tanjung Perak terdiri dari:
1) Wilayah DLKr yang tercantum dalam uraian SKB Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri No. 5 B3 7°14'9,82"S 112°44'10,58"E 5 EE 7°11'39,23"S 112°44'51,42"E
KM.110/AL.106/Phb’81 dan No. 93 Tahun 1981 tanggal 29 April 1981 tentang Batas-batas Lingkungan Kerja 6 B4 7°13'53,68"S 112°44'15,78"E 6 FF 7°11'45,54"S 112°44'8,69"E
Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya; 7 C 7°13'24,48"S 112°43'55,73"E 7 GG 7°14'11,95"S 112°44'17,31"E
2) Perencanaan pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak dalam dokumen RIP Tanjung Perak dan Sekitarnya 8 D 7°13'27,03"S 112°43'34,97"E 8 HH 7°12'42,36"S 112°42'54,48"E
secara Terintegrasi 2011 – 2031, yakni dermaga di sebelah Barat dermaga penumpang.
9 E 7°13'42,41"S 112°43'21,32"E 9 II 7°12'35,63"S 112°39'46,35"E
b. Lokasi Teluk Lamong meliputi wilayah perencanaan pengembangan ultimate Terminal Teluk Lamong di laut Teluk
10 F 7°13'45,90"S 112°43'25,52"E 10 JJ 7°11'40,88"S 112°40'55,92"E
Lamong seluas 386,12 ha yang tercantum dalam dokumen RIP Tanjung Perak dan Sekitarnya secara Terintegrasi
2011 – 2031; 11 G 7°13'56,27"S 112°43'19,71"E 11 KK 7°11'25,86"S 112°40'38,77"E
c. Lokasi Socah meliputi areal urugan batas areal reklamasi yang telah dilakukan oleh PT. MISI; 12 H 7°13'52,48"S 112°43'16,06"E 12 LL 7°12'35,30"S 112°39'46,15"E
d. Lokasi Tanjung Bulupandan meliputi perencanaan zona 1 Pelabuhan Tanjung Bulupandan yang tercantum dalam 13 I 7°13'43,74"S 112°43'15,93"E II Socah
dokumen RIP Tanjung Perak dan Sekitarnya secara Terintegrasi 2011 – 2031; 14 J 7°13'27,50"S 112°43'13,47"E 1 MM1 7° 5'40,93"S 112°41'8,91"E
e. Masuknya Pulau Karang Jamuan seluas ± 5,6 ha sebagai bagian dari wilayah DLKr Daratan Pelabuhan Tanjung
15 K 7°13'19,99"S 112°43'11,13"E 2 MM2 7° 5'36,90"S 112°40'47,84"E
Perak;
16 L 7°13'0,89"S 112°43'5,73"E 3 MM3 7° 4'34,01"S 112°40'14,49"E
f. Perubahan garis pantai mengikuti garis pantai saat ini dan daratan hasil reklamasi.
2. Wilayah DLKr Perairan Pelabuhan Tanjung Perak seluas ha, meliputi: 17 M 7°12'42,36"S 112°42'54,48"E 4 MM4 7° 3'5,52"S 112°40'13,59"E
a. Seluruh wilayah perairan yang tercantum dalam uraian SKB Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri No. 18 N 7°11'45,62"S 112°42'6,81"E 5 MM5 7° 2'36,62"S 112°40'24,92"E
KM.110/AL.106/Phb’81 dan No. 93 Tahun 1981 tanggal 29 April 1981 tentang Batas-batas Lingkungan Kerja 19 O1 7°13'26,49"S 112°40'49,23"E 6 MM6 7° 2'37,03"S 112°40'39,37"E
Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dikurangi seluruh luasan perencanaan wilayah DLKr Daratan yang dilakukan di 20 O2 7°13'17,52"S 112°40'48,82"E
lokasi Tanjung Perak, Teluk Lamong, Socah, dan Tanjung Bulupandan; 21 O3 7°13'12,82"S 112°40'40,56"E
b. Batas dengan wilayah DLKr Daratan Pelabuhan Tanjung Perak di lokasi Tanjung Perak dan Teluk Lamong;
22 O4 7°13'24,97"S 112°40'38,45"E
Gambar 49 Usulan Wilayah Daerah Kepentingan Kerja (DLKr) Daratan Pelabuhan Tanjung Perak Lokasi Tanjung Perak, Teluk Lamong, Socah, dan Karang Jamuang
Gambar 50 Usulan Wilayah Daerah Kepentingan Kerja (DLKr) Perairan Pelabuhan Tanjung Perak Lokasi Pelabuhan Tanjung Perak, Teluk Lamong, Socah, dan Tanjung Bulupandan
Gambar 51 Usulan Wilayah Daerah Kepentingan Kerja (DLKr) Daratan dan Perairan Pelabuhan Tanjung Perak Lokasi Pelabuhan Tanjung Perak, Teluk Lamong, Socah, Tanjung Bulupandan, dan Karang Jamuang
Gambar 52 Usulan Wilayah Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan Tanjung Perak dan Sekitarnya secara Terintegrasi
Gambar 53 Usulan Wilayah Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan Tanjung Perak dan Sekitarnya secara Terintegrasi
Gambar 54 Usulan Wilayah Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) Daratan Pelabuhan Gresik
Gambar 55 Usulan Wilayah Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) Perairan Pelabuhan Gresik
Gambar 57 Usulan Wilayah Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan Gresik
4.4 Resume Luasan Wilayah DLKr dan DLKp 4.5 Hak Penggunaan Lahan (HPL)
Peraturan perundangan yang mengatur mengenai Hak Pengelolaan Lahan, dimana untuk selanjutnya disebut HPL, antara
Luasan wilayah DLKr Daratan dan Perairan serta DLKp eksisting untuk Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Gresik, dan
lain:
Terminal Teluk Lamong berbanding dengan dokumen SKB dan RIP diberikan pada Tabel 8 – Tabel 9.
1. Undang-Undang No. 20 tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang No. 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan
Tabel 8 Luasan Wilayah DLKr dan DLKp Pelabuhan Tanjung Perak yang meliputi Terminal Teluk Lamong, Socah, dan Hak Atas Tanah dan Bangunan (UU BPHTB);
Tanjung Bulupandan berdasarkan SKB Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri, RIP Tanjung Perak dan 2. Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah;
Sekitarnya secara Terintegrasi, serta Kondisi Eksisting 3. Peraturan Menteri Agraria No. 9 tahun 1965 tentang Pelaksanaan Konversi Hak Penguasaan Atas Tanah Negara dan
Ketentuan-Ketentuan tentang Kebijaksanaan Selanjutnya;
SKB RIP Eksisting Usulan 4. Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan
No. Luasan Wilayah
(ha) (ha) (ha) (ha)
Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.
A Pelabuhan Tanjung Perak
1 Pelabuhan Umum Pengertian Hak Penggunaan Lahan (HPL) diatur dalam beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar hukumnya,
a DLKr Daratan 542,53 657,81 570,68 570,68 yakni:
b DLKr Perairan 4.675,50 4.289,38 4.550,50 4.550,50 1. HPL adalah hak menguasai dari negara atas tanah yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada
2 Terminal Teluk Lamong pemegang haknya untuk merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah, menggunakan untuk keperluan
pelaksanaan tugasnya, menyerahkan bagian-bagian tanah tersebut kepada Pihak Ketiga (P III) dan/atau bekerja sama
a DLKr Daratan 386,12 120,00 120
dengan P III (UU 20/2000 - UU 21/1997 tentang BPHTB jo Pasal 1 PP 36/1997 tentang Pengenaan BPHTB karena
b DLKr Perairan
pemberian HPL);
3 Pelabuhan Socah 2. HPL adalah hak menguasai negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya (PP
a DLKr Daratan 599,49 5,00 5,00 40/1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah);
b DLKr Perairan 126,85 126,85 3. HPL adalah hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya
Pelabuhan Tanjung (Permenag/Kepala BPN 9/1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak
4
Bulupandan Pengelolaan).
a DLKr Daratan 296,6
b DLKr Perairan 231,15 231,15 Obyek HPL adalah tanah untuk pertanian dan tanah bukan untuk pertanian, sedangkan subyek HPL menurut Permenag
No. 9 tahun 1999 Pasal 67 dapat diberikan kepada Instansi pemerintah termasuk Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik
5 Pulau Karang Jamuang
Negara, Badan Usaha Milik Daerah, PT atau Persero, Badan Otorita, Badan-badan hukum pemerintah lainnya yang ditunjuk
a DLKr Daratan 0 0 5,58 5,58
pemerintah, sedangkan HPL dapat terjadi dikarenakan 2 hal, yakni konversi hak penguasaan sebagaimana diatur dalam
Total Permenag No. 9 tahun 1965 dan pemberian hak atas tanah berasal dari tanah negara yang diberikan melalui
a DLKr Daratan 542,53 1.643,42 701,26 701,26 permohonansebagaimana diatur dalam Permenag No. 9 tahun 1999.
b DLKr Perairan 4.675,50 4.289,38 4.550,50 4.550,50
c DLKp 35.125,00 75.770,40 35.119,42 76.061,42 Kewenangan pemegang HPL diatur dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 1997 tentang Pengenaan BPHTB
karena pemberian HPL, yakni merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah; menggunakan tanah untuk keperluan
Sumber: Survei Lapangan dan Analisa Konsultan, 2014
pelaksanaan tugasnya; dan menyerahkan bagian-bagian tanah tersebut kepada pihak ketiga dan/atau bekerjasama dengan
pihak ketiga. Tanah HPL Pelabuhan Tanjung Perak, yang meliputi Pelabuhan Teluk Lamong, Pelabuhan Socah, Pelabuhan
Tanjung Bulupandan, serta Pulau Karang Jumuang dan Pelabuhan Gresik diberikan pada peta dalam Gambar 58 – Gambar
Tabel 9 Luasan Wilayah DLKr dan DLKp Pelabuhan Gresik yang meliputi Terminal Manyar berdasarkan SKB Menteri 60.
Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri, RIP Tanjung Perak dan Sekitarnya secara Terintegrasi, serta Kondisi
Eksisting 5 Kesimpulan dan Rekomendasi
SKB RIP Eksisting Usulan 5.1 Kesimpulan
No. Luasan Wilayah
(ha) (ha) (ha) (ha)
B Pelabuhan Gresik Beberapa hal yang dapat diambil menjadi kesimpulan dalam Studi Penyusunan Batas-batas Daerah Lingkungan Kerja
(DLKR) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKP)Pelabuhan Laut Tanjung Perak dan Sekitarnya ini adalah sebagai
1 Pelabuhan Umum
berikut:
A DLKr Daratan 236 1.563,54 1.213,54 378,62
1. Pelabuhan Tanjung Perak dan sekitarnya merupakan pelabuhan yang memiliki aktivitas pergerakan yang tinggi
B DLKr Perairan 8.136,00 7.659,15 8.551,76 8.419,91 sehingga dibutuhkan dukungan wilayah DLKr daratan maupun perairan yang mencukupi serta wilayah DLKp yang juga
2 Pelabuhan Manyar dapat memenuhi persyaratan keselamatan pelayaran;
A DLKr Daratan 0 350 152 152 2. Wilayah DLKp Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Gresik dipergunakan secara bersamaan di lokasi yang
B DLKr Perairan 0 0 0 0 diusulkan mengingat alur pelayaran yang dimiliki pun sama yakni Alur Pelayaran Barat Surabaya di Selat Madura yang
memiliki lebar yanag tidak memungkinkan jikalau dibuat wilayah Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) bagi masing-
Total
masing pelabuhan;
A DLKr Daratan 236,00 1.913,54 1.365,54 530,62
3. Seiring berjalannya waktu, terjadi pengurangan luasan dan penggunaan di luar aktivitas kepelabuhanan untuk wilayah
B DLKr Perairan 8.136,00 7.659,15 8.551,76 8.419,91 DLKr darat di Pelabuhan Tanjung Perak dan Gresik dari yang tercatat pada SKB Menteri Perhubungan dan Menteri
C DLKp 35.125,00 75.770,40 35.119,42 76.061,42 Dalam Negeri masing-masing pelabuhan;
Sumber: Survei Lapangan dan Analisa Konsultan, 2014 4. Wilayah Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) Perairan Pelabuhan Teluk Lamong merupakan bagian dari Wilayah Daerah
Lingkungan Kerja (DLKr) Perairan Pelabuhan Tanjung Perak;
5. Kebutuhan akan pelabuhan menyebabkan terus terjadinya reklamasi untuk dermaga di wilayah perairan Pelabuhan
Gresik yang juga menyebabkan terjadinya pergeseran wilayah DLKr darat dan perairan;
6. Pembangunan Pelabuhan Teluk Lamong menyebabkan lalu lintas perairan Alur Pelayaran Barat Surabaya di Selat
Madura semakin padat dan juga terjadi pengambilalihan wilayah perairan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya menjadi
wilayah daratan;
7. Terjadi pergeseran koordinat batas wilayah DLKr dan DLKp di wilayah Pelabuhan Tanjung Perak dan Gresik pada SKB
Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri masing-masing pelabuhan akibat penetapan koordinat yang tidak
menggunakan teknologi alat GPS pada saat penyusunannya, sehingga terjadi tumpang tindih wilayah DLKr perairan
antara pelabuhan;
8. Usulan penetapan wilayah DLKr Darat dan Perairan di Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Gresik berdasarkan
kondisi eksisting dan rencana yang ada pada dokumen RIP Tanjung Perak dan sekitarnya secara terintegrasi serta
perencanaan PT. Pelindo III Surabaya.
5.2 Rekomendasi
Hal-hal yang perlu ditindaklanjuti segera oleh para pemangku kepentingan di wilayah Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan
Gresik, Pelabuhan Teluk Lamong, serta rencana Pelabuhan Socah dan Pelabuhan Tanjung Bulupandan antara lain:
1. Penetapan wilayah Manyar sebagai wilayah lini 1 pelabuhan atau sebagai daerah industri pendukung pelabuhan;
2. Penambahan titik batas di garis batas wilayah DLKr perairan Pelabuhan Gresik dan Pelabuhan Tanjung Perak agar
reklamasi yang dilakukan oleh PT. Wilmar tetap termasuk dalam wilayah DLKr Gresik secara keseluruhan guna
menghindari tumpang tindih otoritas wilayah;
3. Memperhatikan zona tangkap nelayan dalam lampiran IV RTRW Kabupaten Gresik dimana terdapat konservasi lahan
bakau untuk nelayan.
4. Wilayah Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) Perairan Pelabuhan Socah dan Pelabuhan Tanjung Bulupandan diusulkan
untuk ditetapkan walaupun belum ada kegiatan operasional di pelabuhan tersebut.
Gambar 58 Tanah HPL Pelabuhan Tanjung Perak, meliputi Lokasi Tanjung Perak, Teluk Lamong, Socah, Tanjung Bulupandan, serta Pulau Karang Jamuang