Anda di halaman 1dari 63

DISCLAIMER

Material dalam versi elektronik ini ditujukan untuk keperluan umum saja. GHD Pty Ltd tidak
bertanggung jawab atas hilangnya informasi akibat penggunaan informasi dalam material ini. Jika
ada perbedaan antara versi elektronik dengan cetakan asli, harus merujuk pada cetakan aslinya.
Dan jika anda memerlukan informasi lebih lanjut, silakan hubungi GHD Pty Ltd
(jktmail@ghd.com.au).
The materials contained on the digital version are provided for general information purposes only.
GHD Pty Ltd accepts no responsibility for any loss which may arise from reliance on information
on this material. If there are unsimilarities between the digital version and the original printed
material, should refer to the original printed material. And if you wish to find out more about the
information in the reports, please contact GHD Pty Ltd (jktmail@ghd.com.au).
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa
Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi
dan Telematika Provinsi NAD
Juli 2008
i
68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
KATA PENGANTAR
Rencana Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa merupakan suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diperkirakan akan memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup.
Pengembangan suatu pelabuhan pada umumnya memiliki komponen kegiatan yang beragam dan
memiliki skala yang besar. Secara keseluruhan, Pelabuhan Kuala Langsa yang ada saat ini berada
pada areal seluas kurang lebih 13 ha. Pengembangan pelabuhan ini sudah memiliki rencana induk
yang selanjutnya telah dirinci di dalam detail engineering design (DED). Dokumen ANDAL, Analisis
Dampak Lingkungan Hidup bagi rencana kegiatan dan/atau usaha Pengembangan Pelabuhan
Kuala Langsa, sangat diperlukan oleh para pelaksana rehabilitasi dan rekonstruksi serta
pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa. Dokumen ANDAL merupakan suatu kajian lingkungan
yang akan menghasilkan langkah pengelolaan dan pemantauan lingkungan untuk menjaga agar
dampak negatif dari kegiatan tersebut dapat dikendalikan. Selain itu penyusunan dokumen ini
merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh para pihak pelaksana pembangunan.
Penyusunan dokumen ANDAL ini didasarkan pada berbagai peraturan perundang-undangan di
bidang lingkungan hidup ataupun sektor perhubungan. Undang Undang No. 23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan landasan hukum penyusunan ANDAL yang selanjutnya
mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup. Khusus untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Provinsi NAD) dan Nias di
Sumatera Utara, penyusunan dan pelaksanaan AMDAL mengacu pada Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 308 tahun 2005. Pemrakarsa menyadari bahwa perencanaan pengelolaan
lingkungan merupakan suatu hal yang mutlak untuk dilakukan sebelum dilaksanakannya kegiatan
fisik Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa. Hal ini ditekankan pula karena kegiatan
pengembangan pelabuhan pada tahap ini didanai dari bantuan multi donor yang menekankan pada
aspek perlindungan dan pengelolaan lingkungan.
Penyusunan Dokumen ANDAL diarahkan oleh dokumen KA-ANDAL, Kerangka Acuan Analisis
Dampak Lingkungan Hidup Kegiatan Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa yang telah disetujui
pada tanggal 22 Januari 2007 dengan SK. No. 660.46/33/AMDAL/2007. Dalam penerapannya,
dokumen ANDAL ini tidak terpisah dari dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) yang disusun secara bersamaan dalam
seluruh kerangka kerja AMDAL ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berperan secara positif
dalam penyusunan dokumen ini. Kami berharap di masa mendatang kita dapat bekerja sama
dengan instansi lain dan masyarakat setempat dalam pengelolaan lingkungan dengan prinsip saling
menghargai, kemitraan dan komitmen jangka panjang.
Banda Aceh, Juni 2008
Kepala Dinas Perhubungan, Telekomunikasi, Informasi
dan Telematika NAD,
Prof. Dr. Ir. Yuwaldi Away, M.Sc.
Pembina Tingkat I
NIP. 131 878 532
ii
68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rencana Kegiatan 2
1.3 Tahap Kegiatan 6
1.4 Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan 20
1.5 Waktu Pelaksanaan 20
1.6 Pemrakarsa Kegiatan 21
2. DAMPAK PENTING TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 22
2.1 Tahap Pra konstruksi 22
2.2 Tahap Konstruksi 23
2.3 Tahap Operasi 24
2.4 Telaahan Sebagai Dasar Pengelolaan 30
2.5 Hubungan Sebab Akibat (Kausatif) 31
2.6 Ciri Dampak Penting 34
2.7 Kelompok Masyarakat yang Terkena Dampak 35
2.8 Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan 35
3. UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP 38
3.1 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) 38
3.2 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) 49
iii
68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Perencanaan Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa 8
Tabel 2 Matrik Evaluasi Dampak Penting 37
Tabel 3 Ringkasan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
Kegiatan Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa, di
Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa, Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam 40
Tabel 4 Ringkasan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
Kegiatan Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa, di
Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa, Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam 50
iv
68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Peta Orientasi Lokasi Pelabuhan Kuala Langsa 4
Gambar 2 Jadwal Kegiatan Pembangunan Pelabuhan Kuala
Langsa 9
Gambar 3 Konsep Rencana dan Tata Letak Pelabuhan Kuala
Langsa 12
Gambar 4 Tata Letak Perpanjangan dan Pelebaran Dermaga 13
Gambar 5 Tata Letak Fasilitas Berthing Kapal Tanker CPO 14
Gambar 6 Peta Lokasi Pengelolaan Lingkungan 48
Gambar 7 Peta Lokasi Pemantauan Lingkungan 56
1
68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelabuhan Kuala Langsa merupakan pelabuhan yang sudah ada dan beroperasional pada tahun
1990-an. Selama ini, pelabuhan tersebut sudah menjadi salah satu sarana pengangkutan atau
tempat pengapalan berbagai komoditas hasil produksi, pertanian dan hasil tambak dari wilayah
Aceh lainnya dan Sumatera Utara yang diangkut menuju dan keluar Kabupaten Aceh Timur dan
Kota Langsa.
Pada tahun 2004 telah terjadi bencana alam berupa gempa dan tsunami di Provinsi NAD dan Nias
Sumatera Utara yang sedikit banyak mempengaruhi area di sekitar Pelabuhan Kuala Langsa
secara tidak langsung. Dalam rangka kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di daerah pasca
bencana, BRR merencanakan perbaikan sarana transportasi laut di Kota Langsa tersebut. Dalam
konteks perencanaan lingkungan yang dilakukan melalui perangkat AMDAL, kegiatan rehabilitasi
dan rekonstruksi di Provinsi NAD dan Nias Sumatera Utara dipandu menggunakan proses AMDAL
khusus yang terdapat di dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 308 tahun 2005.
Tuntutan untuk mengembangkan Pelabuhan Kuala Langsa, khususnya untuk menjawab prospek
perdagangan luar negeri menjadi pemicu agar pelabuhan ini dikembangkan lebih maju. Di
samping itu, itu membuka isolasi wilayah di Kota Langsa sekaligus menumbuhkan perekonomian
baik secara lokal, regional maupun secara nasional. Dengan adanya pengembangan ini secara
khusus diharapkan dapat memacu perekonomian Kota Langsa dari bidang industri, pariwisata dan
lain sebagainya. Pengembangan pelabuhan didasarkan atas estimasi perkembangan industri dan
pertumbuhan trafik penumpang dengan tujuan Malaysia.
Rencana Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa merupakan suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diperkirakan akan memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup. Hal ini
sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (LH) No. 11 tahun 2006 tentang Jenis Usaha
dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL dan Peraturan Menteri LH No. 308
tahun 2005 tentang Pelaksanaan AMDAL, UKL dan UPL untuk Kegiatan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi di Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumut bahwa rencana usaha dan/atau
kegiatan yang lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan lindung (sempadan sungai dan
kawasan pantai berhutan bakau) wajib dilengkapi dengan AMDAL
Tujuan pengembangan pelabuhan ini antara lain, untuk:
Menjadikan Pelabuhan Kuala Langsa sebagai pelabuhan umum yang melayani kepentingan
umum di mana di dalamnya juga terdapat dermaga untuk kepentingan sendiri (DUKS),
Menjadikan pelabuhan nasional yang merupakan pelabuhan utama tersier (tertiary trunk port)
dalam jaringan transportasi nasional.
Pengaturan Pelabuhan Kuala Langsa yang tetap berada di bawah wewenang Menteri
Perhubungan sebagaimana halnya pelabuhan internasional dan nasional lainnya, sedangkan
pengelolaannya dilakukan oleh Badan Usaha Kepelabuhan, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I.
Adapun manfaat yang diperoleh jika pelabuhan ini dikembangkan, yaitu:
Mendorong perdagangan luar negeri,
Menjadi sarana pengangkutan komoditi ekspor non migas,
2
68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Meningkatkan kapasitas pelabuhan guna mengantisipasi perkembangan hinterland, regional
dan global,
Menjawab tantangan otonomi daerah,
Meningkatkan potensi Pendapatan Asli Daerah, dan
Meningkatkan perekonomian lokal, regional dan nasional sebagaima telah disebutkan
sebelumnya.
1.2 Rencana Kegiatan
1.2.1 Lokasi Kegiatan
Pelabuhan Kuala Langsa merupakan pelabuhan yang berada di dalam aliran Sungai Langsa
dengan jarak sekitar 6,2 mile laut dari muara sungai dan lebar sungai di depan dermaga 405 m.
Meskipun demikian berdasarkan PP No. 69 tahun 2001 tentang Kepelabuhanan (p. 4) Pelabuhan
Kuala Langsa berdasarkan kegiatannya termasuk pelabuhan Laut. Secara administratif Pelabuhan
Kuala Langsa ini masuk dalam kawasan Pemerintahan Kota Langsa, tepatnya di Gampong Kuala
Langsa, Kecamatan Langsa Barat. Secara geografis letak Pelabuhan Kuala Langsa terletak pada
posisi 04
o
31 27 LU dan 98
o
01 17 BT. Peta orientasi lokasi rencana usaha dan atau kegiatan
Pelabuhan Kuala Langsa dapat dilihat pada gambar di halaman berikut (Lihat Gambar 1).
1.2.2 Penggunaan Lahan dan Status Lahan
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa dilakukan pada lahan seluas 13,0361 ha. Pengaturan
Pelabuhan Kuala Langsa berada di bawah wewenang Menteri Perhubungan sebagaimana,
sedangkan pengelolaannya dilakukan oleh Badan Usaha Kepelabuhan, PT (Persero) Pelabuhan
Indonesia I, Medan. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 53
tahun 2002 tentang Tatanan Kepelabuhan Nasional, hierarki peran dan fungsi Pelabuhan Kuala
Langsa adalah Pelabuhan Nasional. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan yang diusahakan yang
pengelolaannya dilakukan oleh PT Pelindo cabang Pelabuhan Kuala Langsa yang berada di
bawah naungan PT Pelindo I dengan kantor pusat di Medan.
Luas lahan yang diperuntukkan untuk pelabuhan dan sarana penunjang Pelabuhan Kuala Langsa
berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 17 Tahun 1998 tentang Batas-
batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Kuala Langsa
terdiri dari:
a. Daerah Lingkungan Kerja (DLKR), yaitu:
Batas daerah lingkungan kerja daratan yang luasnya 13,0361 ha,
Batas daerah lingkungan kerja perairan yang luasnya 675 ha,
b. Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKP) adalah perairan di sekeliling batas-batas lingkungan
kerja perairan dengan luas 16.805 ha.
Komposisi pengaturan tataguna lahan termasuk dimensi dermaga, dapat dirinci sebagai berikut:
Alur pelayaran:
Kedalaman - 6 m LWS
Lebar 80 m
3
68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Panjang 3,107 4,351 mile laut
Kolam pelabuhan:
Kedalaman 7 - 8 m LWS
Dermaga/tambatan:
Dermaga serbaguna (75 x 10) m
2
4
68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Gambar 1 Peta Orientasi Lokasi Pelabuhan Kuala Langsa
5
68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Gudang:
Gudang tertutup 001: (40 x 12,5) m
2
Gudang tertutup 002: (30x 10) m
2
Lapangan penumpukan:
Lapangan penumpukan lantai aspal: (60 x 40) m
2
Lapangan penumpukan lantai tanah: (65 x 40) m
2
Berdasarkan master plan PT Pelindo I, rencana pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa
meliputi:
Pembangunan Tambatan di Terminal Penumpang 1 unit,
Pembangunan Areal Parkir Terminal Penumpang dengan total 2.000 m
2
,
Pembangunan gedung Terminal Penumpang 200 m
2
,
Pembangunan Terminal Barang, Panjang Dermaga 75 m,
Pembangunan Gudang Terminal Barang 600 m
2
.
1.2.3 Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan pengembangan pelabuhan Kuala Langsa, meliputi:
a. Penambahan panjang dermaga, (75 x 15) m
2
dengan kedalaman minimal -7 m LWS sampai -9
m LWS,
b. Pelebaran dermaga eksisting, (25 x 5) m
2
kedalaman minimal -7 m LWS sampai -9 m LWS,
c. Pembangunan trestle baru (10 x 8) m
2
(sisi darat) dan (10 x 12) m
2
(sisi laut),
d. Pembangunan Breasting dolphin, mooring dolphin dan cat walk untuk Fasilitas Sandar Kapal
Tanker CPO
e. Dermaga ponton untuk sandar kapal cepat,
f. Fasilitas penunjang pelabuhan:
Fasilitas jalan, lapangan penumpukan dan lahan parkir
Gudang tertutup ukuran 300 m
2
Pembangunan tanki CPO sebanyak 36 unit
Pembangunan terminal penumpang panjang 35 m dan lebar 19 m
Pekerjaan pagar (1.764 m) dan gerbang pelabuhan
Reservoir dan rumah pompa
Kantor Dinas Kesehatan (13 x 12,4) m
2
, KP3 (12 x 9) m
2
dan SROP (9 x 9) m
2
Rumah dinas (4 unit type 70) dan mesjid (18,5 x 18) m
2
Toilet umum dan sarana sanitasi/kebersihan lingkungan
Dari berbagai jenis kegiatan tersebut, setelah dievalusi dapat menimbulkan dampak penting
terhadap komponen:
1. Kualitas udara dan kebisingan,
2. Kualitas air laut, biota perairan dan wisata bahari,
6
68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
3. Kesempatan kerja dan peluang berusaha,
4. Perekonomian lokal,
5. Kepadatan lalulintas darat dan laut,
6. Kamtibmas dan keresahan masyarakat,
7. Sanitasi lingkungan,
8. Kesehatan masyarakat,
9. Persepsi masyarakat.
1.3 Tahap Kegiatan
Tahapan pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa dibagi menjadi tiga tahapan:
Jangka Pendek yang ditujukan ke arah peningkatan kapasitas dermaga umum agar dapat
melayani kapal dengan ukuran 10.000 DWT dan pembangunan fasilitas sandar bagi kapal
pengangkut curah cair:
Penambahan panjang dermaga dan pembangunan trestle,
Pembangunan Breasting dolphin, mooring dolphin dan cat walk untuk Fasilitas Sandar
Kapal Tanker CPO,
Pembangunan dermaga ponton kapal cepat dan terminal penumpang
Pembangunan fasilitas darat berupa pagar dan gerbang, reservoir dan rumah pompa,
lapangan penumpukan dan lapangan parkir.
Jangka Menengah yang diharapkan berupa skenario pengalihan kargo dari Belawan yang
sudah optimal sehingga kegiatan di Pelabuhan Kuala Langsa akan meningkat. Berdasarkan hal
tersebut akan dilakukan pengembangan fasilitas darat, sementara fasilitas laut belum perlu
dikembangkan lagi. Komponen kegiatan terdiri dari:
Pembangunan fasilitas penyimpanan seperti lapangan penumpukan dan pergudangan,
Pembangunan fasilitas pendukung seperti kantor, mushola, dan landscaping,
Jangka Panjang yang seiring dengan peningkatan aktifitas, selanjutnya akan dibutuhkan
penambahan panjang dermaga menjadi 200 m. Selain itu juga diperlukan penambahan sarana
penyimpanan seperti lapangan penumpukan dan gudang. Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi
prioritas disamping juga pemeliharaan alur pelayaran serta rambu navigasi.
Di atas telah disebutkan tahapan pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa menurut Rencana
Induk dan DED Pelabuhan Kuala Langsa dan hal ini masih merupakan perencanaan umum.
Menurut RTRW (Bappeda Kota Langsa, 2006), pembangunan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa
dibagi menjadi tiga tahap sebagai berikut:
Rencana Pengembangan Jangka Pendek (sampai 2007)
Pembangunan Dermaga (40 x 10) m
2
Pembangunan Terminal Penumpang
Pembangunan Lapangan Parkir
Penataan Jalan Akses Terminal Penumpang
Rencana Pengembangan Jangka Menengah (2008-2012)
7
68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Perluasan Areal Parkir Terminal Penumpang
Pengembangan Tangki Timbun CPO
Rencana Pengembangan Jangka Panjang (2013-2027)
Pembangunan Dermaga Cargo (75 x 10) m
2
Pembangunan Gudang 1 unit
Perluasan Lapangan Penumpukan
Penataan Jalan Akses Terminal Barang
Hal ini sejalan dengan Rencana Induk Pelindo I (2005) yang telah disusun sebelumnya, yaitu:
Rencana Pengembangan Jangka Pendek (sampai 2007)
Pembangunan tambatan di Terminal Penumpang 1 unit
Pembangunan Areal Parkir Terminal Penumpang 500 m
2
Pembangunan gedung Terminal Penumpang 200 m
2
Rencana Pengembangan Jangka Menengah (2008-2012)
Pembangunan Areal Parkir Terminal Penumpang 500 m
2
Rencana Pengembangan Jangka Panjang (2013-2027)
Pembangunan Terminal Barang, Panjang Dermaga 75 m
Pembangunan Gudang Terminal Barang 600 m
2
Pembangunan Areal Parkir Terminal Penumpang 1.000 m
2
Berikut adalah skema-skema perencanaan Pengambangan Pelabuhan Kuala Langsa yang
terdapat di dalam berbagai dokumen terkait.
8
68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Tabel 1 Perencanaan Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa
Master Plan PT Pelindo, 2005 Rencana Tata Ruang Wilayah, 2006 Rencana Induk BRR, 2007
Alur pelayaran kedalaman -6
m LWS dengan lebar 80 m
dan panjang 5 7 km
Alur pelayaran kedalaman 5 m LWS
dengan panjang 5 mil dan lebar 80 m
Alur pelayaran untuk beban 5.000 DWT
satu lajur: Wx B = 4,8 x 16,4 = 78,72 m
2
Dua lajur: Wx B = 7,6 x 16,4 = 124,64 m
2
Alur pelayaran untuk 10.000 DWT satu
lajur: Wx B = 4,8 x 19,9 = 95,52 m
2
Dua lajur: Wx B = 7,6 x 19,9 = 151,24 m
2
Kolam pelabuhan dengan
kedalaman 7-8 LWS
Kolam pelabuhan dengan kedalaman
-7 m LWS sampai -8 m LWS
Kolam pelabuhan -7 m LWS sampai -9 m
LWS
Dermaga serbaguna (75 x 10)
m
2
dengan kedalaman -7 m
LWS sampai -8 m LWS
Dermaga serbaguna (75 x 10) m
2
dengan kedalaman -7 m LWS sampai
-8 m LWS dengan bobot maksimum
5.000 DWT
Penambahan panjang dermaga, (75 x 15)
m
2
dengan kedalaman -7 m LWS sampai
-9 m LWS
Pelebaran dermaga eksisting, (25 x 5) m
2
kedalaman minimal -7 m LWS sampai -9
m LWS
Pembangunan trestle baru (10 x 8) m
2
(sisi
darat) dan (10 x 12) m
2
(sisi laut)
Breasting dolphin dan mooring dolphin.
Dua gudang dengan ukuran
(40 x 12,5) m
2
dan (30 x 10)
m
2
serta dua lapangan
penumpukan dengan ukuran
(60 x 40) m
2
dan (65 x 40) m
2
Gudang dengan luas 800 m
2
dan
lapangan penumpukan dengan luas
5.000 m
2
Fasilitas pelabuhan penumpang,
pelabuhan kargo, dan pelabuhan CPO
Terminal barang dan terminal
penumpang
Sumber: Berbagai sumber, 2008 (diolah)
Adapun jadwal rencana pekerjaan Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa dapat dilihat pada
gambar di halaman berikut:
9 68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Gambar 2 Jadwal Kegiatan Pembangunan Pelabuhan Kuala Langsa
10
68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Berdasarkan jadwal kerja di atas, tahapan Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa akan
diuraikan dalam tiga tahapan, yaitu tahap pra konstruksi, tahap konstruksi dan tahap operasi atau
paska konstruksi. Berikut adalah uraian masing-masing tahap adalah sebagai berikut:
1.3.1 Tahap Pra konstruksi
Perijinan dan Studi DED
Dalam rangka pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa akan mengajukan perijinan pada pihak-
pihak yang berwenang, diantaranya, Adpel Kuala Langsa, Dinas Perhubungan Provinsi NAD dan
Departemen Perhubungan. Ijin yang diperlukan untuk melakukan pengembangan pelabuhan
adalah:
Ijin konstruksi pelabuhan dari Dirjen Perhubungan Laut yang didasari oleh rekomendasi Adpel
Kuala Langsa dan Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan Telematika Provinsi NAD,
Ijin Pengoperasian Pelabuhan dari Menteri Perhubungan yang didasari oleh rekomendasi
Adpel Kuala Langsa dan Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan Telematika Provinsi
NAD,
Sedangkan untuk menentukan desain teknis telah dilaksanakan studi Detail Engineering Design
(DED).
Pembebasan Lahan
Berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 17 Tahun 1998 tentang Batas-
batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Kuala Langsa
terdiri dari Daerah Lingkungan Kerja (DLKR) luas daerah lingkungan kerja daratan adalah 130.361
m
2
. Lahan seluas + 13 ha tersebut sudah dikuasai oleh PT Pelindo dan memiliki kekuatan hukum
berupa hak pengelolaan yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional pada tahun 1991,
tidak akan ada pembebasan lahan untuk kegiatan ini dalam jangka pendek.
Mobilisasi Peralatan Kerja Konstruksi
Mobilisasi alat dan bahan dilakukan untuk kegiatan konstruksi pembangunan dermaga dan
fasilitas pendukungnya. Seluruh peralatan kerja dimaksud akan dipersiapkan sebelum tahap
konstruksi dimulai. Peralatan kerja pembangunan dermaga dan fasilitas pendukungnya akan
didatangkan dari Kota Banda Aceh, Medan dan Jakarta dengan menggunakan transportasi laut.
Peralatan yang dibutuhkan diantaranya Crane, Buldozer, Excavator, Dump truck, Survey
Equipment, Hammer, Generator dan lain-lain.
1.3.2 Tahap Konstruksi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap konstruksi meliputi:
Tenaga Kerja untuk Konstruksi
Penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi pelabuhan akan dilakukan sepenuhnya oleh
kontraktor pelaksana pembangunan. Untuk mempermudah pekerjaan pembangunan dan
pengelolaan kegiatan ini, akan dilakukan pelelangan sehingga pengelolaan tenaga kerja dapat
dilakukan dengan baik oleh kontraktor pelaksana yang didampingi dengan pengawasan oleh
pemrakarsa.
11
68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Tenaga kerja yang akan direkrut untuk kegiatan ini terdiri dari dua kategori, yaitu tenaga kerja
yang mempunyai keahlian khusus (skill) dan tenaga kerja yang tidak mempunyai keahlian khusus
(unskill). Kategori unskill merupakan kategori yang memungkinkan dapat merekrut tenaga kerja
lokal. Diperkirakan tenaga kerja lokal yang dapat diserap dapat mencapai 150 orang (60%).
Pematangan Lahan
Pematangan lahan akan dilakukan untuk pembangunan dan perluasan lapangan penumpukan,
fasilitas jalan lingkungan dan fasilitas penunjang seperti ruang tunggu, Puskesmas dan klinik,
warung, toko dan koperasi serta MCK umum. Berbagai peralatan yang umumnya digunakan yaitu
buldozer, backhoe, stump wall dan lain-lain. Pada tahap ini, pekerjaan meliputi pembersihan,
perataan dan pemadatan.
Mobilisasi Material Bangunan
Mobilisasi material bangunan akan dilakukan dengan menggunakan transportasi laut dan darat.
Material yang dibutuhkan umumnya terdiri dari pasir, batu kali, semen, batu bata, besi beton, tiang
pancang, dan lain-lain. Keperluan bahan pembangunan tersebut akan di peroleh dari quarry
terdekat dari lokasi pelabuhan Kuala Langsa atau mendapat pasokan dari supplier lokal. Bahan
bangunan yang tidak terdapat di sekitar lokasi akan didatangkan dari Banda Aceh atau Medan.
Secara konkret, material tiang pancang baja (tube pipe pile) dipabrikasi di Jakarta, kemudian
dimobilisasi ke lokasi proyek melalui laut. Untuk beton lantai dermaga dan trestle, materialnya
beton precast yang dipabrikasi di sekitar loaksi proyek, sedangkan beton in situ di cor di atas
strukstur. Peralatan pancang menggunakan hammer hydraulic 4.5 7 ton (IREP, April, 2008).
Pembangunan Barak Kerja dan Fasilitas Sanitasi
Barak kerja akan dibangun pada areal proyek dengan kapasitas yang disesuaikan berdasarkan
kebutuhan ( 100 orang). Disamping itu juga dibangun sarana mandi, cuci, kakus (MCK), gudang
dan kantor direksi.
Pembangunan Dermaga Cargo
Dermaga cargo yang akan dibangun meliputi dermaga, trestle serta pelengkap lainnya meliputi
fender dan bolder. Untuk membangun dermaga cargo di atas, tahapan kegiatan yang dilakukan
adalah kegiatan pemancangan tiang, pemasangan beam, pemasangan slab beton dan
pemasangan fender serta bolder.
Dermaga
Dimensi dermaga eksisting yang selama ini beroperasi di Pelabuhan Kuala Langsa memiliki
panjang 75 m dan lebar 10 m. Untuk dapat melayani kapal dengan bobot maksimum 10.000 DWT
kebutuhan panjang dermaga 150 m dengan lebar 15 m untuk dapat melayani antrian truk
pengangkut barang dan juga dapat memberikan ruang operasi bagi forklift dan crane pada saat
bongkar muat. Tata letak dermaga dapat dilihat pada gambar-gambar di halaman berikut:
12 68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Gambar 3 Konsep Rencana dan Tata Letak Pelabuhan Kuala Langsa
Tata Letak Pelabuhan
13 68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Gambar 4 Tata Letak Perpanjangan dan Pelebaran Dermaga
Perpanjangan & Pelebaran
14 68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Gambar 5 Tata Letak Fasilitas Berthing Kapal Tanker CPO
Berthing Kapal Tanker CPO
15
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Perbaikan dan Penambahan Sarana Navigasi (SBNP)
Sarana navigasi yang telah ada perlu ditambah terutama di muara Sungai (pintu masuk) Kuala
Langsa dan tempat-tempat tertentu yang dianggap perlu dengan kualitas yang memadai
(canggih). Sedangkan sarana navigasi yang telah rusak, hilang atau tenggelam; perlu diperbaiki
atau diganti sesuai dengan unit-unit yang telah terpasang/pernah dipasang.
Pembangunan Fasilitas Sandar Kapal Tanker CPO
Pembangunan fasilitas sandar kapal tanker CPO menggunakan system dolphin yang dapat
digunakan baik oleh kapal 5000 DWT maupun 10.000 DWT. Pembangunan fasilitas sandar kapal
tanker CPO terdiri dari:
Pembangunan Breasting Dolphin (BD), yaitu tempat dimana kapal tanker bersandar. Breasting
dolphin terdiri dari 2 unit. Jarak antara breasting dolphin (BD1 dan BD2) ditentukan sepanjang
40 m sehingga dapat mengakomodasi berthing kapal tanker 5000 DWT maupun 10.000 DWT.
Pembangunan Mooring Dolphin (MD), yaitu tempat dimana kapal ditambatkan. Mooring dolphin
terdiri dari dua unit. Jarak terluar antara dua buah mooring dolphin adalah lebih panjang dari
LOA (panjang kapal) terbesar (LOA kapal terbesar ukuran 10.000 DWT = 130 m) sehingga
jarak antara MD1 dan MD 2 adalah 135 m. Titik mooring ditempatkan sekitar 45 m dari
breasting face.
Pembangunan loading deck, yaitu tempat diantara dua breasting dolphin tempat yang dapat
dimanfaatkan untuk penempatan pompa muat CPO ke kapal, maupun untuk fasilitas-fasilitas
suplai air bersih ke kapal.
Pembangunan cat walk, yaitu jalan (jembatan) yang menghubungkan daratan ke loading deck,
breasting dolphin dan mooring dolphin. Jalan ini digunakan untuk memudahkan pengoperasian
fasilitas tersebut terutama dalam kegiatan sandar dan bongkar muat.
Elevasi lantai breasting dolphin, mooring dolphin dan loading deck ditentukan satu meter di atas
muka air tertinggi, yaitu pada elevasi + 3,50 m LWS. Untuk lebih jelasnya, tata letak fasilitas
sandar kapal tanker CPO dapat dilihat pada halaman berikut.
Pembangunan Fasilitas Penunjang Pelabuhan, meliputi:
Pekerjaan Jalan, Lapangan Penumpukan dan Lapangan Parkir
Luas lahan yang akan digunakan untuk tiga jenis pekerjaan ini adalah 26.292,75 m
2
. Urutan
pekerjaan untuk ketiga jenis pekerjaan ini adalah:
Pengurugan lahan menggunakan tanah merah dengan tinggi 300 mm dengan bahan urugan
sebanyak 7.887,83 m
3
.
Urugan pengerasan (base course) tinggi urugan 200 mm dengan volume bahan urugan
sebanyak 5.258,55 m
3
.
Pekerjaan beton dan bekisting dengan ketinggian 150 mm dan volume material beton K.225
adalah 3.943,91 m
3
.
16
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Gudang Tertutup
Gudang tertutup eksisting terdapat dua unit yaitu gudang 001 dengan ukuran 40 x 12,5 m
2
dan
gudang 002 dengan ukuran 30 x 10 m
2
. Gudang 001 dan 002 sementara ini digunakan oleh PT
Karya Abadi Sakti (PT KAS) sebagai tempat pengolahan udang beku. Berkenaan dengan rencana
pengembangan akan dibangun gudang baru sebanyak 4 unit yang terbagi dalam dua tahap
pengembangan, yaitu pada tahap pengembangan jangka menengah dan jangka panjang yang
masing-masing tahap dibangun dua unit gudang dengan ukuran masing-masing 300 m
2
.
Pembangunan Tanki CPO
Guna mengimbangi adanya dermaga sandar tanker pengangkut CPO, maka proyek juga
merencanakan untuk membangun tanki CPO yang letaknya berada di sebelah Barat Laut dari
lokasi dermaga sandar tanker CPO. Jumlah tanki CPO yang akan dibangun terbagi menjadi dua
tahap, pada tahap pengembangan jangka menengah akan dibangun sebanyak 18 tanki dan pada
tahap pengembangan jangka panjang akan dibangun 18 tanki.
Pembangunan Terminal Penumpang
Terminal penumpang dibangun guna melayani penumpang yang akan melakukan perjalanan laut
dengan menggunakan kapal. Dalam terminal penumpang akan disediakan ruang tunggu
biasa,ruang tunggu VIP, ruang pembelian tiket (ticketing), ruang administrasi kantor, ruang
informasi, tempat security, kantin, musholah dan WC. Terminal penumpang dibangun pada lahan
dengan panjang 35,00 m dan lebar 19,00 m.
Pekerjaan Pagar dan Gerbang Pelabuhan
Pagar akan dibangun di sekeliling lokasi pelabuhan dengan panjang 1.764 m. Tinggi pagar 1450
mm lebar tiang betin 300 mm. Urutan pekerjaan pembangunan pagar dan gerbang pelabuhan
adalah sebagai berikut:
Pekerjaan beton dengan menggunakan beton K.225 dan bekesting dengan volume 0,81 m
3
dan besi101,25 kg
Pekerjaan logam, yaitu pemasangan pagar BRC tipe 120 A2 dengan panjang 1.764,00 m dan
gerbang 1 unit.
Pembangunan Reservoir dan Rumah Pompa
Fungsi reservoir adalah untuk menampung air bersih untuk keperluan aktivitas di pelabuhan.
Reservoir yang akan dibangun panjang 12,250 m dan lebar 8,00 m. Reservoir akan dibangun di
bawah permukaan tanah pada kedalaman 2,4 m dan muncul di atas permukaan tanah dengan
tinggi 0,6 m.
Sementara rumah pompa dibangun untuk melindungi pompa dari hujan dan panas. Rumah pompa
akan dibangun dengan ukuran panjang 3,00 m dan lebar 2,00 m.
Pembangunan Terminal Penumpang
Terminal penumpang dibangun guna melayani penumpang yang akan melakukan perjalanan laut
dengan menggunakan kapal. Dalam terminal penumpang akan disediakan ruang tunggu
biasa,ruang tunggu VIP, ruang pembelian tiket (ticketing), ruang administrasi kantor, ruang
informasi, tempat security, kantin, musholah dan WC. Terminal penumpang dibangun pada lahan
dengan panjang 35,00 m dan lebar 19,00 m.
17
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Pembangunan Kantor Dinas Kesehatan, Kantor KPPP dan Kantor SROP
Kantor kesehatan akan dibangun dengan ukuran (13 m x 12,40) m
2
. Kantor kesehatan ini terdiri
dari ruang-ruang sebagai berikut: ruang tunggu, ruang pendaftaran, ruang periksa, apotek, ruang
staf, ruang kepala dinas, dapur dan toilet.
Kantor KPPP dibangun dengan ukuran (12 x 9) m
2
, terdiri dari ruang-ruang sebagai berikut: ruang
staff, ruang direktur, dapur dan toilet.
Kantor radio operasional pantai (SROP) dibangun dengan ukuran (9 x 9) m
2
, terdiri dari ruang
pemancar, ruang staf, ruang direktur, dapur dan toilet.
Pembangunan Rumah Dinas dan Mesjid
Rumah dinas dibangun untuk ditempati oleh staf yang bertugas di Pelabuhan Kuala Langsa.
Rumah dinas karyawan dibangun sebanyak 4 unit dengan ukuran panjang 10,00 m dan lebar 7,50
m yang secara umum terdiri dari ruang tamu, 2 kamar tidur, teras dan WC.
Sarana mesjid dibangun untuk mengakomodasi keperluan ibadah bagi umat muslim yang ada di
lokasi pelabuhan atau warga sekitar pelabuhan dan para pengguna Pelabuhan Kuala Langsa.
Mesjid yang akan dibangun direncanakan memiliki dimensi (18,50 x 18,00) m
2
yang terdiri dari
ruang ibadah, perpustakaan, gudang dan kantor, serta teras. Selain itu dibangun juga tempat
wudhu dan toilet sebanyak dua unit secara terpisah untuk jamaah laki-laki dan perempuan.
Pembangunan Toilet Umum
Toilet umum direncanakan akan dibangun dengan ukuran (7,00 x 4,00) m
2
. Toilet ini akan terbagi
dua yaitu toilet untuk laki-laki dan toilet untuk wanita.
Instalasi Air dan Listrik
Instalasi air akan dibangun sesuai dengan tingkat kebutuhan di lokasi pelabuhan. Instalasi akan
dipasang ke lokasi bangunan yang ada di pelabuhan dan ke lokasi unit-unit pengguna pelabuhan
seperti kantor Pelindo, Adpel, KP3, Polair, Dinas Kesehatan, Kantor Karantina, Kantor Bea Cukai
dan unit-unit lain. Pembangunan instalasi air akan bekerja sama dengan PDAM Kemuning.
Demikian halnya dengan instalasi listrik, pemasangan akan dilakukan sampai ke lokasi pengguna
baik bangunan pelabuhan maupun unit-unit pengguna pelabuhan. Pemasangan instalasi di lokasi
pelabuhan dilakukan bersamaan dengan kegiatan proyek bekerja sama dengan pihak PLN
Cabang Kota Langsa.
Kegiatan Pengerukan
Di dalam rencana jangka pendek yang dikerjakan oleh BRR, tidak ada kegiatan pengerukan pada
tahap pertama ini. Dengan demikian tidak ada pula kegiatan pengangkutan material keruk ataupun
kegiatan penempatan material keruk.
18
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Demobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi
Setelah pembangunan pelabuhan dan fasilitas penunjang lainnya selesai dilaksanakan, akan dila-
kukan kegiatan pemutusan hubungan kerja dengan tenaga kerja kontrak lokal serta demobilisasi
terhadap tenaga kerja kontraktor. Hal ini dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip
penggunaan tenaga kerja yang berlaku di Indonesia. Pengelolaan tenaga kerja dan
demobilisasinya dilaksanakan bersama dengan kontraktor dan sebagian besar merupakan
tanggung jawab kontraktor pembangunan fisik.
1.3.3 Tahap Operasi
Tenaga Kerja Operasi
Karena kegiatan ini merupakan usaha yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara melalui PT
Pelindo, penggunaan tenaga kerja akan dikelola oleh PT Pelindo untuk kegiatan operasional pela-
buhan. Penggunaan tenaga kerja dapat memanfaatkan berbagai sumber daya manusia yang
sudah direkrut oleh PT Pelindo ataupun memanfaatkan tenaga lokal sesuai dengan keperluan
operasional Pelabuhan Kuala Langsa. Penggunaan tenaga kerja lokal sangat diperhatikan dan
dipertimbangkan sebagai suatu nilai tambah dari tahap operasional Pelabuhan Kuala Langsa
terhadap masyarakat setempat.
Kondisi eksisting tenaga kerja Pelabuhan Kuala Langsa terdiri dari Karyawan PT Pelindo I Cabang
Kuala Langsa dan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM). Selain itu karyawan instansi lain yang ada
di lingkungan pelabuhan adalah Adpel, Polair dan KP3.
Karyawan PT Pelindo I Cabang Kuala Langsa sebanyak 9 orang terdiri dari 4 orang karyawan
organik dan 5 orang karyawan non organik. Tenaga kerja bongkar muat (TKBM) yang tergabung
pada Koperasi TKBM terdiri dari 300 orang. Koperasi TKBM berada di bawah pembinaan Adpel
Kuala Langsa.
Dalam rangka pengembangan pelabuhan diprediksi akan terjadi penambahan tenaga kerja, untuk
Pelindo diperkirakan akan terjadi penambahan sekitar 6 orang tenaga kerja non organik
sementara untuk TKBM diperkirakan akan terdapat penambahan sekitar 200 orang.
Kegiatan Operasional Pelabuhan: Sandar, Labuh dan Berlayar Kapal
Kegiatan sandar, labuh dan berlayar kapal merupakan kegiatan jasa utama di Pelabuhan Kuala
Langsa. Kapal-kapal yang akan memanfaatkan jasa pelabuhan sebelum menurunkan (unloading)
dan menaikan barang/penumpang (loading) terlebih dahulu melakukan kegiatan sandar dan labuh.
Hal ini dilakukan dengan mengikuti dan mematuhi ketentuan memasuki pelabuhan seperti dalam
hal mematuhi tanda-tanda sarana bantu navigasi pelayaran (SBNP). Dengan demikian, kapal akan
terpandu memasuki pelabuhan. Instansi yang bertanggung jawab dalam kegiatan sandar, labuh
dan berlayar adalah Syahbandar Pelabuhan yang berada langsung di bawah pengawasan
Departemen Perhubungan.
Kegiatan Bongkar Muat
Kegiatan bongkar muat (unloading-loading) di dermaga merupakan kegiatan utama lainnya di
lingkungan pelabuhan. Kegiatan bongkar (unloading) mencakup kegiatan penurunan barang dari
kapal yang dibantu dengan alat crane dan forklift. Tenaga kerja yang bertugas adalah operator
pelabuhan yang mengoperasikan alat-alat tersebut. Tenaga kerja lainnya yang terlibat adalah
tenaga kerja bongkar muat (TKBM).
19
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Transportasi Kapal
Transportasi kapal di Pelabuhan Kuala Langsa dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu transportasi
penumpang dan kapal niaga. Tranportasi penumpang menggunakan ferry mencakup lalulintas
kapal-kapal pengangkut penumpang yang melayani rute Pelabuhan Kuala Langsa menuju
berbagai tujuan perjalanan. Selain menggunakan ferry untuk pengangkutan penumpang,
Pelabuhan Kuala Langsa juga dilabuhi kapal penumpang nasional.
Transportasi untuk kapal niaga adalah lalulintas kapal khusus pengangkut barang yang melayani
rute Pelabuhan Kuala Langsa ke luar wilayah Langsa dan sebaliknya. Kapal yang digunakan
umumnya jenis kapal mesin (KM) dengan bobot kurang dari 10.000 DWT. Jenis barang-barang
yang diangkut adalah berbagai jenis barang komoditas hasil pertanian atau tambak dan komoditi
kebutuhan masyarakat lainnya atau bahan-bahan bangunan.
Kegiatan Pergudangan
Kegiatan pergudangan adalah kegiatan penyimpanan sementara barang-barang hasil bongkar
(unloading) dan barang-barang yang akan di muat (loading). Penyimpanan barang ini dilakukan di
dua lokasi yaitu di gudang tertutup dan lapangan penumpukan. Barang-barang yang diangkut
mengunakan peti kemas disimpan di lokasi lapangan penumpukan. Pengelolaan barang-barang di
pergudangan dilakukan oleh pengelola pelabuhan bekerja sama dengan instansi terkait, yaitu bea
cukai dan karantina.
Transportasi Darat
Barang-barang hasil bongkar dan yang mau dimuat diangkut menggunakan truk pengangkut
barang. Jenis truk pengangkut terdiri dari kendaraan roda dua (pick up) dan truk. Truk dan pick up
biasa mengangkut barang-barang dari gudang tertutup atau langsung dari kapal. Demikian pula
berbagai kendaraan digunakan untuk mengangkut penumpang yang berangkat atau turun dari
kapal.
Sistem transportasi darat di lokasi pelabuhan akan menggunakan system satu pintu, yaitu masuk
dan keluar pelabuhan hanya melewati satu gerbang utama. Kondisi ini diharapkan dapat
mengeliminasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya kondisi buruk yang tidak diinginkan, seperti
ketidakamanan, penyelundupan dan lain-lain.
Kendaraan yang masuk pelabuhan akan menggunakan jalan utama pelabuhan dan masuk ke
lapangan parkir. Kendaraan yang akan mengangkut/mengantar barang akan masuk ke lapangan
parkir truk dan kendaraan yang mangangkut/menjemput penumpang parkir di area parkir terminal.
Kegiatan Terminal Penumpang
Terminal penumpang adalah tempat ke luar masuknya penumpang yang akan dan telah
menggunakan jasa kapal penumpang. Di tempat ini tersedia ruang-ruang dan fasilitas seperti:
loket (tempat penjualan tiket), ruang tunggu dan toko.
Kegiatan Perparkiran
Terminal penumpang ini dilengkapi dengan sarana parkir yang memanfaatkan lapangan parkir
yang sudah tersedia di lokasi pelabuhan. Areal parkir di Pelabuhan Kuala Langsa terdapat dua
lokasi, yaitu area parkir truk dan areal parkir terminal penumpang. Areal parkir truk akan
digunakan untuk parkir truk pengangkut barang baik barang yang akan dimuat maupun barang
hasil bongkar dari kapal atau dari gudang (tertutup dan penumpukan). Areal parkir terminal
20
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
penumpang digunakan untuk menampung kendaraan yang mengangkut penumpang yang akan
menggunakan kapal dan penumpang yang turun dari kapal.
1.4 Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan
Rekomendasi penilaian kelayakan lingkungan merupakan pernyataan secara jelas terhadap
kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang
didasarkan atas hasil evaluasi dampak dan arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup untuk alternatif terbaik yang terpilih.
Setelah melakukan kajian secara mendalam dan holistik terhadap aspek kegiatan yang akan
dilakukan serta kegiatan yang sudah ada di wilayah tapak proyek dan sekitarnya terhadap aspek
lingkungan hidup (tata ruang, fisik-kimia, biologi dan sosial kesehatan masyarakat), dapat
disampaikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Melihat dampaknya secara keseluruhan baik dari fisik, kimiawi, dan biologi, ataupun sosial
ekonomi budaya relatif tidak terlalu berat dan tampaknya akan dapat dikelola dengan
berbagai langkah pengelolaan yang umum dilakukan, maka secara lingkungan rencana
kegiatan ini menurut tim studi ANDAL layak untuk dilanjutkan. Demikian pula bahwa dampak-
dampak penting yang telah diprediksi dan dievaluasi hanya bersifat sementara dan dapat
berbalik (reversible);
2. Melihat sumberdaya manusia yang tersedia di daerah Kecamatan Langsa Barat dan
sekitarnya mencukupi dan peluang untuk memanfaatkan tenaga kerja lokal cukup besar,
maka kegiatan pengembangan pelabuhan ini dapat menunjang program pemerintah untuk
mengurangi tingkat pengangguran;
3. Melihat dari manfaat secara ekonomi keberadaan kegiatan tambahan ini akan meningkatkan
PAD daerah (perekoniman lokal) dan menunjang perekonomian daerah serta dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat, maka kegiatan pengembangan pelabuhan Kuala
Langsa ini sangat bermanfaat; dan
4. Dengan demikian, keberadaan rencana kegiatan tersebut di atas dari segi kelayakan
lingkungan layak untuk direalisasikan sepanjang memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah
disusun dalam RKL dan RPL.
Sebagai tambahan, hingga saat dilakukan studi, belum ada informasi yang cukup jelas tentang
rencana pengerukan alur dan reklamasi. Tim AMDAL berpendapat bahwa komponen kegiatan ini
sangat penting untuk pengoperasian Pelabuhan Kuala Langsa. Analisis hidro-oseanografi
menunjukkan adanya potensi abrasi dan sedimentasi secara alami sehingga Tim AMDAL
merekomendasikan agar rencana kegiatan pengerukan dan reklamasi dikaji dalam studi tersendiri.
Sebagai catatan penting, saat ini kapasitas tampung dermaga sudah didisain untuk 10.000 DWT
namun alur pelayaran sangat tidak memadai sehingga dibutuhkan pengerukan alur secara
periodik berikut kajian komprehensif tentang penempatan material hasil keruknya.
1.5 Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa dapat di lihat pada Gambar 2 di
bagian sebelumnya. Jadwal kegiatan tersebut mencakup perencanaan hingga selesainya tahap
konstruksi dan percobaan pengoperasian Pelbuhan Kuala Langsa. Jadwal kerja dari kegiatan
merupakan hal yang penting untuk diketahui oleh para pihak yang terkait. Secara umum strategi
21
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
pengembangan dibagi menjadi tahap I untuk rehabilitasi infrastruktur dan tahap II untuk
pengembangan/pembangunan infrastruktur.
1.6 Pemrakarsa Kegiatan
Nama Instansi : Dinas Perhubungan, Komunikasi Informasi dan Telematika,
Provinsi NAD melalui BRR Aceh Nias: Pemeliharaan,
Rehabilitasi, Peningkatan dan Pembagunan Transportasi Laut
(PRP2TL) Provinsi NAD.
Alamat Kantor : Jl. Mayjen T. Hamzah 52, Kuta Alam, Banda Aceh.
Penanggung Jawab : Prof. Dr. Ir. Yuwaldi Away, M.Sc.
Jabatan : Kepala Dinas
Telp./Fax : (0651) 22110; 31273/(0651) 22106
22
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
2. DAMPAK PENTING TERHADAP LINGKUNGAN
HIDUP
Berdasarkan hasil evaluasi dampak, maka dampak penting terhadap lingkungan hidup yang akan
dikelola dari rencana Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa adalah sebagai berikut:
2.1 Tahap Pra konstruksi
2.1.1 Persepsi Masyarakat
Pada uraian tentang prakiraan dampak penting telah dikemukakan, bahwa kegiatan
pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa berpotensi menurunkan dampak langsung ataupun tidak
langsung, serta dampak primer maupun sekunder pada parameter sosial budaya komunitas
setempat. Paling tidak telah berhasil diidentifikasikan tiga dampak penting yang berdimensi jangka
panjang dengan intensitas dampak yang sulit diperkirakan dari sekarang, namun berpotensi
menjangkau jumlah manusia yang banyak. Ketiga dampak yang dimaksud meliputi persepsi dan
respons masyarakat, konflik sosial yang bermuatan kesenjangan kesempatan, dan penegakan
kamtibmas.
Berdasarkan perkiraan, seperti dikemukakan pada uraian sebelumnya, dampak kegiatan
pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap ketiga parameter sosial budaya yang
disebutkan di atas masih sulit diperkirakan dari sekarang karena sangat tergantung pada berbagai
kemungkinan perkembangan di masa depan. Secara sepintas juga telah dikemukakan pada
uraian yang lalu, bahwa pendekatan yang relatif lebih tepat untuk mengelola ketiga dampak yang
diperkirakan itu adalah pendekatan yang lebih bersifat holistik. Pada pendekatan holistik,
parameter sosial budaya yang diperkirakan terkena dampak tidak hanya dikelola secara parsial,
khususnya yang menyangkut pembangunan kebijakan sosial, relasi kekuasaan, ketidakadilan
gender, pembelaan hak-hak masyarakat lokal, serta kesetaraan sosial (Koentjaraningrat, 1982:7
dan Suharto, 2006:vii). Ini berarti bahwa pekerjaan pengelolaannya tidak hanya menjadi beban
Administrator Pelabuhan Kuala Langsa dan PT Pelindo I, tetapi melibatkan seluruh komponen
setempat, termasuk pemerintah daerah, lembaga relawan termasuk LSM, dan masyarakat yang
bersangkutan. Alasan untuk melibatkan seluruh komponen tersebut adalah sederhana saja, yaitu
karena Pelabuhan Kuala Langsa merupakan infrastruktur untuk kepentingan segenap komponen
dan lapisan masyarakat, birokrasi, dan pebisnis.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, serangkaian kegiatan pada tahap pra konstruksi mulai dari
sosialisasi kegiatan, penerimaan tenaga kerja dan persiapan mobilisasi peralatan akan
mempengaruhi persepsi masyarakat di wilayah studi. Apabila dikaitkan dengan hasil sosialisasi
yang telah dilakukan pada tanggal 8 Februari 2008, maka persepsi masyarakat dari Gampong
Sungai Pauh, Kuala Langsa dan Telaga Tujuh dilihat dari jumlah masyarakat dan luasan yang
akan terkena dampak diprakirakan positif sedang dan penting (+3/5).
23
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
2.2 Tahap Konstruksi
2.2.1 Kualitas Udara dan Kebisingan
Kegiatan konstruksi yang mempunyai potensi menjadi sumber dampak terhadap kualitas udara
dan kebisingan adalah pematangan lahan dan mobilisasi material bangunan. Secara langsung,
kegiatan ini akan mempengaruhi kualitas udara dan kebisingan wilayah tersebut. Dengan
meningkatnya intensitas lalulintas kendaraan selama tahap ini akan meningkatkan konsentrasi
debu. Mengingat cukup tingginya konsentrasi debu dan kebisingan terutama di Jalan Simpang
Empat Gampong Sungai Pauh, maka kegiatan pematangan lahan dan mobilisasi material
bangunan disimpulkan dapat memberikan dampak negatif sedang dan penting (-3/5).
2.2.2 Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha
Setelah dievaluasi, pada tahap konstruksi juga dapat menimbulkan dampak terhadap kesempatan
kerja dan peluang berusaha. Rekrutmen tenaga kerja konstruksi sekitar 250 orang yang berasal
dari tenaga lokal dan pendatang, sedangkan peluang-peluang usaha baru tersebut meliputi
kegiatan di sektor informal seperti warung, kios, rumah kontrakan, jasa transportasi dan jasa
katering. Tumbuhnya peluang usaha ini walaupun bersifat musiman atau ramai pada saat
konstruksi berlangsung, tetapi dampaknya positif besar dan penting (+5/5).
2.2.3 Kamtibmas dan Keresahan Masyarakat
Kegiatan pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa pada dasarnya lebih bersifat perbesaran skala
fisik bangunan, tanpa mengalihkan lokasinya ke tempat lain. Lahan untuk lokasi kegiatan masih
pada tempat yang lama, sudah terbebaskan dari status kepemilikan maupun kegiatan berekonomi
masyarakat setempat. Kegiatan kegiatan berekonomi yang terlihat di sekitar dermaga umumnya
lebih bersifat pendukung kegiatan operasional kepelabuhanan. Pekerjaan pengembangan
pelabuhan pada tahap konstruksi maupun kegiatan operasional kepelabuhanan pada tahap pasca
konstruksi relatif jauh terpisah dari lingkungan tempat tinggal penduduk. Hanya kegiatan
pengangkutan bahan material bangunan pada tahap konstruksi serta pergerakan kapal saat
melintasi alur pelayaran di pantai Telaga Tujuh dan pengangkutan barang-barang muatan kapal
yang melintasi perkampungan Sungai Pauh dan Kuala Langsa yang diperkirakan berdampak
penting pada komponen lingkungan sosial budaya.
Karena itu sasaran pengelolaan yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh adalah upaya
pengamanan pantai Telaga Tujuh dari kemungkinan abrasi serta pengamanan pemukiman
penduduk di sepanjang jalan menuju ke pelabuhan dari terpaan debu dan potensi kecelakaan
lalulintas. Kecuali itu, walaupun tidak terpaut langsung dengan kegiatan pengembangan
pelabuhan, namun merupakan beban sejarah masa lampau, juga membutuhkan upaya
pengelolaan terkait dengan status hak kepemilikan lahan yang ditempati penduduk Kuala Langsa
dan juga Sungai Pauh yang menempati lahan bekas pertapakan rel kereta api menuju ke
pelabuhan.
Masalah kamtibmas akan bisa diperketat saat kegiatan bongkar muat kapal berlangsung, aktivitas
silo dan pergudangan, transportasi, operasional terminal penumpang dan pembagian wilayah
perpakiran. Apabila hal ini salah urus, maka dampaknya akan negatif sedang dan penting (-3/5).
Banyak hal yang menyangkut masalah kamtibmas, antara lain pembauran sejumlah masyarakat
24
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
dari berbagai etnis, toleransi sikap berkendaraan, keamanan lingkungan dan tegaknya peraturan.
Wujud lain dari masalah kamtibmas ini adalah timbulnya keresahan masyarakat yang bersumber
dari ketidaknyamanan akibat pemutusan hubungan kerja dan dampak turunan lainnya (dari
penurunan kualitas air dan udara).
2.2.4 Persepsi Masyarakat
Dampak terhadap persepsi masyarakat menjadi positif sedang dan penting (+3/5) akibat
serangkaian kegiatan konstruksi berlangsung. Kegiatan tersebut antara lain berupa pematangan
lahan, mobilitas material bangunan, pembangunan yang banyak menyerap tenaga kerja. Dampak
ini akan berubah menjadi negatif tidak penting pada saat terjadi penurunan kualitas lingkungan
sementara utamanya udara (debu, gas dan kebisingan) serta pengurangan tenaga kerja.
2.2.5 Kepadatan Lalulintas Darat
Sebagaimana disebutkan pada Rona Awal, sepanjang jalan menuju pelabuhan memiliki lebar
hanya sekitar 6 m (tanpa median jalan) di tambah 1 m di kanan kiri badan jalan. Dapat
dibayangkan pada saat konstruksi saja belum berlangsung sudah padat kondisinya apalagi bila
pelabuhan ini beroperasi.
Dengan padatnya lalulintas dan sempitnya jalan, maka jika dlihat dari jumlah masyarakat yang
akan terkena dampak dengan intentistas yang cukup tinggi, maka kegiatan tahap operasi akan
berdampak negatif besar dan penting (-5/5).
2.3 Tahap Operasi
2.3.1 Kualitas Udara dan Kebisingan
Sebagaimana telah disebutkan dalam bab prakiraan dampak, pada tahap operasi serangkaian
kegiatan yang diduga mempunyai dampak terhadap kualitas udara yaitu kegiatan sandar, labuh,
dan layar-kunjungan kapal, kegiatan bongkar muat, kegiatan pergudangan dan silo, transportasi
darat, kegiatan perparkiran, serta sanitasi dan kebersihan lingkungan.
Kegiatan bongkar muat dan transportasi darat akan meningkat pada wilayah pelabuhan seiring
dengan meningkatnya kegiatan di pelabuhan tersebut. Kegiatan ini diperkirakan dapat
menimbulkan dampak yang signifikan terhadap penurunan kualitas udara karena peningkatan
kadar debu dan emisi gas buang kendaraan. Kendaraan dan alat-alat yang digunakan untuk
kegiatan bongkar muat dan transportasi dapat meningkatkan konsentrasi polutan di udara
khususnya debu dan juga CO
2
, SO
x
, dan NO
x
. Hal ini akan berlangsung dan terakumulasi selama
pelabuhan berdiri. Mengingat luasnya sebaran dampak dan sifat kumulatif dampak yang dapat
ditimbulkan, maka dampak kegiatan bongkar muat dan transportasi darat akan bersifat negatif
sedang dan penting (-3/5).
2.3.2 Kualitas Air
Pada tahap pasca konstruksi - operasi terdapat tiga kegiatan utama yang dapat menimbulkan
dampak terhadap kualitas air yaitu kegiatan sandar, labuh, dan layar-kunjungan kapal, kegiatan
bongkar muat, dan juga sanitasi dan kebersihan lingkungan.
25
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Kegiatan olah gerak kapal untuk berlabuh dan berlayar diperkirakan dapat meningkatkan
kekeruhan wilayah perairan setempat akibat terajadinya re-suspensi sedimen dasar laut. Kegiatan
sandar, labuh, dan layar serta kunjungan kapal diperkirakan dapat menghasilkan limbah cair dan
padat dari kapal yang berasal dari kapal-kapal yang berlabuh di sekitar dermaga. Kegiatan dapat
meningkatkan limbah cair dan padat yang masuk ke wilayah perairan laut yang mengakibatkan
turunnya kualitas air laut dan mencemari perairan tersebut, penurunan kualitas air akibat
pencemaran diprakiraan mencapai 10 30% dari kualitas air rona awal (skor 3). Hal ini akan
berlangsung selama pelabuhan beroperasi sehingga sehingga merupakan dampak penting (skor
5). Dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan kegiatan ini menimbulkan dampak negatif
sedang dan penting (- 3/5).
Kegiatan bongkar muat diperkirakan akan menghasilkan limbah dan sampah yang mungkin
terbuang di sekitar perairan. Limbah dan sampah ini bisa berupa tetesan minyak-lemak atau
logam dari bahan bakar kapal yang berlabuh ataupun terbuangnya air ballast ke badan air.
Peningkatan konsentrasi minyak dan lemak dan juga logam akan menurunkan kualitas air. Minyak
dan lemak merupakan senyawa organik yang membutuhkan oksigen untuk terdekomposisi. Dalam
konsentrasi yang tinggi, minyak dan lemak ini akan memerlukan jumlah oksigen yang cukup tinggi
pula sehingga akan menurunkan kandungan oksigen terlarut dalam air. Jika terjadi defisit oksigen
dalam dekomposisinya, maka kawasan perairan akan menjadi anaerob dan/atau anoxic. Kondisi
ini akan mempengaruhi suplai oksigen yang diperlukan mikroorganisme lainnya. Kondisi anaerob
akan menimbulkan bau yang cukup tajam. Logam yang dapat terkandung dalam minyak atau
pelumas yang biasa digunakan oleh kapal-kapal yang tidak dapat terdekomposisi secara alami di
alam, akan terabsorpsi oleh organsime yang berada dalam kawasan perairan tersebut ataupun
mengendap ke dasar perairan. Dalam air laut, minyak dan lemak akan tersebar sesuai dengan
kecepatan dan arah arus, serta gelombang. Dari uraian di atas terungkap bahwa kegiatan
diprakirakan menimbulkan dampak negatif dengan besaran dampak sedang (skor 3). Hal ini akan
berlangsung selama pelabuhan beroperasi sehingga merupakan dampak penting. Dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan kegiatan ini menimbulkan dampak negatif sedang dan
penting (-3/5).
2.3.3 Biota Perairan
Pada tahap pasca kontruksi kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap
biota akuatik adalah olah gerak kapal dan transportasi, bongkar muat barang di dermaga
pergudangan, silo dan pemuatan CPO ke tanker. Sedangkan yang berpotensi menimbulkan
dampak positif adalah pengoperasian fasilitas sanitasi.
Kegiatan olah gerak kapal, sandar layar dan tranportasi, selain menimbulkan gelombang,
kegiatan olah gerak kapal dan pelayaran berpotensi menimbulkan turbulensi yang dapat
mengangkat materi dasar sungai dan menimbulkan kekeruhan dan meningkatkan kadar padatan
tersuspensi juga berpotensi menimbulkan ceceran minyak yang dapat mencemari air sungai.
Kekeruhan dan padatan tersuspensi ini diprakirakan akan menimbulkan dampak negatif terhadap
biota akuatik (plankton dan benthos). Namun ditinjau dari besaran dampaknya kecil, dimana
peningkatan kekeruhan dan padatan tersuspensi diprakirakan akan meningkat kurang dari 10 %
dari kadar rona awal (skor 1). Intensitas, lama dan sebaran dampaknya juga kecil , sehingga
dampak yang ditimbulkan terhadap plankton dan benthos tidak penting (skor 1). Ceceran minyak
dan limbah cair dari kapal yang mengandung surfaktan akan menimbulkan pencemaran air yang
dapat meningkatkan kadar minyak dalam air diprakirakan mencapai 10 -30 % dari kadar rona awal
26
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
akan berlangsung selama pelabuhan beroperasi dan sifat minyak yang sulit terurai secara alami
dan dapat terserap oleh jaringan daging ikan (tainting) sehingga menimbulkan bau dan rasa tidak
enak sehingga menimbulkan dampak penting (skor 5). Dari uraian di atas dapat dikemukakan
bahwa kegiatan tersebut di atas diprakirakan akan menimbulkan dampak negatif sedang dan
penting (-3/5) terhadap biota akuatik, terutama nekton.
Kegiatan bongkar muat di darmaga kargo dan tempat sandar tanker CPO berpotensi
menimbulkan ceceran minyak dari kapal dan ceceran CPO pada saat pemompan ke tanker. Hal ini
akan menimbulkan dampak terhadap kualitas air dan dampak turunan terhadap biota akuatik
(planton, benthos dan nekton). Oli dan BBM dapat terserap (tainting) oleh nekton sehingga
menimbulkan bau dan rasa tidak enak pada daging ikan. Sebagaimana diuraikan dalam dampak
terhadap kualitas air, ditinjau dari lamanya dampak yang akan berlangsung selama ada kegiatan
di pelabuhan, sifat limbah yang sulit atau membutuhkan waktu lama untuk terurai, dampak dari
ceceran minyak dan CPO terhadap kualitas air permukaan diprakirakan berdampak penting yang
bersifat negatif dengan bobotnya sedang. Dengan demikian dampak turunannya terhadap biota
akuatik juga menimbulkan dampak penting yang bersifat negatif sedang dan penting (-3/5).
2.3.4 Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha
Pada tahap konstruksi kesempatan kerja bisa saja tidak maksimal adanya, tetapi pada tahap
operasi pelabuhan kesempatan tersebut terbuka di semua lini. Contoh sederhana, munculnya
buruh bongkar muat, penjaja makanan dan minuman di kapal, serta jasa transportasi. Semua ini
memberikan dampak yang positif. Begitupun dengan peluang berusaha yang merupakan dampak
tersendiri ketika pelabuhan beroperasi. Peluang usaha ini biasanya banyak tumbuh di sektor
infomal.
Konkretnya, dampak kesempatan kerja pada tahap operasi timbul akibat adanya kegiatan
penerimaan tenaga kerja operasi. Data yang tersaji pada Bab II menguraikan bahwa terdapat
tenaga operasional eksisting, yaitu karyawan PT Pelindo Cabang Pelabuhan Kuala Langsa
(jumlah 4 organik dan 5 non organik) dan tenaga kerja bongkar muat (TKBM) dengan jumlah 300
orang. Adanya rencana pengembangan pelabuhan dengan asumsi semua aktifitas pelabuhan
akan meningkat 3 kali lipat maka jumlah tenaga kerja juga akan banyak dibutuhkan.
Prakiraan jumlah tenaga kerja yang akan direkrut dengan adanya pengembangan pelabuhan
adalah sebagai berikut:
Karyawan Pelindo diperkirakan akan menambah 6 orang karyawan organik dan 10 orang
karyawan non organik.
TKBM diperkirakan akan menambah 200 orang. Dengan asumsi jumlah 500 orang (300 orang
eksisting ditambah 200 orang baru) akan mampu melayani bongkar muat kapal 3 call dalam
sehari.
Uraian di atas meperlihatkan adanya perekrutan tenaga kerja yang cukup signifikan dibandingkan
dari kondisi eksisting. Jumlah manusia yang terkena dampak berjumlah 216 orang (karyawan dan
TKBM). Intensitas dampak tergolong besar dan dampak berlangsung selama tahap operasi.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa dampak penerimaan tenaga kerja
tergolong dampak negatif besar dan penting (-5/5).
27
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
2.3.5 Perekonomian Lokal
Serangkaian kegiatan pada saat beroperasinya pelabuhan akan mempengaruhi perekonomian
lokal secara positif. Konkretnya, retribusi di segala aktivitas meningkat, peredaran uang dan
barang meningkat, juga pembangunan sarana dan prasarana perkonomian juga meningkat. Oleh
sebab itu, dampak beroperasinya pelabuhan ini terhadap perekonomian lokal dapat dikategorikan
positif sedang dan penting (+3/5).
2.3.6 Kamtibmas dan Keresahan Masyarakat
Masalah kamtibmas akan bisa diperketat saat kegiatan bongkar muat kapal berlangsung, aktivitas
silo dan pergudangan, transportasi, operasional terminal penumpang dan pembagian wilayah
perpakiran. Apabila hal ini salah urus, maka dampaknya akan negatif dan penting. Banyak hal
yang menyangkut masalah kantibmas, antara lain pembauran sejumlah masyarakat dari berbagai
etnis, toleransi sikap berkendaraan, keamanan lingkungan dan tegaknya peraturan.
Sebaik apapun pembangunan yang telah direncanakan, akan memunculkan juga keresahan
masyarakat yang terkait langsung dengan kegiatan ini. Telebih-lebih saat pelabuhan mulai
beroperasi, banyak hal yang tak terduga akan terjadi, misalnya tingkat keramaian meningkat yang
tadinya sepi, jalur lalu lintas semakin padat, konsentrasi debu-gas dan kebisingan meningkat, juga
pola hisup sosial akan berubah walaupun tidak secara drastis (dari masyarakat statis ke trend
masyarakat dinamis). Semua ini diprediksi akan berdampak negatif sedang dan penting (-3/5).
2.3.7 Wisata Bahari
Kegiatan sandar, labuh dan layar-kunjungan kapal akan memberikan dampak terhadap
pengembangan wisata bahari Kota Langsa seperti eco-tourism ke Pulau Telaga Tujuh. Pulau ini
sangat potensial untuk dikembangkan mengingat hutan mangrove yang terjaga baik berkat
kearifan lokal penduduk setempat, satwa liar, serta pasir pantai yang relatif bersih dan areal
pemancingan ikan.
Dampak kegiatan terhadap wisata bahari bersifat positif secara tidak langsung tetapi masuk
potensi kategori dampak positif sedang dan penting (+3/5).
2.3.8 Persepsi Masyarakat
Kegiatan penerimaan tenaga kerja, aktivitas bongkar muat kapal (termasuk kunjungan kapal),
kegiatan pergudangan dan transportasi darat, terminal dan perpakiran hingga ke sanitasi
lingkungan dapat berdampak positif penting terhadap persepsi masyarakat.
Persepsi ini dapat ditingkatkan dengan jalan selalu mengadakan pengawasan di wilayah
pelabuhan agar tidak ada kegiatan yang meresahkan mereka atau mempengaruhi kamtibmas
setempat.
Persepsi positif ini akan bertambah apabila sistem sanitasi ligkungan di dalam pelabuhan dan
sekitarnya cukup terjaga dengan cara tertib dan disiplin membuang sampah pada tempatnya,
pemeliharaan saluran air (drainase), serta melakukan klasifikasi sampah anorganik dan organik.
Intensitas dampak persepsi besar dan menyangkut orang banyak, sehingga dampak ini tergolong
dampak positif besar dan penting (-5/5).
28
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
2.3.9 Sanitasi Lingkungan
Kegiatan sanitasi lingkungan akan berjalan baik apabila tingkat kesadaran masyarakat di sekitar
dan pengguna pelabuhan tinggi terutama dalam hal pembuangan sampah pada tempatnya.
Pada tahap operasi, dampak dari sanitasi lingkungan ini cukup positif dan penting. Hal ini jika
dilihat dari jumlah masyarakat yang akan terkena dampak, luas sebaran dampak, intensitas
dampak secara periodik dan lamanya dampak berlangsung (rutin).
Kegiatan kunjungan kapal yang berlabuh di pelabuhan terutama kapal penumpang dipastikan
akan menghasilkan sampah baik organik maupun non organik. Kegiatan bongkar muat di dermaga
cargo juga akan menghasilkan sampah. Sampah yang dihasilkan oleh kegiatan ini berupa ceceran
dari kemasan yang bocor. Tapi biasanya barang yang tercecer ke lantai dermaga langsung
dikumpulkan. Sehingga untuk kegiatan ini sampah yang dihasilkan relatif sedikit.
Kegiatan pergudangan juga hampir sama dengan kegiatan bongkar muat. Sampah yang
dihasilkan berasal dari ceceran barang yang kemasannya sudah bocor/sobek. Namun tingkat
ceceran akan lebih tinggi bila dibandingkan pada saat bongkar muat. Apalagi untuk barang yang
lama disimpan di gudang dan lama diambil oleh pemiliknya. Sampah yang dihasilkan juga relatif
sedikit.
Diperkirakan sampah yang dihasilkan sekitar 1 m
3
untuk setiap kapal. Jika sehari terdapat 3
kunjungan kapal maka sampah dari kapal dalam seharai sebanyak 3 m
3
.
Kegiatan terminal penumpang banyak menghasilkan sampah. Sampah yang dihasilkan terutama
yang berkaitan dengan kemasan makanan seperti bekas botol air mineral, bekas gelas air mineral,
bekas kemasan kue dan kemasan lainnya. Diperkirakan dalam sehari sampah yang terkumpul dari
kegiatan terminal penumpang sebanyak 1 m
3
.
Dampak sanitasi lingkungan bersifat negatif dan dampak langsung. Lamanya dampak berlangsung
lama selama pelabuhan tersebut beroperasi. Dampak akan berbalik apabila ada pengelolaan
terhadap sampah tersebut. Selain itu dampak bersifat dinamik tergantung dari perkembangan
pelabuhan. Semakin banyak masyarakat pengguna pelabuhan akan semakin banyak sampah
yang dihasilkan. Namun demikian sebaran dampak sanitasi lingkungan ini akan terkonsentrasi di
lokasi pelabuhan.
Berdasarkan kriteria dampak yang sudah diuraikan di atas maka dapat dikemukakan bahwa
dampak sanitasi lingkungan merupakan dampak negatif sedang dan penting (-3/5).
2.3.10 Kesehatan Masyarakat
Kesehatan masyarakat juga akan terpengaruh apabila serangkaian kegiatan operasional
pelabuhan tidak berjalan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Contohnya, sanitasi lingkungan
tidak terkontrol dengan baik, karantina (hewan/ tanaman) tidak berjalan ketat, debu berterbangan
saat musim kemarau, dan lain-lain. Diduga pada tahap operasi ini dampak kegiatan pelabuhan
terhadap kesehatan masyarakat negatif sedang dan penting (-3/5).
2.3.11 Kepadatan Lalulintas Laut
Serangkaian kegiatan pada tahap operasional pelabuhan akan berpengaruh terhadap lalulintas
laut yang sifatnya negatif penting. Konkretnya akan sering terjadi kecelakaan lalulintas laut,
29
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
tingginya gelombang akan mempengaruhi abrasi dan erosi di kawasan pantai, pertumbuhan
mangrove serta perkembangan pemijahan ikan dan sejenisnya.
Padatnya arus kunjungan kapal ke Pelabuhan Belawan, sehingga Pelabuhan Kuala Langsa dapat
dijadikan alternatif untuk bongkar/ muat bagi barang-barang untuk daerah Sumatera Utara bagian
Utara dan Aceh bagian Timur.
Adanya peningkatan arus kunjungan kapal ke Pelabuhan Kuala Langsa akan berpengaruh
terhadap pengguna alur pelayaran yang ada diantaranya nelayan.
Dampak lalulintas akibat arus kunjungan kapal bersifat negatif dan langsung berpengaruh
terhadap pengguna alur yang lain. Selain itu dampak akan berlangsung lama yaitu selama
pelabuhan tersebut beroperasi.
Dampak ini akan berbalik apabila adanya pengaturan arus lalulintas di alur tersebut. Namun
demikian dampak tersebut bersifat dinamik karena semakin berkembangnya kemajuan di lokasi
hinterland pelabuhan tersebut maka akan semakin tinggi arus kunjungan kapal.
Luas persebaran dampak berlangsung pada alur pelayaran dari mulai suar pengenal sampai
Pelabuhan Kuala Langsa.
Berdasarkan kriteria dampak yang sudah diuraikan di atas maka dapat dikemukakan bahwa
dampak lalulintas laut akibat kegiatan sandar, labuh dan layar merupakan dampak negatif
sedang dan penting (-3/5).
2.3.12 Kepadatan Lalulintas Darat
Kepadatan lalulintas akan bertambah pada saat operasional pelabuhan. Pertambahan volume
kendaraan dan sirkulasi arus lalulintas dapat menyebabkan dampak turunan lain yaitu kecelakaan
lalulintas, mengingat kondisi di sepanjang jalan menuju pelabuhan memiliki lebar hanya sekitar 6
m (tanpa median jalan) di tambah 1 m di kanan kiri badan jalan.
Kepadatan lalulintas darat pada tahap operasi diakibatkan oleh adanya kegiatan transportasi
darat, kegiatan terminal penumpang dan kegiatan perparkiran. Data lalulintas di pelabuhan tahun
2003 - 2007 telah disajikan pada Bab Uraian Kegiatan. Uraian pada bab tersebut menyajikan
jumlah kendaraan yang masuk ke Pelabuhan Kuala Langsa. Terdapat empat jenis kendaraan
yang masuk ke pelabuhan yaitu kendaraan roda dua, kendaraan minibus, truk dan trailer. Tahun
2007 tercatat masing-masing 16.508 unit (roda dua), 4.931 unit (minibus), 10.630 unit (truk) dan
29 unit (trailer). Kemudian perkembangan dari tahun 2006 ke tahun 2007 terlihat sangat signifikan,
yaitu masing-masing roda dua (100%), minibus (155,8%), truk (54,3%) dan trailer (222,2%).
Adanya pengembangan pelabuhan, kepadatan lalulintas darat akan lebih meningkat. Diperkirakan
dengan adanya kegiatan pengembangan pelabuhan aktifitas kepelabuhanan akan meningkat
menjadi 3 kali lipat keadaan sekarang. Sehingga kendaraan yang masuk ke lokasi pelabuhan juga
akan meningkat 3 kali lipat dari kondisi tahun 2007.
Jumlah manusia yang terkena dampak tergolong banyak sejumlah pengguna jasa pelabuhan.
Luas persebaran dampak skala regional kecamatan. Intensitas dampak tergolong besar.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa lalulintas darat tergolong negatif besar dan
penting (-5/5).
30
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
2.4 Telaahan Sebagai Dasar Pengelolaan
Dalam bagian ini, telaahan sebagai dasar pengelolaan dilakukan untuk alternatif terbaik yang
terpilih pada bab 6 di atas. Telaahan tersebut meliputi:
Hubungan sebab akibat (kausatif) antara rencana usaha dan/atau kegiatan dan rona
lingkungan hidup dengan dampak positif dan negatif yang mungkin timbul. Misalnya, mungkin
saja dampak penting timbul dari rencana usaha dan/atau kegiatan terhadap rona lingkungan
hidup, karena rencana usaha dan/atau kegiatan itu dilaksanakan di suatu lokasi yang terlalu
padat manusia, atau pada tingkat pendapatan dan pendidikan yang terlampau rendah, bentuk
teknologi yang tak sesuai dan sebagainya;
Ciri dampak penting dalam pembahasan evaluasi dampak juga telah dikemukakan dengan
jelas, dalam arti apakah dampak penting baik positif atau negatif akan berlangsung terus
selama rencana usaha dan/atau kegiatan itu berlangsung nanti. Atau antara dampak-dampak
satu dengan dampak yang lainnya akan terdapat hubungan timbal balik yang antagonistis dan
sinergistis.
Kajian lain yang dibahas yaitu apakah ambang batas yang telah ditetapkan akan mulai timbul
setelah rencana usaha dan/atau kegiatan dilaksanakan atau akan terus berlangsung sejak
masa pra konstruksi dan akan berakhir bersama selesainya rencana usaha dan/atau
kegiatan. Atau mungkin akan terus berlangsung, umpamanya lebih dari satu generasi;
Kajian identifikasi dasar pada kelompok masyarakat yang akan terkena dampak negatif dan
kelompok yang akan terkena dampak positif telah dirangkum pada Bab 6 ini. Begitu juga
halnya dengan identifikasi kesenjangan antara perubahan yang diinginkan dan perubahan
yang mungkin terjadi akibat usaha dan/atau kegiatan pembangunan; dan
Lebih daripada itu, telah dikaji juga kemungkinan seberapa luas daerah yang akan terkena
dampak penting ini, apakah hanya akan dirasakan dampaknya secara lokal, regional,
nasional, atau bahkan internasional, melewati batas negara Republik Indonesia.
Pada prinsipnya dalam Bab 6 ini, telah diuraikan arahan yang jelas mengenai rencana
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang akan dilakukan berdasarkan hasil evaluasi
dampak penting terhadap alternatif terbaik yang dipilih. Arahan pengelolaan dilakukan terhadap
seluruh komponen kegiatan yang menimbulkan dampak, baik komponen kegiatan yang paling
banyak memberikan dampak turunan (dampak yang bersifat strategis) maupun komponen
kegiatan yang tidak banyak memberikan dampak turunan. Arahan pemantauan dilakukan terhadap
komponen lingkungan yang relevan untuk digunakan sebagai indikator untuk mengevaluasi
penaatan (compliance), kecenderungan (trendline) dan tingkat kritis (critical level) dari suatu
pengelolaan lingkungan hidup.
2.4.1 Sedimentasi dan Erosi Akibat Pengaruh Dampak Proses Hidro-oseanografi
Sedimentasi dan erosi yang terjadi yang disebabkan pengaruh dampak proses hidro-oseanografi
baik yang berasal dari laut (berupa gelombang, arus dan pasang surut) maupun dari aliran/ debit
sungai yang dapat menjaga keseimbangan pantai dan alur sungai. Sedimentasi terbesar pada
daerah ini adalah akibat pertemuan sedimen yang disebabkan oleh sumber sedimen yang di
bawah oleh sungai maupun arus pasang surut dan arus akibat gelombang, sehingga
menyebabkan semakin dangkalnya daerah alur lalulintas pelayaran. Sedangkan erosi yang terjadi
di daerah pantai bagian timur (dusun Busung) lebih disebabkan oleh pengaruh hempasan
gelombang.
31
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Pengelolaan yang dilakukan untuk daerah yang terkena dampak proses erosi adalah dengan
menanam pohon mangrove atau dinding pantai (revetment) di garis pantai yang digunakan untuk
melindungi langsung dari serangan gelombang, sedangkan pada daerah yang terkena dampak
proses sedimentasi adalah dengan maintenance dredging seperti pembangunan jetty yakni
bangunan tegak lurus pantai yang ditempatkan di kedua sisi muara sungai untuk menahan
sedimen yang bergerak sepanjang pantai masuk dan mengendap di daerah muara sungai. Selain
itu dapat juga dilakukan pengerukan untuk menjaga kedalaman pada daerah alur lalulintas
pelayaran.
2.5 Hubungan Sebab Akibat (Kausatif)
Hubungan sebab akibat (kausatif) antara rencana usaha dan/atau kegiatan dan rona lingkungan
hidup dengan dampak positif dan negatif yang mungkin timbul. Misalnya, mungkin saja dampak
penting timbul dari rencana usaha dan/atau kegiatan terhadap rona lingkungan hidup, karena
rencana usaha dan/atau kegiatan itu dilaksanakan di suatu lokasi yang terlalu padat manusia, atau
pada tingkat pendapatan dan pendidikan yang terlampau rendah, bentuk teknologi yang tak sesuai
dan sebagainya.
Berbagai rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan untuk pengembangan Pelabulahan Kuala
Langsa pada tahap pra konstruksi sampai tahap operasional akan berdampak terhadap
komponen lingkungan hidup yaitu berdampak langsung ataupun tidak langsung yang dapat
bersifat positif ataupun negatif.
Upaya pengelolaan yang akan dilakukan berlandaskan pembangunan yang berkesinambungan
yaitu upaya meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak terhadap aspek
lingkungan hidup. Berdasarkan hal tersebut, maka telaahan dasar pengelolaan dalam hubungan
sebab akibat (kasuatif) dampak dari kegiatan yang akan dilakukan dikaji berdasarkan kajian
komponen fisika-kimia, biologi dan soskesmas.
Persepsi Masyarakat pada Tahap Pra konstruksi
Pada saat ini adalah sulit memperkirakan wujud hubungan antara kegiatan pengembangan
Pelabuhan Kuala Langsa dan rona lingkungan hidup. Di satu pihak dengan ketiga parameter
lingkungan sosial budaya, pada pihak lain positif ataupun negatif. Apakah hubungan di antara
ketiga variabel itu merupakan hubungan kausal, hubungan probabilistik, ataukah hubungan
korelasi (McLoughlin, 1969:170). Kesulitan ini dapat dipahami, bahwa masing-masing dari ketiga
dampak sosial budaya tersebut tidak hanya diakibatkan oleh satu faktor penyebab.
Begitu pula sebaliknya, bahwa satu faktor penyebab bukan hanya menimbulkan satu akibat.
Hubungan antara kegiatan pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa dan rona lingkungan hidup di
sekitar Kuala Langsa, dengan ketiga parameter dampak sosial budaya yang dilingkup sebagai isu
pokok adalah inherent dalam kehidupan manusiat tanpa tergantung pada tempo-tempat. Di antara
ketiga parameter itu saling berhubungan secara simetris dan saling berkait secara fungsional.
Salah satu, solusi yang agaknya dapat diupayakan untuk menetralisir hubungan fungsional seperti
dikemukakan di atas adalah melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Seperti yang telah
dikemukakan sebelumnya, bahwa rata-rata penduduk ketiga Gampong yang menjadi lokasi
penelitian ini, awalnya adalah pendatang dari berbagai tempat lain dengan tujuan untuk
mendapatkan sumber mata pencaharian hidup dan hanya memiliki tenaga fisik, keterampilan
32
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
teknis yang minimal serta keterbatasan fasilitas umum dan fasilitas sosial. Ketiga parameter
dampak sosial budaya yang dilingkup sebagai isu utama kajian AMDAL ini agaknya berdimensi
jangka panjang, dan karena itu membutuhkan upaya pengelolaan secara tepat dan cepat.
Ada atau tidak adanya kegiatan sulit dibayangkan bahwa masyarakat sekitar Kuala Langsa akan
mampu membebaskan diri dari ketiga problema tersebut. Keberadaan kegiatan boleh dikatakan
hanya merupakan salah satu faktor akselerator. Upaya pengelolaan dampak demikian,
seharusnya tidak seluruhnya dibebankan sebagai tanggung jawab kegiatan dan/atau usaha.
Karena itu, upaya pengelolaan dampak seharusnya juga menjadi tanggung jawab bersama. Ke
arah pandangan demikianlah, seharusnya rencana pengelolaan lingkungan hidup lebih
difokuskan. Lebih-lebih lagi bila dipertimbangkan, bahwa pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa
berfungsi dan berdimensi kepentingan sosial, karena statusnya sebagai infrastruktur, siapa pun
dapat menerima manfaatnya.
Dalam setiap pembangunan memang terdapat kelompok masyarakat yang dirugikan, di samping
tidak kurang pula jumlah manusia yang diuntungkan. Dari segi pertimbangan rasional ekonomi,
kelompok masyarakat yang diuntungkan adalah semua pengguna jasa kepelabuhanan Kuala
Langsa. Sebaliknya, kelompok rentan, dalam dimensi sosial ekonomi budaya, antara lain
penduduk kampung Kuala Langsa dan Sungai Pauh serta Telaga Tujuh, sebanyak lebih kurang
3.479 keluarga, merupakan kelompok masyarakat yang masih terperangkap dalam kondisi
ketidakmampuan menyediakan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang mereka perlukan.
Persepsi Masyarakat pada Tahap Konstruksi
Bagi penduduk sekitar Kuala Langsa umumnya, kegiatan pengembangan Pelabuhan Kuala
Langsa merupakan ajang keterbukan dengan dunia luar, dengan peluang dan tantangan yang
masih sulit diprediksikan arah perkembangannya pada saat ini. Pada pihak lain, perbesaran skala
fisik bangunan yang berarti pula perbesaran skala kegiatan akan membutuhkan fasilitas
pendukung yang lebih lengkap, antara lain meliputi pengadaan air bersih, penyaluran energi listrik,
dan sarana-prasarana transportasi. Diharapkan bahwa masalah-masalah sosial budaya
masyarakat setempat, seperti kebutuhan air bersih, sarana-prasarana transportasi, dan energi
listrik, dapat diintegrasikan dengan kebutuhan kepelabuhanan. Diharapkan pula, bahwa persoalan
persoalan lingkungan yang kemudian muncul akan dapat diatasi melalui pendekatan pendekatan
teknologi, sosial ekonomi, dan kelembagaan.
Pada tahap konstruksi, beberapa kegiatan riil di lapangan mulai berlangsung. Kegiatan tersebut
antara lain berupa pematangan lahan, mobilitas material bangunan, pembangunan berbagai
fasilitas pelabuhan diduga akan menimbulkan dampak positif penting karena banyak menyerap
tenaga kerja. Dampak ini akan berubah menjadi negatif pada saat terjadi penurunan kualitas
lingkungan utamanya udara (debu, gas dan kebisingan) serta pengurangan tenaga kerja. Namun
jika dilihat dari jumlah masyarakat yang akan terkena dampak (terlokalisir), lama dan intensitas
dampak berlangsung serta berbaliknya dampak dapat dengan segera karena sifat aktifitas
pembangunan tersebut sementara, maka dampaknya dapat dikategorikan negatif kecil dan tidak
penting terhadap persepsi masyarakat. Jadi dampak terhadap persepsi masyarakat pada tahap
ini bisa positif sekaligus negatif.
Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha
Kesempatan kerja pada tahap operasi berasal dari penerimaan tenaga kerja yang berdampak
positif dan penting untuk mengurangi tingkat pengangguran yang ada di wilayah Kecamatan
Lembeh Selatan dan sekitarnya.
33
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Biasanya, setiap tahap konstruksi dimulai, akan menumbuhkan peluang-peluang usaha baru bagi
masyarakat setempat di sektor informal seperti warung, kios, rumah kontrakan, jasa transportasi
dan jasa katering. Hal ini akan diteruskan pada Tahap Operasi.Tumbuhnya peluang usaha ini
walaupun bersifat musiman atau ramai pada saat konstruksi berlangsung, tetapi dampaknya
cukup positif dan penting karena dapat berkelanjutan pada Tahap Operasi.
Kamtibmas
Sejalan dengan pembahasan keresahan masyarakat sebelumnya, masalah akan bertambah rumit
apabila menyangkut keamanan dan ketertiban masyarakat. Masalah tersebut diduga dapat
berupa pencurian material dan alat, perkelahian akibat terbukanya sistem sosial yang menampung
komunitas dari berbagai etnis saat konsruksi berlangsung dan lain-lain. Lagi-lagi masalah ini
sifatnya negatif penting dan dapat berlangsung lama dengan jumlah masyarakat yang terkena
dampak hanya bersifat lokal (setempat).
Kepadatan Lalulintas
Kepadatan lalulintas diprediksi akan meningkat pada tahap konstruksi. Hal ini tercermin dari hasil
perhitungan volume lalulintas kendaraan sebagai rona awal yang dilakukan pada saat survei
pendahuluan di sepanjang jalan Gampong Sungai Pauh sampai Gampong Kuala Langsa.
Kepadatan lalulintas ini akan banyak mempengaruhi aktifitas masyarakat, berlangsung lama
sampai pelabuhan beroperasi, dengan sebaran dampak yang luas. Meskipun dapat dikendalikan
(sedikit dapat berbalik dampaknya) tetapi cenderung masuk kategori negatif penting yang sangat
perlu dikelola.
Persepsi Masyarakat pada tahap Operasi
Kegiatan penerimaan tenaga kerja, aktivitas bongkar muat kapal (termasuk kunjungan kapal),
kegiatan pergudangan dan transportasi darat, terminal dan perpakiran hingga ke sanitasi
lingkungan dapat berampak positif penting terhadap persepsi masyarakat.
Persepsi ini dapat ditingkatkan dengan jalan selalu mengadakan pengawasan di wilayah
pelabuhan agar tidak ada kegiatan yang meresahkan mereka atau mempengaruhi kamtibmas
setempat.
Persepsi positif ini akan bertambah apabila sistem sanitasi ligkungan di dalam pelabuhan dan
sekitarnya cukup terjaga dengan cara tertib dan disiplin membuang sampah pada tempatnya,
pemeliharaan saluran air (drainase), serta melakukan klasifikasi sampah anorganik dan organik.
Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha
Pada tahap konstruksi kesempatan kerja bisa saja tidak maksimal adanya, tetapi pada tahap
operasi pelabuhan kesempatan tersebut terbuka di semua lini. Contoh sederhana, munculnya
buruh bongkar muat, penjaja makanan dan minuman di kapal, serta jasa transportasi. Semua ini
memberikan dampak yang positif penting.
Begitupun dengan peluang berusaha yang merupakan dampak tersendiri ketika pelabuhan
beroperasi. Peluang usaha ini biasanya banyak tumbuh di sektor infomal. Tentu saja dampaknya
positif penting.
Perekonomian Lokal
Serangkaian kegiatan pada saat beroperasinya pelabuhan akan mempengaruhi perekonomian
lokal secara positif. Konkretnya, retribusi di segala aktivitas meningkat, peredaran uang dan
34
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
barang meningkat, juga pembangunan sarana dan prasarana perkonomian juga meningkat. Oleh
sebab itu, dampak beroperasinya pelabuhan ini terhadap perekonomian lokal dapat dikategorikan.
Kesehatan Masyarakat
Kesehatan masyarakat juga akan terpengaruh apabila serangkaian kegiatan operasional
pelabuhan tidak berjalan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Contohnya, sanitasi lingkungan
yang tidak terkontrol dengan baik, karantina (hewan/ tanaman) tidak berjalan ketat, debu
berterbangan saat musim kemarau, dan lain-lain. Diduga pada tahap operasi ini dampak kegiatan
pelabuhan terhadap kesmas negatif penting.
Kamtibmas
Masalah kamtibmas akan bisa diperketat saat kegiatan bongkar muat kapal berlangsung, aktivitas
silo dan pergudangan, transportasi, operasional terminal penumpang dan pembagian wilayah
perpakiran. Apabila hal ini salah urus, maka dampaknya akan negatif dan penting. Banyak hal
yang menyangkut masalah kamtibmas, antara lain pembauran sejumlah masyarakat dari berbagai
etnis, toleransi sikap berkendaraan, keamanan lingkungan dan tegaknya peraturan.
Kepadatan Lalulintas
Sebagaimana disebutkan pada Rona Awal, sepanjang jalan menuju pelabuhan memiliki lebar
hanya sekitar 6 m (tanpa median jalan) di tambah 1 m di kanan kiri badan jalan. Dapat
dibayangkan pada saat konstruksi saja belum berlangsung sudah padat kondisinya apalagi bila
pelabuhan ini beroperasi.
Dengan padatnya lalu lintas dan sempitnya jalan, maka jika dlihat dari jumlah masyarakat yang
akan terkena dampak dengan intentistas yang cukup tinggi, maka kegiatan tahap operasi akan
berdampak negatif penting.
2.6 Ciri Dampak Penting
Sebagaimana telah disebutkan di muka, ciri dampak penting ini telah dikemukakan dengan jelas
untuk dampak penting positif ataupun dampak penting negatif selama rencana usaha dan/atau
kegiatan Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa berlangsung. Demikian pula antara satu
dampak dengan dampak yang lainnya dalam hal hubungan timbal balik yang antagonistis atau
sinergistis. Berikut adalah beberapa terminologi yang digunakan untuk menjelaskan dampak
penting tersebut.
2.6.1 Dampak Positif
Dampak positif yang terjadi dari kegiatan rencana pengembangan pelabuhan antara lain
terbukanya isolasi wilayah, pertumbuhan perekonomian lokal, peningkatan kesempatan kerja dan
berusaha akan memberi dampak turunan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat serta
perekonomian lokal secara keseluruhan. Berkembangnya dampak positif tersebut bila dikelola
dengan baik akan memberikan persepsi positif masyarakat terhadap rencana kegiatan.
2.6.2 Dampak Negatif
Dampak negatif yang dapat terjadi adalah penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan,
penurunan kualitas fisik dan kimia air sungai dan laut, gangguan sistem transportasi darat dan
35
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
laut, gangguan kehidupan biota air serta persepsi negatif masyarakat yang secara umum dapat
mempengaruhi kesehatan masyarakat yang terkait dengan rencana pengembangan pelabuhan.
2.7 Kelompok Masyarakat yang Terkena Dampak
Kelompok masyarakat yang terkena dampak positif adalah masyarakat atau penduduk pada tiga
gampong yaitu Sungai Pauh, Kuala Langsa dan Telaga Tujuh baik yang terlibat sebagai karyawan
perusahaan/pelabuhan ataupun kontraktor, serta masyarakat yang dapat memanfaatkan peluang
usaha baik dalam sektor formal maupun informal yang melakukan wirausaha yang berkaitan
dengan kegiatan pengembangan pelabuhan.
Kelompok masyarakat yang terkena dampak negatif dengan adanya pengembangan pelabuhan ini
adalah:
1. Masyarakat yang bermukim dan sedang melakukan aktivitas di sekitar tapak proyek yang
meliputi tiga gampong yang disebut di atas yaitu terganggunya kesehatan masyarakat karena
penurunan kualitas udara dan kenyamanan dalam aktivitasnya serta akibat penurunan kualitas
air sungai dan laut;
2. Masyarakat yang bermukim di sekitar sungai dan/atau laut/ perairan pelabuhan yang
memanfaatkan perairan tersebut untuk kebutuhan kehidupan sehari-hari dan masyarakat yang
bermata pencaharian sebagai pencari ikan karena penurunan sifat fisik dan kimia air
sungai/laut; dan
3. Masyarakat pengguna jalan yang melintas di sekitar jalan akses masuk ke lokasi kegiatan
kerena pengoperasian kendaraan angkut.
2.7.1 Pola dan Luas Persebaran Dampak
Bagian ini menyimpulkan seberapa luas daerah yang akan terkena dampak penting dari kegiatan
dan/atau usaha ini, apakah hanya akan dirasakan dampaknya secara lokal, regional, nasional,
atau bahkan internasional melewati batas negara Republik Indonesia.
Berdasarkan kajian aspek geofisik-kimia, biologi, sosial ekonomi dan kesehatan dalam wilayah
studi, maka pola dan luas persebaran dampak yang terjadi bersifat lokal yang meliputi tapak
proyek dan di sekitar tapak proyek yaitu Gampong Sungai Pauh, Kuala Langsa dan Telaga Tujuh
termasuk perairan di sekitarnya yang berada dalam Kecamatan Langsa Barat.
2.8 Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan
Rekomendasi penilaian kelayakan lingkungan merupakan kesimpulan akhir dari tim studi AMDAL
yang memberikan rekomendasi terhadap kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan dari suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan atas dasar hasil evaluasi dampak dan arahan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup yang disebutkan di dalam Bab 6 ini.
Setelah melakukan kajian secara mendalam dan holistik terhadap aspek kegiatan yang akan
dilakukan serta kegiatan yang sudah ada di wilayah tapak proyek dan sekitarnya terhadap aspek
lingkungan hidup (tata ruang, fisik-kimia, biologi dan sosial kesehatan masyarakat), sebagaimana
yang telah diuraikan dalam Bab 3 hingga Bab 6, maka sebagai bahan masukan bagi instansi yang
berwenang, dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut:
36
68/10112/01/4372
Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
1. Melihat dampaknya secara keseluruhan baik dari fisik, kimiawi, dan biologi, ataupun sosial
ekonomi budaya relatif tidak terlalu berat dan tampaknya akan dapat dikelola dengan berbagai
langkah pengelolaan yang umum dilakukan, maka secara lingkungan rencana kegiatan ini
menurut tim studi ANDAL layak untuk dilanjutkan. Demikian pula bahwa dampak-dampak
penting yang telah diprediksi dan dievaluasi hanya bersifat sementara dan dapat berbalik
(reversible);
2. Melihat sumberdaya manusia yang tersedia di daerah Kecamatan Langsa Barat dan
sekitarnya mencukupi dan peluang untuk memanfaatkan tenaga kerja lokal cukup besar, maka
kegiatan pengembangan pelabuhan ini dapat menunjang program pemerintah untuk
mengurangi tingkat pengangguran;
3. Melihat dari manfaat secara ekonomi keberadaan kegiatan tambahan ini akan meningkatkan
PAD daerah (perekoniman lokal) dan menunjang perekonomian daerah serta dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat, maka kegiatan pengembangan pelabuhan Kuala
langsa ini sangat bermanfaat; dan
4. Dengan demikian, keberadaan rencana kegiatan tersebut di atas dari segi kelayakan
lingkungan layak untuk direalisasikan sepanjang memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah
disusun dalam RKL dan RPL.
Sebagai tambahan, hingga saat dilakukan studi AMDAL, tidak tersedia informasi yang cukup jelas
tentang rencana pengerukan alur dan reklamasi. Tim AMDAL berpendapat bahwa komponen
kegiatan ini sangat penting untuk pengoperasian Pelabuhan Kuala Langsa. Analisis hidro-
oseanografi menunjukkan adanya potensi abrasi dan sedimentasi secara alami sehingga Tim
AMDAL merekomendasikan agar rencana kegiatan pengerukan dan reklamasi dikaji dalam studi
tersendiri.
Sebagai catatan penting, saat ini kapasitas tampung dermaga sudah didisain untuk 10.000 DWT
namun alur pelayaran sangat tidak memadai sehingga dibutuhkan pengerukan alur secara
periodik berikut kajian komprehensif tentang penempatan material hasil keruknya.
37 68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Tabel 2 Matrik Evaluasi Dampak Penting
KEGIATAN TAHAP
PRA
KONSTRUKSI KONSTRUKSI PASCA KONSTRUKSI/ OPERASI
KOMP. LINGKUNGAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
KETERANGAN
KEGIATAN
A. FISIK- KIMIA
1. Udara
-3/5 -3/5 -3/5 -3/5 -3/5 1. Perijinan& studi DED
2. Kebisingan
-3/5 -3/5
-3/5 2. Sosialisasi
3. Kualitas Air
-3/5 -3/5 3. Mobilisasi peralatan kerja
4. Hidrodinamika
4. Penerimaan TKkonstruksi
5. Erosi
5. Pematangan lahan
6. Sedimentasi
6. Mob. material bangunan
B. BIOLOGI
7. Pemb. Barak kerja dan
7. Satwa Darat
fasilitas sanitasi
8. Vegetasi Darat
8. Pembangunan dermaga
9. Biota Air
-3/5 -3/5 cargo
C. SOSIAL EKONOMI BUDAYA
9. Pemb. Fasilitas sandar
kapal Tanker CPO
10. KesempatanKerja
+5/5 +5/5 10. Pemb. Fasilitas penunjang
11. PeluangBerusaha
+3/5 +5/5 +5/5 +5/5 +5/5 +5/5 +5/5 +5/5 Pelabuhan
12. PerekonomianLokal
+3/5 +3/5 +3/5 +3/5 +3/5 +3/5 +3/5
11. Demobiisasi TKkonstruksi
13. Kamtibmas
- 3/5 - 3/5 - 3/5 - 3/5 - 3/5 - 3/5 - 3/5 - 3/5 12. Penerimaan TKoperasi
14. KeresahanMasyarakat
13. Keg. Sandar, labuh &layar
kunjungan kapal
15. Wisata Bahari
+3/5 14. Keg. bongkar muat
16. Persepsi Masyarakat
+3/5 +3/5 +3/5 +3/5 +3/5 +3/5 +3/5 +3/5 +5/5 +5/5 +5/5 +5/5 +5/5 +5/5 15. Keg. Pergudangan & silo
D. KESEHATANMASYARAKAT
16. Transportasi darat
17. Sanitasi Lingkungan
- 3/5 - 3/5 - 3/5 17. Keg. Terminal penumpang
18. Kesehatan Masyarakat
- 3/5 18. Kegiatan perparkiran
E. TRANSPORTASI
19. Lalulintas Laut
- 3/5
20. Lalulintas Darat
-5/5 +5/5 +5/5 +5/5
38
68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
3. UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP
Rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup merupakan komitmen dari pemrakarsa
dalam melaksanakan suatu kegiatan dan/atau usaha. Komitmen ini dibuat agar pemanfaatan
sumberdaya yang ada tetap berwawasan lingkungan sehingga kerusakan atau dampak negatif
yang timbul akibat kegiatan, minimal dapat dikurangi dan potensi dampak positifnya dapat
dioptimalkan.
3.1 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
Uraian Rencana Pengelolaan Lingkungan, RKL bagi Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa
meliputi jenis dampak, sumber dampak, tolok ukur dampak, tujuan pengelolaan lingkungan hidup,
teknik pengelolaan, lokasi pengelolaan, waktu pengelolaan dan pelaksana pengelolaan yang
diringkaskan dalam bentuk tabel dan ditunjang dengan gambar lokasi pengelolaan lingkungan.
Adapun komponen kegiatan dan aspek lingkungan yang harus dikelola mencakup hal-hal sebagai
berikut:
3.1.1 Tahap Pra konstruksi
Dampak yang ditimbulkan pada tahap pra konstruksi hanya berupa dampak terhadap persepsi
masyarakat.
3.1.2 Tahap Konstruksi
Pada tahap konstruksi, komponen lingkungan yang akan terkena dampak penting yang harus
dikelola dan dipantau adalah sebagai berikut:
Kualitas udara dan kebisingan,
Kesempatan kerja dan peluang berusaha,
Kamtibmas dan keresahan masyarakat,
Persepsi masyarakat,
Kepadatan lalulintas darat.
3.1.3 Tahap Operasi
Pada tahap operasi, komponen lingkungan yang akan terkena dampak penting yang harus dikelola
dan dipantau adalah sebagai berikut:
Kualitas udara dan kebisingan,
Kualitas air,
Biota perairan,
Kesempatan kerja dan peluang berusaha,
Perekonomian lokal,
39
68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Kamtibmas dan keresahan masyarakat,
Wisata bahari,
Persepsi masyarakat,
Sanitasi lingkungan,
Kesehatan masyarakat,
Kepadatan lalulintas laut,
Kepadatan lalulintas darat.
Untuk lebih jelasnya, rencana pengelolaan lingkungan dapat dilihat pada tabel di halaman berikut.
Sementara itu lokasi pengelolaan lingkungan dapat dilihat pada gambar di halaman berikutnya.
40 68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Tabel 3 Ringkasan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Kegiatan Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa, di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Institusi
No
Jenis Dampak
Lingkungan
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan
Pengelolaan
Rencana Pengelolaan
Lingkungan
Lokasi
Pengelolaan
Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan Pelaksana Pengawas Pelaporan
A TAHAP PRA-KONSTRUKSI
1 Persepsi Masyarakat
1) Dampak Penting
Persepsi masyarakat yang umumnya
positif terhadap rencana
pengembangan pelabuhan Kuala
Langsa.
2) Sumber Dampak Penting
Sosialisasi kegiatan, penerimaan
tenaga kerja dan persiapan mobilisasi
peralatan.
- Adanya dukungan dari
masyarakat setempat;
- Besarnya jumlah
masyarakat yang setuju
dengan rencana
pengembangan pelabuhan
(dinyatakan dalam persen).
Terciptanya hubungan yang
harmonis dan sinergis antara
pemrakarsa kegiatan,
kontraktor, dinas dan instansi
terkait dengan masyarakat
setempat (Gampong Sungai
Pauh, Kuala Langsa, dan
Telaga Tujuh).
- Melakukan sosialisasi dan konsultasi
kepada masyarakat yang terkait dengan
rencana proyek;
- Optimalisasi dalam pengisian berbagai
peluang kerja yang berasal dari wilayah
desa setempat;
- Proses rekrutmen dilakukan secara fair
dan terbuka dan perioritas utama
diberikan kepada penduduk setempat
sejauh masih ada peluang dan
persyaratan yang ditentukan dapat
dipenuhi; dan
- Mobilisasi peralatan dilakukan secara
aman dan tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan.
Gampong Sungai
Pauh, Kuala Langsa,
Telaga Tujuh,
pelabuhan dan
sekitarnya.
Dilakukan selama
tahap pra-konstruksi
berlangsung.
Kontraktor
pemenang lelang
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Tenaga
Kerja Kota Langsa
- Bapedalda Provinsi
NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
B TAHAP KONSTRUKSI
1 Kualitas Udara dan Kebisingan
1) Dampak Penting
Penurunan kualitas udara (debu,
kebisingan, dan cemaran gas buang)
yang diakibatkan meningkatnya arus
lalu lintas untuk mobilisasi material
bangunan maupun penggunaan
alat/mesin.
2) Sumber Dampak Penting
Pematangan lahan, mobilisasi material
bangunan, dan pembangunan fasilitas
penunjang pelabuhan.
- Konsentrasi polutan yang
harus berada di bawah baku
mutu yang ditetapkan dalam
PP Republik Indonesia No.
41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran
Udara;
- Laporan adanya gangguan
pernapasan masyarakat di
sekitar lokasi kegiatan; dan
- Keluhan masyarakat
tentang tingginya kadar
debu dan kebisingan
digunakan juga sebagai
tolok ukur dampak.
Untuk mengurangi penurunan
kualitas udara serta
meningkatnya tingkat
kebisingan terutama di
kawasan yang dilalui
kendaraan pengangkut alat
berat serta bahan konstruksi
yang digunakan dalam
pematangan lahan, mobilisasi
material bangunan, serta
pembangunan fasilitas
penunjang pelabuhan.
- Melakukan penyiraman jalan terutama di
kawasan pemukiman yang intensitas lalu-
lintas kendaraannya cukup tinggi pada
waktu musim kemarau dan pada jalan-
jalan yang tidak beraspal;
- Memperlambat laju kendaraan angkut
pada saat melewati jalur yang dekat
dengan pemukiman penduduk, yaitu
maksimum 40 km/jam untuk jalan kota
beraspal serta kecepatan maksimum 20
km/jam untuk jalan yang belum beraspal;
- Menutup rapat isi bak truk material bahan
dengan terpal untuk menghindari
jatuhnya material konstruksi (pasir) dan
debu pada saat pengangkutan dan
diharuskan tidak membawa beban yang
melebihi kapasitas angkut kendaraan
tersebut;
- Penggunaan sarana Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) yaitu masker atau
penutup hidung bagi karyawan yang
bekerja dekat lokasi debu seperti
operator alat-alat berat dan sopir
kendaraan pengangkut. Penggunaan
sarana K3 berupa penyumbat telinga bagi
tenaga kerja yang bekerja dekat lokasi
yang bising, seperti alat-alat berat,
genset, dan juga pengendara kendaraan-
kendaraan berat lainnya;
Gampong, Sungai
Pauh, dan Gampong
Kuala Langsa yang
dilalui pengangkutan
alat dan bahan yang
digunakan.
Kegiatan pengelolaan
akan terus dilakukan
mulai dari tahap
konstruksi.
Kontraktor
pemenang lelang
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Kesehatan
Kota Langsa
- Bapedalda Provinsi
NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
41 68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Institusi
No
Jenis Dampak
Lingkungan
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan
Pengelolaan
Rencana Pengelolaan
Lingkungan
Lokasi
Pengelolaan
Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan Pelaksana Pengawas Pelaporan
- Membuat jadwal pekerjaan dengan baik
untuk meningkatkan efisiensi perjalanan
yang dilakukan oleh kendaraan-
kendaraan besar pengangkut alat-alat
serta bahan-bahan konstruksi. Misalnya
dengan melakukan pekerjaan yang
menimbulkan kebisingan tinggi yang tidak
dapat dihindari tidak dilakukan pada
malam hari, menghentikan penggunaan
peralatan yang menimbulkan kebisingan
dengan intensitas yang cukup tinggi pada
waktu-waktu beribadah dan ketika
melewati tempat-tempat ibadah;
- Mengatur jadwal kegiatan sedemikian
rupa agar aktivitas dengan intensitas
kebisingan cukup tinggi tidak dilakukan
secara bersamaan; dan
- Pemeliharaan/inspeksi peralatan/
kendaraan secara periodik. Hanya
kendaraan dan peralatan yang dalam
kondisi baik dan dipelihara dengan baik
yang dioperasikan di lokasi dan harus
diperiksa secara berkala selama alat-alat
tersebut digunakan.
2 Kesempatan Kerja dan Peluang
Berusaha
1) Dampak Penting
Munculnya kesempatan kerja dan
peluang berusaha.
2) Sumber Dampak Penting
Pematangan lahan, mobilisasi material
bangunan, pembangunan barak kerja
dan fasilitas sanitasi; pembangunan
dermaga cargo, fasilitas sandar kapal
tanker serta pembangunan fasilitas
penunjang.
- Jumlah tenaga kerja yang
terserap pada tahap
konstruksi; dan
- Tumbuhnya lapangan
usaha di sektor informal
seperti persewaan rumah
(kontrakan), warung/kios,
jasa transportasi dan lain-
lain.
Tujuan pengelolaan agar
masyarakat yang berada di
lokasi proyek memperoleh
kesempatan sebesar-
besarnya dan dapat membuka
peluang usaha baru (karena
tidak semua masyarakat yang
terkait dengan proyek dapat
menjadi pekerja proyek).
- Melakukan pengumuman lowongan
pekerjaan yang tersedia oleh kontraktor;
- Memprioritaskan tenaga kerja lokal
sesuai dengan kemampuan dan
kualifikasi yang dibutuhkan; &
- Membina para pelaku sektor informal
(oleh Disperindag, Disnaker dan Pemko
Kuala Langsa).
Gampong Sungai
Pauh, Kuala Langsa,
Telaga Tujuh dan
sekitarnya.
Selama kegiatan
konstruksi
pengembangan
pelabuhan
berlangsung.
Kontraktor
pemenang lelang
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Tenaga
Kerja Kota Langsa
- Bapedalda Provinsi
NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
3 Kamtibmas dan Keresahan
Masyarakat
1) Dampak Penting
Timbulnya masalah Kamtibmas dan
Keresahan Masyarakat.
2) Sumber Dampak Penting
- Mobilisasi peralatan dan material
bangunan yang berpotensi
mencemari lingkungan (ceceran
tanah, pasir, batu termasuk debu);
- Kerusakan jalan dan kepadatan
lalulintas; serta
- Pengurangan tenaga kerja saat
kegiatan proyek tahap konstruksi
berakhir.
Adanya konflik kepentingan
antara masyarakat yang
terkait dengan lokasi proyek
dengan kontraktor proyek,
munculnya masalah-masalah
kamtibmas seperti
demonstarsi massa, pencurian
dan ketidakpuasan para
pekerja karena PHK akibat
berakhirnya pekerjaan tahap
konstruksi.
- Untuk melakukan
pencegahan konflik secara
horizontal di masyarakat
yang menyangkut
ketidakpuasan masyarakat
dengan pelaksana
(kontraktor) proyek;
- Untuk melakukan
penanggulangan apabila
terjadi keresahan
masyarakat dengan cara
musyawarah dan mufakat;
dan
- Untuk mengendalikan
dampak negatif turunan
lainnya seperti pencurian,
perkelahian dan penyakit
sosial lainnya.
Pengelolaan dilakukan dengan cara
pengamanan lokal oleh Banbinsa, Satpol
Airud, ADPEL Kuala Langsa dan
pengamanan swakarsa yang dikoordinir oleh
Camat Langsa Barat, Geuchik, Imam
Gampong, Tuha peut serta, LPM setempat.
Gampong Sungai
Pauh, Kuala Langsa,
Telaga Tujuh,
Pelabuhan Kuala
Langsa dan
sekitarnya.
Selama masa
kegiatan konstruksi
sampai operasi
pelabuhan
berlangsung.
Kontraktor
pemenang lelang
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Pos Polisi Airud
Pelabuhan Kuala
Langsa
- Bapedalda Provinsi
NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
42 68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Institusi
No
Jenis Dampak
Lingkungan
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan
Pengelolaan
Rencana Pengelolaan
Lingkungan
Lokasi
Pengelolaan
Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan Pelaksana Pengawas Pelaporan
4 Persepsi Masyarakat
1) Dampak Penting
Timbulnya Persepsi Positif Masyarakat
2) Sumber Dampak Penting
Pematangan lahan, mobilitas material
bangunan; pembangunan dermaga
cargo, fasilitas sandar kapal tanker,
fasilitas penunjang sampai ke
demobilisasi tenaga kerja konstruksi.
- Timbulnya persepsi positif
masyarakat terhadap
pelaksanaan konstruksi
pengembangan pelabuhan;
dan
- Minimnya konflik sosial yang
terjadi akibat pekerjaan
konstruksi.
Meminimisasi persepsi negatif
dan meningkatkan persepsi
positif masyarakat yang terkait
dengan proyek pada tahap
konstruksi sehingga proyek
tersebut dapat berjalan
dengan baik dan lancar tanpa
diganggu oleh masalah-
masalah sosial.
- Dilakukan dengan cara memanfaatkan
seoptimal mungkin peran serta
masyarakat di wilayah studi untuk terlibat
di dalam proyek sesuai dengan
kemampuan dan kualifikasi yang
dibutuhkan; dan
- Bentuk lain adalah dengan cara
kerjasama pengadaan barang dan jasa
dengan penduduk setempat.
Pelabuhan Kuala
Langsa dan
sekitarnya.
Selama tahap
konstruksi
berlangsung.
Kontraktor
pemenang lelang.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Tenaga
Kerja Kota Langsa
- Bapedalda Provinsi
NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
5 Kepadatan Lalulintas Darat
1) Dampak Penting
Timbulnya masalah kepadatan lalulintas
di sepanjang jalan mulai dari Simpang
Empat Gampong Sungai Pauh hingga
ke Pelabuhan Kuala Langsa sekitar 12
km.
2) Sumber Dampak Penting
- Kondisi jalan eksisting tidak
memadai;
- Kegiatan mobilisasi material
bangunan
- Padatnya arus lalulintas
menuju pelabuhan Kuala
Langsa;dan
- Seringnya terjadi
kecelakaan lalulintas, akibat
pertambahan volume
kendaraan yang melewati
jalan menuju pelabuhan.
Untuk mewaspadai terjadinya
peningkatan volume
kendaraan dan arus lalulintas
menuju pelabuhan atau lokasi
proyek sehingga tingkat
kecelakaan lalulintas dapat
dikurangi
Pengelolaan lalulintas dengan cara
melibatkan Dinas DLLAJR Kota Langsa
untuk mengatur arus lalulintas selama
konstruksi berlangsung dan membatasi
jumlah dan kapasitas truk pengangkut
material konstruksi yang disesuaikan
dengan kelas jalan.
Jalan simpang empat
di Gampong Sungai
Pauh, hingga
Gampong Kuala
Langsa, dan
Pelabuhan Kuala
Langsa.
Dilakukan selama
tahap konstruksi
berlangsung.
Kontraktor
pemenang lelang
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas
Perhubungan
Kota Langsa
- Bapedalda Provinsi
NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
C TAHAP OPERASI
1 Kualitas Udara dan Kebisingan
1) Dampak Penting
Timbulnya masalah kepadatan lalulintas
di sepanjang jalan mulai dari Simpang
Empat Gampong Sungai Pauh hingga
ke Pelabuhan Kuala Langsa sekitar 12
km.
2) Sumber Dampak Penting
Kondisi jalan eksisting tidak memadai;
Kegiatan mobilisasi material bangunan.
- Tingkat baku mutu
konsentrasi polutan yang
harus berada di bawah baku
mutu yang ditetapkan dalam
PP Republik Indonesia No.
41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran
Udara;
- Laporan adanya gangguan
pernafasan masyarakat di
sekitar lokasi kegiatan, serta
keluhan masyarakat tentang
tingginya kadar debu dan
kebisingan digunakan juga
sebagai tolok ukur dampak.
Untuk mengurangi penurunan
kualitas udara serta
peningkatan kebisingan
terutama di kawasan yang
dilalui kendaraan pengangkut
barang serta kegiatan bongkar
muat barang yang dilakukan di
kawasan pelabuhan.
- Melakukan penyiraman jalan terutama di
kawasan pemukiman yang intensitas lalu-
lintas kendaraannya cukup tinggi pada
waktu musim kemarau dan pada jalan-
jalan yang tidak beraspal;
- Memperlambat laju kendaraan angkut
pada saat melewati jalur yang dekat
dengan pemukiman penduduk, yaitu
maksimum 40 km/jam untuk jalan kota
beraspal serta kecepatan maksimum 20
km/jam untuk jalan yang belum beraspal;
- Menutup rapat isi bak truk material bahan
dengan terpal untuk menghindari
jatuhnya material pada saat
pengangkutan dan diharuskan tidak
membawa beban yang melebihi
kapasitas angkut kendaraan tersebut;
- Penggunaan sarana Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) yaitu masker atau
penutup hidung bagi karyawan yang
bekerja dekat lokasi debu seperti
operator alat-alat berat dan sopir
kendaraan pengangkut;
- Membuat jadwal pekerjaan dengan baik
untuk meningkatkan efisiensi perjalanan
yang dilakukan oleh kendaraan-
kendaraan besar pengangkut alat-alat
serta bahan-bahan konstruksi;
- Pemeliharaan/inspeksi
peralatan/kendaraan secara periodik;
- Pengaturan pekerjaan yang menimbulkan
kebisingan tinggi yang tidak dapat
dihindari untuk tidak dilakukan pada
malam hari;
Di dalam Pelabuhan
Kuala Langsa dan
juga jalan umum yang
dilalui kendaraan-
kendaraan
pengangkut barang-
barang dari pelabuhan
tersebut.
Selama pelabuhan
masih beroperasi.
PT Pelindo I
Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Kesehatan
Kota Langsa
- Bapedalda Provinsi
NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
43 68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Institusi
No
Jenis Dampak
Lingkungan
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan
Pengelolaan
Rencana Pengelolaan
Lingkungan
Lokasi
Pengelolaan
Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan Pelaksana Pengawas Pelaporan
- Menghentikan penggunaan peralatan
yang menimbulkan kebisingan dengan
intensitas yang cukup tinggi pada waktu-
waktu beribadah dan ketika melewati
tempat-tempat ibadah;
- Mengatur jadwal kegiatan sedemikian
rupa agar aktivitas yang menimbulkan
kebisingan cukup tinggi tidak dilakukan
secara bersamaan;
- Penggunaan sarana K3 berupa
penyumbat telinga bagi tenaga kerja yang
bekerja dekat lokasi yang bising, seperti
alat-alat berat, genset, dan juga
pengendara kendaraan-kendaraan berat
lainnya; dan
- Hanya kendaraan dan peralatan yang
dalam kondisi baik dan dipelihara dengan
baik yang dioperasikan di lokasi dan
harus diperiksa secara berkala selama
alat-alat tersebut digunakan.
2 Kualitas Air
1) Dampak Penting
Penurunan kualitas air.
2) Sumber Dampak Penting
Kegiatan sandar, labuh, layar-
kunjungan kapal dan kegiatan bongkar
muat di Pelabuhan Kuala Langsa.
Parameter kekeruhan, minyak
dan lemak, surfaktan, BOD5,
dan sampah ke badan air
seperti yang tercantum dalam
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 51
Tahun 2004 Tentang Baku
Mutu Air Laut.
- Untuk mengurangi dampak
kekeruhan, minyak dan
lemak, surfaktan, BOD5, dan
sampah di perairan
Pelabuhan Kuala Langsa;
serta
- Mengurangi dampak
terhadap biota perairan.
- Penetapan persyaratan untuk kapal-kapal
tanker yang berlabuh di Pelabuhan Kuala
Langsa untuk tidak membuang air ballast
di wilayah pelabuhan;
- Penetapan persyaratan (SOP) untuk
semua kapal yang berlabuh di Pelabuhan
Kuala Langsa untuk membuang air dari
fasilitas toilet dan sampah padat dalam
kapal ke fasilitas pembuangan dan
pengolahan yang tersedia di wilayah
pelabuhan, termasuk pencucian dek
kapal dan membuang oli bekas di wilayah
perairan pelabuhan
Wilayah kerja
Pelabuhan Kuala
Langsa.
Selama Pelabuhan
Kuala Langsa
beroperasi.
PT Pelindo I
Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Kelautan
dan Perikanan
Kota Langsa
- Bapedalda Provinsi
NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
3 Biota Perairan
1) Dampak Penting
Penurunan kualitas habitat biota
perairan.
2) Sumber Dampak Penting
- Dampak terhadap biota perairan
merupakan dampak turunan terhadap
dampak kualitas air; dan
- Sumber dampaknya adalah kegiatan
sandar, labuh, layar (kunjungan)
kapal dan kegiatan bongkar muat di
Pelabuhan Kuala Langsa
diprakirakan akan menyebabkan
perubahan kualitas air laut di wilayah
perairan sekitarnya yaitu
meningkatnya kekeruhan, dan juga
masuknya minyak dan lemak,
surfaktan, BOD5, dan sampah ke
badan air.
Parameter kekeruhan, minyak
dan lemak, surfaktan, BOD5,
dan sampah ke badan air
seperti yang tercantum dalam
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 51
Tahun 2004 Tentang Baku
Mutu Air Laut.
- Untuk mengurangi dampak
kekeruhan, minyak dan
lemak, surfaktan, BOD5, dan
sampah di perairan
Pelabuhan Kuala Langsa;
serta;
- Mengurangi dampak
terhadap biota perairan.
- Penetapan persyaratan untuk kapal-kapal
tanker yang berlabuh di Pelabuhan Kuala
Langsa untuk tidak membuang air ballast
di wilayah pelabuhan;
- Penetapan persyaratan (SOP) untuk
semua kapal yang berlabuh di Pelabuhan
Kuala Langsa untuk membuang air dari
fasilitas toilet dan sampah padat dalam
kapal ke fasilitas pembuangan dan
pengolahan yang tersedia di wilayah
pelabuhan, termasuk pencucian dek
kapal dan membuang oli bekasi di
wilayah perairan pelabuhan.
Wilayah kerja
Pelabuhan Kuala
Langsa.
Selama Pelabuhan
Kuala Langsa
beroperasi.
PT Pelindo I
Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Kelautan
dan Perikanan
Kota Langsa
- Bapedalda Provinsi
NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
4 Kesempatan Kerja & Peluang
Berusaha
1) Dampak Penting
Timbulnya kesempatan kerja dan
peluang berusaha.
Banyaknya jumlah tenaga
kerja yang terserap pada saat
operasional pelabuhan baik
yang tetap maupun tidak tetap
seperti buruh bongkar muat
dan usaha-usaha di sektor
informal lainnya.
Memberikan kesempatan kerja
seluas-luasnya bagi penduduk
lokal termasuk peluang untuk
berusaha selain menjadi
pekerja di pelabuhan.
Melakukan pengumuman penerimaan tenaga
kerja oleh masing-masing dinas atau instansi yang
terkait atau lembaga yang berada di dalam
kawasan pelabuhan Kuala Langsa serta membina
masyarakat setempat apabila mau bergerak
disektor informal seperti pembukaan kantin,
restoran mini, atau warung dan kios baik di dalam
mapun di luar pelabuhan.
Wilayah kerja
Pelabuhan Kuala
Langsa, Gampong
Kuala Langsa hingga
Gampong Sungai
Pauh.
Selama kegiatan
operasional pelabuhan
berlangsung.
PT Pelindo I
Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Tenaga Kerja
Kota Langsa
- Bapedalda Provinsi
NAD
- Dinas Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika Provinsi
NAD
44 68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Institusi
No
Jenis Dampak
Lingkungan
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan
Pengelolaan
Rencana Pengelolaan
Lingkungan
Lokasi
Pengelolaan
Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan Pelaksana Pengawas Pelaporan
2) Sumber Dampak Penting
Penerimaan tenaga kerja
operasi;kegiatan sandar, labuh dan
layar kapal (kunjungan kapal); kegiatan
bongkar muat barang dan/atau,
pergudangan dan silo; transportasi
darat, kegiatan terminal penumpang
dan kegiatan perparkiran.
5 Perekonomian Lokal
1) Dampak Penting
Dengan beroperasinya pelabuhan Kuala
Langsa akan berdampak penting
terhadap perekonomian lokal baik
secara mikro maupun secara makro.
2) Sumber Dampak Penting
- Serangkaian kegiatan pada saat
beroperasinya pelabuhan akan
mempengaruhi perekonomian lokal
secara positif. Konkretnya, retribusi
di segala aktivitas meningkat,
peredaran uang dan barang
meningkat, juga pembangunan
sarana dan prasarana perkonomian
juga meningkat;
- Serangkai kegiatan tersebut meliputi
penerimaan tenaga kerja tahap
operasi; kegiatan sandar, labuh dan
layar (kunjungan kapal); kegiatan
bongkar muat barang dan
penumpang, kegiatan pergudangan
dan silo, transportasi darat, kegiatan
terminal penumpang dan kegiatan
perparkiran.
Tingginya perputaran uang di
Kota Langsa dengan indikator
pesatnya pertumbuhan
ekonomi yang dapat dilihat
dari PDRB, banyaknya
fasilitas umum yang dibangun
serta tingginya frekuensi
kunjungan kapal serta
peningkatan jumlah PAD
secara signifikan.
- Tujuan pengelolaan
lingkungan hidup antara lain
untuk mengetahui tingkat
perekonomian di Kota
Langsa umumnya dan di
Gampong-gampong yang
terkait dengan pelabuhan
Kuala Langsa;
- Di samping itu, untuk
meningkatkan peran serta
perusahaan yang termasuk
dalam kawasan pelabuhan
dalam meningkatkan
pendapatan daerah dan
PDRB sektortransportasi,
industri pengolahan dan
komunikasi di Kota Langsa.
Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan
memastikan perusahaan atau badan yang
terkait dengan operasional pelabuhan
membayar pajak, retribusi dan kewajiban
lainnya sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
Lokasi pengelolan di
perusahaan-
perusahaan yang
berada di dalam
Kawasan Pelabuhan
Kuala Langsa.
Selama kegiatan
pelabuhan beroperasi.
PT Pelindo I
Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas
Perindustrian dan
Perdagangan
Kota Langsa
- Bapedalda Provinsi
NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
6 Kamtibmas dan Keresahan
Masyarakat
1) Dampak Penting
Timbulnya masalah Kamtibmas dan
Keresahan Masyarakat.
2) Sumber Dampak Penting
Penerimaan tenaga kerja, kegiatan
pelabuhan, transportasi darat, terminal
penumpang dan perparkiran.
Tingginya konflik sosial yang
ada yang berlatar belakang
masalah kesempatan kerja,
peluang berusaha dan
munculnya masalah-masalah
sosial yang akan
mempengaruhi kamtibmas itu
sendiri.
Untuk mengurangi masalah
yang dapat mengganggu
Kamtibmas.
Dilakukan melalui pendekatan sosial budaya
dan pendekatan kelembagaan. Pendekatan
sosial hudaya terutama ditekankan untuk
kasus kasus konflik yang intensitasnya
masih tergolong rendah, yaitu antara lain
dalam bentuk perdamaian yang diikuti
dengan upacara adat. Prinsip yang dipakai
untuk kasus demikian adalah menekan
perbedaan demi tujuan bersama" (Francis,
2006:95). Jika prosedur pendekatan sosial
budaya dipandang tidak efektif, karena
kondisi konflik telah mencapai tingkat
intensitas yang lebih tinggi, maka diperlukan
suatu upaya pengelolaan dampak
lingkungan oleh suatu badan yang lebih
khusus, yaitu Musyawarah Pimpinan
Kecamatan yang melibatkan unsur-unsur
pemerintahan Kecamatan Langsa Barat,
Majelis Adat Aceh, Majelis Pertimbangan
Ulama, Panglima laot Kecamatan Langsa
Barat, serta pimpinan kampung yang terkait.
Gampong Sungai
Pauh, Kuala Langsa,
Telaga Tujuh,
Pelabuhan Kuala
Langsa dan
sekitarnya.
Selama kegiatan
pelabuhan beroperasi.
PT Pelindo I
Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Pos Polisi Airud
Pelabuhan Kuala
Langsa
- Bapedalda Provinsi
NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
45 68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Institusi
No
Jenis Dampak
Lingkungan
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan
Pengelolaan
Rencana Pengelolaan
Lingkungan
Lokasi
Pengelolaan
Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan Pelaksana Pengawas Pelaporan
7 Wisata Bahari
1) Dampak Penting
Jenis dampak yang dikelola adalah
potensi peningkatan wisata bahari
2) Sumber Dampak Penting
Adanya fasilitas untuk sandar-labuh dan
layar kapal berupa dermaga terutama
dermaga penumpang.
Tersalurkannya minat
masyarakat pengguna daerah
wisata bahari.
Untuk meningkatkan potensi
wisata bahari yang berada di
sekitar lokasi pelabuhan.
- Memberikan fasilitas yang seluas-luasnya
bagi pengembangan wisata bahari
berupa pengadaan kapal dan
pemeliharaan dermaga penumpang;
- Menyambut kerjasama pemda atau dinas
pariwisata dalam rangka pengembangan
wisata bahari. Kerjasama dapat
diwujudkan dalam penyediaan fasilitas
pelabuhan dan sarana transportasi.
Lokasi rencana
pengelolaan
lingkungan adalah di
lokasi dermaga
terminal penumpang,
pelabuhan dan
sekitarnya.
Periode pengelolaan
lingkungan dilakukan
selama kegiatan
operasi pelabuhan.
PT Pelindo I
Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Pariwisata
Kota Langsa
- Bapedalda Provinsi
NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
8 Persepsi Masyarakat
1) Dampak Penting
Timbulnya persepsi positif masyarakat
2) Sumber Dampak Penting
Kegiatan sandar, labuh dan layar
(kunjungan kapal); kegiatan bongkar
muat, kegiatan pergudangan dan silo,
transportasi darat, kegiatan terminal
penumpang, dan perpakiran.
- Tolok ukur yang dapat
digunakan untuk
mengidentifikasikan sifat
penting dampak terhadap
persepsi dan respons
masyarakat adalah
kecenderungan
perkembangan antara
kondisi sebelum dan
sesudah pekerjaan
pengembangan serta
selama kegiatan
operasional kepelabuhanan
berjalan;
- Indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur
kedua kondisi itu adalah
tingkat penerimaan
masyarakat terhadap wujud
fisik dan kegiatan
operasional kepelabuhanan
yang ditandai dengan
perasaan bangga,
menganggap bermanfaat,
bersikap masa bodoh,
merasa tidak bermanfaat,
atau bersikap menolak.
- Mengingat bahwa
keberadaan Pelabuhan
Kuala Langsa sebagai
infrastruktur yang sangat
dibutuhkan untuk
mendukung prorgram-
program pembangunan
ekonomi pantai timur daerah
Aceh khususnya serta
sumber PAD bagi Kota
Langsa, maka diperlukan
rencana pengelolaan
lingkungan hidup dengan
tujuan untuk mencegah,
menanggulangi, dan
mengendalikan dampak
negatif terhadap parameter
persepsi dan respons
masyarakat;
- Pencegahan, yaitu
mengupayakan agar
persepsi dan respons
masyarakat yang bersifat
negatif dapat diredam dan
yang bersifat positif lebih
dikembangkan untuk
meredam agar tidak
berkembang menjadi faktor
pemicu konflik. Dalam hal ini
dapat dipertimbangkan
upaya pengamanan pantai
Telaga Tujuh, pengamanan
jalur transportasi menuju
Pelabuhan Kuala Langsa,
serta memberikan kepastian
status kepemilikan lahan
rumah tempat tinggal bagi
penduduk Kuala Langsa dan
Sungai Pauh;
- Penanggulangan, yaitu
mengupayakan agar sumber
persepsi dan respons
masyarakat yang bersifat
negatif dapat ditanggulangi
secara tepat sasaran, antara
lain dengan merealisasikan
upaya pencegahan dampak
lingkungan hidup ke dalam
wujud konkritnya;
- Pengendalian, yaitu
mengupayakan agar
persepsi dan respons yang
berkembang sekarang di
Masalah lingkungan hidup yang terkait
dengan parameter persepsi dan respons
masyarakat, antara lain dapat dikelola
melalui pendekatan kelembagaan. Di bawah
koordinasi Bappeda Kota Langsa dapat
dibentuk suatu Task Force Pengembangan
Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa yang
bertugas merancang dan melaksanakan
pengamanan pantai Telaga Tujuh,
pengamanan jalur transportasi menuju
pelabuhan, serta penyelesaian status
kepemilikan lahan bangunan rumah
penduduk Sungai Pauh dan Kuala Langsa.
Dalam hal ini harus dilibatkan Dinas
Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan
Telematika, Dinas Perkebunan dan
Kehutanan, Dinas Kelautan dan Perikanan,
Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan
Koperasi UKM, Badan Pemberdayaan
Masyarakat, serta Camat Kecamatan
Langsa Barat. Selesai kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup, task force selesai
tugasnya dan dilanjutkan oleh Forum
Komunikasi Masyarakat.
Kegiatan pengelolaan
dampak parameter
persepsi dan respons
masyarakat lebih
dikhususkan pada
jalur jalan menuju ke
Pelabuhan Kuala
Langsat pantai Telaga
Tujuh, dan kampung
kampung Kuala
Langsa dan Sungai
Pauh.
Selama kegiatan
pelabuhan beroperasi.
PT Pelindo I
Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Tenaga
Kerja Kota Langsa
- Bapedalda Provinsi
NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
46 68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Institusi
No
Jenis Dampak
Lingkungan
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan
Pengelolaan
Rencana Pengelolaan
Lingkungan
Lokasi
Pengelolaan
Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan Pelaksana Pengawas Pelaporan
kalangan masyarakat tidak
semakin meluas dan
realisasi wujud
pengelolaannya tidak
menimbulkan tuntutan baru.
yang lebih meningkat. Dalam
hal ini dapat dibentuk suatu
Task Force Pengembangan
Kawasan Pelabuhan Kuala
Langsa.
9 Sanitasi Lingkungan
1) Dampak Penting
Dampak pentingnya adalah sanitasi
lingkungan yang akan berpengaruh
terhadap masyarakat pengguna
pelabuhan.
2) Sumber Dampak Penting
Kegiatan kunjungan kapal, bongkar
muat, pergudangan dan terminal
penumpang.
Adanya penumpukan sampah
baik di dermaga, gudang dan
terminal penumpang.
Untuk mengantisipasi
penumpukan sampah
sehingga dapat menimbulkan
dampak turunan berupa
sumber penyakit dan lain-lain.
Pengelolaan lingkungan hidup yang
dilakukan untuk mengurangi dampak adalah:
- Membuat areal pembuangan sampah
terpadu sebagai lokasi pemilahan
pengolahan (pemilahan) sampah;
- Menyiapkan tempat sampah khusus yang
memisahkan sampah organik dan
sampah non organik;
- Sampah organik yang mudah busuk
seperti sisa makanan diusahakan di land
fill pada daerah yang mau ditimbun;
- Sampah non organik dikumpulkan dan di
jual ke pihak ke tiga sebagai pelaku
pendaur ulang sampah tersebut;
- Bekerja sama dengan Pemko Langsa
dalam upaya pengangkutan sampah dari
tempat penimbunan sampah sementara
(TPS) ke lokasi tempat pembuangan
sampah akhir (TPA) milik Pemda.
Di kawasan
lingkungan pelabuhan.
Selama kegiatan
pelabuhan beroperasi.
PT Pelindo I
Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Bapedalda Provinsi
NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
10 Kesehatan Masyarakat
1) Dampak Penting
Dampak penting yang timbul
merupakan dampak turunan (tersier)
dari dampak penting lainnya seperti
penurunan kualitas udara (debu, gas
dan kebisingan) dan air.
2) Sumber Dampak Penting
Dampak penting tersebut sebagian
besar bersumber dari kegiatan
transportasi darat dan kegiatan sanitasi
lingkungan.
Meningkatnya keluhan dari
masyarakat mengenai
gangguan kesehatan seperti
gangguan pada saluran
pernapasan.
Meminimalisasi terjadinya
peningkatan jumlah penderita
gangguan pernapasan dan
penyakit kulit akibat
penurunan kualitas udara,
peningkatan kebisingan dan
penurunan kualitas air sungai
dan/atau laut.
- Mengelola dampak primernya yaitu
kualitas udara, kebisingan, dan kualitas
air sungai dan/atau laut seperti yang telah
diuraikan pada aspek Fisik kimia;
- Memasukkan dalam program community
development dalam bidang kesehatan
berupa pelayanan kesehatan secara
cuma-cuma (pengobatan massal) untuk
masyarakat sekitar, pemberian paket gizi,
imunisasi, penyuluhan kesehatan serta
pengadaan air bersih untuk masyarakat.
Gampong Sungai
Pauh, Kuala Langsa,
Kuala Tujuh dan
Kawsan Pelabuhan
Kuala Langsa.
Pengelolaan dilakukan
selama kegiatan
operasional pelabuhan
berlangsung.
PT Pelindo I
Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Kesehatan
Kota Langsa
- Bapedalda Provinsi
NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
11 Kepadatan Lalulintas Laut
1) Dampak Penting
Peningkatan kepadatan lalulintas laut
yang berpengaruh terhadap pemakaian
alur bagi para pengguna alur lainnya
seperti nelayan.
Tolok ukur dampak seringnya
terjadi kecelakaan lalulintas
laut.
Untuk menjaga agar tidak
terjadi kecelakaan kapal yang
melewati alur pelayaran dari
suar pengenal sampai
Pelabuhan Kuala Langsa.
Pengelolaan lingkungan yang dilakukan
untuk mencegah dampak lalulintas laut
adalah:
- Pemeliharaan sarana bantu navigasi
pelayaran (SBNP) seperti suar dan
rambu navigasi lainnya dalam hal ini
bekerja sama dengan Adpel setempat;
- Pematuhan bagi pengguna alur
pelayaran terhadap tanda-tanda yang
Lokasi rencana
pengelolaan
lingkungan adalah
sepanjang alur
pelayaran Pelabuhan
Kuala Langsa.
Selama kegiatan
operasi berlangsung.
PT Pelindo I
Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas
Perhubungan
Kota Langsa
- Bapedalda Provinsi
NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
47 68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Institusi
No
Jenis Dampak
Lingkungan
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan
Pengelolaan
Rencana Pengelolaan
Lingkungan
Lokasi
Pengelolaan
Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan Pelaksana Pengawas Pelaporan
2) Sumber Dampak Penting
Kegiatan sandar, labuh dan layar kapal
atau kunjungan kapal yang menuju dan
dari Pelabuhan Kuala Langsa.
dicirikan oleh sarana bantu navigasi
pelayaran;
- Pengecekan terhadap surat-surat
kelaikan layar bagi kapal-kapal niaga dan
kapal penumpang yang akan berlabuh di
Pelabuhan Kuala Langsa;
- Pengecekan terhadap alat-alat safety
yang dimiliki kapal baik kapal niaga
maupun kapal penumpang yang akan
berlabuh di Pelabuhan Kuala Langsa;
- Pematuhan bagi pengguna alur
pelayaran yang akan berlabuh di
Pelabuhan Kuala Langsa terhadap bobot
maksimal muatan kapal sehingga tidak
terjadi over load karena akan
membahayakan pelayaran; dan
- Bekerja sama dengan ADPEL setempat
berkaitan dengan sosialisasi pematuhan
terhadap rambu navigasi serta kelaikan
dan keselamatan pelayaran.
12 Kepadatan Lalulintas Darat
1) Dampak Penting
Dampak penting yang timbul adalah
masalah kepadatan lalulintas di
sepanjang jalan mulai dari Simpang
Empat Gampong Sungai Pauh hingga
ke Pelabuhan Kuala Langsa sekitar 12
km pada saat pelabuhan beroperasi.
2) Sumber Dampak Penting
Sumber dampak penting adalah
kegiatan transportasi, beroperasinya
terminal penumpang dan kegiatan
perpakiran (sumber dampak tersier).
- Padatnya arus lalulintas ke
luar masuk pelabuhan
Kuala Langsa; dan
- Seringnya terjadi
kecelakaan lalulintas, akibat
pertambahan volume
kendaraan yang melewati
jalan menunju dan ke luar
pelabuhan.
Tujuan rencana pengelolaan
lingkungan hidup adalah untuk
mewaspadai terjadinya
peningkatan volume
kendaraan dan arus lalulintas
ke luar dan menuju pelabuhan
atau lokasi proyek sehingga
tingkat kecelakaan lalulintas
dapat dikurangi.
Pengelolaan lalulintas dengan cara
melibatkan Dinas DLLAJR Kota Langsa
untuk mengatur arus lalulintas selama
konstruksi berlangsung, mamasang rambu-
rambu (tanda) ditempat-termapt tertentu
yang padat arus lalu lintasnya.
Lokasi pengelolaan
dimulai dari jalan
simpang empat di
Gampong Sungai
Pauh, hingga
Gampong Kuala
Langsa, dan
Pelabuhan Kuala
Langsa.
Periode pengelolaan
lingkungan hidup
dilakukan selama
tahap konstruksi
berlangsung.
PT Pelindo I
Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas
Perhubungan
Kota Langsa
- Bapedalda Provinsi
NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
49
68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
3.2 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
Demikian pula dengan uraian Rencana Pemantauan Lingkungan, RPL bagi Pengembangan
Pelabuhan Kuala Langsa mencakup ringkasan mengenai jenis dampak, sumber dampak,
parameter lingkungan hidup yang dipantau, metode pemantauan, lokasi pemantauan, waktu
pemantauan, pelaksana pemantauan, pengawas pemantauan dan pelaporan hasil pemantauan.
Untuk lebih jelasnya, rencana pemantauan lingkungan dapat dilihat pada tabel di halaman berikut.
Sementara itu lokasi pemantauan lingkungan dapat dilihat pada gambar di halaman berikutnya.
50 68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Tabel 4 Ringkasan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) Kegiatan Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa, di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Institusi
No
Dampak Penting yang
Dipantau
Sumber Dampak
Parameter Lingkungan
yang Dipantau
Tujuan Rencana
Pemantauan Lingkungan
Metode Pemantauan Lingkungan
Pelaksana Pengawas Pelaporan
A TAHAP PRA-KONSTRUKSI
1 Persepsi Masyarakat Sosialisasi kegiatan, penerimaan
tenaga kerja dan persiapan
mobilisasi peralatan.
Adanya dukungan dari
masyarakat setempat dan
besarnya jumlah masyarakat
yang setuju dengan rencana
pengembangan pelabuhan
(dinyatakan dalam persen).
Semakin besar persentase
masyarakat yang setuju
terhadap rencana kegiatan
semakin positif persepsinya.
Tujuan rencana pemantauan
lingkungan untuk mempertahankan
persepsi positif yang telah terbentuk
jangan sampai berubah menjadi
persepsi negatif.
- Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Metode yang dipakai dengan menyebarkan kuesioner
yang dianalisis secara statistik.
- Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan:
Lokasi pengelolaan dimulai dari permukiman
penduduk di Gampong Sungai Pauh, Kuala Langsa,
Telaga Tujuh, pelabuhan Kuala langsa dan sekitarnya.
- Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan:
Pemantauan dilakukan selama tahap pra-konstruksi
Berlangsung.
Kontraktor
pemenang lelang
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Tenaga Kerja
Kota Langsa
- Bapedalda
Provinsi NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
B TAHAP KONSTRUKSI
1 Kualitas Udara dan
Kebisingan
Serangkaian tahap konstruksi
yaitu pematangan lahan,
mobilisasi material bangunan, dan
pembangunan fasilitas penunjang
pelabuhan.
Parameter lingkungan yang
dipantau adalah parameter
kualitas udara dengan merujuk
Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 41
Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran
Udara serta tingkat
kebisingan.
Tujuan pemantauan lingkungan ini
adalah untuk memastikan:
- Keefektifan pengelolaan udara
yang dilakukan memenuhi baku
mutu yang berlaku.
- Aktivitas di pelabuhan serta
aktivitas lain yang terkait tidak
menghasilkan dampak penting
terhadap kualitas udara di wilayah
pelabuhan tersebut.
- Untuk membuktikan perkiraan
model dan kinerja peralatan yang
digunakan dalam pengelolaan
udara.
- Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Pengambilan sampel udara ambien untuk analiasa
kualitas udara ambien sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 41 Tahun 1999 serta pengukuran
kebisingan.
Membandingkan hasil analisa kualitas udara tersebut
dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999
serta hasil pengukuran kebisingan serta data dari rona
awal lingkungan.
Pengukuran kebisingan dilakukan dengan
menggunakan Sound Level Meter dan kemudian
dianalisis berdasarkan baku mutu yang telah
ditetapkan dalam Keputusan MenLH No. 48 Tahun
1996. Untuk kebutuhan analisis kualitas udara, sampel
udara diambil sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 41 Tahun 1999.
- Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan:
Pengambilan sampel udara dan pengukuran
kebisingan dilakukan pada titik-titik sampel yang sama
dalam pengukuran rona awal lingkungan serta pada
satu lokasi yang berlawanan dengan arah angin serta
satu lokasi yang searah dengan arah angin dari
wilayah pelabuhan.
- Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan:
Pemantauan kualiats udara dan kebisingan dilakukan
dua kali dalam setahun (musim hujan dan musim
kemarau) selama tahap konstruksi.
Kontraktor
pemenang lelang
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Kesehatan
Kota Langsa
- Bapedalda
Provinsi NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
2 Kesempatan Kerja dan
Peluang Berusaha
Pematangan lahan, mobilisasi
material bangunan, pembangunan
barak kerja dan fasilitas sanitasi;
pembangunan dermaga cargo,
fasilitas sandar kapal tanker serta
pembangunan fasilitas penunjang.
Jumlah tenaga kerja yang
terserap pada tahap
konstruksi, tumbuhnya
lapangan usaha di sektor
informal seperti persewaan
rumah (kontrakan), warung/
kios, jasa transportasi dan
lain-lain.
Tujuan pemantauan adalah untuk
mengetahui seberapa besar
penduduk lokal memperoleh
kesempatan kerja pada saat
konstruksi pelabuhan dan seberapa
banyak peluang di sektor informal
yang tumbuh atau diusahakan.
- Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Pemantauan dilakukan dengan cara mendata tenaga
kerja di masing-masing perusahaan yang terkait
dengan pengembangan pelabuhan Kuala Langsa dan
mengidentifikasi jenis dan jumlah kegiatan di sektor
informal.
- Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan:
Lokasi pengelolaan dimulai dari Gampong Sungai
Pauh, Kuala Langsa, Telaga Tujuh, pelabuhan dan
sekitarnya.
- Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan:
Pemantauan dilakukan satu kali selama tahap
konstruksi berlangsung.
Kontraktor
pemenang lelang
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Tenaga Kerja
Kota Langsa
- Bapedalda
Provinsi NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
51 68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Institusi
No
Dampak Penting yang
Dipantau
Sumber Dampak
Parameter Lingkungan
yang Dipantau
Tujuan Rencana
Pemantauan Lingkungan
Metode Pemantauan Lingkungan
Pelaksana Pengawas Pelaporan
3 Kamtibmas dan Keresahan
Masyarakat
Mobilisasi peralatan dan material
bangunan yang berpotensi
mencemari lingkungan (ceceran
tanah, pasir, batu termasuk debu),
kerusakan jalan dan kepadatan
lalulintas serta pengurangan
tenaga kerja saat kegiatan proyek
tahap konstruksi berakhir.
Adanya konflik kepentingan
antara masyarakat yang
terkait dengan lokasi proyek
dengan kontraktor proyek,
munculnya masalah-masalah
kamtibmas seperti
demonstrasi massa, pencurian
dan ketidakpuasan para
pekerja karena PHK akibat
berakhirnya pekerjaan tahap
konstruksi.
- Untuk melakukan pencegahan
konflik secara hosrizontal di
masyarakat yang menyangkut
ketidakpuasan masyarakat dengan
pelaksana (kontraktor) proyek;
- Untuk melakukan penanggulangan
apabila terjadi keresahan
masyarakat dengan cara
musyawarah dan mufakat; dan
- Untuk mengendalikan dampak
negatif turunan lainnya seperti
pencurian, perkelahian dan
penyakit sosial lainnya.
- Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Data pemantauan didapat dari hasil inspeksi yang
dilakukan oleh Camat Langsa Barat berkoordinasi
dengan Polsek, Polres ADPEL, Satpol AIRUD dan
Geuchik setempat
- Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan:
Lokasi pemantauan dimulai dari Gampong Sungai
Pauh, Kuala Langsa, Telaga Tujuh, terutama di
Pelabuhan Kuala Langsa dan sekitarnya.
- Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan:
Pemantauan dilakukan satu kali selama tahap
konstruksi berlangsung.
Kontraktor
pemenang lelang
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Pos Polisi Airud
Pelabuhan Kuala
Langsa
- Bapedalda
Provinsi NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
4 Persepsi Masyarakat Pematangan lahan, mobilitas
material bangunan;
pembangunan dermaga cargo,
fasilitas sandar kapal tanker,
fasilitas penunjang sampai ke
demobilisasi tenaga kerja
konstruksi.
Timbulnya persepsi positif
masyarakat terhadap
pelaksanaan konstruksi
pengembangan pelabuhan
dan minimnya konflik sosial
yang terjadi akibat pekerjaan
konstruksi.
Tujuan rencana pemantauan
lingkungan hidup adalah untuk
mengetahui dan menganalisis
persepsi negatif dan persepsi positif
di masyarakat yang terkait dengan
proyek pada tahap konstruksi
sehingga proyek tersebut dapat
berjalan dengan baik dan lancar
tanpa diganggu oleh masalah-
masalah sosial.
Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan cara
memanfaatkan seoptimal mungkin peran serta
masyarakat di wilayah studi untuk terlibat di dalam
proyek sesuai dengan kemampuan dan kualifikasi yang
dibutuhkan. Bentuk lain adalah dengan cara kerjasama
pengadaan barang dan jasa dengan penduduk
setempat.
- Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Wawancara indepth study dengan bantuan kuesioner
yang dianalisis secara statistik dan tabulasi
- Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan:
Lokasi pemantauan dimulai dari Gampong Sungai
Pauh, Kuala Langsa, Telaga Tujuh, terutama di
Pelabuhan Kuala Langsa dan sekitarnya.
- Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan:
Dilakukan selama tahap konstruksi berlangsung
dengan frekuensi sebanyak satu kali.
Kontraktor
pemenang lelang
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Tenaga Kerja
Kota Langsa
- Bapedalda
Provinsi NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
5 Kepadatan Lalulintas Darat
Dampak penting yang dipantau
yaitu kepadatan lalulintas di
sepanjang jalan mulai dari
Simpang Empat Gampong Sungai
Pauh hingga ke Pelabuhan Kuala
Langsa sekitar 12 km.
Kegiatan mobilisasi material
bangunan tahap konstruksi.
- Tingkat kepadatan arus
lalulintas menuju ke
pelabuhan Kuala
Langsa;dan
- Intensitas seringnya terjadi
kecelakaan lalulintas, akibat
pertambahan volume
kendaraan yang melewati
jalan menunju pelabuhan.
Tujuan rencana pemantauan
lingkungan hidup adalah untuk
mengurangi atau menurunkan
tingkat kecelakaan lalu lintas.
Pengelolaan lalulintas dengan cara melibatkan Dinas
DLLAJR Kota Langsa untuk mengatur arus lalulintas
selama konstruksi berlangsung dan membatasi jumlah
dan kapasitas truk pengangkut material konstruksi yang
disesuaikan dengan kelas jalan.
- Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Sigi langsung di lapangan, menggunakan alat counter
check sebagai alat bantu penghitung dan dicatat sesuai
dengan kasusnya, sedangkan data dianalisis secara
sederhana yaitu dengan penghitungan manual.
- Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan:
Lokasi pemantauan dimulai dari Jalan simpang empat
Gampong Sungai Pauh, Kuala Langsa, Pelabuhan
Kuala Langsa dan sekitarnya.
- Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan:
Dilakukan selama tahap konstruksi berlangsung
dengan frekuensi sebanyak satu kali.
Kontraktor
pemenang lelang.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Perhubungan
Kota Langsa
- Bapedalda
Provinsi NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
C TAHAP OPERASI
1 Kualitas Udara dan
Kebisingan
Sumber dampak berasal dari
kegiatan operasional pelabuhan
yaitu kegiatan bongkar muat dan
transportasi darat.
Parameter lingkungan yang
dipantau adalah parameter
kualitas udara dengan merujuk
Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 41
Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran
Udara serta tingkat
kebisingan.
Tujuan umum dari rencana
pemantauan lingkungan ini adalah
untuk memastikan perlindungan
terhadap kualitas udara agar
ekosistem yang menguntungkan di
sekitar wilayah pelabuhan dapat
dipertahankan serta mengukur
besarnya dampak dan menentukan
apakah dampak tersebut masih
berada di dalam batas yang
diperkirakan. Jika dampak yang
terjadi lebih besar daripada yang
- Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Pemantauan dilakukan dengan melakukan
pengamatan secara periodik kualitas udara dan
kebisingan khususnya di kawasan lingkungan
terdekat. Pemantauan kualitas udara dilakukan
dengan:
- Pengambilan sampel udara ambien untuk analiasa
kualitas udara ambien sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 41 Tahun 1999 serta pengukuran
kebisingan.
PT Pelindo I Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Kesehatan
Kota Langsa
- Bapedalda
Provinsi NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
52 68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Institusi
No
Dampak Penting yang
Dipantau
Sumber Dampak
Parameter Lingkungan
yang Dipantau
Tujuan Rencana
Pemantauan Lingkungan
Metode Pemantauan Lingkungan
Pelaksana Pengawas Pelaporan
diperkirakan, tindakan
penanggulangan tambahan mungkin
diperlukan. Secara spesifik tujuan
dari pemantauan adalah sebagai
berikut:
- Untuk memastikan keefektifan
pengelolaan udara yang dilakukan
memenuhi baku mutu yang
berlaku.
- Untuk memastikan bahwa aktivitas
di pelabuhan serta aktivitas lain
yang terkait tidak menghasilkan
dampak penting terhadap kualitas
udara di wilayah pelabuhan
tersebut.
- Untuk membuktikan perkiraan
model dan kinerja peralatan yang
digunakan dalam pengelolaan
udara.
- Membandingkan hasil analisa kualitas udara tersebut
dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999
serta hasil pengukuran kebisingan serta data dari rona
awal lingkungan.
- Pengukuran kebisingan dilakukan dengan
menggunakan Sound Level Meter dan kemudian
dianalisis berdasarkan baku mutu yang telah
ditetapkan dalam Keputusan MenLH No. 48 Tahun
1996. Untuk kebutuhan analisis kualitas udara, sampel
udara diambil sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 41 Tahun 1999.
- Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan
Pengambilan sampel udara dan pengukuran
kebisingan dilakukan pada titik-titik sampel yang sama
dalam pengukuran rona awal lingkungan serta pada
satu lokasi yang berlawanan dengan arah angin serta
satu lokasi yang searah dengan arah angin dari
wilayah pelabuhan.
- Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Pemantauan kualiats udara dan kebisingan dilakukan
dua kali dalam setahun (musim hujan dan musim
kemarau) selama tahap pasca konstruksi dan operasi.
2 Kualitas Air
Dampak penting yang dipantau
adalah pengaruh buangan
kegiatan yang dilakukan di wilayah
pelabuhan yang dapat
mempengaruhi kualitas air yaitu
meningkatnya kekeruhan,
konsentrasi BOD, surfaktan,
sampah, serta minyak dan lemak.
- Buangan dari kapal-kapal
tanker CPO yang berlabuh di
Pelabuhan Kuala Langsa.
- Buangan dari kapal-kapal
penumpang yang berlabuh di
Pelabuhan Kuala Langsa.
Parameter air yang dipantau
adalah kekeruhan, BOD,
surfaktan, sampah, serta
minyak dan lemak.
Tujuan umum dari pemantauan ini
adalah untuk memastikan bahwa
kondisi lingkungan dapat
menimbulkan dampak yang
menguntungkan secara
berkelanjutan serta untuk mengukur
besarnya dampak dan menentukan
bahwa dampak tersebut masih
dalam batas yang diperkirakan.
Secara spesifik pemantauan
lingkungan bertujuan untuk
memastikan keefektifan peraturan
yang ditetapkan di wilayah
pelabuhan, serta untuk memastikan
pengaruh buangan dari kapal-kapal
tanker CPO yang berlabuh di
Pelabuhan Kuala Langsa, dan
pengaruh buangan dari kapal-kapal
penumpang yang berlabuh di
Pelabuhan Kuala Langsa.
- Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Pengambilan sampel air laut. Analisa dilakukan
berdasarkan metodologi baku yang berlaku.
Membandingkan hasil analisa air laut dengan baku
mutu yang berlaku yang ditetapkan dalam KepMen
LH No. 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut
dan data rona awal lingkungan untuk kawasan
tersebut.
- Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan
Sampel air laut akan diambil pada lokasi-lokasi yang
sama dengan rona awal yang dilakukan serta daerah-
daerah yang searah dan berlawanan arah arusnya
dengan lokasi yang tempat berlabuhnya tanker CPO
dan kapal-kapal penumpang.
- Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Untuk memastikan keefektifan Rencana Pengelolaan
Lingkungan, upaya pemantauan akan dilakukan setiap
3 bulan sekali.
PT Pelindo I Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Kelautan dan
Perikanan Kota
Langsa
- Bapedalda
Provinsi NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
3 Biota Perairan - Buangan dari kapal-kapal
tanker CPO yang berlabuh di
Pelabuhan Kuala Langsa.
- Buangan dari kapal-kapal
penumpang yang berlabuh di
Pelabuhan Kuala Langsa.
Parameter air yang dipantau
adalah kekeruhan, BOD,
surfaktan, sampah, serta
minyak dan lemak yang dapat
menurunkan habiat Biota
Perairan.
Tujuan umum dari pemantauan ini
adalah untuk memastikan bahwa
kondisi lingkungan dapat
menimbulkan dampak yang
menguntungkan secara
berkelanjutan serta untuk mengukur
besarnya dampak dan menentukan
bahwa dampak tersebut masih
dalam batas yang diperkirakan.
Secara spesifik pemantauan
lingkungan bertujuan untuk
memastikan keefektifan peraturan
yang ditetapkan di wilayah
pelabuhan, serta untuk memastikan
pengaruh buangan dari kapal-kapal
tanker CPO yang berlabuh di
Pelabuhan Kuala Langsa, dan
pengaruh buangan dari kapal-kapal
penumpang yang berlabuh di
Pelabuhan Kuala Langsa.
- Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Pengambilan sampel air laut. Analisa dilakukan
berdasarkan metodologi baku yang berlaku.
Membandingkan hasil analisa air laut dengan baku
mutu yang berlaku yang ditetapkan dalam KepMen
LH No. 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut
dan data rona awal lingkungan untuk kawasan
tersebut.
- Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan
Sampel air laut akan diambil pada lokasi-lokasi yang
sama dengan rona awal yang dilakukan serta daerah-
daerah yang searah dan berlawanan arah arusnya
dengan lokasi yang tempat berlabuhnya tanker CPO
dan kapal-kapal penumpang.
- Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Untuk memastikan keefektifan Rencana Pengelolaan
Lingkungan, upaya pemantauan akan dilakukan setiap
3 bulan sekali.
PT Pelindo I Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Kelautan dan
Perikanan Kota
Langsa
- Bapedalda
Provinsi NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
53 68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Institusi
No
Dampak Penting yang
Dipantau
Sumber Dampak
Parameter Lingkungan
yang Dipantau
Tujuan Rencana
Pemantauan Lingkungan
Metode Pemantauan Lingkungan
Pelaksana Pengawas Pelaporan
4 Kesempatan Kerja dan
Peluang Berusaha
Penerimaan tenaga kerja tahap
operasi; kegiatan sandar, labuh
dan layar kapal (kunjungan kapal);
kegiatan bongkar muat barang
dan/atau, pergudangan dan silo;
transportasi darat, kegiatan
terminal penumpang dan kegiatan
perparkiran.
Persentase jumlah tenaga
kerja yang terserap pada saat
operasional pelabuhan baik
yang tetap maupun tidak tetap
seperti buruh bongkar muat
dan banyaknya usaha-usaha
tumbuh di sektor informal.
Tujuannya adalah untuk melihat
seberapa banyak kesempatan kerja
yang telah diisi oleh penduduk lokal
termasuk peluang untuk berusaha
selain menjadi pekerja di pelabuhan.
- Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Melakukan wawancara terstruktur dan data dianalisis
secara statistik.
- Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan:
Lokasi pemantauan yaitu permukiman penduduk
Gampong Sungai Pauh, Kuala Langsa, Pelabuhan
Kuala Langsa dan sekitarnya.
- Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan:
Dilakukan selama tahap operasi berlangsung dengan
frekuensi setiap enam bulan sekali dan pelaporan juga
dilakukan dua kali dalam setahun.
PT Pelindo I Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Tenaga Kerja
Kota Langsa
- Bapedalda
Provinsi NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
5 Perekonomian Lokal Penerimaan tenaga kerja tahap
operasi; kegiatan sandar, labuh
dan layar (kunjungan kapal);
kegiatan bongkar muat barang
dan penumpang, kegiatan
pergudangan dan silo, transportasi
darat, kegiatan terminal
penumpang dan kegiatan
perparkiran.
Parameter lingkungan yang
dipantau antara lain:
- Kepatuhan perusahaan
yang terkait dengan
pelabuhan Kuala langsa
dalam membayar atau
memenuhi kewajiban
sesuai dengan peraturan
yang berlaku;
- Kontribusi pelabuahan
Kuala langsa dalam
meningkatkan PAD Kota
Langsa; dan
- Pesatnya pembangunan
dan pertumbuhan fasilitas
umum.
Tujuan pemantauan untuk
menetahui sejauh mana
keberhasilan pengelolaan
lingkungan hidup yang telah
dilakukan dalam rangka peningkatan
perekonomian lokal.
- Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Melakukan wawancara terstruktur dengan Dinas dan
instansi terkait seperti BAPPEDA dan Dinas
Pendapatan Bota Bitung dan data dianalisis secara
statistik.
- Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan
Lokasi pemantauan yaitu Dinas dan Instansi terkait
termasuk BAPPEDA, Dinas Pendapatan Kuala Langsa,
Dishub Kota Langsa dan Pelabuhan Kuala Langsa.
- Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Dilakukan selama tahap operasi berlangsung dengan
frekuensi setiap satu tahun sekali dan pelaporan
dilakukan setiap satu tahun sekali bersamaan
pelaporan hasil pemantauan periode atau semester
dua.
PT Pelindo I Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
Kota Langsa
- Bapedalda
Provinsi NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
6 Kamtibmas dan Keresahan
Masyarakat
Penerimaan tenaga kerja,
kegiatan pelabuhan, transportasi
darat, terminal penumpang dan
perparkiran semuanya dapat
memicu konflik sosial baik yang
bersifat internal maupun antar
kelompok masyarakat di kawasan
Kuala Langsa.
Parameter lingkungan yang
dipantau frekuensi terjadinya
konflik sosial yang ada yang
berlatar belakang masalah
kesempatan kerja, peluang
berusaha dan munculnya
masalah-masalah sosial yang
akan mempengaruhi
kamtibmas itu sendiri.
Tujuan rencana pemantauan
lingkungan untuk melihat
sejauhmana pengelolaan kantibmas
dan Keresahan Masyarakat telah
dilakukan dan bagaimana tingkat
keberhasilan institusi pengelola
lingkungan dalam meminimasi
masalah kantibmas termasuk
keresahan masyarakat.
- Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Melakukan wawancara terstruktur dengan Dinas dan
instansi terkait seperti ADPEL Kuala Langsa, Satpol
AIRUD, dan Polsek serta Polres Kota Langsa.
- Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan:
Lokasi pemantauan dilakukan di Pelabuhan Kuala
Langsa dan sekitarnya
- Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan:
Dilakukan selama tahap operasi berlangsung dengan
frekuensi setiap tiga bulan sekali dan pelaporan
dilakukan setiap enam bulan sekali.
PT Pelindo I Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Pos Polisi Airud
Pelabuhan Kuala
Langsa
- Bapedalda
Provinsi NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
7 Wisata Bahari Operasional pelabuhan terutama
kegiatan kunjungan kapal.
Parameter lingkungan yang
dipantau adalah
tersalurkannya minat
masyarakat pengguna daerah
wisata bahari.
Tujuan pemantauan adalah untuk
mengetahui keberhasilan adanya
pelabuhan terhadap pengembangan
potensi wisata di sekitar pelabuhan.
- Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Metode pemantauan lingkungan adalah melakukan
pencatatan terhadap perkembangan mobilisasi orang
yang memanfaatkan pelabuhan untuk berwisata.
Analisis data dilakukan dengan cara mencatat laporan
secara deskriptif dan melaporkan secara periodik.
- Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan:
Lokasi rencana pemantauan lingkungan adalah di
lokasi pelabuhan.
- Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan:
Pemantauan sanitasi lingkungan dilakukan setiap 3
bulan dan dilaporkan setiap 6 (enam) bulan sekali
selama tahap operasi.
PT Pelindo I Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Pariwisata
Kota Langsa
- Bapedalda
Provinsi NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
8 Persepsi Masyarakat Sumber dampak berasal dari
kegiatan sandar, labuh dan layar
(kunjungan kapal); kegiatan
bongkar muat, kegiatan
pergudangan dan silo, transportasi
darat, kegiatan terminal
penumpang, dan perpakiran.
Parameter lingkungan yang
dipantau semakin baiknya
persepsi masyarakat yang
terkait dengan proyek,
rendahnya tingkat konflik
sosial yang terjadi serta
beroperasinya pelabuhan
dengan baik.
Tujuan pemantauan adalah untuk
melihat kecenderungan persepsi
masyarakat di sekitar pelabuhan
yang diharapkan tetap bertambah
positif.
- Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Melakukan wawancara terstruktur dengan masyarakat
yang terkait dengan Pelabuhan Kuala Langsa. Data
dianalisis secara statistik.
- Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan:
Lokasi pemantauan dilakukan di Gampong Sungai
Pauh, Kuala Langsa, Telaga Tujuh, Pelabuhan Kuala
PT Pelindo I Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Tenaga Kerja
Kota Langsa
- Bapedalda
Provinsi NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
54 68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Institusi
No
Dampak Penting yang
Dipantau
Sumber Dampak
Parameter Lingkungan
yang Dipantau
Tujuan Rencana
Pemantauan Lingkungan
Metode Pemantauan Lingkungan
Pelaksana Pengawas Pelaporan
Langsa dan sekitarnya.
- Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan:
Dilakukan selama tahap operasi berlangsung dengan
frekuensi setiap tiga bulan sekali dan pelaporan
dilakukan setiap enam bulan sekali.
9 Sanitasi Lingkungan Operasional Pelabuhan Kuala
Langsa.
Parameter lingkungan yang
dipantau adalah adanya
penumpukan sampah sisa
konstruksi yang beserakan.
Tujuan pemantauan adalah agar
adanya pengontrolan secara
periodik terhadap sampah dan
pengelolaannya.
- Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Metode pemandauan lingkungan adalah melakukan
pengecekan dan pengontrolan terhadap pengelolaan
sampah. Analisis data dilakukan dengan cara
mencatat laporan secara deskriptif dan melaporkan
secara periodik.
- Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan:
Lokasi rencana pemantauan lingkungan adalah di
lokasi pembangunan fasilitas penunjang pelabuhan
dan lokasi pembuangan sampah sementara (TPS).
- Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan:
Pemantauan sanitasi lingkungan dilakukan setiap 3
bulan dan dilaporkan setiap 6 (enam) bulan sekali.
PT Pelindo I Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Bapedalda
Provinsi NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
10 Kesehatan Masyarakat Dampak penting tersebut
sebagian besar bersumber dari
kegiatan transportasi darat.
Parameter lingkungan yang
dipantau pada kegiatan
pemantauan per 6 bulan
adalah 10 jenis penyakit dan
prevalensi penyakit,
sedangkan untuk kegiatan
pemantauan per 2 tahun
adalah keluhan masyarakat
yang mengalami gangguan
kesehatan akibat penurunan
kualitas udara, kebisingan,
penurunan kualitas air sungai
dan/atau laut serta
pelaksanaan program CD
bidang kesehatan.
Untuk mengetahui dampak
gangguan kesehatan masyarakat
akibat penurunan kualitas udara,
peningkatan kebisingan dan
penurunan kualitas air sungai
dan/atau laut.
- Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
dengan masyarakat yang terkena dampak serta
pengumpulan data sekunder pada Klinik dan bagian
CD Pelabuhan Kuala Langsa serta Puskesmas
Kecamatan Langsa Barat. Selain itu mengevaluasi
pengaduan masyarakat yang ditujukan kepada
pengelola Pelabuhan Kuala Langsa. Selanjutnya
dianalisis secara tabulasi.
- Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan:
Lokasi pemantauan dilakukan di permukiman
Gampong Sungai Pauh, Kuala Langsa, Telaga Tujuh,
Pelabuhan Kuala Langsa dan sekitarnya.
- Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan:
Dilakukan selama tahap operasi berlangsung
dengan frekuensi setiap tiga bulan sekali dan
pelaporan dilakukan setiap enam bulan sekali.
PT Pelindo I Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Kesehatan
Kota Langsa
- Bapedalda
Provinsi NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
11 Kepadatan Lalulintas Laut
Dampak penting yang dipantau
adalah lalulintas laut dan
pengaruhnya terhadap pemakaian
alur pelayaran secara umum.
Operasional pelabuhan terutama
kegiatan sandar, labuh dan layar
kapal atau kunjungan.
Parameter lingkungan yang
dipantau adalah adanya
senggolan, benturan dan
tabrakan kapal.
Tujuan pemantauan adalah untuk
mengevaluasi tentang keberhasilan
pengelolaan lingkungan yang telah
dilakukan terutama tentang
pematuhan terhadap rambu navigasi
serta keamanan dan keselamatan
pelayaran.
- Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Pengumpulan data kecelakaan pelayaran dilakukan
dengan metode sensus yaitu dengan menghitung
seluruh kejadian kecelakaan kapal yang berolah gerak
di perairan pengerukan dan sekitarnya. Dalam
pengumpulan data ini juga diiventarisasi bentuk-
bentuk kecelakaan kapal dan penyebabnya. Analisis
data dilakukan secara deskriptif.
- Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan:
Lokasi rencana pemantauan lingkungan adalah di alur
pelayaran dari mulai suar pengenal sampai lokasi
pelabuhan.
- Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan:
Pemantauan lalulintas laut dilakukan setiap 3 bulan
dan dilaporkan setiap 6 bulan sekali selama tahap
operasi.
PT Pelindo I Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Perhubungan
Kota Langsa
- Bapedalda
Provinsi NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
55 68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
12 Kepadatan Lalulintas Darat Sumber dampak berasal dari
kegiatan transportasi,
beroperasinya terminal
penumpang dan kegiatan
perpakiran (sumber dampak
tersier)
Parameter lingkungan yang
dipantau adalah frekuensi dan
tonase kendaraan serta
kemacetan dan tingkat
kecelakaan lalulintas
Tujuan pemantauan adalah untuk
mengantisipasi kecenderungan
peningkatan kepadatan arus
transportasi mulai dari Jalan
Simpang Empat Gampong Sungai
Pauh, Kuala Langsa dan di sekitar
pelabuhan.
- Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Pengumpulan data dilakukan dengan sigi (survei)
lapangan terhadap semua jenis kendaraan meliputi
frekuensi, tonase, kecepatan dan kedisiplinan dalam
mematuhi berbagai rambu yang ada di jalur jalan
umum/pemukiman.
- Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan:
Lokasi pemantauan dilakukan di jalan simpang empat
Gampong Sungai Pauh, Kuala Langsa hingga ke
Pelabuhan Kuala Langsa.
- Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan:
Dilakukan selama tahap operasi berlangsung
dengan frekuensi setiap tiga bulan sekali dan
pelaporan dilakukan setiap enam bulan sekali.
PT Pelindo I Cabang
Pelabuhan Kuala
Langsa.
- Adpel Kuala
Langsa;
- Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Lingkungan Hidup
Kota Langsa
- Dinas Perhubungan
Kota Langsa
- Bapedalda
Provinsi NAD
- Dinas
Perhubungan,
Komunikasi,
Informasi dan
Telematika
Provinsi NAD
56 68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Gambar 7 Peta Lokasi Pemantauan Lingkungan
68/10112/01/4372 Ringkasan Eksekutif
Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
GHD Pty Ltd ABN 39 008 488 373
Jl. HR Rasuna Said Kav C5
Jakarta 12940 Indonesia
T: 62 21 2557 8000 F: 62 21 522 9095 E: jktmail@ghd.com.au
GHD Pty Ltd 2008
This document is and shall remain the property of GHD Pty Ltd. The document may only be used for the
purposes for which it was commissioned and in accordance with the Consultancy Agreement for the
commission. Unauthorised use of this document in any form whatsoever is prohibited.
Document Status
Reviewer Approved for Issue
Rev
No.
Author
Name Signature Name Signature Date
1. Joice NA D Purnama Cameron BG

Anda mungkin juga menyukai