Anda di halaman 1dari 68

HUKUM LINGKUNGAN

Syofyan Hadi, SH., MH

Latar Belakang Lahirnya H. Lingkungan


Hukum Lingkungan lahirnya karena beberapa permasalahan
lingkungan hidup yang dihadapi oleh berbagai negara, yakni:
1.
Asasp tebal di Costa Rico Mexico awal abad 20
2.
Awan hitam yang melanda seluruh meuse valley di Belgia
(Des. 1441), yakni kasus pencemaran udara yang
disebabkan oleh Pabrik yang membuang ulfur dioksida dan
gas fluorin.
3.
Kabut Berjelaga di London/great smog (Des. 1952),
disebabkan oleh penggunaan batu bara oleh Industri
4.
Nigata dan Kumamoto/Penyakit Minamata di Jepang (1973)
yang disebabkan karena pabrik batu baterai Chisso yang
membuang merkuri ke laut.
5.
Showamaru Case di Selat Malaka (1975), Kapal pengangkut
Minyak menumpahkan minyak sebanyak 7300 ton

Dengan kasus-kasus lingkungan di atas, maka dunia


mulai sadar akan pentingnya lingkungan dalam
pembangunan.
Pada tahun 1972 diadakan Deklarasi Stockholm,
Swedia (United Nation Conference on the Human
Environment) dengan menghasilkan 26 prinsip, salah
satunya adalah appropiate national institution must
be entrusted with the task planning, managing or
controlling the environmental resources of states
with a view to enhancing environmental quality.
Lahirlah hukum yang berorientasi lingkungan
(environmental oriented law)

Deklarasi Stockholm juga menghasilkan


prinsip 21 yakni state have, in
accordance with the charter of the
united nation and the principle on
international law, the souvereign right to
exploit their own resources pursuant to
their own environmental policies, and
the responsibility to ensure that
activities within their jurisdiction or
control
dont
cause
damage
to
environment of the other state or of

Selain itu, prinsip 22 juga menentukan


bahwa State shall cooperate to devolop
further the international law regarding
liability and compensation for the victim
of pollution and other environmental
damage caused by activities within the
jurisdiction or control of such states to
areas beyond their jurisdiction

Prinsip-prinsip yang lain adalah hak


manusia
atas
lingkungan
yang
berkualitas, sumber daya harus dijaga
untuk generasi sekarang dan masa
depan, prinsip pencegahan , dan lainlain.

Lanjutan
United
Nations
Conference
on
Environment
and
Development, UNCED 1992 (KTT Bumi/Earth Summit di Rio
de Jainero).
Konferensi ini mengahasilkan:
1. Komitmen
yang mengikat: Convention on Biological
Diversity(CBD), United Nations Framework Convention on
Climate Change(UNFCCC), dan Convention to Combat
Desertification(CCD).
2. Komite yang tidak mengikat: Rio Declarationtentang 27
prinsip yang menekankan hubungan antara lingkungan dan
pembangunan
dan
Forest
Principles:
Authoritative
Statement of Principles for a Global Consensus on
Management, Conservation, and Sustainable Development
of all Types of Forests.

Deklarasi ini mengahasilkan prinsip suistanable


devolopmenet. Prinip 3 menyatakan bahawa hak
untuk membangun harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga secara adil mempertimbangkan kebutuhan
pembangunan dan lingkungan dari generasi masa
kini dan generasi masa yang akan datang.
Prinsip 4 menentukan bahwa dalam upaya untuk
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan,
aspek perlindungan lingkungan harus merupakan
bagian integral dari proses pembangunan tersebut
dan karenanya hal ini tidak dapat dipandang secara
terpisah dari proses termaksud

Lanjutan

World
Summit
on
Sustainable
Development, 2002 di Johannesburg,
South Africa
ditekankan padaplan of implementation,
yang
mengintegrasikan
elemen
ekonomi, ekologi, dan sosial yang
didasarkan pada tata penyelenggaraan
pemerintahan
yang
baik(good
governance).

Lanjutan

UU No. 4 Tahun 1982 tentang UUKPPLH


UU No. 23 Tahun 1997 tentang UUPLH
UU No. 32 Tahun 2009 tentang PPLH
PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan
Peraturan Perundang-Undangan terkait

PENGERTIAN

Peristilahan:
Milieurecht,
Environmentallaw,
Umweltrecht,
Droitdelenvironment, dll.
Hukum lingkungan adalah hukum yang
mengatur hubungan timbal balik antara
manusia
dengan
mahluk
hiduplainnyayang biladilanggar dapat
dikenai sanksi.

PRINSIP HUKUM

Prinsip hukum internasional


1.
Duty
To
Prevent
Reduce
And
Control
Environmental Harm, yang terdiri atas prinsip
Due diligence and harm prevention, Absolute
obligation of prevention and Foreseeability of
harm and the preacutinary principle
2.
Transboundary Co- Operation In Causes Of
Environmental Risk
3.
The Polluters Pays Principle
4.
Equal Access And Non-Discrimination
5.
Intergenerational Equity Principle

Lanjutan

Prinsip hukum nasional


1. tanggung jawab negara
2. kelestarian dan keberlanjutan
3. keserasian dan keseimbangan
4. keterpaduan
5. manfaat
6. kehati-hatian

Lanjutan

keadilan
8. ekoregion
9. keanekaragaman hayati
10.pencemar membayar
11.partisipatif
12.kearifan lokal
13.tata kelola pemerintahan yang baik
14.otonomi daerah.
7.

TUJUAN PPLH
1.

2.

3.

4.
5.

melindungi
wilayah
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
dari
pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup
menjamin keselamatan, kesehatan, dan
kehidupan manusia
menjamin kelangsungan kehidupan makhluk
hidup dan kelestarian ekosistem
menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup
mencapai keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan lingkungan hidup;

Lanjutan
6.

7.

8.

9.
10.

menjamin terpenuhinya keadilan generasi


masa kini dan generasi masa depan
menjamin pemenuhan dan perlindungan
hak atas lingkungan hidup sebagai bagian
dari hak asasi manusia
mengendalikan
pemanfaatan
sumber
daya alam secara bijaksana
mewujudkan pembangunan berkelanjutan
mengantisipasi isu lingkungan global

PERENCANAAN PPLH
Dalam rangka PPLH harus dibentuk RPPLH
RPPLH terdiri atas RPPLH Nasional, RPPLH
Provinsi dan RPPLH Kabupaten/Kota
RPPLH
memuat:
pemanfaatan
dan
pencadangan SDA, pemeliharaan dan
perlindungan
kualitas/fungsi
LH,
pengendalian,
pemantauan
dan
pendayagunaan
SDA,
adaptasi
dan
mitigasi terhadap perubahan iklim
Pasal 5 Pasal 11

PEMANFAATAN

RPPLH menjadi dasar pemanfaatan SDA


Apabila belum ada RPPLH, maka SDA
dimanfaatkan atas dasar daya dukung
dan daya tampung LH yang ditetapkan
oleh
Menteri,
Gubernur
dan
Bupati/Walikota.

Pasal 12

PENGENDALIAN

Pengendalian pencemaran/kerusakan LH
meliputi:
1. Pencegahan
2. Penanggulangan
3. Pemulihan

PENCEGAHAN
Instrumen pencegahan:
1. KLHS
2. tata ruang
3. baku mutu lingkungan
hidup
4. kriteria
baku
kerusakan lingkungan
hidup
5. amdal
6. UKL-UPL
7. perizinan

8.
9.

instrumen ekonomi lingkungan hidup


peraturan
perundang-undangan
berbasis lingkungan hidup

10.

anggaran berbasis lingkungan hidup

11.

analisis risiko lingkungan hidup

12.

audit lingkungan hidup

13.

instrumen
lain
sesuai
dengan
kebutuhan dan/atau perkembangan
ilmu pengetahuan

Lanjutan

KLHS
KLHS
dibuat untuk menjamin prinsip
pembangunan berkelanjutan menjadi
dasar pembangunan
KLHS memuat: kapasitas daya dukung
dan daya tampung LH, perkiraan
mengenai dampak dan resiko LH, kinerja
layanan/jasa
ekosistem,
efisiensi
pemanfaatan SDA, tingat kerentanan
dan adaptasi terhadap perubahan iklim
dan tingkat ketahanan dan potensi
Kehati
Pasal 15-Pasal 18

Lanjutan

BMLH
Pencemaran terhadap LH diukur dengan
BMLH
BMLH terdiri atas: BM Air, BM Air Limbah,
BM Udara Ambien, BM Emisi, BM
Gangguan, BM lainnya
Orang dapat membuang limbah, dengan
syarat: memenuhi BMLH dan mendapat
izin.

Pasal 20

Lanjutan

KBKLH
KBKLH digunakan untuk menentukan
kerusakan LH
KBKLH dibagi menjadi 2, yakni KBK
ekosistem
(ex:
KBK
tanah
untuk
biomassa, KBK terumbu karang, KBK
kebakaran hutan/lahan, KBK mangrove,
KBK padang lamun, KBK gambut, dll)
dan KBK Akibat Perubahan Iklim (ex:
kenaikan temperatur, kenaikan muka air
laut, badan dan/atau kekeringan).

Lanjutan

AMDAL
Pasal 1 angka 11 Amdal adalah kajian
mengenai dampak penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usah dan/atau
kegiatan.
AMDAL
wajib
terhadap
setiap
usaha/kegiatan yang berdampak penting
terhadap LH

Lanjutan
Kriteri dampak penting:
1.
besarnya
jumlah
penduduk yang akan
terkena dampak rencana
usaha dan/atau kegiatan
2.
luas wilayah penyebaran
dampak
3.
intensitas dan lamanya
dampak berlangsung
4.
banyaknya
komponen
lingkungan hidup lain
yang
akan
terkena
dampak

5.
6.

7.

sifat kumulatif dampak;


berbalik
dampak

atau

kriteria
lain
perkembangan
dan teknologi.

tidak

berbaliknya

sesuai
dengan
ilmu pengetahuan

Lanjutan
Kriteria Usaha/Kegiatan yang
berdampak penting
1. pengubahan bentuk lahan dan
bentang alam
2. eksploitasi sumber daya alam,
baik yang terbarukan maupun
yang tidak terbarukan
3. proses
dan kegiatan yang
secara
potensial
dapat
menimbulkan
pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan
hidup serta pemborosan dan
kemerosotan
sumber
daya
alam dalam pemanfaatannya
4. proses
dan kegiatan yang
hasilnya dapat mempengaruhi
lingkungan alam, lingkungan
buatan, serta lingkungan sosial
dan budaya;

5.

6.

7.

8.

introduksi jenis tumbuh-tumbuhan,


hewan, dan jasad renik
pembuatan dan penggunaan bahan
hayati dan nonhayati;
kegiatan yang mempunyai risiko
tinggi
dan/atau
mempengaruhi
pertahanan negara; dan/atau
penerapan
teknologi
yang
diperkirakan mempunyai potensi
besar
untuk
mempengaruhi
lingkungan hidup.

Lanjutan

Dokumen AMDAL sebagai dasar penetapan


Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup (KLH)
Dokumen
AMDAL
memuat:pengkajian
mengenai dampak usaha/kegiatan, evaluasi
kegiatan di sekitar, saran dan tanggapan
masyarakat,
prakiraan
terhadap
besaran
dampak, evaluasi secara holistik , rencana
pengelolaan dan pemantauan LH.
Dokumen AMDAL dibuat oleh pemrakarsa
dengan melibatkan masyarakat yang terkena
dampak, organisasi LH, dan yang terpengaruh

Lanjutan

Masyarakat
dapat
mengajukan
keberatan terhadap dokumen AMDAL
AMDAL disusun oleh orang yang
mempunyai sertifikat kompetensi
AMDAL dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL

Pasal 22-Pasal 33

Lanjutan

UKL/UPL
Pasal 1 angka 12 UKL-UPL adalah
pengelolaan dan pemantauan terhadap
usaha dan/atau kegiatan yang tidak
berdampak penting terhadap lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan
keputusan
tentang
penyelenggaraan
usaha
dan/atau
kegiatan.
UKL/UPL wajib terhadap kegiatan/usaha
yang tidak wajib AMDAL
Kriteria
UKL/UPL
ditetapkan
oleh
Gubernur, Bupati, Walikota

Lanjutan

Usaha/kegiatan
yang
tidak
wajib
UKL/UPL
wajib
membuat
surat
pernyataan kesanggupan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup
Kriteria
penetapan
UKL/UPL:
tidak
berdampak
penting
dan
usaha
mikro/kecil

Pasal 34-Pasal 35

Lanjutan

IZIN LINGKUNGAN
Pasal 1 angka 35 Izin lingkungan adalah
izin yang diberikan kepada setiap orang
yang
melakukan
usaha
dan/atau
kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL
dalam
rangka
perlindungan
dan
pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat untuk memperoleh izin usaha
dan/atau kegiatan.
Kegiatan/usaha
wajib
AMDAL
atau
UKL/UPL, wajib memiliki izin lingkungan
Izin lingkungan diberikan berdasarkan
KLH/Rekomendasi UKL/UPL

Lanjutan

Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, Gubernur,


Bupati, Walikota sesuai dengan kewenangannya
Pejabat
yang
berwenang
wajib
menolak
permohonan apabila tidak disertai dengan AMDAL
atau UKL/UPL
Izin lingkungan dapat dibatalkan, apabila: a)
persyaratan
mengandung
cacat
hukum,
ketidakbeneran, pemalsuan; b) penerbitannya
tidak memenuhi syarat yang ada dalam KLH atau
rekomendasi UKL/UPL; c) kewajiban dalam AMDAL
atau UKL/UPL tidak dilaksanakan

Lanjutan

Izin lingkungan dapat dibatalkan ke


PTUN
Pejabat
yang
berwenang
wajib
mengumumkan
permohonan
dan
keputusan izin lingkungan
Izin lingkungan menjadi syarat untuk
memperoleh izn usaha/kegiatan
Apabila izin lingkungan dicabut, maka
izin usaha/kegiatan dibatalkan
Apabila izin usaha/kegiatan berubah, izin
lingkungan harus diperbaharui

Lanjutan

Izin
lingkungan
berisi
tentang
persyaratan dan kewajiban yang ada
dalam KLH atau rekomendasi UKL/UPL,
persyaratan
yang
ditetapkan
oleh
pejabat
yang
berwenang
dan
berakhirnyanya izin.
Apabila usaha/kegiatan mewajibakan
Izin PPLH, maka izin lingkungan wajib
mencantumkan jumlah dan jenis Izin
PPLH
Izin lingkungan berakhir bersamaan
dengan izin usaha/kegiatan

Lanjutan

Selain izin lingkungan, terdapat usaha/kegiatan yang diwajibakan


Izin PPLH.
Penjelasan Pasal 48 ayat (2) PP No. 27 Tahun 2012 menentukan yang
termasuk Izin PPLH:
1. izin pembuangan limbah cair
2. izin pemanfaatan air limbah untuk aplikasi ke tanah
3. izin penyimpanan sementara limbah bahan berbahaya dan beracun
4. izin pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun
5. izin pengangkutan limbah bahan berbahaya dan beracun
6. izin pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun
7. izin pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun
8. izin penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun
9. izin pembuangan air limbah ke laut
10.
izin dumping
11.
izinreinjeksi ke dalam formasi, dan/atau
12.
izin venting.

Lanjutan

ANALISIS RESIKO LH
Analisis resiko LH wajib dilakukan
terhadap
usaha/kegiatan
yang
berpotensi
menimbulkan
dampak
penting terhadap lingkungan hidup,
ancaman
terhadap
ekosistem
dan
kehidupan dan/atau kesehatan dan
keselamatan manusia
Analisis resiko LH meliputi: pengkajian
resiko,
pengelolaan
resiko,
dan
komunikasi resiko.

Pasal 47

Lanjutan

AUDIT LH
Untuk
meningkat kinerja lingkungan
hidup, pemerintah dapat mendorong
untuk dilakukan audit LH.
Menteri
mewajibkan untuk dilakukan
audit terhadap usaha/kegiatan yang
beresiko
tinggi
dan
terhadap
penanggungjawab usaha/kegiatan yang
tidak taat terhadap ketentuan per-UU-an.
Audit LH dilakukan oleh Auditor LH yang
memiliki sertifikat kompetensi
Pasal 48-Pasal 52

PENANGGULANGAN

Usaha/kegiata
yang
menimbulkan
pencemaran/kerusakan
LH
wajib
untuk
melakukan penanggulangan.
Penanggulangan dilakukan dengan pemberian
informasi peringatan kepada masyarakat,
pengisolasian
pencemaran/kerusakan
LH,
penghentian sumber pencemaran/kerusakan
LH dan lain-lain

Pasal 53

PEMULIHAN

Usaha/kegiatan
yang
menimbulkan
pencemaran/kerusakan
LH,
wajib
melakukan
pemulihan.
Pemulihan
LH
dilakukan
dengan
tahapan:
penghentian sumber pencemaran dan pembersihan
unsur pencemar; remediasi; rehabilitasi; restorasi;
dan/atau
cara
lain
yang
sesuai
dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pemegang izin lingkungan wajib menyediakan dana
penjaminan pemulihan LH.

Pasal 54

PENGELOLAAN B3 &
LIMBAH B3

Setiap orang yang memasukkan ke wilayah


NKRI,
menghasilkan,
mengangkut,
mengedarkan, menyimpan, memanfaatkan,
membuang, mengolah, dan/atau menimbun
B3 wajib melakukan pengelolaan B3
Setiap orang yang menghasilkan limbah B3
wajib melakukan pengelolaan limbah B3
yang dihasilkannya
Pengelolaan limbah B3 wajib mendapatkan
izin dari Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota

Lanjutan

Setiap orang dilarang untuk melakukan


dumping limbah tanpa izin dari Menteri,
Gubernur, Bupati, Walikota

Pasal 58-Pasal 61

PENGAWASAN

Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota


wajib melakukan pengawasan atas
ketaatan
penanggungjawab
kegiatan/usaha terhadap per-UU-an
Dalam melakukan pengawasan, pejabat
yang berwenang menetapkan Pejabat
Pengawas LH

Pasal 71-Pasal 75

Lanjutan
Pejabat Pengawas LH berwenang:
1. melakukan pemantauan
2. meminta keterangan
3. membuat
salinan dari dokumen dan/atau
membuat catatan yang diperlukan
4. memasuki tempat tertentu
5. Memotret
6. membuat rekaman audio visual
7. mengambil sampel
8. memeriksa peralatan
9. memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi
10. menghentikan pelanggaran tertentu.

SANKSI ADMINISTRATIF

Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota dapat


memberikan sanksi administratif kepada
penanggungjawab
kegiatan/usaha
yang
melanggarar izin lingkungan
Sanksi administratif meliputi: teguran tertulis,
paksaan
pemerintah,
pembekuan
izin
lingkungan atau pencabutan izin lingkungan.
Penjatuhan
sanksi
administratif
tidak
membebaskan
penanggungjawab
usaha/kegiatan dari pemulihan dan pidana.

Lanjutan

Pembekuan atau pencabutan izin lingkungan


dapat
dilakukan
apabila
penanggungjawab
usaha/kegiatan tidak melaksanakan paksaan
pemerintah.
Paksaan pemerintah berupa: a) penghentian
sementara kegiatan produksi; b) pemindahan
sarana
produksi;
c)
penutupan
saluran
pembuangan
air
limbah
atau
emisi;
d)
pembongkaran; e) penyitaan terhadap barang
atau
alat
yang
berpotensi
menimbulkan
pelanggaran; f. penghentian sementara seluruh
kegiatan; atau g. tindakan lain yang bertujuan
untuk menghentikan pelanggaran dan tindakan
memulihkan fungsi lingkungan hidup.

Lanjutan

Paksaan pemerintah dapat dijatuhkan tanpa


teguran terlebih dahulu, apabila: a) ancaman
yang sangat serius bagi manusia dan
lingkungan hidup; b) dampak yang lebih besar
dan lebih luas jika tidak segera dihentikan
pencemaran
dan/atau
perusakannya;
dan/atau c. kerugian yang lebih besar bagi
lingkungan hidup jika tidak segera dihentikan
pencemaran dan/atau perusakannya
Penanggungjawab usaha/kegiatan yang tidak
melaksanakan paksaan pemerintah, dapat
dikenakan denda

Pasal 76-Pasal 83

PENYELESAIAN SENGKETA
LH

Sengketa LH dapat diselesaikan secara


litigasi dan non litigasi yang dipilih
secara sukarela oleh para pihak
Penyelesaian sengketa litigasi hanya
dapat dilakukan apabila penyelesaian
sengketa non litigasi yang dipilih
dinyatakan tidak berhasil

Pasal 84

Lanjutan
Non-Litigasi
Penyelesaian
sengketa non litigasi dilakukan untuk
mencapai kesepakatan mengenai
1. bentuk dan besarnya ganti rugi
2. tindakan
pemulihan akibat pencemaran dan/atau
perusakan
3. tindakan
tertentu untuk menjamin tidak akan
terulangnya pencemaran dan/atau perusakan; dan/atau
4. tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif
terhadap lingkungan hidup
. Penyelesaian sengketa non litigasi tidak berlaku untuk
tindak pidana LH
. Penyelesaian sengketa non litigasi dapat mengunakan
jasa mediator atau arbitor
Pasal 85

Lanjutan

Litigasi
Penanggungjawab usaha kegiatan yang
melakukan PMH yang menimbulkan
kerugian bagi orang lain atau LH wajib
melakukan ganti rugi dan/atau melakukan
tindakan tertentu (liability based on fault)
Pengadilan dapat menjatuhkan uang
paksa atas keterlambatan pelaksanaan
putusan pengadilan

Pasal 87

Lanjutan

Setiap orang yang tindakannya, usahanya,


dan/atau kegiatannya menggunakan B3,
menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3,
dan/atau yang menimbulkan ancaman serius
terhadap lingkungan hidup bertanggung
jawab mutlak atas kerugian yang terjadi
tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan
(strict liability/liability without fault)

Pasal 88

Lanjutan

Daluarsa untuk mengajukan gugatan


sesuai dengan hukum acara perdata
(Pasal 1967 BW: 30 Tahun).
Daluarsa
tidak
berlaku
atas
pencemaran/kerusakan yang disebabkan
oleh
usaha/kegiatan
menggunakan,
mengelola dan menghasilkan B3.

Lanjutan

Hak Gugat
Instansi pemerintah dan Pemda mempunyai
kewenangan untuk mengajukan gugatan ganti
rugi atau tindakan tertentu
terhadap
usaha/kegiatan
yang
menyebabkan
pencemaran/kerusakan LH (Pasal 90)
Masyarakat berhak mengajukan gugatan
perwakilan kelompok (class action) apabila
mengalami
kerugian
akibat
pencemaran/kerusakan LH, dengan syarat
ada kesamaan fakta/peristiwa, dasar hukum
dan jenis tuntutan antara wakil kelompok dan
anggota kelompok (Pasal 91)

Lanjutan

Organisasi lingkungan hidup berhak


untuk
mengajukan
gugatan
(legal
standing) untuk kepentingan pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
Gugatan legal standing hanya terbatas
pada
tuntutan
untuk
melakukan
tindakan tertentu.
OLH dapat mengajukan legal standing
apabila:
ber-BH,
AD
menentukan
pendiriannya
untuk
kepentingan
pelestarian LH, telah melaksanakan

Lanjutan
Gugatan Administratif
Setiap orang dapat mengajukan gugatan ke PTUN,
apabila:
1. badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan
izin lingkungan kepada usaha dan/atau kegiatan
yang wajib amdal tetapi tidak dilengkapi dengan
dokumen amdal;
2. badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan
izin lingkungan kepada kegiatan yang wajib UKLUPL, tetapi tidak dilengkapi dengan dokumen
UKLUPL; dan/atau
3. badan
atau pejabat tata usaha negara yang
menerbitkan izin usaha dan/atau kegiatan yang
tidak dilengkapi dengan izin lingkungan.

Lanjutan

Hukum acara yang berlaku dalam gugatan


administratif sengketa LH adalah hukum acara
yang diatur di dalam UU No. 5 Tahun 1986
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9
Tahun 2004 dan UU No. 51 Tahun 2009
Hukum acara dalam gugatan administratif di
PTUN memiliki karakteristik, diantaranya
adalah dikenal class action dan legal standing.

Pasal 93

TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP

Tindak pidana LH diatur dalam Pasal 97-Pasal 115


UU No. 32 Tahun 2009
Tindak pidana LH dapat dilakukan oleh
perorangan atau korporasi.
Tindak pidana LH yang dilakukan oleh, untuk
atau atas nama badan usaha, maka TP LH
dijatuhkan kepada: badan usaha, dan/atau
pemberi perintah/pemimpin kegiatan dalam TP
tersebut (Pasal 116)
Badan usaha dapat dipidana apabila diwakili oleh
pengurus yang berwenang mewakili (Pasal 118)

Lanjutan

Selain tindak pidana pokok, badan usaha dapat


dikenakan sanksi tambahan berupa: (Pasal 119)
1. perampasan keuntungan yang diperoleh dari
tindak pidana;
2. penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha
dan/atau kegiatan;
3. perbaikan akibat tindak pidana;
4. pewajiban
mengerjakan apa yang dilalaikan
tanpa hak; dan/atau
5. penempatan perusahaan di bawah pengampuan
paling lama 3 (tiga) tahun

WEWENANG PEMERINTAH & PEMDA


DALAM PPLH (p. 63)

PEMERINTAH PUSAT:
menetapkan kebijakan nasional
menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria
menetapkan
dan
melaksanakan
kebijakan
mengenai RPPLH nasional
menetapkan
dan
melaksanakan
kebijakan
mengenai KLHS
menetapkan
dan
melaksanakan
kebijakan
mengenai amdal dan UKL-UPL
menyelenggarakan inventarisasi sumber daya
alam nasional dan emisi gas rumah kaca;

Lanjutan

mengembangkan standar kerja sama


mengoordinasikan dan melaksanakan pengendalian
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai
sumber
daya
alam
hayati
dan
nonhayati,
keanekaragaman hayati, sumber daya genetik, dan
keamanan hayati produk rekayasa genetik
menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai
pengendalian
dampak
perubahan
iklim
dan
perlindungan lapisan ozon
menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai
B3, limbah, serta limbah B3
menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai
perlindungan lingkungan laut

Lanjutan

menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai


pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
lintas batas negara
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan
peraturan kepala daerah
melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
ketentuan
perizinan
lingkungan
dan
peraturan
perundangundangan
mengembangkan
dan
menerapkan
instrumen
lingkungan hidup
mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja sama dan
penyelesaian
perselisihan
antardaerah
serta
penyelesaian sengketa

Lanjutan

mengembangkan dan melaksanakan kebijakan


pengelolaan pengaduan masyarakat
menetapkan standar pelayanan minimal
menetapkan kebijakan mengenai tata cara
pengakuan keberadaan masyarakat hukum
adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat
hukum adat yang terkait dengan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup
mengelola informasi lingkungan hidup nasional
mengoordinasikan,
mengembangkan,
dan
menyosialisasikan
pemanfaatan
teknologi
ramah lingkungan hidup;

Lanjutan

memberikan
pendidikan,
pelatihan,
pembinaan, dan penghargaan
mengembangkan sarana dan standar
laboratorium lingkungan hidup
menerbitkan izin lingkungan
menetapkan wilayah ekoregion
melakukan
penegakan
hukum
lingkungan hidup.

Lanjutan

PROVINSI
menetapkan kebijakan tingkat provinsi;
menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat
provinsi
menetapkan
dan
melaksanakan
kebijakan
mengenai RPPLH provinsi
menetapkan
dan
melaksanakan
kebijakan
mengenai amdal dan UKL-UPL
menyelenggarakan inventarisasi sumber daya
alam dan emisi gas rumah kaca pada tingkat
provinsi
mengembangkan dan melaksanakan kerja sama
dan kemitraan

Lanjutan

mengoordinasikan dan melaksanakan pengendalian


pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup lintas
kabupaten/kota
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan
kepala daerah kabupaten/kota
melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundangundangan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup
mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan
hidup
mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja sama dan
penyelesaian perselisihan antarkabupaten/antarkota serta
penyelesaian sengketa

Lanjutan

melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan


kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan
melaksanakan standar pelayanan minimal
menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan
keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan
hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada
tingkat provinsi
mengelola informasi lingkungan hidup tingkat provinsi
mengembangkan dan menyosialisasikan pemanfaatan
teknologi ramah lingkungan hidup
memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan
penghargaan
menerbitkan izin lingkungan pada tingkat provinsi
melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada
tingkat provinsi

Lanjutan

KABUPATEN/KOTA
menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota
menetapkan
dan
melaksanakan
KLHS
tingkat
kabupaten/kota
menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai
RPPLH kabupaten/kota
menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai
amdal dan UKL-UPL
menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam dan
emisi gas rumah kaca pada tingkat kabupaten/kota
mengembangkan dan melaksanakan kerja sama dan
kemitraan
mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan
hidup
memfasilitasi penyelesaian sengketa

Lanjutan

melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung


jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan
lingkungan dan peraturan perundangundangan
melaksanakan standar pelayanan minimal
melaksanakan kebijakan mengenai tata cara pengakuan
keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak
masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota
mengelola informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota
mengembangkan dan melaksanakan kebijakan sistem
informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota
memberikan
pendidikan,
pelatihan,
pembinaan,
dan
penghargaan
menerbitkan izin lingkungan pada tingkat kabupaten/kota
melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada tingkat
kabupaten/kota.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai