Anda di halaman 1dari 83

Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup
PENDAHULUAN
Masalah lingkungan hidup (environmental problems) telah menjadi isu
global dalam dua dekade terakhir ini. Berbagi masalah lingkungan hidup
seperti tingginya laju perusakan hutan, meningkatnya masalah lingkungan
perkotaan, bencana klebakaran hutan, serta konflik masyarakat dengan
perusahaan tambang yang terjadi di berbagai wilayah semakin
menegaskan pentingnya pengelolaan lingkungan hidup yang efektif.
Untuk mewujudkan pengelolaan lingkungan hidup yang efektif
dibutuhkan prasyarat pokok, yaitu berfungsinya sistem politik yang
menjamin demokrasi dan rule of law. Oleh karena itu, meskipun
pengelolaan lingkungan hidup menjadi tanggung jawab public yang tidak
terlepas dari pelibatan masyarakat, namun pemerintah juga harus
mendukung terhadap aspek-aspek keberlanjutan ekosistem dengan cara
mengaitkan seluruh kebijaksanaan pembangunan dengan prinsip-prinsip
keberlanjutan ekologis.
LINGKUNGAN HIDUP
Lingkungan hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang
terdapat dalam suatu tempat atau ruang yang dapat mempengaruhi
kehidupan manusia dan makhluk hidup. Pengertian lain yang lebih luas
dapat diberikan untuk menjelaskan lingkungan hidup yaitu kesatuan
ruang dengan semua benda , daya dan keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya .
Lingkungan hidup merupakan komponen penting dari kehidupan
manusia, begitupula sebaliknya kehidupan manusia memiliki pengaruh
besar terhadap kelangsungan lingkungan hidup. Agar bias bertahan
hidup, manusia membutuhkan kegiatan makan dan minum. Dalam
memenuhi kebutuhan itu, manusia memanfaatkan bagian-bagian
lingkungan hidup seperti hewan, tumbuhan, air, udara, sinar matahari,
barang tambang, dan lain-lain.
LINGKUNGAN HIDUP DAN MANUSIA
Interaksi antara manusia dan lingkungan hidup merupakan proses saling
mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung. Proses interaksi
semacam ini disebut sebagai ekosistem, yaitu suatu interaksi timbale balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya sebagai satu kesatuan dalam
wujud yang teratur. Ekosistem tidak saja merupakan interaksi antara manusia
dengan lingkungannya, tetapi juga antara makhluk hidup satu dengan lainnya.
Interaksi antara manusia dan lingkungan hidupnya dapat dibedakan menjadi
dua, yakni interaksi harmonis dan tidak harmonis . interaksi dikatakan harmonis
apabila interaksi manusia dan lingkungan hidupnya berada dalam batas
keseimbangan dan dapat pulih seketika dalam keseimbangan. Namun, apabila
batas kemampuan salah satu subsistem sudah terlampaui, tidak seimbang, atau
tidak mampu memainkan fungsinya, maka interaksi manusia dan lingkungan
hidupnya tidak harmonis maka disebut masalah lingkungan hidup. Pola
interaksi harmonis antara manusia dengan lingkungan hidup ditelusuri dari
nilai-nilai dan pandangan hidup suatu masyarakat terhadap lingkungan hidup.
TUJUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
• Mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup sebagai
tujuan pembangunan manusia seutuhnya.
• Mengendalikan pemanfaatan sumber daya lingkungan secara bijaksana agar
seluruh sumber daya alam digunakan oleh kepentingan orang banyak
seproduktif mungkin dan menekan pemborosan seminimal mungkin.
• Mewujudkan manusia sebagai pembina lingkungan hidup
• Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan
generasi sekarang dan mendatang.
• Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 mengenai
Analisis Dampak Lingkungan diantaranya, memberikan kewajiban kepada para
pengelola dan pemilik pabrik untuk menyelenggarakan sebuah studi
kelayakan teknis dan ekonomis serta analisis dampak lingkungan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
• Melindungi negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara yang
menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Setiap kegiatan pembangunan ekonomi, selain memberikan manfaat juga
mengakibatkan perubahan terhadap kondisi lingkungan hidup dan ketersediaan
sumber daya alam.
Contoh:

Pertambangan

Pembangunan jalan layang Pasupati, Bandung


Waduk Irigasi

PENGELOLAAN LINGKUNGAN diperlukan agar: Industri

 Pembangunan dapat terlaksana dengan berkelanjutan


 Lingkungan dapat terus menyediakan sumber daya dan kondisi yang diperlukan oleh
makhluk hidup
AGENDA 21 INDONESIA

I. PELAYANAN MASYARAKAT
• Pengentasan Kemiskinan
• Perubahan Pola Konsumsi
• Dinamika Kependudukan
• Pengelolaan dan Peningkatan Kesehatan
• Pengembangan Perumahan dan Permukiman
• Sistem Perdagangan Global, Instrumen Ekonomi, dan Neraca Ekonomi dan
Lingkungan Terpadu
II. PENGELOLAAN LIMBAH
• Perlindungan Atmosfer
• Pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya
• Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya & Beracun
• Pengelolaan Limbah Radioaktif
• Pengelolaan Limbah Padat dan Cair

III. PENGELOLAAN SUMBERDAYA TANAH


• Perencanaan Sumberdaya Tanah
• Pengelolaan Hutan
• Pengelolaan Pertanian dan Pedesaan
• Pengelolaan Sumberdaya Air
IV. PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM
• Konservasi Keanekaragaman Hayati
• Pengembangan Bioteknologi
• Pengelolaan Terpadu Wilayah Pesisir dan Lautan
SDGs
• Sustainable Development Goals atau (SDGs) adalah aksi dari
sebuah rencana untuk mengakhiri kemiskinan, mengurangi
kesenjangan dan melindungi lingkungan yang disepakati
oleh pemimpin dunia termasuk Indonesia. Pada tahun 2030
diharapkan dapat mencapai 17 tujuan dan 169
target. Sustainable Development Goals merupakan program
lanjutan dari upaya dan pencapaian Millennium Development
Goals yang sudah berakhir pada akhir tahun 2015. SDGs
berbeda dengan MDGs karena dirancang dengan melibatkan
seluruh aktor pembangunan, baik itu Pemerintah, Civil
Society Organization (CSO), sektor swasta, akademisi, dan
sebagainya. Kurang lebih 8,5 juta suara warga di seluruh
dunia juga berkontribusi terhadap tujuan dan target SDGs.
Tujuan SDGs
1. Menghapus kemiskinan,
2. Mengakhiri kelaparan,
3. Kesehatan yang baik dan kesejahteraan,
4. Pendidikan bermutu,
5. Kesetaraan gender,
6. Akses air bersih dan sanitasi,
7. Energi bersih dan terjangkau,
8. Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi,
9. Infrastruktur, industry dan inovasi,
10. Mengurangi ketimpangan,
11. Kota dan komunitas yang berkelanjutan,
12. Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab,
13. Penanganan perubahan iklim,
14. Menjaga ekosistem laut,
15. Menjaga ekosistem darat,
16. Kedamaian, keadilan dan kelembagaan yang kuat,
17. Kemitraan untuk mencapai tujuan.
KEBIJAKAN LINGKUNGAN GLOBAL

• Tahun 1972 : UN Conference on the Human Environment, di Stockholm, Swedia.


• Tahun 1992 : Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (The Earth Summit) di Rio de Janeiro, Brazil.

Hasil-hasil utama :
1. “EARTH CHARTER” ; pernyataan tidak mengikat mengenai prinsip-prinsip umum guna memberi arah
kebijakan lingkungan agar negara-negara melakukan pembangunan berkelanjutan dan menghapus
kemiskinan.
2. AGENDA 21; tidak mengikat, berisi rencana kerja terperinci yang mengarahkan negara-negara di dunia
untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan dan melindungi lingkungan global selama abad ke
21.
3. Kesepakatan kehutanan; pernyataan tidak mengikat mengenai prinsip-prinsip pengelolaan dan
perlindungan hutan.
4. Konvensi perubahan iklim; menghimbau negara-negara di dunia untuk mengurangi emisi gas-gas rumah
kaca.
5. Konvensi perlindungan keanekaragaman hayati; menghimbau negara-negara di dunia untuk
mengembangkan strategi konservasi dan menggunakan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.
6. Pendirian komisi PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan, yang terdiri dari perwakilan tingkat tinggi dari
Pemerintahan dengan tugas untuk melaksanakan dan mengawasi implementasi perjanjian tersebut.
Perjalanan Kebijakan Internasioanal terkait
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. Stockholm Conference 6. Kyoto Protocol (COP


1972 3)
2. The Earth Summit 1992 7. Bali Roadmap (COP
3. Word Summit on 13)
Sustainable Development
8. Cancun Aggreement
2002
(COP 16)
4. Rio +20 (2012)
5. United Nations 9. Paris Aggreement
Framework Convention (COP21)
on Climate Change
(UNFCC)
1. Stockholm Conference (1972)
• Isu lingkungan hidup pertama kali menjadi agenda
resmi internasional
• Dikenal sebagai The United Nations Conference on
The Human Environmnet (UNCHE)
• Menghasilkan kelembagaan tingkat internasional yg
dinamakan United Nations Environment
Programme (UNEP) dan dua instrumen hukum
internasional
– 26 prinsip-prinsip lingkungan dan pembangunan
– 109 langkah atau rencana aksi (action plan)
2. The Earth Summit (1992)
• Dikenal dengan United Nations Conference on
Environment and Development (UNCED)
• Diselenggarakan tahun 1992 di Rio de Jeneiro
Brazil
• Merupakan konferensi terbesar yg pernah ada
dan menjadi tonggak sejarah bagi
pengembangan kebijakan dan hukum
lingkungan di tingkat internasional, nasional
dan lokal
Hasilnya
• The Rio Declaration on Environment and Development
• Agenda 21 (ttg rencana aksi untuk melaksanakan prinsip-
prinsip Rio)
• The Convention on Biologica Diversity
• The framework Convention on Climate Change
• The Statement of Principles for a Global Concensus on The
Management, conservationt, and sustainable
Development of all Types of Forest
– Menghasilkan 27 prinsip yg merupakan pengembangan dari
prinsip Stockholm dan mengadopsi berbagai prinsip dalam
melaksanakan pembangunan berkelanjutan
3. World Summit on Sustainable
Development (2002)
• Diselenggarakan di Johannesburg, Afrika
Selatan
• Hasil penting pada WSSD adalah Political
Declaration yg diadopsi dalam Plenary
meeting WSSD tgl 4 Desember 2002 dan
Johannesburg Plan of Implementation (JPOI)
Pertimbangan dan Pelaksanaan Program dalam Pelaksanaan Pembangunan
Berkelanjutan menurut JPOI:

• Mengurangi angka kemiskinan


• Mengubah pola konsumsi dan produksi yg tidak
berkelanjutan
• Melindungi dan mengelola sumber daya alam sebagai
basis pembangunan ekonomi dan sosial
• Pelaksanaan tata kelola pemerintahan yg baik dan efektif
• Concerted efforts di tingkat global termasuk antara
pemain-pemain utama seperti negara-negara, wilayah,
badan-badan PBB
• Kelembagaan ditingkat nasional yg kuat dan partisipatif
utk mengarusutamakan pembangunan berkelanjutan
4. Rio +20 (2012)
• Dilaksanakan di Rio de Jeneiro, Brazil
• Rio +20 menggarisbawahi perangkat (tools)
green economy utk pencapaian Sustainable
Development
• Ekonomi hijau diyakini dapat mengurangi
kemiskinan, mendorong pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan, memperkuat perlibatan
masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan,
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Prasyarat Ekonomi Hijau hasil dari Rio +20

• Konsisten dgn hukum internasional


• Menghargai kedaulatan nasional dari suatu
negara atas sumber daya alam
• Mempertimbangkan kepentingan negara
berkembang
• Mengurangi kesenjangan teknologi antara
negara maju dan berkembang
• Mempromosikan pola konsumsi dan produksi
yg berkelanjutan
5. United Nations Framework Convention on Climate Change
(UNFCCC)

• Sasaran pokok UNFCCC tidak melakukan


pengembalian keadaan seperti semula namun
menstabilkan ke tingkatan yg dapat mencegah
perilaku dan perbuatan manusia yg menimbulkan
bahaya terhadap sistem iklim
• UNFCC berlaku efektif 21 Maret 1994
• Terdapat beberapa institusi dan badan yg
bekerjasama dengan UNFCCC salahsatunya adalah
Conference of the Parties to the Convention (COP)
6. Kyoto Protocol (COP 3)
• Dilaksanakan pada 11 Desember 1977
• Konvensi kerangka kerja PBB ttg Perubahan Iklim yg
mengembangkan dasar hukum yg lebih konkret bagi negara-
negara industri maju
• Untuk mengurangi emisi GRK paling sedikit 5% dari tingkat
emisi tahun 1990 menjelang periode 2008-2012
• Negara berkembang dibebaskan dari kewajiban tersebut
• Sebagian besar GRK berasal dari negara maju/industri dan
negara berkembang mendapatkan kompensasi dan bantuan
dikarenakan negara berkembang membutuhkan energi untuk
pembangunan serta tdk memiliki dana & teknologi utk
menurunkan GRK
7. Bali Roadmap (COP 13)
• Diselenggarakan tgl 13-14 Desember 2007 di
Denpasar Bali
• Dihasilkan sejumlah keputusan yg utama
adalah Bali Roadmap
• Bali Roadmap berisi Bali Action Plan yg
memperkenalkan proses baru yg komprehensif
untuk memungkinkan implementasi 13 yg
lengkap, efektif, dan berkelanjutan dari aksi utk
jangka panjang hingga dan setelah 2012
8. Cancun Agreement (COP16)
• Diselenggarakan pada 29 November- 11 Desember 2010 di
Cancun Mexico
• Dalam perjanjian Cancun lebih ditekankan pentingnya peran
negara berkembang dalam membantu mereduksi emisi
• Upaya mitigasi di sektor kehutanan yg dilakukan negara
berkembang:
1. Mereduksi emisi dari deforestasi
2. Mereduksi emisi dari degradasi hutan
3. Konservasi cadangan Karbon hutan
4. Pengelolaan hutan berkelanjutan
5. Peningkatan cadangan Karbon hutan
7 elemen kerangka pengaman pelaksanaan aksi REDD+
di negara berkembang

1. Melengkapi atau konsisten dengan tujuan program


ketahanan nasional
2. Struktur tata kelola hutan nasional yg transparan dan
efektif
3. Menghormati pengetahuan dan hak “indigenous people”
4. Partisipasi stakeholders secara penuh dan efektif
5. Konsisten dengan konservasi hutan dan keanekaragaman
hayati
6. Mencegah resiko balik, dan
7. Adanya aksi mengurangi pengalihan emisi
8. Paris Aggreement (COP 21)
• Dilaksanakan pada 30 November- 31
Desember 2015 di Paris Prancis
• Berisi kesepakatan untuk perubahan iklim
• Negara-negara dunia berkomitmen
berkomitmen menjaga ambang batas kenaikan
suhu bumi di bawah 2 derajat celcius (2C) dan
berupaya menekan hingga 1,5 C.
Point utama Paris Agreement
1. Upaya mitigasi dgn cara mengurangi emisi Karbon dgn
cepat utk mencapai ambang batas yg disepakati yaitu
dibawah 20C – 1,50 C
2. Sistem perhitungan Karbon dan pengurangan emisi secara
transparan
3. Upaya adaptasi dgn memperkuat kemampuan negara-
negara utk mengatasi dampak perubahan iklim
4. Memperkuat upaya pemulihan akibat kerusakan yg terjadi
karena perubahan iklim
5. Bantuan, termasuk pendanaan bagi negara-negara
ekonomi hijau dan negara berkembang
Perlindungan & Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Indonesia
Kerusakan lingkungan: lahan, hutan, pesisir, kehati
Pencemaran lingkungan: air, udara, lahan, dari limbah domestik,
limbah B3.
Pengelolaan Sumber Daya Alam/Lingkungan Hidup dalam PBBL

Masukan untuk Pembangunan ekonomi:


pembangunan: sarana & prasarana
penduduk produksi
materi
energi

Dampak negatif:
Manfaat pembangunan:
 perubahan ekosistem
barang
 penurunan sumber daya
jasa
alam (biotis & abiotis)
 pencemaran lingkungan
Perubahan sikap

Perusakan Lingkungan

Penataan dan Penegakan Hukum

Gangguan terhadap
keberlanjutan Pembangunan
Pengelolaan, a.l :
ISO 14 000
EKOLABEL Langkah-langkah Penanggulangan:
Produksi Hijau
perbaikan (reklamasi & rehabilitasi)
pencegahan (AMDAL)
sistem tanggap darurat

Reklamasi bekas
tambang batubara
SERTIFIKASI EKOLABEL dan ISO-14000

SERTIFIKASI EKOLABEL

• Ekolabel = persyaratan produk bersih lingkungan. Dikenakan pada


beberapa komoditas ekspor, a.l. kayu, tekstil dan garmen.

• Merupakan upaya pasar internasional, terutama Eropa, untuk


memperketat produk yang masuk ke kawasan mereka.

• Berlaku efektif untuk produk kehutanan mulai tahun 2000; mensyaratkan


bahwa suatu produk berasal dari hutan yang dikelola secara lestari
(Indonesia adalah eksportir kayu terbesar kedua di dunia setelah
Malaysia).
SERTIFIKASI EKOLABEL dan ISO-14000

ISO-14000
ISO : International Standardization Organization
· Mengusahakan standardisasi yang sama pada tingkat internasional
(global).
· Memuat prosedur audit lingkungan untuk mengembangkan
pengelolaan lingkungan yang efisien.
· Meningkatkan kemampuan organisasi untuk mampu memperbaiki
kualitas dan kinerja lingkungan hidup dan sumberdaya alam.
· Memberikan peranan pengawasan pada konsumen.
ISO 14000
• ISO 14000 series
merupakanseperangkatstandarinternasional
bidangmanajemenlingkunganyang
dimaksudkanuntukmembantu
organisasidiseluruhduniadalammeningkatkane
fektivitaskegiatan pengelolaanlingkungannya.
PERANGKAT ISO 14000
• SistemManajemenLingkungan,
• Audit Lingkungan,
• Evaluasi KinerjaLingkungan,
• Ekolabel, dan
• KajianDaur HidupProduk
ISO 14000 SERIES
1.ISO SERI 14001 – 14009, TENTANG SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN
2.ISO SERI 14010 – 14019, TENTANG AUDIT
LINGKUNGAN
MANFAAT ISO

• Meningkatkan citra organisasi


• Meningkatkan kinerja lingkungan organisasi
• Meningkatkan penaatan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaan
lingkungan
• Mengurangi resiko usaha
• Meningkatkan efisiensi kegiatan
• Meningkatkan daya saing
• Meningkatkan komunikasi internal dan hubunganbaik dengan berbagai pihak
berkepentingan
• Memperbaiki manajemen organisasi dengan menerapkan perencanaan, pelaksanaan,
pengukuran dantindakanperbaika
PERAN KOMITE AKREDITASI DALAM
PENERAPAN IS0 14001
• MEMBERIKAN INFORMASI LS (LEMBAGA
SERTIFIKASI) YANG SUDAH DIAKREDITASI
• MENJAMIN KOMITE AKREDITASI NASIONAL BEKERJA
INDEPENDEN (TIDAK ADA IKATAN DENGAN LS)
• MENJAMIN LS MEMPUNYAI SDM YG KOMPETEN
DAN ASSESOR YG BERPENGALAMAN
• MELAKUKAN AKREDITASI DGN OBYEKTIF &
PEMANTAU LS, KALAU ADA PENYIMPANGAN AGAR
DITINDAK
ISO 14001
FASE 1. KEBIJAKAN LINGKUNGAN (4.2)
Unsur 1. Kebijakan Lingkungan (4.2)
- Pernyataan mengenai maksud dan prinsip-
prinsip dalam peningkatan kinerja lingkungan
- Kerangka kerja dan arahan untuk keseluruhan
kegiatan
- Motivator untuk melaksanakan SML
- Mencakup komitmen:
- Perbaikan berkelanjutan
- Pencegahan pencemaran
- Penaatan terhadap peraturan
Program Nasional Pengelolaan Lingkungan

• Dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup,


Kementerian Lingkungan Hidup telah meluncurkan
program yaitu program Adipura, Adiwiyata, Kalpataru,
Keanekaragaman Hayati, Menuju Indonesia Hijau,
Pantai Laut Lestari, Pengelolaan B3, Penegakan Hukum
Lingkungan, PROPER dan Perlindungan Lapisan Ozon, dll
Kalpataru

• Penghargaan Lingkungan Hidup pada tingkat


nasional yang diberikan oleh Pemerintah RI
kepada perorangan atau kelompok
masyarakat yang telah menunjukkan
kepeloporannya dalam melestarikan fungsi
lingkungan.
ADIPURA

• Program ADIPURA adalah program Kementerian


Lingkungan Hidup untuk membantu Pemerintah
Daerah, dalam hal ini Kota dan Kabupaten serta
Propinsi, meningkatkan kemampuannya dalam
pengelolaan lingkungan hidup di daerahnya
dalam rangka mencapai Tata Praja Lingkungan.
PROPER

• Program Penilaian Peringkat Kinerja


Perusahaan (PROPER) merupakan program
Kementerian Lingkungan Hidup untuk
mendorong penaatan perusahaan dalam
pengelolaan lingkungan hidup melalui
instrumen informasi.
ADIWIYATA

• Adiwiyata adalah program Kementerian Lingkungan


Hidup dalam rangka mendorong terciptanya
pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam
upaya pelestarian lingkungan hidup.
• Diberikan Kementrian LH bersama Kemendikbud
kepada sekolah penerap budaya dan pendidikan
lingkungan.
AMDAL

• Revitalisasi Sistem AMDAL (ANALISIS MENGENAI


DAMPAK LINGKUNGAN), AMDAL merupakan
instrumen pengelola lingkungan yang terdiri dari
Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-
ANDAL), Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL),
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL).
Langit Biru

Langit Biru adalah program strategis


Kementerian Lingkungan Hidup yang bertujuan
mengendalikan pencemaran emisi sumber
bergerak melalui implementasi kebijakan secara
terkoordinasi dan terpadu.
Menuju Indonesia Hijau

Merupakan program Kementerian Lingkungan


Hidup yang diharapkan dapat meningkatkan
kualitas lingkungan dan membuka peluang bagi
masyarakat untuk berperan aktif dalam
pelestarian sumber daya alam dan
pengendalian kerusakan lingkungan.
Program Pantai dan Laut Lestari

Program Pantai dan Laut Lestari merupakan


kegiatan aksi pengendalian pencemaran dan
kerusakan terhadap ekosistem pesisir dan
lautan.
PROKASIH

• Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup


No. 35 Tahun 1995 :
Program Kali Bersih disingkat dengan PROKASIH
adalah program kerja pengendalian pencemaran air
sungai dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
air sungai agar tetap berfungsi sesuai dengan
peruntukannya.
Perlindungan Lapisan OZON
• Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Konvensi
Wina, Protokol Montreal dan Amandemen London
melalui Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1993.
Selanjutnya pelaksanaan program perlindungan lapisan
ozon di Indonesia difasilitasi oleh Kementerian Negara
Lingkungan Hidup sebagai instansi yang bertanggung
jawab pada upaya pelestarian lingkungan.
UU No. 4/1982 UU No. 23/1997 UU No. 32/2009
UU LH UU PLH UU PPLH

PP No. 29/1986
AMDAL

PP 51/1993 PP 27/1999 PP.27/2012


AMDAL AMDAL Izin Lingkungan

Di dukung dengan peraturan pelaksanaan


Instrumen Pencegahan Pencemaran dan/atau
Kerusakan Lingkungan Hidup (UU 32/2009)
KLHS a h Instrumen ekonomi
LH
Tata ruang b
i PUU berbasis LH
Baku mutu LH c
Anggaran berbasis
Kriteria baku j LH
kerusakan LH d
k Analisis risiko LH
AMDAL e
l Audit LH
UKL-UPL f
Perizinan g Lingkungan m Instrumen lain
sesuai kebutuhan
Amdal bukan sebagai alat serbaguna yang dapat menyelesaikan segala persoalan lingkungan hidup. Efektivitas amdal
sangat ditentukan oleh pengembangan berbagai instrument lingkungan hidup lainnya

Sumber: Pasal 14 UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


UU RI NO 32 TAHUN 2009

TENTANG
PERLINDUNGAN
DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
• Pasal 67 UU No 32 tahun 2009 tentang PPLH :

“Setiap orang berkewajiban memelihara

kelestarian fungsi lingkungan hidup serta

mengendalikan pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup”.


Kebijakan :
Perlindungan dan Pengelolaan LH UU32/2009
 Lingkungan hidup harus dilindungi dan dikelola dengan baik
berdasarkan asas tanggung jawab, keberlanjutan, keadilan,
keserasian dan keseimbangan, keterpaduan, manfaat, kehatian-
hatian, ekoregion, pencemar membayar, partisipatif, kearifan lokal,
tata kelola pemerintahan yang baik, otonomi daerah.
 Pengelolaan LH harus memberikan kemanfaatan ekonomi, sosial,
dan budaya yang dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian,
demokrasi lingkungan, desentralisasi, serta pengakuan terhadap
kearifan lokal.
 Perlindungan dan pengelolaan LH menuntut dikembangkannya
suatu sistem yang terpadu berupa suatu kebijakan nasional
perlindungan dan pengelolaan LH yang harus dilaksanakan secara
taat asas dan konsekuen dari pusat sampai ke daerah.
RUANG LINGKUP PPLH UU 32/2009

Ruang Lingkup Perlindungan dan pengelolaan


lingkungan hidup meliputi:
1. Perencanaan
2. Pemanfaatan
3. Pengendalian
4. Pemeliharaan
5. Pengawasan, dan
6. Penegakan hukum.
(Pasal 4)
HAK MASYARAKAT

1. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik


dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia.
2. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan
lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi
dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat.
3. Setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau
keberatan terhadap rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup.
UU No.32 th 2009, pasal 65
KEWAJIBAN MASYARAKAT
• Setiap orang berkewajiban memelihara
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
pengendalian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup.

UU No.32 th 2009, pasal 67


PERAN MASYARAKAT
1. Masyarakat memiliki hak dan kesempatan
yang sama dan seluas-luasnya untuk
berperan aktif dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
2. Peran masyarakat dapat berupa:
a. Pengawasan sosial
b. Pemberian saran, pendapat, usul, keberatan,
pengaduan; dan/atau
c. Penyampaian informasi dan/atau laporan
UU No.32 th 2009, pasal 70
PERAN MASYARAKAT
3. Peran masyarakat dilakukan untuk:
a. Meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
b. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat,
dan kemitraan;
c. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan
masyarakat;
d. Menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat
untuk melakukan pengawasan sosial; dan
e. Mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan
lokal dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.
UU No.32 th 2009, pasal 70
Kearifan Lokal
Adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata
kehidupan masyarakat untuk antara lain
melindungi dan mengelola lingkungan hidup
secara lestari.

UU No.32 th 2009, pasal 1 ayat 30


Contoh Kearifan Lokal di Indonesia
• Kapamalian [Banjar-Kalimantan Barat]
Kapamalian merupakan aturan-aturan
[pantangan] dalam pengelolaan lingkungan
misalnya, larangan membuka hutan keramat.
• Ke-Kean [Sumatera Selatan]
Pengetahuan Ke-Kean adalah perhitungan waktu
yang tepat untuk menanam jenis tanaman
tertentu yang dikaitkan dengan ilmu
perbintangan.
glommymonday.blogspot.com
• Pranoto Mongso.
Di Pulau Jawa ada yang disebut pranoto mongso atau aturan
waktu musim digunakan oleh para tani pedesaan yang
didasarkan pada naluri dari leluhur dan dipakai sebagai
patokan untuk mengolah pertanian. Berkaitan dengan kearifan
tradisional maka pranoto mongso ini memberikan arahan
kepada petani untuk bercocok tanam mengikuti tanda-tanda
alam dalam mongso yang bersangkutan, tidak memanfaatkan
lahan seenaknya sendiri meskipun sarana prasarana
mendukung seperti misalnya air dan saluran irigasinya. Melalui
perhitungan pranoto mongso maka alam dapat menjaga
keseimbangannya.
STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN

• Strategi pengelolaan lingkungan yang diterapkan oleh


Pemerintah dimulai dari:
– Strategi pendekatan kapasitas daya dukung (Carrying capacity
approach)
– Pengelolaan pada limbah yang sudah terbentuk (End of pipe
treatment)
– Produksi bersih (Cleaner Production)
PRODUKSI BERSIH/
CLEANER PRODUCTION
• Menerapkan strategi preventif secara kontinu terhadap proses dan
produk untuk mengurangi terjadinya risiko pencemaran pada
manusia dan lingkungan.
• Tidak mengunakan bahan B-3
• Menghemat pemakaian bahan baku dan energi serta mereduksi
jumlah dan toksisitas emisi serta buangan (eko-efisiensi)
• Mereduksi dampak yang timbul di seluruh daur hidup produk (life
cycle of the product) mulai dari bahan baku sampai pembuangan
limbah
• Menerapkan teknologi bersih dengan mengubah sikap dan perilaku
agar sadar lingkungan
MINIMASI LIMBAH

• Adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi


toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang
berasal dari proses produksi, dengan jalan
mereduksi pada sumbernya dan manfaatkan
kembali limbah agar dapat membersihkan
keuntungan ekonomis
PENGGUNAAN KEMBALI / REUSE
• Pemanfaatan limbah dengan menggunakan kembali untuk
keperluan/ fungsi yang sama mengalami perubahan bentuk
• Contoh: Penggunaan kembali un-treated water
Pemakaian kemasan bahan kimia untuk bahan kimia sejenis

DAUR ULANG/RECYLE
• Memanfaatkan limbah dengan pengolahan fisik/ kimiawi, untuk
menghasilkan produk yang sama.
• Contoh: Daur ulang limbah plastik menjadi bijih plastik,
• Daur ulang lilin bekas menjadi lilin kualitas second
PEROLEHAN KEMBALI/RECOVERY
• Upaya pemanfaatan limbah dengan mengelola atau memperoleh salah
satu/ lebih kompenen yang terkandung di dalamnya.
• Contoh: Me-recover khrom pd limbah padat industri kulit
Me-recover timah hitam Pb limbah aki bekas

RE-THINK
• Adalah suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki pada saat awal
kegiatan akan beroprasi.
• Implikasi dari re-think adalah:
– perubahandalam pola produksi dan konsumsi, berlaku baik pada
prose maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul
analisis daur ulang produk.
– Upaya produksi bersih ini akan berhasil bila ada perubahan pola pikir,
sikap dan tingkah lak dari semua pihak terkait, baik pemerintah,
masyarakat maupun dunia usaha.
PENGURANGAN LIMBAH/REDUCTION

• Adalah teknologi yang dapat mengurangi atau


mencegah timbulnya pencemaran di awal
produksi.
• Contoh:
– mengurangi dan meminimasi penggunaan bahan
baku, air dan energi
– menghindari pemakaian bahan B-3
– mereduksi terbentuknya limbah pada sumbernya.
MENGAPA DIPERLUKAN KONSEP TEKNOLOGI
BERSIH?

• Agar proses produksi lebih efisien


• Mengurangi biaya:
– Modal dan operasi/produksi
– Pengolahan limbah
– Ijin, pemantauan dan penegakan hukum
• Mereduksi dampak lingkungan/minimasi limbah
• Mengurangi risiko serta biaya akibat tumpahan dan
kecelakaan
• Meningkatkan keuntungan akibat penjualan
• Pemanfaatan limbah/reuse, recycle, dan recovery
LANGKAH PELAKSANAAN
1. Mengkaji kondisi lingkungan
2. Perencanaan manajemen lingkungan
3. Audit terhadap suplier dan klien
4. Audit limbah dan energi
5. Mempelajari dampak bahan baku
6. Mereduksi produksi limbah dan konsumsi energi
7. Mengganti bahan baku yang menimbulkan dampak
lingkungan
8. Melakukan pelatihan/penyuluh
9. Mempublikasikan hasil yang dicapai
10.Memantau perkembangan program
KENDALA YANG ADA
• Peraturan mengenai lingkungan belum dijalankan dgn baik
• Penerapan teknologi produksi bersih belum merupakan hal
yang wajib
• Bagi produksi yang sudah jalan, mengalami kendala dalam hal
biaya kalau harus ganti dgn produksi bersih
• Perlu ada aturan dari pemerintah, bahwa sumberdaya harus
digunakan seefisien mungkin
• Masih ada persepsi bahwa teknologi bersih hanya akan
mengurangi keuntungan
• Sudah puas dengan sikap manajemen lama dan tidak setuju
bila ada perubahan
UPAYA MENGATASI KENDALA

• Perlu ditekankan bahwa produks bersih bukan hanya


tanggung jawab industri saja
• Perlu ada persamaan pengertian antara pemerintah
dan pelaku kegiatan ekonomi mengenai produksi
bersih
• Perlu ada perubahan strategi dari end of pipe
treatment menjadi cleaner production
• Target dapat dicapai dengan biaya rendah dan
dijalankan setahap demi setahap
12 KIAT PRAKTIS
DALAM MELAKSANAKAN PRODUKSI BERSIH

• Kurangi pemakaian kemasan


• Adopsi pedoman pengurangan limbah beracun di dalam RT
• Pilih bahan yg dapat dipakai kembali (botol gallon aqua)
• Rawat dan reparasi perawatan
• Pakai kembali tas, kemasan,dllnya
• Pinjam/sewa alat yang jarang digunakan
• Jual/sumbangkan barang yang habis pakai, tetapi masih
bermanfaat
• Pilih barang yang kemasannya dapat dipakai kembali
• Pilih produk dengan kemasan daur ulang
• Jadikan sampah sebagai kompos
• Sosialisasikan konsep pakai (use), pakai kembali (reuse) dan daur
ulang (recycle)
• Kreatif menggunakan kembali barang bekas
CONTOH PROSES PRODUKSI BERSIH
LAPIS LISTRIK

DALAM INDUSTRI LAPIS LISTRIK TIDAK DAPAT DIHINDARI ADANYA BUANGAN

MENGAPA BUANGAN HRS DIKURANGI DAN DIOLAH?


• Pengontrolan terhadap saluran pembuangan akhir sangat sulit
dilakukan
• Limbah dapat menyebabkan hujan asam dan penipisan lapisan
ozon
• Dari sudut ekonomi
– Mengurangi biaya pengolahan buangan
– Memperbaiki pengoperasian pabrik
– Mengurangi risiko pertanggungjwban
– Menaikkan daya saing
• Memenuhi aturan yang makin ketat
• Memberi kesan baik pada masyarakat sekitar pabrik tentang
pelestarian lingkungan.
MINIMASI LIMBAH INDUSTRI
LAPIS LISTRIK

• PENGURANGAN PADA SUMBER


• PEMANFAATAN ULANG
• PENGOLAHAN LIMBAH
• PEMBUANGAN
1.PENGURANGAN PADA SUMBER
• Pada larutan elektrolit
– Larutan elektrolit mengandung logam2 berat dengan konsentrasi tinggi,
seperti: sianida dan senyawa racun lainnya
– Larutan jarang dibuang dan dipakai kembali pada proses lain
– Kualitas larutan elektrolit:perlu penggantian unsur2 kimia dan berkurang
secara periodik
– Pembersihan pada pengotor yang masuk
• Air pembilas
– Pengaturan tangki2 pembilasan
– Pengaturan selang waktu selama setelah benda kerja dibilas
– Pengaturan volume air pembilas
– Konsentrasi larutan yang menempel pada benda kerja
– Temperatur air pembilas
– Bentuk benda kerja
– Posisi benda kerja pada rak
– Waktu penirisan antara bak pelapis dengan bak pembilas
Tujuan minimasi air pembilasan: mengurangi volume
Artinya: mengurangi jumlah limbah cair yang beracun
2. PEMANFAATAN ULANG

• Air pembilas dapat didaur ulang dengan 2 cara yaitu:


• Sistem rangkaian tertutup:
• Cara ini mengurangi penggunaan air dan vol air buangan
(Gambar 1)

• Sistem rangkaian terbuka:
• Air keluaran yang telah diolah, dikembalikan ke sistem
pembilasan kemudian ditambahkan air agar pembilasan lebih
baik (Gambar 2)

• contoh daur ulang: air pembilas pada proses pembersihan asam
dipakai kembali sebagai proses pembersihan lemak
• menghemat air + 50-67% dari pembilasan biasa (Gambar 3)
3. PENGOLAHAN LIMBAH

Limbah dari industri lapis listrik ada 2:


Limbah padat dan limbah cair

1. LIMBAH PADAT:
Limbah padat dari pengerjaan awal: gerinda, debu logam dan
debu abrasiv, baju kerja bekas dan kemasan bekas unsur kimia
• Dampak limbah padat: penyakit silikosis pada paru-paru
• Penanggulangan:
• Pekerja pakai masker penutup hidung dan kaca mata pelindung
• Pasang alat penangkap/penghisap debu (dust collector) di depan alat
pemoles dan gerinda
• Ada sirkulasi udara dan ruang kerja beratap tinggi
2. LIMBAH CAIR:

• Mengandung zat-zat kimia berbahaya seperti: Senyawa krom, nikel,


tembaga, sulfat, klorida, sianida serta zat-zat organik seperti lemak
dan minyak

1. PENGOLAHAN SENYAWA CHROM


• Pengolahan krom valensi 6
• ada 3 cara:
– Cara reduksi cr6+ menjadi cr3+ (paling banyak dipakai)
– Cara pengikatan ion cr6+ dalam resin penukar anion
– Cara pengentalan (penguapan) ion cr6+ dan cr3+
• Pengolahan krom valensi 3
– Proses pengendapan dengan kapur atau soda kostik pada cr6+
– Cara resin penukar kation (ion exchange) atau cr3+ diikat dalam resin
2. PENGOLAHAN PELAPISAN LOGAM-LOGAM BERAT
• Dengan cara pengendapan, di mana senyawa logam dirubah
menjadi hidroksida logam yang tidak mudah larut dengan cara
penambahan zat pengendap seperti: kapur atau sodium hidroksida

3. PENGOLAHAN SENYAWA TEMBAGA


• Pengendapan sebagai hidroksida atau sulfida dengan kapur dan
mengatur Ph
• Pengikatan ion Cu dgn resin penukar kation
• Dengan penguapan dan elektrolisa (utk Cu kadar tinggi)
4. PENGOLAHAN SENYAWA NIKEL
1. Pengendapan sebagai hidroksida dengan kapur atau
soda kostik atau dengan ferrosulfat
2. Cara resin penukar kation
3. Cara penguapan dan osmosis balik

5. PENGOLAHAN SENYAWA SENG


– Pengendapan hidroksida dengan kapur/soda kostik
– Cara resin penukar kation
– Cara penguapan
5. PEMBUANGAN
• Lahan bekas industri lapis listrik
mempunyai tingkat pencemaran tinggi,
tergantung pada:
1. Penggunaan unsur kimia
2. Jumlah ceceran yang jatuh

Apabila lahan akan dipergunakan untuk


keperluan lain, perlu dilakukan proses
pengolahan khusus

Anda mungkin juga menyukai