Anda di halaman 1dari 6

Definisi Manajemen Lingkungan

Untuk menjelaskan definisi manajemen lingkungan, kita lihat definisi manajemen


secara umum sebagai berikut :

Manajemen menurut pengertian Stoner & Wankel (1986) adalah proses


merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha-usaha anggota
organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan-
tujuan organisasi yang sudah ditetapkan. Sedangkan menurut Terry (1982)
manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dan banyak definisi lain, namun pada intinya manajemen adalah sekumpulan
aktifitas yang disengaja (merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan) yang
terkait dengan tujuan tertentu. Lingkungan menurut definisi umum yaitu segala
sesuatu disekitar subyek manusia yang terkait dengan aktifitasnya. Elemen
lingkungan adalah hal-hal yang terkait dengan: tanah, udara, air, sumberdaya
alam,flora, fauna, manusia, dan hubungan antar faktor-faktor tersebut. Titik sentral
isu lingkungan adalah manusia. Jadi manajemen lingkungan bisa diartikan
sekumpulan aktifitas merencanakan, mengorganisasikan, dan menggerakkan sumber
daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan kebijakan lingkungan
yang telah ditetapkan.

Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi


manajemen (termasuk perencanaan) yang menentukan dan membawa pada
implementasi kebijakan lingkungan (BBS 7750, dalam ISO 14001 oleh Sturm, 1998).
Manajemen lingkungan selama ini sebelum adanya ISO 14001 berada dalam kondisi
terpecah-pecah dan tidak memiliki standar tertentu dari satu daerah dengan daerah
lain, dan secara internasional berbeda penerapannya antara negara satu dengan
lainnya. Praktek manajemen lingkungan yang dilakukan secara sistematis, prosedural,
dan dapat diulang disebut dengan sistem manajemen lingkungan (EMS).

Menurut ISO 14001 (ISO 14001, 1996), sistem manajemen lingkungan


(EMS) adalah 'that part of the overall management system which includes
organizational structure planning, activities, responsibilities,practices, procedures,
processes, and resources for developing, implementing, achieving, reviewing, and
maintaining the environmental policy'.

Jadi disimpulkan bahwa menurut ISO 14001, EMS adalah bagian dari sistem
manajemen keseluruhan yang berfungsi menjaga dan mencapai sasaran kebijakan
lingkungan. Sehingga EMS memiliki elemen kunci yaitu pernyataan kebijakan
lingkungan dan merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan
yang lebih luas.

Cakupan manajemen lingkungan

Berdasarkan cakupannya, terdapat pendapat yang membagi manajemen lingkungan


dalam 2 macam yaitu:

lingkungan internal yaitu di dalam lingkungan pabrik / lokasi fasilitas produksi.


Yaitu yang termasuk didalamnya kondisi lingkungan kerja, dampak yang diterima
oleh karyawan dalam lingkungan kerjanya, fasilitas kesehatan, APD, asuransi
pegawai, dll.

lingkungan eksternal yaitu lingkungan di luar lokasi pabrik / fasilitas produksi.


Yaitu segala hal yangdapat menimbulkan dampak pada lingkungan disekitarnya,
termasuk masyarakat di sekitar lokasi pabrik, dan pihak yang mewakilinya
(Pemerintah, pelanggan, investor/pemilik). Aktifitas yang terkait yaitu komunikasi
dan hubungan dengan masyarakat, usaha-usaha penanganan pembuangan limbah ke
saluran umum, perhatian pada keseimbangan ekologis dan ekosistem di sekitar
pabrik, dll.

Yang dimaksud dengan lingkungan pada tulisan ini adalah yang dicakup
dalam sistem manajemen lingkungan ISO 14001, yaitu yang berkaitan dengan
lingkungan internal dan eksternal. Elemen pokok manajemen lingkungan sesuai
dengan definisi diatas terkait dengan aspek lingkungan dan dampak lingkungan.

Latar belakang

Kerusakan alam yang terus terjadi akibat dampak dari perilaku manusia dalam
kehiupan sehari-hari seperti penebangan hutan secara illegal dan besar besaran,
pembuangan limbah pakbrik secara sembarangan tanpa memerdulikan dampak
limbah tersebut terdapat pada lingkungan, menyebabkan berbagai kesenjangan social
di suatu kawasan atau Negara. Wawasan pengetahuan terhadap lingkungan
memberikan polarisasi dalam cara pandang di negara-negara maju dan di negara-
negara berkembang. Cara pandang ini menjadi berbedaan yang dipengaruhi oleh
tingkat kemajuan teknologi, kesejahteraan, keamanan, dan kepedulian masing-masing
negara tersebut.

Pada negara maju, kerusakan lingkungan dipandang sebagai ancaman


terhadap kehidupan. Sebaliknya, pada negara berkembangyang masih bergulat
dengan pemenuhan kebutuhan dasar hidup, kepedulian terhadap lingkungan masih
rendah dan mereka belum mempunyai sistem penanganan lingkungan yang memadai.
Beberapa kerusakan lingkungan mencuat ke permukaan disebabkan kelalaian
manusia, penguasaan pengetahuan tentatang lingkungan yang rendah, serta bencana
alam, dalam kaitannya dengan lingkungan, biasanya suatu negara telah mempunyai
sistem pencegahan dan penanganan kerusakan lingkungan dengan membuat aturan
hukum yang mengikat untuk proyek yang akan dilaksanakan. Beberapa kebijakan
yang telah dibuat dapat dijelaskan sebagai berikut (Kementrian Lingkungan Hidup,
2005 ):

1. Amerika Serikat memberlakukan undang-undang mengenai penyertaan laporan


Analisis Dampak Lingkungan untuk proyek-proyek besar berlaku 1 Januari 1969,
yaitu National Environtmental Policy Act ( NEPA ), yang merupakan reaksi atas
kerusakan lingkungan akibat pencemaran pestisida, limbah industri, rusaknya habitat
tumbuhan dan hewan langkah.

2. Indonesia memberlakukan undang-undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-


Ketentuan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pelaksanaannya diatur Peraturan
pemerintah No. 29 Tahun 1986 yang berlaku 5 Juni 1987.

3. Tahun 1994 diterbitkan keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup, yaitu KEP-
12/MENLH/3/1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
( UKL ) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup ( UPL ). Kemudian terbit lagi
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
dilanjutkan dengan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tetang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL ). Jenis rencana usaha dan kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan AMDAL diputuskan oleh Mntri Lingkungan Hidup pada
PP No. 17 Tahun 2001

4. Masyarakat dunia telah memikirkan secara bersamaan mengenai isu kerusakan


lingkungan hidup pada Konferensi Tingkat Tinggi ( KTT ) Manusia dan Lingkungan
di Stockholm tahun 1972. Pada tahun 1992 di Rio de Janeiro dilakukan KTT Bumi
yang berisi tentang lingkungan dan pembangunan, dimana kerusakan lingkungan
disebabkan pembangunan yang tidak berkelanjutan. Kemudian pada tahun 2002
dilakukan KTT Pembangunan Berkelanjutan [ World Summit on Sustainable
Dvelopment ( WSSD ) ] di Johannesburg yang menghasilkan Agenda 21, yang
kemudian menghasilkan kesepakatan rencana tindak kegiatan yang disepakati dunia
untuk memecahkan masalah lingkungan dan pembanguna dengan fokusnya yaitu air,
energi, kesehatan, pertanian, dan keanekaragaman hayati harus peduli terhadap
lingkungannya.

. Rencana Kerja Pemerintah Indonesia Mengenai Manajemen Lingkungan


Indonesia yang mempunyai potensi SDA yang besar sebagai penghasil
devisa negara, mempunyai banyak masalah dalam hal lingkungan hidup sebagai
akibat dari eksplorasi SDA yang tidak terencana dengan baik. Dikaitkan dengan
KTT Pembangunan Berkelanjutan 2002, sangat relevan bila Indonesia harus memiliki
agenda pembangunan khususnya SDA dan Lingkungan Hidup. Hal ini telah
tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah ( RKP 2005 ), yang isinya sebagai
berikut :

1) Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam


Sasaran yang hendak dicapai adalah terlindungnya kawasan konversi dan
kawasan lindung dari kerusakan akibat pemanfaatan yang tidak terkendali dan
eksploatif. Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan, antara lain : pengkajian kembali
kebijakan konversi dan perlindungan SDA, pengembangan insentif, pemanfaatan jasa
lingkungan, penanggulangan konversi lahan pertanian produktif, pengakuan hak adat
dan ulayat serta pengenmbangan masyarakat setempat, pengembangan kemitraan,
penegakan hukum, pengembangan kawasan konversi laut, dan suaka perikanan.

2) Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam


Sasaran yang akan dicapai adalah berkurangnya laju kerusakan SDA dan
pemulihan kondisi sumber daya hutan, lahan, laut dan pesisir, perairan tawar serta
sumber daya mineral agar optimal dalam fungsinya sebagai faktor produksi maupun
penyeimbang lingkungan. Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan antara lain
evaluasi dan perencanaan DAS, reboisasi dan penghijauan , pembanguna hutan tanam
industri, rehabilitasiekosistem, restocking sumber daya perikanan, rehabilitasi areal
bekas tambang terbuka.

3) Program Pengembangan Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup


Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatkan pengelolaan SDA dan
lingkungan hidup melalui tata kelola yang baik berdasarkan prinsip transparansi,
partisipasi, dan akuntabilitas. Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan, antara lain s:
Pengembangan kapasitas institusi dan aparatur, penguatan kapasitas kelembagaan
pusat dan aerah, pengembangan tata nilai sosial berwawasan lingkungan, penetapan
standar pelayanan minimal bidang lingkungan, pengembangan produksi bersih
lingkungan dan pelaksanaan perjanjian internasional yang telah disepakati.

4) Program Pengendalian Pencemaran Lingkungan


Sasaran yang akan dicapai adalah menurunkan tingkat pencemaran lingkungan
dan menuju terciptanya lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Kegiatan pokok
yang akan dilaksanakan, antara lain : Penyusunan kebijakan di bidang pengendalian
lingkungan, penetapan indeks baku mutu lingkungan dan limbah, pengendalian
pencemaran lingkungan, pengembangan teknologi berwawasan lingkungan dan
pengembangan sistem penilain kinerja lingkungan.

5) Program Peningkatan Kualitas, Akses Informasi SDA dan Lingkunganara,


dan mudah
Sasaran yang akan dicapai adalah tersedianya data dan informasi yan lengkap,
akudiakses oleh pelaku kepentingan dan masyarakat luas. Kegiatan pokok yang akan
dilaksanakan, antara lain :Penysusnan data dasar potensi dan daya dukung kawasan
ekosistem, penyusunan statistik bidang lingkungan hidup baik tingkat nasional
maupun daerah, pengembangan sistem jaringan laboratorium nasional bidang
lingkungan, pengembangan SDA, penerapan PDB Hijau.

Dari beberapa kebijakan tersebut, dapat dipastikan bahwa isu lingkungan


menjadi menarik perhatian seluruh dunia karena timbulnya dampak akibat kegiatan
yang dilakukan manusia yang biasanya dalam bentuk tak terorganisasi, seperti
proyek-proyek kecil dan besar dengan tingkat kerusakan cukup besar.

Dalam perkembangan selanjutnya dilakukan usaha-usaha mengelola dan


menata lingkungan akibat dari dampak kegiatan berupa proyek pembangunan.
Gerakan manajemen lingkungan dan penetapan standarnya dimulai pada awal tahun
1990 dengan kerja sama Internasional Standar Organizatio ( ISO ) sera badan standar
dari beberapa negara dengan membentuk Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001
pada tahun 1996. Sistem ini bertujuan memberi cara kepada pelanggan/perusahaan
dalam penerapan dan penyempurnaan sistem manajemen lingkungan sera membantu
meningkatkan sistem manajemen lingkungan dalam memenuhi kinerjanya. Struktur
isinya berupa tindakan perencanaan, pelaksanaan, pemeriksaan dan tindakan koreksi
serta standar panduan terpisah. Dari berbagai permasalahan dan kebijakan kebijakan
tersebutlah yang melatar belakangi dilakukannya manajemen lingkungan.

Sumber

http://gulo-loving.blogspot.co.id/2011/08/makalah-iso-14000.html

Hasibuan, Malayu, “Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah” PT Bumi Aksara:


Jakarta, 2005.

Siswanto, HB.Dr.”Pengantar manajemen”¸ Jakarta:Bumi Aksara 2007.

Silalahi,”Pengantar manajemen” teori dan praktek”,Jakarta : Rineka Cipta, 1996.

Anda mungkin juga menyukai