Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN DI LAHAN UTARA GEDUNG

PASCASARJANA IAIN TULUNGAGUNG DENGAN METODE KUADRAT


PETAK TUNGGAL

LAPORAN PRAKTIKUM
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktikum Mata Kuliah “Analisis Vegetasi”
Yang Diampu Oleh Ainun Nikmati Laily, S.Pd., M.Si.

Oleh:
Kelompok 2

Mambaul Rohmah (17208153007)


Rani Puji Astutik (17208153009)
Bambang Budi Y. (17208153012)
Alfrida Putri W. (17208153018)
Ulfi Septiani (17208153036)

TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
MARET 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik, serta hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum yang berjudul “Analisis Vegetasi Tumbuhan Di Lahan Utara
Gedung PASCASARJANA IAIN Tulungagung Dengan Metode Kuadrat
Petak Tunggal”, sehingga laporan ini dapat tersusun dengan baik.
Shalawat serta salam senantiasa kami panjatkan kepada Rasulullah SAW
serta keluarga, sahabat, para tabi’in dan para umatnya hingga akhir zaman.
Dalam penulisan makalah ini kami ucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu, khususnya kepada :
1. Dr.Mafthukin, M.Ag selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan
fasilitas sebaik-baiknya bagi kami.
2. Ainun Nikmati Laily, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Mata Kuliah “Analisis
Vegetasi”.
3. Orang tua yang telah memberikan do’a dan dorongan kepada kami serta
pengertian yang besar kepada kami dalam melaksanakan tugas makalah ini.
4. Serta teman-teman dan semua pihak yang telah membantu terselesainya
laporan ini dan memberi semangat kepada kami.
Namun, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, kita sebagai makhluk-Nya
pastilah tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang dapat membangun bagi kami. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi
kami dan dapat dijadikan sebagai objek referensi.

Tulungagung, 28 Maret 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover...................................................................................................................... i
Kata Pengantar....................................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4
A. Struktur vegetasi..........................................................................................4
B. Analisis vegetasi..........................................................................................4
C. Metode kuadrat............................................................................................5
D. System analisis metode kuadrat...................................................................8
BAB III METODOLOGI......................................................................................11
A. Waktu dan tempat.........................................................................................11
B. Alat dan bahan.............................................................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................13
A. Hasil pengamatan.........................................................................................13
B. Analisa data..................................................................................................13
C. Pembahasan..................................................................................................17
BAB V PENUTUP................................................................................................21
A. Kesimpulan...................................................................................................21
B. Saran.............................................................................................................21
DAFTAR PUSAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam
mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik
diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan
organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh
serta dinamis. Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap
tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan
berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor
lingkungannya.1
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.Untuk suatu
kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan
sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk
mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu
diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan
teknik analisa vegetasi yang digunakan.
Cara peletakan petak contoh ada dua, yaitu cara acak (random sampling)
dan cara sistematik (systematic sampling), random sampinghanya mungkin
digunakan jika vegetasi homogen, misalnya hutantanaman atau padang rumput
(artinya, kita bebas menempatkan petak contoh dimana saja, karena peluang
menemukan jenis bebeda tiap petak contoh relatif kecil). Sedangkan untuk
penelitian dianjurkan untuk menggunakan sistematik sampling, karena lebih
mudah dalam pelaksanaannya dan data yang dihasilkan dapat bersifat
representative. Bahkan dalam keadaan tertentu, dapat digunakan purposive
sampling.

1
https://www.academia.edu/34840668/ANALISIS_VEGETASI_DENGAN_METODE_KUADRAT
_Analysis_of_Vegetation_By_Quadratic_Method diakses pada 27 maret 2018 pukul 19:30 WIB

1
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar
individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas,tetapi harus
cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa
duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada
komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukanluas petak contoh yang kita
anggap dapat mewakili komunitas tersebut,maka dapat menggunakan teknik
Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat
ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang
akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan
tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur.
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk
populasinya, dimana sifat- sifatnya bila di analisa akanmenolong dalam
menentukan struktur komunitas. Sifat-sifat individu ini dapat dibagi atas dua
kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Adapun analisa kuantitatif meliputi distribusi
tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), dan dominansi atau penutupan
tajuk.2

2
https://id.scribd.com/doc/141073071/Analisa-Vegetasi-Metode-Kuadrat diakses pada 27
maret 2018 pukul 19:33 WIB

2
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana kerapatan, dominansi, dan indeks nilai penting (INP) dari
vegetasi yang ada di lahan utara gedung PASCASARJANA IAIN
Tulungagung?

C. Tujuan penelitian
Dari rumusan masalah diatas dapat diambil tujuan penelitian sebagai
berikut:
1. Mengetahui kerapatan, dominansi, dan indeks nilai penting (INP) dari
vegetasi yang ada di lahan utara gedung PASCASARJANA IAIN
Tulungagung.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Struktur Vegetasi
Vegetasi didefinisikan sebagai kumpulan tumbuh-tumbuhan terdiri dari
beberapa jenis, seperti herba, pohon dan perdu yang hidup bersama-sama pada
suatu tempat dan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain sehingga
membentuk suatu ekosistem (Irfan dalam Agustina, 2008). Komposisi
ekosistem tumbuhan dapat diartikan sebagai variasi jenis flora yang menyusun
suatu komunitas. Komposisi jenis tumbuhan merupakan data floristik dari
jenis tumbuhan yang ada dalam suatu komunitas. Jenis tumbuhan yang ada
dapat diketahui dari pengumpulan atau koleksi secara periodik dan identifikasi
di lapangan. Berdasarkan komposisi flora, dapat diketahui jenis tumbuhan dari
suatu ekosistem, seperti ekosistem hutan. Komposisi atau susunan pokok
hutan terdiri atas pohon, dari berbagai jenis, bentuk, keliling batang, dan
tinggi pohon.
Menurut Indriyanto struktur vegetasi hutan merupakan hasil penataan
ruang oleh komponen penyusun tegakan dan bentuk hidup, stratifikasi dan
penutupan vegetasi yang digambarkan melalui keadaan diameter, tinggi,
penyebaran dalam ruang keanekaragaman tajuk serta kesinambungan jenis.
Secara garis besar struktur vegetasi dibatasi oleh tiga komponen, yaitu
(Keershaw, dalam Fachrul, 2007):
1. Stratifikasi, yang merupakan diagram profil menggambarkan lapisan
(strata) pohon (tree), tiang (pole), pancang (sapling), semai (seedling),
perdudan herba sebagai penyusun vegetasi.
2. Penyebaran horizontal dari jenis penyusun vegetasi tersebut,
menggambarkan letak dan kedudukan dari satu anggota terhadap anggota
yang lain.
3. Kelimpahan atau banyaknya individu dari jenis penyusun tersebut.

B. Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari
komposisi jenis dan struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi

4
yang dipelajari berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkrit
dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat.Tujuan yang
ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk mengetahui komposisi
spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari (Indriyanto,
2006).
Hasil analisis komunitas tumbuhan disajikan secara deskripsi mengenai
komposisi spesies dan struktur komunitasnya.Struktur suatu komunitas tidak
hanya dipengaruhi oleh hubungan antarspesies, tetapi juga oleh jumlah
individu dari setiap spesies organisme. Hal ini menyebabkan kelimpahan
relatif suatu spesies dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas, distribusi
individu antarspesies dalam komunitas, bahkan dapat memberikan pengaruh
pada keseimbangan sistem dan akhirnya akan berpengaruh pada stabilitas
komunitas. (Leksono, 2007).
Menurut Soegianto struktur vegetasi memiliki sifat kualitatif dan
kuantitatif. Dengan demikian, dalam deskripsi struktur vegetasi dapat
dilakukan secara kualitatif dengan parameter kualitatif atau secara kuantitatif
dengan parameter kuantitatif. Hal utama dalam analisis vegetasi adalah cara
mendapatkan data, terutama data kuantitatif dari semua spesies tumbuhan
penyusun vegetasi, parameter kuantitatif dan kualitatif apa saja yang
diperlukan, penyajian data, dan interpretasi data, agar dapat mengemukakan
komposisi floristik serta sifat-sifat komunitas tumbuhan secara utuh dan
menyeluruh.3
Dalam analisis vegetasi kuantitatif diperlukan suatu perkiraan atau
estimasi. Hal tersebut dapat dibuat dengan observasi spesies tumbuhan pada
tempat berbeda dalam habitat. Beberapa metode yang sering digunakan adalah
metode kuadrat, metode lop, metode titik, dan metode transek. Dengan
informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas
tumbuhan, komunitas vegetasi dikelompokkan menjadi vegetasi iklim dan
vegetasi tanah yang berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik (Anonim, 2009).

C. Metode Kuadrat

3
http://etheses.uin-malang.ac.id/1022/5/07620085%20Bab%202.pdf. Online. Diakses
pada tanggal 28 maret 2018 pukul 19:46 WIB

5
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan
suatu luasan petak contoh. Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah
suatu ukuran luas yang diukur dengan satuan kuadrat seperti m², cm² dan lain-
lain. Bentuk petak contoh pada metode kuadrat pada dasarnya ada tiga macam
yaitu bentuk lingkaran, bentuk bujur sangkar dan bentuk empat persegi
panjang. Dari ketiga bentuk petak contoh ini masing-masing bentuk memiliki
kelebihan dan kekurangannya (Kusmana, C, 1997).
Bentuk lingkaran akan lebih menguntungkan jika dapat dipakai untuk
analisis vegetasi herba yang bergerombol, karena ukuran dapat cepat diperluas
dan teliti dengan menggunakan seutas tali yang dikaitkan pada titik pusat
lingkaran. Untuk vegetasi herba rendah bentuk empat persegi panjang akan
lebih efisien dibandingkan dengan bentuk bujur sangkar pada ukuran yang
sama. Hal ini disebabkan karena kelompok tumbuhan cenderung akan tumbuh
membentuk lingkaran, sehingga bentuk petak contoh berbentuk empat persegi
panjang akan lebih banyak kemungkinannya untuk memotong kelompok
tumbuhan dibandingkan dengan bentuk bujur sangkar pada luasan yang sama,
dengan demikian jumlah jenis yang teramati akan lebih banyak (Kusmana, C,
1997).4
Namun demikian, bentuk petak contoh empat persegi panjang
mempunyai kekurangan terhadap bentuk bujur sangkar, karena perbandingan
panjang tepi terhadap luasnya lebih besar daripada perbandingan panjang tepi
bujur sangkar terhadap luasnya. Kesalahan tersebut terus meningkat apabila
perbandingan panjang tepi terhadap luasnya semakin meningkat.
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
a) Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.
b) Count atau list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung
jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di
dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang
diselidiki.
c) Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi
persentase tanah yang tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk
memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap

4
https://www.academia.edu/18033597/Laporan_KKL_kuadrat_kel_18. Online. Diakses
pada tanggal 28 maret 2018 pukul 19:46 WIB

6
spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal dari
vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis tanaman.
d) Chart quadrat: Penggambaran letak atau bentuk tumbuhan disebut
Pantograf. Metode ini terutama berguna dalam mereproduksi secara tepat
tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiap-tiap spesies yang vegetasinya
tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan planimeter.
Pantograf dilengkapi dengan lengan pantograf. Planimeter merupakan alat
yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis mencatat ukuran suatu
luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya (Weaver dan Clements,
1938).
Dengan metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi
empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa
bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas
minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan
perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi
(Syafei, 1990).
Salah satu metode yang paling umum digunakan adalah metode petak.
Metode ini dapat menggunakan metode petak tunggal atau petak ganda.
Metode petak tunggal, hanya dibuat satu petak contoh dengan ukuran tertentu
yang mewakili suatu tegakan hutan atau suatu komunitas tumbuhan. Ukuran
minimum petak contoh itu, ditetapkan menggunakan kurva spesies area.
Menurut Soegianto luas minimum petak contoh itu ditetapkan dengan dasar
bahwa penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah spesies
lebih dari 5%.5
Ukuran tiap petak contoh disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan
bentuk tumbuhannya. Menurut Kusmana ukuran petak contoh untuk pohon
dewasa adalah 20m x 20m, fase tiang 10m x 10m, fase pancang adalah 5m x
5m, dan untuk fase semai, liana, serta semua jenis tumbuhan bawah
menggunakan petak contoh berukuran 1m x 1m atau 2m x 2m.
Luas area tempat pengambilan contoh komunitas tumbuhan atau vegetasi
sangat bervariasi, tergantung pada bentuk atau struktur vegetasi tersebut. Yang
perlu diperhatikan dalam menentukan luas minimum yang dipakai adalah

5
http://digilib.unila.ac.id/12365/18/TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf. Online. diakses pada 15
maret 2018 pukul 12:38

7
seluas apaun percontohan diambil harus dapat menggambarkan bentuk
vegetasi secara keseluruhan. Percontohan yang diambil dianggap memadai
apabila seluruh atau sebagian besar jenis tumbuhan pembentuk vegetasi itu
berada dalam vegetasi akan didapatkan suatu luas terkecil yang dapat
mewakili vegetasi, kecuali untuk hutan tropika yang sangat sulit ditentukan
luas terkecilnya. Luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas
tumbuhan atau komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan disebut
luas minimum.
Dari luas minimum, kita dapat menentukan berapa ukuran transek yang
digunakan. Ukuran luas minimum yang biasa digunakan ialah 25 cm x 25 cm,
25 cm x 50 cm, 50 cm x 50 cm, 50 cm x 100 cm, dan 100 cm x 100 cm. Dari
masing-masing ukuran yang dibuat, dicatat semua jenis tumbuhan yang
ditemukan. Kemudian dimasukkan ke dalam tabel. Untuk mendapatkan luas
minimum, disusun sebuah grafik dari data yang diperoleh. Perlu dipahami
bahwa luas minimum berada saat garis mulai mendatar, atau kalau ada
penambahan jumlah jenis tidak melebihi 10%.6

D. Sistem Analisis Dengan Metode Kuadrat


Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari
susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Analisis
komunitas dilakukan untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur
komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari (Indriyanto, 2005). Dengan
demikian, dalam deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat dilakukan
secara kualitatif dengan parameter kualitatif atau secara kuantitatif dengan
parameter kuantitatif. Pada metode kuadrat biasanya menggunakan parameter
kuantitatif yaitu kerapatan, frekuensi, dominansi, dan indeks nilai penting.7
Kerapatan ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis
tumbuhan di dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan
penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Dalam praktikum
ini, khusus untuk variabel kerapatan dan kerimbunan, cara perhitungan yang
6
http://faisolhezim1994.blogspot.co.id/2013/11/praktikum-analisis-vegetasi-metode.html.
Online. Diakses pada tanggal 28 maret 2018
7
http://digilib.unila.ac.id/12365/18/TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf. Online. diakses pada
15 maret 2018 pukul 12:38

8
dipakai dalam metode kuadrat adalah berdasarkan kelas kerapatan dan kelas
kerimbunan yang ditulis oleh Braun Blanquet (1964). Sedangkan frekuensi
ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam
sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang
dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Surasana, 1990).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam
suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total
individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara
numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies
dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman
spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael,
1994).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan
nilai relative dari sejumlah variabel yangb telah diukur (kerapatan relative,
kerimbunan relative, dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus
maka akan diperoleh:
Nilai Penting = KR + DR + FR
Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu
variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu
untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis
tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar
sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai
penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi
tersebut.8

8
https://www.scribd.com/document/348191944/Analisis-Vegetasi-Metode-Kuadrat.
Online. Diakses pada tanggal 28 maret 2018

9
BAB III
METODOLOGI

A. Waktu Dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan di lahan utara Gedung PASCASARJANA IAIN
TULUNGAGUNG pada hari Senin, tanggal 19 Maret 2018.

B. Bahan Dan Alat


1. Alat
- Tali rafia
- Paku/Patok
- Gunting
- Kantong Plastik
- Alat tulis menulis
- Kertas label
- Kamera
2. Bahan
- Vegetasi tumbuhan di area penelitian

3. Cara Kerja
Cara kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menentukan blok pengamatan berdasarkan survei pendahuluan, kemudian
ditentukan blok pengamatan yang mewakili komunitas tumbuhan atau
seluruh vegetasi di wilayah tersebut.
b. Menentukan petak ukur. Petak ukur ditentukan dengan cara melihat bentuk
hidup tumbuhan. Bentuk hidup tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi
lima, yaitu:
1) Pohon adalah kelompok tumbuhan berkayu, berukuran besar dengan
tinggi tumbuhan lebih dari 5 m.
2) Perdu dan semak adalah tumbuhan berkayu, berukuran kecil dengan
tinggi tumbuhan kurang dari 5 m.
3) Herba adalah tumbuhan berkayu yang berdaur hidup pendek.
4) Liana adalah tumbuhan berkayu yang tumbuhnya merambat atau
menjalar.
5) Epifit adalah tumbuhan berkayu yang hidupnya menempel atau melekat
pada tumbuhan.
c. Membuat satu petak dengan menetukan kurva spesies area dengan cara
sebagai berikut:
1) Menyebarkan kuadrat/membuat petak tunggal berukuran 1 x 1m.
2) Melakukan analisis vegetasi dengan cara menghitung jumlah jenis
tumbuhan yang ada dalam petak 1 x 1 m tersebut.

10
3) Memperbesar petak 1 x 1 m tersebut dua kali lipat sehingga menjadi 2 x
1 m, kemudian menghitung jumlah jenis tumbuhan yang ada didalam
petak tersebut.
4) Memperbesar lagi petak petak terakhir dua kali lipat dan melakukan
perhitungan jumlah jenis tumbuhan.
5) Demikian seterusnya sampai tidak terjadi lagi penambahan jumlah jenis
atau penambahan kurang dari 10%.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamataan
Tabel 1. Hasil pengamatann
Jumlah Spesis Tanaman Pada Petak
No Nama Spesies Total
I II III
1 A 5 0 4 9
2 Panicum maximum 3 2 4 9
3 Brachiaria mutica 8 12 23 43
4 D 5 0 7 12
5 E 3 6 11 20
6 F 10 5 28 43
Ageratum
7 6 7 5 18
conyzoides
Axopiapus
8 30 35 76 141
compressus
9 Kyllinga nemoralis 7 0 1 8
10 J 4 0 3 7
11 K 3 4 10 17
12 Ichthyothere elliptca 4 0 0 4
13 Gulma B. Alata 11 2 1 14
14 Phillanthus urinaria 0 1 0 1
15 Hedyotis corymbosa 0 5 0 5
16 P 0 0 3 3
Jumlah 99 79 176 354

B. Analisis Data
1. Kerapatan
Tabel 2. Kerapatan Jenis
Kerapatan Jenis
No Nama Spesies
(KJ)
1 A 2,25
2 Panicum maximum 2,25
3 Brachiaria mutica 10,75
4 D 3
5 E 5
6 F 10,75
Ageratum
7 4,5
conyzoides
Axopiapus
8 35,25
compressus
9 Kyllinga nemoralis 2

12
10 J 1,75
11 K 4,25
12 Ichthyothere elliptca 1
13 Gulma B. Alata 3,5
14 Phillanthus urinaria 0,25
15 Hedyotis corymbosa 1,25
16 P 0,75
Jumlah 88,5

Tabel 3. Kerapatan Relatif

No Nama Spesies KR(%)


1 A 2,54
2 Panicum maximum 2,54
3 Brachiaria mutica 12,15
4 D 3,39
5 E 5,65
6 F 12,15
7 Ageratum conyzoides 5,08
Axopiapus
8 39,83
compressus
9 Kyllinga nemoralis 2,26
10 J 1,98
11 K 4,80
12 Ichthyothere elliptca 1,13
13 Gulma B. Alata 3,95
14 Phillanthus urinaria 0,28
15 Hedyotis corymbosa 1,41
16 P 0,85
Jumlah 100

Dari hasil kedua tabel kerapatan diatas menunjukkan bahwa tumbuhan


yang mendominasi adalah rumput karpet (Axopiapus compressus). Sedangkan
tumbuhan yang tidak mendominasi adalah Ichthyothere elliptca, Meniran
(Phillanthus urinaria), rumput mutiara (Hedyotis corymbosa) serta tumbuhan
spesies J, dan tumbuhan spesies P yang jenisnya belum diketahui.
2. Dominansi
Tabel 4. Dominansi Jenis

No Nama Spesies Dominansi Jenis

13
1 A 0,03
2 Panicum maximum 0,03
3 Brachiaria mutica 0,12
4 D 0,03
5 E 0,06
6 F 0,12
Ageratum
7 0,05
conyzoides
Axopiapus
8 0,40
compressus
9 Kyllinga nemoralis 0,02
10 J 0,02
11 K 0,05
12 Ichthyothere elliptca 0,01
13 Gulma B. Alata 0,04
14 Phillanthus urinaria 0,00
15 Hedyotis corymbosa 0,01
16 P 0,01
Jumlah 1,00

Tabel 5. Dominansi Relatif

No Nama Spesies DR(%)


1 A 2,54
2 Panicum maximum 2,54
3 Brachiaria mutica 12,15
4 D 3,39
5 E 5,65
6 F 12,15
7 Ageratum conyzoides 5,08
Axopiapus
8 39,83
compressus
9 Kyllinga nemoralis 2,26
10 J 1,98
11 K 4,80
12 Ichthyothere elliptca 1,13
13 Gulma B. Alata 3,95
14 Phillanthus urinaria 0,28
15 Hedyotis corymbosa 1,41
16 P 0,85
Jumlah 100

14
Dari hasil kedua tabel dominansi diatas menunjukkan bahwa tumbuhan
yang mendominasi adalah rumput karpet (Axopiapus compressus). Sedangkan
tumbuhan yang tidak mendominasi adalah Ichthyothere elliptca, Meniran
(Phillanthus urinaria), rumput mutiara (Hedyotis corymbosa) serta tumbuhan
spesies J, dan tumbuhan spesies P yang jenisnya belum diketahui.

Tabel 6. Indeks Nilai Penting (INP)

Dari hasil tabel Indeks Nilai Penting (INP) yang diperoleh dari
penambahan kerapatan relatif (KR) dan dominansi relatif (DR) diatas
menunjukkan bahwa tumbuhan yang mendominasi adalah rumput karpet
(Axopiapus compressus). Sedangkan tumbuhan yang tidak mendominasi adalah
Ichthyothere elliptca, Meniran (Phillanthus urinaria), rumput mutiara
(Hedyotis corymbosa) serta tumbuhan spesies J, dan tumbuhan spesies P yang
jenisnya belum diketahui.

C. Pembahasan
Penelitian yang dilakukan di lahan utara gedung PASCASARJANA IAIN
Tulungagung pada hari Senin, tanggal 19 Maret 2018 menunjukkan bahwa

15
bentuk hidup komunitas tumbuhan yang ada di lahan tersebut adalah vegetasi
herba. Herba adalah tumbuhan berkayu yang berdaur hidup pendek. Vegetasi
herba merupakan salah satu vegetasi tumbuhan penyusun hutan yang
ukurannya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan semak ataupun pohon.
Kehadiran vegetasi herba sangat bermanfaat bagi ekosistem hutan. Serasah
daun yang jatuh dapat didekomposisikan menjadi unsur hara yang dapat
dimanfaatkan kembali untuk tanaman. Herba juga dimanfaatkan sebagai
sumber pakan satwa.9
Analisis Vegetasi tumbuhan dengan metode kuadrat merupakan suatu
cara yang digunakan untuk mempelajari susunan komposisi jenis dan bentuk
sekelompok tumbuhan yang menempati daerah tertentu dengan menggunakan
plot atau petak-petak. Adapun yang diamati pada penelitian ini adalah
kerapatan yang merupakan jumlah spesies atau tanaman per satuan meter
persegi, dominansi adalah jumlah spesies tumbuhan yang paling banyak pada
suatu petak, dan indeks nilai penting (INP). Adapun tanaman yang dijumpai
pada masing-masing petak ada 16 spesies mulai dari tumbuhan Panicum
maximum, Brachiaria mutica, Ageratum conyzoides, Axopiapus compressus,
Kyllinga nemoralis, Ichthyothere elliptca, Gulma B. alata, Phillanthus
urinaria, Hedyotis corymbosa dan tumbuhan yang tidak diketahui namanya
sehingga diberi nama dengan spesies A, spesies D, spesies E, spesies F, spesies
J, spesies K dan Spesies P.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan yang disajikan pada tabel
1 menunjukkan bahwa pada petak/plot pertama dengan luas petak 1 m 2 yang
mendominasi adalah spesies rumput karpet (Axopiapus compressus) yang
berjumlah 30 dari jumlah keseluruhan untuk plot pertama yaitu 99 spesies.
Sedangkan untuk petak kedua dengan luas petak 2 m2 yang paling
mendominasi adalah spesies rumput karpet (Axopiapus compressus) yang
berjumlah 35 dari jumlah keseluruhan untuk petak kedua yaitu 79 spesies.
Kemudian untuk petak ketiga dengan luas petak 4 m2 yang paling mendominasi

9
Ana Susanti, Analisis Vegetasi Herba Di Kawasan Daerah Aliran Sungai Krueng Jreue
Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar Sebagai Referensi Matakuliah Ekologi Tumbuhan,
Online, https://repository.ar-raniry.ac.id/62/1/Asna%20Susanti.pdf diakses pada tanggal 28 maret
2018

16
adalah spesies rumput karpet (Axopiapus compressus) yang berjumlah 76 dari
jumlah keseluruhan untuk petak ketiga yaitu 176 spesies.
Parameter pertama yang diteliti dalam penelitian ini adalah kerapatan.
Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan jumlah atau
banyaknya suatu jenis per satuan luas. Semakin besar kerapatan suatu jenis,
maka semakin banyak individu jenis tersebut per satuan luas. Pernyataan
tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang disajikan dalam tabel 3, yaitu
jumlah spesies rumput Karpet (Axopiapus compressus) 141 individu dari total
ketiga petak dengan kerapatan relatif tertinggi yaitu 39,83 %. Kemudian diikuti
oleh spesies rumput Malela (Brachiaria mutica) dan spesies F yang belum
diketahui jenisnya dengan total individu sebanyak 14 dan kerapatan relatif
12,15%.
Parameter kedua yang diteliti dalam penelitian ini adalah dominansi.
Besaran dominansi suatu jenis tumbuhan diturunkan dari data penutupan tajuk
tumbuhan dalam seluruh areal contoh. Pengukuran dilakukan melalui luas
bidang dasar batang ataupun penutupan tajuk. Dalam penelitian ini dominansi
dihitung berdasarkan luas bidang dasar batang tumbuhan. Menurut
Soerianegara dan Indrawan dominansi suatu jenis merupakan nilai yang
menunjukkan penguasaan suatu jenis terhadap komunitas.10 Pada tabel 5 jenis
tumbuhan pada tingkat semai yang memiliki dominansi relatif tertinggi adalah
spesies rumput Karpet (Axopiapus compressus) yaitu 39,83 %. Kemudian
diikuti oleh spesies rumput Malela (Brachiaria mutica) dan spesies F yang
belum diketahui jenisnya dengan dominansi relatif 12,15%. Ketiga kelompok
tumbuhan tersebut merupakan ciri atau khas tumbuhan yang ada di lahan
tersebut.
Jadi berdasarkan hasil tabel kerapatan dan dominansi diatas
menunjukkan bahwa tumbuhan yang mendominasi adalah rumput karpet
(Axopiapus compressus). Sedangkan tumbuhan yang tidak mendominasi adalah
Ichthyothere elliptca, Meniran (Phillanthus urinaria), rumput mutiara
(Hedyotis corymbosa) serta tumbuhan spesies J, dan tumbuhan spesies P yang
jenisnya belum diketahui

10
Inggit Winarni, dkk, 2009, Laporan Penelitian Bidang Keilmuan Bahan Ajar, Online,
http://repository.ut.ac.id/1879/1/81659.pdf 81659, diakses pada 28 maret 2018 pukul 19:50 WIB

17
Sedangkan parameter yang terakhir yang diteliti adalah Indeks Nilai
penting jenis (INP). Indeks Nilai penting jenis (INP) merupakan besaran yang
menunjukkan kedudukan suatu jenis terhadap jenis lain di dalam suatu
komunitas. Secara ekologi dapat dikemukakan bahwa nilai penting yang
diperlihatkan oleh spesies merupakan indikasi bahwa spesies yang
bersangkutan dianggap dominan di tempat tersebut, yaitu memiliki nilai
kerapatan frekuensi, dan dominansi lebih tinggi dibandingkan spesies lain,
untuk tingkat tiang dan pohon. Sedangkan pada tingkat sapihan dan semai
besaran nilai penting diturunkan dari basil penjumlahan nilai kerapatan dan
frekuensi (Setiadi, 2005).
Metode kuadrat dengan petak tunggal tidak perlu dihitung frekuensi
relatif karena hanya ada satu petak contoh dalam analisis vegetasinya, sehingga
INP diperoleh dari penjumlahan kerapatan relatif dan penutupan relatif.
Berdasarkan hasil perhitungan indeks nilai penting (INP) pada tabel 6 yang
dihitung dari penjumlahan frekuensi relatif dan dominansi relatif menunjukkan
bahwa spesies yang mendominasi adalah spesies rumput karpet (Axonopus
compressus) dengan INP tertinggi yaitu 79,66%. Kemudian menyusul
berikutnya spesies rumput Malela (Brachiaria mutica) dan spesies F yang
belum diketahui jenisnya dengan INP 24,29%.
Nilai penting yang ditunjukkan pada Tabel 6 secara ekologi merupakan
spesies yang dominan mengusai habitat di setiap lokasi yang diteliti. Satu hal
yang menarik dari basil perhitungan INP bahwa sebagian besar mempunyai
nilai relatif rendah. Pada vegetasi hutan alami gejala demikian umum dijumpai
pada tipe vegetasi yang mengarah kepada kondisi klimaks dan stabil. Menurut
Muller dan Ellenberg, komposisi hutan alami yang telah terbentuk dalam
jangka panjang akan memperlihatkan fisiognomi, fenologi, dan daya regenerasi
yang lambat dan cenderung mantap, sehingga dinamika floristik komunitas
hutan tidak terlalu nyata dan menyolok. Pergantian generasi atau regenerasi
spesies seakan-akan tidak tampak, akibatnya jarang dijumpai spesies tertentu
yang dominan, karena semua spesies telah beradaptasi dalam jangka waktu
lama.
Jadi spesies yang paling mendominasi pada vegetasi tumbuhan di lahan
utara gedung PASCASARJANA IAIN Tulungagung berdasarkan perhitungan

18
indeks nilai penting (INP) adalah spesies rumput karpet (Axonopus
compressus). Rumput karpet sering disebut masyarakat dengan rumput gajah
mini atau rumput paetan. Tanaman ini pertama kali menyebar di daerah
Amerika Selatan, Meksiko, dan Brasil. Daunnya berbentuk lanset dengan
warna hijau dengan tinggi tanaman kurang dari 10 cm dan dalam dunia lanskap
biasa digunakan sebagai penutup tanah di dalam taman.
Pola pertumbuhan rumput gajah mini adalah daunnya yang tumbuh
menyamping, sehingga membuat tampilan hamparan rumput makin hijau,
bagus dan merata. Hal yang membedakan rumput gajah mini dengan rumput
gajah biasa adalah tekstur daunnya yang tidak tinggi, sehingga tidak perlu
dipangkas, dan pertumbuhan daunnya yang merayap atau menyamping.
Rumput jenis ini merupakan rumput yang paling mudah perawatannya karena
dapat hidup pada lokasi yang minim pencahayaan matahari hingga 50%.
Adapun faktor yang mempengaruhi dominansi spesies ini adalah
tanaman rumput karpet memiliki daya adaptasi yang kuat karena mudah
tumbuh, sekalipun ditanam pada tanah berpasir, asalkan drainase sekelilingnya
baik. Rumput karpet dapat tumbuh pada tempat yang teduh dan lembab,
rumput karpet juga dapat tumbuh pada tanah yang memiliki tingkat kesuburan
rendah. Rumput karpet juga dapat dikonversikan sebagai pakan ternak.
Axonopus compressus dari family Poaceae ini adalah rumput yang sering
digunakan untuk penutup tanah pada lahan kosong di pekarangan rumah.

19
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Analisis Vegetasi Tumbuhan Di
Lahan Utara Gedung PASCASARJANA IAIN Tulungagung Dengan Metode
Kuadrat Petak Tunggal”, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bentuk hidup komunitas tumbuhan yang ada di lahan tersebut adalah
vegetasi herba. Adapun tanaman yang dijumpai pada 3 petak ada 16 spesies
mulai dari tumbuhan Panicum maximum, Brachiaria mutica, Ageratum
conyzoides, Axopiapus compressus, Kyllinga nemoralis, Ichthyothere
elliptca, Gulma B. alata, Phillanthus urinaria, Hedyotis corymbosa dan
tumbuhan yang tidak diketahui namanya sehingga diberi nama dengan
spesies A, spesies D, spesies E, spesies F, spesies J, spesies K dan Spesies
P.
2. Spesies yang paling mendominasi pada vegetasi tumbuhan di lahan utara
gedung PASCASARJANA IAIN Tulungagung berdasarkan perhitungan
ketiga parameter yang diteliti yaitu kerapatan, dominansi, dan Indeks Nilai
Penting (INP) adalah spesies rumput karpet (Axonopus compressus) dengan
INP sebesar 79,66 %.

B. Saran
Dalam penelitian ini peneliti mengalami banyak kendala dalam sampling
dan mengklasifikasikan jenis tumbuhan sampel yang diamati. Oleh karena itu
untuk peneliti selanjutnya diharapkan lebih menguasai lagi teknik sampling
dari metode yang digunakan serta mempunyai pedoman yang lengkap agar
hasil penelitiannya lebih tepat dan akurat.

DAFTAR PUSTAKA

20
http://digilib.unila.ac.id/12365/18/TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf. Online.
diakses pada 15 maret 2018 pukul 12:38 WIB
http://etheses.uin-malang.ac.id/1022/5/07620085%20Bab%202.pdf. Online.
Diakses pada tanggal 28 maret 2018 pukul 19:46 WIB
http://faisolhezim1994.blogspot.co.id/2013/11/praktikum-analisis-vegetasi-
metode.html. Online. Diakses pada tanggal 28 maret 2018 pukul 19:32 WIB
https://id.scribd.com/doc/141073071/Analisa-Vegetasi-Metode-Kuadrat diakses
pada 27 maret 2018 pukul 19:33 WIB
https://www.academia.edu/18033597/Laporan_KKL_kuadrat_kel_18. Online.
Diakses pada tanggal 28 maret 2018 pukul 19:46 WIB
https://www.academia.edu/34840668/ANALISIS_VEGETASI_DENGAN_METO
DE_KUADRAT_Analysis_of_Vegetation_By_Quadratic_Method diakses
pada 27 maret 2018 pukul 19:30 WIB
https://www.scribd.com/document/348191944/Analisis-Vegetasi-Metode-Kuadrat.
Online. Diakses pada tanggal 28 maret 2018 pukul 19:31 WIB
Susanti, Ana. 2016. Analisis Vegetasi Herba Di Kawasan Daerah Aliran Sungai
Krueng Jreue Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar Sebagai
Referensi Matakuliah Ekologi Tumbuhan. Online. https://repository.ar-
raniry.ac.id/62/1/Asna%20Susanti.pdf diakses pada tanggal 28 maret 2018
pukul 19:50 WIB
Winarni, Inggit dkk. 2009. Laporan Penelitian Bidang Keilmuan Bahan Ajar.
Online. http://repository.ut.ac.id/1879/1/81659.pdf 81659. diakses pada 28
maret 2018 pukul 19:50 WIB

21
LAMPIRAN

Gambar 1. Petak 1 (1 m2)

Gambar 2. Petak 2 ( 2 m2)

Gambar 3. Petak 3 (4 m2)

22
Gambar 4. Proses Identifikasi tumbuha yang ada di Area Penelitiam

Gambar 5. jenis-jenis vegetasi yang ditemukan di area penelitian

23

Anda mungkin juga menyukai