Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI
“SAMPLING DAN ANALISIS VEGETASI DENGAN METODE TRANSEK
(JALUR) DAN KUADRAN”

Oleh Kelompok 1:
Nur Latifa 150210103076
Berlian Rustantina 160210103074
Bella Chikita Devi 160210103077
Jamilatul Hasanah 160201013080
Nuria Imamah Thurrodliyah 160210103083
Risna Dara Andita 160210103086
RA. Jauharatul Arifah 160210103092
Kelas : C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT., karena
berkat kemurahan-Nya laporan ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.
Dalam laporan ini kami membahas “Sampling dan Analisis dengan Metode
Transek dan Kuadran”. Laporan dibuat dalam rangka memenuhi tugas setelah
melakukan praktikum mata kuliah Ekologi. Untuk itu rasa terima kasih yang
dalam-dalamnya kami sampaikan :
1. Drs. Wachju Subchan, MS., Ph. D. dan Vendi Eko Susilo, S.Pd., M. Si.
selaku dosen mata kuliah “Ekologi”
2. Para asisten yang telah membimbing kami dalam praktikum ini.
3. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membantu penyusunan laporan
praktikum ini.
4. Keluarga kami yang telah memberikan dukungannya.
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.

Jember, 21 Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1

1.1 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

BAB 3 METODE PENELITIAN.............................................................................9

3.1 Alat dan Bahan .............................................................................................. 9

3.2 Langkah kerja ................................................................................................ 9

3.3 Desain .......................................................................................................... 11

BAB 4 HASIL PENGAMATAN...........................................................................13

4.1 Tabel Data Metode Transek ........................................................................ 13

BAB 5 PEMBAHASAN........................................................................................20

BAB 6 PENUTUP..................................................................................................31

6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 31

6.2 Saran ............................................................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32

LAMPIRAN...........................................................................................................E
rror! Bookmark not defined.

iii
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengertian vegetasi adalah tanaman hidup yang menutupi suatu wilayah
lebih luas dari flora yang merujuk pada komposisi spesies. Vegetasi lebih
mendekati ke komunitas tanaman namun seringkali untuk skala yang lebih luas.
Vegetasi memegang peran penting dalam biosfer. Pertama, karena berperan
mengatur aliran sejumlah siklus biokimia seperti air, karbon dan nitrogen yang
berperan penting sebagai penyeimbang energi secara lokal dan global. Kedua,
vegetasi mempegaruhi karakteristik tanah seperti volume, kandungan kimia dan
struktur yang menetukan karakteristik tumbuhan termasuk produktifitas dan
strukturnya. Ketiga, vegetasi adalah sumber hidup sejumlah habitat hewan liar.
Keempat dan merupakan fungsi terpenting yang menjalankan fungsi sebagai
penyedia oksigen.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan
bentuk (struktur)vegetasi tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat
terpenting bagi kehidupan, oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam
hutan baik komposisi jenis tumbuhan dominasi spesies kerapatan maupun
keadaan penutupan tajuknya perlu di ukur.
Oleh karena itu untuk mengetahui teknik teknik metode sampling dan
rumus-rumus sederhana dalam analisis populasi untuk mengetahui kepadatan
frekuensi dan dominasi dan organisme penyusun suatu vegetasi akan di lakukan
percobaan ini. Metode kuadran umunya dilakukan bila vegetasi tingkat pohon saja
yagng jadi bahan penelitiaan. Metode ini mudah dan lebih cepat digunan untuk
mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya. Ada berbagai
metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi ini. Diantaranya
dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut dengan
kuarter. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena
tidak membutrhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik.
Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk
melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan

1
membutuhkanwaktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk
vegetasi berbentuk hutan atau vcegetasi kompleks lainnya
1.1 Rumusan Masalah
1.1.1 Bagaimana metode sampling dan analisis dengan metode transek dan
kuadran?
1.1.2 Bagaimana cara menghitung besaran-besaran dalam analisis data
vegetasi menggunkaan metode transek dan kuadran?
1.1.3 Bagaimana cara menganalisis data dari hasil sampling ?
1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui metode sampling dan analisis dengan metode transek dan
kuadran
1.2.2 Mengetahui cara menghitung besaran-besaran dalam analisis data
vegetasi menggunakan metode transek dan kuadran
1.2.3 Mengetahui cara menganalisis data dari hasil sampling

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kerapatan populasi adalah besarnya populasi dalam hubungannya dengan
suatu unit persatuan ruangan. Umumnya dinyatakan dalam jumlah individu atau
biomassa populasi persatuan area atau volume. Kerapatan atau kepadatan populasi
dibedakan atas dua bentuk yaitu kerapatan kasar (crude density) dan kerapatan
ekologis (ecological density) (Chairunnisa et all, 2018).

Ada kecenderungan yang berkembang dalam penelitian ekologi untuk


dipelajari hubungan antara komponen abiotik dan komponen biotik dari suatu
ekosistem. Vegetasi adalah ekspresi lingkungan secara spesifik habitat pada waktu
tertentu dan karenanya perlu dilakukan pembelajaran dengan benar terkait dengan
lingkungan antara spesies dan tingkat komunitas. Komposisi dan struktur vegetasi
dipengaruhi oleh berbagai gangguan alami dan antropogenik baik lokal maupun
skala yang lebih luas. Hal demikian penting untuk memahami pola distribusi
spesies tanaman dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada perbedaan skala yang
lebih luas. Beberapa spesies beradaptasi dengan perubahan kondisi mengubah
bentuk pertumbuhan, perkembangan, dan siklus hidup mereka. Perubahan siklus
hidup spesies membawa perubahan terhadap pembentukan komunitas tumbuhan
dan karenanya memudahkan cara untuk spesies invasif. Faktor abiotik, faktor
biotik, sejarah, dan manusia berkontribusi terhadap keragaman dan variasi dalam
distribusi spesies tanaman dan komunitas (Rahman, dkk, 2016 : 332-333).
Suhu, ketersediaan air, nutrisi, dan cahaya bervariasi di antara habitat.
Adaptasi unik dari suatu spesies memungkinkan individu untuk berfungsi dalam
berbagai kondisi lingkungan tertentu. Dimana kondisi optimal, individu bisa
bertahan hidup dan bereproduksi dan populasi dapat dipertahankan. Jika kondisi
berada di luar rentang optimal, individu mungkin bisa tumbuh tetapi mereka
mungkin tidak memiliki pertumbuhan normal atau mampu berhasil bereproduksi.
Dalam kondisi ini, populasi bisa bertahan hanya jika ada imigran dari populasi
lain menggantikan mereka yang mati (Gibson dan Terri, 2006 : 34)

3
Fitur penting dari komunitas adalah keragaman spesies bersama.
Keanekaragaman spesies suatu komunitas ditentukan dengan jumlah spesies yang
berbeda (kekayaan) dan relatif jumlah individu di setiap spesies (kemerataan).
Sebagai contoh, mempertimbangkan dua komunitas tumbuhan hipotetis masing-
masing mengandung 100 individu dalam lima spesies berbeda. Di satu komunitas,
di sana adalah 20 individu dari setiap spesies. Di komunitas lain di sana 92
individu dari satu spesies dan dua individu dari masing-masing empat spesies
yang tersisa. Meskipun kekayaan mereka identik, komunitas pertama dianggap
lebih beragam karena lebih besar kemerataan antar spesies. Secara umum,
komunitas tumbuhan dekat tropis cenderung memiliki keragaman yang lebih
besar karena kekayaan yang lebih tinggi dan kemerataan spesies daripada
ekosistem yang lebih hangat, yang sering memiliki kekayaan dan kemerataan
yang lebih rendah. Dalam komunitas dengan kemerataan rendah, satu atau
beberapa spesies itu sebagian besar individu disebut spesies dominan (Gibson dan
Terri, 2006 : 36).
Dominasi merupakan ukuran dari efek relatif suatu spesies di dalam suatu
komunitas. Spesies A biasanya dominan karena berlimpah, besar, atau keduanya.
Di sawah, misalnya padi adalah spesies yang dominan. Struktur trofik suatu
komunitas untuk menjelaskan siapa yang makan siapa. Produsen berada di dasar
struktur trofik, termasuk tanaman dan organisme lain yang membuat makanan
mereka sendiri dari energi matahari. Herbivor makan tanaman, dan predatorr
memangsa herbivor. Parasit, parasitoid, patogen menyerang organisme lain, dan
scavenger dan dentritivor mengkonsumsi organisme mati (Mudjiono, 2013)
Besarnya INP suatu jenis menenunjukkan kedudukannya (dominansi)
terhadap jenis lain. Dalam junal oleh bahwa dalam masyarakat hutan, sebagai
akibat adanya persaingan, jenis-jenis tertentu lebih berkuasa (dominan) daripada
jenis lainnya, dominasi suatu spesies disebabkan sepesies tersebut mempunyai
daya adaptasi, daya kompetisi dan kemampuan reproduksi yang lebih baik
dibandingkan dengan tumbuhan yang lain dalam satu lahan tertentu (Octaviany,
dkk, 2017)

4
Stabilitas populasi spesies dominan dapat sangat mempengaruhi stabilitas
biomassa komunitas, terutama ketika komunitas berada didominasi oleh sejumlah
kecil spesies 18-20. Oleh karena itu, iklim perubahan yang mengubah
keanekaragaman hayati, tingkat spesies asynchrony dan / atau stabilitas spesies
dominan mungkin memiliki potensi mengubah stabilitas temporal dari produksi
biomassa komunitas (Bennet, dkk, 2017).
Dominasi merupakan ukuran dari efek relatif suatu spesies di dalam suatu
komunitas. Spesies A biasanya dominan karena berlimpah, besar, atau keduanya.
Di sawah, misalnya padi adalah spesies yang dominan. Struktur trofik suatu
komunitas untuk menjelaskan siapa yang makan siapa. Produsen berada di dasar
struktur trofik, termasuk tanaman dan organisme lain yang membuat makanan
mereka sendiri dari energi matahari. Herbivor makan tanaman, dan predatorr
memangsa herbivor. Parasit, parasitoid, patogen menyerang organisme lain, dan
scavenger dan dentritivor mengkonsumsi organisme mati (Mudjiono, 2013)
Besarnya INP suatu jenis menenunjukkan kedudukannya (dominansi)
terhadap jenis lain. Dalam junal oleh bahwa dalam masyarakat hutan, sebagai
akibat adanya persaingan, jenis-jenis tertentu lebih berkuasa (dominan) daripada
jenis lainnya, dominasi suatu spesies disebabkan sepesies tersebut mempunyai
daya adaptasi, daya kompetisi dan kemampuan reproduksi yang lebih baik
dibandingkan dengan tumbuhan yang lain dalam satu lahan tertentu (Octaviany,
dkk, 2017)
Stabilitas populasi spesies dominan dapat sangat mempengaruhi stabilitas
biomassa komunitas, terutama ketika komunitas berada didominasi oleh sejumlah
kecil spesies 18-20. Oleh karena itu, iklim perubahan yang mengubah
keanekaragaman hayati, tingkat spesies asynchrony dan / atau stabilitas spesies
dominan mungkin memiliki potensi mengubah stabilitas temporal dari produksi
biomassa komunitas (Bennet, dkk, 2017).
Analisis data vegetasi dapat menggunakan beberapa rumus, antara lain
kepadatan, kepadatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, luas penutupan, luas
penutupan relatif dan nilai penting. Kerapatan jenis (Di) adalah jumlah individu
(tegakan) persatuan luas. Kerapatan Relatif (RDi) adalah perbandingan antara

5
jumlah individu spesies dan jumlah total individu seluruh spesies. Frekuensi jenis
adalah peluang ditemukan suatu jenis dalam titik contoh yang diamati. Frekuensi
relatif (RFi) adalah perbandingan antara frekuensi spesies-I (Fi) dan jumlah
frekuensi seluruh spesies. Pengamatan akan penutupan merupakan estimasi
persentase luasan dalam plot transek yang tertutupi spesies. Persentase tutupan
adalah proporsi luas substrat yang ditutupi vegetasi dalam satu satuan luas yang
diamati tegak lurus dari atas (Menajang, 2017: 123).
Indeks nilai penting menggambarkan peranan suatu spesies lamun relatif
terhadap spesies lainnya dalam suatu komunitas. IV ini ditentukan oleh frekuensi
relatif, kerapatan relatif dan penutupan relatif masing-masing spesies sehingga
mempunyai hubungan berbanding lurus. Semakin besar nilai-nilai tersebut maka
semakin besar pula IV yang berarti semakin tingginya peranan spesies tertentu
dalam komunitas. Kisaran IV menunjukkan apakah spesies tertentu mempunyai
peranan yang besar, sedang atau rendah (Menajang, 2017: 129).
Kompas berasal dari bahasa Latin yaitu Compassus yang berarti jangka.
Kompas sendiri sudah dikenal sejak 900 tahun yang lalu terbukti dengan
diketemukannya kompas kuno yang dipakai pejuang China sekitar tahun 1100 M.
Kompas merupakan alat penentu arah mata angin. Kompas tediri atas magnet
jarum, yang dapat berputar bebas. Tidak seperti kompas pada umumnya, kompas
geologi memiliki beberapa fungsi khusus yaitu selain mengukur arah mata angin,
kompas geologi juga dapat digunakan untuk mengukur kedudukan suatu bidang
atau garis (bentuk kenampakan kompas dapat dilihat pada titik pada garis datar
tersebut dengan titik puncak (ujung) sebuah objek (Dhamayanti, dkk:2015).
Kompas membutuhkan jarum peka yang dapat merespon tarikan atau iming-iming
magnetis utara (Ringsted : 2011).
Kompas geologi merupakan alat yang sangat penting di bidang geologi,
geofisika, arkeologi dan bidang lain yang berbasis lapangan. Kompas geologi
yang ada saat ini masih menggunakan pembacaan secara manual sehingga resiko
kesalahan pembacaan cukup tinggi apabila penggunanya tidak teliti maupun
kurang paham dalam penggunaannya. TECHNO-KOMPAS merupakan sebuah
kompas geologi yang telah dimodifikasi menjadi lebih digital sehingga sangat

6
mempermudah pekerjaan lapangan dan meminimalisir kesalahan pengam-bilan
data. Dengan fungsi tersebut, TECHNOKOMPAS dapat berpe-luang besar untuk
dapat digunakan secara global dengan permintaan pasar yang tinggi dan dapat
dipatenkan sebagai salah satu karya anak bangsa (Dhamayanti, dkk:2015).
Arah mata angin di peroleh dari kompas konvensional yang telah di
modifikasi dengan rangkaian sensor kompas. Sensor kompas di rancang dengan
manggunakan 4 buah phototransistor dan pringan kompas. Phototransistor sebagai
sensor yang berfungsi menangkap cahaya sesuai dengan pola dari piringan
kompas sehigga di dapatkan data 4 bit yang selanjutnya di proses pada unit
pengolah informasi sistem (Arief :2015). Arah Mata Angin Mata angin biasa
digunakan untuk menentukan arah yang umumnya digunakan dalam navigasi,
kompas dan peta. Berikut ini adalah arah mata angin yang dapat ditentukan
kompas: 1. Utara (0 0 ) disingkat U atau N 2. Timur laut (450 ) terletak antar
timur dan utara, disingkat TL atau NE 3. Timur (900 ) disingkat T atau E 4.
Tenggara (1350 ) terletak diantara timur dan selatan, disingkat TG atau SE 5.
Selatan (1800 ) disingkat S 6. Barat daya (2250 ) terletak diantara barat dan
selatan, disingkat BD atau SW 7. Barat (2700 ) disingkat B atau W 8. Barat laut
(3150 ) diantara barat dan utara, disingkat BL atau NW (Arief :2015).
Berdasarkan kemampuan penutupannya, vegetasi memiliki kemampuan
penutupan yang sangat beragam. Ada tumbuhan yang sangat tinggi dengan
penutupan horizontal dan luas, relatif dapat sebagai penutup, ada yang
menyambung, dan ada juga yang terpisah. Penutupan tumbuhan merupakan
indikasi dari sistem akar di dalam tanah dan ini menjadi ukuran terhadap pengaruh
dalam kompetisi dengan faktor-faktor ekologi yang lain (Khambali,2017:136).
Pada umumnya padang rumput berkembang secara vertikal, untuk itu
perlu dilakukan pengukuran secermat mungkin guna mendapatkan gambaran yang
tepat tentang besarnya area yang ditutupi oleh suatu vegetasi tertentu. Pada
tanaman/spesies yang hidupnya menjalar (trailing) cenderung dapat
mempertahankan konsistensinya tentang jumlah area yang ditutupinya pada
kondisi penggembalaan atau adanya perubahan musim. Sedangkan pada tanaman
yang merambat daya menutup tanahnya bervariasi dan sangat tergantung pada

7
intensitas penggembalaannya. Pengukuran sebaran daun atau kanopi lebih umum
digunakan dalam kondisi padangan yang telah diperbaiki (improved pasture)
sedang pengukuran penutup basal (basal cover) dipakai untuk padang rumput
alam (Subagiyo & Kusmartono, 2017:76).
Basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang
dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur
diameter batang (Oktaviani et al., 2017:125). Penutupan tajuk dalam mengurangi
erosi yaitu penutup atas (aerial cover) dan penutup bawah (contact cover)
(Talakua & Osok, 2018:13). Penutupan tajuk yang biasanya dilakukan pada
tanaman tinggi dapat disebut sebagai aerial coverage (Schmidt et al., 2018:1649).

8
BAB 3
METODE PENTELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
 Patok kayu atau bambu
 Tali rafia
 Pisau besar
 Palu
 Gunting
 Penggaris
 Alat tulis
 Milimeter blok
 Meteran
3.1.2 Bahan
 Berbagai jenis tumbuhan

3.2 Langkah kerja


3.1.3 Metode transek

Melakukan pengamatan analisis vegetasi di kebun Biologi


gedung 3, FKIP UNEJ

Menggunakan tali rafia atau tali plastik, menarik garis transek


sepanjang 10 meter

Membuat segmen dengan panjang tiap segmen 1 meter

Melakukan pengamatan terhadap tumbuhan tiap segmennya

Menghitung panjang penutupan semua spesies tumbuhan pada


segemen tersebut

9
Menganalisis vegetasi dengan menghitung kepadatan, kepadatan
relatif, dst.

3.2.2 Metode kuadran

Menarik garis transek dengan menggunakan tali plastik atau tali


rafia sepanjang 50 meter dan menentukan titik-titik pada garis
tersebut setia 10 meter

Tiap titik-titik tersebut di pandang sebagai pusat dari arah


kompas, dari titik tersebut di dapatkan 4 buah kuadran

Melakukan pengamatan pada masing-masing kuadran. Dan


mencatat jenis penutupan dan jarak antara pohon terdekat dengan
pusat kuadran

10
3.3 Desain
Metode Transek (Jalur)

Metode Kuadran
Keternagan:
Jarak Kuadran I : 12 m
Jarak Kuadran II : 4,3 m
Jarak Kuadran III : 14,2 m
Jarak kuadran IV : 8,64 m

11
I
II

III

IV

12
BAB 4.
HASIL PENGAMATAN

4.1 Tabel Data Metode Transek


Panjang
Segmen ke
Jenis Penutupan Tinggi (m) Jumlah
-
(m)
A1 0.08 0,11
2
A2 0.09 0,08

B1 0.08 0,08
B2 0.09 0,07 3
1 B3 0.01 0,09

C1 0.09 0,02 1
E1 0.11 0,12 1
F1 0.08 0,14 1
Tapak Liman 1 0.07 0,06 1

B1 0.05 0,09
B2 0.06 0,06
4
B3 0.04 0,05
B4 0.1 0,05

C1 0.06 0,02
2
2 C2 0.08 0,03

E1 0.04 0,10 1

F1 0.08 0,08 1

Tapak Liman 1 0.04 0,03


Tapak Liman 2 0.08 0,05 3
Tapak Liman 3 0.08 0,12

3 A1 0.08 0,05 2

13
A2 0.1 0,09

B1 0.12 0,08 1

C1 0.05 0,07
C2 0.05 0,03 3
C3 0.05 0,03

Tapak liman 1 0.12 0,05


2
Tapak Liman 2 0.05 0,11

A1 0.12 0.21
2
A2 0.02 0.28

B1 0.05 0.06
2
4 B2 0.05 0.05

D1 0.03 0.01 1

Tapak Liman1 0.08 0.01


2
Tapak liman 2 0.07 0.03

A1 0.05 0.13
A2 0.02 0.26
4
A3 0.02 0.24
A4 0.06 0.11

B1 0.09 0.08
B2 0.07 0.04
5 B3 0.04 0.03
6
B4 0.06 0.04
B5 0.06 0.04
B6 0.07 0.08

D1 0.03 0.02
D2 0.07 0.08 6
D3 0.05 0.04

14
D4 0.04 0.05
D5 0.05 0.04
D6 0.09 0.03

E1 0.03 0.05 1

Tapak Liman 1 0.09 0.01


2
Tapak Liman 2 0.1 0.01

A1 0.03 0.28
2
A2 0.04 0.28

D1 0.02 0.03
D2 0.04 0.04 3
D3 0.05 0.06
6 E1 0.03 0.04 1

F1 0.03 0.07
F2 0.12 0.15
F3 0.02 0.11 5
F4 0.04 0.06
F5 0.12 0.14

A1 0.04 0.13 7
A2 0.06 0.05
A3 0.04 0.05
A4 0.06 0.06
A5 0.08 0.09
7
A6 0.08 0.07
A7 0.06 0.04

B1 0.12 0.1 1

C1 0.04 0.02 3
C2 0.04 0.02

15
C3 0.05 0.02

A1 0.1 0.13 2
A2 0.06 0.08

B1 0.09 0.1 2
B2 0.07 0.06
8
C1 0.15 0.14 3
C2 0.08 0.09
C3 0.09 0.11

Tapak Liman 1 0.13 0.22 1

A1 0.19 0.19 2
A2 0.08 0.12

B1 0.09 0.09 5
B2 0.08 0.08
B3 0.08 0.08
B4 0.11 0.07
9 B5 0.1 0.07

F1 0.03 0.04 4
F2 0.05 0.1
F3 0.04 0.05
F4 0.01 0.1

Tapak Liman 1 0.12 0.03


2
Tapak Liman 2 0.12 0.09

A1 0.1 0.13
2
A2 0.06 0.08

10 B1 0.09 0.1
2
B2 0.07 0.06

C1 0.15 0.14 3

16
C2 0.08 0.09
C3 0.09 0.11

Tapak Liman 1 0.13 0.22 1

4.1.1 Tabel Data dengan Metode Transek Garis


Jumlah
Jenis L
Juml Panjang
Tumbuh (m Di Rdi Fi Rfi Ci RCi IVi
ah Penutup
an )
an (m)
Tumbuh 0.23 0. 0.20 0.18 0.24 0.68
an A 25 1.81 2.5 81 9 93 1 2 94

Tumbuh 0.24 0. 0.20 0.19 0.25 0.71


an B 26 1.94 2.6 76 9 93 4 94 63
Tumbuh 0.14 0. 0.13 0.11 0.15 0.43
an C 15 1.15 1.5 29 6 95 5 37 61
Tumbuh 0.09 0. 0.06 0.04 0.06 0.22
an D 10 0.47 10 1 52 3 98 7 28 78
Tumbuh 0.03 0. 0.09 0.02 0.02 0.15
an E 4 0.21 0.4 81 4 3 1 81 92
Tumbuh 0.10 0. 0.09 0.06 0.08 0.28
an F 11 0.62 1.1 48 4 3 2 29 07
Tapak 0.13 0. 0.18 0.12 0.17 0.49
Liman 14 1.28 1.4 33 8 6 8 11 05
10. 4. 0.74
Jumlah
5 3 8

5 Pengukuran Parameter Abiotik untuk Sampling dengan Metode


Transek Garis
Ulangan
Parameter Rata-rata
U1 U2 U3
Kecepatan
angin 22 32 20 24.66666667

17
Kelembaban
udara 57 58 58 57.66666667
Suhu udara
(°C) 33 33 33 33
pH tanah 6.9 6.9 6 6.6
Kelembaban
tanah 1 1 1 1
Intensitas
cahaya 3,470 5,980 3,300 4250

18
7 Pengukuran Parameter Abiotik untuk Sampling dengan Metode
Kuadran
Ulangan
Parameter Rata-rata
U1 U2 U3

Kecepatan
3 8 7 6
angin

Kelembaban
58 59 59 58.66666667
udara

Suhu udara
34 33 32 33
(°C)
pH tanah 6.9 6.8 6.8 6.833333333
Kelembaban
0 4 5 3
tanah
Intensitas
483 275 963 573.6666667
cahaya

19
BAB 5
PEMBAHASAN

Metode transek dibagi menjadi dua yakni metode line intercept (line
transect) dan juga belt transect. Line transect biasa digunakan oleh ahli ekologi
tanaman untuk mempelajari komunitas padang rumput. Dalam cara ini terlebih
dahulu ditentukan dua titik sebagai pusat garis transek. Panjang garis transect
dapat 10 m, 25 m, atau 100 m, tebal garis transect biasanya 1 cm. Pada garis
tersebut kemudian dibuat segmen-segmen yang panjangnya biasanya 1m, 5m,
atau 10m. Pengamatan terhadap tumbuhan dilakukan pada segmen-segmen
tersebut. Cara menghitung panjang penutupan yakni memproyeksikan tegak lurus
bagian basal atau aerial coverage yang terpotong garis transek ke tanah.
Metode line intercept transect digunakan untuk mencatat secara detail
penutupan grup-grup utama tumbuhan. Jika metode transek kuadrat digunakan
untuk mengamati tutupan pohon. Kuadrat transek yang digunakan biasanya
berukuran 50 x 50 cm, dengan petak berukuran 10 x 10 cm didalamnya. Pada
setiap sisi pulau yang disurvei, diletakkan transek kuadrat secara acak sebanyak
10 unit, hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan yang sama pada areal
lain dalam kawasan tersebut. Informasi yang dicatat adalah jenis dan presentase
tutupan dari setiap jenis pohon yang ditemukan pada area tersebut (David, 2003).
Metode belt transect biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok
hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Distribusi semua
tumbuhan di alam dapat disusun dalam tiga pola dasar, yaitu acak, teratur dan
mengelompok. Pola distribusidemikian erat hubungannya dengan kondisi
lingkungan. Organisme pada suatu tempat bersifat saling bergantung, sehingga
tidak terikat berdasarkan kesempatan semata, dan bila terjadi gangguan pada suatu
organisme atau sebagian faktor lingkungan akan berpengaruh terhadap
keseluruhan komunitas. Semakin tinggi suhu maka tingkat pertumbuhan semakin
berkurang karena secara umum tumbuhan palemhanya mampu tumbuh pada
suhu25 °C-17 °C (Chairunnisa et all, 2018).

20
Hutan merupakan bagian lingkungan hidup yang vital, karena mempunyai
fungsi ekologis diantaranya sebagai sumber plasma nutfah, pengikat
karbondioksida (CO2) dari udara, penjaga stabilitas kualitas air, pemelihara alami
dari aliran sungai, dan melindungi tanah dari erosi. Berdasarkan undang-undang
No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan Pemerintah menetapkan hutan menjadi
beberapa kawasan, diantaranya kawasan konservasi (Nurjaman et all, 2017).
Metode kuadran umumnya dilakukan bila hanya vegetasi tingkat pohon
saja yang menjadi bahan penelitian, metode ini mudah dan lebih cepat digunakan
untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon, dan menaksir volumenya. Contoh
dari metode ini yakni teknik point-quarter. Syarat penerapan teknik ini adalah
distribusi pohon yang akan diteliti harus acak. Metode ini tidak dapat digunakan
untuk populasi pohon yang pengelompokannya tinggi (mengelompok) atau yang
menempati ruang secara seragam. Terlebih dahulu menentukan titik-titik
disepanjang garis transek. Jarak satu titik dengan titik lainnya dapat ditentukan
secara acak atau sistematis. Masing-masing titik dianggap sebagai pusat dari arah
kompas, sehingga setiap titik terdapat 4 buah kuadran. Pada msing-masing
kuadran inilah dilakukan pendataan dan pengukuran luas penutupan satu pohon
yang terdekat dengan titik pusat kuadran, selain itu diukur juga jarak antara pohon
terdekat dengan titik pusat kuadran.
Alat-alat yang digunakan dalam metode transek maupun kuadran ini yakni
data fisik meliputi peta topografi untuk melihat kontur, GPS (Global Positioning
System), untuk menentukan koordinat, kompas untuk menentukan arah mata
angin, soiltaster atau pH meter untuk analisa tanah, altimeter untuk ketinggian,
Penggaris untuk ketebelan seresah dilantai hutan. golok tebas untuk pembuka
lahan atau membuat patok, meteran gulung (50 meter) alat ukur untuk memasang
transek, kamera untuk dokumentasi ,alat tulis sebagai alat mencatat, buku
identifikasi (Nurjaman et all, 2017).
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa
jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan
bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu
penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga

21
merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Sedangkan
Analisis vegetasi merupakan suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi
vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur dari
struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk.
Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi
untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut.
Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan
komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Analisis vegetasi yang dilakukan yaitu dengan menggunakan metode
kwaran dantransek. Dimana metode transek yang sudah di jelaskan diatas yaitu
metode yang digunakan untuk menganalisis vegetasi komunitas padang rumput.
Dan metode kwadran merupakan metode yang digunakan untuk analisis vegetasi
tingkat pohon saja. Dengan demikian dari hasil pengamatan yang dilakukan
analisis vegetasi dengan metode transek terdapat tujuh jenis tumbuhan yang
berbeda degan luas area 10m2. Dimana jenis tumbuhan itu adalah jenis tumbuhan
A dengan jumlah total tumbuhan 25, dengan jumlah total kepadatan (Di) 2,5.
Jumlah kepadatan relatif (Rdi) 0,2381. Jumlah frekuensi (Fi) 0,9. Jumlah frekuens
relatif (Rfi) 0,2093. Jumlah luas penutupan (Ci) 0,181. Jumlah luas penutupan
relatif (Rci) 0,242. Dan jumlah nilai penting (Ivi) 0,6894.
Jenis tumbuhan B dengan jumlah total tumbuhan 26, dengan jumlah total
kepadatan (Di) 2,6. Jumlah kepadatan relatif (Rdi) 0,2476. Jumlah frekuensi (Fi)
0,9. Jumlah frekuens relatif (Rfi) 0,2093. Jumlah luas penutupan (Ci) 0,194.
Jumlah luas penutupan relatif (Rci) 0,2594 Dan jumlah nilai penting (Ivi) 0,7163.
Jenis tumbuhan C dengan jumlah total tumbuhan 15, dengan jumlah total
kepadatan (Di) 1,5. Jumlah kepadatan relatif (Rdi) 0,1429. Jumlah frekuensi (Fi)
0,6. Jumlah frekuens relatif (Rfi) 0,1395. Jumlah luas penutupan (Ci) 0,115.
Jumlah luas penutupan relatif (Rci) 0,1537. Dan jumlah nilai penting (Ivi) 0,4361.
Jenis tumbuhan D dengan jumlah total tumbuhan 10, dengan jumlah total
kepadatan (Di) 1. Jumlah kepadatan relatif (Rdi) 0,0952. Jumlah frekuensi (Fi)
0,3. Jumlah frekuens relatif (Rfi) 0,0628. Jumlah luas penutupan (Ci) 0,047.
Jumlah luas penutupan relatif (Rci) 0,0628. Dan jumlah nilai penting (Ivi) 0,2278.

22
Jenis tumbuhan E dengan jumlah total tumbuhan 4, dengan jumlah total
kepadatan (Di)0,4. Jumlah kepadatan relatif (Rdi) 0,0381. Jumlah frekuensi (Fi)
0,4. Jumlah frekuens relatif (Rfi) 0,093. Jumlah luas penutupan (Ci) 0,021.
Jumlah luas penutupan relatif (Rci) 0,0281. Dan jumlah nilai penting (Ivi) 0,1592.
Jenis tumbuhan F dengan jumlah total tumbuhan 11, dengan jumlah total
kepadatan (Di) 1,1. Jumlah kepadatan relatif (Rdi) 0,1048. Jumlah frekuensi (Fi)
0,4. Jumlah frekuens relatif (Rfi) 0,093. Jumlah luas penutupan (Ci) 0,062.
Jumlah luas penutupan relatif (Rci) 0,0829. Dan jumlah nilai penting (Ivi) 0,2807
Jjenis tumbuhan tapak liman dengan jumlah total tumbuhan 11, dengan
jumlah total kepadatan (Di)0,4. Jumlah kepadatan relatif (Rdi) 0,13333. Jumlah
frekuensi (Fi) 0,8. Jumlah frekuens relatif (Rfi) 0,186. Jumlah luas penutupan (Ci)
0,128. Jumlah luas penutupan relatif (Rci) 0,1711. Dan jumlah nilai penting (Ivi)
0,4905. Dari data tersebut disipulkan bahwa tumbuhan jenis B mendominasi
dalam transek seluas 10 M tersebut.kemudian tumbuhan jenis B mendominasi
kedua setelah tumbuhan A.. hal tersebut bahwa seluas 10 M itu banyak ditumbuhi
oleh vegetasi jenis B.
Selanjunya sampling vegetasi dengan metode kwadran. Dimana metode
ini dibagi menjadi 4 petak ,besar dengan sudut 900 , 1800, ,2700,3600 Dimana susut
pusatnya 900. Data yang diperoleh yaitu dari kwaran 1 pohon ke 1 jenis pohon
jarak dengan sudut 200 dari susut pusat memiliki jarak 12meter panjang
penutupannya 4,3 meter, dimana hasil perhitungannya jarak rata-rata pohon(d)
32,66, kepadatan seuruh jenisnya (TD) 2,624, kepadatan relatif (Rdi) 0,25,
kepadatan relatif (Di) 0,656, luas penutupan (Ci) 2,281, luas penutupan relatif
(Rci) 0,248, frekuensi suatu jenis (Fi) 0,25, frekuensi relatif (Rfi) 0,25, dan jumlah
nilai penting (Ivi) 0,748.
Kuadran 2 pohon ke 2 jenis pohon A dengan sudut 1400 dari susut pusat
memiliki jarak 4,3meter panjang penutupannya 4,8 meter, dimana hasil
perhitungannya jarak rata-rata pohon(d) 32,66, kepadatan seuruh jenisnya (TD)
0,75, kepadatan relatif (Rdi) 0,75, kepadatan relatif (Di) 1,968, luas penutupan
(Ci) 3,149, luas penutupan relatif (Rci) 0,277, frekuensi suatu jenis (Fi) 0,75,
frekuensi relatif (Rfi) 0,75, dan jumlah nilai penting (Ivi) 1,7774.

23
Kuadran 3 pohon ke 3 jenis pohon A dengan sudut 2350 dari susut pusat
memiliki jarak 14,2 meter panjang penutupannya 3,7meter, dimana hasil
perhitungannya jarak rata-rata pohon(d) 32,66, kepadatan seuruh jenisnya (TD)
0,75, kepadatan relatif (Rdi) 0,75, kepadatan relatif (Di) 1,968, luas penutupan
(Ci) 2,428, luas penutupan relatif (Rci) 0,2138, frekuensi suatu jenis (Fi) 0,75,
frekuensi relatif (Rfi) 0,75, dan jumlah nilai penting (Ivi) 1,7601.
Kuadran 4 pohon ke 4 jenis pohon A dengan sudut 2850 dari susut pusat
memiliki jarak 8,64 meter panjang penutupannya 4,5meter, dimana hasil
perhitungannya jarak rata-rata pohon(d) 32,66, kepadatan seuruh jenisnya (TD)
0,75, kepadatan relatif (Rdi) 0,75, kepadatan relatif (Di) 1,968, luas penutupan
(Ci) 2,953, luas penutupan relatif (Rci) 0,2601, frekuensi suatu jenis (Fi) 0,75,
frekuensi relatif (Rfi) 0,75, dan jumlah nilai penting (Ivi) 1,7601. Dari data diatas
dapat disimpulkan bahwa pohon jenis A mendominasi dalam keempat kuadran
tersebut. Denga luas penutupan yang bervariasi dan jara yang bervariasi . dengan
hal itu makan pohon jenis A dapat ditemukan berbagai kuadran.
Untuk mengetahui dominasi suatu spesies dalam komunitas dapat dilihat
dari nilai penting (IVi). Berdasarkan data hasil pengamatan sampling dan analisis
vegetasi dengan metode transek (jalur) dari 7 spesies (tumbuhan A,Tumbuhan B,
Tumbuhan C, Tumbuhan D, Tumbuhan E, Tumbuhan F, dan Tapak Liman) yang
ditemukan, dapat diketahui bahwa tumbuhan yang mendominasi adalah tumbuhan
B dengan nilai penting sebesar 0,7163. Berdasarkan data hasil pengamatan
sampling dan analisis vegetasi dengan metode kuadran pada 3 (pohon jarak,
pohon A, pohon A, pohon A ) spesies pohon yang ditemukan, dapat diket
diketahui bahwa tumbuhan yang mendominasi adalah pohon A ke3 pada kuadran
3 dengan nilai penting (IVi) sebesar 1.777456647.
Dominansi dari populasi di setiap komunitas bergantung pada besar dan
kelimpahan populasi tersebut. Melimpahnya populasi dapat disebabkan karena
ketersediaaan nutrisi juga kesesuaian habitat untuk bertahan hidup sehingga
populasi dapat sangat melimpah pada suatu komunitas tertentu. Disamping itu
kecilnya kompetesi dan ancaman dari herbivor yang akan mengganggu
kelimpahan spesies tertentu. Misal, disuatu padang rumput, kelimpahan rumput A

24
begitu besar namun karena ada herbivor seperti sapi, kerbau, atau kambng maka
akan mengurangi kelimpahan dan dominasi pupulasi dari tumbuhan A.
Rumus-rumus yang digunakan dalam analisis data vegetasi dengan metode
transek (jalur) dan kuadran terdiri dari rumus kepadatan, kepadatan relatif,
frekuensi, frekuensi relatif, luas penutupan, luas penutupan relatif dan nilai
penting (Menajang, 2017: 123).
Kepadatan atau density atau kerapatan jenis (Di) merupakan jumlah
individu (tegakan) per satuan luas. Dalam praktikum total luas lahan yang
digunakan untuk praktikum analisis vegetasi metode transek (jalur) dan kuadran
adalah 2800 m2 dan panjang setiap transek 10 meter. Rumus yang digunakan
adalah Di= ni/L. Di merupakan jumlah individu persatuan luas atau kepadatan
untuk spesies i. Sedangkan ni merupakan jumlah total individu untuk spesies i dan
L merupakan panjang total habitat yang disampling (10 meter).
Kepadatan Relatif (RDi) merupakan perbandingan antara jumlah individu
spesies dan jumlah total individu seluruh spesies. Rumus yang digunakan dalam
perhitungan adalah Rdi=Di/ΣD. Dimana Rdi merupakan kepadatan relatif spesies
i, Di merupakan kepadatan spesies i dan ΣD merupakan jumlah total kepadatan
dari semua spesies.
Frekuensi (Fi) merupakan peluang ditemukan suatu jenis dalam titik
contoh yang diamati. Adapun rumus yang digunakan dalam analisis vegetasi
metode plot ini adalah Fi=Ji/K. Fi merupakan frekuensi spesies i. Ji merupakan
jumlah jumlah segmen yang terdapat spesies i dan K merupakan jumlah total
interval pada garis transek.
Frekuensi Relatif (RFi) merupakan perbandingan antara frekuensi spesies i
dan jumlah frekuensi seluruh spesies. Adapun rumus yang digunakan dalam
analisis vegetasi metode plot ini adalah Rfi= Fi/ ΣF. Rfi merupakan frekuensi
relatif, Fi merupakan frekuensi spesies dan ΣF merupakan jumlah frekuensi untuk
semua spesies.
Luas Penutupan (Ci) merupakan proporsi antara luas tempat yang ditutupi
oleh spesies tumbuhan dengan luas total habitat. Luas penutupan dapat dinyatakan
dengan menggunakan luas penutupan tajuk ataupun luas bidang dasar (luas basal

25
area). Digunakan rumus Ci= Ai/L. Ci adalah luas penutupan spesies i, Li
merupakan panjang penutupan total oleh spesies i dan L adalah panjang total
transek sampling.
Luas Penutupan Relatif merupakan luas penutupan relatif spesies.
Menggunakan rumus RCi= Ai/ΣC. RCi merupakan panjang penutupan relatif
spesies i. Ci merupakan panjang penutupan spesies i dan ΣC merupakan jumlah
panjang penutupan dari semua spesies.
Nilai penting atau important value (IV) merupakan parameter kuantitatif
yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan)
spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan. Semakin tinggi nilai IV suatu
spesies relatif terhadap terhadap jenis lainnya, maka semakin tinggi peranan
spesies tersebut pada komunitas lainya. Indeks nilai penting berkisar antara 0-3.
Rumus yang digunakan dalam menghitung IV adalah IV=RFi+RDi+Rci. IV
merupakan indeks nilai penting, Rdi merupakan kerapatan relatif , RFi merupakan
frekuensi relatif dan RCi Penutupan relatif.
Rumus metode kuadran antara lain jarak pohon rata-rata (D), kepadatan
seluruh jenis (TD), kepadatan relatif (RDi), kepadatan mutlak suatu jenis (Di),
luas penutupan suatu jenis (Ci), luas penutupan relatif suatu jenis (RCi), frekuensi
suatu jenis (Fi), frekuensi relatif suatu jenis (RFi)dan nilai penting suatu jenis
(IVi).

Jarak pohon rata-rata (D) merupakan hasil dari total jarak masing-masing
(d1+d2+...)
pohon 1,2, 3 dan 4 dibagi dengan banyaknya pohon. Rumus D= . D
∑𝑛

merupakan jarak masing-masing pohon ke titik pusat kuadran. Kepadatan seluruh


jenis (TD) merupakan hasil bagi antara luas habitat yang dipergunakan untuk
menyatakan kepadatan dengan kuadrat jarak pohon rata-rata. Rumus TD= u/d2. U
merupakan luas habitat yang dipergunakan untuk menyatakan kepadatan. d2
merupakan kuadrat jarak pohon rata-rata.
Kepadatan relatif (RDi) merupakan hasil bagi antara jumlah pohon jenis i
dengan total pohon dari semua jenis. Rumus RDi= ni/∑𝑛. Ni merupakan jumlah
pohon jenis i. ∑𝑛 merupakan jumlah pohon semua jenis. Kepadatan mutlak suatu

26
jenis (Di) merupakan hasil kali antara kepadatan relatif (RDi) dengan kepadatan
seluruh jenis (TD). Rumus Di= (RDi)(TD). Rdi merupakan kepadatan relatif. Td
merupakan kepadatan seluruh jenis.
Luas penutupan suatu jenis (Ci) merupakan hasil kali antara luas
penutupan jenis i dengan kepadatan mutlak jenis i, dibagi dengan jumlah pohon
jenis i. Rumus Ci= (Ai)(Di)/ni. Ai merupakan luas penutupan jenis i. Di
merupakan kepadatan mutlak jenis i. Ni merupakan jumlah pohon jenis i. Luas
penutupan relatif suatu jenis (RCi), merupakan hasil bagi antara laus penutupan
jenis i dengan luas penutupan seluruh jenis. Rumus RCi= Ci/ ∑𝑐. Ci merupakan
luas penutupan jenis i. ∑𝑐 adalah luas penutupan seluruh jenis.
Frekuensi suatu jenis (Fi) merupakan hasil bagi antara jumlah kuadran
ditemukannya spesies i dengan jumlah seluruh kuadran. RumuS Fi= Ji/K. Ji
merupakan jumlah kuadran ditemukannya jenis i. K merupakan jumlah seluruh
kuadran. Frekuensi relatif suatu jenis (RFi) merupakan hasil bagi antara frekuensi
jenis i dengan frekuensi seluruh jenis. Rumus RFi= Fi/∑𝐹. Fi merupakan
frekuensi jenis i. ∑𝐹 merupakan frekuensi seluruh jenis. Nilai penting suatu jenis
(IVi) merupakan jumlah dari ketiga relatif (Rdi, Rfi dan RCi). Nilai penting
digunakan untuk mengetahui dominasi suatu spesies dalam komunitas
Kompas berasal dari bahasa Latin yaitu Compassus yang berarti jangka.
Kompas sendiri sudah dikenal sejak 900 tahun yang lalu terbukti dengan
diketemukannya kompas kuno yang dipakai pejuang China sekitar tahun 1100 M.
Kompas merupakan alat penentu arah mata angin. Kompas tediri atas magnet
jarum, yang dapat berputar bebas. Tidak seperti kompas pada umumnya, kompas
geologi memiliki beberapa fungsi khusus yaitu selain mengukur arah mata angin,
kompas geologi juga dapat digunakan untuk mengukur kedudukan suatu bidang
atau garis (bentuk kenampakan kompas dapat dilihat pada titik pada garis datar
tersebut dengan titik puncak (ujung) sebuah objek. Aplikasinya digunakan untuk
mengukur tinggi (panjang) suatu objek dengan memanfaatkan sudut elevasi.
Dengan kata lain fungsi atau kegunaannya adalah untuk menentukan besar sudut
elevasi dalam mengukur tinggi obyek secara tidak langsung. Dengan teknologi

27
digital. Klinometer tersebut dimodifikasi sehingga tidak lagi menggunakan busur
dan bandul sebagai pemberat tetapi dapat mengukur sudut elevasi lebih akurat
Kompas geologi merupakan alat yang sangat penting di bidang geologi,
geofisika, arkeologi dan bidang lain yang berbasis lapangan. Kompas geologi
yang ada saat ini masih menggunakan pembacaan secara manual sehingga resiko
kesalahan pembacaan cukup tinggi apabila penggunanya tidak teliti maupun
kurang paham dalam penggunaannya. TECHNO-KOMPAS merupakan sebuah
kompas geologi yang telah dimodifikasi menjadi lebih digital sehingga sangat
mempermudah pekerjaan lapangan dan meminimalisir kesalahan pengam-bilan
data. Dengan fungsi tersebut, TECHNOKOMPAS dapat berpe-luang besar untuk
dapat digunakan secara global dengan permintaan pasar yang tinggi dan dapat
dipatenkan sebagai salah satu karya anak bangsa
Kompas merupakan salah satu alat yang paling penting dalam navigasi
yang berfungsi dalam menentukan arah berdasarkan posisi kutub bumi. Kompas
bekerja berdasarkan gaya medan magnet. Kompas memiliki sifat magnet yang
selalu menunjuk arah utaraselatan, meskipun arah utara yang dimaksud disini
bukan sebenarnya, tetapi arah utara secara magnetis. Pada umumnya kompas
hanya dirancang dalam bentuk visual, sehingga hanya dapat digunakan bagi
mereka yang dapat melihat. Para tuna netra akan kesulitan jika menggunakan
kompas biasa, karena tidak dapat melihat dan lebih banyak mengandalkan
pendengaran.
Susunan Kompas, secara fisis kompas terdiri dari : 1. Badan, sebagai
pembungkus dan pelindung komponen utama kompas. 2. Jarum, selalu menunjuk
arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan magnet lain/ tidak
dipengaruhi medan magnet dan pergerakan jarum tidak terganggu/ peta dalam
posisi horizontal. 3. Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata
angin. Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam,
yaitu kompas bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal
kompas silva, sunto dll). Skala penunjuk umumnya berupa lingkaran 3600 dan
arah mata angin.

28
Adapun fungsi utama dari kompas adalah : 1. Untuk mencari arah utara
magnetis 2. Untuk mengukur besarnya sudut kompas 3. Untuk mengukur
besarnya sudut peta 4. Untuk menentukan letak orientasi Alat apa pun yang
memiliki batang atau jarum magnetis yang bebas bergerak menunjuk arah utara
magnetis dari magnetosfer sebuah planet sudah bisa dianggap sebagai kompas.
Arah mata angin di peroleh dari kompas konvensional yang telah di
modifikasi dengan rangkaian sensor kompas. Sensor kompas di rancang dengan
manggunakan 4 buah phototransistor dan pringan kompas. Phototransistor sebagai
sensor yang berfungsi menangkap cahaya sesuai dengan pola dari piringan
kompas sehigga di dapatkan data 4 bit yang selanjutnya di proses pada unit
pengolah informasi sistem.
Arah Mata Angin Mata angin biasa digunakan untuk menentukan arah
yang umumnya digunakan dalam navigasi, kompas dan peta. Berikut ini adalah
arah mata angin yang dapat ditentukan kompas: 1. Utara (0 0 ) disingkat U atau N
2. Timur laut (450 ) terletak antar timur dan utara, disingkat TL atau NE 3. Timur
(900 ) disingkat T atau E 4. Tenggara (1350 ) terletak diantara timur dan selatan,
disingkat TG atau SE 5. Selatan (1800 ) disingkat S 6. Barat daya (2250 ) terletak
diantara barat dan selatan, disingkat BD atau SW 7. Barat (2700 ) disingkat B atau
W 8. Barat laut (3150 ) diantara barat dan utara, disingkat BL atau NW.
Penutupan tumbuhan merupakan indikasi dari sistem akar di dalam tanah
dan ini menjadi ukuran terhadap pengaruh dalam kompetisi dengan faktor-faktor
ekologi yang lain. Menghitung luas penutupan tanaman bertujuan untuk
mengetahui presentase penutupan vegetasi terhadap lahan. Praktikum sampling
dan analisis vegetasi dengan menggunakan metode transek dan kuadaran
menggunakan besaran luas penutupan tanaman sebagai parameter ukur.
Luas penutupan tanaman dapat dilakukan dengan dua cara yaitu basal
coverage dan aerial covarage. Basal area merupakan suatu luasan areal dekat
permukaan tanah yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga
dengan mengukur diameter batang (Oktaviani et al., 2017:125). Penutupan tajuk
dalam mengurangi erosi yaitu penutup atas (aerial cover) dan penutup bawah
(contact cover) (Talakua & Osok, 2018:13). Penutupan tajuk yang biasanya

29
dilakukan pada tanaman tinggi dapat disebut sebagai aerial coverage (Schmidt et
al., 2018:1649).
Kegiatan analisis dan sampling dengan metode transek lebih tepat
menggunakan cara perhitungan penutupan basal untuk luas penutupan tanaman.
Sebagaimana (Oktaviani et al., 2017:125) yang dimaksud adalah memproyeksikan
tegak lurus bagian tanaman tersebut sehingga cocok untuk tanaman bawah seperti
rerumputan yang ditemukan pada metode transek. Sedangkan, aerial coverage
sebagaimana dalam (Schmidt et al., 2018:1649) merupakan pengukuran tajuk ata
pada tanaman, sehingga cocok untuk digunakan pada saat mengukur luas
penutupan pada tanaman tinggi atau pepohonan sebagaimana dalam kegiatan
sampling vegetasi metode kuadran.

30
BAB 6
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Metode transek dibagi menjadi dua yakni metode line intercept (line
transect) dan juga belt transect. Line transect biasa digunakan oleh ahli
ekologi tanaman untuk mempelajari komunitas padang rumput. Metode line
intercept transect digunakan untuk mencatat secara detail penutupan grup-
grup utama tumbuhan. Jika metode transek kuadrat digunakan untuk
mengamati tutupan pohon. Metode belt transect biasa digunakan untuk
mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan
sebelumnya. Distribusi semua tumbuhan di alam dapat disusun dalam tiga
pola dasar, yaitu acak, teratur dan mengelompok. Pola distribusi demikian
erat hubungannya dengan kondisi lingkungan.
6.2 Saran
1. Untuk Praktikan diharapkan lebih menguasai materi yang akan
dipraktikumkan saat itu, meningkatkan kerja sama sesama anggota
kelompok, dan menggunakan waktu dengan efisien.
2. Untuk Asisten Praktikum diharapkan menjelaskan atau memberikan dasar
yang lebih luas, sehingga praktikan tidak hanya mendapatkan sumber dari
modul.
3. Dan juga saat pemberian materi rumus-rumus hendaknya lebih rinci dan
tidak simpang siur. Namun pada praktikum kali ini pemberian rumus-rumus
sudah lebih baik dari praktikum sebelumnya.

31
DAFTAR PUSTAKA
Arief , Fahmi Fardiyan; Muchlas; Tole Sutikno. 2015. Kompas Digital dan Output
Suara Berbasis Mikrokontrol AT89S52. Jurnal Terkomnika. Vol. 6 (01) :
1-6.
Bennet, Jonathan A. dkk. 2017. Plant Soil Feedbacks and Mycorrhizal type
Influence Temperature forest Population Dynamics. Forest Ecology.Vol
355 (6321): 181 – 184
Chairunnisa., Suleman, Samsurizal M., Pitopang, Ramadhanil. 2018. Distribution
Patterns And Density Of “MPIRE” Caryota mitis Lour. Palm In Lore
Lindu National Park Central Sulawesi. Natural Science. Vol. 7(1): 71-80.

David, 2003. Terumbu Karang Jakarta. Jakarta: Terangi.


Dhamayanti, Eka; dkk. 2015. “THECHNO-COMPAS” Teknologi Kompas
Geologi Digital dan Klinometer Serba Bisa untuk Akuisisi Data
Pengukuran Strike-dip pada Bidang Geologi , Geofisika, dan Arkeolgi.
Academia- Industry Lingkage. 15-16.
Gibson, J. Phil dan Terri R, Gibson. 2006. Plant Ecology. New York : Infobase
Publishing.
Khambali. 2017. Model Perencanaan Vegetasi Hutan Kota. Yogyakarta: Penerbit
ANDI.

Martiningsih, Ni Gst. Ag. Gde Eka; I Made Suryana; dan Nandar Sutiadipraja.
2015. Analisa Vegetasi Hutan Mangrove di Taman Hutan Raya
(TAHURA) Bali. Agrimeta : Jurnal Pertanian berbasis Keseimbangan
Ekosistem. Vol. 5 (9) : 26-27.

Menajang, Febry S. I., Georis J. F. Kaligis2 dan Billy T. Wagey. 2017. Komunitas
Lamun Di Pesisir Pantai Pulau Bangka Bagian Selatan Kabupaten
Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax. 5(2): 121-
134.
Mudjiono, Gatot.2013. Pengelolaan Hama Terpadu, Konsep Taktik Strategi
Penyusunan rogram PHT, dan Implementasinya. Malang: UB Press

Nurjaman, Deden., Kusmoro, Joko., Santoso, Prihadi. 2017. Perbandingan


Struktur Dan Komposisi Vegetasi Kawasan Rajamantri Dan Batumeja
Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat. Jurnal Biodjati. Vol.
2(2):167-179.

Octaviany, Evi, A. Rahardjanto, L. Waluyo, dan Husamah. 2017. Keankeragaman


Tumbuhan Bawah di Hutan Hujan Tropis Blok Puyer Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru. Prosiding seminar nasional III tahun 2017.
370-374.

32
Oktaviani, S. I., L. Hanum, Z. P. Negara. 2017. Analisis Vegetasi di Kawasan
Terbuka Hijau Industri Gasing. Jurnal Penelitian Sains. 19(3): 124-131.

Rahman, Aziz Ur, dkk. 2016. Ecological Assessment of Plant Communities and
Associated Edaphic and Topographic Variables in the Peochar Valley of
the Hindu Mountains. Mountain Research and Development. Vol. 36 (3) :
332-333.

Ringsted, Charlotte; Brian Hodges; Albert Scherphier. 2011. The Research


Compass : An Introduction to Research in Medical Education . Medical
Teacher. Vol. 33: 695-709.

Schmidt, M. E, G. M. Perret, S. L. Bray, N. J. Bradley, R. E. Lee, J. A. Berger, J.


L. Campbell, C. Ly, S. W. Squyres, dan D. Tesselaar. 2018. Dusty Rocks
in Gale Crater: Assessing Areal Coverage and Separating Dust and Rock
Contributions in APXS Analyses. Journal of Geophysical Research:
Planets. 12(1): 1649-1673.

Subagiyo, I., dan Kusmartono. 2017. Kultur Padangan. Malang: UB Press.

Talakua, S. M., dan R. M. Osok. 2018. Efek Penggunaan Lahan Terhadap


Degradasi Tanah Pada Kebun Campuran di Kecamatan Kairatu Kabupaten
Seram Bagian Barat Propinsi Maluku. Jurnal Agrologia. 7(1): 9-16.

33

Anda mungkin juga menyukai