Oleh
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
I. PENDAHULUAN
Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan khas
terdapat didaerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai dan pulau pulau kecil dan
merupakan potensi sumber daya alam yang sangat potensial. Fungsi hutan mangrove
secara ekologis yaitu sebagai tempat pencarian makan (feeding ground), tempat
memijah (spawning ground) , dan tempat berkembang biak (nursery ground),
berbagai jenis ikan, udang, kerang dan biota laut lainnya, tempat bersarang berbagai
jelas satwa liar terutama burung dan reptile. Sedangkan Fungsi fisik dari hutan
mangrove diantaranya sebagai pengendali naiknya batas antara permukaan air tanah
dengan permukaan air laut ke arah daratan (intrusi), sebagai kawasan penyangga,
memacu perluasan lahan dan melindungi garis pantai agar terhindar dari erosi atau
abrasi (Tarigan, 2008).
Hutan mangrove yang biasanya juga disebut hutan bakau mempunyai karakteristik
yang khas, mengingat hidupnya berada di daerah ekotene yaitu perairan dan daratan.
Karakteristik mangrove ini terutama mampu berada pada kondisi salin dan tawar,
tidak terpengaruh iklim. Hutan mangrove terdapat di daerah pasang surut pantai
berlumpur yang terlindungi dari gerakan gelombang dan dimana ada pasokan air
tawar dan partikel partikel sedimen yang halus melalui air permukaan,serta air
bersanilitas payau 2-22 permil hingga asin mencapai 38 permil. Ekosistem mangrove
didefinisikan sebagai ekosistem dari pantai berlumpur dan teluk, goba, dan estuari
yang didominasi oleh halophyta, yakni tumbuh- tumbuhan yang hidup di air asin,
beradaptasi tinggi, yang berkaitan dengan anak sungai, rawa, dan banjiran, besama-
sama dengan populasi tumbuh-tumbuhan dan hewan.( sukirman rahim, 2017).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Mengenali jenis dan sifat manajemen hutan mangrove
2. Mengidentifikasi POAC dalam pengelolaan hutan mangrove di Indonesia dan
Luar Negeri
3. Mengenali kebijakan sebagai dasar pengelolaan hutan mangrove di Indonesia
Mengident
II. METODOLOGI
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 12 April 2021 pukul 15.00-17.50
WIB.Melalui via online.
Dalam praktikum ini alat dan bahan yang digunakan laptop, handphone, kuota
internet, jurnal, serta website resmi tentang informasi manajemen hutan.mangrove.
3.1 Hasil
Organizing:
Kepala bidang
Actuating :
1. Perumusan kebijakan teknis dibidang
kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olahraga
sesuai dengan rencana strategis yang telah
ditetapkan oleh pemerintah daerah
2. Perencanaan, pembinaan dan pengendalian
kebijakan teknis dibidang pengembangan
kebudayaan dan pariwisata
3. Perumusan, perencanaan dan pengendalian
kebijakan teknis dibidang pemasaran dan promosi
pariwisata
4. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan
pengendalian teknis dibidang pemuda dan
olahraga
5. Penyelenggaraan urusan pelaksanaan teknis dinas
6. Pelaksanaan unit pelaksanaan teknis dinas
7. Pembinaan kelompok jabatan fungsional
8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan bidang tugasnya
Controling:
1. Pengawasan Sarana dan Prasarana
2. Pengawasan Perilaku Pengunjung
3. Pengawasan Terhadap Lingkungan Hutan
Mangrove
Organizing
PEMDA Brebes
BAPPEDA Kaliwangi
Anggota:
Actuating
1. Tidak adanya investor tunggal dan pasar modern di
sekitar hutan mangrove Pandansari.
2. Adanya program-program yang membantu
perekonomian masyarakat (pasar tradisional yang
menjual kerajinan tangan).
3. Diberikannya infrastruktur yang menunjang
program pengelolaan hutan mangrove.
4. Adanya pembangunan dan pengembangan objek
wisata.
Controling
1. Adanya monev (monitoring and evaluation)
selama 6 bulan sekali oleh PEMDA.
2. Adanya pengawasan oleh DISBUPAR selama 3
bulan 1. sekali.
3. Hutan Mangrove Planning
Sriminosari. Visi:
Menjadi pusat infromasi pengelolaan ekosistem
mangrove berkelanjutan di Indonesia.
Misi:
1. Pengembangan kepariwisataan yang terencana
atau tersusun agar potensi yang dimiliki bisa
dikembangkan secara optimal.
2. Mendorong aksi konservasi dan pemanfataan
lahan basah secara bijaksana (wise use)
melalui aksi nasional dan kerjasama
internasional untuk mewujudkan pembangunan
secara berkelanjutan
3. Mengingatkan dan menegaskan kembali peran
penting eksistensi lahan basah bagi
kepentingan manusia, yang antara lain
berfungsi sebagai pusat kekayaan hayati,
sumber makanan, perikanan, pendukung
pertanian, pengendali banjir dan bencana alam
lainnya, dan mitigasi perubahan iklim.
4. Melaksanakan pengembangan pembangunan
Kawasan perdagangan, industry,perikanan dan
pariwisata
Organizing:
Actuating
1. Memberi mata pencaharian alternative sebagai
sumber pendapatan ekowisata adalah kegiatan
yang dapat menghargai potensi sumber daya local
2. Melalukan kegiatan rehabilitasi mangrove
bekerjasama dengan stakeholder terkait. Kegiatan
rehabilitasi yang diprakarsai oleh masyarakat.
3. Upaya konservasi adalah kegiatan mengelola dan
memanfaatkan sumber daya alam secara bijak
untuk memastikan keberadaannya saat ini dan di
masa depan.
Controling:
1. Pengawasan ketat dan tindakan tegas terhadap
beberapa kelompok nelayan yang diketahui
menggunakan bahan peledak dan racun.
2. Pengawasan terhadap tempat berpijah atau tempat
bertelurnya biota laut yang dilaksanakan oleh
masyarakat setempat dapat menjadi ìkontrol
sosialî. Para petugas pengawas ini dapat juga
sekaligus dilatih sebagai pemandu wisata bahari.
Organizing:
Actuating:
Persentase responden yang sangat aktif dalam
pelaksanaan kegiatan pelestarian hutan mangrove
sebesar 20%. Responden ini merupakan anggota dari
badan pengelola daerah perlindungan mangrove.
Responden yang menyatakan aktif dalam pelaksanaan
sebanyak 57%. Sedangkan 23% responden
menyatakan tidak aktif dalam pengelolaan, ini
merupakan responden wanita/ibu-ibu. Beberapa bentuk
pelibatan masyarakat antara lain: pelatihan mangrove
seperti pelatihan pengelolaan dan pelatihan hasil hutan
non kayu, penanaman mangrove secara gotong royong
dengan sistem padat karya. Peningkatan pengetahuan
dan keterampilan dalam pengelolaan mangrove secara
berkala, akan berpengaruh terhadap masyarakat,
sehingga mereka tahu manfaat dan fungsi hutan
mangrove bagi kehidupan, juga mengenal berbagai
tanaman mangrove.
Controling:
Kegiatan pelaksanaan ini telah dilakukan di Pulau
Pahawang, seperti pensosialisasian apabila ada
masyarakat lain yang merusak hutan, hal ini juga
mendapatkan presentase yang sangat baik yaitu 100%
mendukung. Saat ini kegiatan pengawasan hutan
mangrove masih seperti pengawasan biasa. Aspek
pengawasan dapat berjalan dengan baik apabila
terdapatnya perlengkapan yang memadai dan
pengetahuan yang cukup. Kemudian dalam
peranannya masyarakat berperan dalam menjaga
kelestarian hutan tersebut, meski mereka juga kadang-
kadang saja mengikuti pelaksanaannya. Pengawasan
yang dapat dilakukan adalah patroli rutin baik dari sisi
dan masyarakat dari Dinas Kehutanan di sekitar hutan.
Sosial
1. Adanya kegiatan bakti sosial untuk membersihkan
kawasan hutan mangrove.
2. Banyaknya kelompok sadar tani (KST) yang saling
membantu untuk mengelola hutan mangrove
Pandansari.
3. Kegiatan merangkai kerajinan pantai oleh wanita-
wanita di kawasan hutan mangrove Pandansari.
4. Pemanfaatan mangrove untuk digunakan sebagai
kayu bakar, kayu bangunan, arang dan tambak
tradisional.
Ekologi
1. Pengendalian banjir dan erosi pantai.
2. Stabilitas sedimen.
3. Perlindungan terhadap terumbu karang dari
pengaruh banjir dan daratan.
4. Suplai bahan organik dan hara.
5. Penyediaan nutrient.
6. Sebagai tempat hidup dan berlindung, bertelur,
tempat asuh.
7. Berkembangnya larva ikan dan udang yang
memiliki nilai ekonomi tinggi.
2. Hutan Mangrove Ekonomi
Sriminosari 1. Menjual tiket masuk untuk para pengunjung hutan
mangrove Pandansari.
2. Menjual tangkapan hasil laut di pasar tradisional.
3. Memberi mata pencaharian alternative sebagai
sumber pendapatan ekowisata
Sosial
1. Perubahan kepemilikian tanah, sosial dan budaya
masyarakat karena masyarakat bertindak sebagai
subjek dan penerima manfaat utama dan ekowisata
juga mendukung upaya pembangunan ekonomi
2. Kehidupan sosial budaya masyarakat yang ramah
tamah saling membantu melestarikan hutan
mangrove sriminosari.
3. Pemanfaatan mangrove untuk digunakan sebagai
kayu bakar, kayu bangunan, arang dan tambak
tradisional
Ekologi.
1. Melindungi pantai dari abrasi air laut
2. Habitat (tempat hidup) binatang laut untuk
berlindung, mencari makan, dan berkembang biak.
3. Mencegah intrusi air laut
4. Dapat menguraikan berbagai limbah organic juga
pengahalang saat angina kencang berhembus
disekitar pantai musim penghujan.
3. Hutan Mangrove Ekonomi
Tarakan 1. Menjual tiket masuk ekowisata mangrove dan
bekantan untuk para pengunjung
2. Menjual hasil tangkapan (kepiting bakau)
3. Etalase penjualan souvenir
4. Adanya pemasukan dari investor non tunggal
(perusahaan)
Sosial
1. Revitalisasi Sarana Prasarana (Sanpras) ekowisata
mangrove dan bekantan agar lebih produktif dan
menarik
2. Melakukan pelatihan soft skill kepada masyarakat
tentang pemanfaatan hutan mangrove
3. Melakukan promosi ekowisata mangrove dan
bekantan melalui media cetak maupun media
elektronik
4. Melakukan kerjasama dengan seluruh stakeholder
dalam mendukung pelestarian hutan mangrove
5. Mengembangkan industri produk kerajinan lokal
masyarakat seperti souvenir, makanan, dan obat-
obatan dari bahan baku mangrove .
Ekologi
1. Mencegah abrasi pantai.
2. Sebagai sumber makanan beberapa biota laut.
3. Tempat tinggal dan berkembang biak beberapa
biota laut.
4. Penyaringan karbondioksida.
5. Tempat singgah migrasi burung.
6. Mencegah intrusi air laut.
4. Hutan Mangrove Ekonomi
Pahawang Fungsi ekonomi yang ada di hutan mangrove yaitu
penghasil kebutuhan rumah tangga, penghasil
keperluan industri, dan penghasil bibit.
Sosial
Fungsi sosial yaitu sebagai peningkatan kondisi
ekonomi dan sosial masyarakat sekitar hutan yang me-
manfaatkan hasil hutan mangrove baik hasil hutan
kayu dan hasil hutan nonkayu.
Ekologi
1. Mencegah abrasi pantai.
2. Sebagai sumber makanan beberapa biota laut.
3. Tempat tinggal dan berkembang biak beberapa
biota laut.
4. Penyediaan nutrient.
5. Sebagai tempat hidup dan berlindung, bertelur,
tempat asuh.
6. Berkembangnya larva ikan dan udang yang
memiliki nilai ekonomi tinggi
3.2 Pembahasan
Secara umum hutan mangrove didefinisikan sebagai tipe hutan yang tumbuh pada
daerah pasang surut (terutama pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang
tergenang pada saat pasang dan bebas genangan pada saat surut yang komunitas
tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Hutan mangrove merupakan eksosistem
utama pendukung kehidupan masyarakat pesisir. Fungsi Hutan Mangrove antara lain
menjaga agar garis pantai tetap stabil. Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi
dan abrasi. Menahan badai/angin kencang dari laut. Menahan hasil proses
penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya lahan baru. Menjadi
wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air daratan yang
tawar. Mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2. Menghasilkan
bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton, sehingga
penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan. Tempat memijah dan berkembang
biaknya ikanikan, kerang, kepiting dan udang. Tempat berlindung, bersarang dan
berkembang biak dari burung dan satwa lain. Sumber plasma nutfah & sumber
genetik. Merupakan habitat alami bagiberbagai jenis biota. Penghasil kayu : bakar,
arang, bahan bangunan. Penghasil bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil,
makanan, obat-obatan, kosmetik. Penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting,
bandeng melalui pola tambak silvofishery. Tempat wisata, penelitian dan pendidikan
(Riwayati, 2014).
Sejauh ini di Indonesia tercatat setidaknya 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89
jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit dan
1 jenis paku. Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis (diantaranya 33 jenis pohon dan
beberapa jenis perdu) ditemukan sebagai mangrove sejati (true mangrove), sementara
jenis lain ditemukan disekitar mangrove dan dikenal sebagai jenis mangrove ikutan
(asociate asociate). Mangrove sejati adalah kelompok tumbuhan yang hanya dapat
hidup di lingkungan yang masih dipengaruhi pasang surut air laut (pantai dan muara
sungai) yang substrat dasarnya berupa lumpur endapan (aluvial). Mangrove sejati
biasanya memiliki adaptasi khusus yang dapat menunjang kehidupannya di
lingkungan mangrove. Adaptasi tersebut dapat berupa adapatasi morfologi seperti
modifikasi akar dan daun, serta adaptasi fisiologi. Mangrove ikutan adalah kelompok
tumbuhan yang berasosiasi dengan mangrove sejati. Mangrove ikutan tidak memiliki
bentuk adaptasi khusus karena bukan tumbuhan khas ekosistem mangrove namun
memiliki toleransi yang tinggi untuk dapat hidup pada kondisi lingkungan ekosistem
mangrove (Syakur, 2019).
Latar belakang terdapat kebijakan yang berbeda-beda adalah karena tingkat nasional
adalah kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat untuk seluruh daerah hutan
mangrove yang ada di Indonesia. Begitu pula dengan kebijakan di kecamatan dan
regional yang ditetapkan oleh Perda (Pemerintah Daerah). Pemerintah pusat
menyerahkan kebijakan pada daerah untuk mengelola wilayahnya atau bisa disebut
otonomi daerah dikarenakan tiap hutan mangrove memiliki kondisi wilayah yang
berbeda dengan daerah lainnya. Jadi tidak bisa hanya menggunkan kebijakan nasional
dari pemerintah yang bersifat untuk seluruh daerah. Karena hal itulah makan
diciptakannya kebijakan kecamatan dan daerah sebagai peraturan pendamping
kebijakan nasional yang tentu saja sudah sesuaikan dengan kondisi wilayah di setiap
taman mangrove (Safitri, 2016).
Pertama harus ada planning atau perencanaan yang jelas di mana ada visi dan misi di
dalamnya. Kedua adanya organisasi yang sudah tersusun dan jelas untuk proses
mengatur tim atau divisi, mengatur jadwal kerja, juga mengelompokkan tiap individu
sesuai kemampuannya, dimana organizing akan menuntut suatu bisnis untuk
memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki, khususnya sumber daya manusia,
dalam upaya mengubah rencana ke dalam bentuk aksi yang nyata. Ketiga terdapat
actuating atau pelaksanaan sebagai implementasi planning atau rencana ke dalam
bentuk aksi menjadi langkah penting untuk mencapai sukses dalam bisnis. Keempat
ada controlling untuk memastikan alur kerja bisnis berjalan sesuai rencana, bahkan
tiga poin di atas (planning, organizing, dan actuating) tidak akan berjalan sempurna
tanpa ada kontrol yang layak. Oleh karena itu dari kelima Taman Nasional di atas
yang memiliki POAC terbaik adalah Hutan Mangrove Tarakan karena memiliki
keempat aspek tersebut (Taniarza, 2018).
3.2.6 Apakah Pokok-Pokok Kegiatan pada HM Sudah Tepat? Jelaskan Apa Hal
yang Mendasari Kegiatan Tersebut
Pokok kegiatan yang ada di hutan mangrove sudah tepat. Dimana terdapat tuga pokok
kegiatan yaitu pokok kegiatan ekonomi, sosial dan ekologi. Pokok kegiatan ekonomi
didasarkan pada keinginan untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat di sekitar
kawasan hutan mangrove, karena pokok kegiatan ekonomi berkaitan dengan segala
hal yang bernilai ekonomi (uang). Pokok kegiatan sosial didasarkan pada hubungan
manusia dengan alamnya untuk menciptakan interaksi antara manusia dan alamnya
untuk tujuan pengelolaan hutan mangrove yang lebih baik. Sedangkan untuk pokok
kegiatan ekologi didasarkan pada hutan mangrove yang memberikan jasa lingkungan
dengan fungsi konservasi, menjaga dan mengendalikan siklus ekologi, seperti
menjaga oksigen maupun karbondioksida (Julaikha, 2017).
IV. KESIMPULAN
Julaikha, Siti dan Lita Sumiyati. 2017. Nilai ekologis ekosistem hutan mangrove.
Jurnal Biologi Tropis. 17(1) : 26-28.
Riwayati. 2014. Manfaat dan fungsi hutan mangrove bagi kehidupan. Jurnal
Keluarga Sehat Sejahtera. 12(24) : 17.
Sugiarti, Rita, Achyani, dan Muhfahroyin. 2020. Upaya Pelestarian Hutan Mangrove
Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Untuk
Meningkatkan Fungsi Hutan Mangrove. Biolova 1(1). 27-32.