Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN TAMAN NASIONAL DI PAPUA DAN SULAWESI

(Laporan praktikum manajemen hutan)

Oleh

Vinanda Arum Tri Kurniawan


NPM. 2014151001
Kelompok 4

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli,
dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam. aman
nasional memiliki fungsi strategis dan dapat memberikan manfaat dari kegiatan
konservasi. Kebijakan pengelolaan kawasan konservasi selama ini terfokus pada
konservasi sumberdaya alam. Meskipun kawasan konservasi mempunyai tujuan
utama pada upaya konservasi sumberdaya alam, tetapi secara normatif perlu
diupayakan untuk memenuhi tujuan yang lebih luas untuk merekonsiliasi ketegangan
antara sistem alam dengan sistem manusia. Sebagaimana diatur dalam UU nomer 5
tahun 1990.

Pembagian Taman Nasional di indonesia dibagi dalam dua kategori yaitu :Taman
Nasional darat dan tanam nasional laut. Total jumlah luasan Taman Nasional yang
ada di indonesia hingga tahun 2004 tercatat telah mencapai 16.380.491.64 Ha dengan
perincian untuk darat 12.336.950.34 Ha sedangkan laut 4.043.541.30 Ha. Kriteria
Penetapan Kawasan Taman Nasional (TN) antara lain, kawasan yang ditetapkan
mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara
alami. Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan
maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami.
Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh. Memiliki keadaan alam
yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu :
1. Mengenali manajemen taman nasional di Indonesia.
2. Mengidentifikasi POAC di Taman Nasional di pulau Jawa dan luar Pulau Jawa.
II. METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 5 April 2021 pukul 15.00-17.50 WIB.
Melalui via online.

2.2 Alat dan Bahan

Dalam praktikum ini alat dan bahan yang digunakan laptop, handphone, kuota
internet, jurnal, serta website resmi tentang informasi manajemen hutan.

2.3 Prosedur Kerja


Prosedur kerja dalam praktium ini, sebagai berikut :
1. Peserta praktikum berbagi menjadi 5 kelompok praktikum.
2. Setiap kelompok browsing manajemen taman nasional di pulau Jawa,
Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi serta Papua.
3. Identifikasi kegiatan POAC dari setiap taman nasional tersebut.
4. Susunlah bahasan keterkaitannya dan juga kelemahan atau kekurangannya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Hasil yang didapat dalam praktikum ini, sebagai berikut :

Tabel 1
No. Taman Sistem POAC
Nasional Zonasi
1. Taman  Zona Inti Perencanaan :
Nasional  Zona  Visi : ”Terwujudnya Taman Nasional Bunaken
Bunaken Pemuliha sebagai Pusat Ekowisata dan Studi Ekologi
n Kelas Dunia Berbasis Ekosistem Perairan Laut
 Zona dan Daratan yang Bermanfaat bagi Masyarakat.”
Rehabilit  Misi :
asi 1. Melestarikan ekosistem Laut dan Daratan
 Zona Taman Nasional Bunaken.
Pemanfaa 2. Melestarian manfaat sumber daya alam hayati
tan dan ekosistem Taman Nasional Bunaken
untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
menunjang budidaya dan pariwista alam.
3. Memantapkan kerja sama dengan parapihak
untuk pengelolaan Taman Nasional Bunaken.
4. Menyediakan peluang usaha bagi masyarakat
dan dunia usaha.

Pengorganisasian :
Ketua:
Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Utara

Sekretaris: Wakil Ketua:


Ketua Forum Ketua Assosiasi
Masyarakat Peduli Pengusaha Wisata
TN Bunaken Bahari Sulawesi
Utara

Anggota:
1. Dekan Fak. Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Samratulangi
2. Kepala Bapedalda Propinsi Sulut
3. Kepala Dinas Pariwisata Propinsi Sulut
4. Kepala Dinas Perikanan Propinsi Sulut
5. Kepala Balai TN Bunaken
6. Kepala Bapedalda Kab. Minahasa

Pelaksanaan :
1. Adanya intervensi anggaran dari pemerintah
pusat sebesar US $ 0,56/tahun/hektar.
2. Pemungutan biaya masuk Taman Nasional
Bunaken, yang di gunakan sebagai dana
alternatif.
3. Sebagai salah satu sumber ekonomi Sulawesi
Utara.
4. Adanya peraturan perundangan terbaru yang
memungkinkan untuk pengelolaan Taman
Nasional Bunaken.
5. Adanya sosialisasi kepada masyarakat berkenaan
pengelolaan sumber daya alam di TNB.

Pengawasan :
1. Pemberian laporan oleh Direktur Eksekutif
DPTNB kepada Wakil Gubernur, jika ada
tindakan penyelewengan terhadap program-
program yang sudah ditetapkan.
2. Evaluasi program tahunan dan tahunan dan lima
tahunan oleh DPTNB.
3. DPTNB membantu pengamanan dan Membantu
pengamanan, pengawasan, dan pengelolaan TNB
2. Taman  Zona inti. Perencanaan:
Nasional  Zona  Visi: Terwujudnya Taman Nasional Taka
Taka perlindung Bonerate sebagai Kawasan Pelestari Terumbu
Bonerate an bahari Karang Terdepan, Kawasan Pengembangan
 Zona dan Tujuan Wisata Alam Laut Utama di
pemanfaata Sulawesi.
n.  Misi :
 Zona 1. Memantapkan dan Meningkatkan
khusus Pengelolaan Konservasi Sumber Daya
 Zona Alam Hayati dan Ekosistemnya.
tradisional 2. Memantapkan dan Meningkatkan
 Zona religi, Perlindungan Kawasan Konservasi Perairan
budaya dan dan Penegakan Hukum.
sejarah 3. Mengembangkan Secara Optimal
 Zona Pemanfaatan Sumberdaya Alam Hayati dan
rehabilitas Ekosistemnya Berdasarkan Prinsip
Kelestarian.
4. Mengembangkan Kelembagaan dan
Kemitraan Dalam Rangka Pengelolaan
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.

Perorganisasian:

Pelaksanaan:

1. Konservasi sumber daya alam dan ekosistem.


2. Perlindungan dan pengamanan kawasan.
3. Pemberdayaan masyarakat di dalam kawasan.
4. Pengembangan ekowisata yang berkelanjutan.
Pengawasan :
1. Operasi pengamanan kawasan dalam rangka
pengamanan kawasan TNTBR.
2. Operasi intelijen/pulbaket operasi fungsiona,
operasi gabungan.
3. Rapat koordinasi pengamanan kawasan tingkat
kabupaten, konsultasi dan koordinasi
pengamanan kawasan ke pusat.
4. Penyidikan tindak pidana bidang konservasi
sumberdaya alam hayati dan ekosistem serta
tindak pidana bidang perikanan.
5. Patroli MMP (masyarakat mitra polhut).
6. Operasi khusus dan supervisi penanganan
gangguan kawasan dan SDAHE.
7. Monitoring dampak illegal fishing terhadap
keanekaragaman hayati laut.

3. Taman  Zona Inti Perencanaan :


Nasional  Zona Rimba
Wasur  Zona 1. Bagaimana memahami pandangan dan sikap
Pemanfaatan masyarakat adat terhadap tempat tempat
 Zona Khusus penting dalam adat mereka dan bentuk
 Zona Religi keterlibatan pemerintah dalam pengelolaan
tempat tersebut.
2. Penyesuaian flora dan fauna target pengelolaan
dengan flora dan fauna yang menjadi Totem
pada masyarakat adat.
3. Memahami kelembagaan yang berlaku dalam
masyarakat adat dan bagaimana kolaborasi
yang bisa dilaksanakan dalam pengelolaan
taman nasional.
4. Melaksanakan program program peningkatan
pemahaman masyarakat adat terhadap konsep
pelestarian alam yang sejalan dengan.
perkembangan pengetahuan masyarakat adat
5. Penegakan hukum bagi para pelanggar
aturan,khususnya bagi para pendatang.
6. Amalgamisasi pola penggunaan lahan dan
sumber daya masyarakat adat dengan zonasi
taman nasional.

Pengorganisasian :
1. Kementerian lingkungan hidup dan Kehutanan.
2. Masyarakat adat.
3. Kongres Taman Dunia.

Pelaksanaan :

1. Dalam melaksanakan pembangunan sarana dan


prasarana pengelolaan taman
nasional,pembangunan baru bisa dilaksanakan
balai TNW bila sudah terjadi kesepakatan
lokasi.
2. Penyususan Zonasi sebagai sistem pengelolaan
taman nasional menjadi sulit diplementasikan
yaitu pada zona inti dan zona pemanfaatan
3. Pasir pantai disektor ndalir yang menimbulkan
dampak langsung berupa abrasi sulit ditangani
oleh balai BTN.
4. Keberadaan TNW dinilai menghambat
pembangunan oleh masyarakat yang
disampaikan oleh kepala desa onggaya karena
pelarangan masuknya alat berat ke desa mereka
yaitu TNW.

Pengawasan :

1. Gunakan ukuran ukuran kebijakan2 praktek2


berdasarkan pengakuan secara utuh dan
mengormati hak hak masyarakat adat,termasuk
masyarakat adat yang masih berpindah dan
masyarakat lokal yang menyangkut kawasan
dilindungi.
2. Menyesuaikan manajemen kawasan dilindungi
dan kawasan konservasi masyarakat untuk
kebutuhan khusus dari masyarakat adat yang
masih berpindah.
3. Mengembangkan dan mengadopsi mekanisme
untuk menjamin partisipasi secara penuh dari
masyarakat.
4. Berlandaskan kebebasan.
4. Taman  Zona inti Perencanaan :
Nasional  Zona  Visi : " Taman Nasional Lorentz menjadi pusat
Lorentz tradisional gravitasi model pembangunan berkelanjutan
 Zona tingkat global"
lindung/bud  Misi :
aya
1. Mempertahankan nilai penting
 Zona
pemanfaata kawasan berbasis Ipteks.
n 2. Mengembangkan inovasi pemanfaatan
sumber daya alam demi mendukung
ekonomi berkelanjutan yang arif.
3. Mengembangkan peran aktif
masyarakat demi mendukung fungsi
kawasan.
4. Mengembangkan kapasitas
kelembagaan dan kerjasama para pihak
dalam prespektif pembangunan
berkelanjutan.

Pengorganisasian :

Pelaksanaan :
1. Pembangunan Jangka Panjang Taman Nasional
Lorentz yang dilaksanakan USAID Lestari.
2. Perlindungan dan pengamanan kawasan di
taman Nasional Lorentz.
3. Masyarakat ikut menjaga dan melestarikan
kondisi Taman Nasional.
4. Pembangunan jalan trans Papua
memperhatikan kelestarian taman Nasional
Lorentzt.

Pengawasan :

1. Kawasan Lorentz sebagai kawasan yang


dilindungi oleh Direktorat Jendral Kehutanan,
FAO, IUCN dan WWF.
2. Balai Taman Nasional Lorentz merupakan Unit
Pelaksana Teknis pengelola kawasan
konservasi TN Lorentz yang bekerja di bawah
koordinasi Direktorat Jenderal Konservasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistem
Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.

5. Taman  Zona inti Perencanaan:


Nasional
 Zona  Visi : ”terwujudnya kebersamaan ngata untuk
Lore kehidupan yang harmonis dengan alam dan
Lindu pemanfaatan berkelanjutan (Hintuwu ngata molingku
katuwua)”.
 Zona rimba
 Misi :
 Zona 1. Memelihara dan mempertahankan adat
secara konsisten.
tradisional
2. Meningkatkan kualitas pendidikan,
kesehatan dan tingkat perekonomian
masyarakat.
3. Membangun solidaritas perjuangan
masyarakat adat antar desa.

Pengorganisasian :
Pelaksanaan:
1. Pelaksanaan penyusunan rancang bangun,
pembentukan dan pengusulan penetapan
wilayah pengelolaan hutan lindung dan hutan
produksi serta pertimbangan teknis institusi
wilayah pengelolaan hutan.
2. Pengelolaan taman hutan raya, penyusunan
rencana pengelolaan (jangka menengah dan
jangka panjang) dan pengesahan rencana
pengelolaan jangka pendek serta penataan
blok (zonasi) dan pemberian perizinan usaha
pemanfaatan serta rehabilitasi di Taman Hutan
Raya skala provinsi.
3. Pelaksanaan rehabilitasi hutan dan
pemeliharaan hasil rehabilitasi hutan pada
Taman Hutan Raya skala provinsi.
4. Pelaksanaan rehabilitasi hutan dan
pemeliharaan hasil rehabilitasi hutan pada
hutan produksi, hutan lindung yang tidak
dibebani izin pemanfaatan/ pengelolaan hutan,
dan lahan di luar kawasan hutan skala
provinsi.

Pengawasan:
1. Pemantauan, evaluasi dan fasilitasi hutan, hak
dan aneka usaha kehutanan.
2. Pengawasan terhadap efektivitas pelaksanaan
pembinaan penyelenggaraan oleh kabupaten
/kota dan kinerja penyelenggara provinsi serta
penyelenggaraan oleh kabupaten/kota di
bidang kehutanan.
3. Pengawasan pemberian izin pemanfaatan
tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi
dan tidak termasuk dalam lampiran
(Appendix) CITES.
4. Pemantauan, evaluasi dan fasilitas
pemberdayaan masyarakat setempat di dalam
dan di sekitar kawasan hutan.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Kesamaan Zona

Kesamaan kelimana zona pada Taman Nasional adalah zona inti, hal ini dikarenakan
zona inti merupakan zona yang secara khusus tidak boleh di eksploitasi dimana
berfungsi untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati yang masih khas dan
asli, kesamaan zona pada kelima Taman Nasional selanjutnya adalah zona
pemanfaatan hal ini dikarenakan zona pemanfaatan adalah kawasan yang letak,
kondisi dan potensi alamnya yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan
pariwisata alam dan kondisi/jasa lingkungan ataupun untuk kepentingan lainnya bisa
dimanfaatkan oleh pemerintah maupun masyarakat sekitar. Kesamaan antara Taman
Nasional Bunaken dengan Taman Nasional Taka Bonerate ada pada zona rehabilitasi
karena zona rehabilitasi berfungsi sebagai kawasan untuk pemulihan jomunitas hayati
dan ekosistemnya yang mengalami kerusakan, oleh karena Taman Nasional Bunaken
dan Taman Nasional Taka Bonerate mengalami kerusakan maka dibentuklah zona
rehabilitasi. Kesamaan zona yang berikutnya adalah zona tradisional yang ada pada
Taman Nasional Taka Bonerate, Lorentz, dan Lore Lindu, kesamaan ini terjadi
karena masyarakat di sekitar Taman Nasional tersebut masih sangat erat bergantung
dengan Taman Nasional tersebut, dimana tentu saja pengelolaan Taman Nasional
oleh masyarakat tersebut masih secara tradisional. Kesamaan selanjutnya adalah pada
Taman Nasional Bonerate dan Wasur dengan zona khusus dan zona budaya, religi,
serta sejarah, kesamaan untuk zona khusus terjadi karena pada saat penetapan Taman
Nasional sudah ada pemukiman masyarakat di dalamnya sehingga mau tidak mau
terbentuklah zona khusus ini, kesamaan untuk zona budaya, religi, serta sejarah
terjadi karena di dalam Taman Nasional ini terdapat situs religi, peninggalan warisan
budaya dan atau sejarah yang dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan, perlindungan
nilai-nilai budaya, atau sejarah. Kesamaan yang terakhir adalah zona rimba pada
Taman Nasional Wasur dengan Taman Nasional Lore Lindu kesamaan ini terjadi
karena wilayah perairan laut pada Taman Nasional ini, dimana zona rimba adalah
wilayah perairan laut yang berfungsi untuk perlindungan bahari yang karena letak,
kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti
dan zona pemanfaatan (Soekmadi, 2006).

3.2.2 Ciri Khas Zona

Zona yang menjadi ciri khas dari zona lainnya antara lain zona lindung di Taman
Nasional Lorentz hal ini karena Taman Nasional Lorentz dilindungi dengan ketat oleh
World Wildlife Federation dan UNESCO dimana berisi beberapa ekosistem,
termasuk padang rumput, rawa-rawa, pantai lautan, hutan hujan, dan pegunungan
alpine yang diatapi oleh gletser tropis yang langka. Termasuk juga Gunung yang
paling terkenal, Puncak Jaya, adalah puncak tertinggi di Asia Tenggara, serta Taman
Nasional Lorents adalah rumah bagi banyak hewan, termasuk kanguru pohon dan
harimau, banyak spesies burung langka seperti burung beo Pesquet yang terlihat di
Doodle hari ini, dan pencilan seperti echidna - mamalia "trenggiling berduri" yang
bertelur (Dunggio, 2009).

Keunikan zona yang kedua adalah zona perlindungan bahari di Taman Nasioanl Taka
Bonerate, zona ini hampir sama dengan zona rimba, bedanya jika zona rimba
berkaitan dengan pengawetan keanekaragaman hayati dan ekosistem di kawasan
hutan, zona perlindungan bahari adalah zona pengawetan keanekaragaman biota di
perairan laut.yang bertujuan untuk kepentingan penelitian, pendidikan konservasi,
wisata terbatas, habitat satwa migran dan menunjang budidaya serta mendukung zona
inti (Mahmud, 2019).

Zona yang berbeda dengan zona lainnya adalah zona pemulihan di Taman Nasional
Bunaken. Zona pemulihan adalah untuk berbagai kawasan yang membutuhkan
waktuagar bisa pulih kembali dari kerusakan di masa lampau, seperti pembabatan
hutan, penangkapan ikan yang berlebihan, dan pemboman terumbu karang
(Soekmadi, 2006).

3.2.3 POAC Ideal

POAC yang ideal dalam manajemen pengelolaan hutan menurut UU nomer 5 tahun
1990. Pertama harus ada planning atau perencanaan yang jelas di mana ada visi dan
misi di dalamnya. Kedua adanya organisasi untuk proses mengatur tim atau divisi,
mengatur jadwal kerja, juga mengelompokkan tiap individu sesuai kemampuannya,
dimana organizing akan menuntut suatu bisnis untuk memanfaatkan segala sumber
daya yang dimiliki, khususnya sumber daya manusia, dalam upaya mengubah
rencana ke dalam bentuk aksi yang nyata. Ketiga terdapat actuating atau pelaksanaan
sebagai implementasi planning atau rencana ke dalam bentuk aksi menjadi langkah
penting untuk mencapai sukses dalam bisnis. Keempat ada controlling untuk
memastikan alur kerja bisnis berjalan sesuai rencana, bahkan tiga poin di atas
(planning, organizing, dan actuating) tidak akan berjalan sempurna tanpa ada kontrol
yang layak. Oleh karena itu dari kelima Taman Nasional di atas yang memiliki POAC
ideal adalah Taman Nasional Lore Lindu karena sudah memiliki aspek-aspek yang
dijelaskan di atas (Taniarza, 2018).
IV. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh, sebagai berikut:


1. Setiap Taman Nasional memiliki kesamaan serta keunikan masing-masing. Hal
ini tergantung pada kondisi alam maupun sosial Taman Nasional.
2. POAC yang ideal harus ada perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta
pengawasan yang baik dan terencana.
DAFTAR PUSTAKA

Dunggio, Iswan dan Hendra Gunawan. 2009. Telaah sejarah kebijakan pengelolaan
taman nasional di Indonesia. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. 6(1) : 47-
56.

Mahmud Ahmir. 2015. Zonasi konservasi untuk siapa?. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. 18(3) : 243.

Soekmadi, Rinekso.dkk. 2006. Penyusunan zonasi taman nasional Manupeu


Tanadaru, Sumba berdasarkan kerentanan kawasan dan aktivitas masyarakat.
Media Konservasi. 6(1) : 14-15.

Taniarza, Rentana.dkk. 2018. Pengelolaan informasi melalui website dinas tanaman


pangan dan hortikultura Provinsi Jawa Barat. Jurnal Ilmu Hubungan
Masyarakat. 3(1) : 81-89.

Anda mungkin juga menyukai