Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

PENETAPAN KADAR LENGAS TANAH

Oleh :
Golongan H/Kelompok 4A
1. Muhammad Qasim Zailani 171510501188
2. Muhammad Gandi Siregar 171510501190
3. Qodarusman 171510501192

LABORATORIUM PEDOGENESIS DAN KLASIFIKASI TANAH


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman yang tersusun dari horizon-
horizin yang terdiri dari bahan omineral dan organik. Tanah merupakan bagian
dari kulit bumi teratas. Tanah memiliki komponen terdiri atas mineral, organik,
air, dan udara yang tersusun antara satu dengan yang lainnya untuk membentuk
tubuh tanah. Tanah memiliki sifat yang berbeda dengan dibawahnya dan
mempunyai tebel yang tidak sama yang dipengaruhi oleh faktor genetis dan
lingkungan.
Tanah berfungsi sebagai tempat tumbuhnya dan berkembangnya perakaran
penampang, tegak tumbuhnya tanaman dan penyumplai kebutuhan air dan udara.
Tanah dalam keadaan basah yang memiliki kapasitas kandungan bahan organik
yang tinggi dapat memiliki kapasitas penyangga yang rendah. Tanah berpengaruh
penting pada pertumbuhan tanaman melalui air dan udara.
Kandungan air yang sesuai dapat meningkatkan volume pori tanah,
sehingga dapat mendorong proses struktur tanah yang baik. Tanah yang memiliki
ruang pori yang baik dapat berdampak bagi pergerakan air dan udara masuk
keluar tanah secara leluasa. Tanah dapat dikatakan baik apabila tanah memiliki
kandungan air yang cukup serta mengandung bahan-bahan organik di dalamnya.
Kadar lengas tanah merupakan kandungan air (moisture) yang berada di
dalam tanah, yang terkait oleh berbagai gaya ikat matriks, osmosis, dan kapiler.
Jenis dari masing-masing lapisan atau horizon tanah memiliki kadar lengas yang
berbeda-beda, tergantung faktor yang mempengaruhinya. Lengas tanah sangat
berperan penting dalam menjaga kelembaban tanah kerena lengan tanah mengisi
pori-pori tanah pada suhu kamar menjadi dua pertiga bagian dan menjadi satu
pertiga bagian jika suhu meningkat. Kebutuhan tanah terhadap air dan
kemempuan tanah dalam menyimpan air sangat penting untuk mengetahui kadar
lengas tanah.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami tentang kadar lengas tanah melalui metode
kadar lengas kering angin dan kapasitas lapang serta hubungannya dengan
sifat fisik tanah.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Sifat fisik tanah yang penting dan memiliki dampak yang besar lingkungan
dan pertanian salah satunya adalah struktur tanah. Distribusi ukuran agregat
kering dan tanah yang terkait. Indeks struktur merupakan parameter penting
dalam memahami keadaan struktural tanah (Belic et.al. 2012).
Ruang pori – pori tanah terbentuk dari partikel tanah dipengaruhi oleh
tekanan. Sedangkan konsistensi tanah tergantung pada stabilitas ukuran ruang
tanh. Sirkulasi yang berlangsung didalam tanah dipengaruhi oleh kerapatan
porositas. Pertukaran oksigen dan karbondioksida didalam tanah dipengaruhi ole
faktor air dan udara didalam satuan volume tanah. (Saadat et al, 2017).
Pori – pori tanah yang mengandung air disebut juga dengan kadar lengas
tanah. Kebutuhan air pada setiap tanaman berbeda-beda tergantung dari jenis
tanaman. Kadar lengas tanah sangat penting dalam pertanian karena pengaturan
lengas tanah dapat diatur untuk serapan unsur hara dan pernafasan akar- akar
tanaman ( Suharto, 2013). Ukuran butiran tanah sangat berpengaruh terhadap sifat
tanah. Kapasitas simpan air tanah dipengaruhi oleh kedalaman efektif tanah,
distribusi ukuran partikel dan distribusi ruang pori mikro tanah (Simaremare,
2015).
Air merupakan komponen utama tubuh tanaman, bahkan hampir 90% sel –
sel tanaman dan mikroba terdiri dari air. Air memilik peran yang menguntungkan
dan juga merugikan. Peran air yang menguntungkan meliputi pelarut dan
pembawa ion – ion hara dari rhizofer kedalam akar kemudian kedalam daun.
Peran yang merugikan meliputi tanah yang jeuh dengan air menyebabkan
terhambatnya aliran udara kedalam tubu, sehingga menganggu respirasi dan
serapan hara oleh akar, serta aktivitas mikroba yang menguntungkan (Guber et al,
2016).
Sifat kelekatan tanah dapat terjadi jika kadar air didalam tanah rendah.
Konsistensi basah pada air disekitar kapasasitas-lapangan digunakan untuk
menilai derajat kelekatan tanah terhadap benda-benda yang menempelinya.
Derajat keteguhan tanah digunakan untuk menilai konsistensi kelembaban tanah.
Konsistensi kering untuk menilai derajat kekerasan tanah (Hanafiah, 2015).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum Sains Tanah pada acara “Penetapan Kadar Lengas
Tanah” dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 02 November 2017 yang dimulai
pada pukul 16.10 WIB sampai selesai di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan antara lain:
3.2.1 Alat:
- Aluminium Foil
- Timbangan
- Oven
- Eksikator

3.2.2 Bahan:
- Sampel tanah

3.3 Pelaksanaan Praktikum


Pelaksanaan praktikum yang dilakukan pada acara penetapan kadar lengas
tanah ialah:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Menimbang berat aluminium foil sebagai bobot (a) gram.
3. Menimbang sampel tanah sebanyak 10 gr.
4. Memasukkan sampel tanah yang telah ditimbang ke dalam aluminium foil.
5. Menimbang berat aluminium foil berisi tanah sebagai bobot (b) gram.
6. Mengeringkan tanah dengan menggunakan oven dengan suhu 105oC selama 24
jam
7. Mengeluarkan sampel tanah dari oven dan memasukkan ke dalam eksikator
selama 15 menit.
8. Menimbang aluminium foil berisi tanah setelah di oven sebagai (c) gram.
3.4 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati dalam kegiatan praktikum adalah:
1. Bobot aluminium foil
2. Bobot aluminium foil dan tanah sebelum di oven
3. Bobot aluminium foil dan tanah setelah di oven
4. Persentase kadar lengah tanah pada masing-masing lapisan

3.5 Analisis Data


Data yang diperoleh setelah melakukan praktikum “Penetapan Kadar
Lengas Tanah” akan dianalisis dengan menggunakan metode statistik kuantitatif.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Kadar Lengas Tanah (%)


100%

50%

0%

Lapisan 4Lapisan 3
Lapisan 2
Lapisan 1

Lapisan 4 Lapisan 3 Lapisan 2 Lapisan 1


Kadar Lengas (%) 17,39% 13,70% 19,45% 9,99%

Grafik 1. Hasil pengamatan kadar lengas tanah

Penetapan kadar lengas tanah dilakukan dengan metode kapassitas lapanag.


Hasil percobaan kadar lengas tanah pada setiap lapisan tanah didapat hasil yang
berbeda-beda. Perlakuan lapisan 4 pada saat penimbangan bobot alumanium foil
untuk memperoleh hasil (a) sebesar 1,5 g, penimbangan tanah dan alumanium
sebelum di oven untuk memperoleh hasil (b) sebesar 11,56 g, dan penimbangan
tanah dan alumanium foil setelah di oven untuk memperoleh hasil (c) sebesar
10,67 g. Berdasarkan data percobaan tersebut didapat hasil perhitungan kadar
lengas tanah pada lapisan 4 sebesar 17,39%.
Perlakuan lapisan 3 pada saat penimbangan bobot alumanium foil untuk
memperoleh hasil (a) sebesar 1,5 g, penimbangan tanah dan alumanium sebelum
di oven untuk memperoleh hasil (b) sebesar 11,54 g, dan penimbangan tanah dan
alumanium foil setelah di oven untuk memperoleh hasil (c) sebesar 10,33 g.
Berdasarkan data percobaan tersebut didapat hasil perhitungan kadar lengas tanah
pada lapisan 3 sebesar 13,70%.
Perlakuan lapisan 2 pada saat penimbangan bobot alumanium foil untuk
memperoleh hasil (a) sebesar 1,56 g, penimbangan tanah dan alumanium sebelum
di oven untuk memperoleh hasil (b) sebesar 11,51 g, dan penimbangan tanah dan
alumanium foil setelah di oven untuk memperoleh hasil (c) sebesar 9,89 g.
Berdasarkan data percobaan tersebut didapat hasil perhitungan kadar lengas tanah
pada lapisan 2 sebesar 19,45%.
Perlakuan lapisan 1 pada saat penimbangan bobot alumanium foil untuk
memperoleh hasil (a) sebesar 1,5 g, penimbangan tanah dan alumanium sebelum
di oven untuk memperoleh hasil (b) sebesar 11,52 g, dan penimbangan tanah dan
alumanium foil setelah di oven untuk memperoleh hasil (c) sebesar 10,61 g.
Berdasarkan data percobaan tersebut didapat hasil perhitungan kadar lengas tanah
pada lapisan 1 sebesar 9,99%.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan dari hasil pengamatan kadar lengas tanah yang diuji dengan
cara di oven menggunakan suhu 105oC selama 24 jam menghasilkan persentase
kadar lengas yang berbeda-beda. Metode pengujian kadar lengas tanah yang
digunakan ini adalah metode gravimetri. Metode gravimetri memiliki prinsip kerja
dengan mencari selisih bobot lengas tanah antara sebelum dikeringkan dengan
oven dan setelah kering oven. Lapisan tanah pertama mengandung air sebanyak
9.99 %, tanah lapisan kedua mengandung air sebanyak 19.45 %, tanah lapisan
ketiga mengandung air sebanyak 13.70%, sedangkan tanah lapisan keempat
mengandung air sebanyak 17.39 %. Kandungan air tertinggi terjadi pada tanah
lapisan kedua yaitu sebanyak 19.45 %, dan kandungan air terendah terdapat pada
lapisan tanah pertama sebanyak 9.99 %.
Kadar lengas tanah adalah sejumlah air yang ditahan pada ruang antara
partikel pada tanah yang ditunjukkan oleh kelembaban pada permukaan tanah
yang digunakan sebagai indikator kekeringan (Hadi, 2012). Kadar lengas tanah
dapat menentukan proses penyerapan hara dan pernapasan akar-akar tanaman di
atasnya. Tanah dapat dikatakan baik apabila tanah tersebut memiliki kandungan
air yang cukup serta mengandung bahan-bahan organik di dalamnya. Semakin
baik kualitas tanah maka semakin baik pula pertumbuhan dan perkembangan
suatu tanaman. Menurut Prijono dan Laksmana (2016), kedalaman profil tanah
mempengaruhi kadar lengas pada tanah. Lapisan tanah yang berada di bagian
bawah cenderung memiliki tingkat kadar lengas yang lebih rendah dibandingkan
dengan lapisan di atasnya. Namun pada pengamatan kadar lengas di atas,
menimbulkan perbedaan yang menghasilkan data bahwa lapisan pertama memiliki
kadar lengas yang paling kecil diantara lapisan lainnya, lapisan kedua memiliki
kandungan air yang tertinggi dibandingkan dengan yang lainnya.
Kandungan air pada tanah dapat dipengaruhi oleh iklim, jenis tanah,
topografi, serta vegetasinya. Curah hujan merupakan sumber air alami pada tanah
dan jenis tanah akan mempengaruhi proses filtrasi air. Topografi tanah akan
mempengaruhi laju air. Laju air yang pelan akan memaksimal penyerapan air
pada tanah. begitu juga dengan vegetasi pada tanah. Vegetasi pada tanah ialah
tumbuhan yang tumbuh di atas permukaan tanah tersebut. Vegetasi yang rapat
mampu meningkatkan infiltrasi pada tanah sehingga mampu meningkatkan kadar
lengas tanah (Prijono dkk., 2015).
Kandungan air pada tanah dapat dilihat secara fisik, seperti warna pada
tanah dan tekstur tanah. Semakin pucat warna tanah maka semakin sedikit
kandungan air pada tanah tersebut. Tekstur tanah adalah ukuran dari butiran
butiran tanah. tekstur tanah berpengaruh terhadap kemampuan mengikat air.
Semakin halus tekstur tanah maka semakin besar kemampuan mengikat airnya
(Achmad dan Putra, 2016). Kadar lengas tanah juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor lain seperti karakter tanah, jenis vegetasi, penggunaan lahan, dan sistem
pengolahan tanah. Beberapa faktor ini mempengaruhi laju evaporasi, infiltrasi,
transpirasi, dan run off yang berdampak terhadap kelembaban tanah (Prijono dan
Laksmana, 2016). Tingginya kandungan air pada tanah menunjukan bahwa tanah
tersebut terdapat banyak aktivitas mikroba dan banyaknya kandungan bahan
organik yang terkandung di dalam tanah tersebut (Kusumastuti, 2013).
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Kesimpulan
1. Kandungan air pada tanah dapat dipengaruhi oleh iklim, jenis tanah,
topografi, serta vegetasinya.
2. Kandungan air pada tanah dapat dilihat secara fisik, seperti warna pada
tanah dan tekstur tanah. Semakin pucat warna tanah maka semakin sedikit
kandungan air pada tanah tersebut.
3. Kandungan air tertinggi terjadi pada tanah lapisan kedua yaitu sebanyak
19.45 %, dan kandungan air terendah terdapat pada lapisan tanah pertama
sebanyak 9.99 %.

5.3 Saran
Kegiatan praktikum telah berjalan sesuai dengan bagaimana mestinya dan
sesuai dengan yang tertera pada modul. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S.R. dan Putra, R.C. 2016. Pengelolaan Lengas Tanah Dan Laju
Pertumbuhan Tanaman Karet Belum Menghasilkan Pada Musim Kemarau
Dan Penghujan. Penelitian Perkaretan, 35(1): 1-10.

Belic, M., N. Nesic, M. Monojlovic, and V. Ciric. 2012. Soil Dry Aggregate Size
Distribution: Effects Of Soil Type Andland Use, 12(4): 689-703

Guber, K.A., K.N. Alexandra. 2016. Soil Pores and Their Contribution to Soil
Carbon Processes, 9(1): 33-56.

Hadi, A.P. 2012. Penentuan Tingkat Kekeringan Lahan Berbasis Analisa Citra
Aster Dan Sistem Informasi Geografis. Geografi Indonesia, 26(1): 1-26.

Hanifah, A.K. 2014. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers

Kusumastuti, A. 2013. Soil Microbe Activity, Growth and Patchouli Oil Content
of Pogostemon Cablin In Levels of Organic Matter and Soil Water Content
at Ultisols. Pertanian Terapan, 13(2): 78-84.

Prijono, S., Midiyaningrum, R. dan Nafriesa, S. 2015. Infiltration and Evaporation


Rate in Different Landuse in The Bango Watershed, Malang District,
Indonesia. International Journal of Agriculture Innovations and Research,
3(4): pp. 1061-1067.

Prijono, S dan Laksmana, M.T.S. 2016. Studi Laju Transpirasi Peltophorum


dassyrachis dan Gliricidia sepium Pada Sistem Budidaya Tanaman Pagar
Serta Pengaruhnya Terhadap Konduktivitas Hidrolik Tidak Jenuh. Jurnal
PAL, 7(1): 2087-3522.

Saadat, S., K. K. Seed, S. Mehdi, G. Manoochehr, and Z. Mehdi. 2014. Effect of


Soil Pore Size Distribution on Plant Avaiable Water and Least Limiting
Water Range as Soil Physical Quality Indicators, 32(13): 321-343.

Simaremare, S. 2015. Analisi Aliran Air tanah Satu Dimensi, 3(1): 783-794.

Suharto, E., 2013. Kapasitas Simpanan Air Tanah pada Sistem Tata Guna Lahan
LPP Tahura Raja Lelo Bengkulu, 8(1): 44-49.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel hasil pengamatan kadar lengas tanah

Berat (gr) Kadar


kelompok Perlakuan
a b c Lengas (%)
1 Lapisan 4 1,5 g 11,56 g 10,67 g 17,39 %
2 Lapisan 3 1,5 g 11,54 g 10,33 g 13,70 %
3 Lapisan 2 1,56 g 11,51 g 9,89 g 19,45 %
4 Lapisan 1 1,5 g 11,52 g 10,61 g 9,99 %
Lampiran 2. Tabel ACC
Lampiran 3. Flowchart
Lampiran 4. Dokumentasi kegiatan

Gambar 1. Menimbang alumanium foil. Gambar 2. Menimbang tanah

Gambar 3. Menimbang tanah dan alumanium Gambar 4. Menimbang setelah


foil sebelum di oven. dioven.
Lampiran 5. Kutipan jurnal dan buku
Lampiran 6. Lanjutan kutipan jurnal dan buku
Lampiran 7. Lanjutan kutipan jurnal dan buku
Lampiran 8. Lanjutan kutipan jurnal dan buku

Prijono, S dan Laksmana, M.T.S. 2016.


Kusumastuti, A. 2013.

Hadi, A.P. 2012


Achmad, S.R. dan Putra, R.C. 2016.

Prijono, S., Midiyaningrum, R. dan Nafriesa, S. 2015.

Anda mungkin juga menyukai