Anda di halaman 1dari 25

M

MANAJEMEN HUTAN MANGROVE


(Laporan Praktikum Manajemen Hutan)

Oleh

Rahma Yani M Nur


2014151013
Kelompok 1

JURUSAN KHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan mangrove tersebar di seluruh belahan dunia, daerah khatulistiwa wilayah


tropika dan sedikit di subtropika merupakan kawasan utama yang sering dijumpai
hutan mangrove. Luas hutan mangrove di dunia mencapai sekitar 16.530.000 ha
yang tersebar di Asia 7.441.000 ha, Afrika 3.258.000 ha dan Amerika 5.831.000
ha, sedangkan di Indonesia dilaporkan seluas 3.735.250 ha. Berdasarkan data
tersebut, luas hutan mangrove Indonesia hampir 50% dari luas mangrove Asia dan
hampir 25% dari luas hutan mangrove dunia (Onrizal, 2010). Luas potensial hutan
mangrove di Indonesia yaitu 8,6 juta ha yang terdiri atas 3,8 juta ha terdapat di
kawasan hutan dan 4,8 juta ha terdapat di luar kawasan hutan. Sementara itu,
berdasarkan kondisi diperkirakan bahwa 1,7 juta ha (44.73 %) hutan mangrove di
dalam kawasan hutan dan 4,2 juta ha (87.50 %) hutan mangrove di luar kawasan
hutan dalam keadaan rusak (Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan
Sosial, 2002).

Hutan Mangrove merupakan vegetasi khas pada wilayah tropis dan sub-tropis
dapat dijumpai di tepi pantai, muara sungai, dan tepi sungai, yang dipengaruhi
oleh pasang surut air laut. Mangrove termasuk kedalam vegetasi halofita
(halophytic vegetation) yaitu vegetasi yang hanya terdapat pada wilayah-wilayah
tanah berkadar garam tinggi. Mangrove sering dikenal dengan sebutan bakau yang
termasuk jenis marga Rhizophora sebagai individu. Sebagai vegetasi mangrove
memiliki hubungan antara faktor biotik dan abiotik dan saling ketergantungan,
maka dari itu mangrove lebih mengarah pada suatu ekosistem. Ekosistem
mangrove terdapat pada daerah peralihan (ekton) antara ekosistem darat dan laut
yang memiliki kaitan erat diantara keduanya (Atmoko, Tri dan Kade Sidiyasa,
2007).

Manfaat ekosistem mangrove yang berhubungan dengan mitigasi bencana seperti


pelindung pantai dari abrasi, tsunami, peredam gelombang dan angin badai bagi
daerah yang ada di belakangnya, gelombang air pasang (rob), pencegah intrusi air
laut ke daratan, penahan lumpur dan perangkap sedimen yang diangkut oleh
aliran air permukaan, serta dapat menjadi penetralisir pencemaran perairan pada
batas tertentu (Lasibani dan Eni, 2009). Manfaat estetika ekosistem mangrove
berupa obyek daya tarik wisata alam dan atraksi ekowisata (Sudiarta, 2006;
Wiharyanto dan Laga, 2010) dan sebagai sumber tanaman obat (Supriyanto dkk,
2014). Hutan mangrove juga dapat menyediakan perlindungan dan makanan
berupa bahan organik ke dalam rantai makan (Hogarth, 2001). Ekosistem
mangrove dapat mengendalikan intrusi air laut melalui mekanisme pencegahan
pengendapan CaCO3 oleh badan eksudat akar, peranan fisik susunan akar
mangrove yang dapat mengurangi daya jangkauan air pasang ke daratan, dan
perbaikan sifat fisik dan kimia tanah melalui dekomposisi serasah, pengurangan
kadar garam oleh bahan organik hasil dekomposisi serasah (Kusmana, 2010).

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini, sebagai berikut:


1. Mengenali jenis dan sifat manajemen hutan mangrove.
2. Mengidentifikasi POAC dalam pengelolaan hutan mangrove di Luar Negeri
3. Mengenali kebijakan sebagai dasar pengelolaan hutan mangrove di Indonesia.
4. Mengidentifikasi bentuk dan sifat kelembagaan dalam pengelolaan hutan
mangrove di Indonesia.
II. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1.Waktu dan tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 12 April 2021 pukul 15.00-17.50
WIB secara via zoom meeting.

2.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu laptop, handphone, dan alat tulis.
Sedangkan untuk bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu modul
praktikum.

2.2 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan, sebagai berikut:


1. Peserta praktikum terberbagi menjadi 6 kelompok praktikum
2. Setiap kelompok browsing manajemen hutan mangrove secara umum
3. Dua kelompok mengidentifikasi pengelolaan hutan mangrove di Indonesia
4. Dua kelompok mengidentifikasi pengelolaan hutan mangrove di luar negeri
5. Setiap kelompok browsing kebijakan pengelolaan hutan mangrove di tingkat
nasional.
6. Semua kelompok identifikasi lembaga yang mengelolaan hutan magrove
7. Identifikasi keterkaitan antara kebijakan dengan bentuk kelembagaan yang ada
di lokasi contoh (hasil browsing).
8. Susunlah bahasan keterkaitannya dan juga kelemahan atau kekurangannya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Hasil praktikum yang diperoleh sebagai berikut:

Tabel 1. Kebijakan Hutan Mangrove

No. Tingkat Kebijakan


1. Nasional 1. Kebijakan Akta Perhutanan Negara 1984
2. Majelis Tanah Negara di bawah Perkara
91 Perlembagaan Persekutuan.
3. Kebijakan National Biodiversity Policy
(NBP) yang diluncurkan pada tahun 1998.
NBP bertujuan untuk melestarikan
kehidupan tumbuhan dan hewan negara
dan lingkungan yang aman, sehat dan
produktif.
4. Kebijakan Lingkungan Nasional (NPE)
5. Kebijakan Pertanian Nasional Ketiga
6. Nasional Kebijakan Lahan Basah

2. Federal/Negara Kebijakan Federal, Kebijakan Land


Bagian
Conservation Act 1960. Protection of
Wildlife Act 1972, National Park Act 1980,
Environmental Quality Act 1974 dan Water
Enactment 1935
Tabel 2. Fungsi Manajemen Hutan Berdasarkan POAC
No.
Hutan Mangrove Fungsi Manajemen

1. Hutan Mangrove Planning (Perencanaan)


Selangor
 Pra-tanam yang inovatif uji coba,
 Pemilihan spesies
 Penanaman pengayaan untuk keberhasilan
upaya restorasi
 Tindakan mitigasi terhadap erosi pantai
 Penanaman bakau
 Estorasi hidrolog i di habitat alami untuk
kelangsungan hidup dan kolonisasi
mangrove secara alami.
 Membuka pematang tanah di sepanjang
garis pantai
Organizing (Pengorganisasian)

 Khairul Najwan Ahmad Jahari (Lead


Auditor)
 Mohd Razman Salim (Auditor)
 Puteri Arlydia binti Abdul (Auditor)
 Aida Adnan (Observer)
 Rahayu Zulkifli (Observer)
Actuating (Pelaksanaan)
 Mengukur banjir rob dan ketinggian
topografi garis pantai dan mereferensikan
mangrove menggunakan patok.
 Mensurvei keanekaragaman vegetasi di
Revetment dan hutan referensi pada
keduanya sisi situs dengan ekologi standar
Metode di 80 (20x5m) plot acak
sepanjang situs yang diusulkan.
 Memasok benih untuk regenerasi dan
Rehabilitasi pantai.
 Menghasilkan laporan teknis, rapat,
seminar dan konferensi laporan serta
laporan fisik dan keuangan triwulanan.
 Mengkoordinasikan dan berpartisipasi
dalam pekerjaan lapangan, pertemuan
multi-level,seminar, konferensi dan
lokakarya.
Controling (Pengawasan)

Sejak 1920 sebagian besar hutan mangrove


dialokasikan sebagai Cagar Hutan Permanen,
dan rencana kerja pertama disiapkan pada
tahun 1922 dan terakhir untuk 2006-2015.
Kasus mangrove Kuala Selangor
menggambarkan berbagai ancaman yang
dihadapi dan bagaimana manajemen
menyusun strategi konservasi in situ.
Beberapa petak yang masih asli
dikembangkan sebagai taman alam, yang di
sepanjang Sungai Selangor di Kampung
Kuantan dan Kampung Belimbing
dikembangkan untuk rekreasi dan ekowisata
karena kunang-kunang terjadi di sana, dan
rehabilitasi dan restorasi dilakukan di mana
hutan bakau habis karena sebab alamiah.
Namun, dengan pembangunan Bendungan
Selangor, beberapa efek pada populasi
Sonneratia caseolaris di sepanjang Sungai
Selangor telah diamati.
2. Hutan Johor Planning (Perencanaan)
Mangrove
 Perlindungan burung yang signifikan
secara global dan satwa liar lainnya serta
habitat yang saat ini terancam
 Pemeliharaan stok ikan dan ikan kerang
yang bermanfaat bagi masyarakat lokal
 Peningkatan perlindungan pematang
pertanian dan karenanya lahan pertanian
 Peningkatan fasilitas rekreasi dan
pendidikan bagi penduduk dan wisatawan
 Mengurangi polusi
 Perlindungan dari aktivitas illegal
 Reklasifikasi mangrove Benut dari
Stateland menjadi Cagar Hutan Lindung
 Memperkuat kemampuan masyarakat
Johore dalam mengembangkannya
 sumber daya pesisir secara berkelanjutan.
Actuating (Pelaksanaan)

 Penanaman Pohon Mangrove Aramco


untuk meningkatkan kesadaran akan
pentingnya ekosistem mangrove dan
kontribusinya terhadap pembangunan
sosial-ekonomi masyarakat setempat.
 Di Hari Internasional untuk Konservasi
Ekosistem Mangrove, melaksanakan
program mencakup pameran edukasi
publik dengan stand yang disiapkan oleh
instansi pemerintah, Global Environment
Center (GEC) dan Friends of Tanjung
Surat Mangrove Forest.
 melestarikan hutan bakau utuh Pulau
Tanjung Surat dengan merehabilitasi
sungai. riparian dengan partisipasi
masyarakat di bawah Aramco-GEC
Community-basedMangrove Conservation
and Sustainable Livelihood Program.
 peluncuran pembibitan mangrove
komunitas dan Sahabat Hutan Mangrove
Tanjung Surat (FTSMF).
Controling (Pengawasan)

 Adanya monitoring atau pemantauan dari


pihak pemerintah terkait pengelolaan
hutan mangrove tersebut
 Ancaman terhadap hutan mangrove saat
ini dating dari berbagai sumber misalnya
proyek pembangunan skala besar untuk
infrastruktur dalam, pembangunan
perkotaan, industry dan pelabuhan di
dalam dan sekitar Bandar Nusajaya pasti
akan mempengaruhi lingkungan hutan
bakau yang ada.
3. Hutan Matang Planning (Perencanaan)
Mangrove
VISI
Menjadi Lembaga Terkemuka dalam
Pengelolaan Hutan Tropis Berkelanjutan.
MISI
Mengelola dan Mengembangkan Sumber
Daya Hutan Secara Berkelanjutan Serta
Mengoptimalkan Kontribusinya Bagi
Pembangunan Sosial Ekonomi Bangsa.

 Mengelola sumber daya hutan secara


lestari untuk produksi dan jasa hutan
lestari serta pemanfaatannya secara
optimal dan sesuai dengan kebutuhan
lingkungan
 Meningkatkan pasokan hasil dan jasa
hutan melalui kegiatan kehutanan yang
tepat yang akan meningkatkan kualitas,
produktivitas dan pemanfaatan sumber
daya hutan
 Terus mengembangkan teknologi canggih
yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan
untuk konservasi, pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya hutan
 Untuk melestarikan dan melindungi
keanekaragaman hayati hutan, air, tanah
dan pemanfaatannya secara berkelanjutan
 Meningkatkan kualitas dan efisiensi
pabrik pengolahan berbasis hasil hutan
serta menambah kegiatan hilir yang
bernilai tambah tinggi
 Memperkuat pengembangan sumber daya
manusia untuk mendukung sektor
kehutanan dan meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang peran hutan terhadap
lingkungan dan konservasi melalui
pembelajaran dan penyebaran informasi.
 Meningkatkan kontribusi sektor
kehutanan terhadap pendapatan negara,
devisa, dan kesempatan kerja
Organizing (Pengorganisasian)
Actuating (Pelaksanaan)

 Inventarisasi hutan setelah penebangan


(Post-F)
 Tanaman mengaya
 Pemotongan akar/Pepanjat (CL)
 Pemulihan kawasan terdegredasi
Perawatan tanaman mangrove
 pemanenan hutan mangrove yaitu Kup
Arang Kayu dan Kayu Jaras
Controling (Pengawasan)

JPNPk berperan penting dalam mewujudkan


visi Departemen Kehutanan Semenanjung
Malaysia (JPSM) untuk diakui sebagai
lembaga terdepan dalam pengelolaan hutan
tropis secara lestari. Tahun 2019 telah
menyaksikan beberapa keberhasilan penting
yang telah diraih oleh JPNPk. Berikut
capaian JPNPk tahun 2019:
 Sertifikat Pengelolaan Hutan
Berkelanjutan untuk Hutan Tanah Asli di
Cagar Hutan Permanen Perak Darul
Ridzuan di bawah Skema Sertifikasi Kayu
Malaysia (MTCS) untuk periode 11 Juli
2019 hingga 31 Mei 2024;
 Pencapaian penanaman pohon 2.003.945
pohon dalam Kampanye Penanaman 2
Juta Pohon per tahun hingga Desember
2019;
 Capaian penanaman pohon dari tahun
2016 sampai dengan Desember 2019
adalah 10.022.528 juta pohon, melebihi
pencapaian 100% dari target 5 juta pohon
dalam Kampanye Penanaman 5 Juta
Pohon yang dimulai pada tahun 2016
sampai dengan tahun 2020;
 Perak Oxygen Land Bank (POLB)
diresmikan oleh Menteri Besar YAB
Perak pada 21 November 2019 dan
berhasil mengumpulkan koleksi awal
sebesar RM193 ribu;
 Sebanyak 56 kasus pelanggaran hutan
berhasil dideteksi melalui Operasi
Terpadu dengan berbagai departemen dan
lembaga penegak hukum; dan
Pemungutan biaya pelanggaran hutan
yang melebihi RM1 juta dan delapan (8)
kasus pelanggaran hutan dituntut di
pengadilan
4. Hutan Kedah Planning (Perencanaan)
Mangrove
 Rencana pengelolaan hutan mangrove
Kedah disusun dengan tujuan:
 memastikan kelestarian pasokan kayu
sumber daya untuk industri lokal;
 untuk memproduksi tiang untuk pengguna
lokal; dan
 untuk melestarikan dan melindungi daerah
pesisir dan pinggiran dari erosi, arus deras
dan angin.
 Konsep pengelolaannya minimal
gangguan, konservasi dan minimal
perlakuan silvikultur
Actuating (Pelaksanaan)

mengambil langkah-langkah untuk


menetapkan cagar hutan bakau untuk
memastikan bahwa mereka dikelola secara
efisien dan berkelanjutan. Bakau cagar hutan
dikelola dengan tujuan keseluruhan
melestarikan dan mengelola kelestarian hutan
melalui pengelolaan berkelanjutan, dan
mempertahankan peran pentingnya dalam
perekonomian nasional dan stabilitas
lingkungan. Karenanya, mempertahankan
fungsi ekosistem, layanan, dan produksinya.
Tujuan ini telah disetujui oleh Kehutanan
NasionalDewan melalui National Land
Council pada tahun 1992 dan mengikat
negara bagian di Semenanjung Malaysia

Tabel 3. Pokok-Pokok Kegiatan Pada Hutan Mangrove

No. Hutan Mangrove Pokok Kegiatan


1. Ekonomi

Hutan Mangrove 1. Dalam penangkapan ikan komersial, hutan


Selangor
mangrove tercatat menyumbang jutaan
Ringgit Malaysia untuk perekonomian
negara (FRIM, 2012; MTC, 2009).
2. industri arang, sirap, dan tiang
memberikan kontribusi yang signifikan
bagi Negara ekonomi (MTC, 2009; FRIM,
2012)
Sosial

1. Penyuluhan Masyarakat
2. Pengembangan taman alam untuk
kegiatan rekreasi dan ekowisata sehingga
menambah kegiatan masyarakat
Ekologi
1. Penggunaan spesies utama Rhizophora
apiculata dalam proses rehabilitasi
2. pelaksanaan rehabilitasi dan restorasi
terhadap hutan mangrove yang habis
karena faktor alam
Ekonomi

2. Hutan Johor pembudidayaan bibit ikan di sekitar mangrove


Mangrove
yang memiliki nilai ekonomis, pengolahan
arang yang berbahan pohon mangrove
Sosial

mengajak masyarakat untuk berpartisipasi


dalam melakukan rehabilitasi.

Ekologi

penanaman pohon mangrove secara berkala

3. Ekonomi
Hutan Matang
Mangrove
1. Meningkatkan kontribusi sector kehutanan
untuk pendapatan Negara, devisa, dan
kesempatan kerja.
2. meningkatkan kualitas pasokan dan
efisiensi hasil dan jasa kehutanan melalui
kegiatan kehutanan sesuai yang akan
meningkatkan kualitas, produktivitas serta
pemanfaatan sumber daya hutan.
3. untuk meningkatkan pasokan produksi
hasil dan jasa kehutanan melalui kegiatan
kehutanan sesuai yang akan meningkatkan
kualitas, produktivitas serta pemanfaatan
sumber daya hutan.

Sosial

1. Untuk memperkuat pengembangan


sumber daya manusia untuk mendukung
sector kehutanan dan meningkatkan
kesadaran public tentang peran hutan
dalam lingkungan dan konservsi melalui
pembelajaran juga penyebaran informasi.
2. Untuk terus mengembangkan teknologi
yang kuat sesuai dengan persyaratan
lingkungan untuk konservasi,
pengelolaan, dan pemanfaatan sumber
daya hutan.
3. Mengelola sumber daya hutan secara
lestari produksi dan layanan pendapatan
yang berkelanjutan hutan dan
pemanfaatannya secara optimal dan sesuai
dengan persyaratan lingkungan.
Ekologi

Untuk melestarikan dan melindungi


keanekaragaman hayati hutan, air, tanah, dan
pemanfaatan berkelanjutannya.

4. Ekonomi
Hutan Kedah
Mangrove
Melestarikan mengelola kelestarian hutan
melalui pengelolaan berkelanjutan dan
mempertahankan peran pentingnya dalam
perekonomian nasional.

Ekologi

1. Konservasi dan pengelolaan ekosistem


hutan alam yang efektif, termasuk bakau
2. Rencana pemulihan hutan bakau dan
nipah di muara sungai
3. Melestarikan kehidupan tumbuhan
4. Survei nasional dan pemetaan kawasan
mangrove, penilaian lokasi yang cocok
untuk hutan cadangan permanen,
rehabilitas, dan konservasi.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Pengertian dan Fungsi Hutan Mangrove

Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang
surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan
gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya
mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar
nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi
terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Bukan
hanya itu hutan mangrove juga memiliki fungsi, contohnya mangrove
berfungsi sangat strategis dalam menciptakan ekosistem pantai yang layak
untuk kehidupan organisme akuatik. Keseimbangan ekologi lingkungan
perairan pantai akan tetap terjaga apabila keberadaan mangrove dipertahankan
karena mangrove dapat berfungsi sebagai biofilter, agen pengikat dan
perangkap polusi. Mangrove juga merupakan tempat hidup berbagai jenis
gastropoda, kepiting pemakan detritus, dan bivalvia pemakan plankton
sehingga akan memperkuat fungsi mangrove sebagai biofilter alami (Edi,
2010).

3.2.2 Jenis-Jenis Hutan Mangrove (Mangrove Sejati dan Mangrove


Ikutan)

A. Hutan Mangrove Sejati


Hutan mangrove yang memiliki komponen utama (major component): jenis-
jenis dalam kelompok ini mengembangkan spesialisasi morfologi seperti
sistem akar udara dan mekanisme fisiologi khusus untuk mensekresikan
kelebihan garam dalam upaya beradaptasi dengan lingkungan mangrove.
Jenis-jenis ini hanya tumbuh di hutan mangrove dan dapat tumbuh di tepi
mangrove atau lebih kearah darat (Farid, 2012).

Contoh Jenis-Jenis Hutan Mangrove Sejati, yaitu:

1. Achantus ilicifolius (jeruju) Famili Acanthaceae


HabitusTumbuhan berupa herba agak berkayu dengan tinggi mencapai 2
meter. Ekologi Jenis ini biasanya tumbuh di bagian belakang mangrove.
DaunTepi daun bergerigi seperti gergaji atau agak rata dan secara gradual
menyempit mendekati pangkal. Buah Buah seperti buah belimbing wuluh,
berwarna hijau mengkilap saat muda, panjang 2.5 – 3 cm. Bunga Mahkota
bunga berwarna biru muda hingga ungu lembayung, kadang agak putih.
Panjang tandan bunga 10 – 20 cm, sedangkan bunganya sendiri 5 – 4 cm.
Bunga memiliki satu pinak daun penutup utama dan dua sekunder.
2. Acanthus ebracteatus (jeruju putih) Famili Acanthaceae
Habitus Secara umum penampakan seperti A. ilicifolius namun dengan
seluruh bagian yang berukuran lebih kecil Ekologi Jenis ini biasanya
tumbuh di bagian belakang mangrove. Ketika tumbuh bersamaan dengan
A. ilicifolius keduanya memperlihatkan adanya karakter yang berbeda
sebagaimana diuraikan dalam deskripsi, akan tetapi sering sekali
membingungkan. Berbunga pada bulan Juni. Bunga Mahkota bunga
berwarna biru muda hingga ungu lembayung, kadang agak putih. Tandan
bunga lebih pendek daripada A. ilicifolius, sedangkan bunganya sendiri
berukuran 2 – 2.5 cm. Bunga hanya memiliki satu pinak daun penutup
utama karena yang sekunder biasanya cepat rontok. Memiliki Buah seperti
buah belimbing wuluh, berwarna hijau mengkilap saat muda, panjang 2.5
– 3 cm. Tepi daun umumnya rata atau bergerigi seperti A. ilicifolius,
berbentuk lanset dengan ujung meruncing.
3. Aegiceras corniculatum(gedangan) Famili Myrsinaceae
Tumbuhan berbentuk pohon atau semak dengan ketinggian mencapai 6
meter namun jarang dijumpai hingga setinggi 3 meter. Kulit kayu
berwarna abu-abu hingga coklat kemerahan dan memiliki lentisel. Ekologi
Jenis ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap salinitas, tanah dan
cahaya yang beragam. Umumnya tumbuh di area yang tergenang pasang-
surut normal dan tepi saluran air yang tergenan secara musiman. Daun
oval atau elips dengan ujung membulat. Bagian atas daun berwarna hijau
gelap, bagian bawah hijau pucat. Bunga tersusun dalam tandan, mahkota
bunga berjumlah 5, berwarna putih ditutupi bulu-bulu pendek halus. Buah
silindris, membengkok seperti pisang, berwarna hijau saat muda dan hijau-
kemerahan saat tua (Farid, 2012).
B. Hutan Mangrove Ikutan atau Asosiasi
Mangrove asosiasi (associates): jenis-jenis ini bukan merupakan anggota
komunitas mangrove sejati dan tumbuh pada lingkungan vegetasi darat (Dian,
2012).

Contoh Jenis-Jenis Hutan Ikutan, yaitu:

1. Barringtonia asiatica (kebet, putat laut) Famili Lecythidaceae


Termasuk pohon yang besar, dapat tumbuh hingga setinggi 10 – 20 meter
atau lebih. Ekologi Lebih umum dijumpai di kawasan hutan pantai dan
jarang dijumpai di kawasan hutan mangrove. Pohon ini juga tumbuh
dengan baik di tempat yang jauh dari laut. Barringtonia asiatica (keben,
putat laut) Famili Lecythidaceae. Daun-daun besar, berwarna hijau tua,
urat daun tempak jelas, bentuk bulat telur terbalik. Buah besar berbentuk
piramid (tetrahedral) berwarna hijau. Bunga Bunga menggantung seperti
payung dan berukuran besar, diameter hingga 10 cm. Kelopak bunga putih
kehijauan, tangkai sari warna putih dengan ujung kemerahan.
2. Calophyllum inophyllum (nyamplung) Famili Guttiferae
Pohon berwarna gelap dan berdaun rimbun, tinggi mencapai 30 meter,
bergetah lengket berwarna kuning atau putih. Ekologi Tumbuh di area
berpasir dan jarang dijumpai di hutan mangrove. Termasuk jenis mangrove
asosiasi yang umum ditanam sebagai tanaman peneduh atau penghias.
Calophyllum inophyllum(nyamplung) Famili Guttiferae. Daun elips atau
agak membulat, ujung tumpul. Bagian atas daun berwarna hijau gelap,
bagian bawah hijau kekuningan. Bunga Biseksual dengan tandan bunga
mencapai panjang 15 cm, jumlah bunga 5 – 15 unit per tandan. Bunga
menggantung seperti paying. Buah bulat seperti bola pingpong kecil,
berdiameter 2.5 – 4 cm.
3. Derris trifoliate (ambung, kambingan) Famili Papilionaceae
Termasuk jenis tumbuhan rambat, panjang 15 meter atau lebih. Ekologi
umum tumbuh di zona belakang mangrove dengan input air tawar yang
tinggi dan jarang tergenang saat pasang. Derris trifoliata (ambung,
kambingan) Famili Papilionaceae. Daun majemuk berhelai tiga, berwarna
hijau gelap. Daun berbentuk elips atau oval dengan ujung meruncing.
Bunga tersusun dalam tandan sepanjang 7 – 20 cm, mahkota bunga
berwarna putih keunguan atau sedikit merah-muda. Buah berwarna hijau
terang, membulat dan gepeng (Dian, 2012).

3.2.3 Bagaimana Kohesi Kebijakan Hutan Mangrove Yang Kalian


Analisis

Hutan mangrove memiliki fungsi yang cukup kompleks, sehingga dalam


pengelolaannya diperlukan kebijakan-kebijakan agar dapat mengatur dan
mengendalikan orang-orang yang berperan dalam pengelolaannya (ITTO
Tropical Forest Update, 2012). Hutan mangrove juga dikenal memiliki
potensi yang tinggi dalam pelayanan fisik dan lingkungan.

Kebijakan Akta Perhutanan Negara 1984, kebijakan yang mengatur hutan


mangrove di Malaysia tentunya berkaitan erat satu sama lain. Sehingga dari
hal ini dapat diketahui bahwa dunia internasional pun ada kebijakan yang
mengatur mengenai kehutanan mangrove ini.

3.2.4 Jelaskan Latar Belakang Munculnya Kebijakan Tersebut

Perairan pesisir di negara-negara Asia Tenggara Malaysia memiliki beberapa


ekosistem terbaik yang memiliki ciri terumbu karang yang luas dan hutan
bakau. Dengan adanya iklim tropis yang hangat dan curah hujan yang tinggi,
perairan ini diperkaya dengan nutrisi dari tanah yang memungkinkan mereka
untuk mendukung keanekaragaman hayati untuk hidup. Namun dengan
adanya tingkat tinggi eksploitasi sumber daya yang disebabkan oleh
meningkatnya tekanan populasi dan asosiasi kegiatan ekonomi sumber daya
berharga yang menyebabkan degradasi lingkungan yang serius. Sesuai
dengan Konstitusi Federal Malaysia, kontrol legislatif atas tanah dan hutan
adalah masalah negara dan pemerintah negara bagian telah yurisdiksi atas
sumberdaya hutan masing-masing. Untuk memfasilitasi adopsi yang
terkoordinasi dan umum untuk kehutanan serta rekonsiliasi kebijakan lintas
sektor yang berhubungan dengan kehutanan sektor maka dibentuklah Dewan
Kehutanan Nasional (NFC) pada 20 Desember 1971 oleh Dewan Pertanahan
Nasional (NLC).
NFC tersebut berfungsi sebagai forum atau wadah untuk membahas dan
menyelesaikan masalah umum dan isu yang berkaitan dengan kebijakan
kehutanan, administrasi dan manajemen. Pada tahun 1978, Kebijakan
Kehutanan Nasional dirumuskan dan disetujui oleh NFC yang saat ini sedang
diterapkan oleh semua negara bagian di Semenanjung Malaysia, sedangkan
tujuan dari kebijakan ini juga diterapkan di Sabah. Dalam NFC cagar hutan
bakau dibagi menjadi empat klasifikasi yaitu hutan lindung, hutan produksi,
hutan amenity, serta hutan penelitian dan pendidikan. Di Hutan Mangrove
Johor, rencana pengelolaan mangrove dilaksanakan oleh FDPM, Departemen
Kehutanan Johor dan kerjasama Denmark untuk lingkungan dan
pembangunan (MENARI). Kebijakan tersebut memberikan perencanaan dan
pedoman pengelolaan jangka panjang tentang konservasi dan perlindungan,
rehabilitasi situs yang terdegradasi, menjaga fungsi ekologi mangrove untuk
tujuan komunitas dan amenitas, penelitian dan pelatihan (Chua dan pauly,
1989).

3.2.5 Mana POAC Yang Paling Terbaik

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan POAC yang paling baik yaitu
Hutan Matang Mangrove. Hal ini dapat dilihat dari pengelolaan Hutan
Matang Mangrove yang telah terlampir pada table hasil diatas, dimana
Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, dan Pengawasan pada Hutan
Mangrove terlaksa sesuai dengan apa yang direncanakan.

Kurangnya sumber informasi sehingga mengakibatkan pada Hutan Johor


Mangrove tidak ditemukannya aspek Organizing serta terdapat kasus yang
sama yaitu pada Hutan Kedah Mangrove tidak ditemukannya Organizing dan
Actuating. Oleh sebab itu, hal ini mengakibatkan tidak teridentifikasinya
POAC kedua hutan tersebut.

3.2.6 Apakah Pokok-Pokok Kegiatan Pada Hutan Mangrove Sudah


Tepat? Jelaskan Apa Saja Hal Yang Mendasari Kegiatan Tersebut

Yang mendasari pokok-pokok kegiatan yang ada di hutan mangrove


Selangor, Hutan Mangrove Johor, Hutan Mangrove Matang, Hutan Mangrove
Kedah sudah tepat dan sesuai. Mengapa demikian? Pokok-pokok kegiatan
yang dilakukan pada dasarnya adalah salah satu upaya atau cara dalam
meningkatkan pengelolaan kawasan hutan mangrove yang berkelanjutan.
Kegiatan yang dilakukan selalu mempertimbangkan aspek-aspek yang ada,
seperti aspek social, aspek ekonomi, dan aspek ekologinya. Ditinjau dari
aspek social, hutan mangrove berfungsi sebagai sumber informasi yang
berkaitan dengan aktivitas pengelolaan hutan. Dari aspek ekonomi, hutan
mangrove berfungsi sebagai kawasan pelestarian alam dan memberikan nilai
ekonomis yang diperoleh dari hasil hutan itu sendiri. Hasil hutan tersebut
yaitu hasil hutan dari kayu maupun non kayu yang memiliki nilai komersial
yang tinggi. Dan jika dilihat dari aspek ekologi hutan dapat memberikan
nilai-nilai jasa yaitu untuk mencegah banjir dan erosi, menghasilkan oksigen,
dan masih banyak lagi. Sebab itu, denagn adnya pokok-pokok kegiatan
tersebut adalah untuk memaksimalkan pemanfaatan hutan mangrove dengan
tetap memperhatikan kelestariannya (Jusoff, 2008).
IV. KESIMPULAN

Kesimpulan pada praktikum ini, sebagai berikut:

1. Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah


pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena
merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di
laut. Mangrove memiliki fungsi, contohnya mangrove berfungsi sangat
strategis dalam menciptakan ekosistem pantai yang layak untuk
kehidupan organisme akuatik.
2. Hutan mangrove terdiri dari dua jenis yaitu hutan mangrove sejati dan
hutan mangrove ikutan, serta keduanya memiliki fungsi nya masing-
masing.
3. Didalam hutan mangrove selalu terdapat kebijakan, baik yang ditetapkan
oleh pemerintah Negara ataupun dari pengelola hutan mangrove itu
sendiri.
4. Hutan mangrove memiliki fungsi-fungsi bagi terlaksanakannya
pengelolaan hutan itu sendiri, seperti Planning, Organizing, Actuating, dan
Controling, semua memiliki hubungan keterkaitan yang erat. Serta adanya
pokok-pokok kegitan yang bersifat ekonomi,social, dan ekologi.
DAFTAR PUSTAKA

Atmoko, Tri dan Kade Sidiyasa, 2007. Hutan Mangrove Dan Peranannya dalam
Melindungi Ekosistem Pantai. Prosiding Seminar Pemanfaatan HHBK dan
Konservasi Biodiversitas menuju Hutan Lestari. Balikpapan:31 Januari
2007. 92.

Chua, T.E., dan Pauly. 1989. Coastal area management in Southeast Asia:
policies, management strategies and case studies. ICLARM Conference
Proceedings 2. 19: 1-254.

Dian, S., Farid, K.M., Kuswytasari, N.D., dan Sulisetyono, A. 2012. Menjelajah
Mangrove Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.

Edi, M., Okik, H., dan Nur, F. 2010. Konservasi Hutan Mangrove Sebagai
Ekowisata. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. 2(1) :11-18.

Hogarth, P.J. 2001. The Biology of Mangroves (Biology of Habitats).Oxford


Univesity Press. Oxford.

Jusoff, Kamaruzaman. 2008. Managing Mangrove Forest in Peninsular Malaysia.


Jurnal of Sustainable Development. 1(1): 89-91.

Kusmana, C., 2010. Fungsi Pertahanan dan keamanan Ekosistem Mangrove.


Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

Lasibani S.M., dan Eni, K., 2009. Pola Penyebaran Pertumbuhan ”Propagul”
Mangrove Rhizophoraceae di Kawasan Pesisir Sumatera Barat. Jurnal
Mangrove dan Pesisir. 10(1):33-38

Onrizal (2010). Perubahan Tutupan Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera


Utara Periode 1977-2006. Jurnal Biologi Indonesia. 6(2):163 – 172.

Sudiarta, M., 2006. Ekowisata Hutan Mangrove : Wahana Pelestarian Alam dan
Pendidikan Lingkungan. Jurnal Manajemen Pariwisata. 5(1):1-25.

Supriyanto, Indriyanto, dan Bintoro, A., 2014Inventarisasi Jenis Tumbuhan Obat


di HutanMangrove Desa Margasari KecamatanLabuhan Maringgai Lampung
Timur. JurnaSylva Lestari. 2(1):67-75.

Wiharyanto, D., dan Laga, A., 2010. Kajian Pengelolaan Hutan Mangrove di
Kawasan Konservasi Desa Mamburungun Kota Tarakan Kalimantan Timur.
Media Sains, 2(1):10-17.

Anda mungkin juga menyukai