Anda di halaman 1dari 19

KOMPONEN KEGIATAN PERENCANAAN HUTAN YANG ADA DI

RPHJP KPHL RAJABASA


(Laporan Praktikum Perencanaan Hutan)

Oleh

Novendra Muhammad Rafly


1714151046

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seluruh hutan di wilayah Republik Indonesia, termasuk kekayaan alam yang

terkandung didalamnya dikuasai oleh negara untk sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat. Untuk mewujudkan hal tersebut negara memberi kewenangan kepada

pemerintah untuk mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan

hutan. Pengelolaan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya

serta serbaguna dan lestari untuk kemakmuran rakyat.

Salah satu sumberdaya alam yang sangat besar manfaatnya adalah hutan. Hutan

juga merupakan modal dasar pembangunan nasional. Sebagai modal dasar

pembangunan nasional, maka hutan tersebut harus kita jaga kelestariannya agar

kelak manfaat hutan ini tidak hanya kita nikmati seorang, tetapi juga untuk

generasi yang akan datang. Oleh sebab itu sumberdaya hutan perlu dikelola

dengan baik dan tepat agar manfaat dan hasilnya diperoleh secara maksimal dan

lestari.

Perencanaan yang tepat dan baik sangat diperlukan agar pelaksanaan pengelolaan

hutan dapat berjalan lancar, sesuai yang kita harapkan, yaitu berdasarkan prinsip-

prinsip kelestarian, dimana hutan selalu ada, produksi selalu ada dan kondisinya
selalu baik. Diharapkan dengan adanya suatu perencanaan, maka hutan dapat

diurus dan diusahakan dengan baik agar kelstarian hutan dapat terwujud.

B. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk.

1. Mahasiswa dapat mengetahui komponen kegiatan dalam perencanaan hutan.

2. Mahasiswa dapat memahami komponen kegiatan dalam perencanaan hutan.

3. Mahsiswa dapat menganalisis rencana pengelolaan hutan jangka panjang suatu

KPH
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perencanaan Hutan

Perencanaan sendiri dibuat untuk mencapai tujuan pada suatu organisasi.

Perencanaan merupakan suatu kegiatan pendahuluan yang harus dilakukan,

sebelum kegiatan pokok dilaksanakan. Perencanaan diperlukan karena adanya

keterbatasan sumber daya dan sumber dana yang tersedia sehingga tidak

menyulitkan dalam menentukan suatu pilihan kegiatan. Sedangkan untuk

perencanaan hutan memiliki definisi yaitu upaya untuk mendayagunakan fungsi

hutan dengan menciptakan kegiatan yang dapat mempengaruhi proses yang

sedang berjalan, atau menciptakan proses baru, agar hutan memberikan

sumbangan maksimal untuk ikut mempengaruhi dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat (Purwanto dan Yuwono, 2005). Dari definisi ini terdapat tiga kata

kunci yaitu fungsi hutan; mempengaruhi proses; dan kesejahteraan masyarakat.

Ini berarti hutan merupakan bagian dari suatu sistem yang lebih besar sehingga

memberikan sumbangan untuk memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat (Akhadi dkk., 2013). Samsuri (2003) mengemukakan bahwa

perencanaan hutan merupakan proses menyusun arahan dan pedoman dalam

kegiatan pengelolaan hutan dengan tujuan agar :


1. Pengelolaan hutan dapat terarah dan terkendali sehingga tujuan yang telah

ditetapkan dapat dicapai.

2. Dapat dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan

pengelolaan hutan.

B. Inventerisasi Hutan

Inventarisasi hutan merupakan kegiatan dalam sistem perencanaan hutan dan

pengelolaan hutan untuk mengetahui kekayaan yang terkandung di dalam suatu

hutan pada saat tertentu (Simon, 1996). Istilah inventarisasi hutan ini biasa juga

disebut perisalahan hutan/timber cruising/cruising/timber estimation. Secara

umum inventarisasi hutan didefinisikan sebagai pengumpulan dan poenyusunan

data dan fakta mengenai sumberdaya hutan untuk perencanaan pengelolaan

sumberdaya tersebut bagi kesejhteraan masyarakat secara lestari dan serbaguna

(Fernando dkk., 2016).

Berdasarkan tujuan penggunaan serta kedalaman dan cakupan data yang akan

digunakan inventariosasi hutan dibagi menjadi empat tinhgkatan, aitu:

1. Inventarisasi hutan nasional (IHN)

2. Inventarisasi hutan untuk rencana pengelolaan (IHRP)

3. Inventraisasdi hutan untuk rencana operasional (IHRO)

4. Inventarisasai hasil huan non-kayu (IHHNK)

Kegiatan pengumpulan data penunjang terdiri dari data luas dan letak, topografi,

bentang alam spesifik, geologi dan tanah, iklim, fungsi hutan, tipe hutan, flora dan

fauna yang dilindungi, pengusahaan hutan serta penduduk, kelembagaan dan


sarana-prasarana. Kegiatan pengolahan data terdiri dari penyususnan daftar nama

jenis pohon dan dominasi, perhitungan masa tegakan, perhitungan luas bidang

dasar pohon dan perhitungan volume pohon. Laporan yang dibuat dalam

pelaksanaan IHRP adalah lapaoran hasil evaluasi dan laporan hasil inventarisasi.

Kegiatan pengambilan data terdiri dari penentuan titik awal, pembuatan jalur

ukur, perhitungan rumpun bambu dan potensi biomassa. Kegiatan pengolahan

data terdiri dari perhitungan masa tegakan, perhitungan tegakan bambu pada areal

dengan keragaman rendah, perhitungan tegakan bambu pada areal dengan

keragaman tinggi dan analisis permudaan (Seo dkk., 2019).

C. Pengukuhan Hutan

Pengukuhan hutan adalah kegiatan yang berhubungan dengan penataan batas

suatu wilayah yang telah ditunjuk sebagai wilayah hutan, guna memperolah

kepastian hukum mengenai status dan batas kawasan hutan. Penatagunaan hutan

sendiri merupakan kegiatan perencanaan tata guna hutan, pemanfaatan hutan dan

pengendalian pemanfaatan hutan sesuai dengan fungsinya kawasan hutan suaka

alam (cagar alam dan suaka margasatwa), kawasan hutan pelstarian alam (taman

nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam), kawasan hutan taman buru,

kawasan hutan lindung, kawasan hutan produksi (hutan produksi terbatas, hutan

produksi tetap dan hutan produksi yang dapat dikonversi) (Suwarno dan

Situmorang, 2016).
D. Penatagunaan Hutan

Penataan hutan adalah kegiatan penataan ruang hutan sebagaimana dipersyaratkan

oleh prinsip pengelolaan hutan lestari didasarkan atas identifikasi areal dan

kualitas lahan dari suatu areal kerja pengusahaan hutan agar terselenggara

kegiatan pengelolaan hutan yang lestari, efisien dan berwawasan lingkungan.

Berdasarkan kegiatan penataan hutan dapat disusun rencana karya yang meliputi

penanaman hutan, pemeliharaan hutan, pemungutan hasil hutan dan pemasaran

hasil hutan (Syahadat & Subarudi, 2012).

Penataan hutan dilaksanakan oleh pengelola kesatuan pengusahaan hutan produksi

(KPHP), dengan dapat menggunakan jasa konsultan dan disahkan oleh

Departemen Kehutanan. Kegiatan penataan hutan terdiri dari invetarisasi hutan,

penataan batas, pembagian hutan, pengukuran dan pemetaan, serta

kompartemenisasi. Hasil dari pemetaan hutan adalah dibuatanya rencana karya

pengusahaan, yaitu suatu dokumen yangg memuat rencana pengelolaan areal

hutan secara lengkap yang meliputi rencana jangka panjang, jangka mengenah,

dan jangka pendek (tahunan) (Syahadat & Subarudi, 2012).

E. Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan

Berdasarkan Dirjen Planologi Kehutanan, 2012 mengemukakan bahwa

pembentukan wilayah pengelolaan hutan adalah kegiatan yang bertujuan untuk

membentuk unit-unit pengelolaan hutan dengan mempertimbangkan karakteristik

lahan, tipe hutan, fungsi hutan, kondisi DAS, sosial budaya, ekonomi,
kelembagaan masyarakaat setempat termasuk masyarakat hukum adat dan batas

administrasi pemerintahan (Tresnadi, 2008). Seluruh kawasan hutan yaitu hutan

konservasi, hutan lindung dan hutan produksi harus dilaksanakan proses

pembentukan wilayah pengelolaan hutan agar dapat dikelola secara lestari.

Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilaksanakan pada tingkat provinsi,

kabupaten dan unit pengelolaan (Syahadat & Subarudi, 2012).

Berdasarkan Permenhut Nomor : P.6/Menhut-II/2009 tentang pembentukan

wilayah kesatuan pengelolaan hutan memiliki maksud tujuan untuk memberikan

pedoman di dalam pembentukan wilayah kelola kesatuan pengelolaan hutan guna

terwujudnya wilayah kelola kesatuan pengelolaan hutan yang dapat mendukung

terselenggaranya pengelolaan hutan yang efisien dan lestari. Pembentukan

wilayah KPH meliputi : KPH Konservasi (KPHK), KPH Lindung (KPHL), KPH

Produksi (KPHP) ditetapkan dalam satu atau lebih fungsí pokok hutan dan satu

wilayah administrasi atau lintas wilayah administrasi pemerintahan, serta bila

KPH terdiri atas lebih dari satu fungsi pokok hutan, maka penetapan KPH

didasarkan kepada fungsi pokok hutan yang luasannya dominan (Zulkarnain.

2013).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan saat praktikum perencanaan hutan ini adalah laptop atau

komputer, lembar kerja mahasiswa dan alat tulis. Sedangkan, bahan yang

digunakan saat praktikum adalah buku panduan, referensi berupa jurnal, buku,

proceeding, dan e-book ataupun draf rencana pengeloalaan hutan jangka panjang

(RPHJP).

B. Cara Kerja

Cara kerja pada praktikum hutan rakyat adalah.

1. Asisten dosen memberikan materi dan menjelaskan pengarahan kegiatan.

2. Melakukan studi literatur dengan mencari rencana pengelolaan hutan jangka

panjang (RPHJP).

3. Menganalisis komponen rencana pengelolaan hutan jangka panjang (RPHJP).

4. Mahasiswa membuat laporan.


C. Waktu dan Lokasi Praktikum

Praktikum hutan rakyat di laksanakan pada Kamis, 5 September 2019, pukul

15.00 WIB sampai dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium

Konservasi Sumberdaya Hutan, Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil dari praktikum kali ini adalah.

No. Komponen Perencanaan Hutan Hasil


1. Inventerisasi Hutan

a. Potensi Flora dan Hasil Hutan Medang, kungkil, bebeka, arang-


non Kayu. arang, balam, bengkal, dan damar.
b. Potensi Fauna Burung Rangkong, Elang, Ayam
Hutan Merah, Burung Hantu, Elang
Bondol, Elang hitam, Elang paria,
Walet sarang hitam, Gagak hitam
Harimau Sumatera, Beruang madu
Macan tutul, Rusa, Kijang, Babi,
Landak, Tupai, Siamang, Monyet,
Lutung abu-abu, Ular, Biawak dan
Trenggiling.
c. Potensi Wisata Wisata pendidikan dan alam.
d. Potensi Pertambangan dan Sumber air panas Way Belerang.
Energi
e. Potensi Jasa Lingkungan Sumber air bersih bagi masyarakat
Kota Kalianda dan perusahaan air
minum.
f. Kondisi Sosial, Ekonomi - Sosial : Dari 26 desa terdapat suku
Masyarakat Lampung, Jawa, Sunda dan Batak
- Ekonomi : Bermatapencaharian
sebagai petani.
2. Pengukuhan Kawasan Hutan Berdasarkan Pasal 8, Peraturan daerah
No. 15 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata ruang Wilayah Kabupaten
Lampung Selatan disebutkan bahwa
KPHL Model Rajabasa difungsikan
sebagai pusat kegiatan pariwisata,
perkebunan, kawasan lindung dan
energi (PLT Panas Bumi). Status
hukum kawasan dikukuhkan dengan
keputusan Menteri Kehutanan Nomor
67/Kpts-II/91 Tangal 31 Januari 1991
menjadi KPHL Gunung Rajabasa.
Dan ditetapkan kembali dengan Surat
Keputusan Menhut Nomor 256/Kpts-
II/2000 tanggal 23 Agustus 2000.
Melalui SK Menteri Kehutanan
Nomor 367/Menhut-II/2011 tanggal 7
Juli 2011.
3. Penatagunaan Kawasan Hutan Penetapan fungsi kawasan hutan
berdasarkan SK Menteri Kehutanan
Nomor 367/Menhut-II/2011 tanggal 7
Juli 2011 tentang Penetapan Wilayah
KPHL Model Rejabasa (Unit XIV)
seluas + 5.200 hektar yang
keseluruhannya hutan lindung.
4. Pembentukan Wilayan Pengelolaan Berdasarkan fungsi hutan KPHL
Hutan Rajabasa membagi fungsi dari blok
inti (blok lindung) dan blok
pemanfaatan. Dengan harapan
menetapkan blok inti sebagai
perlindungan dalam tata kelola air,
sedangkan blok pemanfaatan sebagai
tempat budidaya atau pemberdayaan
masyarakat, jasa lingkungan dan hasil
pemanfaatan hasil hutan non kayu.
5. Penyusunan Rencana Kegiatan Rencana pengelolaan hutan jangka
panjang (RPHJP) KPHL Model
Rajabasa, Kabupaten Lampung
Selatan, Provinsi Lampung.

B. Pembahasan

Permasalahan kehutanan saat ini sudah berkembang semakin kompleks.

Permasalahan dan tantangan dalam mewujudkan kelestarian hutan dan

kesejahteraan masyarakat sekaligus tidak bisa lagi hanya didekati dengan solusi

yang bersifat teknis kehutanan saja. Saat ini, peta permasalahan kehutanan telah

bergeser dari permasalahan yang bersifat teknis ke permasalahan ekonomi, sosial


serta dampak kebijakan sektor kehutanan yang kian hari kian kompleks dan harus

ditangani segera termasuk dalam perencanaan pengelolaannya. Berikut adalah

salah satu upaya untuk memecahkan permasalahan hutan di Indonesia yaitu

penetapan suatu KPH.

Penetapan wilayah KPH memperhatikan harus efisiensi dan efektifitas

pengelolaan hutan dalam satu wilayah daerah aliran sungai (DAS) atau satu

kesatuan wilayah ekosistem (Puspaningsih, 1999), sehingga dalam satu wilayah

KPH dapat terdiri dari satu atau lebih fungsi hutan dan satu atau lebih wilayah

administrasi pemerintahan kabupaten. Untuk wilayah KPH yang memiliki lebih

dari satu fungsi hutan, nomenklaturnya mengikuti fungsi hutan yang paling

dominan, sedangkan wilayah KPH yang terdiri dari lebih dari satu wilayah

administrasi kabupaten menjadi wilayah kelola provinsi (Arnita, 2013). Di dalam

KPH ada yang dinamakan rencana pengelolaan hutan jangka panjang, yaitu

perencanaan yang nantinya jadi pedoman bagi KPH tersebut dalam memanfaatkan

dan menjaga keletarian hutan.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang disusun sebagai acuan, pedoman dan

arahan berbagai strategi kegiatan agar pengelolaan KPH dilaksanakan secara

benar, efisien dan efektif (Suwarti dkk., 2015). Rencana kegiatan disusun

berdasarkan informasi yang tersedia, meliputi berbagai potensi, permasalahan dan

peluang yang ada di KPHL Rajabasa. Hasil analisa data tersebut diwujudkan

dalam butiran rencana kegiatan yang ditujukan untuk menjabarkan setiap misi

yang telah ditetapkan guna mewujudkan visi KPHL Rajabasa.


KPHL Rajabasa memiliki banyak potensi, terutama potensi ekowisata. KPHL

Rajabasa menetapkan ekowisata sebagai bentuk pengelolaan yang menjadi fokus

utama. Berbagai kegiatan direncanakan akan dilaksanakan untuk mendukung hal

tersebut, dimulai dengan Pemantapan pengelolaan sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya di kawasan KPHL Model dan sekitarnya secara terpadu,

optimalisasi pemanfaatan sumberdaya hutan secara lestari, berkelanjutan dan

mandiri, rehabilitasi hutan, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia pengelola

KPH dan masyarakat sebagai mitra pembangunan KPH, pemantauan dan evaluasi

kinerja pengelolaan KPHL, peningkatkan peran serta dan pemberdayaan

masyarakat, pemerintah dan swasta (mitra usaha) dalam mendukung

pembangunan kehutanan, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia pengelola

KPH dan masyarakat sebagai mitra pembangunan KPH, Pemantauan dan evaluasi

kinerja pengelolaan KPHL, peningkatkan peran serta dan pemberdayaan

masyarakat, pemerintah dan swasta (mitra usaha) dalam mendukung

pembangunan kehutanan, dan peningkatan upaya perlindungan hutan, penegakan

hukum dan keamanan serta pengembangan ekowisata (Riyanto dkk., 2014).

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Rajabasa tahun 2014-2023

dibuat sesuai Peraturan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.5/VII-

WP3H/2012 Tanggal 14 Mei 2012 sebagai acuan dan pedoman untuk melakukan

rencana pengelolaan hutan dalam jangka waktu 10 tahun kedepan. Adapun

substansi pengelolaan hutan jangka panjang memuat : tujuan yang akan dicapai

oleh KPH, kondisi yang dihadapi, dan strategi serta kelayakan pengembangan

pengelolaan hutan yang meliputi tata hutan, pemanfaatan, dan penggunaan


kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan perlindungan hutan dan

konservasi alam.

Adapun program yang direncanakan adalah sebagai berikut :

1. Inventarisasi secara berkala wilayah kelola serta penataan hutannya.

2. Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu.

3. Pemberdayaan masyarakat.

4. Pembinaan dan pemantauan pemanfaatan hutan dan penggunaan

kawasan hutan pada areal yang berizin.

5. Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal kerja di luar izin.

6. Pembinaan dan pemantauan rehabilitasi dan reklamasi di dalam areal

yang berizin.

7. Penyelengaraan perlindungan hutan dan konservasi alam.

8. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin.

9. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait.

10. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM.

11. Penyediaan pendanaan.

12. Pengembangan database.

13. Rasionalisasi wilayah kelola.

14. Review rencana pengelolaan.

15. Pengembangan investasi.


V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan dari praktikum adalah.

1. Komponen dari kegiatan perencanaan hutan adalah inventerisasi hutan,

pengukuhan kawasan hutan, penatagunaan kawasan hutan, pembentukan

wilayah pengelolaan hutan dan penyusunan rencana kegiatan.

2. Beberapa komponen kegiatan perencanaan adalah inventarisasi hutan

merupakan kegiatan untuk mengetahui kekayaan yang terkandung di

dalam suatu hutan pada saat tertentu lalu pengukuhan hutan adalah

kegiatan yang berhubungan dengan penataan batas suatu wilayah yang

telah ditunjuk sebagai wilayah hutan, guna memperolah kepastian hukum

mengenai status dan batas kawasan hutan dan penatagunaan hutan sendiri

merupakan kegiatan perencanaan tata guna hutan, pemanfaatan hutan dan

pengendalian pemanfaatan hutan sesuai dengan fungsinya kawasan hutan

dan pembentukan wilayah pengelolaan hutan adalah kegiatan yang

bertujuan untuk membentuk unit-unit pengelolaan hutan dengan

mempertimbangkan karakteristik lahan, tipe hutan, fungsi hutan, kondisi

DAS dan lain sebagainya.


3. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Rajabasa tahun 2014-

2023 adalah sebagai berikut Inventarisasi secara berkala wilayah kelola

serta penataan hutannya, pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu,

pemberdayaan masyarakat, pembinaan dan pemantauan pemanfaatan

hutan dan penggunaan, kawasan hutan pada areal yang berizin,

penyelenggaraan rehabilitasi pada areal kerja di luar izin, pembinaan dan

pemantauan rehabilitasi dan reklamasi di dalam areal yang berizin,

penyelengaraan perlindungan hutan dan konservasi alam dan lain

sebagainya,

B. Saran

Saran untuk praktikum kali ini adalah agar lebih cermat dalam menganalisis

RPHJP dari KHPL nya karena banyak sekali hal-hal yang baru ditemui jadi jika

ada yang tidak tahu bisa langsung ditanyakan ke asisten dosen.


DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, K., Wijaya, A. F. dan Hardjanto, I. 2013. Perencanaan pembangunan


kehutanan daerah dalam perspektif good governance. J. Penelitian
Kehutanan Wallacea. Vol. 2 No. 1, April 2013 : 51 – 64.
Arnita. 2013. Pengelolaan hutan dalam rangka otonomi daerah oleh pemerintah
aceh utara. J. Ilmu Hukum. No. 59, Th. XV pp. 81-97.
Fernando, D. E., Sukerta, I. M. dan Suryana, I. M. 2016. Inventarisasi pepohonan
pada kawasan hutan dikabupaten jembrana. J. Pertanian Berbasis
Keseimbangan Ekosistem. Vol. 3 No. 4.
Purwanto, R. H. dan Yuwono, T. 2005. Perencanaan Sumber Daya Hutan (Diktat
Kuliah. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Puspaningsih, N. 1999. Studi perencanaan pengelolaan lahan di sub das cisadane
hulu kabupaten bogor. J. Manajemen Hutan Tropika. Vol. V, No. 2 : 45-53.
Riyanto, Hamzari dan Golar. 2014. Analisis pembangunan ekowisata di kawasan
taman hutan raya berbasis sistem informasi geografis. J. Warta Rimba. Vol
2, No 1 : 153-163.
Samsuri. 2003. Panduan Praktek Umum Kehutanan 2003. Program Ilmu
Kehutanan USU. Medan.
Seo, Y., S. Pathammavongsa, V. Chhorn, D. Lee, J. C. & Cha, D. 2019. Dbh
growth for three years after thinning on even-aged pinus koraiensis and
Larix kaempferi plantations in south korea. Journal of Forest Science And
Technology. 2158-0715, 2019, Vol. 15, No. 1, 1–6.

Simon, H., 1996. Metode Inventore Hutan. Aditya Media. Yogyakarta.

Suwarno, E. dan Situmorang, A. W. 2016. Identifikasi hambatan pengukuhan


kawasan hutan di provinsi riau. J. Analisis Kebijakan Kehutanan. Vol. 14
No.1, Mei 2017 : 17-30.
Suwarti, Soeaidy, M. S. dan Suryadi. 2015. Implementasi perencanaan
pengelolaan dan pemanfaatan hutan desa di kabupaten gunungkidul. J.
Reformasi. Vol. 5, No. 1, 2015.
Syahadat, E. dan Subarudi. 2012. Permasalahan penataan ruang kawasan hutan
dalam rangka revisi rencana tata ruang wilayah provinsi. J. Analisis
Kebijakan Kehutanan. Vol. 9 No. 2, Agustus 2012 : 131 – 143.
Tresnadi, H. 2008. Pengelolaan das dengan pendekatan ekosistem. J. Hidrosfir
Indonesia. Vol. 3 (3) : 95 – 104.
Zulkarnain. 2013. Analisis penetapan kriteria kawasan hutan. Jurnal Agrifor. Vol.
12 No. 2, Oktober 2013.

Anda mungkin juga menyukai