Anda di halaman 1dari 15

58

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerusakan daerah aliran sungai (DAS) di banyak tempat di Indonesia saat ini

perlu segera ditangani, mengingat daya dukung dan daya tampung lingkungan

semakin terlampaui dengan bertambahnya jumlah penduduk, urbanisasi,

berkurangnya areal hutan dan kawasan resapan air, semakin meluasnya lahan

kritis dan pengembangan wilayah yang pada akhirnya menyebabkan

peningkatan bencana banjir, longsor dan kekeringan (Nugroho, 2003). Menurut

Nugroho (2003), kunci keberhasilan pengelolaan DAS adalah partisipasi

masyarakat. Masyarakat dilibatkan dan merasakan manfaat langsung dengan

adanya pengelolaan DAS. Diakui bahwa partisipasi publik dan peran para pihak

semakin dibutuhkan dalam pengambilan keputusan pengelolaan sumber.

Pengelolaan DAS pada prakteknya seringkali mengalami konflik kepentingan

dengan pemanfaatan lahan dan sumber daya yang lebih berorientasi pada

kepentingan sektoral dan perbedaan persepsi para pihak. Karena itulah pentingnya

ada kebijakan ataupun peraturan yang mengatur tentang pengelolaan DAS

(Fatahilah, 2013).

Oleh karena itu penataan regulasi pengelolaan DAS Terpadu yang kebradaan dan

penegakan hukumnya dapat dijalankan dalam rangka pengembangan praktik-


59

praktik tata kelola pemerintahan yang baik di pemerintah pusat dan daerah

melalui penguatan peran eksekutif, Bappenas/ Bappeda, Kemenhut/ Dinas

Kehutanan , Bagian Hukum melalui strategi, mekanisme, dan pemberdayaan

potensi merumuskan konstruksi legal drafting Regulasi Pengelolaan DAS

Terpadu dalam rangka pengembangan praktik praktik tata kelola pemerintahan

yang baik di pemerintah pusat dan daerah melalui penguatan peran eksekutif

Bappenas/Bappeda, Kemenhut/ Dinas Kehutanan, Bagian Hukum dan melalui

strategi, mekanisme, dan pemberdayaan potensi, serta perbaikan prosedur

penyusunan regulasi agar memperhatikan pelestarian DAS. Kinerja DAS yang

baik akan menunjukkan daya dukung yang baik

sehingga memberikan kondisi yang baik yang mampu mendukung kehidupan

makhluk hidup yang ada di dalamnya (Wahyuningrum dan Putra, 2018).

B. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui masalah-masalah yang terdapat di DAS Bengawan Solo.


2. Menganalisis kebijakan tentang penegakan hukum di Das Bengawan Solo.
3. Mengetahui pelaksanaan dan penegakan aturan yang erkaitan tentang DAS

Bengawan Solo
.
60

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Daerah Aliran Sungai

DAS (Daerah Aliran Sungai) adalah daerah yang di batasi oleh punggung-

punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan di

tampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-

sungai kecil menuju sungai utama (Puspitojati dkk., 2012). DAS juga dapat

diartikan sebagain suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan

sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan, dan

mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami,

yang batas di darat merupakan pemisah topografi dan batas laut sampai dengan

daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (Arsyad, 2010)

Salah satu fungsi utama dari DAS adalah sebagai pemasok air dengan

kuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi orang di daerah hilir, alih guna

lahan hutan menjadi lahan pertanian akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas

tata air pada DAS akan dirasakan oleh masyarakat di daerah hilir (Handayani

2013). Peraturan Pemerintah No 37 tahun 2012 menyatakan bahwa Pengelolaan

DAS merupakan upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara

sumber daya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktifitasnya, agar

terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan

sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan (Handayani, 2013).

B. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai


61

Pengelolaan DAS Bertujuan untuk mencegah kerusakan (mempertahankan

daya dukung) dan memperbaiki yang rusak (pemulihan daya dukung) perencanaan

dan pengelolaan DAS harus mengintegrasikan faktor- faktor biofisik sosial

ekonomi dan kelembagaan untuk mencapai kelestarian berbagai macam

penggunaan lahan di dalam DAS yang secara teknis aman dan tepat, secara

lingkungan sehat, secara ekonomi layak dan secara sosial dapat diterima

masyarakat. Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) merupakan bagian dari sistem

pengelolaan hutan dan lahan yang ditempatkan pada kerangka Daerah Aliran

Sungai. Rehabilitasi mengambil posisi untuk mengisi kesenjangan ketika sistem

perlindungan tidak dapat mengimbangi hasil sistem budidaya hutan dan lahan,

sehingga terjadi deforestasi dan degradasi sungsi hutan dan lahan. Rehabilitasi

lahan merupakan suatu usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan

meningkatkan kondisi lahan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal baik

sebagai unsur produksi, media pengatur tata air, maupun sebagai unsur

perlindungan alam dan lingkungannya (Lastiantoro dan Cahyono, 2015). Kegiatan

pengelolaan DAS meliputi empat upaya pokok, yaitu: pengelolaan lahan,

pengelolaan air, pengelolaan vegetasi serta pembinaan kesadaran dan kemampuan

manusia dalam penggunaan sumberdaya alam secara bijaksana (Ekawati dkk.,

2005).

C. Regulasi Daerah Aliran Sungai

Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar penyelengaraan

pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) berkembang secara dinamis dalam


62

kurun waktu 15 tahun terakhir. Dinamika tersebut mencakup peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan Urusan Pemerintahan, sistem

pengelolaan DAS, maupun teknologi konsevasi tanah dan air yang menyertai

sistem pengelolaan konsep disusun dan diusulkan oleh institusi yang berwenang

menurut bidangnya. Dalam UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

Pasal 14 : Urusan Pemerintahan bidang kehutanan termasuk urusan pemerintahan

konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi. Pengelolaan DAS

merupakan Sub Urusan dari Urusan Kehutanan dengan pembagian urusan

sebagai berikut:

1. Pemerintah Pusat untuk Urusan Penyelenggaraan pengelolaan DAS,


2. Pemerintah Provinsi untuk Urusan Pelaksanaan pengelolaan DAS lintas

Daerah kabupaten/kota dan dalam Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu)

Daerah provinsi (Handayani, 2013).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM


63

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan saat praktikum analisis keberadaan dan penegakan hukum

daerah aliran sungai Bengawan Solo adalah laptop atau komputer, lembar kerja

mahasiswa dan alat tulis. Sedangkan, bahan yang digunakan saat praktikum

adalah buku panduan, referensi berupa jurnal, buku, proceeding, Permenhut P.61

tahun 2014 tentang monitoring dan evaluasi pengelolaan daerah aliran sungai dan

data peraturan daerah aliran sungai..

B. Cara Kerja

1. Memperhatikan materi dalam pengarahan kegiatan.


2. Mencari data peraturan tentang pengelolaan DAS Bengawan Solo
3. Melakukan klasifikasi keberadaan dan penegakan aturan pada DAS Bengawan

Solo.
4. Menganalisis hasil dari klasifikasi keberadaan dan penegakan aturan pada DAS

Bengawan Solo.
5. Mahasiswa membuat laporan.

C. Waktu dan Lokasi Praktikum

Praktikum analisis kondisi sosial ekonomi daerah aliran sungai di laksanakan pada

Selasa, 29 September 2019, pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai. Praktikum

ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Jurusan Kehutanan,

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.


64

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
65

Hasil yang didapatkan setelah dilakukannya praktikum analisis kondisi sosial

ekonomi daerah aliran sungai yaitu sebagai berikut.

Tabel 10. Klasifikasi Peraturan dan Kebijakan di DAS Bengawan Solo.

No Perundang-undangan Nilai Kelas Skor


1. UU No. 26 Tahun 2007 Ada, dipraktekan Sangat Baik 0,5
luas
2. PP No. 42 Tahun 2008 Ada, dipraktekan Baik 0,75
terbatas
3. PP No. 43 Tahun 2008 Ada, dipraktekan Baik 0,75
terbatas
4. PP No. 20 Tahun 2006 Ada, dipraktekan Baik 0,75
terbatas

B. Pembahasan

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa DAS Bengawan Solo sudah memiliki

kebijakan yang mengatur pengelolaannya dan keberadaan kebijakan ini dapat

menjadi penegakan hukum. Sifat dari kebijakannya sendiri terdapat yang memiliki

cakupan luas dan juaga ada yang terbatas dan lebih spesifik. Diketahui bahwa

penegakan aturan di DAS Bengawan Solo ini baik dalam pengaturannya.

Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di Pulau Jawa, terletak di

Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan luas wilayah sungai ± 12% dari

seluruh wilayah Pulau Jawa pada posisi 110o18’ BT sampai 112o45’ BT dan

6o49’LS sampai 8o08’ LS. WS Bengawan Solo secara administratif terletak di 20

kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dengan luas wilayah

20.125 km2. WS Bengawan Solo terbagi menjadi 4 DAS yaitu DAS Bengawan
66

Solo, DAS Kali Grindulu dan Kali Lorog, DAS Pantura Gelangbang (Gresik-

Lamongan-Tuban) dan DAS Kali Lamong. Waduk Serbaguna Wonogiri dibangun

pada tahun 1978-1981 yang berfungsi diantaranya sebagai pengendali banjir di

wilayah Bengawan Solo Hulu, terutama melindungi Kota Solo; Penyediaan air

irigasi seluas ± 30.000 Ha di wilayah kabupaten-kabupaten Wonogiri.

DAS Bengawan Solo masuk kedalam 108 DAS prioritas, 15 diantaranya harus

dipulihkan dalam kurun waktu 5 tahun. DAS Bengawan solo termasuk kedalam

DAS kritis yang dalam kurun waktu 5 tahun harus dipulihkan. Sub DAS Samin

merupakan bagian dari DAS Bengawan Solo hulu yang keberadaannya berperan

penting terhadap bagian perwilayahan DAS tengah dan hilir. Sungai Bengawan

Solo hulu memiliki 27 Sub DAS yang salah satunya adalah Sub DAS Samin

tersebut. Sub DAS Samin berada di 2 Kabupaten yaitu Kabupaten Karanganyar

dan Kabupaten Sukoharjo yang memiliki hulu di daerah Gunung Lawu Kabupaten

Karanganyar dan hilir di Kabupaten Sukoharjo. Sub DAS Samin merupakan Sub

DAS yang memiliki relief yang cukup bervariasi, kemiringan lereng pada Sub

DAS Samin juga bervariasi dari datar hingga sangat curam dan rentan terhadap

terjadinya erosi lahan sebagai pemicu adanya lahan kritis.

Pembinaan aktivitas manusia dalam pemanfaatan sumber daya alam dalam rangka

pengelolaan DAS dimaksudkan untuk membangkitkan dan meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan manusia agar dapat berperan serta secara

aktif dalam pengelolaan sumber daya alam sehingga tercapai manfaat yang

maksimal dan berkesinambungan. Keberhasilan konservasi DAS pada akhirnya

ditentukan oleh pemakai dan pemilik lahan sendiri. Dalam hal ini diperlukan
67

adanya motivasi agar para pemilik dan pemakai lahan merasa wajib, mau, dan

mampu melaksanakan konservasi tanah dalam rangka pengelolaan DAS (Supardi,

2012).

Permasalahan yang ada di DAS Bengawan Solo antara lain kerusakan DAS akibat

penebangan liar dan konversi lahan menimbulkan kerusakan ekosistem dalam

tatanan DAS dan terus menurunnya kondisi hutan penanggulannya dapat dengan

cara rehabilitasi (Sutrisno dan Heryani, 2013) dan konservasi lahan di kawasan

lindung (penghijauan) dengan bantuan tanaman produktif bagi masyarakat untuk

penghijauan pada kawasan lindung, pelaksanaan Gerhan dan GNKPA secara rutin

dan mempertahankan luas kawasan lindung 30 % sesuai dengan UU no 26/2007.

Permasalahan yang selanjutnya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat

mengenai batas sempadan sungai, rawa, dana dan mata air, upaya

penanggulangannya adalah dengan penetapan batas sempadan danau/sungai di

seluruh WS Bengawan Solo dengan PERDA kabupaten dan bantuan dana untuk

konservasi mata air, sungai dan lainnya. Adapun masalah lain seperti Kurangnya

pemanfaatan air tanah yang dapat ditanggulagi dengan pemberian ijin

pemanfaatan air tanah hanya pada kawasan yang produksi akifernya cukup-besar,

sesuai dengan kondisi hidrogeologi dan keberadaan cekungan air tanah di wilayah

sungai Bengawan Solo. Lalu ada juga permasalahan kurangnya pengendalian dan

pengawasan alih fungsi lahan penanggulangannya dengan pemetaan dan

penetapan lahan sawah beririgasi teknis di seluruh Daerah Irigasi Teknis dan Semi

Teknis di WS Bengawan Solo dan Penyusunan mekanisme perizinan pemanfaatan

ruang sawah beririgasi teknis.


68

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
69

1. Kerusakan DAS akibat penebangan liar dan konversi lahan menimbulkan

kerusakan ekosistem dalam tatanan DAS, Kurangnya pengendalian dan

pengawasan alih fungsi lahan, Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam

konservasi dan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai batas

sempadan sungai, rawa, dana dan mata air


2. Kebijakan yang ada untuk mengatur pengelolaan atau penjagaan DAS

Bengawan Solo sudah sangat baik penyusunan kebijakannya dan tepat

guna untuk mengatasi permasalahan yang ada.


3. Pelaksanaannya yaitu rehabilitasi dan konservasi lahan di kawasan lindung

(penghijauan) dengan bantuan tanaman produktif bagi masyarakat untuk

penghijauan pada kawasan lindung, pelaksanaan Gerhan dan GNKPA

secara rutin dan mempertahankan luas kawasan lindung 30 % sesuai

dengan UU no 26/2007.

B. Saran

Saran untuk praktikum kali ini adalah dengan melihat kebijakan yang ada

diharapkan untuk dapat menjadi referensi pengelolaan DAS di daerah lainnya

karena dapat sangat berguna dan mungkin dapat juga tepat guna.
70

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.


71

Ekawati, S., Paimin, Purwanto dan Donie, S. 2005. Monitoring dan evaluasi
kondisi sosial ekonomi dalam pengelolaan daerah aliran sungai: studi
kasus di sub das progo hulu. J. Penelitian Sosial & Ekonomi Kehutanan. 2
(2) : 171-181.

Fatahilah, M. 2013. Kajian keterpaduan pengelolaan daerah aliran sungai (das)


garang provinsi jawa tengah. J. Geografi. 10 (2) : 136-153.

Handayani, I. G. A. K. R. 2013. Urgensi penataan regulasi das prioritas dalam


rangka tertib hukum administrasi das terpadu di indonesia. J. MMH. 42
(3).

Handayani, I. G. A. K. R. 2013. Urgensi peraturan daerah pengelolaan daerah


aliran sungai bengawan solo dalam rangka penguatan fungsi lingkungan
hidup dan good governance. J. Hukum IUS QUIA IUSTUM. 20 (2) : 255 -
277

Lastiantoro, C. Y. dan Cahyono, S. A. 2015. Analisis peran para pihak dalam


pengelolaan daerah aliran sungai bengawan solo hulu. J. Penelitian
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. 5 (1) : 1-18.

Nugroho, S.P. 2003. Pergeseran Paradigma dan Kebijakan Baru dalam


Pengelolaan Daerah Aliran Sungai di Indonesia. J. Teknik Lingkungan
P3TL-BPPT. 4 (3): 136-142.

Puspitojati, T., Darusman, D., Tarumingkeng, R.C., & Purnama, B. 2012.


Pemangku kepentingan yang perlu diberdayakan dalam pengelolaan hutan
produksi: Studi kasus di kesatuan pemangkuan hutan Bogor. J. Analisis
Kebijakan Kehutanan. 9 (3) : 190-201.

Supardi, S. 2012. Analisis ekonomi rumah tangga tani di daerah aliran sungai
(das) solo hulu kabupaten wonogiri. J. SEPA. 9 (2) : 163- 173.
72

Sutrisno, N. dan Heryani, N. 2013. Teknologi konservasi tanah dan air untuk
mencegah degradasi lahan pertanian berlereng. J. Litbang Pert. 32 (3) :
122-130.

Wahyuningrum, N. dan Putra, P. B. 2018. Evaluasi lahan untuk menilai kinerja


sub daerah aliran sungai rawakawuk. J. Penelitian Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai. 2 (1) : 1-16.

Anda mungkin juga menyukai