I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerusakan daerah aliran sungai (DAS) di banyak tempat di Indonesia saat ini
perlu segera ditangani, mengingat daya dukung dan daya tampung lingkungan
berkurangnya areal hutan dan kawasan resapan air, semakin meluasnya lahan
adanya pengelolaan DAS. Diakui bahwa partisipasi publik dan peran para pihak
dengan pemanfaatan lahan dan sumber daya yang lebih berorientasi pada
kepentingan sektoral dan perbedaan persepsi para pihak. Karena itulah pentingnya
(Fatahilah, 2013).
Oleh karena itu penataan regulasi pengelolaan DAS Terpadu yang kebradaan dan
praktik tata kelola pemerintahan yang baik di pemerintah pusat dan daerah
yang baik di pemerintah pusat dan daerah melalui penguatan peran eksekutif
B. Tujuan Praktikum
Bengawan Solo
.
60
DAS (Daerah Aliran Sungai) adalah daerah yang di batasi oleh punggung-
punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan di
tampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-
sungai kecil menuju sungai utama (Puspitojati dkk., 2012). DAS juga dapat
diartikan sebagain suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami,
yang batas di darat merupakan pemisah topografi dan batas laut sampai dengan
Salah satu fungsi utama dari DAS adalah sebagai pemasok air dengan
kuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi orang di daerah hilir, alih guna
lahan hutan menjadi lahan pertanian akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas
tata air pada DAS akan dirasakan oleh masyarakat di daerah hilir (Handayani
DAS merupakan upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara
sumber daya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktifitasnya, agar
daya dukung) dan memperbaiki yang rusak (pemulihan daya dukung) perencanaan
penggunaan lahan di dalam DAS yang secara teknis aman dan tepat, secara
lingkungan sehat, secara ekonomi layak dan secara sosial dapat diterima
masyarakat. Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) merupakan bagian dari sistem
pengelolaan hutan dan lahan yang ditempatkan pada kerangka Daerah Aliran
perlindungan tidak dapat mengimbangi hasil sistem budidaya hutan dan lahan,
sehingga terjadi deforestasi dan degradasi sungsi hutan dan lahan. Rehabilitasi
meningkatkan kondisi lahan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal baik
sebagai unsur produksi, media pengatur tata air, maupun sebagai unsur
2005).
pengelolaan DAS, maupun teknologi konsevasi tanah dan air yang menyertai
sistem pengelolaan konsep disusun dan diusulkan oleh institusi yang berwenang
sebagai berikut:
Alat yang digunakan saat praktikum analisis keberadaan dan penegakan hukum
daerah aliran sungai Bengawan Solo adalah laptop atau komputer, lembar kerja
mahasiswa dan alat tulis. Sedangkan, bahan yang digunakan saat praktikum
adalah buku panduan, referensi berupa jurnal, buku, proceeding, Permenhut P.61
tahun 2014 tentang monitoring dan evaluasi pengelolaan daerah aliran sungai dan
B. Cara Kerja
Solo.
4. Menganalisis hasil dari klasifikasi keberadaan dan penegakan aturan pada DAS
Bengawan Solo.
5. Mahasiswa membuat laporan.
Praktikum analisis kondisi sosial ekonomi daerah aliran sungai di laksanakan pada
Selasa, 29 September 2019, pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai. Praktikum
A. Hasil
65
B. Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa DAS Bengawan Solo sudah memiliki
menjadi penegakan hukum. Sifat dari kebijakannya sendiri terdapat yang memiliki
cakupan luas dan juaga ada yang terbatas dan lebih spesifik. Diketahui bahwa
Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan luas wilayah sungai ± 12% dari
seluruh wilayah Pulau Jawa pada posisi 110o18’ BT sampai 112o45’ BT dan
kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dengan luas wilayah
20.125 km2. WS Bengawan Solo terbagi menjadi 4 DAS yaitu DAS Bengawan
66
Solo, DAS Kali Grindulu dan Kali Lorog, DAS Pantura Gelangbang (Gresik-
wilayah Bengawan Solo Hulu, terutama melindungi Kota Solo; Penyediaan air
DAS Bengawan Solo masuk kedalam 108 DAS prioritas, 15 diantaranya harus
dipulihkan dalam kurun waktu 5 tahun. DAS Bengawan solo termasuk kedalam
DAS kritis yang dalam kurun waktu 5 tahun harus dipulihkan. Sub DAS Samin
merupakan bagian dari DAS Bengawan Solo hulu yang keberadaannya berperan
penting terhadap bagian perwilayahan DAS tengah dan hilir. Sungai Bengawan
Solo hulu memiliki 27 Sub DAS yang salah satunya adalah Sub DAS Samin
dan Kabupaten Sukoharjo yang memiliki hulu di daerah Gunung Lawu Kabupaten
Karanganyar dan hilir di Kabupaten Sukoharjo. Sub DAS Samin merupakan Sub
DAS yang memiliki relief yang cukup bervariasi, kemiringan lereng pada Sub
DAS Samin juga bervariasi dari datar hingga sangat curam dan rentan terhadap
Pembinaan aktivitas manusia dalam pemanfaatan sumber daya alam dalam rangka
kesadaran, kemauan dan kemampuan manusia agar dapat berperan serta secara
aktif dalam pengelolaan sumber daya alam sehingga tercapai manfaat yang
ditentukan oleh pemakai dan pemilik lahan sendiri. Dalam hal ini diperlukan
67
adanya motivasi agar para pemilik dan pemakai lahan merasa wajib, mau, dan
2012).
Permasalahan yang ada di DAS Bengawan Solo antara lain kerusakan DAS akibat
tatanan DAS dan terus menurunnya kondisi hutan penanggulannya dapat dengan
cara rehabilitasi (Sutrisno dan Heryani, 2013) dan konservasi lahan di kawasan
penghijauan pada kawasan lindung, pelaksanaan Gerhan dan GNKPA secara rutin
mengenai batas sempadan sungai, rawa, dana dan mata air, upaya
seluruh WS Bengawan Solo dengan PERDA kabupaten dan bantuan dana untuk
konservasi mata air, sungai dan lainnya. Adapun masalah lain seperti Kurangnya
pemanfaatan air tanah hanya pada kawasan yang produksi akifernya cukup-besar,
sesuai dengan kondisi hidrogeologi dan keberadaan cekungan air tanah di wilayah
sungai Bengawan Solo. Lalu ada juga permasalahan kurangnya pengendalian dan
penetapan lahan sawah beririgasi teknis di seluruh Daerah Irigasi Teknis dan Semi
A. Simpulan
69
dengan UU no 26/2007.
B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah dengan melihat kebijakan yang ada
karena dapat sangat berguna dan mungkin dapat juga tepat guna.
70
DAFTAR PUSTAKA
Ekawati, S., Paimin, Purwanto dan Donie, S. 2005. Monitoring dan evaluasi
kondisi sosial ekonomi dalam pengelolaan daerah aliran sungai: studi
kasus di sub das progo hulu. J. Penelitian Sosial & Ekonomi Kehutanan. 2
(2) : 171-181.
Supardi, S. 2012. Analisis ekonomi rumah tangga tani di daerah aliran sungai
(das) solo hulu kabupaten wonogiri. J. SEPA. 9 (2) : 163- 173.
72
Sutrisno, N. dan Heryani, N. 2013. Teknologi konservasi tanah dan air untuk
mencegah degradasi lahan pertanian berlereng. J. Litbang Pert. 32 (3) :
122-130.