Anda di halaman 1dari 18

KOMPONEN KEGIATAN PERENCANAAN HUTAN DI PENGELOLAAN

HUTAN JANGKA PANJANG KPHL MODEL RAJABASA KABUPATEN


LAMPUNG SELATAN
(Laporan Praktikum Perencanaan Hutan)

Oleh

Arum Nurcahyani
1854151008

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020

1
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hutan untuk mencapai kondisi kestabilan ekologis tidak capai dalam waktu

singkat, karena komposisi hutan yang begitu kompleks. Kestabilan ekologis dapat

tercapai setelah komposisi hutan di dalamnya saling berinteraksi dan kondisinya

tidak berubah-ubah. Makhluk hidup yang ada di dalamnya dapat menjadi tolak

ukur suatu hutan dalam kondisi baik atau tidak. Kondisi hutan umumnya dalam

keadaan baik tanpa adanya campur tangan manusia kecuali terjadi bencana alam.

Namun, adanya manusia yang ikut campur dalam permasalahan hutan bukan

berarti selalu merusak kondisi di dalamnya. Hutan dapat dikelola dan

dikembangkan ke depannya secara lestari oleh manusia yang bertanggung jawab

(Rohana, 2016).

Pengelolaan hutan yang baik dapat dilihat dari fungsinya, baik Hutan produksi,

Hutan lindung, hutan konservasi. Hutan yang mengedepankan kelestarian seperti

Hutan lindung dan Hutan konservasi dapat menjaga biodiversitas di dalamnya.

Berbeda halnya dengan Hutan produksi yang berfokus pada hasil hutannya berupa

kayu. Pengelolaan yang berbeda tersebut didasarkan pada perencanaan yang

cukup matang agar dapat tercapainya tujuan.

2
Perencanaan hutan di Hutan produksi, Hutan lindung, maupun Hutan konservasi

dilakukan dengan mempertimbangkan berbagi aspek. Aspek-aspek yang dicermati

tersebut disesuaikan dengan fungsi hutannya, seperti halnya pada hutan lindung

yang menjaga kondisi tata air di dalamnya. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)

Lindung Rajabasa dalam penglolaannya memperhatikkan kelestarian alam agar

sistem tata air di dalamnya tidak rusak. Pengelolaan hutan yang baik dapatdilihat

dari rencana pengelolaannya.

1.2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini sebagai berikut :

1. Mahasiswa mampu mengetahui komponen kegiatan dalam perencanaan hutan

2. Mahasiswa mampu mengetahui manfaat dari perencanaan hutan

3. Mahasiswa mampu menganalisis rencana pengelolaan hutan jangka panjang

(RPHJP) Model KPHL Rajabasa

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan Hutan

Perencanaan hutan merupakan upaya mendayagunakan fungsi hutan dengan

menciptakan kegiatan yang dapat mempengaruhi proses yang sedang berjalan,

atau menciptakan proses baru, agar hutan memberikan sumbangan maksimal

untuk mempengaruhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dan terdapat

tiga fungsi hutan yang mempengaruhi atau menciptakan prosesdan kesejahteraan

masyarakat yang berarti merupakan bagian dari suatu sistem yang lebih besar

sehingga sumbangannya untuk memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat (Purwanto dan Yuwono, 2010).

Perencanaan kehutanan di daerah tidak bisa lepas dari perencanaan yang ada di

tingkat pusat. Proses penyusunan disusun secara berjenjang mulai dari tingkat

pusat, provinsi, kabupaten, sampai unit terkecil semua tingkatan harus sinkron.

Perencanaan pada level bawah harus mengacu dan mendukung perencanaan yang

ada dibawah. Namun untuk mengoptimalkan sudah barang tentu pada proses

perencanaan di daerah harus disesuaikan dengan kondisi dan kareakteristik lokal.

Oleh karena itu, perlu dilakukan konsultasi publik dalam proses penyusunan

rencana kehutanan. Mekanisme yang tersedia merupakan melalui musrenbang

4
maupun rakorbanghutda dari kegiatan untuk menyerap aspirasi, masukan dan

saran untuk menyempurnakan dokumen rencana (Akhadi,2013).

2.2. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)

KPH merupakan konsep perwilayahan pengelolaan hutan sesuai dengan fungsi

pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. Konsep

KPH sebenarnya mulai diwacanakan sejak diberlakukannya UU No. 5/1967 yang

pada masa itu diartikan sebagai Kesatuan Pemangkuan Hutan, sebagaimana

diterapkan dalam pengelolaan hutan oleh Perum Perhutani di Pulau Jawa.

Undang-undang 41/19993 konsep ini kembali dimunculkan yang kemudian diikuti

dengan aturan pedoman pembentukannya seperti tertuang dalam beberapa

peraturan perundang-undangan. Sebelumnya pada awal tahun 1990an, keluar

beberapa peraturan menteri yang mengatur KPHP yang konsepnya adalah juga

pengelolaan hutan lestari (Ngakan, 2010).

Hutan lindung menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

1999 tentang Kehutanan adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok

sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,

mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara

kesuburan tanah. Pengelolaan hutan lindung diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 6 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008.

Pengelolaan hutan lindung dimaksudkan meliputi kegiatan: tata hutan dan

penyusunan rencana pengelolaan hutan lindung, pemanfaatan dan penggunaan

kawasan hutan lindung, rehabilitasi dan reklamasi hutan lindung dan perlindungan

5
hutan dan konservasi hutan lindung, rehabilitasi dan reklamasi hutan lindung dan

perlindungan hutan dan konservasi alam di hutan lindung. Meningkatkan fungsi

lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan, dan satwa serta nilai sejarah dan

budaya bangsa dan mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe

ekosistem dam keunikan alam (Suwarti, 2015).

2.3. KPHL Rajabasa

Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa

merupakan salah satu KPH dari 16 unit KHP (9 KPHP dan 7 KPHL) lingkup

Provinsi Lampung yang ditetapkan dengan SK Menteri Kehutanan Nomor

SK.68/Menhut-II/2011, seluas 5.160 hektar, terletak di kabupaten Lampung

Selatan, Provinsi Lampung, KPHL Model Rajabasa sebagai unit pengelolaan

hutan ditingkat tapak bertujuan untuk menwujudkan pengelolaan hutan secara

efektif,efisien, dan lestari (KPHL Rajabasa, 2013).

KHPL Rajabasa merupakan register 3 Gunung Rajabasa yang ditetapkan

berdasarkan Besluit Residen Lampung No.307 tanggal 31 Maret 1941 dan

dikukuhkan dengan keputusan Menteri Kehutanan No.67/Kpts-II/91 tanggal 31

Januari 1991 tentang Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) Provinsi Daerah

Tingkat I Lampung dengan luas wilayah 4.900 ha. Berdasarkan surat keputusan

Menteri Kehutanandan Perkebunan No.256/Kpts-II/200 tentang peunjukan

kawasan dan perairan di wilayah Provinsi Lampung. Register Gunung Rajabasa

ditetapkan sebagai kawasan hutan dengan fungsi lindung dengan luas 5.200,50 ha

6
atau 19,9% dari total luas hutan di kabupaten Lampung Selatan (Mulyana

dkk,2017).

7
III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum mengenai komponen kegiatan perencanaan kehutanan di Pengelolaan

Hutan Jangka Panjang KPHL Model Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan

dilaksanakan pada hari Rabu 30 September 2020 pukul 07.00-09.50 melalui zoom

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut :

Laptop, dan Smartphone sedangkan bahan yang digunakan adalah panduan

praktikum dan literatur.

3.3. Cara Kerja

Adapun cara kerja praktikum ini sebagai berikut :

1. Mahasiswa mendengarkan materi yang disampaikan oleh asisten dosen

2. Melakukan studi literatur dengan mencari RPHJP KPHL Model Rajabasa

Kabupaten Lampung Selatan

3. Menganalisis komponen rencana kegiatan perencanaan hutan dalam RPHJP

KPHL Model Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan

8
4. mencatat hasil

5. Membuat laporan awal dan laporan sementara

9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktikum

Perencanaan hutan dalam RPHJP KPHL Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan

terbagi dalam 4 komponen perencanaan sebagai berikut :

1. Inventarisasi Hutan, berdasarkan inventarisasi hutan yang dilakukan KPHL

Rajabasa diperoleh beberapa potensi diantaranya :

a) Potensi flora dan Hasil hutan bukan kayu, merupakan flora yang

ditemukan terdiri dari jenis-jenis komersil kelas tinggi seperti medang

(Litsea spp), kungkil, bebeka, arang-arang, balam, bengkal, dan damar

(shorea spp). Hasil hutan bukan kayu yang diberdayakan antara lain getah

damar, rotan, durian, pala, petai, jemgkol, dan lain-lain.

b) Potensi fauna merupakan satwa liar yang dapat ditemukan misalnya

burung rangkong, elang, harimau sumatera, siamang dan banyak jenis ular.

c) Potensi wisata merupakan potensi wisata yang ada di KPHL Rajabasa

diantaranya wisata pendidikan, wisata alam, dan petualangan.

d) Potensi pertambangan energi yang langkah berupa energi panas bumi

e) Potensi jasa lingkungan dalam kawasan hutan lindung yang menjaga

kesuburan tanah dan tata air kota kalianda dan sekitarnya.

10
2. Pengukuhan hutan, secara geografis kawasan Hutan Lindung Gunung Rajabasa

terletak pada pada 5°44' 47,88" s.d 5°49' 19,42"LS dan 105°35 48,00"s.d

105°41' 21,00"BT. Panjang batas kawasan 60.220,70 meter. Secara Administrasi

wilayah KPHL Rajabasa termasuk ke dalam wilayah pemerintah kecamatan

Kalianda, Penengahan, Rajabasa dan Bakauheni kabupaten Lampung selatan.

Luas kawasan KPHL Model Rajabasa yaitu 5.160 Ha yang terdiri dari 176 Ha

merupakan hutan primer, 3.148 Ha hutan sekunder dan 1.836 Ha non hutan.

Adapun batas wilayah KPHL Rajabasa sebagai berikut :

a) Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa

b) Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Betung

c) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan dan

d) Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Sunda.

3. Penataan Hutan, luasan wilayah KPHL Model Rajabasa dibagi menjadi 3

Resort Pengelolaan yaitu Resort I mencakup wilayah Penengahan, Resort II

wilayah Kalianda dan Resort III wilayah Rajabasa. Kegiatan kegiatan yang

diperbolehkan untuk dilakukan didalam kawasan KPHL Model Rajabasa sebagai :

1. Kegiatan wisata alam, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dengan

syarat tidak merubah bentang alam, 2. Pemanfaatan kawasan hutan, jasa

lingkungan, dan pemungutan hasil hutan bukan kayu, dan 3. Pemanfaatan lahan

untuk lokasi evakuasi bencana.

4. Pembentukan wilayah pengelolaan, secara garis besar kegiatan utama yang

dilaksanakan oleh KPHL Model Rajabasa selama 2014-2023 yang diselaraskan

dengan visi, misi, potensi yang ada sebagai berikut : 1. Inventarisasi berkala

11
wilayah kelola serta penataan hutannya, 2. Pemanfaatan hutan pada wilayah

tertentu, 3. Pemberdayaan masyarakat, 4. Rehabilitasi hutan, 5. Koordinasi dan

sinergi dengan Instansi dan stakeholder terkait, 6. Rencana penyediaan dan

peningkatan kapasitas SDM, 7. Penyedian pendanaan, 8. Pengembangan database,

9. Rencana rasionalisasi wilayah kelola, 10. Review rencana pengelolaan, dan 11.

Pengembangan investasi.

4.2. Pembahasan

Perencanaan hutan sebagai suatu proses pengelolaan hutan harus memperhatikan

berbagai aspek. Aspek yang perlu diperhatikan terdapat pada komponen

perencanaan hutan, seperti inventarisasi hutan, pengukuhan hutan, penataan hutan,

pembentukan wilayah, dan pembentukan wilayah pengelolaan. KPHL Rajabasa

dalam menyusun Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) dengan

memperhatikan komponen perencanaan tersebut. Dalam RPHJP dijelaskan secara

rinci kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam kurun waktu sepuluh tahun.

Komponen perencanaan hutan yang pertama yakni inventarisasi hutan oleh KPHL

Rajabasa cukup baik dan lengkap. Inventarisasi dilakukan untuk tidak hanya dari

vegetasinya saja, namun inventarisasi juga dilakukan untuk mengetahui potensi

hasil hutan bukan kayu, fauna, wisata, pertambangan energi dan jasa lingkungan.

Inventarisasi yang dilakukan tersebut sangat dibutuhkan untuk penyusunan

perencanaan, inventarisasi hutan perlu dianalisa sehingga dapat menghasilkan

informasi yang dapat digunakan sebagai dasar penyusunan tata hutan dan rencana

pengelolaan KPH (Putra, 2015).

12
Komponen perencanaan hutan kedua yakni pengukuhan hutan, dilakukan

penataan batas wilayah kawasan dan membaginya perblok agar dapat dikelola

dengan baik. Penetapan kawasan tersebut didasarkan pada seringnya konflik

klaim lahan. Klaim lahan dapat menyulitkan penyelesaian pengukuhan hutan.

Masyarakat hutan melakukan klaim lahan dengan alasan telah menempati sejak

lama. Perhutanan sosial yang dilakukan KPHL Rajabasa menjadi solusi agar

konflik klaim lahan terselesaikan (Suwarno dan Situmorang, 2017).

Komponen perencanaan hutan ketiga yakni penataan hutan, pemanfaatan hutan

yang dilakukan harus bersifat ekonomis pada kawasan yang diizinkan. KPH

Rajabasa dalam melaksanakan komponen keempat ini dilakukan dengan

memberlakukan perhutanan sosial berupa Hutan Desa. Hutan Desa merupakan

salah satu wujud kebijakan untuk pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar

kawasan hutan serta mewujudkan pengelolaan hutan yang adil dan lestari.

Kebijakan ini perlu disosialisasikan pada masyarakat dan institusi terkait agar

tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Hutan Desa harus mampu mecegah

terjadinya perluasan perambahan, perusakan hutan, ataupun aktivitas ilegal

lainnya yang dilakukan oleh masyarakat internal lembaga desa ataupun pihak-

pihak dari luar (Desmantono,2015).

Komponen perencanaan hutan yang keempat yakni pembentukan wilayah

pengelolaan agar wilayah kerja yang dilakukan dapat terbagi dan tidak terlalu

kompleks. KPH Rajabasa membagi wilayah pengelolaan menjadi 3 resort yaitu,

Resort I Rajabasa, Resort II Way Pisang, Resort III Batu Serampok. Wilayah

pengelolaan hutan ini kemudian dibagi lagi dari statusnya yang hutan lindung

13
diperinci dengan adanya hutan desa dan hutan kemasyarakatan. Pembentukan

wilayah pengelolaan ini dapat membantu masyarakat agar mencapai tujuan hutan

lestari dan masyarakat sejahtera.

Komponen perencanaan dalam RPHJP Rajabasa cukuplah baik dengan adanya

inventarisasi sampai pembentukkan wilayah pengelolaan. Pengelolaan tidak hanya

memperhatikan status kawasan tetapi juga memperhatikan kondisi masyarakat di

dalamnya. Pemberdayaan masyarakat sehingga mampu mandiri dan memiliki

tingkat ekonomi yang tinggi maka semakin kecil kemungkinan masyarakat akan

merusak leih jauh dalam hutan. Hutan dirusak dengan dasar untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehingga dalam perencanaan hutan diperlukan dasar

pemberdayaan masyarakat (Sihite, 2018).

14
V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Adapun simpulan dari praktikum ini sebagai berikut :

1. Komponen kegiatan dalam perencanaan hutan merupakan Inventarisasi

hutan,penatagunaan kawasan hutan, pembentuk wilayah pengelolaan hutan,

pengukuhan kawasan hutan, dan penyusunan rencana kehutanan

2. Manfaat dari kegiatan perencanaan kehutanan merupakan mengeolaan fungsi

hutan secara lebih lestari.

3. Komponen perencanaan dalam rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang

KPHL Model Rajabasa tersusun secara terorganisir, sehingga dalam pelaksanaan

perencanaan tersebut kedepannya dapat dilakukan dengan sanagat baik.

5.2. Saran

Dalam praktikum analisis perencanaan hutan dalam RPHJP Model Rajabasa dapat

dilakukan dengan baik. Namun perlu untuk membagi yang dikembangkan dalam

menganalisis RPHJP agar tidak membahas ke berbagai hal yang tidak dikaitkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, K.,Wijaya, A. F. dan Hardjanto, I. 2013. Perencanaan pembangunan

kehutanan dalam perspektif good governance. Jurnal Penelitian Kehutanan

Wallacea.2(1): 51-64.

Desmantoro, Wijayanto, N. dan Sundawati, L. 2015. Kelayakan program hutan

desa di desa tanjung aur II kecamatan pino raya kabupaten bengkulu selatan.

Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 13(2): 85-106.

KPHL Rajabasa. 2013. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Model Rajabasa. KPH Model

Rajabasa. Lampung Selatan. 69 Hlm.

Mulyana, L., Febryano, I.G., Safe’i, R., dan Banuwa, I.S. 2017. Performa

pengelolaanagroforestri di wilayah kesatuan pengelolaan hutan lindung

rajabasa. Jurnal Hutan Tropis. 5(2): 127-133.

Ngakan, P. O., Komarudin, H. dan Moeliono, M. 2010. Menerawang Kesatuan

Pengelolaan Hutan di Era Otonomi Daerah. CIFOR. Bogor. 12 Hlm.

Purwanto, R. H. dan Yuwono, T. 2010. Perencanaan Sumber Daya Hutan (Diktat

Kuliah). Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.

16
Putra, A. T. 2015. analisa potensi tegakan hasil invetarisasi hutan di kphp model

berau barat. Jurnal Agrifor. 14(2): 147-160.

Rohana, Siti ,dkk, 2016. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Sumberdaya

Manusia Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Batu Tegi dan

Kota Agung Utara Di Provinsi Lampung. Jurnal Sylva Lestari. 4(1), 31-40

Sihite Yanti, R, dkk. 2018. Potensi Obyek Wisata Alam Prioritas di Wilayah

Kerja KPH Unit XIII Gunung Rajabasa, Way Pisang, Batu Serampok

Provinsi Lampung. Jurnal Sylva Lestari.6(2): 84-93

Suwarti, Soeaidy, M. S. dan Suryadi. 2015. Implementasi perencanaan

pengelolaan dan pemanfaatan hutan desa di kabupaten gunung kidul. Jurnal

Reformasi. 5(1): 195-203.

17
18

Anda mungkin juga menyukai