Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANG


DI UNIT PELAYANAN TEKNIS
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN
WILAYAH MANGGARAI TIMUR

OLEH :

MANSUETUS HANCU

182381243

PROGRAM STUDI PENGELOLAN HUTAN


JURUSAN KEHUTANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG
KUPANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Praktek Pengelolaan Hutan Unit Pelaksana Teknis Kesatuan


Pengelolaan Hutan Wilayah Kabupaten Manggarai Timur
Mansuetus Hancu
182381243
Telah dipertahankan di Depan Komisi Penguji dan Pembimbing Pada Tanggal:
…………………….
Susunan Komisi Pembimbing
Pembimbing 1 Pembimbing II

Yofris Puay,S.Hut.,M.Sc Melkianus Pobas,ST.,Msc


NIP. 19850712 200812 1 004 NIP.19850322 201903 1 010
Mengetahui
Ketua Jurusan Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan

Fabianus Ranta, S.Hut., M. Si Yudhistira A. N. Rua Ora, S.Hut.,G. Dip.


NIP. 19710101 201112 1 002 For.,M.For
NIP. 19710101 201112 1 002

i
RINGKASAN

Dalam Undang-Undang No.41 tentang Kehutanan, Hutan didefenisikan


dan fungsi strategis atau pertahanan sebagai suatu kesatuan berupa hamparan
lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat
dipisahkan. Berdasarkan pengertian di atas secara umum hutan memiliki
fungsi antara lain;fungsi orologis/mencegah erosi, fungsi
hidrologis(mengaturtata air),fungsi klimatologis(mengatur iklim), fungsi
estetika atau keindahan.
Tujuan pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah
Mengetahui dan melaksanakan kegiatan bidang manajemen hutan, bidang
silvikultur, bidang teknologi hasil hutan. Praktek Kerja Lapang dilaksanakan
selama dua bulan di UPT KPH Wilayah Kabupaten Manggarai Timur. Metode
yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan Kehutanan selama kegiatan di
lapangan adalah melakukan pengamatan, pengukuran, wawancara, analisis,
perancangan dan uji coba yang menyangkut tiga bidang praktek yaitu
manajemen hutan, silvikultur, dan teknologi hasil hutan. Alat dan bahan yang
digunakan selama kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah: buku
panduan, pulpen, Global posititioning system (GPS), tali raffia, pita meter,
pisau, parang, linggis, skop, laser distance meters, tally sheat, tanah, bokasi,
kompos, benih sengon.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
bimbingannya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja lapang
(PKL) yang dilaksankan di UPT KPH Wilayah Kabupaten Manggarai Timur.
Penulis menyadari bahwa kegiatan PKL ini dan penyusun laporan dapat
diselesaikan dengan baik karena adanya dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Yofris Puay,S.Hut.M.Sc sebagai pembimbing I dan Bapak


Melkianus Pobas ST,M.Sc sebagai pembimbing II
2. Staf UPT KPH Wilayah Kabupaten Manggarai Timur
3. Kedua orang tua saya Bapak Blasius Barung dan Mama Yustina
Dunut(Alm) dan saudara-saudara yang telah mendukung saya selama
ini
4. Teman-teman angkatan Jurusan Kehutanan Program Studi
Pengelolaan Hutan (PH)
Penulis menyadari bahwa sebagai manusia banyak kerterbatasan dan
kelemahan dalam menyelesaikan laporan ini, oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini bisa memberikan informasi dan pengetahuaan yang baik
dan bermanfaat bagi yang membutuhkannya.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 . LatarBelakang

Dalam Undang-Undang No.41 tentang Kehutanan, Hutan didefenisikan


sebagai suatu kesatuan berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati
yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang
satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan pengertian di
atas secara umum hutan memiliki fungsi antara lain;fungsi orologis/mencegah
erosi,fungsi hidrologis(mengaturtata air),fungsi klimatologis(mengatur iklim),
fungsi estetika atau keindahan dan fungsi strategis atau pertahanan.

Berdasarkan Undang-undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999,


pembagian hutan di Indonesia berdasarkan fungsinya adalah hutan konsevasi,
hutan lindung dan hutan produksi. Hutan konservasi mempunyai fungsi pokok
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Hutan
lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah instrusi air laut dan memelihara
kesuburan tanah. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang memiliki fungsi
utama untuk memproduksi hasil hutan. Oleh karena itu menjaga dan
melestarikan hutan agar berguna sesuai fungsinya masing-masing sangatlah
penting dilakukan.

Praktek Kerja Lapang ini bertujuan untuk mempelajari tiga (3) yaitu
Bidang Manajemen Hutan, Bidang Silvikultur, dan Bidang Teknologi Hasil
Hutan. Bidang Manajemen Hutan meliputi: perencanaan hutan/inventarisasi,
perhutanan sosial, pemungutan hasil hutan kayu dan pemungutan hasil hutan
bukan kayu (Asam). Bidang silvikultur meliputi: persemaian, perbenihan, dan

1
penyulaman, sedangkan Bidang Teknologi Hasil Hutan meliputi: perlebahan
dan persuteraan alam.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapang

Praktek kerja lapang (PKL) pada dasarnya merupakan praktek


pengelolaan hutan yang memiliki tujuan:
1. Mahasiswa mempelajari tentang Manajemen Hutan di UPT KPH
Manggarai Timur
2. Mahasiswa mempelajari tentang Silvikultur di UPT KPH Manggarai
Timu
3. Mahasiswa mempelajari tentang Teknologi Hasil Hutan di UPT
KPH Manggarai Timur

1.3 Manfaat

Manfaat dari Praktek Kerja Lapang (PKL) di UPT KPH Kabupaten


Manggari Timur antara lain:
1. Dapat mengetahui tentang pengelolaan Hutan dalam berbagai bidang
antara lain: bidang Manajemen, bidang Silvikultur dan bidang
Teknologi Hasil Hutan
2. Dapat menambah pengetahuan mahasiswa tentang bagaimana cara
mengelolah hutan yang baik agar tetap lestari.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI

2.1.Sejarah

Kawasan Hutan di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami sekitar


empat kali perubahan. Pada periode sebelumnya tahun 1980, berdasarkan data
dan peta hutan register dan penunjukan parsial pada zaman pemerintah Hindia
Belanda, kawasan hutan di provinsi NTT seluas 1.252.511 Ha dengan 188
Kelompok Hutan (KH). Selanjutnya pada periode 1980 – 1992, berdasarkan
Undang – Undang No.5 Tahun 1967 Tentang Kehutanan dan Tata Guna Hutan
Kesepakatan (PGHK), kawasan hutan NTT berubah menjadi 1.667.962 Ha
(170 KH). Pada peroide 1992 – 1999, Luas Kwasan Hutan NTT ini berubah
menjadi 1.808.981,27 Ha melalui mekanisme Paduserasi Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi (RTW) Provinsi – TGHK berdasarkan UU Nomor 24 Tahun
1992 tentang Penataan Ruang dan UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alamhayati dan Ekosistemnya.

UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan menjadi dasar munculnya


surat keputusan (SK) Mentri Kehutanan Nomor 423 Tahun 1999 tentang
Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi NTT kembali berubah luas kawasan
hutan NTT menjadi 1.808.990 Ha atau sekitar 38,20 % dari Luas Daratan NTT
(Dinas Kehutanan Provinsi NTT, 2013).

Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan


UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang , serta Fakta di Lapangan
dengan Banyaknya Konflik di Kawasan Hutan dan Pertimbangan
Perkembangan/ pemekaran Wilayah , pada tahun 2013 , Pemerintah Daerah
Kabupaten/ Kota/ Provinsi mengusulkan perubahan kawasan hutan dalam

3
Review RTRW Provinsi dengan luas usulan 1.581.539,47 Ha atau sekitar
33,40% terhadap luas daratan NTT (Pemerintah Provinsi NTT, 2013)

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan


Republik Indonesia Nomor : SK.664/MENLHK/SETJEN/PLA.0/11/2017 28
November 2017 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan
Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Berikut ini adalah data rincian luas kawasan hutan di kabupaten
Manggarai Timur menurut fungsi hutan :

Tabel.l . Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Manggarai Timur

No Ragam Fungsi Kawasan Luas (Ha) %


Hutan
1. Hutan Lindung 32.763,717 68%
2. Hutan Produksi 15.570,722 32%
3. Hutan Konservasi - 0
a. Cagar Alam -
b. Suaka Margasatwa -
c. Taman Wisata Alam -
d. Hutan Suaka Alam -
e. Taman Nasional -
Total 48.338,4395 100%

Dari kawasan hutan yang ada di Kabupaten Manggarai Timur tersebut,


tersebar 8 kawasan hutan yaitu Kawasan Hutan Manus Mbengan, Ndeki
Komba, Pota, Puntu II, Riwu, Sawasange, Waerana dan Wuewolomere. Ke
delapan Kelompok Hutan tersebut dikelola oleh UPT KPH Unit III Manggarai
Timur. Berikut adalah sebaran Kelompok Hutan di Kabupaten Manggarai
Timur.

Tabe2. Data Sebaran Kelompok Hutan di Kabupaten Manggarai Timur

Kawasan Hutan Fungsi Hutan Grand


HL HP HPK TWA
Total
KH Manus 4.053,6127 4.053,6127
Mbengan
KH Ndeki 3.551,5010 1.417,7823 4.969,2833
Komba

4
KH Pota 17.557,0390 17.557,0390
KH Puntu II 4.428,8626 9.785,8798 14.214,7424
KH Riwu 903,6610 903,6610
KH Sawasange 6.262,1679 6.262,1679
KH Waerana 313,4476 313,4476
KH 40,4856 40,4856
Wuewolomere
Grand Total 32.763,7171 15.570,7224 - - 48.334,4395
C. Potensi Wilayah UPT KPH Wilayah Manggarai Timur

1.Kondisi Vegetasi/Lahan Kawasan Hutan di Kabupateen Manggrai Timur

Berdasarkan kondisi 2 tahun terakhir penutupan vegetasi/ lahan pada


kawasan hutan di Kabupaten Manggarai Timur mengalami banyak perubahan.
Perubahan yang terjadi diakibatkan oleh :

1. Aktivitas perembaan yang semakin meningkat dibarengi dengan


pertambahan jumlah penduduk dan kecendrungan pada jumlah
pengangguran dan kebutuhan ekonomi
2. llegal Logging dimana kawasan hutan menjadi satu-satunya sumber
mata pencharian pada waktu musim kering atau panceklik.
3. Keberadaan masyarakat adat yang mengklaim hak wilayah adat
sebagian besar berada di dalam kawasan hutan.

2.Potensi Hasil Hutan Kayu


Untuk Hasil Hutan Kayu di wilayah KPHL Unit III Manggarai Timur,
pada tahun 2015 Dinas Kehutanan Kabupaten Manggarai Timur melakukan
inventarisasi hutan di kawasan Hutan Manus Mbengan RTK 110 yang
termasuk dalam hutan produksi. Jenis dominan yang ditemutakan saat
inventarisasi hutan laru (knema cinerea), sirok/sirek (septogracinea
sumbawaensis), lokon (zyzygium sp), waeng roka (viburnum sambucinum),
sawar (croton angiratus) dan ngapur (gracinea dulcis).

Dalam lingkup yang lebih luas yaitu Kabupaten Manggarai Timur di


sekitar kawasan hutan, masyarakat Manggarai Timur juga sudah memiliki

5
kesadaraan untuk membudidayakan tanaman hutan masyarakat di lahan milik
pribadi. Beberapa jenis tanaman yang banyak dibudidayakan masyarakat
antara lain adalah jati (Tectona grandis), Mahoni (Switenia macrophylla), Jati
putih (Gmelina arborea), sengon (Paraserianthes falcataria), jabon
(Anthocephalus cadamba), dan cengkeh namun sampai saat ini Dinas
Kehutanan Kabupaten Manggarai Timur maupun institusi lain dari UPT
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan belum pernah melakukan
inventarisasi untuk mengetahui sebaran jenis dan potensi hutan rakyat yang
ada diwilayah Kabupaten Manggarai Timur.

3.Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)


Terdapat beberapa produk HHBK Potensi di KPHL Manggarai Timur
antara lain : Kemiri, Madu, rotan, bambu dan gaharu. Syangnya belum pernah
dilakukan inventarisasi secara detail dari komoditi – komoditi tersebut
sehingga belum diketahui secara pasti. Sebagai informasi sementara, berikut
adalah data potensi HHBK potensi yang ada di kabupaten Manggarai Timur
menurut dokumen kabupaten dalam angka.

Tabel 3.Data Potensi Hasl Bukan Kayu(HHBK)

N Komoditi Satuan Tahun


2011 2012 2013 2014
o
1 Kemiri kupas Ton 133,510 482,303 543,235 322,990
2 Pinang iris Ton 15,248 58, 741 4 42,490
3 Madu Liter 1,736 1,843 240 1,635
4 Rotan Ton 0.42 2.62 0.3 -
Sumber : BPS Kab Manggarai Timur, 2004

4.Keberadaan Flora dan Fauna Langka

6
Sampai saat ini belum pernah dilakukan inventarisasi fauna yang
terdapat pada kawasan hutan UPT KPH Wilayah Kabupayen Manggarai
Timur. Namun berdasarkan wawancara dengan masyarakat, flora yang
ditemukan adalah dominana dari jenis anggrek. Sementara jenis fauna yang
ditemukan di Kawasan Hutan UPT KPH Unit III Manggarai Timur antara lain
Rusa Rugu (Biawak), beberapa jenis burung, kera dan babi hutan.
5.Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam
Jasa lingkungan yang dihasilkan oleh Hutan antara lain sebagai
penyerap karbon, Penyediaan Oksigen, dan sebagai daerah tangkapan ai r.
Terkait dengan jasa lingkungan berupa air tanah, menurut Dokumen RPJMD
Manggarai Timur (Bappeda 2014) debit air bawah tanah yang terdapat di
Kabupaten Manggarai Timur yaitu :
1. Debit mata air sangat beragam setempat mencapai 10 liter/detik
yang meliputi seluruh wilayah Kecamatan Borong, Kecamatan Kota
Komba (Kecuali Desa Kota Komba dan Bambo bagian barat) dan
Elar bagian Timur
2. Akuifer dengan produksi sedang meliputi wilayah utara untuk
kecamatan elar (kecuali Pota dan Nanga Rema), Kecamatan Lamba
Leda bagian Timur.
3. Akuifer dengan produksi kecil setempat berarti meliputi Kacamatan
Lamba Leda bagian barat Poco Ranaka dan Sambi Rampas bagian
selatan

Pengembangan disektor pariwisata yang menjangkau ditingkat kawasan


butan pengelolaan belum terorganisir. Potensi yang dimiliki disebagian besar
kawasan yang dimiliki diwilayah Kabupaten Manggarai Timur belum
sepenuhnya di inventarisir untuk dapat diusulkan menjadi bahan untuk
dijadikan sebagai kunjungan wisata atau objek wisatawan. Untuk itu perlu
dilakukan dilakukan tindakan inventarisasi lebih lanjut agar potensi jasa
lingkungan di Kabupaten Manggarai Timur dapat dijadikan sebagai upaya

7
menarik potensi peluang dibidang wisata Alam di Kabupaten Manggarai
Timur.

D. Kondisi Sosial Ekonomi Budaya Mayarakat

Kabupaten Manggarai Timur memiliki luas wilayah daratan 2.518,55


2
km dengan jumlah penduduk 287.210 jiwa pada tahun 2019. Dengan
kepadatan penduduk per km2adalah sebesar 112,3 jiwa. Secara umum
distribusi penduduk dan tingkat kepadatannya relatif tidak merata jika dilihat
dari kepadatan penduuduk. Di beberapa kecamatan distribusinya cenderung
meningkat. Distribusi penduduk Kabupaten Manggarai Timur terfokus di Kota
Borong dan Kota Komba sebagai pusat pertumbuhan Kabupaten dengan
jumlah penduduk sebesar 41.020 jiwa dan 50.200 jiwa. Sedangkan jumlah
penduduk yang paling rendah dimiliki oleh Kec. Lar yaitu 14.610 jiwa.

1.Tingkat Kemiskinan
Salah satu indikator sosial ekonomi yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat kesejahteraan penduduk adalah perkembangan penduduk
miskin. Tinggi rendahnya tingkat kemiskinan didaerah tergantung dua faktor.
Pertama tigkat pendapatan daerah rata-rata dan kedua lebar sempitnya
kesenjangan dalam distribusi pendapatan yang diperoleh dari jumlah penduduk
miskin serta garis kemiskinan. Kabupaten Manggarai Timur berada pada
tingkat 19 dibandngkan dengan provinsi Nusa tenggara Timur (NTT)

Tabel.4. Tingkat Kemiskinan Penduduk Kabupaten Manggarai Timur

Tahun % Penduduk Miskin Garis Kemiskinan


2016 27,71 276,703
2017 26,8 299,530
2018 26,5 313,593
2019 26,49 318,762

8
2.Pendidikan
Angka melek Huruf adalah proporsi penduduk berusia 15 Tahun keatas
yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau yang lainnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Manggarai Timur Angka Melek Huruf
(AHM) di Kabupaten Manggarai Timur selama periode 2017-2019, peringkat
AHM pada tahun 2017 berada pada posisi 95,5% dan pada tagun 2019 berada
pada posisi 95,7%.

3.Mata Pencaharian

Penduduk Kabupaten Manggarai Timur yang termasuk kategori


penduduk usia kerja (15 tahun keatas) tercatat sebanyak 144.852 jiwa pada
tahun 2019 dengan rasiolaki-laki di mencapai 52,756% dan perempuan
mencapai 46,29 % dan sisanya adalah pengangguran sebanyak 1.380 jiwa.

4.Kondisi Pertanian, Peternakan, dan Kehutanan


Sektor pertanian masih memegang peran penting dalam kontribusi
terhadap PDRB Kabupaten Manggarai Timur, sub sektor tanaman pangan,
perkebunan, dan peternakan, perikanan dan Kehutanan merupakan kontributor
terbesar terhadap PDRB Manggarai Timur. Untuk ragam tanaman pangan
yang ditanam di Manggarai Timur adalah : Padi sawah dan padi lahan, jagung,
kacang tanah, kacang kedele, ubi kayu, ubi jalar, sorghum. Selain tanaman
pangan untuk komoditi perkebunanan yang diusahakan produk Manggarai
Timur antara lain: kelapa, Kopi, kakao, cengkeh, vanili, kemiri, lada, dan
jambu mete. Populasi tanaman perkebunan yang diusahakan oleh masyarakat
didominasi oleh kopi seluas 22.672 Ha, diikuti tanaman kemiri seluas 10.24
Ha, dan tanaman jambu mete seluas 3.869 Ha , yang tersebar diberbagai
kecamatan. Luas tanam/panen dan produksi komoditi perkebunan di
Manggarai Timur disajikan dalam tabel dibawah :

9
Tabel.5. Luas Tanam, dan produksi Tanaman Perkebuanan Tahun 2019

Komoditi Total (Ha) Produksi (Ton)


Kelapa 107,033 19,48
Kopi 40,313 3.670,41
Tembakau 11,340 18,00
Kakao 192,169 100,84
Bawang Merah 188 637,90
Kol 23 275,20
Sawi Putih 72 567,90
Tomat 35 300,20
Sumber : Kabupaten Manggarai Timur Dalam Angka 2020, BPS Kabupaten
Manggarai Timur

2.6.3 Struktur Organisasi UPT  KPH  Wilayah  Manggarai Timur

Berdasarkan Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Timur tahun 2016


tentang Bagan Struktur Organisasi Dinas Kehutanan Propinsi Nusa Tenggara
Timur dan seluruh UPT KPH di NTT maka Stuktur Organisasi UPT KPH
wilayah Kabupaten Manggarai Timur secara rinci dijabarkan pada gamabr 1.

Gambar. 1.Struktur organisasi UPT KPH Wilayah Manggarai Timur

KEPALA

SUB BAGIAN TATA


USAHA
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

KASIE PERENCANAAN DAN KASIE PERLINDUNGAN,


PENGELOLAAN HUTAN KSDAE DAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

6 RESORT
10
BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1.Waktu dan tempat

Praktek Kerja Lapangan(PKL) dilaksanakan di UPT KPH wilayah


Kabupaten Manggarai Timur ,mulai dari tanggal 27 agustus 2021 sampai
dengan tanggal 26 oktober 2021.Adapun rincian kegiatan yang dilaksanakan
dapat dilihat pada tabel .

Tabel.6.Rincian Kegiatan Praktek Kerja Lapang di UPT KPH Manggarai


Timur.

Tanggal Jenis kegiatan Lokasi/Resort

27 Agustus 2021 Lapor dan perkenalan diri dan Kantor UPTD


presentasi materi PKL KPH
Kab.Manggarai
Timur

30 Agustus 2021 Breafing dan persiapan praktek di Kantor UPTD


lapangan dan pelatihan pengunaan KPH
aplikasi pembuatan peta Kab.Manggarai
Timur

31 Agustus 2021 Menuju lokasi perhutanan sosial Desa Rana


Kolong

1 September 2021 Melakukan Tracking sepanjang Desa Rana


Lokasi HKM dan melakukan Kolong
penandaan pal batas

2 September 2021 Membuat peta lokasi HKM dan Desa Rana


melakukan perencanaan Kolong
inventarisasi

11
3 September 2021 Menentukan koordinat secara Desa Rana
manual pada setiap klaster dan Kolong
masing-masing PU

4-6 September 2021 Melakukan kegiatan inventarisasi Desa Rana


di lokasi HKM Kolong

7 September 2021 Mengumuplkan dan menganalisis Desa Rana


data hasil inventarisasi Kolong

8 September 2021 Membuat peta yang lengkap Desa Rana


dengan gambaran klaster hasil Kolong
inventarisasi

9 September 2021 Mengikut bimtek pembibitan Rumah Jabatan


bamboo bersama yayasan Bupati
bamboo lestari dan ibu PKK Manggarai
Manggarai Timur Timur

11 September 2021 Pembersihan di lokasi HKM Desa Rana


bersama anggota KTH Suka Maju Kolong
sekaligus wawancara anggota
kelompok

13 September 2021 Pengumpulan data desa dan Desa Rana


kelompok sekaligus ucapan Kolong
terimakasih

14 September 2021 Perjalanan kembali ke kantor Kantor KPH


UPTD KPHL.Manggarai Timur

15 September 2021 Pengumpulan data skunder KPH Rana Kolong-


Kantor KPH

16-17 September 2021 Perjalanan patrol dan sekaligus Kantor


penyelesaian masalah perambaan KPH(Borong)-
kawasan hutan di Pota ruteng-Pota

18 September 2021 Perjalanan kembali ke kantor KPH Pota-Kantor


KPH(Borong)

20 September 2021 Survey lokasi persemaian Persemaian


Golo Karot
(Borong)

21 September 2021 Penyiapan media tanam Persemaian


Golo Karot
(Borong)

12
22-30 September 2021 Kegiatan Silvikultur (Pembuatan Persemaian
media tanam,pembersihan lokasi Golo Karot
persemaian,pemangkasan kerokot (Borong)
pada tanaman
cendana,perendaman
benih,penanaman benih)

1 Oktober 2021 Pembersihan kantor KPH dan


kantor KPH Kawasan pasar
Borong

4 Oktober 2021 Observasi dan wawancara di


tempat pengelolaan kayu (Meybel)

6-7 Oktober 2021 Mengikuti kegiatan pengelolaan Desa Sita


bambu menjadi gedek bersama
pengrajin bamboo

11-12 Oktober 2021 Pembuatan lubang tanam dan


kegiatan penanaman

15-25 Oktober 2021 Kegiatan di kantor (pengumpulan


data skunder)

26 Oktober 2021 Presentasi akhir dan sekaligus


ucapan terimakasih

3.2.Alat dan Bahan

Dalam kegiatan praktek kerja lapang alat dan bahan yang digunakan
yaitu sebagai berikut:

3.2.1.Alat yag digunakan antara lain:

1. Alat tulis menulis 3. Gps digunakan untuk


2. Buku panduan mengambil titik koordinat

13
4. Roll meter 9. Skop untuk mencampur
5. Pita meter media
6. Klinometer sederhana untuk 10. Gerobak untuk mengangkat
mengukur tinggi pohon media
7. Kertas kalkir 11. Ember
8. Handphone(kamera sebagai 12. Gembor
alat dokumentasi) 13. Polybag
14. Laptop

3.2.2.Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktek kerja lapang antara lain:
1. Peta kawasan hutan sebagai bahan untuk menentukan lokasi peraktek
dan sebagai bahan inti dalam melakukan perencanaan hutan
2. Tally sheet sebagai tabel berisikanbagian yang akan diambil datanya
3. Quisioner sebagai bahan yan ditanyakan kepada narasumber mengenai
informasi yang hendak yang diperoleh
4. Media dalam persemaian(tanah,pasir dan sekam padi)
5. Aplikasi Locus Gis dan Arcmap10.3 untuk pembuatan pet
3.3.Metode Pengumpulan Data
3.3.1.Jenis Data
a.Data Primer
Menurut Suharsimi Arikunto (2013)pengertian data primer adalah data
yang dikumpulkan melalui pihak yang pertama,biasanya melalui
wawancara,jejak dan lain lain.Dari pengertian diatas dapat disimpilkan bahwa
sumber data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data
dari pihak pertama kepada pengumpulan data yang biasanya melalui
wawancara.

b.Data Skunder

Menurut Sugiyono (2012) mendefinisikan data skunder adalah data


sumber data yang diperoleh dengan cara membaca,mempelajari dan

14
memahami melalui media lainyang bersumber dari literature,buku buku serta
dokumen.

3.3.2.Teknik pengumpulan data

Dalam kegiatan PKL ini dikumpulkan melalui observasi,wawancara


dan dokumentasi.Kegiatan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

3.3.3.Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi dilakukan pada semua tingkatan pertumbuhan
tegakan denganmenggunakan rumus-rumus berikut:
a. Kerapatan
Kerapatan (K) menunjukan jumlah individu dalam suatu petak ukur
.Kerapatan tiap species dibedakan berdasarkan tingkat pertumbuhan
semai,pancang,tiang,dan pohon.Rumus-rumus yang digunakan adalah:

jenis individu suatu jenis


Kerapatan ( K ) ¿
luas seluruhunit contoh kerapatan

Kerapatan suatu jenis


Kerapatan Relatif ( KR )= x 100 %
kerapatan seluruh jenis

b. Frekuensi
Frekuensi (F) menunjukan jumlah penyebarantempat ditemukannya suatu
jenis dari semua petak ukur.Frekuensi setiap spesies dibedakan berdasarkan
tingkat pertumbuhan semai,pancang,tiang,dan pohon.Rumus-rumus yang
digunskan adalah:

jumlah petak ditemukan suatu jenis


Frekuensi(F)= x=
jumlah seluruh petak

Frekuensi suatu jenis


Frekuensi relative (KR)¿ x 100 %
Frekuensi suatu jenis

c. Dominasi
Dominasi(D)digunakan untuk mengetahui spesies yang tumbuh
lebihbanyak mendominasi pada suatu tempat pertumbuhan.Perhitungan

15
dominasidilakukan pada tingkatpertumbuhan tiangdan pohon berdasarkan
rumus berikut:

Luas bidang dasar suatu jenis


Dominasi¿
Luas seluruh unit contohdominasi

Dominasi suatu jenis


Dominasi Relatif(DR)¿ x 100 %
Dominasi seluruh jenis

d. Indeks Nilai Penting


Indeks Nilai Penting(INP) adalah parameter kuantitatif yang menyatakan
tingkat dominasi(tinkat penguasaan)suatu species dalam suatu komunitas
tumbuhan .Perhitungan INP Dihitung dengan rumus berikut:
1).Tingkat semai dan pancang INP=KR+FR
2).Tinkat tiang dan pohon INP=KR+FR+DR

3.3.4.Perhitungan Volume Pohon

Volume pohon dihitung dengan rumus :

1
V= X π x D2 x T x f
4

Keterangan:

V=Volume pohon bebas cabang (m3)

D=diameter pohon setinggi dada(m)

T=Tinggi pohon bebas cabang(3)

F=Anka bentuk(0,7)

π =nilai konstanta(phi) sebesar 3,14

3.3.5.Perhitungan Potensi Kawasan

jumlah volume seluruh Pu


1. Volume rata-rata per PU¿
jumlah Pu
rata
Volume rata
2. Volume rata-rata per Ha PU
¿
jumlah PU

16
3. Ragam S2 =∑ 2−¿ ¿ ¿
v

4. Simpangan baku S = √ S2

Galat baku ( Standareror) =


s
5.
√n
Sampling = ta/2 x Sv
6.
ta
Kesalahan taksiran ( Galat ) dalam (%) adalah =
7. ¿ 2
x 100 %
v
3.4 .Prosedur Pelaksanaan

3.4.1 Bidang Manajemen Hutan


a) Gambaran umum KPH
1. Manajemen Organisai KPH
2. Manajemen sumberdaya manusia
b) Perencanaan Hutan (Kegiatan Inventarisasi Hutan)
1. Membuat perencanaan inventarisasi dari data primer yang ingin
dikumpulkan berupa potensi flora dan fauna.
2. Membuat perencanaan (menentukan lokasi dan menentukan Intensitas
sampling) dan menghitung jumlah klaster yang akan di buat.
3. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
4. Membuat titik ikat
5. Membuat klaster dan petak ukur
6. Mengukur tinggi pohon dan diameter pohon
c.Perhutanan Sosial
1. Membuat perencanaan mengenai waktu dan tempat yang akan
dilakukan untuk kegiatan perhutanan sosial.
2. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
3. Membuat kuisoner sebelum kelapangan.
4. Melakukan tatap muka dan wawancara langsung dengan anggota
kelompok tani hutan tentang struktur organisasi yang sudah ada.
5. Melakukan wawancara mengenai sejarah pembentukan kelompok tani
hutan dan pemeberian nama kelompok.

17
6. Melakukan wawancara mengenai luasan lahan keseluruhan dan yang
sudah dikelolah.
Melakukan wawncara mengenai jenis tanaman yang ditanam, serta
pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari tiap jenis tanam yang
ditanam.
1. Melakukan wawancara mengenai masalah atau hambatan yang pernah
dialami.
2. Melakukan survey langsung ke lahan milik anggota kelompok tani
hutan.

3.4.2 Silvikultur.
a. Persemaian
1. Membuat perencanaan mengenai kegiatan persemaian.
2. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
3. Mempersiapkan areal persemaian dan membersihkan areal dari
sampah plastik, sisa polybag, dan semak.
4. Membuat perlakuan benih sengon dengan air panas dan dingin.
5. Mengisi media tanam ke polybag.
6. Melakukan penanaman benih sengon.
7. Membersihkan alat-alat persemaian yang digunakan.
8. Melakukan perawatan dengan menyiram 2 kali sehari.
9. Melakukan pemantauan dan menulis waktu perkecambahan benih.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

18
4.1 Bidang Manajemen Hutan
4.1.1 Perencanaan Hutan (kegiatan inventarisasi)
Perencanaan hutan adalah upaya dalam bentuk rencana, dasar acuan
dan pegangan bagi pelaksanaan berbegai kegiatan dalam rangka mencapai
tujuan pengusahaan hutan ssyang bertolak dari kenyataan saat ini dan
memperhitungkan pengaruh masalah dan kendala yang memungkinkan terjadi
selama proses mencapai tujuan tersebut (Soeranggadjiwa,1991). Perencanaan
hutan tersebut dimaksudkan untuk memberikan landasan dan pengarahan yang
rasional bagi kegiatan-kegiatan dan pelaksanaan selanjutnaya. Oleh sebab itu
dalam pencapaian tujuan prinsip kelestarian, maka segala kegiatan dibidang
pengusahaan hutan harus dilaksanakan dengan prinsip kelestarian
(Rahmawaty.1997) Depertemen RI (1999).
Rncana pengelolaan hutan meliputi :Rencana pengelolaan hutan jangka
panjang 10 tahun ;dan rencana pengelolaan hutan jangka pendek 1 tahun
.Rencana kegiatan Kesatuan pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Kabupaten
Manggarai Timur terdiri atas: a).Inventarisasi berkala wilayah kelola dan
penataan hutan, b).Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu,c).Pemberdayaan
masyarakat, d).Pembinaan dan pemantauan (controling)pada areal KPHP yang
telah ada ijin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan ,
e).Penyelenggaraan rehabilitas pada areal di luar ijin (wilayah tertentu),
f).Pembinaan dan pemantauan (controling) pelaksanaan rehabilitas dan
reklamasi pada areal yang suda hada ijin pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutan,g).Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam,
h).Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin ,
i).Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakholder terkait,
j).Pengembangan database, m).Rasioanalisasi Wilayah kelola , n).Review
rencana pengelolaan (minimal 5 tahun sekali) dan o.)Pengembangan investasi
4.1.2.Invevtarisasi Hatan
Menurut Simon (1996), Inventarisasi hutan merupakan suatu usaha
atau kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang kekayaan hutan,

19
menguraikan kuantitas dan kualitas pohon-pohon serta berbagai karakteristik
areal tanah tempat tumbuhnya.
Sebelum melakukan kegiatan inventarisasi langkah-langkah yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
1. Penentuan Lokasi
Lokasi yang akan di inventarisasi yaitu di kawasan hutan Bangka
Suka Desa Rana Kolong kecamatan kota komba
2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan inventarisasi
yaitu tali raffia, pita meter, global positioning system (GPS),
kompas, laser distance meters, handpone, pulpen, dan buku
panduan.
3. Menentukan intensitas sampling
Intensitas sampling yasng digunakan adalah sebesar 25%
karena luasan kawasan yang diinventarisasi sangat kecil yaitu
23,64 Ha.
4. Menentukan metode
Metode yang digunakan pada kegiatan inventarisasi ini yaitu
menggunakan metode stratified systematig sampling with
porpusive start .
5. Menentukan jumlah klaster dan plot
Berdasarkan IS yang telah ditentukan yaitu 25% maka jumlah
klaster dan plot yang digunakan dalam kegiatan inventarisasi di
lokasi HKM Desa Rana Kolong adalah sebagai berikut:
- Luas Total Kawasan (HKM) =23,64 Ha
- Luas kawasan yang diinventarisasi =Luas Total Kawasan x
IS
=23, 64 Ha x 25%
= 5,91 Ha
-Ukuran Klaster = 6 Ha

20
-Jumlah klaster yang dibuat =
luaskawasan yang diinven
ukuran klaster
6 Ha
=
1 Ha

= 6 Klaster

Jadi, jumlah klaster yang diinventarisasi yaitu 6 klaster dengan luasan


masing-masing klaster 0,5 ha dan jumlah plot untuk setiap klaster sebanyak 5
plot.
b.Tahapan pelaksanaan
1. Menentukan titik ikat
Tujuan dari pengambilan titik ikat adalah untuk mendapatkan
posisi awal plot dengan mengukur jarak dan sudut arah dari titik ikat.
Titik ikat pada praktek praktek kerja lapang di HKm Rana Kolong
adalah pal batas.Jarak antara titik ikat dengan klaster 1 adalah ± 40 m.
Kemudian di Tarik sejauh 100 meter kea rah barat untuk memebuat
plot I dan II Dan begitupun kea rah selatan untuk membuat petak ke
III,IV Dan v.
2. Membuat klaster dan plot di lapangan
Plot inventarisasi hutan HKm berupa klaster berbentuk persegi
dengan ukuran 100 m x 100 m yang didalamnya terdapat plot
berbentuk lingkaran sebanyak 5 buah yang di tempatkan pada setiap
sudut klaster dan di tengah klaster dengan masing-masing luas plot 0,1
ha (jari-jari=17,8) sehingga luas satu klaster adalah 0,5 ha.Pembuatan
klaster dan plot di lapangan menggunakan roll meter dan tali rafia.
Dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar

21
3. Pengukuran keliling pohon
Pengukuran keliling menggunakan pita meter untuk mengetahui
diameter pohon langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Mengukur keliling pohon setinggi dada pada ketinggian 130 cm dari
permukaan tanah.
2) Melilitkan pita meter pada batang pohon yang akan diukur kelilingnya.
3) Lilitan pita melingkar dan menempel pada batang pohon dengan posisi
horizontal/tegak lurus terhadap batang pohon.
4) Membaca keliling batang pohon pada skala yang rimpit dengan titik
nol.Dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar:

22
5.Pengelolaan Data
1.Volume rata-rata per Ha dan volume total
Kegiatan inventarisasi yang dilakukan di tegakan jati dilapangan ada dua
klaster yang dibuat dengan ukuran masing-masing klaster 0,1 ha dengan luas
kawasan 23,64 ha. Jarak klaster 1 ke klaster 2 tidak menggunakan jarak karena
pemilihan setiap klaster yang dilakukan tergantung kerapatan tegakan
dikawasan tersebut. Hasil perhitungan volume setiap klaster dapat dilihat pada
tabel 11.

Tabel 6. Volume pohon rata-rata/Ha dan Volume Total

No NO PU Jumlah Volume ¿ ¿)
Pohon Pohon/PU
Klaster
(xi) ( m 3 ) ( v 2)

1 1 12 24,25 588,06

2 8 22,74 517,11

3 15 100,64 10128,41

23
4 12 31,82 1012,51

5 11 20,99 440,58

2 1 12 37,5 1406,25

2 8 42,91 1841,27

3 8 44,48 1978,47

4 5 111,68 12472,42

5 11 71,58 5123,70

3 1 14 28,6 817,96

2 13 36,39 1324,23

3 11 22,57 509,40

4 11 50,2 2521,04

5 13 65,92 4345,45

4 1 9 65,02 4227,60

2 9 25,96 673,92

3 7 15,72 247,17

4 2 16,81 261,79

5 10 31,35 982,82

5 1 6 3,79 14,36

2 1 0,51 0,26

3 17 42,31 1790,14

4 2 0,66 0,44

5 10 32,83 1077,81

6 1 1 0,54 0,29

2 1 0,27 0,07

24
3 1 0,49 0,24

4 1 0,67 0,45

5 1 1,06 1,12

Total 242 949,63 54304,30

Sumber:Data Primer Setelah diolah,2021

Perhitungan Potensi Kawasan


∑ Vi 949,63
 Volume rata-rata per PU = = = 31,65 m³
n 30
volume rata−rata/PU 31,65 m³
 Volume rata-rata per Ha = = =
n 3 Ha
10,55 m³/Ha
∑ Vi−( ∑Vi )2 /n
 Ragam S² =
n−1
54.303,30
=
30−1

54.303,30−( 949,63 )2 /30


=
30−1
54.303,30−901.797,14 /30
=
29
54.303,30−30.059,90
=
29
24.244,40
=
29
=836,01
 Simpangan baku S = √ S ² = √ 836,01 = 28,91
S 28,91 25,91 25,91
 Galat baku (standareror) Sv = = = = =4,73
√ n √ 30 5,48 5,48
 Sampling eror SE =2,045 x 4,73=9,67
 Selanjutnya dapat dihitung volume rata-ratadan volume total seluas
23,64 dengan tingkat kepercayaan 95% sebagai berikut:

1).Taksiran Volume rata-rata tegakan per PU =V́ ± SE=31,65 ± 9,67

25
=V́ – e = ≤(v/pu)≤ V́ + e
=(31,65-9,67 ≤ ¿v/pu) ≤ 31,65 + 9,67) m3
=21,98m 3 ≤ (v/pu) ≤ 41,32 m3

 Taksiran minimum =31,65 - 9,67 = 21,98 m3


 Taksiran maksimum = 31,65 - 9,67 = 41,21 m3

2).Taksiran volume rata-rata tegakan per Ha


1 = t a /2 1
¿¿ x 100 %Ha ± SE = (31,65 - ± 9,67)
0,10 v 0,10
1
 Taksiran minimum = (31,65 – 9,67) = 219,8 m3
0,10
1
 Taksiran maksimum = (31,65 – 9,67) = 413,2 m3
0,10

3).Jumlah volume untuk keseluruhan Tegan seluas 23,64 Ha adalah:


 Taksiran minimum = 23,64 x 219,8 m3 =5.196,7 m3
 Taksiran maksimum = 23,64 x 413,2 m3 =9.768,05 m3

4).Kesalahan Taksiran (Galat) dalam persen (%) adalah


t a /2 2,045
¿ x 100 % = x 100% = 6,46%
V́ 31,65

4.1.2.Perhutanan Sosial
Hutan kemasyrakatan (HKM) adalah pemanfaatan utamanya
ditunjukan untuk memberdayakan masyarakat setempat. Pemberdayaan
masyarakat setempat adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan
kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumber daya
hutan secara optimal dan adil pengembangan kapasitas dan pemberian akses
dalam rangka peningkatan masyarakat setempat. Masyarakat setempat adalah
kesatuan sosial yang terdiri dari warga Negara Republik Indonesia yang
tinggal di dalam atau di sekitar kawasan hutan yang memiliki komunitas sosial
dengan kesamaan mata pencaharian yang bergantung pada hutan dan
aktivitasnya dapat mempengaruhi terhadap ekosistem hutan
(Cahyaningsih,2006).

26
Desa Rana Kolong Kecamatan Kota Komba merupakan desa yang
berada di UPT KPH wilayah Manggrai Timur yang saat ini menerapkan
sistem pengelolaan hutan kemasyarakatan (HKM). Kawasan Bangka Suka
ditunjuk dan di tetapkan oleh pemerintah KPH manggrai Timur sebagai
perhutanan sosial. Penunjukan kawasan perhutanan sosial berawal dari kasus
penengkapan sekelompok masyarkat oleh petugas dari KPH manggarai timur
yang sedang melakukan penebagan pohon didalam kawasan hutan lindung
bangka suka. Pada tahun 2017 UPT KPH wilayah kabupaten Manggarai timur
mengusulkan kepada Dinas Kehutaan Provisi untuk memberikan ijin
pengelolaan hutan, dan setelah usulan itu diterima pada tahun 2019 Dinas
kehutanan memberikan ijin usaha pemanfaatan hutan kemasyrakatan kepada
satu gabungan kelompok tani yang berada di kawan hutan lindung Bangka
Suka dengan nama kelompok taninya” SUKA MAJU”. Adapun batas kontrak
yang diberikan oleh UPT KPH wilayah kabupaten Manggrai timur kepada
kelompok tani SUKA MAJU dengan ketentuaan waktu selama 35 tahun. Luas
untuk keseluruhan kawasan hutan yang diberikan ijin kelola oleh gabungan
kelolmpok tani dengan luasan 44 Ha.
Maka dari itu pemerintah menunjuk kawasan bangka suka sebagai
perhutanan sosial sesuai dengan surat keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Dan Kehutanan Republik Indonesia No: SK.7600/MENLHK-
PSKL/PKPS/PSL.0/9/2019.
Kendala yang dihadapi masyarakat kelompok tani hutan suka maju :

 Kendala teknis (tidak ada mesin potong rumput) untuk memudahkan


masyarakat dalam membersihkan kebunya masing masing.
Sebelumnya KTH sudah mengusulkan mesin potong rumput ke camat
kota komba tetapi belum terrealisasi sampai saat ini.
 Kendala dalam pembagian waktu kerja
 Kendala yang lainnya adalah kurangnya atau rendahnya tingkat
kekompakan dari kelompok tani hutan suka maju

Perubahan yang dirasakan masyarakat setelah terbentuk perhutanan sosial:

27
Sebelum ditunjuk sebagai perhutanan sosial kawasan tersebut
merupakan padang rumput. Setelah adanya HKM sudah mulai adanya
perubahan seperti adanya tanamam kehutanan dan tanaman pertanian
( cengkeh, kemiri, coklat, lamtoro, mahoni, nangka, gmelina, jambu mete,
nanas, porang , jahe, dan tanaman pertanian lainya).

Gambar.2.Struktur Organisasi KTH Suka Maju

PELINDUNG DAN PENASEHAT

KETUA

ANGGOTA

SEKERTARIS BENDAHARA

Tugas atau wewenang berdasarkan struktur organisasi pada gambar diatas


adalah sebagai berikut:
1) Ketua kelompok tani bertugas mengkordinasi dan bertanggung jawab
atas semua kelompok dan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan
kelompok dengan rincian sebagai berikut: memimpin rapat anggota,
surat menyurat, mewakili kelompok dalam pertemuaan dengan pihak
lain dan memimpin pelaksanaan-pelaksanaan lainnya

28
2) Sekertaris kelompok tani bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
administrasi kegiatan non keuangan dengan rinciaan sebagai berikut:
mencatat segala keputusan penting dalam setiap rapat dan menindak
lanjuti hasil rapat.
3) Bendahara kelompok tani bertanggung jawab menangani seluruh
kegiatan administrasi keuangan kelompok dengan rincian sebagai
berikut: menerima pembayaran atas nama kelompok, melakukan
pembayaran atas persetujuaan ketua dan anggota kelompok dan
menyimpan arsip transaksi keuangan.
4) Anggaota kelompok tani memyampaikan usul saran kepada pengurus
baik dalam forum rapat maupun di luar forum rapat, memperoleh
pelayanan yang sama dan sesuai dengan bidang kegiatan yang
dilakukan dalam kelompok.

4.2.Bidang Silvikultur
4.2.1.Persemaian
Persemaian adalah suatu tempat yang digunakan untuk memproduksi
bibit satu atau beberapa jenis tanaman kehutanan yang siap ditanam untuk
priode tanaman kegiatan penanaman tertentu dengan jumlah dan kualitas yang
memadai. Dan juga persemaian merupakan tempat atau areal kegiatan
memproses benih atau bagian dari tanaman menjadi bibit untuk siap ditanam
ke lapangan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses
persemaian adalah sebagai berikut:
1) Menentukan Lokasi
Kegiatan persemaian dilakukan ditempat persemaian BRIFED yang
bekerjasama dengan dinas kehutanan UPT KPH Manggarai Timur
dan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KEMENLHK)
adalah persemaian yang dibuat menetap pada satu lokasi.
2) Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu Skop,
ember, polybag, bokasi, tanah, pasir, handphone, dan alat tulis.

29
3) Pembersihan Areal Persemaian
Kegiatan pembersihan yang dilakukan yaitu membersih rumput di
sekitar tempat persemaian, mengeluarkan polybag yang bekas pakai
dari rak tempat penyimpanannya.

4) Pengisihan Polybag
Kegiatan yang dilakukan yaitu mengisih polybag dengan Tanah
dan sekam padi dengan perbandingan(3.1) dan menggunakan 90
ember tanah ,dan 30 ember sekam padi menghasilkan kurang lebih
1300 polybag kecil dan polybag besar sebanyak 6 ember tanah,2
ember pasir dan 2 ember kompos dengan perbandingan (3.1.1)

5) Membuat perlakuan dan media tanam benih


Biji yang ditanam yaitu biji Segon , dan semaikan bambu.dari biji
tersebut di buat perlakuan, untuk biji Sengon dibuat 2 perlakuan
dengan cara direndam dengan air dingin selama 1x24 jam dan ditaro
di tempat lembab selama 2 hari . Sedangkan untuk perendaman
bambu selama 2 hari menggunakan air dan kulit bawang. Sengon
di buat dengan satu perlakuan saja yaitu air dingin dengan cara
direndam selama 1x24 jam. Setelah semuanya dibuat perlakuaan
kemudian dipisahkan biji yang baik dan yang rusak, untuk
mengetahui mana yang baik dan yang rusak dilihat dari biji yang
terapung diatas air yaitu biji yang rusak sedangkan biji yang baik
yaitu yang tetap terendam di air/tidak terapung. Kemudian biji yang
telah dibuat perlakuan selajutnya melakukan penyiraman pada
polybag, setelah itu menanam benih yang telah dibuat perlakuaan.

6) Penanaman Benih
Benih yang sudah di buat perlakuan kemudian di tanam pada polybag
yang sudah berisi tanah, pasir, dan kompos. Dengan kedalaman ± 1 cm,
selanjutnya benih yang sudah ditanam kemudian dilakukan perawatan
meliputi penyiraman.

30
7) Pengamatan
Hasil pengamatan benih sengon dalam waktu 3 hari setelah tanam
nampak terjadinya perubahan ukuran,tinggi anakan menjadi ± 5 cm dan
dalam satu minggu sudah mencapai ± 10 cm.

8) Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah kegiatan yang dilakukan setelah penanaman,
kegiatan pemeliharaan ini yaitu menyiram benih yang sudah ditanam,
penyiramannya dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore, dan
mengamati hama dan penyakit serta mencambut gulma atau rumput yang
tumbuh di polybag.

Luas keseluruhan persemaian ini berukuran 20 m x 47 m


Jumlah bedeng sapih ± 20 bedeng dengan ukuran 1 m x10 m
Ukuran polybag yang di gunakan:kecil berukuran 10 cm x 15 cm,sedang
berukuran 12 cm x 18 cm dan besar ukuran 14 cm x 25 cm.
Dalam satu bedeng sapih dapat menampung 1000 anakan untuk ukursn
polybag sedang.
Jenis anakan:
-Cendana 15.000 anakan -Menii 12.000 anakan
-Kelor 300 anakan -Jambu merah 500 anakan
-Sengon 2.500 anakan -Pucuk merah 1.000 anakan
-Mahoni 2.500 anakan -Pinang hias 270 anakan
-Jatih putih 3.800 anakan -Asoka 100 anakan
-Sirsak 150 anakan -Bambu 13 anakan
-Mangga 200 anakan -Jati 250 anakan
Sumber benih:dari dinas Dinas Kehutanan dan juga Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan dan sebagian lagi melalui pemesanan ke Sumba.pulau
Jwa tengah daerah Rembang dan Bali.

4.2.2.Teknologi hasil hutan

31
a.Industri Mebel

Jenis kayu kayu yang digunakn :

-Jati merah

-Jatih putih

-Mahoni

Dari ketiga jenis kayu tersebut diolah menjadi :

-Lemari

-Tempat tidur

-Kursi

-Pintu

Sumber bahan mentah yang digunakan berasal dari masyarakat yang


menjual kayu. Sumber kayu didatangkan dari Desa Wae rana kecamatan kota
komba. Bahan mentah dibeli dalam bentuk olahan seperti papan dan balok
masing- masing dengan dengan ketebalan 2 cm, 4 cm, dan 8 cm. Harga
perbatang utuk ketiga jenis kayu tersebut adalah untuk jati merah harga
perbatangnya Rp.100000-Rp.200000, untuk jati putih dan mahoni harga
perbatangnya Rp. 50000-Rp.55000.

KURSI

Untuk membuat kursi biasanya di buat dalam bentuk set (4 kursi 1


meja). Waktu pengerjaan 1 set kursi ± 1 minggu. Harga 1 setnya mencapai Rp
6.000.000.

PINTU

Untuk membuat 1 pintu dikerjakan dalam waktu1 hari dengan harga per
pintunya rp 1.500.000

TEMPAT TIDUR DAN LEMARI

32
Untuk membuat 1 set tempat tidur dan lemari dikerjakan dalam waktu
2 minggu dengan harga per setnya mencapai Rp. 15.000.000.

Alat dan Bahan

 Mesin serut/planer
Untuk meratakan permukaan kayu sehingga permukaan sama tinggi.
 Mesin bor/driling machint
 Wood pouther
 Gergaji belah/pembuatan lidah
 Gergaji potong
 Mesin profil
 Mesin cyrcle (pemotong kayu)
 Mesin grindo tangan
 Mesin amplas kayu Mesin jig jag

33
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktek kerja lapang (PKL) yang telah dilaksanakan di UPT
KPH Wilayah kbupaten Manggarai Timur, dapat disimpulkan bahwah
kegiatan yang dilaksankan berdasarkan bidang adalah sebagai berikut:
1. Bidang Manajemen Hutan
Mengetahui gambaran umumperusahaan(UPT KPH Manggarai
Timur),mempelajari perencanaan hutan di UPT KPH Manggarai
Timur, mempelajari bagaimana cara dan metode yang digunakan
dalam menginventarisasi hutan dikawasan hutan Bangka
Suka,mempelajaribagaimana cara menginven dikawasan hutan dan
cara mengolah data hasil inven, dan juga bagaiman cara mengukur di
lapangan kemudian hasil pengukuran tersebut diolah menjadi sebuah
peta yang dapat digunakan, dapat mempelajari tentang bagaimana
program perhutanan sosial (HKM)

2.Bidang Silvikultur

34
Mempelajari tentang bagaimana cara yang tepat dan benar untuk
teknik perbenihan Sengon untuk persemaiannya menanam.
3.Bidang Teknologi Hasil Hutan
Dalam bidang ini mahasiswa PKL mempelajari untuk mengetahui jenis
–jenis kayu dan cara olahan seperti papan dan balok masing- masing
dari jenis kayu tersebut.
5.2. Saran
Adapun saran dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah
sebagai berikut:
1. Bidang manajemen hutan meliputi kegiatan inventarisasi hutan,
perhutanan sosial, pemungutan hasil hutan. Dari ketiga kegiatan ini
untuk inventarisasi disarankan sebelum melakukan inventarisasi harus
membuat perencanaan yang lebih baik dan alat untuk inventarisasi
harus lengkap lagi, untuk pemasaran hasil hutan harus dibuat nota
angkutan yang pada saat pemasaran ke luar kota dan untuk perhutanan
sosial agar kelompok tani hutan lebih partisipasi lagi dalam kegiatan
pengelolaan hutan.
2. Bidang silvikultur meliputi kegiatan persemaian dan penyulaman,
untuk kegiatan persemain disarankan agar pemeliharaannya lebih
bagus lagi supaya pertumbuhan benihnya bagus .
3. Bidang teknologi hasil hutan meliputi kegiatan mempelajari untuk
mengetahui jenis –jenis kayudan cara olahannya.

35
DAFTAR PUSTAKA
s
Anonim, 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999
Tentang Kehutanan.
Cahyaningsih Nurka. 2006 Hutan Kemasyarakatan Lampung Barat.
Menteri Kehutanan Tahun 2012 penyelenggaraan
Pemungkas dan Huban, 2011. perlebahan. Universitas Hasanudin. Makasar.
Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 18 Tahun 2012 Penebangan
Pohon dan Peredaran Hasil Hutan Hak
Simon H. 1996. Tentang Inventarisasi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

36
Soeranggadjiwa,1991.dan Rahmawaty. 1997. Makalah Kehutanan.
Depertemen kehutananan. 1999.
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitataif. Bandung: ALFABETA
Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti
Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

37

Anda mungkin juga menyukai