Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang di dominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan hutan
tertentu yang di tunjuk dan atau di tetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan
keberadaannya sebagai hutan lindung. Hutan sebagai sumber kekayaan alam yang
di milik oleh bangsa Indonesia merupakan sala satu modal pembangunan nasional
yang dipergunakan untuk meningkatkan kemakmuran rakyat sebagaimana
dijelaskan dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan, yang disebutkan bahwa semua hutan yang beradah diwilayah
Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasi
oleh Negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan menyatakan
bahwa mangrove merupakan ekosistem hutan. Pemerintah bertanggungjawap
dalam pengelolaannya dengan berasaskan manfaat dan lestari, Kerakyatan,
keadilan, kebersamaan, keterbukaan dan keterpaduan (pasal 2). Apabila terdapat
kondisi Mangrove yang rusak, kepada setiap orang yang memiliki, pengelolaan
dan atau memanfaatkan hutan kritis atau produksi, wajip melaksanakan
rehabilitasi hutan untuk tujuan perlindungan konservasi (pasal 43).
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati Dan Ekosistemnya menyatakan bahwa kawasan hutan mangrove
merupakan suatu kekuatan dalam pelaksanaan konservasi yang memiliki banyak
manfaat bagi lingkungan sekitar. Konservasi sumber daya alam hayati adalah
pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara
bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara
sungai dan dipengaruhi oleh gerakan pasang surut perpaduan antara air sungai dan
air laut. Mangrove adalah jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat air laut.

1
hutan mangrove adalah sala satu jenis hutan yang banyak ditemukan pada
kawasan muara dengan struktur tanah rawa dan/atau padat. Mangrove menjadi
sala satu fungsi penting untuk mengatasi berbagai jenis masalah lingkungan
terutama untuk mengatasi kerusakan lingkungan yang disebapkan oleh rusaknya
habitat untuk hewan. Hutan mangrove atau sering pula disebut dengan hutan
bakau.
Hutan mangrove merupakan hutan daerah pantai yang terdiri dari kelompok
pepohonan yang dapat hidup dalam lingkungan berkadar garam tinggi. Hutan
mangrove tumbuh di sepanjang garis pantai atau di pinggiran sungai sangat
dipengaruhi oleh pasang surut perpaduan antara air sungai dan air laut. Hutan
mangrove merupakan hutan yang unik karena dapat tumbuh di lingkungan air asin
dan berperan penting dalam menjaga ekosistem pantai.

1.2 Bidang yang di minati


Bidang yang diminati oleh penulis dalam proses Kuliah Kerja Lapangan
adalah Hukum Perdata

1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang ada di latar belakang, tujuan penulis
melakukan Kuliah Kerja Lapangan di UPT Kehutanan Kabupaten Sikka antara
lain :
1. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan UPT KEHUTANAN kabupaten
sikka dalam menjaga dan melestarikan hutan mangrove
2. Untuk mengetahui bagiamana kebijakan UPT KEHUTANAN dalam
menyadarkan masyarakat dan berpartisipasi dalam menjaga dan merawat
hutan mangrove
3. Mampu mempersiapkan dan menyesuaikan diri memasuki dunia kerja.
4. Mampu menganalisis antara pengetahuan yang didapatkan secara teoritis
dengan praktek langsung di lapangan.

1.4 Waktu dan Tempat kegiatan

2
Kuliah Kerja Lapangan Fakultas Hukum Universitas Nusa Nipa Maumere,
Tahun 2023 berlangsung mulai pada dari 26 Juli sampai 14 september 2023,
tempat pelaksanaan Kulia Kerja Lapangan yang dilaksanakan di Kantor UPT
Kehutanan Kabupaten Sikka.
1.5 Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Juli Agustus September Oktober November Desember
. 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan

2. Pelaksanaan

3. Pelaporan

4. Pengujian

Tabel 1.1 Jadwal kegiatan

BAB II
SEJARAH UNIT PELAKSANA TEKNIS

3
KEHUTANAN KABUPATEN SIKKA

2.1 Sejarah Unit Pelaksana Teknis Wilayah Kehutanan Kabupaten Sikka


Status kawasan hutan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
mengalami beberapa kali perubahan, yaitu ;
a. Pada periode sebelum tahun 1980, berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 5
Tahun 1967 tentang Kehutanan dan data dan peta Hutan Register dan
Penunjukan Parsial pada jaman Pemerintah Hindia Belanda (Residen Van
Timor On Onderhoorigheden ZB.ddo No. 92/LK, Tanggal 15 Agustus
1932), kawasan hutan di Provinsi NTT ditetapkan seluas 1.252.511 ha
dengan 188 Kelompok Hutan (KH) dengan kawasan hutan di Kabupaten
Sikka terbagi dalam 11 (Sebelas) kelompok hutan, yaitu Egon Ilimedo
(RTK 107), Wukoh Lewoloro (RTK 126), Sili Wuli (RTK 64), Ilidobo
(RTK 61), Kimang Buleng (RTK 59), Mbotulena Keliwenda (RTK 58),
Telorawa II (RTK 57), Ili Darat (RTK 44), Taman Wisata Pulau Besar
(RTK- ), Gugus Pulau Teluk Maumere ( Mengkuri) Iligai (RTK 60).
b. Pada periode 1980-1992, berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990 tentang
Penataan Ruang tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya kawasan hutan NTT dengan Tata Guna Hutan Kesepakatan
(TGHK) berubah Luas Hutan NTT menjadi 1.667.962 ha (170 KH). Di
Kabupaten Sikka KH. Woloria (RTK 50) dan KH. Kelinabe (RTK 51)
disatukan menjadi satu kelompok hutan Woloria Kelinabe (RTK 123), KH.
Telorawa (RTK 56) menjadi bagian KH. Kimang Buleng (RTK 122), dan di
tunjuk KH. Mbotulena (RTK 58).
c. Pada periode 1992-1999, berdasarkan UU No. 24 Tahun 1992 dan melalui
mekanisme Paduserasi TGHK - Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
(RTRW) Provinsi luas kawasan hutan NTT ini berubah menjadi
1.808.981,27 ha.
d. Pada periode 1999-2005, berdasarkan UU No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan menjadi dasar dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) Menteri
Kehutanan No. 423 Tahun 1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di
Provinsi NTT kembali merubah luas kawasan hutan NTT menjadi 1.808.990

4
ha atau sekitar 38,20% dari luas daratan NTT (Dinas Kehutanan Provinsi
NTT, 2013), dan luas kawasan hutan di KPH Wilayah Kabupaten Sikka
adalah 100.072,43 Ha, secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

NO FUNGSI KAWASAN LUAS KAWASAN


(Ha)
1 Hutan Lindung 98.846,23
2 Cagar Alam -
3 Taman Nasional -
4 Bakau -
5 Hutan Produksi 1.226,2
6 Hutan Produksi Terbatas -
7 Hutan Produksi yang dapat di -
Konversi
Jumla 100.072,43
h
Sumber : Statistik Kehutanan BPKH Wilayah XIV Kupang Tahun 2009

e. Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.


26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, serta fakta di lapangan dengan
banyaknya konflik di kawasan hutan dan pertimbangan
perkembangan/pemekaran wilayah, pada tahun 2013, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota/Propinsi mengusulkan perubahan Kawasan Hutan dalam
Review RTRW Provinsi dengan luas usulan 1.581.539,47 ha atau sekitar
33,40% terhadap luas daratan. Pada tahun 2014 berdasarkan SK No.
3911/Menhut-VII/KUH/2014 Tanggal 14 Mei 2014 Luas kawasan hutan
Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah ± 1.286.050 Ha, secara rinci dapat
dilihat pada tabel berikut:

NO FUNGSI KAWASAN LUAS KAWASAN

5
(Ha)
1 Hutan Lindung 684.403,00
2 Hutan Produksi 296.064,00
3 Hutan Produksi Terbatas 173.979,00
4 Hutan Produksi yang dapat di 113.604,00
Konversi
Jumla 1.268.050,00
h
Sumber : Statistik Bidang Planologi Kehutanan Tahun 2014

f. Berdasarkan SK.591/Menhut-II/2010 tanggal 19 Oktober 2010 tentang


Penetapan 9 unit KPHP dan 13 unit KPHL di wilayah propinsi Nusa
Tenggara Timur, ditetapkan luas KPH Wilayah Kabupaten Sikka adalah
±62.009 Ha.
g. Sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan kehutanan Republik
Indonesia No.SK.633/Menlhk-Setjen/2015 tentang Penetapan Wilayah
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi (KPHP) Provinsi Nusa Tenggara Timur, ditetapkan luas KPH
Wilayah Kabupaten Sikka adalah ±57.740 Ha.

Pelaksanaan urusan Bidang Kehutanan pasca implementasi Undang-


Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Perubahannya tentang Pemerintahan Daerah
serta peraturan turunnya sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor : P.74/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Pedoman
Nomenklatur Perangkat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang melaksanakan
urusan pemerintahan bidang Lingkungan Hidup dan urusan pemerintahan bidang
kehutanan maka Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur menetapkan:
Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor 90 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Dinas dan Badan Provinsi Nusa Tenggara Timur (Bab III
Susunan Organisasi, Pasal 3, Ayat (1), Point ww), ditetapkan UPT Kesatuan

6
Pengelolaan Hutan Wilayah Kabupaten Sikka di Maumere pada Dinas
Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

2.2 Kegiatan Unit Pelaksana Teknis Kehutanan Wilayah Kabupaten Sikka


Setiap kegiatan di unit pelaksana teknis kehutanan wilayah Kabupaten
Sikka mempunyai kegiatannya masing-masing dengan pembagian tugas setiap
seksi. Berikut uraian pembagian tugas setiap seksi :

A. Tugas Kepalah Upt Kph


1. Merencanakan langkah-langkah operasional KPH berdasarkan rencana
kerja dan hasil evaluasi tahun sebelumnya serta sumber data yang ada
untuk digunakan sebagai pelaksanaan tugas.
2. Menyusun rencana dan pelaporan kegiatan pengelolaan hutan.
3. Menyiapkan bahan dalam rangka pelaksanaan, pemeliharaan, monitoring
dan evaluasi kegiatan tata hutan KPH meliputi : inventarisasi hutan,
pembagian blok dan peta dan tata batas wilayah.
4. Menyiapkan bahan dalam rangka pengawasan dan pengendalian
penatausahaan hasil hutan, iuran kehutanan peredaran hasil hutan
diwilayah KPH.
5. Menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan rencana pengelolaan hutan
jangka panjang dan penetapan rencana pengelolaan hutan jangka pendek
tigkat tapak wilayah KPH.
6. Menyiapkan bahan dalam rangka pengembangan sistim informasi dan
perpetaan dalam pengelolaan hutan diwilayah KPH.
7. Pengembangan investasi, kerjasama dan kemitraan dalam pengelolaan
hutan, pengolahan dan pemasaran hasil hutan diwilayah KPH.
8. Menyiapkan bahan dalam pelaksanaan perlindungan hutan, pengamanan
hutan, penegakkan hukum, pemberian advokasi, konsutasi dan bantuan
hukum dibidang kehutanan, pelatihan/perlindungan/pengamanan hutan,
pembentukan forum dan pengembangan sistim informasi perlindungan/
pengamanan hutan diwilayah unit KPH.

7
9. Menyiapkan bahan dalam pelaksanaan pengendalian kebakaran hutan dan
lahan, pelatihan, pendidikan, sosialisasi, penyuluhan, pembentukkan
forum kolaboratif dan pengembangan sistim informasi pengendalian
kebakaran hutan dan lahan diwilayah unit KPH.
10. Menyiapkan bahan dalam melakukan fasilitasi dan pendampingan
pengembangan perhutanan sosial ( HKm, HTR, HD dan Kemitraan),
masyarakat hukum adat dan penanganan konflik sosial / tenurial diwilayah
KPH.
11. Menyiapkan bahan dalam rangka pelaksanaan kegiatan dibidang
kehutanan diluar kawasan hutan.
12. Memberikan pertimbangan teknis kepada pihak ketiga terkait rencana
rehabilitasi dan reklamasi hutan serta pelaksanaan rehabilitasi hutan dan
pengelolaan DAS untuk memulihkan dan mempertahankan.
13. Melaksanakan pemantauan, pembinaan dan pengawasan serta
mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan diwilayah KPH sesuai
kegiatanyang telah dilaksanakan.
14. Melaksanakan pembinaan disiplin terhadap bawahan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku agar terciptanya PNS yang handal,
profesional dan bermoral.
15. Membagi tugas, memberi petunjuk dan memeriksa hasil kerja bawahan
agar tercapai efektifitas pelaksanaan tugas.
16. Melaksanakan dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dibidang
kesatuan pengelolaan hutan.
17. Menyiapkan bahan dalam rangka pengawasan dan pengendalian
pemanfaatan hutan, ijin pemanfaatan kayu (IPK) dan ijin koridor dan
pemanfaatan pada wilayah tertentu diwilayah KPH.
18. Melaksanakan koordinasi tugas dengan instansi dan pihak terkait agar
terjalin kerja sama yang baik.
19. Mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan tugas Kasubag Tata
Usaha, para Kepala Seksi, para Kepala Resort KPH, Pejabat funsional dan
Staf agar terjalin kerjasama yang sinergis.

8
20. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan baik secara
lisan maupun tertulis sesuai dengan tugas dan fungsinya untuk kelacaran
pelaksanaan tugas.

B. Kasubag. Tata Usaha


1. Menyusun rencana kegiatan sub bagian tata usaha berdasarkan rencana
kerja dan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya serta sumber data yang
ada untuk digunakan sebagai pedoman pelaksanaan tugas.
2. Membagi tugas, memberi petunjuk dan memeriksa hasil kerja bawahan
agar tercapai efektifitas pelaksanaan tugas.
3. Mengoreksi rencana kebutuhan barang unit (RKBU) dan memeriksa
catatan penerimaan dan distribusi alat tulis dan alat perlengkapan kantor
berdasarkan usulan dari dan untuk masing-masing seksi agar terpenuhinya
kebutuhan dalam rangka dukungan penyelesaian tugas.
4. Mengoreksi konsep rencana kebutuhan biaya dan membuat catatan
penerimaan, pembukuan dan atau pertanggungjawaban keuangan serta
catatan surat perintah perjalanan dinas sesuai prosedur yang berlaku agar
tertib administrasi dalam pertanggungjawaban.
5. Mengoreksi rencana kebutuhan pegawai dan bezeting formasi, kenaikan
gaji berkala, usulan kenaikan pangkat, mutasi pegawai, ujian dinas,
pendidikan, pelatihan, sumpah jabatan, penghargaan, tanda jasa dan sanksi
pegawai serta mengoreksi catatan data kepegawaian sesuai prosedur dan
ketentuan yang berlaku agar terpenuhinya hak dan kewajiban pegawai
yang telah memenuhi syarat.
6. Memberikan layanan administrasi yang meliputi perlengkapan, rumah
tangga, keuangan dan kepegawaian serta urusan umum sesuai prosedur
dan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
7. Menyusun konsep naskah dinas yang berkaitan dengan kegiatan unit
sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan
tugas.

9
8. Memeriksa dan/ atau mengecek catatan naskah dinas yang masuk dan
keluar serta catatan tanda terima naskah dinas yang telah diteria pada buku
agenda agar tertib administrasi.
9. Menyiapkan bahan penyusunan rencana dan program kerja dengan
mengkompilasi rencana kerja dari masing-masing seksi agar tersusunnya
rencana kerja yang akomodatif.
10. Melaksanakan dan mengecek kegiatan pengelolaan arsip baik arsip aktif,
in aktif maupun statis agar mudah dan cepat ditemukan apabila
dibutuhkan.
11. Melaksanakan kegiatan urusan rumah tangga dalam menata maupun
membersihkan ruangan agar terasa nyaman dalam melaksanakan tugas.
12. Merencanakan dan melaksanakan pengelolaan perlengkapan kantor untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
13. Melaksanakan pembinaan disiplin terhadap bawahan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku agar terciptanya PNS yang handal,
profesional dan bermoral.
14. Melakukan konsultasi pelaksanaan tugas kegiatan dengan unit/instansi
atau lembaga terkait untuk mendapatkan masukan dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas.

C. Kepala Seksi Perlindungan


1. Menyusun rencana perlindungan, konservasi sumber daya alam dan
ekosistim dan pemberdayaan masyarakat untuk kelancaran dan ketepatan
pelaksanaan tugas.
2. Membagi tugas dan memberi petunjuk petunjuk kepada bawahan melalui
arahan sesuai dengan permasalahan dan bidang tugas agar tercapai dan
memeriksa hasil kerja bawahan agar tercapai efektifitas pelaksanaan tugas.
3. Memeriksa hasil kerja bawahan berdasarkan rencana kegiatan guna
penyempurnaan lebih lanjut.
4. Menyiapkan bahan dalam rangka pelaksanaan perlindungan hutan,
pengamanan hutan, penegakkan hukum, pemberian advokasi, konsultasi
dan bantuan hukum bidang kehutanan, pelatihan perlindungan /

10
pengamanan hutan, pembentukan forum dan pengembangan sistim
informasi perlindungan / pengamanan hutan diwilayah KPH.
5. Menyiapkan bahan dalam rangka pelaksanaan konservasi sumber daya
alam dan ekosistim di wilayah KPH.
6. Menyiapkan bahan dalam rangka penyuluhan dan pemberdayaan
masyarakat di wilayah KPH.
7. Menyiapkan bahan dalam rangka pelaksanaan pengelolaan DAS,
reklamasi hutan dan rehabilitasi lahan, perbenihan tanaman hutan
diwilayah KPH.
8. Menyiapkan bahan dalam rangka fasilitasi dan pendampingan
pengembagan perhutanan sosial HKm, HTR, HD dan Kemitraan ),
masyarakat hukum adat serta penanganan konflik sosial/tenurial diwilayah
unit KPH.
9. Menyiapan bahan dalam rangka pelaksanaan kegiatan dibidang kehutanan
diluar kawasan hutan.
10. Menyiapkan bahan dalam rangka pelaksanaan pengendalian kebakaran
hutan dan lahan, pelatihan, pendidikan, sosialisasi, penyuluhan,
pembentukan forum kolaboratif dan pengembangan sistim informasi
pengendalian kebakaran hutan dan lahan diwilayah unit KPH.
11. Melakukan konsultasi kegiatan dengan unit/instansi dan pihak terkait agar
terjalin kerjasama yang baik.
12. Membuat laporan bulanan, triwulan, tahunan dan hasil pelaksanaan tugas
kedinasan sesuai dengan sumber data yang ada dan berdasarkan kegiatan
yang telah dilakukan untuk dipergunakan sebagai bahan masukan atasan.
13. Melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan baik secara lisan
maupun tertulis sesuai tugas dan fungsinya untuk kelancaran pelaksanaan
tugas.

D. Kepala Seksi Perencanaan


1. Menyusun rancangan perencanaan dan pemanfaatan hutan untuk
kelancaran dan ketepatan pelaksanaan tugas.

11
2. Membagi tugas dan memberi petunjuk kepada bawahan melalui arahan
sesuai dengan permasalahn dan bidang tugas masing-masing agar
tercapainya efektifitas.
3. Memeriksa hasil kerja bawahan berdasarkan rencana kegiatan guna
penyempurnaan lebih lanjut.
4. Menyiapkan bahan dalam rangka pelaksanaan pemeliharaan, monitoring
dan evaluasi kegiatan tata hutan KPH meliputi inventarisasi hutan,
pembagian blok dan petak, tata batas wilayah.
5. Menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan rencana pengelolaan hutan
jangka panjang diwilayah KPH.
6. Menyiapkan bahan dalam rangka pelaksanaan pengawasan dan
pengendalian pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan diwilayah
KPH.
7. Menyiapkan bahan dalam rangka pelaksanaan pengembangan dan
pengelolaan sistim infromasi dan perpetaan dalam pengelolaan hutan
diwiayah KPH.
8. Menyiapkan bahan dalam rangka pengawasan dan pengendalian penilaian
dan pelaksanaan penggunaan kawasan hutan dan/atau tukar menukar
kawasan hutan diwilayah KPH.
9. Menyiapkan bahan dalam rangka pengawasan dan pengendalian penata
usahaan hasil hutan, iuran kehutanan, peredaran hasil hutan diwilayah
KPH.
10. Menyaipkan bahan dalam rangka pengembangan investasi, kerjasama
kemitraan dalam pengelolaan huta, pengolahan dan pemasaran hasil hutan
diwilayah KPH.
11. Melakukan konsultasi kegiatan dengan unit/instansi dan pihak ketiga
terkait agar terjalin kerjasama yang baik.
12. Membuat laporan bulanan, triwulan, tahunan dan hasil pelaksanaan tugas
kedinasan sesuai dengan sumber data yang ada dan berdasarkan kegiatan
yang telah dilakukan untuk dipergunakan sebagai bahan masukan atasan.

12
13. Melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan baik secara lisan
maupun tertulis sesuai tugas dan fungsinya untuk kelancaran pelaksanaan
tugas.
2.3 Struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis KPH Wilayah Kabupaten Sikka
Mengacu pada Indikator Luas Kabupaten, Luasan Kawasan Lindung, Luas
Lahan Kritis, Luas Hutan Rakyat, Jumlah Industri Hasil Hutan, Jumlah Kelompok
Tani Hutan, dan Jumlah Desa Di Sekitar dan Di Dalam Kawasan Hutan dengan
uraian skore di atas, maka KPH Wilayah Kabupaten Sikka diklasifikasikan
sebagai KPH Tipe A.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor : P.74/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang Pedoman
Nomenklatur Perangkat Daerah Provinsi dan Kabupaten Kota yang Melaksanakan
Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Urusan Pemerintahan
Bidang Kehutanan, Struktur Organisasi KPH Tipe A terdiri dari :
a. 1 (satu) orang Kepala UPTD
b. 1 (satu) orang Sub Bag Tata Usaha
c. 2 (dua) orang Kepala Seksi
d. 9 (Sembilan) orang POLHUT
e. 15 (lima belas) orang Penyuluh Kehutanan
f. 23 (dua puluh tiga) orang Staf

13
2.4 Tujuan dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis Kehutanan Wilayah Kabupaten
Sikka
Maksud penyusunan Kajian Akademis Unit Pelaksana Teknis Daerah
Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi NTT ini
adalah untuk melakukan penyesuaian kelembagaan KPH dalam pengelolaan
hutan pada tingkat tapak sesuai kewenangannya agar efektif, efisien dan
produktif pelaksanaannya.
a. Tujuan Unit Pelaksana Teknis Kehutanan Wilayah Kabupaten Sikka
1. Penyelarasan Struktur Organisasi Perangkat Daerah Dinas
Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2. Penataan kelembagaan organisasi KPH dalam pelaksanaan tugas
dan fungsi urusan bidang kehutanan pada tingkat tapak secara
efektif, efisien dan produktif.

14
3. Mendesain kelembagaan Unit Pelaksana Teknis Daerah sebagai
pelaksana operasional kehutanan di lapangan/ tingkat tapak.

b. Fungsi Unit Pelaksana Teknis Kehutanan Wilayah Kabupaten Sikka


1. Pelaksanaan tata hutan pada wilayah KPH
2. Pelaksanaan penyusunan rencana pengelolaan hutan KPH
3. Pelaksanaan kegiatan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan
di wilayah KPH
4. Pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi di wilayah KPH
5. Pelaksanaan perlindungan dan konservasi sumber daya alam di
wilayah KPH
6. Pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta pengendalian
di wilayah KPH
7. Pelaksanaan pemantauan dan penilaian atas pelaksanaan kegiatan
pengelolaan hutan KPH
8. Pengembangan investasi, kerja sama, dan kemitraan dalam
pengelolaan hutan di KPH
9. Pelaksanaan kebijakan kehutanan nasional dan daerah dalam
pengelolaan hutan
10. Pelaksanaan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat di bidang
kehutanan
11. Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan perpetaan
dalam pengelolaan hutan di KPH
12. Pelaksanaan kegiatan bidang kehutanan Di Luar Kawasan Hutan

2.5 Tugas dan Kewajipan Unit Pelaksana Teknis Kehutanan Wilayah


Kabupaten Sikka
Tugas dan Fungsi yang diamanatkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.74/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016Tentang
Pedoman Nomenklatur Perangkat Daerah Provinsi Dan Kabupaten/Kota Yang
Melaksanakan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup Dan Urusan

15
Pemerintahan Bidang Kehutanan, yaitu Melaksanakan kegiatan operasional dan/atau
kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang pengelolaan hutan dalam wilayah kerja KPH
yang telah ditetapkan.

16
BAB III
KEGIATAN

3.1 Kebijakan Unit Pelaksana Teknis Kehutanan Kabupaten Sikka Dalam


Menjaga Dan Melestarikan Hutan Mangrove
Unit Pelaksana Teknis Kehutanan Kabupaten Sikka merupakan sala satu
lembaga terpenting dalam perlindungan hutan termasuk hutan mangrove, karena
Unit Pelaksana Teknis Kehutanan Kabupaten Sikka membantu pemerintah
dalam perlindungan hutan dan pelestarian hutan mangrove. Sala satu upaya
dalam pelestarian hutan mangrove adalah dengan adanya kerja sama bersama
kelompok masyarakat yang ada di wilayah tersebut. Pelestarian hutan mangrove
adalah usaha yang dilakukan untuk mengurangi kerusakan alam dan lingkungan
termasuk hutan mangrove, dimana kegiatan ini harus sama-sama menggandeng
dengan kelompok masyarakat dan lembaga yang terkait supaya berjalan dengan
baik.
Ada beberapa cara dalam menjaga dan melestarikan hutan mangrove, di
lakukan dengan cara.
a. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah suatu upaya dalam pemulihan dan memperbaiki
serta meningkatkan kondisi lahan sehingga lahan yang rusak dapat
difungsikan secara optimal menjadi lebih baik. Beberapa tahapan yang harus
dilakukan untuk merehabilitasi ekosistem mangrove antara lain :
1. Persiapan
2. Persemaian
3. Survey
4. Penyuluhan konversasi
Pada tahap awal dilakukan mempersiapkan peralatan yang
diperlukan seperti, Bibit mangrove, peta lokasi, peralatan teknis penanaman
(ajir atau bambu yang telah di belah, tali raffia polybag, dan ember).
selanjutnya dilakukan penyusunan jadwal penanaman yang telah ditentukan.
Tahap berikutnya adalah tahap persemaian. pada tahap ini

17
persemaian menggunakan polybag yang telah disiapkan. dalam proses
persemaian lokasinya harus terletak didekat lahan yang akan di tanam dan
masi dapat di jangkau oleh air laut.
Tahap berikutnya adalah survey, pada tahap ini dilakukan seleksi
bibit mangrove untuk memastikan kondisi bibit mangrove yang berkualitas
baik. bibit yang akan di tanam yang sehat, segar, bebas dari hama dan
penyakit. Pemilihan bibit yang berpengaruh pada karakter akarnya yang kuat
hingga mampu meredam gelombang laut sebagai penyebap abrasi.
Tahap berikutnya adalah penyuluhan konservasi, yang dilakukan
dengan mengikutsertakan dengan kelompok masyarakat. Keikutsertaan ini
akan memberikan dampak positif secara langsung sehingga bisa terus terlibat
dalam pemeliharaan mangrove secara berkelanjutan.
b. Penanaman
1. Tahapan pekerjaan
Pada tahap ini pekerja terbagi atas 2 yaitu pengakutan bibit, dan
penanaman. Mangrove ditanam didaerah pantai dengan cara
penanaman kurang lebih 1 m dan lahan yang digunakan untuk
menanam harus bersih dari rumput liar.
2. Tahapan penancapan ajir atau bambu yang suda dibelah
Sebelum bibit mangrove di tanaman dibuat dulu jalur tanam. jalur
tanam dapat dibuat dengan menggunakan tali raffia dengan jarak satu
dengan lainnya adalah 1 m. Pada setiap bibit yang ditanam, dipasang
ajir dengan menggunakan patok dari bambu sepanjang 75 cm dan
berdiameter 1 cm. Ajir di tancapkan ke lahan dengan tegak sedalam
50 cm. Pemasangan ajir ini bertujuan untuk, mempermudah
mengetahui tempat bibit akan ditanam, tanda adanya tanaman baru,
menyeragam jarak, dan membuat bibit mangrove tegak dan tidak
mudah rebah/jatuh bila sedang terjadi air pasang.
3. Tahap penanaman
Pada tahap ini bibit mangrove ditanam dengan menggunakan ajir.
Penggunaan ajir berguna untuk menjaga bibit mangrove tidak
tumbang ketika terkena ombak. jarak tanam adalah 1 m x 1 m.

18
Mangrove ditanam dilahan yang telah disediakan dengan cara
membuat lubang di dekat ajir-ajir, dengan ukuran lebih besar dari
ukuran polybag dan dengan kedalaman dua kali lipat dari panjang
polybag. Bibit ditanam secara tegak kedalam lubang yang telah
disediakan dengan cara melepaskan bibit dari polybag secara hati-
hati.
4. Tahap penyulaman
kegiatan penyulaman terjadi apabila bibit mangrove yang telah
ditanam cenderung mati. penyulaman yaitu mengganti bibit-bibit
mangrove yang baru. Selain itu, juga dilakukan penebasan terhadap
rumput yang tumbuh di sekitar mangrove untuk mengurangi
persaingan sehingga bibit-bibit mangrove yang telah ditanam bisa
tumbuh dengan baik
3.2 Pengelolaan Hutan Mangrove
Tujuan utama pengelolaan hutan mangrove sebagai langka awal dan
mencegah kerusakan ekosistem mangrove untuk memenuhi kebutahan manusia
dengan tetap mempertahankan dan melindungi keanekaragaman flora dan fauna
yang hidup di dalamnya. Dalam konteks pengembangan hutan mangrove,
rencana pengelolaan hutan mangrove di buat untuk lokasi-lokasi mangrove yang
telah ditetapkan.
Pengelolaan hutan mangrove secara optimal dalam hal ini sebagai
kawasan hutan lindung juga dapat menciptakan peluang usaha yang dapat
mendatangkan nilai ekonomi. Penerapan strategi konservasi (perlindungan,
pengawetan, dan pelestarian pemanfaatan) yang tepat akan mendukung kegiatan
tersebut, didukung dengan adanya ketentuan hukum yang mengatur, sehingga
jelas dan tegas apa hak, kewajipan dan pengenaan sanksi bagi yang
melanggarnya
3.3 Dasar Hukum
Berdasarkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
27 TAHUN 2007 PASAL 73 AYAT (1), bahwa setiap orang yang dengan
sengaja menggunakan cara dan metode yang merusak Ekosistem mangrove,
melakukan konversi Ekosistem mangrove, menebang mangrove untuk kegiatan

19
industry dan pemungkiman akan dipidana dengan pidana penjara paling singkat
2(dua) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan paling banyak Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Pasal 4
Tentang Kehutanan
1. Semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasi oleh Negara untuk sebesarnya-
besarnya kemakmuran rakyat
2. Penguasa hutan oleh Negara sebagimana dimaksud pada ayat (1) memberi
wewenang kepada Pemerintah untuk
a. Mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan,
kawasan hutan, dan hasil hutan.
b. Menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau kawasan
hutan sebagai bukan kawasan hutan ; dan
c. Mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara orang
dengan hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hukum mengenai
kehutanan.
3. Penguasa hutan oleh Negara tetap memperhatikan hak masyarakat hukum
adat, sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui keberadaanya, serta
tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.
Logbook (catatan harian)

Hari Tanggal Kegiatan Kulia Kerja Lapangan Td. Tangan


(KKL) Tutor
Lapangan
Kamis 27 juli 2023 Pengecekan tapal batas lahan
kehutanan dan lahan masyarakat di
desa hokor
Jumad 28 juli 2023 Diskusi bersama pegawai kehutanan
untuk pengambilan data-data
Senin 31 juli 2023 Apel pagi

20
Selasa 01 agustus 2023 Kerja bakti di lingkungan sekitar
kantor UPT KEHUTANAN
Rabu 02 agustus 2023 Patroli kebakaran hutan di kawasan
hutan lindung desa egon kecamatan
waigete, kabupaten sikka
Kamis 03 agustus 2023 Kegiatan sosialisasi di desa liakutu
kecamatan mego kabupaten sikka
tentang perhutanan sosial bagi
masyarakat yang beraktivitas dalam
kawasan hutan lindung (kimang
buleng)
Senin 07 agustus 2023 - Apel pagi
- Patroli kebakaran hutan di kawasan
hutan lindung desa egon kecamatan
waigete, kabupaten sikka
Kamis 10 agustus 2023 Pengecekan tapal batas di desa runut
Jumad 11 agustus 2023 Pengecekan lokasi kebakaran di
kampong kolibuluk, dusun tua desa
hoder
Senin 14 agustus 2023 - Apel pagi
- Patroli kebakaran hutan di kawasan
hutan lindung desa egon kecamatan
waigete kabupaten sikka
Selasa 15 agustus 2023 Patroli kebakaran hutan di kawasan
hutan lindung desa egon kecamatan
waigete kabupaten sikka
Jumad 18 agustus 2023 Diskusi bersama ketua kelompok
poma laut di kota uneng kecamatan
alok kabupaten sikka
Rabu 23 agustus 2023 Patroli kebakaran hutan di kawasan
hutan lindung desa egon kecamatan
waigete kabupaten sikka

21
Kamis 24 agustus 2023 Melakukan pratek persemaian bibit
mangrove bersama ketua kelompok
poma laut di kota uneng kecamatan
alok kabupaten sikka
Senin 28 agustus 2023 Apel pagi
Rabu 30 agustus 2023 Patroli kebakaran hutan di kawasan
hutan lindung desa egon kecamatan
waigete kabupaten sikka
Senin 04 September Apel pagi
2023
Rabu 06 September Patroli kebakaran hutan di kawasan
2023 hutan lindung desa egon kecamatan
waigete kabupaten sikka
Jumad 08 September Kerja bakti di sekitar kantor UPT
2023 KEHUTANAN
Senin 11 September Apel pagi
2023
Selasa 12 September Patroli kebakaran hutan di kawasan
2023 hutan lindung desa egon kecamatan
waigete kabupaten sikka
Rabu 13 September Kerja bakti di kawasan hutan lindung
2023 desa egon bersama masyarakat dan
membuat papan himbauan di kawasan
hutan lindung desa egon kecamatan
waigete kabupaten sikka
Kamis 14 September Penarikan mahasiswa KKL
2023

22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari laporan di atas dapat disimpulkan bahwa Kebijakan Unit Pelaksana
Teknis Kehutanan dalam menjaga dan melestarikan hutan mangrove dilakukan
dengan cara yaitu, memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkait pentingnya
menjaga hutan mangrove, dan rehabilitasi hutan mangrove.
Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang
hidup diantara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat
mangrove seringkali ditemukan di tempat pertemuan antara muara sungai dan air
laut yang kemudian menjadi pelindung daratan dari gelombang laut yang besar.
Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung aktivitas kehidupan
diwilayah pantai dan memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan
siklus biologis lingkungannya.
Upaya dalam menjaga dan meletarikan hutan mangrove merupakan
sebuah keharusan, karena hutan mangrove mempunyai banyak manfaat yaitu
mencegah intrusi air laut, mencegah erosi dan abrasi pantai.
4.2 Saran
Perlindungan dan pemanfaatan hutan mangrove harus dijaga dan
dikembangkan akan kelestariannya, agar keseimbangan alam dan keselamatan
manusia tetap terjaga, dan melakukan upaya penanaman kembali hutan
mangrove perlu dilakukan guna untuk memperbaiki lingkungan hutan mangrove
yang telah rusak.

23
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan
Pulau-Pulau Kecil
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
Dan Ekosistem
Sukirman Rahim, Dewi Wahyuni K. Baderan, 2017 Hutan Mangrove Dan
Pemanfaatanya. Cv Budi Utama
Rignolda Djamaluddin, 2018 Mangrove Unsrat Press

24

Anda mungkin juga menyukai