PENDAHULUAN
1
hutan mangrove adalah sala satu jenis hutan yang banyak ditemukan pada
kawasan muara dengan struktur tanah rawa dan/atau padat. Mangrove menjadi
sala satu fungsi penting untuk mengatasi berbagai jenis masalah lingkungan
terutama untuk mengatasi kerusakan lingkungan yang disebapkan oleh rusaknya
habitat untuk hewan. Hutan mangrove atau sering pula disebut dengan hutan
bakau.
Hutan mangrove merupakan hutan daerah pantai yang terdiri dari kelompok
pepohonan yang dapat hidup dalam lingkungan berkadar garam tinggi. Hutan
mangrove tumbuh di sepanjang garis pantai atau di pinggiran sungai sangat
dipengaruhi oleh pasang surut perpaduan antara air sungai dan air laut. Hutan
mangrove merupakan hutan yang unik karena dapat tumbuh di lingkungan air asin
dan berperan penting dalam menjaga ekosistem pantai.
1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang ada di latar belakang, tujuan penulis
melakukan Kuliah Kerja Lapangan di UPT Kehutanan Kabupaten Sikka antara
lain :
1. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan UPT KEHUTANAN kabupaten
sikka dalam menjaga dan melestarikan hutan mangrove
2. Untuk mengetahui bagiamana kebijakan UPT KEHUTANAN dalam
menyadarkan masyarakat dan berpartisipasi dalam menjaga dan merawat
hutan mangrove
3. Mampu mempersiapkan dan menyesuaikan diri memasuki dunia kerja.
4. Mampu menganalisis antara pengetahuan yang didapatkan secara teoritis
dengan praktek langsung di lapangan.
2
Kuliah Kerja Lapangan Fakultas Hukum Universitas Nusa Nipa Maumere,
Tahun 2023 berlangsung mulai pada dari 26 Juli sampai 14 september 2023,
tempat pelaksanaan Kulia Kerja Lapangan yang dilaksanakan di Kantor UPT
Kehutanan Kabupaten Sikka.
1.5 Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Juli Agustus September Oktober November Desember
. 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Pelaporan
4. Pengujian
BAB II
SEJARAH UNIT PELAKSANA TEKNIS
3
KEHUTANAN KABUPATEN SIKKA
4
ha atau sekitar 38,20% dari luas daratan NTT (Dinas Kehutanan Provinsi
NTT, 2013), dan luas kawasan hutan di KPH Wilayah Kabupaten Sikka
adalah 100.072,43 Ha, secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
5
(Ha)
1 Hutan Lindung 684.403,00
2 Hutan Produksi 296.064,00
3 Hutan Produksi Terbatas 173.979,00
4 Hutan Produksi yang dapat di 113.604,00
Konversi
Jumla 1.268.050,00
h
Sumber : Statistik Bidang Planologi Kehutanan Tahun 2014
6
Pengelolaan Hutan Wilayah Kabupaten Sikka di Maumere pada Dinas
Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
7
9. Menyiapkan bahan dalam pelaksanaan pengendalian kebakaran hutan dan
lahan, pelatihan, pendidikan, sosialisasi, penyuluhan, pembentukkan
forum kolaboratif dan pengembangan sistim informasi pengendalian
kebakaran hutan dan lahan diwilayah unit KPH.
10. Menyiapkan bahan dalam melakukan fasilitasi dan pendampingan
pengembangan perhutanan sosial ( HKm, HTR, HD dan Kemitraan),
masyarakat hukum adat dan penanganan konflik sosial / tenurial diwilayah
KPH.
11. Menyiapkan bahan dalam rangka pelaksanaan kegiatan dibidang
kehutanan diluar kawasan hutan.
12. Memberikan pertimbangan teknis kepada pihak ketiga terkait rencana
rehabilitasi dan reklamasi hutan serta pelaksanaan rehabilitasi hutan dan
pengelolaan DAS untuk memulihkan dan mempertahankan.
13. Melaksanakan pemantauan, pembinaan dan pengawasan serta
mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan diwilayah KPH sesuai
kegiatanyang telah dilaksanakan.
14. Melaksanakan pembinaan disiplin terhadap bawahan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku agar terciptanya PNS yang handal,
profesional dan bermoral.
15. Membagi tugas, memberi petunjuk dan memeriksa hasil kerja bawahan
agar tercapai efektifitas pelaksanaan tugas.
16. Melaksanakan dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dibidang
kesatuan pengelolaan hutan.
17. Menyiapkan bahan dalam rangka pengawasan dan pengendalian
pemanfaatan hutan, ijin pemanfaatan kayu (IPK) dan ijin koridor dan
pemanfaatan pada wilayah tertentu diwilayah KPH.
18. Melaksanakan koordinasi tugas dengan instansi dan pihak terkait agar
terjalin kerja sama yang baik.
19. Mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan tugas Kasubag Tata
Usaha, para Kepala Seksi, para Kepala Resort KPH, Pejabat funsional dan
Staf agar terjalin kerjasama yang sinergis.
8
20. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan baik secara
lisan maupun tertulis sesuai dengan tugas dan fungsinya untuk kelacaran
pelaksanaan tugas.
9
8. Memeriksa dan/ atau mengecek catatan naskah dinas yang masuk dan
keluar serta catatan tanda terima naskah dinas yang telah diteria pada buku
agenda agar tertib administrasi.
9. Menyiapkan bahan penyusunan rencana dan program kerja dengan
mengkompilasi rencana kerja dari masing-masing seksi agar tersusunnya
rencana kerja yang akomodatif.
10. Melaksanakan dan mengecek kegiatan pengelolaan arsip baik arsip aktif,
in aktif maupun statis agar mudah dan cepat ditemukan apabila
dibutuhkan.
11. Melaksanakan kegiatan urusan rumah tangga dalam menata maupun
membersihkan ruangan agar terasa nyaman dalam melaksanakan tugas.
12. Merencanakan dan melaksanakan pengelolaan perlengkapan kantor untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
13. Melaksanakan pembinaan disiplin terhadap bawahan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku agar terciptanya PNS yang handal,
profesional dan bermoral.
14. Melakukan konsultasi pelaksanaan tugas kegiatan dengan unit/instansi
atau lembaga terkait untuk mendapatkan masukan dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas.
10
pengamanan hutan, pembentukan forum dan pengembangan sistim
informasi perlindungan / pengamanan hutan diwilayah KPH.
5. Menyiapkan bahan dalam rangka pelaksanaan konservasi sumber daya
alam dan ekosistim di wilayah KPH.
6. Menyiapkan bahan dalam rangka penyuluhan dan pemberdayaan
masyarakat di wilayah KPH.
7. Menyiapkan bahan dalam rangka pelaksanaan pengelolaan DAS,
reklamasi hutan dan rehabilitasi lahan, perbenihan tanaman hutan
diwilayah KPH.
8. Menyiapkan bahan dalam rangka fasilitasi dan pendampingan
pengembagan perhutanan sosial HKm, HTR, HD dan Kemitraan ),
masyarakat hukum adat serta penanganan konflik sosial/tenurial diwilayah
unit KPH.
9. Menyiapan bahan dalam rangka pelaksanaan kegiatan dibidang kehutanan
diluar kawasan hutan.
10. Menyiapkan bahan dalam rangka pelaksanaan pengendalian kebakaran
hutan dan lahan, pelatihan, pendidikan, sosialisasi, penyuluhan,
pembentukan forum kolaboratif dan pengembangan sistim informasi
pengendalian kebakaran hutan dan lahan diwilayah unit KPH.
11. Melakukan konsultasi kegiatan dengan unit/instansi dan pihak terkait agar
terjalin kerjasama yang baik.
12. Membuat laporan bulanan, triwulan, tahunan dan hasil pelaksanaan tugas
kedinasan sesuai dengan sumber data yang ada dan berdasarkan kegiatan
yang telah dilakukan untuk dipergunakan sebagai bahan masukan atasan.
13. Melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan baik secara lisan
maupun tertulis sesuai tugas dan fungsinya untuk kelancaran pelaksanaan
tugas.
11
2. Membagi tugas dan memberi petunjuk kepada bawahan melalui arahan
sesuai dengan permasalahn dan bidang tugas masing-masing agar
tercapainya efektifitas.
3. Memeriksa hasil kerja bawahan berdasarkan rencana kegiatan guna
penyempurnaan lebih lanjut.
4. Menyiapkan bahan dalam rangka pelaksanaan pemeliharaan, monitoring
dan evaluasi kegiatan tata hutan KPH meliputi inventarisasi hutan,
pembagian blok dan petak, tata batas wilayah.
5. Menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan rencana pengelolaan hutan
jangka panjang diwilayah KPH.
6. Menyiapkan bahan dalam rangka pelaksanaan pengawasan dan
pengendalian pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan diwilayah
KPH.
7. Menyiapkan bahan dalam rangka pelaksanaan pengembangan dan
pengelolaan sistim infromasi dan perpetaan dalam pengelolaan hutan
diwiayah KPH.
8. Menyiapkan bahan dalam rangka pengawasan dan pengendalian penilaian
dan pelaksanaan penggunaan kawasan hutan dan/atau tukar menukar
kawasan hutan diwilayah KPH.
9. Menyiapkan bahan dalam rangka pengawasan dan pengendalian penata
usahaan hasil hutan, iuran kehutanan, peredaran hasil hutan diwilayah
KPH.
10. Menyaipkan bahan dalam rangka pengembangan investasi, kerjasama
kemitraan dalam pengelolaan huta, pengolahan dan pemasaran hasil hutan
diwilayah KPH.
11. Melakukan konsultasi kegiatan dengan unit/instansi dan pihak ketiga
terkait agar terjalin kerjasama yang baik.
12. Membuat laporan bulanan, triwulan, tahunan dan hasil pelaksanaan tugas
kedinasan sesuai dengan sumber data yang ada dan berdasarkan kegiatan
yang telah dilakukan untuk dipergunakan sebagai bahan masukan atasan.
12
13. Melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan baik secara lisan
maupun tertulis sesuai tugas dan fungsinya untuk kelancaran pelaksanaan
tugas.
2.3 Struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis KPH Wilayah Kabupaten Sikka
Mengacu pada Indikator Luas Kabupaten, Luasan Kawasan Lindung, Luas
Lahan Kritis, Luas Hutan Rakyat, Jumlah Industri Hasil Hutan, Jumlah Kelompok
Tani Hutan, dan Jumlah Desa Di Sekitar dan Di Dalam Kawasan Hutan dengan
uraian skore di atas, maka KPH Wilayah Kabupaten Sikka diklasifikasikan
sebagai KPH Tipe A.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor : P.74/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang Pedoman
Nomenklatur Perangkat Daerah Provinsi dan Kabupaten Kota yang Melaksanakan
Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Urusan Pemerintahan
Bidang Kehutanan, Struktur Organisasi KPH Tipe A terdiri dari :
a. 1 (satu) orang Kepala UPTD
b. 1 (satu) orang Sub Bag Tata Usaha
c. 2 (dua) orang Kepala Seksi
d. 9 (Sembilan) orang POLHUT
e. 15 (lima belas) orang Penyuluh Kehutanan
f. 23 (dua puluh tiga) orang Staf
13
2.4 Tujuan dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis Kehutanan Wilayah Kabupaten
Sikka
Maksud penyusunan Kajian Akademis Unit Pelaksana Teknis Daerah
Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi NTT ini
adalah untuk melakukan penyesuaian kelembagaan KPH dalam pengelolaan
hutan pada tingkat tapak sesuai kewenangannya agar efektif, efisien dan
produktif pelaksanaannya.
a. Tujuan Unit Pelaksana Teknis Kehutanan Wilayah Kabupaten Sikka
1. Penyelarasan Struktur Organisasi Perangkat Daerah Dinas
Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2. Penataan kelembagaan organisasi KPH dalam pelaksanaan tugas
dan fungsi urusan bidang kehutanan pada tingkat tapak secara
efektif, efisien dan produktif.
14
3. Mendesain kelembagaan Unit Pelaksana Teknis Daerah sebagai
pelaksana operasional kehutanan di lapangan/ tingkat tapak.
15
Pemerintahan Bidang Kehutanan, yaitu Melaksanakan kegiatan operasional dan/atau
kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang pengelolaan hutan dalam wilayah kerja KPH
yang telah ditetapkan.
16
BAB III
KEGIATAN
17
persemaian menggunakan polybag yang telah disiapkan. dalam proses
persemaian lokasinya harus terletak didekat lahan yang akan di tanam dan
masi dapat di jangkau oleh air laut.
Tahap berikutnya adalah survey, pada tahap ini dilakukan seleksi
bibit mangrove untuk memastikan kondisi bibit mangrove yang berkualitas
baik. bibit yang akan di tanam yang sehat, segar, bebas dari hama dan
penyakit. Pemilihan bibit yang berpengaruh pada karakter akarnya yang kuat
hingga mampu meredam gelombang laut sebagai penyebap abrasi.
Tahap berikutnya adalah penyuluhan konservasi, yang dilakukan
dengan mengikutsertakan dengan kelompok masyarakat. Keikutsertaan ini
akan memberikan dampak positif secara langsung sehingga bisa terus terlibat
dalam pemeliharaan mangrove secara berkelanjutan.
b. Penanaman
1. Tahapan pekerjaan
Pada tahap ini pekerja terbagi atas 2 yaitu pengakutan bibit, dan
penanaman. Mangrove ditanam didaerah pantai dengan cara
penanaman kurang lebih 1 m dan lahan yang digunakan untuk
menanam harus bersih dari rumput liar.
2. Tahapan penancapan ajir atau bambu yang suda dibelah
Sebelum bibit mangrove di tanaman dibuat dulu jalur tanam. jalur
tanam dapat dibuat dengan menggunakan tali raffia dengan jarak satu
dengan lainnya adalah 1 m. Pada setiap bibit yang ditanam, dipasang
ajir dengan menggunakan patok dari bambu sepanjang 75 cm dan
berdiameter 1 cm. Ajir di tancapkan ke lahan dengan tegak sedalam
50 cm. Pemasangan ajir ini bertujuan untuk, mempermudah
mengetahui tempat bibit akan ditanam, tanda adanya tanaman baru,
menyeragam jarak, dan membuat bibit mangrove tegak dan tidak
mudah rebah/jatuh bila sedang terjadi air pasang.
3. Tahap penanaman
Pada tahap ini bibit mangrove ditanam dengan menggunakan ajir.
Penggunaan ajir berguna untuk menjaga bibit mangrove tidak
tumbang ketika terkena ombak. jarak tanam adalah 1 m x 1 m.
18
Mangrove ditanam dilahan yang telah disediakan dengan cara
membuat lubang di dekat ajir-ajir, dengan ukuran lebih besar dari
ukuran polybag dan dengan kedalaman dua kali lipat dari panjang
polybag. Bibit ditanam secara tegak kedalam lubang yang telah
disediakan dengan cara melepaskan bibit dari polybag secara hati-
hati.
4. Tahap penyulaman
kegiatan penyulaman terjadi apabila bibit mangrove yang telah
ditanam cenderung mati. penyulaman yaitu mengganti bibit-bibit
mangrove yang baru. Selain itu, juga dilakukan penebasan terhadap
rumput yang tumbuh di sekitar mangrove untuk mengurangi
persaingan sehingga bibit-bibit mangrove yang telah ditanam bisa
tumbuh dengan baik
3.2 Pengelolaan Hutan Mangrove
Tujuan utama pengelolaan hutan mangrove sebagai langka awal dan
mencegah kerusakan ekosistem mangrove untuk memenuhi kebutahan manusia
dengan tetap mempertahankan dan melindungi keanekaragaman flora dan fauna
yang hidup di dalamnya. Dalam konteks pengembangan hutan mangrove,
rencana pengelolaan hutan mangrove di buat untuk lokasi-lokasi mangrove yang
telah ditetapkan.
Pengelolaan hutan mangrove secara optimal dalam hal ini sebagai
kawasan hutan lindung juga dapat menciptakan peluang usaha yang dapat
mendatangkan nilai ekonomi. Penerapan strategi konservasi (perlindungan,
pengawetan, dan pelestarian pemanfaatan) yang tepat akan mendukung kegiatan
tersebut, didukung dengan adanya ketentuan hukum yang mengatur, sehingga
jelas dan tegas apa hak, kewajipan dan pengenaan sanksi bagi yang
melanggarnya
3.3 Dasar Hukum
Berdasarkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
27 TAHUN 2007 PASAL 73 AYAT (1), bahwa setiap orang yang dengan
sengaja menggunakan cara dan metode yang merusak Ekosistem mangrove,
melakukan konversi Ekosistem mangrove, menebang mangrove untuk kegiatan
19
industry dan pemungkiman akan dipidana dengan pidana penjara paling singkat
2(dua) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan paling banyak Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Pasal 4
Tentang Kehutanan
1. Semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasi oleh Negara untuk sebesarnya-
besarnya kemakmuran rakyat
2. Penguasa hutan oleh Negara sebagimana dimaksud pada ayat (1) memberi
wewenang kepada Pemerintah untuk
a. Mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan,
kawasan hutan, dan hasil hutan.
b. Menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau kawasan
hutan sebagai bukan kawasan hutan ; dan
c. Mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara orang
dengan hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hukum mengenai
kehutanan.
3. Penguasa hutan oleh Negara tetap memperhatikan hak masyarakat hukum
adat, sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui keberadaanya, serta
tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.
Logbook (catatan harian)
20
Selasa 01 agustus 2023 Kerja bakti di lingkungan sekitar
kantor UPT KEHUTANAN
Rabu 02 agustus 2023 Patroli kebakaran hutan di kawasan
hutan lindung desa egon kecamatan
waigete, kabupaten sikka
Kamis 03 agustus 2023 Kegiatan sosialisasi di desa liakutu
kecamatan mego kabupaten sikka
tentang perhutanan sosial bagi
masyarakat yang beraktivitas dalam
kawasan hutan lindung (kimang
buleng)
Senin 07 agustus 2023 - Apel pagi
- Patroli kebakaran hutan di kawasan
hutan lindung desa egon kecamatan
waigete, kabupaten sikka
Kamis 10 agustus 2023 Pengecekan tapal batas di desa runut
Jumad 11 agustus 2023 Pengecekan lokasi kebakaran di
kampong kolibuluk, dusun tua desa
hoder
Senin 14 agustus 2023 - Apel pagi
- Patroli kebakaran hutan di kawasan
hutan lindung desa egon kecamatan
waigete kabupaten sikka
Selasa 15 agustus 2023 Patroli kebakaran hutan di kawasan
hutan lindung desa egon kecamatan
waigete kabupaten sikka
Jumad 18 agustus 2023 Diskusi bersama ketua kelompok
poma laut di kota uneng kecamatan
alok kabupaten sikka
Rabu 23 agustus 2023 Patroli kebakaran hutan di kawasan
hutan lindung desa egon kecamatan
waigete kabupaten sikka
21
Kamis 24 agustus 2023 Melakukan pratek persemaian bibit
mangrove bersama ketua kelompok
poma laut di kota uneng kecamatan
alok kabupaten sikka
Senin 28 agustus 2023 Apel pagi
Rabu 30 agustus 2023 Patroli kebakaran hutan di kawasan
hutan lindung desa egon kecamatan
waigete kabupaten sikka
Senin 04 September Apel pagi
2023
Rabu 06 September Patroli kebakaran hutan di kawasan
2023 hutan lindung desa egon kecamatan
waigete kabupaten sikka
Jumad 08 September Kerja bakti di sekitar kantor UPT
2023 KEHUTANAN
Senin 11 September Apel pagi
2023
Selasa 12 September Patroli kebakaran hutan di kawasan
2023 hutan lindung desa egon kecamatan
waigete kabupaten sikka
Rabu 13 September Kerja bakti di kawasan hutan lindung
2023 desa egon bersama masyarakat dan
membuat papan himbauan di kawasan
hutan lindung desa egon kecamatan
waigete kabupaten sikka
Kamis 14 September Penarikan mahasiswa KKL
2023
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari laporan di atas dapat disimpulkan bahwa Kebijakan Unit Pelaksana
Teknis Kehutanan dalam menjaga dan melestarikan hutan mangrove dilakukan
dengan cara yaitu, memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkait pentingnya
menjaga hutan mangrove, dan rehabilitasi hutan mangrove.
Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang
hidup diantara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat
mangrove seringkali ditemukan di tempat pertemuan antara muara sungai dan air
laut yang kemudian menjadi pelindung daratan dari gelombang laut yang besar.
Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung aktivitas kehidupan
diwilayah pantai dan memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan
siklus biologis lingkungannya.
Upaya dalam menjaga dan meletarikan hutan mangrove merupakan
sebuah keharusan, karena hutan mangrove mempunyai banyak manfaat yaitu
mencegah intrusi air laut, mencegah erosi dan abrasi pantai.
4.2 Saran
Perlindungan dan pemanfaatan hutan mangrove harus dijaga dan
dikembangkan akan kelestariannya, agar keseimbangan alam dan keselamatan
manusia tetap terjaga, dan melakukan upaya penanaman kembali hutan
mangrove perlu dilakukan guna untuk memperbaiki lingkungan hutan mangrove
yang telah rusak.
23
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan
Pulau-Pulau Kecil
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
Dan Ekosistem
Sukirman Rahim, Dewi Wahyuni K. Baderan, 2017 Hutan Mangrove Dan
Pemanfaatanya. Cv Budi Utama
Rignolda Djamaluddin, 2018 Mangrove Unsrat Press
24