DISUSUN OLEH :
kedua di dunia setelah Brasil dengan 325.350 spesies flora dan fauna. Demikian jugadengan
kekayaan biota lautnya. Indonesia dengan luasan laut mencapai 5.176.800 km 2 dengan
panjang pantai 95.181 km memiliki jumlah biota laut sebesar 7.714 spesies dengan
jumlahspesies terbesar dari kelompok moluska dengan 2.500 jenis (Moosa dan Noontji,
2000).
ekosistem laut, sangat rentan terhadap kerusakan dan perubahan yang diakibatkan oleh
Tahun2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, kawasan pesisir
didefinisikan sebagai daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh
perubahan di darat dan laut. Wilayah pesisir ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah
berdasarkan kriteria tertentu seperti karakter fisik, biologi, sosial dan ekonomi
alternatif yang berkaitan dengan kelautan, baik di atas permukaan laut maupun kegiatan
Pengembangan wisata alam laut (bahari) memiliki peranan yang sangat penting darisisi
tetapi jika pengelolaandilakukan dengan baik maka secara ekologis keberadaan wisata alam
laut dapat menjagaekosistem kawasan laut dari kerusakan. Pengembangan wisata bahari
memerlukan kehati-hatian karena bersifat alami sehingga perencanaannya memerlukan
koordinasi dan integrasi dari semua instansi terkait. Wisata bahari pada luasan yang relatif
terbatas memerlukan perencanaan yang baik dalam hal pengaturan jumlah pengunjung dan
penentuan lokasi untuksetiap jenis kegiatan yang berbeda. Disamping itu, diperlukan analisis
pemasaran dan kegiatanidentifikasi lokasi yang akan mendapatkan dampak negatif bila
Salah satu obyek wisata alam laut di Sulawesi Selatan adalah kawasan konservasi
1990tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Pasal 34 (1),
berarti Kementerian Kehutanan dalam hal ini Balai Taman Nasional Taka Bonerate.
Paper ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Konservasi Sumberdaya Hayati
Laut dan juga untuk mengetahui proses sejarah dan pembentukan konservasi, keunikan
ekologis dan zonasi, peraturan dan kebijakan pemerintah serta dukungan eksternal, kearifan
Taman Nasional Taka Bonerate (TNTBR) merupakan salah satu kawasan pelestarian
alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi untuk tujuan penelitian,
ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Kawasan ini
terletak di Kab. Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, tepatnya terletak di tengah segitiga
terumbu karang dunia yang memiliki keragaman spesies karang tertinggi di dunia. Kondisi
ini yang membuat pentingnya peran TNTBR dalam menjaga kelestarian spesies terumbu
karang dunia yang mungkin hanya terdapat dikawasan ini. Oleh sebab itu kawasan TNTBR
haruslah terdapat kawasan yang betul-betul dilindungi dan biota di dalamnya dapat
Status kawasan Taka Bonerate bermula sebagai cagar alam berdasarkan SK Menteri
dengan SK Menteri Kehutanan No. 92/KPTS-II/2001, tanggal 15 Maret 2001 dengan luas
Tahun 1997, Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibentuk untuk melakukan pengelolaan
31 Maret 1997. Sejak tanggal 10 Juni 2002 berubah menjadi Balai Taman Nasional Tipe C
setingkat Eselon III, sesuai dengan SK Menhut No. 6186/Kpts-II/2002 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Balai Taman Nasional. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Pebruari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Taman Nasional berubah menjadi Balai Taman Nasional Tipe B yang
terdiri dari Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I dan II serta
Kelompok Jabatan Fungsional dengan tugas pokok melakukan penyelenggaraan konservasi
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan kawasan taman nasional
dalam kawasan TNTBR didasarkan pada Keputusan Direktorat Jenderal PHKA Nomor: SK.
Bonerate. Zonasi dalam kawasan TNTBR terdiri dari 4 zona yaitu Zona Inti (8.341 Ha), Zona
Perlindungan Bahari (21.188 Ha), Zona Pemanfaatan (500.879) dan Zona Khusus (357
Ha).Kemudian pada tahun 2018 dilakukan review Zonasi dengan surat Keputusan Direktorat
Zona Inti (10.046 Ha), Zona Perlindungan Bahari (25.875 Ha), Zona Pemanfaatan (9.491 Ha)
dan Zona Khusus (270 Ha), Zona Tradisional (481.334 Ha), Zona Religi, Budaya dan Sejarah
(3.279Ha) dan Zona Rehabilitasi (472 Ha). Dengan terbitnnya penetapan Surat Keputusan
baru ini maka surat keputusan SK. 150/IV-SET/2012 tanggal 17 September 2012 tidak
berlaku lagi.
Secara administratif kawasan TNTBR berada pada Kecamatan Taka Bonerate yang
mana sebelum menjadi Taman Nasional tahun 1992, kawasan Taka Bonerate berada dalam
dua wilayah administratif kecamatan, yaitu bagian utara adalah Kepulauan Macan yang
masuk ke dalam wilayah Kecamatan Pasimasunggu dan bagian selatan adalah Kepulauan
Pasitallu yang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Pasimarannu. Terdapat 5 (lima) desa
dalam kawasan TNTBR yaitu Desa Rajuni, Desa Latondu, Desa Tarupa, Desa Jinato dan
Desa Tambuna. Namun sejak tahun 2012, pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar
melakukan pemekaran terhadap Desa Tambuna menjadi 2 desa yaitu Desa Tambuna dan
menjadi anggota MAB UNESCO dengan nama "Taka Bonerate-Kepulauan Selayar" dengan
cakupan wilayah satu kabupaten Kepulauan Selayar dan dengan demikian diakui sebagai
dalam sidang ke-27 International Co-ordinating Council (ICC) MAB di Kantor Pusat
UNESCO Paris.
Taka Bonerate dan sekitarnya adalah salah satu wilayah KSPN Sulsel selain Tana
Toraja. Total penetapan KSPN seluruh Indonesia sebanyak 88 buah. Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN) adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau
penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya,
pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan
Pada tahun 2015 kawasan Taman Nasional Taka Bonerate ditetapkan oleh UNESCO
(United Nations, Educational, Scientific, and Cultural Organization) sebagai salah satu cagar
biosfer dunia. Cagar biosfer sendiri merupakan situs di darat, laut atau pantai yang dikelola
Penetapan cagar biosfer tersebut merupakan salah satu capaian penting sebagai modal utama
Pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2012 –
2032, Taman Nasional Taka Bonerate merupakan kawasan peruntukan pariwisata alam yang
berada di Kecamatan Taka Bonerate Kabupaten Kepulauan Selayar. Dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 – 2029 juga disebutkan bahwa Taman
Nasional Taka Bonerate merupakan kawasan yang potensial dikembangkan sebagai tujuan
Taman Nasional Taka bonerate memiliki karang atol terbesar ketiga di dunia yaitu
setelah Kwajifein di Kepulauan Marshall, dan Suvadiva di Kepulauan Moldiva. Luas atol
tersebut sekitar 220.000 ha. Kawasan ini memiliki ciri dimana atol yang terdiri dari gugusan
pulau-pulau gosong karang dengan rataan terumbu karang yang luas dan tenggelam.
Secara umum terdapat tiga bentuk tipe terumbu karang yang berada di Taman
Nasional Taka Bonerate, yaitu terumbu karang penghalang (barrier reef), terumbu karang
tepi (fringing reef) dan atol. Beberapa lokasi yang ditemui memiliki tipe kontur drop off
membentuk dinding (wall) seperti di Pulau Latondu, Taka Lasalimu, Taka Sirobe, Taka
Balanda, Jinato Wall, Taka Taburi, dan Taka Kumai. Umumnya lokasi-lokasi tersebut
memiliki tingkat kecerahan perairan yang baik sehingga banyak dijadikan sebagai lokasi
Salah satu nilai penting ekologi kawasan Taman Nasional Taka Bonerate adalah area
penyebaran larva yang menjadi sumber pakan barbagai jenis ikan dan biota laut yang
dijumpai disepanjang gugusan karang atol berdasarkan peta sebaran larva di Kabupaten
beragam dan kaya dengan variasi jenis dan karakteristik biota laut. Potensi kekayaan sumber
daya hayati laut Taka Bonerate dan Sulawesi pada umumnya sangat besar. Sebagai bagian
dari Segitga Terumbu Karang Dunia (Coral Triangle), kawasan ini dikelilingi oleh banyak
Terdapat 7 buah pulau yang berpenghuni yakni: Pulau Tarupa, Pulau Rajuni Kecil,
Pulau Rajuni Besar, Pulau Latondu Besar, Pulau Jinato, Pulau Pasitallu Tengah, dan Pulau
Pasitallu Timur.
Salah satu lokasi yang merupakan tempat wisata pantai adalah Pulau Tinabo. Pulau
ini dikelilingi oleh hamparan pasir putih. Berbagai bentuk atraksi wisata seperti snorkeling
dan diving dapat dilakukan di wilayah ini. Hal unik lainnya yang ditemukan adalah
keberadaan sekumpulan bayi ikan hiu jenis blacktip reef shark (Carcharhinus melanopterus)
Wisatawan pengunjung umumnya bermalam di pulau Tinabo Besar. Spot diving yang
dekat dengan Pulau Tinabo diantaranya Spot Kolam Gantarang, Spot Tabulate Gantarang,
Spot Sumur Ikan dan Spot Mulut Harimau. Spot dive sebelah Selatan Pulau Tinanja antara
lain hamparan hard coral di Taka Lasalimu dan sebuah karang batu berumur 300 tahun di
Taka Sirobe. Di sebelah utaranya dapat ditemukan antara lain Spot Hantu Ceria, Spot Uka di
perairan sekitar Pulau Tarupa Kecil dan Spot Coral Garden di perairan sekitar Pulau Tarupa
Besar.
Pada bagian sebelah barat Pulau Tinabo terdapat Bungin Tinabo, yaitu pulau kosong
tidak bervegetasi yang permukaannya hanya di tutupi pasir putih hasil endapan ombak laut.
Bunging Tinabo merupakan lokasi favorit pengunjung untuk menunggu matahari tenggelam
di ufuk barat. Pada bagian selatan perairan ini terdapat Taka Rajuni dengan 2 spot
dive/snorkelnya.
Perairan dan Pulau Lantigiang merupakan daerah yang sering diakses oleh masyarakat
karena lokasinya dekat dari pulau berpenghuni yakni Pulau Rajuni dan Pulau Jinato. Daerah
ini merupakan lokasi untuk menangkap ikan maupun meti oleh nelayan (WCS, 2015).
Kondisi pulau yang tidak berpenghuni kadang dimanfaatkan masyarakat untuk singgah
setelah melakukan aktivitas di laut yang kadang dimanfaatkan untuk mencari telur penyu jika
petugas tidak di tempat, sehingga merusak habitat dan kelestarian keanekaragaman hayati di
pulau ini.
Taka Belanda merupakan daerah fishing ground bagi nelayan yang tidak melakukan
penyelaman khususnya nelayan asal Desa Rajuni, Desa Latondu, Desa Jinato, Desa Khusus
Kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam perairan dengan ciri khas
karang atoll (luasan mencapai 220.000 ha) serta memiliki keanekaragaman biota laut yang
tinggi dan habitat bagi berbagai spesies satwa laut yang langka dan dilindungi. Kepulauan
Taka Bonerate merupakan habitat berbagai jenis biota laut seperti kima raksasa (Tridacna
gigas) dan juga merupakan tempat peneluran penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik
pesisir Taman Nasional Taka Bonerate juga merupakan salah satu tempat perlindungan dan
tempat tinggal berbagai macam jenis biota. Tercatat kawasan ini merupakan habitat bagi
ratusan spesies karang, lamun, ikan karang, makro alga, kerang-kerangan, moluska, burung
1. Terumbu Karang
Terumbu karang yang ditemukan terdiri dari 68 genera karang yang terdiri atas 63
genera dari Ordo Scleractinia dan 5 genera dari Ordo non Scleractinia yang terdiri dari 233
jenis spesies penyusun terumbu karang. Famili karang yang dominan adalah Acroporidae,
2. Padang Lamun
Jenis lamun yang ditemukan terdiri dari 11 spesies dari 7 genera. Jenis lamun yang
serrulata, Thallasia hemprichii dan Enhalus acoroides. Jenis lain yang juga dijumpai namun
dalam skala yang kecil adalah Halophila minor, Syringodium, Halodhule spp. (RPTN 2013).
Ganggang laut atau macro algae adalah tumbuhan purba, yang tidak memiliki akar,
daun dan batang sejati. Jenis makro alga yang ditemukan terdiri dari 112 spesies berasal dari
46 genera yang terdiri atas 55 spesies alga hijau, 24 spesies alga coklat, dan 33 spesies alga
merah (RPTN 2013). Alga dominan yaitu: Dicoospbaefia cavernosa, Udotea occidentalis,
Laurencia obtusa dan Lithothamnion prolifer. Namun dari 9 spesies tersebut hanya 2 spesies
4. Ikan
Ikan yang terdapat di kawasan Taman Nasional Taka Bonerate terdiri atas dua jenis
utama yaitu ikan karang dan ikan pelagis. Kawasan Taman Nasional Taka Bonerate yang
memiliki variasi habiat mulai dari daerah terumbu karang, daerah berpasir, berbagai lekuk
dan celah, daerah algae, dan lamun hingga laut dalam menyebabkan keanekaragaman ikan
Teridentifikasi bahwa kawasan ini merupakan habitat bagi 53 famili, 160 genus dan
564 spesies ikan karang dan pelagis. Adapun ikan karang yang mendominasi dalam kawasan
5. Moluska
Jenis moluska yang ditemukan terdiri atas 4 klas, yaitu Gastropoda, Pelecypoda,
Cephalopoda dan Scapopoda dengan 62 famili dan 299 spesies (RPTN 2013). Kelompok
mollusca yang dominan terdiri atas dua klas yakni Gastropoda (keong-keongan) dan
Conidae, dan Cerithidae. Juga ditemukan gastropoda ukuran besar seperti Scrabang Batik
chiragra). Serta beberapa jenis Trochus spp, dan Conus textile yang masuk dalam redlist
CITES. Jenis-jenis kerang yang ditemukan antara lain: kerang mutiara (Pinctada spp),
Jenis Kima yang terdapat di TBR adalah lima jenis dari marga Tridacna dan dua jenis
dari marga Hippopus. Ketujuh spesies tersebut adalah Tridacna gigas, T. squamosa, T.
Cephalopoda seperti Nautilus (Nautilus sp), Cumi-cumi (Squid sp) dan Gurita (Octopus sp).
6. Penyu
Terdapat 4 jenis penyu yang ditemukan di Taka Bonerate, yaitu: Penyu Sisik
Eretmochelys imbricata, Penyu Hijau Chelonia mydas, Penyu Lekang Lepidochelys olivacea,
7. Echinodermata
Echinodermata yang ditemukan terdiri dari bintang laut (Asteroidea) 8 jenis, lili laut
(Crinoidea), bulu babi (Echinoidea) 13 jenis dan teripang (Holothuroidea) 11 jenis. (RPTN
2013). Crustacea ditemukan sebanyak 15 spesies yang terdiri atas udang penaid Penaeus
spp, lobster Panulirus spp, udang pasir dan kepiting (PSTK Unhas 2000).
Dikawasan ini juga sering terlihat mamalia laut seperti paus (Cetacea), Lumba-lumba
Tursiops sp. dan duyung Dugong dugong (komunikasi personal 2012). Banyak pula terdapat
jenis burung yaitu 34 spesies, terdiri dari 12 spesies burung darat, 13 spesies burung pantai
kawasan Taman Nasional Taka Bonerate dapat dibedakan menjadi 3 kelompok. Kelompok
pertama, adalah spesies-spesies yang ditemukan pada seluruh pulau antara lain Euphorbia
spesies rumput. Kelompok kedua, adalah spesies-spesies yang ditemukan pada pulau-pulau
yang berada pada bagian Timur dan Selatan kawasan antara lain Pemphis acidula, famili
Lythraceae, Tourneforti argentea, dan Ipomea tuba. Kelompok ketiga, adalah spesies-spesies
Jenis fauna lain adalah reptilia (kadal kecil, cecak, dan tokek), mamalia (tikus
pemakan padi), kelompok serangga (spesies kupu-kupu dari famili Nymphalidae, nyamuk,
lalat, kelabang, kalajengking dsb), Sedangkan untuk jenis hewan peliharaan antara lain ayam,
Keragaman genera karang dan ikan karang yang teramat adalah 79 genera dari 19
famili karang keras. Jumlah ini diperoleh dari hasil survei ekologi terumbu karang di 46 titik
pengamatan selama 22 hari di kawasan Taman Nasional Taka Bonerate. Angka ini
diharapkan dapat melengkapi data keragaman genera karang yang diambil pada tahun 2000
(Coremap-PSTK Unhas, 2000) sebanyak 49 genera karang keras. Sedangkan genus yang
paling dominan ditemukan adalah Acropora, Porites, dan Pocillopora. (WCS, 2015).
Demikian pula dengan keragaman spesies ikan karang, di Taman Nasional Taka
Bonerate jumlah spesies ikan karang yang ditemui cukup tnggi dengan jumlah 522 spesies
ikan karang yang berasal dari 162 genera dan 48 famili. Jumlah ini juga lebih banyak
dibandingkan dengan data tahun 2000 (Coremap PSTK Unhas, 2000) yang menemukan 362
spesies ikan karang dari 36 famili dan 115 genera. Rata-rata jumlah spesies yang ditemui
dalam masing-masing lokasi adalah 110.35 spesies. Spesies terbanyak berasal dari Famili
Komunitas ikan karang yang mendominasi Taman Nasional Taka Bonerate adalah
dari kelompok trofik planktivora (29%) dan omnivora (19%). Kelompok ikan planktvora
yang paling sering dijumpai dalam kelompok besar adalah Odonus niger dari famili Balistdae
yang dalam bahasa lokal disebut ikan pogo. Kelompok ikan omnivore yang paling banyak
dijumpai adalah dari famili Pomacentridae atau yang biasa disebut ikan betok laut.
Komposisi kelompok ikan karnivora dan pemakan benthos sebagai predator puncak dalam
jejaring makanan di perairan Taman Nasional Taka Bonerate mencapai 22%, sedangkan
kelompok ikan herbivora sebagai agen penting dalam meningkatkan daya kelentingan
ekosistem mencapai 15%. Komposisi yang hampir seimbang ini sangat mendukung
keberlangsungan ekosistem terumbu karang, terutama bila diikuti oleh pengelolaan yang
terpadu terhadap tekanan antropogenik, terutama dari sektor perikanan (WCS, 2015).
Taman Nasional Taka Bonerate adalah kawasan pelestarian alam yang terletak di sisi
selatan semenanjung Sulawesi atau di Laut Flores dengan luas kawasan 530.765 Ha.
Kawasan Taman Nasional Taka Bonerate (TNTBR) terdiri dari 17 pulau, 5 bungin (paparan
pasir) dan 30taka (paparan terumbu karang) yang tersebar membentuk cincin/atol.
Taman Nasional Taka Bonerate secara geografis terletak di Laut Flores pada 06° 17’
15” – 07° 06’ 45” LS dan 120° 53’ 30” – 121° 25’ 00” BT. Secara administratif berada dalam
wilayah Kecamatan Taka Bonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar. Secara fisik kawasan
TNTBR merupakan kawasan kepulauan karang yang berbentuk atol atau cincin. Pada
awalnya masyarakat tidak mengenal kawasan tersebut dengan nama Taka Bonerate tetapi
dikenal dengan nama Kepulauan Macan. Tetapi menurut masyarakat setempat, dahulu
wilayah tersebut masuk ke dalam distrik Bonerate kemudian berganti nama menjadi Taka
Bonerate.
Sebelum menjadi taman nasional tahun 1992, kawasan Taka Bonerate terbagi dalam
dua wilayah administratif kecamatan, yaitu bagian utara adalah Kepulauan Macan yang
masuk dalam wilayah Kecamatan Pasimasunggu dan bagian selatan adalah Kepulauan
Taka (bahasa Selayar) atau Pas (bahasa Bajo) berarti pasir yang muncul atau
bertumpuk. Nama Taka Bonerate diberikan kepada kawasan tersebut karena terdiri dari
banyak taka, Taka-taka tersebut akan dijadikan satu kawasan Taman Nasional dengan satu
nama yang diambil dari nama ibukota kecamatan Pasimarannu yaitu Bonerate. Setelah Taka
Bonerate resmi menjadi taman nasional, kawasan tersebut disatukan ke dalam satu kecamatan
yaitu Kecamatan Pasitallu, ditambah dengan Pulau Kayuadi. Selanjutnya nama Kecamatan
Pasitallu diubah menjadi Kecamatan Taka Bonerate dengan Pulau Kayuadi sebagai ibukota
kecamatan.
Status Kawasan Taka Bonerate berawal dari ditetapkannya sebagai cagar alam laut
berubah fungsi sebagai Taman Nasional Taka Bonerate berdasarkan SK Menteri Kehutanan
92/KPTS-II/2001 tanggal 15 Maret 2001 seluas 530.765 Ha. Tahun 1997, Unit Pelaksana
Teknis (UPT) dibentuk untuk melakukan pengelolaan kawasan Taman Nasional dengan SK
Menteri Kehutanan Nomor: 185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997. Sejak tanggal 10 Juni
2002 berubah menjadi Balai Taman Nasional Tipe C setingkat Eselon III, sesuai dengan SK
Menhut No. 6186/Kpts-II/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional.
2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional berubah
menjadi Balai Taman Nasional Tipe B yang terdiri dari Sub Bagian Tata Usaha, Seksi
Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I dan II serta Kelompok Jabatan Fungsional dengan
Landasan hukum yang mendasari pengelolaan Taman Nasional Taka Bonerate, antara lain:
a) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
Lingkungan Hidup.
e) Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Pengelolaan Taman Nasional dan Blok Pengelolaan Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman
mewujudkan fungsi taman nasional, maka kawasan taman nasional itu harus dikelola dengan
sistem zonasi. Zonasi taman nasional pada dasarnya merupakan pengaturan ruang dengan
taman nasional terdiri dari zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan dan zona lainnya. Zona
lainnya yang dimaksudkan adalah zona tradisional, zona rehabilitasi, zona religi, budaya dan
sejarah, serta zona khusus. Pembagian kawasan menjadi zona-zona dimaksud tentunya
disesuaikan dengan kondisi potensi sumberdaya alam dan lingkungan sosial di setiap taman
nasional.
dalam kawasan TNTBR didasarkan pada Keputusan Direktorat Jenderal PHKA Nomor: SK.
Bonerate. Zonasi dalam kawasan TNTBR terdiri dari 4 zona yaitu Zona Inti (8.341 ha), Zona
Perlindungan Bahari (21.188 ha), Zona Pemanfaatan (500.879 ha) yang terbagi atas 4
peruntukan yaitu zona yang diperuntukkan bagi masyarakat dalam kawasan, zona yang
diperuntukkan bagi masyarakat sekitar kawasan, zona yang diperuntukkan bagi masyarakat
umum dan zona yang diperuntukkan bagi aktivitas wisata dan Zona Khusus (357 ha)
2.3. Aspek Peraturan/Kebijakan Pemerintah, Dukungan Eksternal (LSM, Organisasi
Nasional dan Internasional, BUMN, BUMD)
Taman Nasional Taka Bonerate, pembinaan kelompok masyarakat bidang perlindungan, dan
didukung oleh SDM dan sarana prasarana antara lain 16 POLHUT, 13 SPORC, 2 orang
Penyidik, 2 kantor SPTN Wilayah, 8 Pos Penjagaan, 4 Kapal Patroli, 6 Speed boat, 2 buah
Mobil patroli, 5 buah sepeda motor patroli, dan 15 Senjata Api type PM 1 A 1. Gangguan dan
kerawanan kawasan yang masih sering terjadi adalah Illegal Fishing & Destructive Fishing
(Bom, Bius, Kompressor), alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan, pelanggaran batas
Nasional Taka Bonerate antara lain adalah operasi pengamanan kawasan, operasi
polhut), operasi khusus dan supervisi penanganan gangguan kawasan dan SDAHE. Kegiatan
penyelesaian kasus yang dilakukan adalah penyidikan tindak pidana bidang konservasi
sumberdaya alam hayati dan ekosistem serta tindak pidana bidang perikanan, rapat koordinasi
Kegiatan penguatan kapasitas kelembagaan perlindungan hutan yang telah dan akan
mitra polhut, pembinaan masyarakat dalam kawasan terkait pengamanan kawasan, bantuan
terhadap keanekaragaman hayati laut, dan pengembangan sistem informasi dalam rangka
a. Festival Takabonerate
Pulau Sulawesi sudah lama dikenal sebagai pulau dengan kekayaan bahari yang sudah
diakui dunia. Salah satunya bisa ditemukan di Sulawesi Selatan, tepatnya di Kabupaten
Selayar, Taman Nasional Laut Takabonerate. Guna mempromosikan dan mengenalkan lebih
luas potensi wisata di Sulawesi Selatan ini, maka dibuatlah festival bernama Festival
Takabonerate. Festival ini adalah satu dari 4 event yang menjadi agenda tahunan Provinsi
Sulawesi Selatan untuk menarik kunjungan wisatawan. Dengan adanya festival ini
diharapkan akan menarik lebih banyak wisatawan untuk mengunjungi Sulawesi Selatan. Pada
dasarnya 4 event tahunan yang menjadi agenda. Provinsi Sulawesi Selatan ini mengangkat
tahunan yang diselenggarakan di Sulawesi Selatan. Sama seperti festival lain, fastival ini juga
Festival Takabonerate sendiri merupakan sebuah festival yang diadakan di Pulau yang
berada dalam kawasan Taman Nasional Laut Takabonerate. Takabonerate ini sendiri adalah
taman laut terbesar di dunia yang keberadaannya diskusi oleh dunia dengan adanya terumbu
karang seluas 220 hektar. Adanya festival Takabonerate ini akan memberikan kesempatan
untuk ambil bagian dalam keaktifan lokal dan tradisi kehidupan keseharian masyarakat
sekitar. Hal ini menjadi daya tarik yang tak pernah gagal menarik perhatian wisatawan sebab
para wisatawan turut dan terjun langsung di dalamnya. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, melalui Festival Takabonerate, akan diajak untuk melihat lebih dekat dan turut
merasakan kearifan lokal masyarakat setempat. Tak hanya itu saja, melalui festival ini, juga
akan diajak untuk menikmati keindahan pemandangan taman laut Takabonerate yang tidak
akan bisa ditemukan di tempat lain. Taman laut Takabonerate menawarkan keindahan
pemandangan bawah laut yang sangat menakjubkan. Belum lagi, dengan adanya terumbu
karang yang membentang hingga seluas 220 hektar sudah pasti menjadi daya tarik yang tidak
akan bisa ditolak oleh setiap pengunjung yang ikut berpartisipasi dalam festival ini.
Taman Nasional Taka Bonerate nyatanya tak hanya terkenal dengan keindahan bawah
lautnya, tetapi juga kearifan lokal yang ada di seluruh masyarakat yang ada di pulau sekitar
kawasan taman nasional salah satunya pulau, yaitu Pulau Jinato. Ketika sampai di dermaga
Pulau Jinato, seluruh peserta yang mengikuti Festival Takabonerate langsung disambut
hangat oleh kepala desa. Sambutan kembali dilakukan ketika kami memasuki pulau. Gendang
yang berbunyi dengan merdunya, tarian yang unik dan ikonik, hingga drama musikal yang
menarik menghibur kami selama dua malam berada di sana. Tak hanya itu, para peserta
festival juga diajak untuk melihat kegiatan sehari-hari masyarakat di Pulau Jinato. Misalnya
saja melihat proses pembuatan permen gula merah, pembuatan abon ikan, hingga pembuatan
jaring untuk menangkap ikan. Selain itu, masyarakat Pulau Jinato juga memiliki tradisi unik
bernama sorong lopi. Ini merupakan tradisi mendorong perahu yang baru selesai dibuat oleh
seluruh masyarakat sekitar. Tradisi sorong lopi ini dilakukan untuk menimbulkan semangat
masyarakat lantas menyantap bubur baladekdek bersama-sama. Bubur yang terbuat dari
tepung beras dan gula merah itu dipercaya masyarakat sekitar bisa membukakan pintu rezeki.
Takabonerate :
Layaknya kegiatan festival yang diselenggarakan di daerah lain, terutama festival yang
aktivitas yang dijamin menyenangkan. pariwisatawan diajak untuk menikmati aktivitas yang
berkaitan erat dengan kearifan lokal, akan dan budaya di Pulau Selayar ini. Seperti beberapa
Selayar
liputan tradisi keseharian masyarakat Pulau Selayur. Melalui aktivitas ini, para pengunjung
akan diajak untuk mengikuti tradisi keseharian masyarakat dengan lebih dekat. Berbagai
aktivitas yang termasuk dalam tradisi keseharian, seperti pengolahan minyak kelapa secara
tradisional, pembuatan atap daun kelapa yang merupakan bagian konstruksi tak terpisahkan
dari masyarakat Pulau Selayar. Ada pula aktivitas unik yang hanya bisa ditemukan di Pulau
Selayar, yaitu menggoreng pisang di pinggir pantai dan tradisi angngatti-ngatti yang
Sebagai penutup dari aktivitas liputan tradisi keseharian masyarakat Pulau Selayar, juga
akan diajak untuk menikmati sajian khas dari Pulau Selayar, untuk menikmati sajian nasi
santan dengan lauk ikan laut yang merupakan hasil dari tradisi Assulo, yaitu tradisi
menangkap ikan di malam hari saat air laut dalam keadaan surut. Selain itu, dalam rangkaian
festival tahunan ini, penyelenggara juga menyediakan area atau stand khusus kuliner. Stand
atau area khusus ini bisa menjadi tempat melakukan wisata kuliner makanan tradisional
Sulawesi Selatan di satu tempat sambil tetap menikmati rangkaian kegiatan festival.
Satu lagi aktivitas yang tidak bisa dipisahkan dari penyelenggaraan Festival Takabonerate
adalah Trail Adventure Challenge. Seperti namanya aktivitas ini merupakan aktivitas yang
terbilang menguji adrenalin. Meski demikian, tujuan yang ingin dicapai dari dari aktivitas ini
Tanadoang.
Menariknya lagi, aktivitas Trail adventure challenge ini dilakukan dalam bentuk kompetisi
untuk memperebutkan sejumlah besar hadiah yang disediakan oleh penyelenggara. Hadiah
tersebut berupa hadiah-hadiah menarik hingga hadiah utama berupa sepeda motor.
Tidak lengkap rasanya jika tidak berkunjung ke Festival Takabonerate tanpa menikmati
pemandangan bawah laut Pulau Selayar yang luar biasa indahnya. Aktivitas ini bisa
dilakukan dengan mengikuti snorkeling yang juga sudah disediakan oleh penyelenggara.
Tidak hanya menawarkan kegiatan yang sifatnya menyenangkan dan bertujuan untuk
mempromosikan wisata saja, festival yang diselenggarakan setiap setahun sekali ini juga
terkenal dengan keindahan terumbu karangnya yang luas tentu tidak selamanya terjaga dalam
keadaan baik-baik saja. Ada masa dimana terumbu karang tersebut harus rusak, entah karena
faktor alam maupun dirusak akibat aktivitas manusia. Maka, agar kelestarian dan keindahan
terumbu karang ini tetap terjaga, perlu adanya kegiatan penanaman terumbu karang tersebut.
b. Ongko
Ongko merupakan kawasan perairan yang memiliki sumber daya ikan yang melimpah
yang dimiliki dan dikuasai oleh seseorang atau satu keluarga. Wujud ongko tidak dibangun di
atas perairan yang menandai adanya sarang ikan. Ongko hanya berupa kawasan perairan
terbuka yang ditandai dengan adanya pusaran air, busa di permukaan laut, dan sering
didatangi burung. Kalau sero wujudnya jelas, terbuat dari kayu yang didesain sebagai
perangkap ikan. Ongko merupakan pengetahuan lokal nelayan Selayar tentang cara
melindungi perairan yang menjadi sumber ikan. Salah satunya adalah dengan membuat
aturan yang melarang penangkapan ikan di tiap-tiap ongko. Para pemilik ongko akan
mengeramatkan ongko melalui cerita-cerita mistik yang dikaitkan dengan isyarat-isyarat alam
untuk menakut-nakuti masyarakat yang hendak mengambil ikan. Cerita mistik biasanya
berkisar tentang makhluk laut yang menjadi penunggu di ongko. Para penunggu ini biasa
muncul dengan cara menunjukkan sampan yang bisa berdiri di atas laut. Cerita mistik yang
berkembang di kalangan nelayan Selayar ini membawa dampak pada keyakinan mereka
tentang bahaya yang akan menimpa jika mengambil ikan di ongko milik orang lain.
Keyakinan tersebut mengindikasikan bahwa para nelayan ini masih percaya bahwa laut
memiliki kekuatan gaib yang misterius sehingga harus diperlakukan secara bijak.
Ongko mengajarkan nelayan untuk menghargai laut dan semua makhluk yang ada di
dalamnya. Nilai kearifan lokal yang bisa diaplikasikan dari ongko ini adalah tidak
mengganggu makhluk yang ada di dalam air laut dengan merusak lingkungan hidupnya.
Semua makhluk laut adalah bagian dari ekosistem yang ada di alam semesta ini. Ongko
sebetulnya sudah hilang sejak tahun 1980-an ketika fenomena pengeboman dan pembiusan
c. Festival Bajo
Daya tarik lain yang ditawarkan dapat melihat festival budaya Bajo. Pada
penyelenggaraan festival ini, akan bisa menikmati berbagai jenis pagelaran seni yang
ditampilkan oleh masyarakat. Berbagai pagelaran seni yang ditampilkan ini merupakan
bagian dari festival budaya Bajo yang hanya bisa Anda temukan di Sulawesi Selatan ini.
Pagelaran seni yang ditampilkan pun beragam bentuknya, mulai dari pagelaran tari,
Pertunjukan budaya yang ditampilkan dalam festival ini sekaligus menjadi bagian dari
daya tariknya bukan hanya budaya tradisional. Ada pula pertunjukan yang menampilkan
budaya populer yang saat ini sedang menjadi trend di kalangan masyarakat. Semua bisa Anda
Taman Nasional Takabonerate memiliki karang atol terbesar ketiga di dunia yaitu setelah
Kwajifein di Kepulauan Marshal dan Suvadiva di Kepulauan Moldiva. Luas atol tersebut
sekitar 220.000 hektar, dengan terumbu karang yang tersebar datar seluas 500 km². Dalam
situs Departemen Kehutanan, disebutkan, potensi wisata bawah laut di Takabonerate sangat
menarik. Topografi kawasan sangat unik dan menarik, di mana atol yang terdiri dari gugusan
pulau-pulau gosong karang dan rataan terumbu yang luas dan tenggelam, membentuk pulau-
pulau dengan jumlah yang cukup banyak. Di antara pulau-pulau gosong karang, terdapat
selat-selat sempit yang dalam dan terjal. Sedangkan pada bagian permukaan rataan terumbu,
banyak terdapat kolam-kolam kecil yang dalam dan dikelilingi oleh terumbu karang. Pada
saat air surut terendah, terlihat dengan jelas daratan kering dan diselingi genangan air yang
membentuk kolam-kolam kecil. Tumbuhan yang terdapat di daerah pantai didominasi kelapa
(Cocos nucifera), pandan laut (Pandanus sp), cemara laut (Casuarina equisetifolia), dan
Terumbu karang yang sudah teridentifikasi sebanyak 261 jenis dari 17 famili di antaranya
clavus, Fungia concinna, dan lain-lain. Sebagian besar jenis-jenis karang tersebut telah
membentuk terumbu karang atol (barrier reef) dan terumbu tepi (fringing reef). Semuanya
merupakan terumbu karang yang indah dan relatif masih utuh. Terdapat sekitar 295 jenis ikan
karang dan berbagai jenis ikan konsumsi yang bernilai ekonomis tinggi seperti kerapu
(Epinephelus spp.), cakalang (Katsuwonus spp.), napoleon wrasse (Cheilinus undulatus), dan
baronang (Siganus sp.). Sebanyak 244 jenis moluska diantaranya lola (Trochus niloticus),
kerang kepala kambing (Cassis cornuta), triton (Charonia tritonis), batulaga (Turbo spp.),
kima sisik (Tridacna squamosa), kerang mutiara (Pinctada spp.), dan nautilus berongga
(Nautilus pompillius). Jenis-jenis penyu yang tercatat termasuk penyu sisik (Eretmochelys
imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu lekang (Dermochelys coriacea).
Kepulauan Taka Bonerate terdiri dari 21 pulau namun hanya ada 7 pulau yang
berpenghuni secara tetap yaitu Pulau rajuni Besar, Pulau rajuni Kecil, Pulau Tarupa Kecil,
Pulau Latondu, Pulau jinatu, Pulau Pasitalu Tengah dan P. Pasitalu Timur. Penduduk yang
tinggal di daerah tersebut merupakan tiga kelompok etnik suku Bajo, Bugis dan Buton. Suku-
suku tersebut adalah tidak lain masih sama dengan suku yang umumnya mendiami kabupeten
selayar. Hampir seluruh penduduk yang mendiami taka Bonerate adalah bermata pencaharian
sebagai nelayan dengan alat tangkap yang masih tradisional. Seperti contohnya pada salah
satu pulau yang ada di taka bonerate yaitu pulau rajuni kecil. Umumnya nelayan disana
menggunakan alat tangkap hanya berupa pancing untuk menekuni mata pencahariannya
tersebut. Namun penangkapan ikan yang di lakukan oleh nelayan taka bonerate hanya
dilakukan disekitar terumbu karang Takabonerate karena terbatasnya sarana dan alat tangkap.
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
sekitar 220.000 hektar, dengan terumbu karang yang tersebar datar seluas 500
km². teridterumbu karang yang teridentifikasi ditaman nasional ini sebanyak 261
jenis dari 17 famili Taka bonerate merupakan daerah konservasi yang dijadikan
pula sebagai kawasan fishing ground bagi nelayan yang tidak melakukan
penyelaman khususnya nelayan asal Desa Rajuni, Desa Latondu, Desa Jinato,
Desa Khusus Pasitallu dan Desa Tambuna. Dibeberapa pulau yang berada dilokasi
konservasi ini menjadi tempat untuk penyu bertelur. Sehingga untuk kegiatan
fishing ground penduduk sekitaran taman nasional hanya bisa menangkap ikan
dengan alat tangkap yang terbatas sesuai anjuran pemerintah agar tidak merusak
karang.
3.2 Saran
kelestarian karang.
DAFTAR PUSTAKA